bagaimana memperbaiki infiltrasi air hujan ke dalam tanah

advertisement
BAGAIMANA MEMPERBAIKI INFILTRASI AIR HUJAN
KE DALAM TANAH?
Infiltrasi tergantung pada adanya KECUKUPAN porositas di permukaan tanah untuk
jalan meresapnya air hujan, dan cukupnya porositas tanah lapisan bawah (subsoil) dan
bahan induk tanah (jika dangkal ) untuk menyimpan air hujan. Ketika porositas dari
permukaan tanah terlalu rendah untuk menerima curah hujan , atau porositas lapisan
tanah terlalu rendah untuk memungkinkan air hujan meresap masuk (permeabilitas
tanah terlalu lambat ) , maka infiltrasi air hujan akan terbatas dan sejumlah air hujan
akan hilang sebagai limpasan permukaan.
Porositas tanah permukaan mungkin telah berkurang karena penyumbatan pori-pori
oleh partikel yang terlepas dari agregat tanah akibat pukulan air hujan , atau karena
pengendapan partikel tanah pada permukaan tanah menjadi kerak-permukaan yang
kedap dan padat. Porositas tanah lapisan bawah secara alami mungkin rendah , atau
mungkin telah berkurang dengan adanya pemadatan dan pengolahan tanah yang telah
merusak ruang pori tanah, menyebabkan permeabilitas yang rendah pada zone di
bawah lapisan olah. Tingkat penurunan porositas tanah akibat pengolahan tanah
seringkali cukup besar untuk membatasi penetrasi akar , dan permeabilitas terhadap air
hujan juga berkurang .
Porositas tanah permukaan dapat dipelihara dan dilindungi terhadap efek pukulan air
ghujan melalui penutupan dan pelindung muka tanah, biasanya residu sisa panen
tanaman sebelumnya, tanaman pentuup tanah atau mulsa permukaan; dan dengan
memastikan tanah tidak terganggu oleh pengolahan tanah. Hal ini paling baik dilakukan
melalui apa yang disebut Pertanian Konservasi. Efek dari pertanian konservasi adalah
infiltrasi yang lebih tinggi dan mengurangi limpasan permukaan dan banjir, telah
didokumentasikan dengan baik di Brasil (FAO, 2000).
Jika seluruh konsep tersebut di atas tidak dapat diterapkan, peningkatan status
kelembaban tanah masih dapat dicapai, meskipun mungkin tidak pada tingkat yang
memuaskan, yaitu dengan tindakan lain yang ditujukan untuk memperpanjang masaguna air hujan. Hal ini termasuk penggunaan residu tanaman sebagai mulsa
permukaan, masa bera, tanaman penutup atanh atau vegetasi alami, perlindungan atau
penutupan sementara tanah penggembalaan dan hutan dari pemanenan, dan
pengolahan tanah menurut garus kontur, dilengkapi dengan tindakan fisik untuk
menahan air hujan.
Penerapan secara teratur pengolahan dangkal dengan menggunakan “disk atau tined”
untuk menghancurkan kerak-permukaan untuk meningkatkan porositas tanahpermukaan dan meningkatkan infiltrasi air hujan tidak dianjurkan. Peningkatan porositas
tanah permukaan yang diperoleh dnegan cara ini hanya bersifat sementara dan
pembentukan kerak-permukaan dapat terjadi kembali setelah terjadi hujan lebat.
Kegiatan Budidaya tanaman menyebabkan terganggunya ruang pori tanah, dan
penggunaan bajak-cakram,
seringkali menyebabkan pemadatan tanah, yang
menghambat pertumbuhan akar dan perkolasi air hujan. Pengolahan tanah juga
mempercepat hilangnya bahan organik tanah yang mengarah pada kerusakan progresif
arsitektur tanah dan penurunan jumlah dan stabilitas pori-pori yang memungkinkan
pertumbuhan akar dan gerakan air hujan. Pengolahan tanah secara regular tidak
dianjurkan untuk mengatasi keterbatasan infiltrasi yang disebabkan oleh rendahnya
porositas permukaan tanah.
Menggunakan residu tanaman di permukaan tanah untuk meningkatkan infiltrasi dan
mengurangi limpasan permukaan
Penutup muka tanah dari residu tanaman menyerap sebagian besar energi dari air
hujan yang jatuh di atasnya; dan pada saat air hujan ini mencapai tanah di bawahnya,
kemampuannya untuk menghancurkan agregat tanah dan melepaskan partikel halus
sudah sangat berkurang. Akibatnya, hanya ada sedikit atau tidak ada penyumbatan pori
tanah oleh hancuran partikel tanah , dan sedikit pengendapan partikel tanah yang akan
membentuk kerak permukaan. Manfaat residu tanaman sebagai penutup muka tanah
yang paling jelas pada tanah yang pada awalnya mempunyai kondisi yang baik, tetapi
pada kondisi yang baik sekalipun, limpasan permukaan masih dapat terjadi.
Misalnya, limpasan permukaan akan terjadi ketika intensitas curah hujan lebih besar
dari laju dan kapasitas infiltrasi tanah , atau ketika ruang pori tanah yang sudah penuh
dengan air karena solum tanah tipis (dangkal), rendahnya kapasitas simpanan airtanah, atau lapisan tanah dibawahnya (subsoil) mempunyai permeabilitas yang rendah.
Ketika residu penutup muka tanah diterapkan pada tanah dengan permukaan yang
sangat terdegradasi dan porositasnya rendah , manfaat penutup ini pada infiltrasi
mungkin saja terbatas. Dalam situasi seperti itu , disarankan untuk mempercepat
penyembuhan porositas tanah permukaan sebelum menerapkan penutup residutanaman, dengan jalan mengolah tanah sekali untuk menghancurkan kerak-permukaan
dan cadas di bawah permukaan, diikuti dengan periode bera dengan mulsa permukaan
residu-tanaman untuk meningkatkan pembentukan dan stabilisasi porositas tanah .
Pemilihan bahan penutup muka tanah tergantung pada apa yang tersedia secara lokal.
Residu tanaman penutup muka tanah dapat terdiri dari:
1. Residu Tanaman sisa-panen dibiarkan di lapangan setelah panen tanaman
sebelumnya.
2. Tanaman penutup tanah ditaburkan musim sebelumnya dan meninggalkan di
permukaan tanah setelah panen atau aplikasi herbisida.
3. Pangkasan Daun dan cabang dari pohon yang tumbuh di area tanam.
4. Mulsa rumput, semak, gulma, sampah, sekam dan bahan limbah organik lainnya.
Opsi terakhir (mulsa) membutuhkan residu-tanaman yang harus diambil dari
tempat lain, diangkut ke daerah tanam dan kemudian diterapkan di lapangan,
sedangkan pada pilihan lain, residu-tanaman dapat diproduksi di dalam area
tanam.
Mekanisme peningkatkan infiltrasi air hujan oleh residu-tanaman penutup muka tanah
(mulsa permukaan)
Kontak fisik antara residu penutup dengan permukaan tanah menghambat pergerakan
air limpasan , memberikan kesempatan lebih banyak waktu untuk infiltrasi sehingga
mengurangi volume limpasan . Ada dua aspek penutupan muka tanah:
1. Semua penutup permukaan menyerap energi dari air hujan sehingga mencegah
rusaknya ruang pori tanah yang menjadi jalan meresapnya air hujan ;
2. Penutup muka tanah memperlambat limpasan, memberikan lebih banyak waktu
untuk infiltrasi .
Tingkat kontak tutup muka tanah sangat penting terutama di lereng yang curam , pada
tanah-tanah yang mempunyai tingkat infiltrasi alamiah yang rendah , dan pada tanahtanah terdegradasi dengan kerak-permukaan yang kompak-padat dan porositasnya
rendah . Selain itu, residu-tanaman penutup muka-tanah dapat diakses oleh makro organisme tanah dan dapat merangsang aktivitasnya . Sejumlah besar biopori
kemungkinan akan terbentuk, menyebabkan infiltrasi dan perkolasi yang lebih cepat.
Hal inilah yang menyebabkan mengapa gangguan besar seperti pengolahan atau
pembenaman residu sisa panen ke dalam tanah, mulsa atau bahan organik lainnya
secara drastis dapat mengurangi efeknya terhadap perbaikan infiltrasi dan
pengurangan limpasan permukaan air hujan.
Daftar Pustaka
FAO. 2000. Zero tillage development in tropical Brazil; the story of a successful NGO
activity. By John N. Landers. In FAO Agricultural Services Bulletin No. 147. FAO,
Rome.
FAO. 2001. No-till agriculture for sustainable land management: lessons: learned from
the 2000 Brazil study tour. Draft for TCI Occasional Paper Series. Rome: FAO
Investment Centre Divison.
Shaxson, T.F. 2001. Soil moisture conservation. In Vol. 1 of: Conservation Agriculture,
a worldwide challenge. (eds.: L. García-Torres, J. Benites, A. Martinez-Vilela).
Córdoba (Spain): XUL Publishers. 2 vols. ISBN 84-932237-1-9 (vol. 1), 84932237-2-7 (vol.2).
………….MK.Pengelolaan Sumberdaya Lahan; smno.psdl.ppsub.2013
Download