hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi untuk

advertisement
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI
UNTUK SEMBUH PADA PASIEN KANKER YANG MENJALANI
KEMOTERAPI DI RUANG ONE DAY CARE
RSUD DR MOEWARDI
Wahyudi Indriatmo1), Atiek Murharyati2), Ari Setiyajati3)
1)Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
2)Dosen Pembimbing STIKes Kusuma Husada Surakarta
ABSTRAK
Pasian kanker yang menjalani kemoterapi kadang-kadang merasa pesimis bahwa
penyakitnya tidak dapat diatasi dan tidak dapat sembuh, untuk mengurangi
pesimis itu diperlukan dukungan keluarga dan penatalaksanaannya agar
kelangsungan kemoterapi yang dijalani oleh klien tersebut dapat berjalan lancar
sehingga mempunyai motivasi untuk sembuh. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi untuk sembuh
pada pasien kanker yang menjalani kemterapi. Metode yang digunakan deskriptif
korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 78 pasien dengan
teknik accidental sampling. Alat analisis yang digunakan korelasi rank spearman.
Hasil penelitian sebagian besar pasien mempunyai dukungan keluarga baik yaitu
37 orang (47,4%) dengan motivasi tergolong baik yaitu 37 orang (47,4%), dan
terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi untuk sembuh pada
pasien kanker yang menjalani kemoterapi (rxy = 0,403; p-value = 0,000 < 0,05).
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara dukungan keluarga dengan motivasi untuk sembuh pada pasien kanker
yang menjalani kemoterapi.
Kata kunci: Dukungan keluarga, motivasi untuk sembuh, kanker, kemoterapi.
ABSTRACT
Cancer patients undergoing chemotherapy sometimes feel pessimistic that the
disease can not be addressed and can not be cured, it is necessary to reduce
pessimistic family support and management so that the continuity of the
chemotherapy undergone by the client can be run smoothly so as to have the
motivation to recover. The aim of this study was to determine the relationship
between family support with motivation to recover in cancer patients undergoing
kemterapi. The method used descriptive correlation with cross sectional
approach. Number of samples 78 patients with accidental sampling technique.
The analytical tool used Spearman rank correlation. Results of the study most of
the patients have good family support that 37 (47.4%) with relatively good
motivation that 37 (47.4%), and there is a relationship between family support
with motivation to recover in cancer patients undergoing chemotherapy (r xy =
0.403; p-value = 0.000 <0.05). Based on this it can be concluded that there is a
relationship between family support with motivation to recover in cancer patients
undergoing chemotherapy.
Keywords: family support, motivation to recover, cancer, chemotherapy.
PENDAHULUAN
Kanker adalah pertumbuhan sel
abnormal yang cenderung menyerang
jaringan di sekitarnya dan menyebar ke
organ tubuh lain yang letaknya jauh. Kanker
terjadi karena proliferasi sel yang tidak
terkontrol (Corwin, 2009). Menurut data
WHO tahun 2013, insidens kanker
meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008
menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012.
Sedangkan jumlah kematian meningkat dari
7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta
pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab
kematian nomor 2 di dunia sebesar 13%
setelah
penyakit
kardiovaskular.
Diperkirakan pada 2030 insidens kanker
dapat mencapai 26 juta orang dan 17 juta di
antaranya meninggal akibat kanker, terlebih
untuk negara miskin dan berkembang
kejadiannya akan lebih cepat (Kemenkes,
2014).
Prevalensi penyakit kanker cukup
tinggi di Indonesia. Berdasarkan data Riset
Kesehatan
Dasar
(Riskesdas)
2013,
prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah
1,4 per 1000 penduduk atau sekitar 330
orang. Kanker tertinggi di Indonesia pada
perempuan adalah kanker payudara dan
kanker leher rahim, sedangkan pada laki-laki
adalah kanker paru-paru dan kanker
kolorektal (Harian Terbit, 2014). Khusus
penyakit kanker, the World Cancer Report
mengestimasi bahwa terdapat 12,4 juta
kasus baru dan 7,6 juta kematian pada tahun
2008 (IARC, 2008). Angka estimasi jumlah
kasus baru ini sedikit lebih rendah daripada
estimasi WHO (2010). Kejadian kanker
yang terbanyak adalah kanker paru (1,52
juta kasus), kanker payudara (1,29 kasus)
dan
kanker
kolorektal
(1,15
juta
kasus).Kematian tertinggi disebabkan oleh
karena kanker paru (1,31 juta kematian),
kanker lambung (780.000 kematian) dan
kanker hati (699.999 kematian) (IARC,
2008).
Penyakit kanker memiliki beberapa
penatalaksanaan, salah satu penanganan
kanker adalah dengan menjalani pengobatan
kemoterapi. Pasien kanker yang menjalani
perawatan di rumah sakit, biasanya
merasakan ketidaknyamanan di berbagai
sistem tubuh. Penanganan penyakit kanker
sebaiknya bersifat holistik atau menyeluruh.
Bentuk penanganan pasien kanker yang
bersifat holistik salah satunya dengan
perawatan paliatif. Perawatan paliatif
sebagai pendekatan yang meningkatkan
kualitas hidup pasien dan keluarga dalam
menghadapi masalah terkait dengan
penyakit yang mengancam nyawa, melalui
pencegahan dan pengurangan penderitaan
dengan cara identifikasi dini, pemeriksaan
yang baik, dan terapi rasa sakit dan masalah
lainnya, fisik, psikososial dan spiritual
(Rasjidi, 2010). Kondisi dan penanganan
penyakit kanker dengan kemoterapi dapat
menimbulkan stress, sehingga tidak saja
mempengaruhi kondisi fisik, tetapi juga
kondisi
psikologis
pasien
sehingga
dukungan keluarga diharapkan dapat
membangkitkan motivasi pasien kanker
yang menjalani kemoterapi di rumah sakit
untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih
baik (Diananda, 2008).
Di samping dukungan keluarga,
motivasi pasien untuk sembuh juga
memberikan
kontribusi
terhadap
kesembuhan penyakitnya. Motivasi pasien
dalam menjalani kemoterapi kanker
payudara adalah sebagai upaya untuk
pemenuhan suatu kebutuhan terapi agar
meringankan
gejala,
menghambat
pertumbuhan dan penyebaran kanker,
memperpanjang kelangsungan hidup dan
memperoleh kualitas hidup yang lebih baik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Saragih (2010) yang berkaitan dengan
peranan dukungan keluarga pada pasien
kanker menghasilkan kesimpulan bahwa
pentingnya
dukungan
dari
keadaan
(emosional, finansial, dan spiritual) serta
koping pasien (supresi dan mengalihkan)
untuk meningkatkan dukungan keluarga.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sari, dkk
(2013) yang berkaitan dengan dukungan
keluarga juga menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara dukungan
keluarga terhadap motivasi pasien kanker
payudara dalam menjalani kemoterapi.
Ruang One Day Care RSUD Dr.
Moewardi pada tahun 2013 terdapat 3.600
pasien kanker. Berdasarkan hasil data yang
dilakukan penulis di ruang One Day Care
RSUD Dr. Moewardi pada bulan Juni 2014
terdapat 300 pasien, bulan Juli
2014
meningkat menjadi 330 pasien, dan pada
bulan Agustus 2014 meningkat menjadi 350
pasien. Wawancara yang dilakukan terhadap
10 orang pasien kanker yang menjalani
kemoterapi didapatkan data bahwa 33,0%
pasien mengalami diare, 67,0% pasien
mengalami nyeri kejang dan kembung,
54,5% sering mengalami nyeri pinggang
bagian bawah, dan feses bercampur darah.
Melihat keluhan-keluhan yang ada pada
pasian kanker tersebut mereka kadangkadang merasa pesimis bahwa penyakitnya
tersebut tidak dapat diatasi dan tidak dapat
sembuh.Dukungan
keluarga
dan
penatalaksanaan
sangat
mendukung
kelangsungan kemoterapi yang dijalani oleh
pasien kanker tersebut.
Hasil wawancara terhadap 10 pasien
kanker yang menjalani kemoterapi diketahui
4 orang mendapatkan dukungan keluarga
yang baik dan 6 orang dukungan keluarga
kurang. Dari 10 pasien tersebut ada 6 pasien
yang menyatakan kurang mempunyai
motivasi untuk sembuh karena kemoterapi
hanya akan berdampak pada keluhan seperti
nyeri, sulit tidur, mudah lelah, kurang
semangat hidup, dan 4 pasien menyatakan
cukup termotivasi untuk sembuh karena
kemoterapi merupakan solusi yang tepat
untuk menghentikan berkembangnya kanker
tersebut walaupun memerlukan perawatan
yang lama dan biaya yang besar.Pengobatan
maupun kemoterapi pada pasien yang
menderita kanker memerlukan waktu yang
relatif lama dan pasien maupun keluarga
diharapkan dapat menjalani program
kemoterapi sampai selesai, agar dapat
dicapai hasil yang optimal. Di RSUD Dr.
Moewardi yang merupakan rumah sakit
pusat
rujukan
banyak
memberikan
pelayanan penanganan terhadap pasien
kanker mulai dari pengobatan ringan sampai
dengan tindakan operasi serta pelaksanaan
kemoterapi, hal ini terutama adalah di ruang
One Day Care RSUD Dr. Moewardi.
Berdasarkan pemikiran dan latar
belakang permasalahan di atas, maka
penelitian ini ditentukan judul “hubungan
antara dukungan keluarga dengan motivasi
untuk sembuh pada pasien kanker yang
menjalani memoterapi.
Rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah: ”Adakah hubungan antara
dukungan keluarga terhadap motivasi untuk
sembuh pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi di ruang one day care RSUD Dr.
Moewardi?”.
Tujuan penelitian ini adalah :
Mengidentifikasi karakteristik demografi
responden pasien kanker yang menjalani
kemoterapi; Mendeskripsikan dukungan
keluarga untuk sembuh pada pasien kanker
yang
menjalani
kemoterapi;
Mendeskripsikan motivasi untuk sembuh
pada pasien Kanker yang menjalani
kemoterapi;
Menganalisis
hubungan
dukungan keluarga terhadap motivasi untuk
sembuh pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi di ruang one day care RSUD Dr.
Moewardi.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif
korelasional
dengan
menggunakan
rancangan cross sectional, dimana variabel
pada subyek penelitian diukur dalam waktu
yang bersamaan.
Populasi pada penelitian ini adalah
semua pasien Kanker yang yang sedang
menjalani kemoterapi di Ruang One Day
Care RSUD Dr. Moewardi berjumlah 350
orang, diambil sampel 78 orang dengan
teknik acidental sampling.
Teknik analisis data terdiri dari
analisis univariate dan bivariat. Adapun
untuk analisis univariate menjelaskan
masing-masing variabel yang diteliti.
Adapun analisis biariate yang lain dengan
menggunakan analisis Korelasi rank
sepearman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi
Responden
Variabel
Frekuensi
f
Karakteristik
%
Umur :
< 30 tahun
13
16,7
30 – 40 tahun
27
34,6
> 40 tahun
38
48,7
Pendidikan Akhir :
SD
20
25,6
SLTP
15
19,2
SLTA
34
43,6
PT
9
11,5
Pekerjaan :
PNS
10
12,8
Wiraswasta
13
16,7
Buruh/tani
31
39,7
IRT
24
30,8
N = 78
Sumber: Data primer yang diolah, 2015.
Hasil penelitian tentang karakteristik
berdasarkan umur responden diketahui
bahwa dari 78 orang diketahui ada 13 orang
(16,7%) berumur kurang dari 30 tahun, 27
orang (34,6%) berumur antara 30 – 40
tahun, dan 38 orang (48,7%) berumur lebih
dari 40 tahun, sehingga dapat diketahui
bahwa
responden
sebagian
besar
mempunyai umur lebih dari 40 tahun yaitu
sebesar 38 orang (46,7%). Sesuai dengan
teori Papalia (2008), bahwa batasan usia
dewasa awal yaitu 20-40 tahun, dewasa
menengah yaitu 41-65 tahun, dan dewasa
akhir yaitu > 65 tahun. Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa, sebagian
besar kasus kanker terjadi pada wanita usia
> 40 tahun keatas dan dapat mempengaruhi
motivasi mereka (Smeltzer & Bare, dalam
Sari, dkk, 2012).
Hasil penelitian tentang karakteristik
berdasarkan pendidikan responden diketahui
bahwa dari 78 orang diketahui ada 20 orang
(25,6%) lulus SD, 15 orang (19,2%)
berpendidikan akhir SLTP, 34 orang
(43,6%) berpendidikan akhir SLTA, dan 9
orang (11,5%), hal ini berarti mayoritas
responden berpendidikan lulus SLTA yaitu
sebanyak 34 orang (43,6%). Dimilikinya
tingkat pendidikan yang cukup membuat
responden akan mempunyai motivasi yang
baik terhadap sesuatu yang akan diinginkan
seperti ingin cepat sembuh dari penyakitnya.
Menurut Sumidjo (2006), bahwa pendidikan
merupakan proses kegiatan pada dasarnya
melibatkan tingkah laku individu maupun
kelompok. Inti kegiatan pendidikan adalah
proses belajar mengajar. Hasil dari proses
belajar mengajar adalah terbentuknya
seperangkat tingkah laku, kegiatan dan
aktivitas. Dengan belajar baik secara formal
maupun informal, manusia akan mempunyai
pengetahuan, dengan pengetahuan yang
diperoleh seseorang akan mengetahui
manfaat dari saran atau nasihat sehingga
akan termotivasi dalam usaha meningkatkan
status kesehatan.
Hasil penelitian tentang karakteristik
berdasarkan pekerjaan responden diketahui
bahwa dari 78 orang diketahui yang
mempunyai pekerjaan PNS sebanyak 10
orang (12,6%), sebagai wiraswasta sebanyak
13 orang (16,7), sebagai buruh/tani
sebanyak 31 orang (39,7%), dan sebagai Ibu
Rumah Tangga (IRT) sebanyak 24 orang
(30,8%), hal ini berarti mayoritas responden
mempunyai pekerjaan sebagai buruh/tani
yaitu sebanyak 31 orang (39,7%). Apabila
dikaitkan dengan motivasi untuk sembuh,
pekerjaan yang dapat dilihat dari sosial
ekonomi keluarga, apabila dikaitkan dengan
motivasi pasien untuk sembuh dan
dukungan keluarga maka dengan status
ekonomi yang tinggi yang dimiliki
seseorang maka akan mempunyai dukungan
dan motivasi untuk sembuh. Hal ini menurut
Sumidjo (2006) bahwa sosial ekonomi
merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap tingkah laku seseorang. Keadaan
ekonomi keluarga mampu mencukupi dan
menyediakan fasilitas serta kebutuhan untuk
keluarganya. Sehingga seseorang dengan
tingkat sosial ekonomi tinggi akan
mempunyai motivasi yang berbeda dengan
tingkat sosial ekonomi rendah.
Dukungan Keluarga
Tabel 2. Distribusi
Frekuensi
Dukungan Keluarga
Dukungan Keluarga
F
tentang
%
Kurang
Cukup
Baik
4
37
37
5,1
47,4
47,4
Jumlah
78
100,0
Berdasarkan hasil penelitian tentang
dukungan keluarga pada1 pasien kanker
yang menjalani kemoterapi sebagian besar
mempunyai dukungan baik dan juga cukup
baik masing-masing sebanyak 37 orang
(47,4%) dan yang mempunyai dukungan
kurang hanya sebanyak 4 orang (5,1%).
Dukungan dari keluarga merupakan suatu
hal yang sangat penting bagi penderita
kanker dalam menjalani kemoterapi, karena
hal tersebut dapat lebih memotivasi pasien
dalam menjalani kemoterapinya. Jadi
pasienmerasa bahwa tetap ada yang
memberikan perhatian, kasih sayang atau
ada yang peduli kepadanya walaupun dalam
keadaan sakit. Menurut teori Bomar (2006),
dukungan keluarga adalah bentuk perilaku
melayani yang dilakukan oleh keluarga, baik
dalam
bentuk
dukungan
emosional
(perhatian, kasih sayang, empati), dukungan
penghargaan (menghargai, umpan balik),
dukungan informasi (saran, nasehat,
informasi) maupun dalam bentuk dukungan
instrumental (bantuan tenaga, dana, dan
waktu).
Dukungan keluarga adalah dukungan
yang diberikan oleh keluarga yang terdiri
dari atas informasi atau nasihat verbal dan
non verbal bantuan nyata atau tindakan yang
diberikan oleh keakraban sosial dan didapat
karena kehadiran mereka dan mempunyai
manfaat emosional atau efek perilaku bagi
pihak penerima (Gottieb, 1983, dikutip
Smet, 1994, dalam Nursalam & Kurniawati
2007). Dukungan keluarga yang baik adalah
dukungan konkret, yaitu terdapat 37 orang
(47,4%) yang mempunyai dukungan
keluarga baik pada pasien kanker dalam
menjalani kemoterapi. Dukungan keluarga
dapat membantu pasien kanker untuk
menumbuhkan
motivasi
melakukan
kemoetarapi.
Dukungan keluarga yang diberikan
dapat berbentuk perhatian secara emosi
dengan kesediaan keluarga menemani pasien
menjalani kemoterapi. Dukungan keluarga
sangat dibutuhkan oleh pasien kanker saat
menjalani kemoterapi dengan menenangkan
hati pasien bahwa keluarga akan bersamasama dan membantu pasien dalam
menghadapi kemoterapi. Hal ini sesuai
dengan Sari (2010) yang menyatakan bahwa
dukungan merupakan faktor penting yang
dibutuhkan seseorang ketika menghadapi
masalah
(kesehatan).
Salah
satunya
kelebihan masyarakat di Indonesia adalah
kekerabatannya yang kuat, dapat dilihat dari
ketika ada anggota keluarga yang sakit dan
menjalani rawat inap di rumah sakit, semua
keluarga
dan
tetangga
memberikan
dukungan dengan menunggu atau tidur di
rumah sakit secara bergantian.
Motivasi untuk Sembuh
Tabel 3. Distribusi Frekuensi tentang Motivasi
untuk Sembuh
Motivasi untuk Sembuh
F
%
Kurang
Cukup
Baik
7
34
37
9,0
43,6
47,4
Jumlah
78
100,0
Hasil penelitian diketahui bahwa
motivasi untuk sembuh pada pasien kanker
yang menjalani kemoterapi diketahui
sebagian besar mempunyai motivasi baik
yaitu sebanyak 37 orang (47,4%), yang
mempunyai motivasi cukup sebanyak 34
oirang (43,6%) dan yang hanya mempunyai
motivasi kurang sebanyak 7 orang (9,0%)
dari keseluruhan responden yang diteliti.
Motivasi merupakan sebagai dorongan
internal dan eksternal dalam diri seseorang
yang diindikasikan dengan adanya hasrat
dan minat untuk melakukan kegiatan,
dorongan dan kebutuhan untuk melakukan
kegiatan, harapan dan cita-cita, penghargaan
dan penghormatan atas diri, lingkungan
yang baik serta kegiatan yang menarik
(Nursalam, 2005). Hasil penelitian tentang
motivasi untuk sembuh menunjukkan bahwa
47,4% motivasi responden dikarenakan
responden merasa sebagai manusia maka
harus mencoba semua cara agar penyakit
sembuh termasuk dengan kemoterapi. Masih
ada 43,6% responden yang termotivasi
menjalani kemoterapi karena disarankan
oleh kerabat untuk menjalani kemoterapi
agar cepat sembuh, dan sebagian responden
yang termotivasi menjalani kemoterapi
karena perawat selalu mengingatkan jadwal
kemoterapi.
Pasien kanker yang mempunyai
motivasi yang baik disebabkan kemoterapi
telah menjadi kebutuhan bagi dirinya yaitu
kebutuhan akan rasa aman. Kemoterapi
memberikan jaminan keamanan bagi
kesehatan dirinya karena kemoterapi
merupakan pengobatan yang harus dijalani
oleh pasien kanker. Pasien yang telah
mengetahui manfaat dan dampak kemoterapi
bagi
kesehatannya
dapat
menjalani
kemoterapi dengan baik, namun bagi pasien
yang tidak mengetahui manfaat kemoterapi
dan efek samping ditimbulkan harus
menyesuaikan dengan keadaan yang baru
seperti kondisi yang tidak menyenangkan.
Hal ini sesuai dengan Maslow dalam
Purwanto (2006) yang menyatakan bahwa
salah satu kebutuhan manusia adalah
kebutuhan keamanan. Setelah kebutuhan
dasar terpenuhi manusia berupaya untuk
dapat memenuhi kebutuhan yang lebih
tinggi yaitu kebutuhan rasa aman dan
nyaman (safety need). Kebutuhan ini sangat
diperlukan karena tanpa adanya rasa aman
dari berbagai gangguan yang ada, manusia
akan sulit melakukan berbagai kegiatan
dalam hidupnya.
Motivasi yang baik adalah motivasi
internal yaitu terdapat 37 orang (47,4%)
yang menyatakan bahwa motivasi pasien
kanker baik dalam menjalani kemoterapi.
Motivasi pada pasien kanker bermanfaat
selama menjalani kemoterapi. Pasien yang
mempunyai motivasi yang baik akan patuh
dalam menjalani kemoterapi. Hal ini sesuai
dengan penelitian Saragih (2012) yang
menyatakan bahwa peranan dukungan
keluarga pada penderita yang mengalami
kemoterapi berdasarkan emosional adalah
baik.
Hubungan antara Dukungan Keluarga
dengan Motivasi untuk Sembuh
Tabel 4. Hasil analisis korelasi rank spearman
Variabel
Dungankeluarga –
Motivasi sembuh
Nilai
Korelasi
0,403
p value
0,000
Berdasarkan hasil analisis korelasi
rank spearman ( ) diketahui bahwa nilai
korelasi hitung sebesar 0,403 dengan nilai
probabilitas 0,000 (p value < 0,05), sehingga
Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara
dukungan keluarga terhadap motivasi untuk
sembuh pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi, artinya bahwa semakin baik dan
meningkat dukungan keluarga maka
semakin baik dan meningkat motivasi untuk
sembuh pada pasien kanker yang menjalani
dukungan keluarga dengan motivasi untuk
sembuh pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi. Hasil penelitian ini diperkuat
oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari,
dkk (2012),
yang meneliti tentang
hubungan dukungan keluarga terhadap
motivasi pasien kanker payudara dalam
menjalani kemoterapi, hasil penelitian
didapatkan p value = 0,008 (p value < 0,05)
dengan OR=9,000 (95% CI = 1,958-
kemoterapi tersebut, dan sifat hubungan
tergolong sedang (Colton dalam Sugiyono,
41,364), artinya Ho ditolak, sehingga
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
2010).
Dukungan keluarga yang kurang pada
signifikan antara dukungan keluarga
terhadap motivasi pasien kanker payudara
pasien kanker dapat menyebabkan pasien
tersebut kurang termotivasi menjalani
dalam menjalani kemoterapi.
kemoterapi sehingga enggan bahkan tidak
datang sesuai jadwal yang telah ditentukan
SIMPULAN
oleh dokter. Dukungan keluarga sangat
memegang
peranan
penting
dalam
menyelesaikan masalah kesehatan dalam
keluarga. Dukungan yang diberikan
keluarga dapat menumbuhkan rasa percaya
diri dan meningkatkan motivasi pasien
kanker
payudara
untuk
melakukan
kemoterapi. Hal ini sesuai dengan Stuart &
Sundeen (1995 dalam Tamher &
Noorkasiani, 2005) yang menyatakan bahwa
dukungan dari keluarga merupakan unsur
terpenting dalam membantu individu
menyelesaikan masalah. Apabila ada
dukungan, rasa percaya diri akan bertambah
dan motivasi untuk menghadapi masalah
yang terjadi akan meningkat.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan positif dan signifikan
1. Sebagian besar pasien kanker yang
menjalani kemoterapi mempunyai umur
lebih dari 40 tahun (48,7%), pendidikan
akhir SLTA (43,6%) berprofesi buruh
/tani (39,7%).
2. Sebagian besar pasien kanker yang
menjalani
kemoterapi
mempunyai
dukungan keluarga baik yaitu sebanyak
37 orang (47,4%).
3. Sebagian besar pasien kanker yang
menjalani
kemoterapi
mempunyai
motivasi untuk sembuh tergolong baik
yaitu sebanyak 37 orang (47,4%).
4. Terdapat hubungan antara dukungan
keluarga dengan motivasi untuk sembuh
pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi.
SARAN
1. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan
dapat
memberikan
peningkatan terhadap kualitas asuhan
keperawatan
dengan
melibatkan
keluarga untuk memotivasi responden
agar bersedia menjalani kemoterapi
sesuai dengan anjuran perawat maupun
dokter.
2. Bagi keluarga, pasien yang menjalani
kemoterapi
Bagi pasien kanker yang menjalani
kemoterapi akan terbentuk sebuah
motivasi yang baik untuk menjalani
kehidupan dan keluarganya diharapkan
untuk selalu memberikan motivasi
kepada pasien agar lebih patuh terhadap
jadwal dan pengobatan kanker seperti
kemoterapi.
3. Bagi rumah sakit
Bagi rumah sakit diharapkan dalam
memberikan
pelayanan
kesehatan
trerhadap pasien kanker yang menjalani
kemoterapi
tidak
hanya
dalam
pengobatan medis saja namun perlu
melibatakn dukungan keluarga dalam
rangka meningkatkan motivasi pasien
untuk sembuh, hal ini dapat berbentuk
pendidikan kesehatan atau promosi
kesehatan dengan menggunakan media
leaflet.
4. Bagi peneliti berikutnya
Bagi peneliti lain bisa menggunakan
variabel lain yang belum diteliti, seperti
umur, sikap, pengalaman, lingkungan,
fasilitas kesehatan dengan sampel yang
lebih berlainan.
DAFTAR PUSTAKA
Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta:
Rineka Cipta.
Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku Saku
Patofisiologi. Jakarta: Aditya Media
Bomar, PJ. 2006. Promoting Health in
Families: Applying family research
and theory of nursing practice.
Philadelphia:
W.B.Saunders
Company.
Depkes, RI. 2014. Prevalensi kanker di
Indonesia dan Dunia. Sumber:
http://manajemenrumahsakit.net/2014/01/preval
ensi-kanker-di-indonesia-dan-dunia.
diakses tanggal 01 Nopember 2014.
Diananda. 2008. Mengenal Seluk-beluk
Kanker. Jogjakarta : Katahati.
Dinkes Surakarta. 2009. Gambaran Statistika
Kejadian Penyakit Tidak Menular di
Kota Surakarta. Tidak dipublikasikan.
Eriksson, L., Carides, A. D., Gertz, B. J.,
2004, Prevention of Cisplatin-Induced
Emesis by the Oral Neurokinin-1
Antagonist, MK-869, in Combination
With Granisetron and Dexamethasone
or With Dexamethasone Alone, J Clin
Oncol.
Gale, Danielle & Charette, Jane. 2006.
Rencana
Asuhan
Keperawatan
Onkologi. Jakarta : EGC.
Harianterbit.com. 2014. Prevalensi Penyakit
Kanker di Indonesia, Tinggi. Jum’at,
09 Mei 2014. Diakses tanggal 4
Nopember 2014.
IARC. 2008. Monographs on the Evaluation of
Carcinogenic Risks to Humans (WHO
International Agency for Research on
Cancer).
Kemenkes R.I. 2014. Profil Kesehatan
Infonesia Tahun 2014. Jakarta:
Depkes.
Lewis. 2008. Medical surgical nursing;
Assesment and management of clinical
problem (5th ed). Philadelphia:
Mosby.
Muchlisin, Abi dan Novarina. 2012.
Hubungan
Dukungan
Keluarga
tentang Senam Lansia dengan
Keaktifan Mengikuti Senam di
Posyandu Peduli Insani di Mendungan
Desa Pabelan Kartasura Tahun 2012.
Jurnal Publikasi. Surakarta: UMS.
Notoatmodjo S. 2010. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Setiadi, 2007. Konsep dan penulisan Riset
Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Papalia, Diane E. 2008. Human Development,
terjemahan A. K. Anwar, Jakarta :
Kencana.
Smeltzer & Bare. 2010. Keperawatan Medikal
Bedah. Edisi 8 Vol. 1. Jakarta:
EGC.
Potter & Perry. 2009. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan. Jakarta: EGC
Sumidjo, Wahyu. 2006. Kepemimpinan dan
Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Purnawan, Eva Rahayu. 2009. Hubungan
Antara Dukungan Keluarga Melalui
Interaksi Sosial, Upaya Penyediaan
Transportasi,
Finansial,
Dan
Dukungan
Dalam
Menyiapkan
Makanan Dengan Respon Kehilangan
Pada
Lansia,
diakses
dari
http://unsoed.ac.id/index.php /keperawatan/article/ view/249/ 100, tanggal 5
Juni 2015
Tamher, S. & Noorkasiani. 2009. Kesehatan
Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Purwanto. 2006. Psikologi Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rifki Zaki Yamani, Nur Mukarromah dan
Musrifatul Uliyah (2011), yang
meneliti tentang : “Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu tentang Kanker
Serviks dengan Perilaku Ibu dalam
Melakukan Pemeriksaan PAP SMEAR
di
Desa
Ketawang
Daleman
Kecamatan
Ganding
Kabupaten
Sumenep. Jurnal Kesehatan. Malang.
Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology :
Biopsychososial Interaction Third.
Saragih, Rosita. 2012. Peranan Dukungan
Keluarga dan Koping Pasien dengan
Penyakit
Kanker
terhadap
Pengobatan Kemoterapi di RB I
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2010. Jurnal
Keperawatan. FIK, UDA, Medan.
Sari, Mahwita, Irvani, dan Utami. 2012.
Hubungan
Dukungan
Keluarga
terhadap Motivasi Pasien Kanker
Payudara
dalam
Menjalani
Kemoterapi di Ruang Cendrawasih I
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
Jurnal Keperawatan. PSIK STIKES
Hangtuah Pekanbaru.
Usman, Moh. Uzer. 2005. Teori Belajar dan
Motivasi. Jakarta;: Remaja Rosda
Karya.
Wawan
dan Dewi. 2010. Teori dan
Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Download