BERITA TERKINI Efektivitas Kemoterapi Paclitaxel-Carboplatin Biweekly pada Kasus Kanker Ovarium Epitelial S ampai saat ini, kombinasi satu obat kemoterapi golongan taxane dan satu obat kemoterapi golongan platinum masih menjadi regimen standar untuk kemoterapi pada kasus kanker ovarium. National Comprehensive Cancer Network (NCCN) dalam guideline Ovarian Cancer versi 2.2014 masih mencantumkan paclitaxel dan cisplatin sebagai kemoterapi adjuvan standar pada kasus kanker ovarium epitelial stadium II-IV. Namun paclitaxel dan carboplatin juga diterima sebagai regimen kemoterapi adjuvan standar pada kasus kanker ovarium epitelial, jika dokter yang bersangkutan mengacu pada guideline menurut European Society of Medical Oncology (ESMO 2013). Salah satu keterbatasan kombinasi kemoterapi ini adalah masalah efek samping. Meskipun paclitaxel sering dikaitkan dengan efek samping neuropati perifer, efek samping terkait hematologi juga sering dilaporkan. Karena masalah toksisitas hematologi, para ahli mencoba memodifikasi jadual pemberian paclitaxel-carboplatin; dari interval yang semula setiap 3 minggu, menjadi setiap minggu. Namun, karena risiko neuropati paclitaxel berkaitan dengan dosis kumulatif paclitaxel itu sendiri, maka penjadualan kemoterapi setiap minggu justru mempercepat pasien masuk ke kondisi neuropati perifer; jika dibandingkan dengan penjadualan setiap tiga minggu. Bagaimana data klinis jadual pemberian paclitaxel-carboplatin setiap 2 minggu sekali? Penjadualan seperti ini belum pernah dicantumkan dalam guideline; mungkin karena belum banyak diteliti. Untuk itulah Yoneyama dkk. melakukan uji klinik fase 2, memberikan paclitaxel 120 mg/m2 IV drip 90 menit di hari pertama, dikombinasi dengan carboplatin AUC 3 IV drip 1 jam di hari pertama (rumus Calvert); diulang setiap 2 minggu selama setidaknya 8 siklus kemoterapi. Peneliti mendapatkan data dari 42 pasien, dengan rerata usia 60,5 tahun. Berikut hasil studi yang diperoleh: Efektivitas • Response rate (RR) 66,7% (95% CI 50,5%-80,4%). • Median progression-free survival (PFS) 18,5 bulan. • Overall survival (OS) 59,1 bulan. Toksisitas dan keamanan • Efek samping neutropenia derajat 3 dan 4 ditemukan pada 61% subjek; namun tidak ada yang sampai mengalami febrile neutropenia. • Efek samping neuropati perifer derajat 3 ditemukan pada 4,9% subjek. • Efek samping mual ditemukan pada 2,4% subjek. Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa kemoterapi kombinasi paclitaxel-carboplatin 2 minggu sekali efektif untuk pasien kanker ovarium epitelial. Selain efektif, kombinasi ini juga cukup dapat ditoleransi dan kejadian toksisitas relatif lebih jarang jika dibandingkan paclitaxel-carboplatin yang diberikan 3 minggu sekali. Hasil studi di atas menunjukkan bahwa PFS yang berhasil dicapai dengan paclitaxelcarboplatin 2 mingguan adalah 18,5 bulan. PFS ini lebih pendek apabila dibandingkan dengan PFS dari studi kombinasi paclitaxelcarboplatin yang diberikan setiap minggu, yaitu 22 bulan. Namun jika dibandingkan dengan regimen 3 mingguan, angka PFS ini relatif setara (17,2 bulan). Peneliti mengemukakan bahwa memendeknya PFS ikut dipengaruhi oleh massa residual tumor yang lebih besar dari 1 cm setelah pembedahan, faktor ini diduga berkontribusi terhadap perburukan prognosis pasien. Response rate sebesar 66,7% (95% CI 50,5%-80,4%) setara dengan perkiraan jangkauan response rate di populasi umum terkait regimen paclitaxel-carboplatin 3 mingguan, yaitu 66,7-82,0%. Perlu diperhatikan juga bahwa tipe sel yang mengalami keganasan pada kanker ovarium turut menentukan prognosisnya. Sebagai contoh, pasien karsinoma clear cell cenderung memiliki prognosis lebih buruk daripada pasien karsinoma epitelial. Hal terakhir yang perlu diingat adalah bahwa penjadualan kemoterapi paclitaxel-carboplatin yang sudah diakui guideline adalah terapi setiap 3 minggu sekali dan seminggu sekali; pemberian paclitaxelcarboplatin dengan jeda 2 minggu belum dapat dimasukkan ke guideline; mungkin karena jumlah sampel masih sangat sedikit. Jika dilihat dari aspek efek samping, ditemukan bahwa efek samping neuropati perifer derajat 2 hingga 4 ditemukan pada 7,2% subjek. Angka ini lebih rendah daripada temuan efek samping neuropati perifer pada pemberian paclitaxel-carboplatin 3 mingguan (12,5%) dan mingguan (31,8%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa: 1. Saat ini paclitaxel-carboplatin masih menjadi kemoterapi pilihan utama pada kasus kanker ovarium, dengan penjadualan terapi setiap 3 minggu sekali atau seminggu sekali. 2. Response rate terhadap kemoterapi paclitaxel-carboplatin tiap 2 minggu setara dengan paclitaxel-carboplatin tiap 3 minggu. 3. Progression-free survival cenderung makin membaik (memanjang) jika kemoterapi paclitaxel-carboplatin diberikan dengan interval sedekat mungkin; meskipun mungkin membawa risiko efek samping mielosupresif berat. 4. Respons dan prognosis kanker ovarium tipe epitelial yang mendapat paclitaxelcarboplatin lebih baik daripada prognosis pada kanker ovarium tipe lainnya. 5. Diperlukan studi skala lebih besar untuk memastikan manfaat kemoterapi paclitaxelcarboplatin 2 mingguan dan perbandingan dengan jadual pemberian lainnya. (HLM) REFERENSI: 1. NCCN clinical practice guidelines in oncology: Ovarian cancer including fallopian tube cancer and primary peritoneal cancer, version 2.2014 [Internet]. Available from: http://www.nccn. 2. Ledermann JA, Raja FA, Fotopoulou C, Gonzalez-Martin A, Colombo N, Sessa C. Newly diagnosed and relapsed epithelial ovarian carcinoma: ESMO clinical practice guidelines. Ann Oncol 3. Yoneyama K, Konishi H, Yahata T, Fujita K, Aoki Y, Doi D, et al. A phase II study of paclitaxel and carboplatin with a biweekly schedule in patients with epithelial ovarian cancer: Gynecologic org/professionals/physician_gls/pdf/ovarian.pdf 2013;24(Suppl 6):vi24-vi32. Cancer Network Trial. J Nippon Med Sch.2014; 81(1):28-34. CDK-221/ vol. 41 no. 10, th. 2014 757