HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI UNTUK SEMBUH PADA PASIEN KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG ONE DAY CARE RSUD DR MOEWARDI Wahyudi Indriatmo1), Atiek Murharyati2), Ari Setiyajati3) 1)Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2)Dosen Pembimbing STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK Pasian kanker yang menjalani kemoterapi kadang-kadang merasa pesimis bahwa penyakitnya tidak dapat diatasi dan tidak dapat sembuh, untuk mengurangi pesimis itu diperlukan dukungan keluarga dan penatalaksanaannya agar kelangsungan kemoterapi yang dijalani oleh klien tersebut dapat berjalan lancar sehingga mempunyai motivasi untuk sembuh. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemterapi. Metode yang digunakan deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 78 pasien dengan teknik accidental sampling. Alat analisis yang digunakan korelasi rank spearman. Hasil penelitian sebagian besar pasien mempunyai dukungan keluarga baik yaitu 37 orang (47,4%) dengan motivasi tergolong baik yaitu 37 orang (47,4%), dan terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi (rxy = 0,403; p-value = 0,000 < 0,05). Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Kata kunci: Dukungan keluarga, motivasi untuk sembuh, kanker, kemoterapi. ABSTRACT Cancer patients undergoing chemotherapy sometimes feel pessimistic that the disease can not be addressed and can not be cured, it is necessary to reduce pessimistic family support and management so that the continuity of the chemotherapy undergone by the client can be run smoothly so as to have the motivation to recover. The aim of this study was to determine the relationship between family support with motivation to recover in cancer patients undergoing kemterapi. The method used descriptive correlation with cross sectional approach. Number of samples 78 patients with accidental sampling technique. The analytical tool used Spearman rank correlation. Results of the study most of the patients have good family support that 37 (47.4%) with relatively good motivation that 37 (47.4%), and there is a relationship between family support with motivation to recover in cancer patients undergoing chemotherapy (r xy = 0.403; p-value = 0.000 <0.05). Based on this it can be concluded that there is a relationship between family support with motivation to recover in cancer patients undergoing chemotherapy. Keywords: family support, motivation to recover, cancer, chemotherapy. PENDAHULUAN Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang jaringan di sekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh. Kanker terjadi karena proliferasi sel yang tidak terkontrol (Corwin, 2009). Menurut data WHO tahun 2013, insidens kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012. Sedangkan jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan pada 2030 insidens kanker dapat mencapai 26 juta orang dan 17 juta di antaranya meninggal akibat kanker, terlebih untuk negara miskin dan berkembang kejadiannya akan lebih cepat (Kemenkes, 2014). Prevalensi penyakit kanker cukup tinggi di Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk atau sekitar 330 orang. Kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher rahim, sedangkan pada laki-laki adalah kanker paru-paru dan kanker kolorektal (Harian Terbit, 2014). Khusus penyakit kanker, the World Cancer Report mengestimasi bahwa terdapat 12,4 juta kasus baru dan 7,6 juta kematian pada tahun 2008 (IARC, 2008). Angka estimasi jumlah kasus baru ini sedikit lebih rendah daripada estimasi WHO (2010). Kejadian kanker yang terbanyak adalah kanker paru (1,52 juta kasus), kanker payudara (1,29 kasus) dan kanker kolorektal (1,15 juta kasus).Kematian tertinggi disebabkan oleh karena kanker paru (1,31 juta kematian), kanker lambung (780.000 kematian) dan kanker hati (699.999 kematian) (IARC, 2008). Penyakit kanker memiliki beberapa penatalaksanaan, salah satu penanganan kanker adalah dengan menjalani pengobatan kemoterapi. Pasien kanker yang menjalani perawatan di rumah sakit, biasanya merasakan ketidaknyamanan di berbagai sistem tubuh. Penanganan penyakit kanker sebaiknya bersifat holistik atau menyeluruh. Bentuk penanganan pasien kanker yang bersifat holistik salah satunya dengan perawatan paliatif. Perawatan paliatif sebagai pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah terkait dengan penyakit yang mengancam nyawa, melalui pencegahan dan pengurangan penderitaan dengan cara identifikasi dini, pemeriksaan yang baik, dan terapi rasa sakit dan masalah lainnya, fisik, psikososial dan spiritual (Rasjidi, 2010). Kondisi dan penanganan penyakit kanker dengan kemoterapi dapat menimbulkan stress, sehingga tidak saja mempengaruhi kondisi fisik, tetapi juga kondisi psikologis pasien sehingga dukungan keluarga diharapkan dapat membangkitkan motivasi pasien kanker yang menjalani kemoterapi di rumah sakit untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih baik (Diananda, 2008). Di samping dukungan keluarga, motivasi pasien untuk sembuh juga memberikan kontribusi terhadap kesembuhan penyakitnya. Motivasi pasien dalam menjalani kemoterapi kanker payudara adalah sebagai upaya untuk pemenuhan suatu kebutuhan terapi agar meringankan gejala, menghambat pertumbuhan dan penyebaran kanker, memperpanjang kelangsungan hidup dan memperoleh kualitas hidup yang lebih baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saragih (2010) yang berkaitan dengan peranan dukungan keluarga pada pasien kanker menghasilkan kesimpulan bahwa pentingnya dukungan dari keadaan (emosional, finansial, dan spiritual) serta koping pasien (supresi dan mengalihkan) untuk meningkatkan dukungan keluarga. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sari, dkk (2013) yang berkaitan dengan dukungan keluarga juga menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap motivasi pasien kanker payudara dalam menjalani kemoterapi. Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2013 terdapat 3.600 pasien kanker. Berdasarkan hasil data yang dilakukan penulis di ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi pada bulan Juni 2014 terdapat 300 pasien, bulan Juli 2014 meningkat menjadi 330 pasien, dan pada bulan Agustus 2014 meningkat menjadi 350 pasien. Wawancara yang dilakukan terhadap 10 orang pasien kanker yang menjalani kemoterapi didapatkan data bahwa 33,0% pasien mengalami diare, 67,0% pasien mengalami nyeri kejang dan kembung, 54,5% sering mengalami nyeri pinggang bagian bawah, dan feses bercampur darah. Melihat keluhan-keluhan yang ada pada pasian kanker tersebut mereka kadangkadang merasa pesimis bahwa penyakitnya tersebut tidak dapat diatasi dan tidak dapat sembuh.Dukungan keluarga dan penatalaksanaan sangat mendukung kelangsungan kemoterapi yang dijalani oleh pasien kanker tersebut. Hasil wawancara terhadap 10 pasien kanker yang menjalani kemoterapi diketahui 4 orang mendapatkan dukungan keluarga yang baik dan 6 orang dukungan keluarga kurang. Dari 10 pasien tersebut ada 6 pasien yang menyatakan kurang mempunyai motivasi untuk sembuh karena kemoterapi hanya akan berdampak pada keluhan seperti nyeri, sulit tidur, mudah lelah, kurang semangat hidup, dan 4 pasien menyatakan cukup termotivasi untuk sembuh karena kemoterapi merupakan solusi yang tepat untuk menghentikan berkembangnya kanker tersebut walaupun memerlukan perawatan yang lama dan biaya yang besar.Pengobatan maupun kemoterapi pada pasien yang menderita kanker memerlukan waktu yang relatif lama dan pasien maupun keluarga diharapkan dapat menjalani program kemoterapi sampai selesai, agar dapat dicapai hasil yang optimal. Di RSUD Dr. Moewardi yang merupakan rumah sakit pusat rujukan banyak memberikan pelayanan penanganan terhadap pasien kanker mulai dari pengobatan ringan sampai dengan tindakan operasi serta pelaksanaan kemoterapi, hal ini terutama adalah di ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi. Berdasarkan pemikiran dan latar belakang permasalahan di atas, maka penelitian ini ditentukan judul “hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani memoterapi. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Adakah hubungan antara dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di ruang one day care RSUD Dr. Moewardi?”. Tujuan penelitian ini adalah : Mengidentifikasi karakteristik demografi responden pasien kanker yang menjalani kemoterapi; Mendeskripsikan dukungan keluarga untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi; Mendeskripsikan motivasi untuk sembuh pada pasien Kanker yang menjalani kemoterapi; Menganalisis hubungan dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di ruang one day care RSUD Dr. Moewardi. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan rancangan cross sectional, dimana variabel pada subyek penelitian diukur dalam waktu yang bersamaan. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien Kanker yang yang sedang menjalani kemoterapi di Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi berjumlah 350 orang, diambil sampel 78 orang dengan teknik acidental sampling. Teknik analisis data terdiri dari analisis univariate dan bivariat. Adapun untuk analisis univariate menjelaskan masing-masing variabel yang diteliti. Adapun analisis biariate yang lain dengan menggunakan analisis Korelasi rank sepearman. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Tabel 1 Distribusi Responden Variabel Frekuensi f Karakteristik % Umur : < 30 tahun 13 16,7 30 – 40 tahun 27 34,6 > 40 tahun 38 48,7 Pendidikan Akhir : SD 20 25,6 SLTP 15 19,2 SLTA 34 43,6 PT 9 11,5 Pekerjaan : PNS 10 12,8 Wiraswasta 13 16,7 Buruh/tani 31 39,7 IRT 24 30,8 N = 78 Sumber: Data primer yang diolah, 2015. Hasil penelitian tentang karakteristik berdasarkan umur responden diketahui bahwa dari 78 orang diketahui ada 13 orang (16,7%) berumur kurang dari 30 tahun, 27 orang (34,6%) berumur antara 30 – 40 tahun, dan 38 orang (48,7%) berumur lebih dari 40 tahun, sehingga dapat diketahui bahwa responden sebagian besar mempunyai umur lebih dari 40 tahun yaitu sebesar 38 orang (46,7%). Sesuai dengan teori Papalia (2008), bahwa batasan usia dewasa awal yaitu 20-40 tahun, dewasa menengah yaitu 41-65 tahun, dan dewasa akhir yaitu > 65 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa, sebagian besar kasus kanker terjadi pada wanita usia > 40 tahun keatas dan dapat mempengaruhi motivasi mereka (Smeltzer & Bare, dalam Sari, dkk, 2012). Hasil penelitian tentang karakteristik berdasarkan pendidikan responden diketahui bahwa dari 78 orang diketahui ada 20 orang (25,6%) lulus SD, 15 orang (19,2%) berpendidikan akhir SLTP, 34 orang (43,6%) berpendidikan akhir SLTA, dan 9 orang (11,5%), hal ini berarti mayoritas responden berpendidikan lulus SLTA yaitu sebanyak 34 orang (43,6%). Dimilikinya tingkat pendidikan yang cukup membuat responden akan mempunyai motivasi yang baik terhadap sesuatu yang akan diinginkan seperti ingin cepat sembuh dari penyakitnya. Menurut Sumidjo (2006), bahwa pendidikan merupakan proses kegiatan pada dasarnya melibatkan tingkah laku individu maupun kelompok. Inti kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah terbentuknya seperangkat tingkah laku, kegiatan dan aktivitas. Dengan belajar baik secara formal maupun informal, manusia akan mempunyai pengetahuan, dengan pengetahuan yang diperoleh seseorang akan mengetahui manfaat dari saran atau nasihat sehingga akan termotivasi dalam usaha meningkatkan status kesehatan. Hasil penelitian tentang karakteristik berdasarkan pekerjaan responden diketahui bahwa dari 78 orang diketahui yang mempunyai pekerjaan PNS sebanyak 10 orang (12,6%), sebagai wiraswasta sebanyak 13 orang (16,7), sebagai buruh/tani sebanyak 31 orang (39,7%), dan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 24 orang (30,8%), hal ini berarti mayoritas responden mempunyai pekerjaan sebagai buruh/tani yaitu sebanyak 31 orang (39,7%). Apabila dikaitkan dengan motivasi untuk sembuh, pekerjaan yang dapat dilihat dari sosial ekonomi keluarga, apabila dikaitkan dengan motivasi pasien untuk sembuh dan dukungan keluarga maka dengan status ekonomi yang tinggi yang dimiliki seseorang maka akan mempunyai dukungan dan motivasi untuk sembuh. Hal ini menurut Sumidjo (2006) bahwa sosial ekonomi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Keadaan ekonomi keluarga mampu mencukupi dan menyediakan fasilitas serta kebutuhan untuk keluarganya. Sehingga seseorang dengan tingkat sosial ekonomi tinggi akan mempunyai motivasi yang berbeda dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Dukungan Keluarga Tabel 2. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Dukungan Keluarga F tentang % Kurang Cukup Baik 4 37 37 5,1 47,4 47,4 Jumlah 78 100,0 Berdasarkan hasil penelitian tentang dukungan keluarga pada1 pasien kanker yang menjalani kemoterapi sebagian besar mempunyai dukungan baik dan juga cukup baik masing-masing sebanyak 37 orang (47,4%) dan yang mempunyai dukungan kurang hanya sebanyak 4 orang (5,1%). Dukungan dari keluarga merupakan suatu hal yang sangat penting bagi penderita kanker dalam menjalani kemoterapi, karena hal tersebut dapat lebih memotivasi pasien dalam menjalani kemoterapinya. Jadi pasienmerasa bahwa tetap ada yang memberikan perhatian, kasih sayang atau ada yang peduli kepadanya walaupun dalam keadaan sakit. Menurut teori Bomar (2006), dukungan keluarga adalah bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga, baik dalam bentuk dukungan emosional (perhatian, kasih sayang, empati), dukungan penghargaan (menghargai, umpan balik), dukungan informasi (saran, nasehat, informasi) maupun dalam bentuk dukungan instrumental (bantuan tenaga, dana, dan waktu). Dukungan keluarga adalah dukungan yang diberikan oleh keluarga yang terdiri dari atas informasi atau nasihat verbal dan non verbal bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial dan didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima (Gottieb, 1983, dikutip Smet, 1994, dalam Nursalam & Kurniawati 2007). Dukungan keluarga yang baik adalah dukungan konkret, yaitu terdapat 37 orang (47,4%) yang mempunyai dukungan keluarga baik pada pasien kanker dalam menjalani kemoterapi. Dukungan keluarga dapat membantu pasien kanker untuk menumbuhkan motivasi melakukan kemoetarapi. Dukungan keluarga yang diberikan dapat berbentuk perhatian secara emosi dengan kesediaan keluarga menemani pasien menjalani kemoterapi. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien kanker saat menjalani kemoterapi dengan menenangkan hati pasien bahwa keluarga akan bersamasama dan membantu pasien dalam menghadapi kemoterapi. Hal ini sesuai dengan Sari (2010) yang menyatakan bahwa dukungan merupakan faktor penting yang dibutuhkan seseorang ketika menghadapi masalah (kesehatan). Salah satunya kelebihan masyarakat di Indonesia adalah kekerabatannya yang kuat, dapat dilihat dari ketika ada anggota keluarga yang sakit dan menjalani rawat inap di rumah sakit, semua keluarga dan tetangga memberikan dukungan dengan menunggu atau tidur di rumah sakit secara bergantian. Motivasi untuk Sembuh Tabel 3. Distribusi Frekuensi tentang Motivasi untuk Sembuh Motivasi untuk Sembuh F % Kurang Cukup Baik 7 34 37 9,0 43,6 47,4 Jumlah 78 100,0 Hasil penelitian diketahui bahwa motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi diketahui sebagian besar mempunyai motivasi baik yaitu sebanyak 37 orang (47,4%), yang mempunyai motivasi cukup sebanyak 34 oirang (43,6%) dan yang hanya mempunyai motivasi kurang sebanyak 7 orang (9,0%) dari keseluruhan responden yang diteliti. Motivasi merupakan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan, harapan dan cita-cita, penghargaan dan penghormatan atas diri, lingkungan yang baik serta kegiatan yang menarik (Nursalam, 2005). Hasil penelitian tentang motivasi untuk sembuh menunjukkan bahwa 47,4% motivasi responden dikarenakan responden merasa sebagai manusia maka harus mencoba semua cara agar penyakit sembuh termasuk dengan kemoterapi. Masih ada 43,6% responden yang termotivasi menjalani kemoterapi karena disarankan oleh kerabat untuk menjalani kemoterapi agar cepat sembuh, dan sebagian responden yang termotivasi menjalani kemoterapi karena perawat selalu mengingatkan jadwal kemoterapi. Pasien kanker yang mempunyai motivasi yang baik disebabkan kemoterapi telah menjadi kebutuhan bagi dirinya yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kemoterapi memberikan jaminan keamanan bagi kesehatan dirinya karena kemoterapi merupakan pengobatan yang harus dijalani oleh pasien kanker. Pasien yang telah mengetahui manfaat dan dampak kemoterapi bagi kesehatannya dapat menjalani kemoterapi dengan baik, namun bagi pasien yang tidak mengetahui manfaat kemoterapi dan efek samping ditimbulkan harus menyesuaikan dengan keadaan yang baru seperti kondisi yang tidak menyenangkan. Hal ini sesuai dengan Maslow dalam Purwanto (2006) yang menyatakan bahwa salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan keamanan. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi manusia berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan rasa aman dan nyaman (safety need). Kebutuhan ini sangat diperlukan karena tanpa adanya rasa aman dari berbagai gangguan yang ada, manusia akan sulit melakukan berbagai kegiatan dalam hidupnya. Motivasi yang baik adalah motivasi internal yaitu terdapat 37 orang (47,4%) yang menyatakan bahwa motivasi pasien kanker baik dalam menjalani kemoterapi. Motivasi pada pasien kanker bermanfaat selama menjalani kemoterapi. Pasien yang mempunyai motivasi yang baik akan patuh dalam menjalani kemoterapi. Hal ini sesuai dengan penelitian Saragih (2012) yang menyatakan bahwa peranan dukungan keluarga pada penderita yang mengalami kemoterapi berdasarkan emosional adalah baik. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Motivasi untuk Sembuh Tabel 4. Hasil analisis korelasi rank spearman Variabel Dungankeluarga – Motivasi sembuh Nilai Korelasi 0,403 p value 0,000 Berdasarkan hasil analisis korelasi rank spearman ( ) diketahui bahwa nilai korelasi hitung sebesar 0,403 dengan nilai probabilitas 0,000 (p value < 0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi, artinya bahwa semakin baik dan meningkat dukungan keluarga maka semakin baik dan meningkat motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani dukungan keluarga dengan motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari, dkk (2012), yang meneliti tentang hubungan dukungan keluarga terhadap motivasi pasien kanker payudara dalam menjalani kemoterapi, hasil penelitian didapatkan p value = 0,008 (p value < 0,05) dengan OR=9,000 (95% CI = 1,958- kemoterapi tersebut, dan sifat hubungan tergolong sedang (Colton dalam Sugiyono, 41,364), artinya Ho ditolak, sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang 2010). Dukungan keluarga yang kurang pada signifikan antara dukungan keluarga terhadap motivasi pasien kanker payudara pasien kanker dapat menyebabkan pasien tersebut kurang termotivasi menjalani dalam menjalani kemoterapi. kemoterapi sehingga enggan bahkan tidak datang sesuai jadwal yang telah ditentukan SIMPULAN oleh dokter. Dukungan keluarga sangat memegang peranan penting dalam menyelesaikan masalah kesehatan dalam keluarga. Dukungan yang diberikan keluarga dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan meningkatkan motivasi pasien kanker payudara untuk melakukan kemoterapi. Hal ini sesuai dengan Stuart & Sundeen (1995 dalam Tamher & Noorkasiani, 2005) yang menyatakan bahwa dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan 1. Sebagian besar pasien kanker yang menjalani kemoterapi mempunyai umur lebih dari 40 tahun (48,7%), pendidikan akhir SLTA (43,6%) berprofesi buruh /tani (39,7%). 2. Sebagian besar pasien kanker yang menjalani kemoterapi mempunyai dukungan keluarga baik yaitu sebanyak 37 orang (47,4%). 3. Sebagian besar pasien kanker yang menjalani kemoterapi mempunyai motivasi untuk sembuh tergolong baik yaitu sebanyak 37 orang (47,4%). 4. Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. SARAN 1. Bagi tenaga kesehatan Diharapkan dapat memberikan peningkatan terhadap kualitas asuhan keperawatan dengan melibatkan keluarga untuk memotivasi responden agar bersedia menjalani kemoterapi sesuai dengan anjuran perawat maupun dokter. 2. Bagi keluarga, pasien yang menjalani kemoterapi Bagi pasien kanker yang menjalani kemoterapi akan terbentuk sebuah motivasi yang baik untuk menjalani kehidupan dan keluarganya diharapkan untuk selalu memberikan motivasi kepada pasien agar lebih patuh terhadap jadwal dan pengobatan kanker seperti kemoterapi. 3. Bagi rumah sakit Bagi rumah sakit diharapkan dalam memberikan pelayanan kesehatan trerhadap pasien kanker yang menjalani kemoterapi tidak hanya dalam pengobatan medis saja namun perlu melibatakn dukungan keluarga dalam rangka meningkatkan motivasi pasien untuk sembuh, hal ini dapat berbentuk pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan dengan menggunakan media leaflet. 4. Bagi peneliti berikutnya Bagi peneliti lain bisa menggunakan variabel lain yang belum diteliti, seperti umur, sikap, pengalaman, lingkungan, fasilitas kesehatan dengan sampel yang lebih berlainan. DAFTAR PUSTAKA Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta: Rineka Cipta. Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Aditya Media Bomar, PJ. 2006. Promoting Health in Families: Applying family research and theory of nursing practice. Philadelphia: W.B.Saunders Company. Depkes, RI. 2014. Prevalensi kanker di Indonesia dan Dunia. Sumber: http://manajemenrumahsakit.net/2014/01/preval ensi-kanker-di-indonesia-dan-dunia. diakses tanggal 01 Nopember 2014. Diananda. 2008. Mengenal Seluk-beluk Kanker. Jogjakarta : Katahati. Dinkes Surakarta. 2009. Gambaran Statistika Kejadian Penyakit Tidak Menular di Kota Surakarta. Tidak dipublikasikan. Eriksson, L., Carides, A. D., Gertz, B. J., 2004, Prevention of Cisplatin-Induced Emesis by the Oral Neurokinin-1 Antagonist, MK-869, in Combination With Granisetron and Dexamethasone or With Dexamethasone Alone, J Clin Oncol. Gale, Danielle & Charette, Jane. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC. Harianterbit.com. 2014. Prevalensi Penyakit Kanker di Indonesia, Tinggi. Jum’at, 09 Mei 2014. Diakses tanggal 4 Nopember 2014. IARC. 2008. Monographs on the Evaluation of Carcinogenic Risks to Humans (WHO International Agency for Research on Cancer). Kemenkes R.I. 2014. Profil Kesehatan Infonesia Tahun 2014. Jakarta: Depkes. Lewis. 2008. Medical surgical nursing; Assesment and management of clinical problem (5th ed). Philadelphia: Mosby. Muchlisin, Abi dan Novarina. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga tentang Senam Lansia dengan Keaktifan Mengikuti Senam di Posyandu Peduli Insani di Mendungan Desa Pabelan Kartasura Tahun 2012. Jurnal Publikasi. Surakarta: UMS. Notoatmodjo S. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Setiadi, 2007. Konsep dan penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Papalia, Diane E. 2008. Human Development, terjemahan A. K. Anwar, Jakarta : Kencana. Smeltzer & Bare. 2010. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol. 1. Jakarta: EGC. Potter & Perry. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC Sumidjo, Wahyu. 2006. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Purnawan, Eva Rahayu. 2009. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Melalui Interaksi Sosial, Upaya Penyediaan Transportasi, Finansial, Dan Dukungan Dalam Menyiapkan Makanan Dengan Respon Kehilangan Pada Lansia, diakses dari http://unsoed.ac.id/index.php /keperawatan/article/ view/249/ 100, tanggal 5 Juni 2015 Tamher, S. & Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Purwanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rifki Zaki Yamani, Nur Mukarromah dan Musrifatul Uliyah (2011), yang meneliti tentang : “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kanker Serviks dengan Perilaku Ibu dalam Melakukan Pemeriksaan PAP SMEAR di Desa Ketawang Daleman Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep. Jurnal Kesehatan. Malang. Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology : Biopsychososial Interaction Third. Saragih, Rosita. 2012. Peranan Dukungan Keluarga dan Koping Pasien dengan Penyakit Kanker terhadap Pengobatan Kemoterapi di RB I Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2010. Jurnal Keperawatan. FIK, UDA, Medan. Sari, Mahwita, Irvani, dan Utami. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Motivasi Pasien Kanker Payudara dalam Menjalani Kemoterapi di Ruang Cendrawasih I RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Keperawatan. PSIK STIKES Hangtuah Pekanbaru. Usman, Moh. Uzer. 2005. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta;: Remaja Rosda Karya. Wawan dan Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.