Operasi, Kemoterapi, Radioterapi dan Terapi Sulih

advertisement
Operasi, Kemoterapi, Radioterapi dan Terapi
Sulih Hormon Tidak Menyembuhkan Kanker
Payudara
Einstein berkata : Insanity is to the do the same thing over and over again and
expecting different results (kegilaan adalah melakukan hal yang sama
berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda). Apakah anda dapat
belajar sesuatu kebijakan dari seorang ahli ilmu pengetahuan ini ? Pasien di USA,
Australia, New Zealand, dan Malaysia menerima perawatan yang sama dan
semuanya berakhir dengan hasil yang sama.
Operasi, Kemoterapi, Radioterapi dan Terapi Sulih
Hormon Tidak Menyembuhkan Kanker Payudara
Kasus 1
Fay (bukan nama sebenarnya) adalah seorang wanita Malaysia berusia 45 tahun.
Ia didiagnosa menderita kanker payudara pada September 2006.
· Fay melakukan operasi mastektomi dan pembersihan kelenjar getah
bening pada daerah ketiak.
· Setelah melakukan operasi, ia melanjutkan terapi radiasi sebanyak 25
kali dan 6 kali kemoterapi. Obat-obatan yang digunakan antara lain 5-FU,
Epirubin dan Cyclophosphamide (FEC). Seluruhnya selesai pada April 2007.
· Setiap 4 bulan sekali, Fay harus kembali ke dokter ahli kankernya
untuk melakukan pemeriksaan rutin dan semuanya baik-baik saja.
· Pada bulan Agustus 2008, Kanker kembali ditemukan pada tulang –
L2, L5, tulang sakral dan tulang pelvis.
· Fay mengkonumsi Tamoxifen selama hampir 2 tahun (November 2006
– Agustus 2008). Pengobatan dengan Tamoxifen gagal dan dokternya
menyarankan untuk mengganti obatnya dengan Arimidex.
· Fay menerima saran dokter untuk melakukan kemoterapi lagi dan
sangat menderita akibat efek samping yang ditimbulkan.
Kasus 2
Rin (bukan nama sebenarnya) seorang wanita Indonesia berumur 40 tahun,
tinggal di United States (USA). Ia menulis sebagai berikut :
· Awalnya saya didiagnosa menderita kanker payudara pada Desember
2004.
Powered by EasyFAQ by Joomla-addons.org
· Saya melakukan operasi pengangkatan benjolan di payudara kiri pada
Februari 2005.
· Setelah operasi tersebut, saya menjalani 8 kali kemoterapi. Dan
setelah kemoterapi saya mengalami menopause.
· Lalu saya menjalani radioterapi sebanyak 35 kali dan selesai pada
Oktober 2005.
· Saya mengkonsumsi obat Tamoxifen, 20 mg sehari.
· Saya melakukan pemeriksaan rutin dengan dokter ahli kanker saya
selama 6 bulan dan saya melakukan mammogram 1 tahun sekali dan selama dua
tahun lalu saya juga melakukan tes kepadatan tulang (bone density test).
· Pada Agustus 2008, saya mulai merasa nyeri pada kaki kiri dan
kadang-kadang juga terasa pada lengan kiri saya. Nyeri tersebut tidak kunjung
hilang dan bahkan semakin nyeri. Lalu saya tidak dapat berjalan lurus dan
menekuk lutut. Ini membuat sangat sulit untuk naik dan turun tangga.
· Pada November 2008, saya melakukan scan seluruh tubuh dan juga
melakukan CT-scan. Kanker tersebut telah menyebar ke tulang lengan atas, kaki
kiri dan L5.
· Saya lalu menjalani lagi radioterapi pada daerah yang sakit sebanyak
10 kali.
· Pada Desember 2008, Saya membuat sediaan darah tepi pada kaki
kiri saya.
· Dokter saya mengganti obat-obatan dari Tamoxifen menjad Arimidex.
Kasus 3
Gay (bukan nama sebenarnya) adalah seorang wanita berusia 43 tahun asal
Australia. Ia didiagnosa menderita kanker payudara pada tahn 1999. Ia menulis :
· Saya mendapat terapi 6 bulan kemoterapi dan 3 bulan terapi radiasi.
· Lalu saya mulai mengkonsumsi obat Tamoxifen selama 5 tahun dan
diganti dengan Arimidex.
· Saya tidak mengalami masalah apapun sampai 6 bulan kemarin, saya
merasakan sedikit nyeri pada bagian kanan atas perut saya dan Tumor marker
(hasil pemeriksaan antibodi tumor) saya meningkat.
· Setelah beberapa kali diperiksa, ternyata hasilnya telah terjadi
metastase ke tulang.
Powered by EasyFAQ by Joomla-addons.org
Kasus 4
· Sri (bukan nama sebenarnya), seorang wanita berusia 57 tahun asal
Indonesia, didiagnosa menderita kanker payudara pada payudara kirinya di tahun
2003. Ia menjalani operasi mastektomi lalu diikuti dengan kemoterapi dan
radioterapi. Pada saat kami bicara padanya, Sri ternyata menjalani kemoterapi
otak dan ia tidak mampu menjelaskan detail perawatan yang dilakukannya.
Respon balik atas pertanyaan kami pun juga dirasakan sangat lambat. Sri
menjalani semua terapi ini di New Zealand. Sri pergi untuk melakukan
pemeriksaan rutin dan diberitahu bahwa semuanya baik-baik saja. Namun pada
tahun 2007, ia merasa tidak begitu sehat. Dari pemeriksaan lebih lanjut
ditemukan indikasi metastase ke tulang. Lalu ia menjalani lagi 6 siklus
kemoterapi dan 10 kali terapi radiasi. Semua perawatan ini selesai pada
November 2008. Sri pergi ke Penang pada Februari 2009 dan melakukan
CT-Scan. Hasil yang didapat adalah sebagai berikut :
o Lesi di T1 dan T5 Vertebra.
o Nodul pada C5 dan Lesi pada L4 korpus vertebra.
o Beberapa lesi lisis pada tulang iliaka kiri.
o Kemungkinan terjadi sirosis hepatis.
Apa yang dapat kita pelajari dari keempat kasus tersebut ?
1. Pasien-pasien ini telah mendapat dan menjalani semua perawatan
medis yang diperlukan – operasi, kemoterapi, radioterapi dan obat-obatan oral –
Tamoxifen dan Arimidex. Mereka telah mendapat yang terbaik yang ilmu
kedokteran tawarkan namun kanker terus berlanjut.
2. Dokter ahli kanker mengatakan semua perawatan ini telah terbukti
secara ilmiah, disetujui FDA didukung oleh data-data yang dibahas oleh
rekan-rekan dalam jurnal kedokteran. Yang menjadi pertanyaan adalah : apa
yang sangat istimewa dari semua ini ? Kenapa pasien-pasien ini masih
mengalami metastase ? Apa yang dimaksud dengan “kebenaran dan
kejujuran” yang sebenarnya dari semua perawatan ini?
3. Apakah pernah terlintas pada pikiran seseorang bahwa
ketidakmampuan untuk sembuh dan kemampuan kanker tersebut
untuk menyebar dapat terjadi karena perawatannya itu sendiri?
Powered by EasyFAQ by Joomla-addons.org
4. Coba kita lihat kasus-kasus ini lagi. Fay di Malaysia mengalami
metastase 1 tahun 4 bulan sesudah menyelesaikan semua perawatan medisnya.
Rin di USA dan Sri di New Zealand mengalami metastase kurang lebih tiga tahun
setelah perawatan medisnya, sedangkan Gay dari Australia mengalami
metastase sekitar delapan tahun setelah perawatannya. Semua kasus ini
menunjukkan masalah yang sama yang dihadapi sebagian besar pasien
dimanapun di dunia ini. Bukan masalah dimana anda hidup dan apa atau siapa
diri anda, melakukan hal yang sama dan menghasilkan hasil yang sama.
Einstein berkata : Insanity is to the do the same thing over and over again and
expecting different results (kegilaan adalah melakukan hal yang sama
berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda). Apakah anda dapat
belajar sesuatu kebijakan dari seorang ahli ilmu pengetahuan ini ? Pasien di USA,
Australia, New Zealand, dan Malaysia menerima perawatan yang sama dan
semuanya berakhir dengan hasil yang sama. Bertahun-tahun, saya mengamati
cerita yang mirip diulang lagi dan lagi begitu banyak sampai-sampai metastase
pada tulang dapat atau pasti terjadi setelah perawatan tersebut. Untuk
mengharapkan hasil yang berbeda adalah apa yang Einstein katakan dengan
insanity (kegilaan).
Pertanyaan-pertanyaan yang terngiang dalam pikiran kita : mengapa mereka
yang mengetahui hal ini TIDAK melakukan sesuatu tentang itu ? Kenapa pasien
dibiarkan dalam kegelapan dan tidak diperingatkan tentang
kemungkinan-kemungkinan tersebut ? Mungkin kami dapat melakukan LEBIH
dari sekedar meresepkan obat ? Tamoxifen seharusnya untuk mencegah
terjadinya kekambuhan tetapi dari semua kasus diatas, Tamoxifen telah gagal
secara menyedihkan. Kenapa kita tidak melihat ke belakang melihat apa yang
telah kita lakukan sampai hari ini ?
Powered by EasyFAQ by Joomla-addons.org
Download