BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker payudara merupakankanker yang terjadi karena terganggunya sistem
pertumbuhan sel di dalam jaringan payudara. Payudara tersusun atas kelenjar susu,
jaringan lemak, kantung penghasil susu, dan kelenjar getah bening. Sel abnormal
bisa tumbuh di empat bagian tersebut, dan mengakibatkan kerusakan yang lambat
tetapi pasti menyerang payudara (Nurcahyo, 2010 ).
Kanker payudara jika tidak dideteksi secara dini maka akan cenderung pada stadium
lanjut, sehingga dilakukan serangkaian pengobatan yaitu pembedahan, terapi radiasi,
kemoterapi, dan terapi kombinasi. Masing-masing cara dari pengobatan kanker
tersebut masih memiliki kelemahan, sehingga pengobatan kanker pada umumnya
sampai saat ini belum ada yang menunjukkan hasil yang memuaskan. Salah satu
pengobatan yang dilakukan pasien kanker payudara adalah kemoterapi. Pengobatan
ini menggunakan obat anti kanker untuk membunuh sel kanker (Ramli, 2005).
Kemoterapi merupakan penggunaan preparat anti neoplasma, sebagai upaya untuk
membunuh sel - sel tumor yang mengganggu fungsi reproduksi seluler. Biasanya
kemoterapi dilakukan pada beberapa penyakit kanker yang spesifik seperti kanker
payudara, kanker rahim, kanker paru, leukemia tetapi selalu ada laporan baru tentang
neoplasma yang sebelumnya tidak dapat diatasi. Obat kemoterapi digunakan untuk
membunuh dan menghambat perkembangan sel kanker payudara. Obat kemoterapi
sangat efektif ketika sel-sel sedang membelah, namun obat ini tidak dapat
membedakan sel sehat yang sedang membelah seperti folikel rambut yang dapat
mengakibatkan efek samping pada rambut sehingga menjadi rontok. Sel-sel normal
dapat pulih kembali dalam waktu yang singkat, namun sel-sel kanker payudara yang
rusak biasanya tidak dapat pulih kembali.
1
2
Komunikasi
terapeutikmerupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh
perawat, perawat berperan penting dalam proses penyembuhan atau pemulihan
kondisi pasien. Selain pengobatan medis tercapainya kesembuhan pasien juga dapat
dipengaruhi oleh penciptaan suasana fisik dan sosiopsikologis yang mendukung.
Istiyanto dan Syafei (2003) unsur percaya terhadap staf medis dan daya tarik yang
diperlihatkan akan menimbulkan ketaatan atau kepatuhan pasien terhadapstaf medis
hal ini merupakan kekuatan yang memotivasi pasien untuk sembuh.
Kepatuhan pasien untuk menjalankan pengobatan yang ditawarkan oleh dokter
maupun perawat akan sangat dipengaruhi oleh cara dokter atau perawat dalam
memberikan informasi tentang pengobatan tersebut. Agar seseorang mau melakukan
suatu tindakan tertentu diperlukan proses komunikasi yang efektif antara seorang
provider dengan pasien dan/atau keluarganya. Komunikasi yang tidak efektif antara
petugas kesehatan dengan pasien dan atau keluarganya dapat mengganggu kepatuhan
pasien (Basuki,2009)
Kepatuhan pasien terhadap pengobatan kanker meliputi ketaatan mengikuti jadwal
terapi yang sudah ditetapkan sesuai dengan protokol pengobatan yang dipilih dalam
bentuk beberapa siklus yang harus diikuti. Siklus pengobatan ini hendaknya diikuti
sampai tuntas tanpa terputus karena sel-sel kanker adalah sel yang sangat cepat
mengalami perkembangan jauh melebihi sel-sel tubuh yang normal. Jika proses
pengobatannya tidak tuntas, sel-sel tersebut dapat berkembang lagi menjadi lebih
banyak (Sanofi, 2011).
Pasien kanker seringkali tidak patuh terhadap pengobatan dengan berbagai alasan,
antara lain masalah biaya, ingin mencoba pengobatan alternatif serta tidak tahan
terhadap efek samping seperti seperti kerontokan rambut, daya tahan tubuh yang
menurun, sariawan, mual, muntah. Di samping itu, proses pengobatan kanker yang
memakan waktu tidak sebentar, takut akan kematian serta tidak adanya dukungan
keluarga seringkali juga membuat pasien frustasi dan akhirnya berhenti berobat
(drop-out). Komunikasi yang baik dengan perawat serta dukungan keluarga dalam
hal ini sangat dibutuhkan agar pasien mau patuh menjalani pengobatan.” ungkap dr.
Samuel lebih lanjut ( Sanofi, 2011).
Anderson (2002) dalam penelitiannya tentang komunikasi dokter, perawat dan pasien
di Hongkong, mendapatkan bahwa pasien yang rata-rata diberi 18 jenis informasi
untuk diingat dalam setiap konsultasi, hanya mampu mengingat 31 % saja. Dari
penjabaran dan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang
efektif sangat diperlukan .Tenaga kesehatan harus memberikan informasi yang
lengkap guna meningkatkan pemahaman penderita sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi.
Penelitian yang dilakukan oleh Uweubun tentang Pengaruh Komunikasi Terapeutik
Perawat Terhadap Kepatuhan Penderita Kanker Oayudara Dalam Menjalankan
Kemoterapi Di Hope Clinic Medan Tahun 2012, hasil penelitian menunjukan bahwa
secara statistik sikap perawat tentang kepatuhan, teknik komunikasi perawat terhadap
kepatuhan, serta isi pesan perawat dalam komunikasi berpengaruh terhadap
kepatuhan penderita kanker payudara dalam menjalankan kemoterapi diperoleh nilai
p=0,0037< 0,005 berarti ada pengaruh variabel komunikasi perawat terhadap
kepatuhan penderita kanker payudara dalam menjalankan kemoterapi.
Penelitian yang dilakukan Endang S Basuki tentang Konseling Medik; Komunikasi
Interpersonal Kunci Menuju Kepatuhan Menjalani Kemoterapi (2009) , hasil
penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan yang erat antara komunikasi
interpersonal perawat dengan kunci menuju kepatuhan menjalani kemoterapi.
Menurut WHO (dalam Fact Sheet,2012) menyebutkan bahwa pada tahun 2008 dilari
7,6 juta kematian di dunia yang terjadi akibat penyakit, 13% kematian tersebut
disebabkan oleh penyakit kanker dan 458 ribu kasus kanker payudara. Secara
nasional insiden kanker belim tentu dapat diidentifikasikan karena belum terdapat
registrasi kanker di Indonesia terdapat sebanyak 23.310 kejadian kanker dan kanker
payudara sebanyak 2.743 pasien (Haryono, 2012).
3
4
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi kanker di Indonesia
sebesar 1,4 per 1000 penduduk. Kanker merupakan penyebab kematian nomor tujuh
di Indonesia dengan presentasi 5,7% dari seluruh penyebab kematian. Berdasarkan
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) pada tahun 2010, Kanker payudara dan kanker
leher rahim merupakan jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap maupun rawat
jalan di seluruh RS di Indonesia, dengan jumlah pasien sebanyak 12.014 orang
(28,7%) untuk kanker payudara, dan kanker leher rahim 5.349 orang (12,8%),
leukemia 4.342 orang (10,4%), lymphoma 3.486 orang (8,3%) dan kanker paru 3.244
orang (7,8%).
Dari data studi pendahuluan yang dilakukan oleh Ni Ketut Kardiyudiani di
RS.Kanker Darmais Jakarta, ditemukan data bahwa pada tahun 2011 ada 10 jenis
kanker yang paling sering terjadi yaitu: kanker payudara 43,7 %,kanker cerviks
26,4%,kanker paru 11,3%, kanker nasofaring 10,4%, hepatoma 7,6%, kanker thyroid
6,2 %%, kanker colon 6%, kanker ovariumx5,7%, kanker rekti 5,6% dan LMNH
3,5%. Hal ini menunjukkan bahwa kanker payudara paling banyak terjadi daripada
kejadian kanker lain.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh peneliti dari medical record,
mendapatkan jumlah pasien penderita kanker payudara sebanyak 480 orang pada
tahun 2013. Pada saat peneliti melakukan wawancara kepada penderita kanker
payudara sebanyak 5 orang, ada 3 orang yang mengatakan mereka tidak rutin
menjalani kemoterapi karenaketerbatasan keterampilan perawat dalam melakukan
komunikasi interpersonaldan 2 orang yang mengatakan mereka terbengkalai biaya
pengobatan,karena relatif mahal.
Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut
tentang apakah ada Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Kepatuhan
Menjalani Kemoterapi di RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013?
B.Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakangdiatas yang menjadi permasalahan penelitian adalah
bagaimana hubungan komunikasi terapeutik perawat pada penderita kanker payudara
dalam menjalankan kemoterapi di RSUD. Dr Pirngadi Medan?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepatuhan
penderita kanker payudara dalam menjalankan kemoterapi di RSUD.Dr Pirngadi
Medan.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui komunikasi terapeutik perawat dengan kepatuhan
menjalani kemoterapi pada penderita kanker payudara di RSUD Dr.Pirngadi
Medan Tahun 2014.
b) Untuk mengetahui kepatuhan menjalani kemoterapi pada penderita kanker
payudara di RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian
1. Penderita Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi penderita,
bahwa ada hubungan komunikasi terapeutik dari seorang perawat yang berdampak
dengan kepatuhan penderita kanker payudara dalam menjalani kemoterapi.
2. Bagi Perawat
Diharapkan sebagai masukan bagi perawat dalam meningkatkan pelayanan
keperawatan yang berhubungan dengan penerapan komunikasi terapeutik untuk
meningkatkan kepatuhan penderita kanker payudara dalam menjalankan
kemoterapi.
5
6
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pengaruh
komunikasi
terapeutik
terhadap
kepatuhan
penderita
kanker
payudara
menjalankan kemoterapi.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Menjadi acuan untuk meneliti dalam melakukan penelitian selanjutnya yg
berhubungan dengan komunikasi terapeutik dengan kepatuhan menjalani
kemoterapi pada penderita kanker payudara.
‘
Download