APLIKASI MODEL INFILTRASI PADA TANAH DENGAN MODEL KOSTIYACOV DAN MODEL HORTON MENGGUNAKAN ALAT RAINFALL SIMULATOR JURNAL ILMIAH KONSERVASI SUMBERDAYA AIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh: JATI KUNCORO MUNALJID NIM. 115060400111057-64 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2015 APLIKASI MODEL INFILTRASI PADA TANAH DENGAN MODEL KOSTIYACOV DAN MODEL HORTON MENGGUNAKAN ALAT RAINFALL SIMULATOR 1 2 2 Jati Kuncoro Munaljid , Lily Montarcih L , Runi Asmaranto , Dian Noorvy K 1. Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2. Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 3. Mahasiswa Program Doktor Teknik Sumber Daya Air Universitas Brawijaya Teknik Pengairan Universitas Brawijaya – Malang, Jawa Timur, Indonesia Jalan MT. Haryono 167 Malang 65145 Indonesia e-mail: [email protected] 3 ABSTRAK Pada siklus hidrologi, hujan yang jatuh ke tanah membentuk limpasan dan beberapa diantaranya masuk ke dalam tanah (infiltrasi). Penelitian ini ditekankan pada infiltrasi terhadap tanah menggunakan alat rainfall simulator yang bertujuan untuk mengetahui model infiltrasi terbaik jika mengaplikasikan Model Kostiyacov dan Model Horton terhadap laju infiltrasi pada alat simulator hujan. Tanah yang akan diuji pada alat simulator hujan akan divariasikan 3 macam kepadatan yaitu d1, d2, dan d3. Setiap 1 kepadatan memiliki 3 macam kemiringan yaitu 2%, 3%, dan 4%. Setiap percobaan pada alat simulator hujan memiliki intensitas hujan sebesar 2lt/menit. Dari hasil analisa, menunjukan laju infiltrasi sangat dipengaruhi oleh kepadatan dan kemiringan. Kepadatan tanah dan kemiringan yang semakin tinggi membuat nilai laju infiltrasi semakin kecil. Sebaliknya, kepadatan tanah dan kemiringan yang semakin rendah membuat nilai laju infiltrasi semakin besar. Rata – rata kesalahan relatif pada Model Horton 20,365% lebih kecil dibandingkan pada Model Kostiyacov 29,498%, dan nilai korelasi pada Model Horton 0,884 lebih besar dari Model Kostiyacov 0,594. Hasil ini menunjukan Model Horton lebih baik dari Model Kostiyacov pada penelitian di alat rainfall simulator. Kata Kunci: Laju Infiltrasi, Kepadatan, Kemiringan, Kesalahan Relatif, dan Nilai Korelasi ABSTRACT The hydrological cycle of rain that falls to the ground forming a runoff and some of which gores into the ground named infiltration. This research is emphasized in the infiltration to land using the rainfall simulator aims to find out the best model infiltration if apply Model Kostiyacov and Model Horton of infiltration rate on the rainfall simulator. The land that will be tested on the rainfall simulator to be varried 3 kinds of desinty that is d1, d2, and d3. Every 1 density has 3 kinds of slope that is 2%, 3%, and 4%. Any experiments on the rainfall simulator has an itensity of 2lt/minute. From the Results of analysis, showed the infiltration rate is highly influenced By the density Any slope. The density and slope the higher of making value the infiltration rate is getting smaller. In contrast, the density and slope the lower of making value the infiltration rate is getting bigger. The relative error on average Model Horton 20,365% smaller than on Model Kostiyacov 29,498% and the value correlation Model Horton 0,884 bigger than Model Kostiyacov 0,594. The results indicate the Model Horton is better than Model Kostiyacov on the research rainfall simulator. Keywords: Infiltration Rate, Density, Slope, Relative Error, and Value Correlation. semakin rapat pori-pori tanah maka semakin kecil laju infiltrasinya dibanding tanah yang memiliki pori-pori lebih besar akan memiliki laju infiltrasi yang besar dan miringnya lahan juga mempengaruhi laju infiltrasi pada lahan, tetapi itu semua tergantung dari perlakuan disetiap lahannya. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan berkembang sangat pesat yang disebabkan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang tinggi, pertumbuhan ekonomi dan perkembangan parawisata, menyebabkan lahan-lahan yang tertutup oleh bangunan-bangunan kedap air (beton, aspal, dan sejenisnya) yang menyebabkan berkurangnya resapan air hujan ke dalam tanah, dan bertambah besarnya aliran permukaan (surface run off). Perubahan tata guna tanah di daerah resapan akibat pembangunan untuk pengembangan permukiman, industri dan fasilitas perkotaan diperkirakan telah mengganggu rantai siklus hidrologi. Berdasarkan siklus hidrologi, Soemarto (2008) menyatakan bahwa proses daur atau siklus hidrologi adalah air laut menguap karena adanya radiasi matahari, dan awan yang terjadi oleh uap air, bergerak di atas daratan didesak oleh angin. Desakan angin dan tabrakan diantara butir-butir uap air akan menjadi hujan. Hujan yang jatuh ke tanah membentuk limpasan (runoff) yang mengalir kembali ke laut. Beberapa diantaranya masuk ke dalam tanah (infiltrasi) dan bergerak terus ke bawah (perkolasi) ke dalam daerah jenuh (saturated zone) yang terdapat di bawah permukaan air tanah atau permukaan phreatik. Air dalam tanah ini bergerak perlahan-lahan melewati akuifer masuk sungai atau kadang-kadang langsung ke laut. 1.3 Batasan Masalah Terdapat beberapa batasan – batasan dalam pembahasan skripsi ini, yaitu : 1. Penentuan lokasi pengambilan sample tanah di Kelurahan Tlogomas kota Malang. 2. Penelitian dilakukan pada kondisi sifat fisik tanah, yaitu ukuran butiran tanah, berat jenis tanah, berat isi tanah, kadar air, volume tanah. 3. Penentuan laju infiltrasi berdasarkan variasi kemiringan, kepadatan dan intesitas hujan 2 liter/menit 4. Penelitian menggunakan alat rainfall simulator. 5. Hasil penelitian tidak dibandingkan dengan kondisi lapangan. 1.4 Rumusan Masalah Penelitian ini didasarkan pada masalah sebagai berikut: 1. Berapa besar kesalahan relatif jika mengaplikasikan Model Kostiyacov dan Model Horton terhadap laju infiltrasi pada alat simulator hujan? 2. Berapa besar nilai korelasi jika mengaplikasikan Model Kostiyacov dan Model Horton terhadap laju infiltrasi pada alat simulator hujan? 1.5 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini ada 2 yaitu : 1. Mengetahui kesalahan relatif jika mengaplikasikan Model Kostiyacov dan Model Horton terhadap laju infiltrasi pada alat Simulator Hujan. 2. Mengetahui nilai korelasi jika mengaplikasikan Model Kostiyacov dan Model Horton terhadap laju infiltrasi pada alat Simulator Hujan. Manfaat dari penelitian ini adalah: pemerintah diharapkan dapat mengelola 1.2 Identifikasi Masalah Infiltrasi merupakan masuknya aliran air kedalam tanah melalui permukaan tanah. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya: intensitas curah hujan, porositas tanah, kerapatan massa tanah, kadar air tanah, tekstur tanah, struktur tanah, kepadatan tanah, kemiringan lahan. Berdasarkan uraian diatas laju infiltrasi dipengaruhi oleh pori-pori tanah, 1 daerah perkotaan, terutama hidrologi perkotaan dengan menerapkan konsep drainase yang berwawasan lingkungan (eco drainage). Dimana a dan b adalah konstanta. Konstanta a dan b tergantung pada karakteristik tanah dan kadar air tanah awal. Konstanta ini tidak bisa ditentukan sebelumnya dan biasanya ditentukan dengan penarikan sebuah garis lurus pada kertas grafik untuk data empirik atau dengan menggunakan metode pangkat terkecil. 2. Model horton adalah salah satu model infiltrasi yang terkenal dalam hidrologi. Horton mengakui bahwa kapasitas infiltrasi berkurang seiring dengan bertambahnya waktu hingga mendekati nilai konstan. Horton menyatakan pandangannya bahwa penurunan kapasitas infiltrasi dikontrol oleh faktor yang beroperasi di permukaan tanah dibanding dengan proses aliran di dalam tanah. Model Horton dapat dinyatakan secara matematis mengikuti persamaan berikut: 𝑓 = 𝑓𝑐 + (𝑓𝑜 − 𝑓𝑐)𝑒 −𝑘𝑡 ; i ≥ fc dan k = konstan Keterangan: f = laju infiltrasi nyata (cm/h) fc = laju infiltrasi tetap (cm/h) fo = laju infiltrasi awal (cm/h) k = konstanta geofisik Model ini sangat simpel dan lebih cocok untuk data percobaan. Kelemahan utama dari model ini terletak pada penentuan parameternya fo, fc dan k dan ditentukan dengan data fitting. II. TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi merupakan gerakan air dari permukaan tanah yang tidak kedap air masuk ke dalam tanah karena adanya gaya grafitasi dan gaya kapiler tanah. Selanjutnya peristiwa infiltrasi didefinisikan berbeda-beda oleh beberapa ahli, namun demikian bila ditelaah secara mendalam definisi tersebut mempunyai pengertian pokok yang hampir sama, yaitu perpindahan air dari atas ke dalam permukaan tanah. Laju maksimal gerakan air masuk ke dalam tanah dinamakan kapasitas infiltrasi. semakin tinggi kepadatan tanah, maka infiltrasi akan semakin kecil. Kepadatan tanah ini dapat disebabkan oleh adanya pengaruh benturan-benturan hujan pada permukaan tanah. Penentuan besarnya infiltrasi dapat dilakukan dengan melalui tiga cara, yaitu: 1. Menentukan perbedaan volume air hujan buatan dengan volume air larian pada percobaan labolatorium menggunakan simulasi hujan buatan (metode simulasi labolatorium). 2. Menggunakan alat ring infiltrometer (metode pengukuran lapangan) 3. Teknik pemisahan hidrograf aliran dari data aliran air hujan (metode separasi hidrograf). Model dalam perhitungan infiltrasi sebagai berikut : 1. Model Kostiyakov menggunakan pendekatan fungsi power dengan tidak mamasukkan kadar air awal dan kadar air akhir (saat laju infiltrasi tetap) sebagai komponen fungsi. Fungsi infiltrasi dan laju infiltrasi disajikan pada persamaan di bawah ini: 𝐹 = 𝑎𝑡 𝑏 , 0 < b < 1 𝑑𝐹 𝑓= = 𝑎𝑏𝑡 𝑏−1 𝑑𝑡 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Studi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Tlogomas di Kota Malang. Kota Malang terletak ditengah-tengah wilayah Kabupaten Malang. Secara geografis wilayah Kota Malang berada diantara 112,06° – 112,07° Bujur Timur dan 7,06° – 8,02° Lintang Selatan, dengan luas wilayah 11.005,66 ha (110,06 km2). Batas – batas wilayah Kota Malang pada sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Singosari dan Karangploso, sebelah selatan berbatasan dengan 2 Kecamatan Tajinan dan Pakisaji, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pakis dan Tumpang, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Wagir dan Dau. LOKASI Gambar 1. Daerah Lokasi Penelitian 3.2 Bahan dan Peralatan yang Digunakan Bahan : 1. Pengambilan sample tanah ini dilakukan di Kelurahan Tlogomas yang berada di Kota Malang. Alat : 1. Rainfall simulator digunakan untuk membuat simulasi pada penelitian ini. Rainfall simulator merupakan alat yang memungkinkan kita melihat siklus hidrologi dalam skala kecil, tetapi ada faktor yang tidak dimasukan dalam alat ini yaitu evapotranspirasi dan evaporasi. Gambar 2. Diagram Pengoperasian Alat Alir Skema 3.3 Diagram Alir Pengerjaan Langkah – langkah pengerjaan dapat dilihaat pada diagram alir berikut ini : Gambar 3. Diagram Alir Pengerjaan Skripsi 3 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Karakteristik Tanah Pada penelitian ini, sampel tanah yang digunakan berasal dari tanah galian berlokasi di Kelurahan Tlogomas. Tanah galian tersebut dibawa ke Laboratorium Tanah dan Air Tanah untuk dilakukan pengujian berat jenis tanah dan gradasi butiran tanah. 4.1 Analisis Berat Jenis Tanah Berat jenis tanah atau Specific Gravity adalah perbandingan antara berat tanah dengan berat air yang memiliki volume sama dengan tanah tersebut pada suhu atau temperatur yang sama. Hasil perhitungan didapatkan nilai Specific Gravity (Gs) = 2,223 Gambar 4. Klasifikasi Menurut Segitiga Tekstur Tanah ( USDA ) 4.1.1 Analisis Ukuran Butiran Tanah Gradasi ukuran butiran tanah sebagai berikut : Tabel 1. Analisis Ukuran Butiran Tanah Didapatkan bahwa tanah galian di Kelurahan Tlogomas termasuk campuran tanah liat dan lempung berlanau (silty clay loam) . Ukuran Butiran Tanah (φ) Sand Silt Clay (%) (%) (%) 4.1.3 Menentukan Kepadatan Tanah ( ɣd ) Kepadatan direncanakan sebanyak 3 variasi yaitu : 1. Kepadatan 1 ( d1 ) Tanah dengan berat kering 120 kg kemudian ditambahkan air 20%. Tanah di padatkan dengan penumbuk seberat 2,9 kg. Tanah dipadatkan dengan 3 lapisan masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak 2 putaran. Putaran digunakan untuk mendapatkan ketinggian disetiap sisi sama. Tinggi tanah setelah di padatkan menjadi 13,4 cm. Kemudian akan didapatkan nilai ɣd dari kepadatan 2 putaran adalah 0,83 gr/cm3. 2. Kepadatan 2 ( d2 ) Tanah dengan berat kering 120 kg kemudian ditambahkan air 20%. Tanah di padatkan dengan penumbuk seberat 2,9 kg. Tanah dipadatkan dengan 3 lapisan masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak 4 putaran. Putaran digunakan untuk mendapatkan ketinggian disetiap sisi sama. Tinggi tanah setelah di padatkan menjadi 11,5 cm. Kemudian akan Lokasi Tlogomas 18,0 46,8 35,2 Berat Jenis (Gs) 2,223 4.1.2 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Tekstur (USDA) Komposisi butiran tanah tersebut dapat diklasifikasikan menurut United Stated Department of Agriculture (USDA) didapatkan hasil sebagai berikut : 4 didapatkan nilai ɣd dari kepadatan 4 putaran adalah 0,96 gr/cm3. 3. Kepadatan 3 ( d3 ) Tanah dengan berat kering 120 kg kemudian ditambahkan air 20%. Tanah di padatkan dengan penumbuk seberat 2,9 kg. Tanah dipadatkan dengan 3 lapisan masing - masing lapisan ditumbuk sebanyak 6 putaran. Putaran digunakan untuk mendapatkan ketinggian disetiap sisi sama. Tinggi tanah setelah di padatkan menjadi 10,2 cm. Kemudian akan didapatkan nilai ɣd dari kepadatan 6 putaran adalah 1,09 gr/cm3. wI = (berat air / berat tanah kering) × 100% = (5,24/25,04)×100% = 20,92% wII = (berat air / berat tanah kering) × 100% = (3,11/17,84)×100% = 17,42% wIII = (berat air / berat tanah kering) × 100% = (4,42/23,68)×100% = 18,67% w = (wI + wII + wIII ) / 3 = (20, 92 + 17,42 + 18,67) /3 = 19,00% Berat isi tanah kering (ɣd) ɣd = Ws / Vtanah = 120000/(97 x 111,7 x 13,4) = 0,83 gr/cm3 Kemiringan (s) = 2% (diperoleh dari pengaturan pada alat simulator hujan) 4.2. Hasil dan Pembahasan Laju infiltrasi Pengukuran laju infiltrasi pada alat simulator hujan menunjukkan bahwa laju infiltrasi akan terus berkurang sejalan dengan bertambahnya waktu. Bertambahnya waktu air yang meresap ke dalam tanah, membuat lapisan tanah menjadi basah dan tanah akan dalam keadaan jenuh air, sehingga tanah tidak mampu lagi menyerap air. Hubungan laju infiltrasi dengan kepadatan dan kemiringan berpengaruh terhadap waktu berkurangnya tanah untuk meresap air dan terhadap nilai konstan laju infiltrasi yaitu sebagai berikut: Gambar 5. Proses Pemadatan Tanah 4.1.4 Parameter yang Mempengaruhi Infiltrasi Parameter-Paremeter lain yang mempengaruhi laju infiltrasi sebagai berikut : Tabel 2. Perhitungan ParameterParameter Pengaruh Infiltrasi Nama Gs d1 d2 d3 2,223 kepadatan (yd) (gr/cm3) kadar air (%) 0,83 19,00 0,96 22,53 1,09 28,75 kemiringan (%) 2 3 4 2 3 4 2 3 4 Berikut ini contoh analisis perhitungan parameter - parameter misalnya pada D1 sebagai berikut : Berat jenis (Gs) = 2,223 (diperoleh dari uji berat jenis di laboratorium) Kadar air (w) = 19,00 % ( kadar air rata-rata ) 5 Tabel 3 Pengaruh Kepadatan dan Kemiringan Terhadap Laju Infiltrasi Nama kemiringan (%) d1 d1 d1 d2 d2 d2 d3 d3 d3 2 3 4 2 3 4 2 3 4 Kepadatan ( yd ) (gr/cm3 ) 0,83 0,96 1,09 laju infiltrasi konstan (mm/mnt) 0,3692 0,2769 0,0923 0,2307 0,1846 0,0923 0,1846 0,1384 0,0923 Pada saat kemiringan sama dan kepadatan yang semakin rendah yaitu f D3 2%, f D2 2% dan f D1 2% maka nilai laju infiltrasinya pada saat konstan akan semakin besar. Gambar 7. Kurva Laju Infiltrasi D3 2% Persamaan yang didapatkan adalah persamaan Model Kostiyacov yaitu Y= 9,3025x0,855. Sedangkan Model Horton harus mencari nilai k, k didapat dari kurva berikut : Dari perhitungan keseluruhan percobaan maka di dapat kurva sebagai berikut : Gambar 6. Perbedaan Pengaruh Laju Infiltrasi Terhadap Kepadatan dan Kemiringan Berdasarkan gambar 6. laju infiltrasi dipengaruhi oleh kepadatan dan kemiringan sebagai berikut : Pada saat kepadatan sama dan kemiringan yang semakin tinggi yaitu f D1 2%, f D1 3% dan f D1 4% maka nilai laju infiltrasinya pada saat konstan akan semakin kecil. Pada saat kemiringan sama dan kepadatan yang semakin tinggi yaitu f D1 2%, f D2 2% dan f D3 2% maka nilai laju infiltrasinya pada saat konstan akan semakin kecil. Pada saat kepadatan sama dan kemiringan yang semakin rendah yaitu f D1 4%, f D1 3% dan f D1 2% maka nilai laju infiltrasinya pada saat konstan akan semakin besar. Gambar 8. Kurva Perbandingan Log(f-fc) dengan Waktu (menit) Persamaan yang didapat dari kurva diatas adalah Y = -28,195x + 18,283. Persamaan tersebut digunakan untuk mencari nilai k. Contoh perhitungan mencari nilai k sebagai berikut : k = (-1 / 0,434m) = (-1 / (0,434 x -28,195) = 0,0817 Nilai k kemudian dimasukan dalam perhitungan Model Horton yang menghasilkan kurva sebagai berikut : 6 Gambar 9. Kurva Perbandingan Laju Infiltrasi Model Horton dengan Model kostiyacov terhadap f pengukuran Model Kostiyacov dan Model Horton dicari kesalahan relatif dan nilai korelasi. Perhitungan kesalahan relatif dan nilai korelasi di setiap percobaan sebagai berikut : Tabel 4 Perhitungan Rata – Rata Kesalahan Relatif dan Nilai Korelasi Gambar 8. Kurva Perbandingan Laju Infiltrasi (mm/menit) dengan Waktu (menit) Setelah mendapatkan data – data yang dibutuhkan untuk Model Kostiyocov dan Model Horton, kemudian perhitungan Model Kostiyocov dan Model Horton pada menit 120 adalah sebagai berikut: f hitung (mm/menit) = y = 9,3025x-0,855 = 9,3025 x ( 120-0,855 ) = 0,1552 mm/menit f horton (mm/menit) = f = fc + ( fo – fc ) x e-kt = 0,1846 + (( 1,8459 – 0,1846 ) x 2,718 -0,817 x 120 ) = 0,1847 mm/menit KR f Kostiyocov (%) (f pengukuran−f kostiyacov) = 𝑥 100 % f pengukuran = (0,1846−0,1552) 0,1846 (0,1846−0,1847) 0,1846 Nilai Korelasi Model Model Kostiyacov Horton 0,669 0,859 Nama Percobaan 1 f D1 2% 2 f D1 3% 33,489% 23,969% 0,590 0,826 3 f D1 4% 35,448% 24,853% 0,549 0,902 4 f D2 2% 35,218% 30,255% 0,586 0,858 5 f D2 3% 39,987% 27,199% 0,560 0,877 6 f D2 4% 27,087% 19,341% 0,572 0,914 7 f D3 2% 18,740% 8,980% 0,619 0,882 8 f D3 3% 28,116% 5,857% 0,588 0,847 f D3 4% 29,002% 20,481% 0,612 0,988 29,498% 20,365% 0,594 0,884 9 Rata - Rata Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4 mendapatkan rata – rata kesalahan relatif dan rata – rata nilai korelasi. Kesalahan relatif pada Model Horton sebesar 20,365% lebih kecil dibandingkan Model Kostiyacov sebesar 29,498%. Kesalahan relatif semakin kecil semakin baik karena mendekati dengan nilai f pengukuran. Nilai korelasi pada Model Horton sebesar 0,884 lebih besar dibandingkan Model Kostiyacov sebesar 0,594. Nilai korelasi yang besar lebih baik karena memiliki hubungan yang searah dengan f pengukuran. 𝑥 100 % = 15,920 % KR f Horton (%) (f pengukuran−f horton) = 𝑥 100 % f pengukuran = Kesalahan Relatif Model Model Kostiyacov Horton 18,399% 22,347% No 𝑥 100 % = 0,050 % Dari perhitungan kedua model diatas, mendapatkan kurva perbandingan antara model horton dan model kostiyacov terhadap f pengukuran sebagai berikut : V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di laboratorium tentang pengaplikasikan Model Kostiyacov dan Model Horton terhadap laju infiltrasi pada alat simulator hujan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kesalahan relatif pada model yang bernilai kecil lebih baik karena mendekati dengan nilai f pengukuran pada alat simulator hujan. Kesalahan 7 relatif pada Model Kostiyacov memiliki nilai minimum 18,399% dan nilai maksimum 39,987%. Kesalahan relatif pada Model Horton memiliki nilai minimum 5,857% dan nilai maksimum 30,255%. Rata – rata kesalahan relatif pada Model Kostiyacov adalah 29,498%, sedangkan rata – rata kesalahan relatif pada Model Horton adalah 20,365%. 2. Nilai Korelasi pada model yang bernilai lebih besar adalah yang baik karena memiliki hubungan yang searah dengan nilai f pengukuran pada alat simulator hujan. Nilai korelasi pada Model Kostiyacov memiliki nilai minimum 0,549 dan nilai maksimum 0,619. Nilai korelasi pada Model Horton memiliki nilai minimum 0,826 dan nilai maksimum 0,988. Rata – rata nilai korelasi pada Model Kostiyacov adalah 0,594, sedangkan rata – rata nilai korelasi pada Model Horton adalah 0,884. Berdasarkan dari rata – rata kesalahan relatif dan rata – rata nilai korelasi, Model Horton adalah model yang paling mendekati dengan pengukuran laju infiltrasi pada alat simulator hujan. hidayah-Nya kepada penulis. Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian ini, antara lain : 1. Kedua Orang Tua dan Saudarasaudaraku, terima kasih atas semangat, perhatian dan doa serta dukungan material dan spiritual. 2. Ir. Moh Sholichin., ST Ph.D. selaku Ketua Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya. 3. Dr. Ir. Lily Montarcih Limantara, M.Sc. dan Dr. Runi Asmaranto, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar membimbing saya. 4. Dr. Ery Suhartanto ST, MT. dan Anggara WWS, ST, Mtech. selaku Dosen Penguji. 5. Teman-teman Teknik Pengairan angkatan 2011, sahabatku fijabaci, Crazy Boyz, Meteor, Pegasus dan CK yang telah mendukung dalam penyelesaian ini. Dalam penyusunan laporan ini penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki sehingga saran dan kritik sangatlah diperlukan. Jika ada kelebihan dari laporan ini semata-mata datangnya dari Allah SWT dan jika ada kekurangan semata-mata datangnya dari penulis. Akhirnya, penulis ucapkan terima kasih dan semoga laporan ini bermanfaat Aamiin. 5.2 Saran Dalam pengukuran laju infiltrasi di laboratorium, sebaiknya percobaan dilakukan dengan memperbanyak variasi kemiringan (%), kepadatan (ɣd) dan bisa ditambahkan intensitas hujan yang bervariasi untuk memperkuat hasil yang diinginkan. Untuk model infiltrasi bisa ditambahkan untuk membandingkan dengan model lainnya sehingga dapat memperkuat hasil model dengan pengukuran di laboratorium. Pada penelitian dibutuhkan ketelitian dalam menghitung dan mengukur untuk mendapatkan hasil yang maksimal. VI. Daftar Pustaka Anonim.2013.http://www.jurnalmalang.c om/2013/12/daftar-kelurahan-dankecamatan-serta.html. Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 5.3 Ucapan Terima Kasih Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, petunjuk dan Bowles,J. E. 1984. Sifat-sifat Fisik dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah).Edisi kedua Jakarta: Erlangga 8 Braja M. Das 1988. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis). Surabaya: Institut Teknologi 10 Nopember Pratama, H. A. 2012. Hasil Penelitian Fakultas Teknik. Model Ekperimen Pengaruh Kepadatan, Intensitas Curah Hujan dan Kemiringan Terhadap Resapan pada Tanah Organik. Makasar: Fakultas Teknik Universitas Hasanudin. Hakim, dkk. 1986. Dasar-dasar Imu Tanah. Lampung: Universitas Lampung. Seyhan, E. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Hardiyatmo, H. C. 2012. Mekanika Tanah I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Indarto, 2010. Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi. Jakarta :Bumi Askara Singh, A. 1989. Review Article. Digital Change Detection Techniques Using Remotely-sensed Data. International Journal Remote Sensing. Islami, Wani. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Semarang: IKIP Semarang Press. Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Januardin. 2008. Pengukuran Laju Infiltrasi pada Tata Guna Lahan yang Berbeda di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan. Medan: Departemen Ilmu Tanah FP USU. Soemarto, C. D. 2008. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional Surabaya Indonesia. Soesanto, 2008. Kompetensi Dasar Mahasiswa Mampu Melakukan Analisis Infiltrasi. Jember: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember. Maryono. 2004. Banjir, Kekeringan dan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sosrodarsono, S. 1993. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Mbagwu JSC. 1994. Humic substances and surfactants effects on the stability of two tropical soils. Soil Sci. Soc. Am. J. Suripin, 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi. Mega, W. S. 2013. Klasifikasi kemiringan Lereng dengan Menggunakan Pengembangan Sistem Informasi Geografis Sebagai Evaluasi Kesesuaian Landasan Pemukiman Berdasarkan Undang-Undang Tata Ruang dan Metode Fuzzy. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember Wilson, E. M. 1993. Hidrologi Teknik. Bandung: Penerbit ITB Bandung. Noorvy, D. 2000. Analisa Penentuan Model Infiltrasi pada Alat Simulator Hujan Untuk Tanah Lempung Berliat Jenuh Air. Malang: Universitas Brawijaya. 9 10