KANKER ANAK : PERAN KELUARGA DALAM MEMBANGUN SEMANGAT JUANG PASIEN Seperti pada umumnya seorang pasien yang membutuhkan perhatian, begitu pula seorang pasien kecil. Apalagi pasien penyakit Kanker yang tentu bukan penyakit yang mudah untuk disembuhkan secara cepat. Penyakit Kanker ini memang bisa disembukan saat ini, akan tetapi butuh waktu untuk proses penyembuhannya, sehingga kesabaran dan kerja kerasa serta semangat juang menjadi syarat utama dari segi psikologis bagi pasien dan orang tua pasien dalam proses penyembuhan ini. Pada umumnya penyakit kanker pada anak adalah jenis leukemia atau kanker darah dan jenis tumor di beberapa bagian tubuh. Pengobatan untuk jenis kanker ini biasanya berupa kemoterapi dan diselingi oleh radiasi dan berbagai obat lainnya. Secara psikologi seorang pasien kecil tentu tertekan dengan keadaan yang dihadapinya. Dimana ia biasa bebas bermain dan melakukan beraktivitas, akan tetapi setelah menjalani proses kemoterapi kebebasan ini seakan terenggut karena dampak kemoterapi yang beragam. Dari mengalami kerontokan rambut, hingga kelumpuhan pada beberapa organ tubuh. Tentu perubahan kondisi ini akan berdampak pada psikologis anak yang masih belum stabil secara emosi, berbagai dampak yang biasa terjadi antara lain, perasaan tertekan, perasaan gelisah akan masa depan, perasaan merasa bersalah karena telah membebankan orang tua, perasaan merasa bersalah karena telah menyita waktu dan pikiran anggota keluarga lain, perasaan mempertanyakan berapa besar biaya yang akan dikeluarkan, perasaan apakah ia bisa sembuh, perasaan resah karena berbagai dampak kemoterapi yang terjadi, perasaan, perasaan bagaimana masa depannya jika pun ia bisa sembuh. Kegelisahan dan keresahan ini terkadang tidak bisa diungkapkan dengan baik, atau bahkan tidak diungkapkan oleh pasien kecil ini, ia leih memilih diam dan menyimpan di dalam diri mereka sendiri. Hal ini tentu menjadi suatu beban psikologis yang harus diatasi oleh keluarga agar seorang pasien bisa menjalani proses pengobatan dengan baik. Disinilah peran keluarga menjadi penting, sebagai seorang anak tentu ia akan melihat dan mencontoh dan mendapatkan inspirasi dari komunitas terdekat, yang bukan lain adalah keluarganya. Ia akan melihat apakah orang tua nya telah berjuang dengan baik dalam menunjang pengobatannya, ia akan melihat apakah orang tua nya tulus dan ikhlas dalam berkorban untuk menyembuhkan dirinya, ia akan melihat apakah orang tua nya mempunyai harapan agar dirinya sembuh. Peran saudara kandungpun tak ketinggalan, seorang kakak diharapkan bisa memberikan motivasi dan menjadi tempat curhat, memberikan pendampingan, dan menjadi sosok kakak yang diharapkan bisa melindungi. Seorang adik bisa memberikan kebahagiaan kepada kakaknya yang sedang sakit dengan menjadi seorang adik yang mau membantu untuk berbagai hal, seperti mengingatkan untuk minum obat, menemani kemoterapi, dan sesekali memberikan kejutan atau hadiah yang bisa memberikan kebahagiaan dan senyuman kepada pasien. Dalam menghadapi penyakit kanker, keluarga harus merasa sebagai satu tim yang saling bekerja sama untuk menyembuhkan pasien, saling memahami, toleransi, bekerja keras, dan berkorban. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan jika keluarga tidak satu padu dalam berusaha menyembuhkan pasien. Secara psikologis seorang anak juga akan mendapatkan semangat lebih untuk tetap “hidup” dalam menjalani protokol pengobatan. Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan adalah, bagaimana keluarga bisa membangun kondisi berpikir positif disekitar pasien, hindari pembicaraan tentang kendala pendanaan di depan pasien kecil, hindari menangis atau tampak putus harapan didepan pasien, atau hal-hal lain yang memungkinkan adanya tekanan psikologis kepada pasien. Begitu pula pola hidup keluarga yang butuh disesuaikan, hal yang paling mendasar adalah perubahan pola makan, dimana penderita kanker sangat dijauhkan dari makanan instan dan berpengawet, mereka sangat butuh makanan yang bersih dan sehat. Konsekuensi logis dari hal ini adalah, satu keluarga juga harus mengikuti pola makan ini, meninggalkan makanan instan dan turut mendukung pasien dalam menjalankan pengobatan. Permasalahan lain yang sering muncul adalah terlalu dimanjakannya pasien selama masa pengobatan, orang tua terlalu overprotected terhadap pasien dan tidak mengizinkan pasien untuk melakukan aktivitas sebagaimana anak seusianya. Alangkah baiknya jika seorang anak di bebaskan untuk beraktivitas, seperti belajar, bangun pagi, sekolah dan olahraga dengan pengawasan. Dengan adanya interaksi sosial yang cukup, seorang anak akan bisa lebih bersemangat untuk bertahan hidup karena ia terbiasa bersama dengan kawan-kawan seumuran yang tentu akan bisa membuat ia lebih bahagia. Dampak pasca-pengobatan jika seorang pasien kanker tidak terlalu dimanjakan adalah ia akan lebih dewasa dan lebih siap menghadapi kehidupan pasca-pengobatan. Pada akhirnya memang keluarga sangat menentukan semangat “hidup” seorang pasien, menunjang secara psikologis kemampuan pasien dalam menerima pengobatan dan menyiapkan pasien pascapengobatan. Menjadi sebuah tanggung jawab bersama bagi kita semua keluarga yang dimana ada salah satu anggota keluarganya terkena penyakit kanker untuk bisa bekerja sama dalam menyelesaikan perjuangan melawan kanker ini. Ridwansyah Yusuf Achmad Marketing Director Cancer Buster Community-Yayasan Onkologi Anak Indonesia Cancer Survivor-ALL Leukemia 1998-2002.