Bab 1 - Widyatama Repository

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Para pelaku bisnis barang dan jasa yang jumlahnya meningkat dengan pesat
akhir-akhir ini membawa dampak yang tinggi dalam tingkat pesaingan dunia bisnis.
Sikap selektif konsumen dalam memilih produk dan banyaknya tawaran yang
menarik dari para pelaku bisnis, mengakibatkan para pelaku binis mulai lebih gencar
melakukan promosi untuk mempengaruhi konsumen melakukan keputusan
pembelian. Begitu pula dengan para pelaku bisnis dibidang air minum dalam
kemasan yang semakin hari semakin gencar melakukan promosi. Meningkatnya
konsumsi air minum dalam kemasan didalam negeri setiap tahun membuka peluang
peningkatan investasi asing dan lokal pada sektor tersebut. Berdasarkan data
Kementerian Perindustrian, pada periode Januari-September 2012 penanaman modal
dalam negeri (PMDN) sektor makanan dan minuman mencapai Rp7,7 triliun,
sedangkan penanaman modal asing (PMA) sektor tersebut mencapai US$1,12 juta.
Konsumsi AMDK masih akan terus meningkat beberapa tahun yang akan datang
karena didorong penambahan jumlah penduduk di Indonesia dan meningkatnya
kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi air minum yang baik. Selain itu,
masyarakat juga semakin banyak memilih mengonsumsi AMDK dibandingkan
dengan air minum biasa karena dinilai lebih praktis.
Konsumsi AMDK didalam negeri diprediksi mencapai sebanyak 21,78 miliar
liter pada 2013 atau tumbuh 10% dibandingkan dengan tahun 2012 sebanyak 19,8
miliar liter. Konsumsi AMDK terbesar berada di Pulau Jawa yang berkontribusi 40%
dari total konsumsi karena sejalan dengan tingkat kepadatan penduduknya yang
tinggi. Sementara itu, 60% lainnya tersebar disejumlah pulau luar Jawa seperti
Sumatra,
Kalimantan,
(www.agro.kemenperin.go.id).
Sulawesi,
dan
pulau-pulau
lainnya
Persaingan bisnis di pasar air minum dalam kemasan akan semakin ketat.
Sejumlah investor berancang-ancang masuk kedalam bisnis air minum dalam
kemasan dan beberapa perusahaan mengincar pasar Jawa dan Sumatra. Kesadaran
masyarakat untuk mengkonsumsi air minum kemasan semakin meningkat, kesadaran
terhadap kesehatan juga terus merangkat naik. Banyaknya pencemaran air tanah,
terutama di kota-kota besar dan daerah industri, telah membuat masyarakat khawatir,
sehingga cenderung mengkonsumsi air dalam kemasan. Saat ini tak kurang dari 490
perusahaan air minum dalam kemasan yang beroperasi di Indonesia dari jumlah itu
yang
tercatat
hanya
350
perusahaan
yang
aktif
dengan
600
merk
(http://food.detik.com/ persaingan-pasar-air-minum-semakin-ketat).
PT Divine Eternair Water Indonesia yang memasarkan merek PURENCE
DEW adalah perusahaan air minum kemasan yang diproduksi dengan memanfaatkan
kelembaban udara dan Bebas dari kandungan mineral anorganik (sodium/garam &
klorida), logam berat (timbal & merkuri) & cemaran pestisida yang menganggu
kesehatan. Dengan semakin pesatnya perkembangan usaha air minum dalam
kemasan, maka perusahaan ini membuka banyak cabang perusahaan di berbagai
daerah di Indonesia, salah satu di daerah Bandung. Seiring dengan perkembangan
perekonomian kota Bandung usaha ini tidak terlepas dari suasana persaingan antara
produsen air minum dalam kemasan seperti, ADES WATER INDONESIA TBK, PT.
Tirta Mas Perkasa (Sanqua), PT. Tirta Bahagia (Club), PT. BUANA TIRTA ABADI,
PT. AIRESS MEGA UTAMA, PT. Atlantic Biruraya (Cheers), lam lam, CLUB,PT
Divine Eternair Water Indonesia (purence) (www.openthinklabs.com).
Perusahaan PURENCE mulai menyadari tumbuhannya dunia air minum
kemasan di Indonesia khususnya di wilayah kota Bandung, pada akhirnya akan
menyebabkan persaingan perusahaan air minum dalam kemasan semakin ketat.
Dengan semakin ketatnya persaingan perusahaan mempunyai strategi untuk
membujuk konsumen agar dapat membuat keputusan pembelian produk dari
perusahaan, salah satu strateginya dengan promosi.
Perusahaan melaksanakan program periklanan yang pernah menjadi alat
promosi utama dalam kegiatan promosi produk Purence seperti yang dilakukan
beberapa perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK). Berdasarkan hasil
wawancara dengan Sales Area Manager Jawa Barat PT Divine Eternair Water
Indonesia, program iklan yang telah di laksanakan kurang mampu mendorong
penjualan produk yang tinggi. Perusahaan menganggap program iklan hanya mampu
menimbulkan rasa minat beli dalam benak konsumen dan belum mampu mendorong
peningkatan volume penjualan secara signifikan. Maka perusahaan mengganti
program periklanan yang awalnya menjadi alat promosi yang utama, dengan promosi
penjualan yang saat ini dijadikan sebagai alat promosi utama. Promosi penjualan
dianggap dapat lebih merangsang pembelian produk dengan segera atau bisa
meningkatkan jumlah produk yang dibeli oleh konsumen. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan perusahaan dalam promosi penjualan diharapkan dapat mempengaruhi
konsumen agar melakukan keputusan pembelian diantaranya dengan: sample, kupon,
potongan harga, program pembelian paket, dan penghargaan yang di berikan kepada
konsumen tetap.
Berdasarkan pernyataan diatas, penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti
hal tersebut lebih lanjut dengan melaksanakan penelitian yang hasilnya dituangkan
dalam bentuk skripsi yang mengambil judul:
Pengaruh promosi penjualan
produk PURENCE terhadap keputusan pembelian konsumen di Bandung .
1.2
Identifikasi dan rumusan masalah
Berdasarkan
uraikan
dari
latar
belakang
maka
dapat
dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana kebijakan promosi penjualan produk PURENCE yang dilakukan oleh
PT Divine Eternair Water Indonesia?
2. Bagaimana
PURENCE?
tanggapan
konsumen
mengenai
promosi
penjualan
produk
3. Bagaimana tanggapan konsumen mengenai keputusan pembelian konsumen atas
produk PURENCE?
4. Seberapa besar pengaruh promosi penjualan produk PURENCE terhadap
keputusan pembelian konsumen di Bandung?
1.3
Maksud Dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan promosi penjualan produk PURENCE dilakukan
yang PT Divine Eternair Water Indonesia.
2. Untuk mengetahui tanggapan konsumen mengenai promosi penjualan produk
PURENCE.
3. Untuk mengetahui tanggapan konsumen mengenai keputusan pembelian
konsumen atas produk PURENCE.
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh promosi penjualan produk
PURENCE terhadap keputusan pembelian konsumen di Bandung.
1.4
Hasil Penelitian
Penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat memberikan hasil yang
bermanfaat, sejalan dengan maksud dan tujuan penelitian. Penelitian ini diharapkan
berguna bagi :
1. Penulis
Penelitian ini dapat memperluas dan memperdalam wawasan serta pengetahuan
dalam bidang ilmu manajemen pemasaran yang telah penulis dapatkan selama
kuliah, khususnya mengenai pengaruh sales promotion terhadap keputusan
pembelian.
2. Perusahaan
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan yang
mungkin dapat digunakan perusahaan sebagai masukan dalam menghadapi
permasalahan yang ada hubunganya dengan upaya melakukan promosi penjualan
yang efektif dan efisien.
3. Pihak lain
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam melakukan penelitian
lebih lanjut oleh pihak yang membutuhkan.
1.5
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Para pemasar harus dapat menarik konsumen untuk melakukan pembelian
produk yang dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus dapat
menjalankan strategi untuk menarik konsumen dengan berbagai cara, salah satunya
melalui aktifitas pemasaran. Cakupan kegiatan pemasaran ditentukan oleh konsep
pemasaran yang disebut bauran pemasaran (marketing mix). Adapun pengertian
bauran pemasaran yang dikemukakan oleh
Kotler & Keller (2007;23) yang
diterjemahkan oleh Benyamin Molan adalah sebagai berikut:
Bauran pemasaran adalah perangkat alat pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk mengejar tujuan perusahaannya .
Menurut Buchari Alma (2007:205), ada empat komponen yang tercakup dalam
kegiatan marketing mix yang dikenal dengan sebutan 4P, yang terdiri dari product,
price, place, dan promotion
Dalam bauran pemasaran, promosi merupakan unsur penting karena promosi
pada dasarnya adalah suatu usaha untuk menginformasikan, membujuk, dan
mengkomunikasikan produk ke pasar sasaran. Dalam meningkatkan penjualan
pelaksanaan harus membuat keputusan tentang bauran promosi, karena dengan
menggunakan bauran promosi merupakan cara yang paling efektif untuk mencapai
tujuan perusahaan.
Menurut Dharmesta (2008:349) definisi bauran promosi adalah sebagai
berikut:
Bauran promosi adalah kombinasi strategi yang paling baik dari
variabel-variabel periklanan, personall selling, dan alat promosi yang
lain, yang semuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program
penjualan.
Sales promotion merupakan suatu jenis komunikasi yang sering dipakai oleh
pemasar. Sebagai salah satu elemen bauran promosi, sales promotion merupakan
unsur penting dalam kegiatan promosi produk, upaya pemasaran melalui sales
promotion di lakukan dalam jangka pendek.
Menurut Tjiptono (2008:229) definisi promosi penjualan sebagai berikut:
Promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui
pengunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang
pembelian produk dengan segera atau meningkatkan jumlah barang
yang dibeli oleh pelanggan .
Kotler & Keller (2007 : 269) menjabarkan tujuan-tujuan promosi penjualan
sebagai berikut :
1. Promosi konsumen (consumer promotion). Untuk meliputi upaya
mendorong pembelian unit-unit yang berukuran lebih besar, menciptakan
pengujian produk diantara non pemakai, dan menarik orang yang beralih
merek dari pesaing.
2. Promosi penjual (trade promotion). Untuk meliputi upaya membujuk
pengecer menjual jenis produk baru dan mempunyai tingkat persediaan
mendorong pembelian dari luar musim, mendorong penyediaan produkproduk terkait, mengimbangi promosi pesaing, membangun kesetiaan merek
dan memperoleh pintu masuk ke gerai-gerai eceran baru.
3. Promosi untuk tenaga penjual (sales force promotion). Untuk meliputi
upaya mendorong dukungan terhadap produk atau model baru, mendorong
pencarian calon pelanggan yang lebih banyak, dan merangsang penjualan
diluar musim.
Selain memperhatikan tujuan-tujuan promosi penjualan perusahaan harus bisa
memilih indikator-indikator promosi penjualan yang tepat dalam mempromosikan
produk. Menurut Kotler dan Amstrong (2010:299) indikator-indikator promosi
diantaranya adalah frekuensi promosi, efektifitas program, daya tarik promosi,
ketepatan sasaran promosi
Ciri berhasil tidaknya usaha pemasaran dilihat dari besarnya tingkat penjualan
produk yang dijual oleh perusahaan. Salah satu usahanya untuk mencapai tingkat
penjualanya tersebut adalah dengan mempengaruhi konsumen agar melakukan
keputusan pembelian produk yang ditawarkan perusahaan.
Menurut Kotller dan Keller (2007:220) pengertian keputusan pembelian
sebagai berikut:
Beberapa tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan
keputusan pembelian suatu produk
Pada umumnya keputusan pembelian suatu produk terjadi bila timbul
kebutuhan dalam diri konsumen yang dipecahkan dengan beberapa alternatif tindakan
yang dilakukanya. Menurut Kotler & Kaller dalam buku Manajemen Pemasaran
(2007:185) diterjemahkan oleh Benyamin Molan mengemukakan proses keputusan
pembelian yang dilakukan konsumen yaitu:
Gambar 1.1
Model Lima Tahap Proses Pengambilan Keputusan
Pengenalan
Masalah
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku
Pasca
Pembelian
1. Pengenalan masalah
Tahap pertama dari proses keputusan pembelian dimana konsumen
mengenali suatu masalah atau kebutuhan.
2. Pencarian informasi
Tahapan dalam proses keputusan pembelian dimana konsumen akan
terdorong untuk mencari lebih banyak informasi.
3. Evaluasi alternatif
Tahapan
dalam
proses
keputusan
konsumen
dimana
konsumen
menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternatife
yang bersaing dalam membuat penelitian lain.
4. Keputusan pembelian
Tahapan dalam proses keputusan pembelian dimana konsumen secara
aktual membeli produk
5. Prilaku pasca pembelian
Tahapan dalam proses keputusan pembelian dimana konsumen melakukan
tindakan lanjut membeli bedasarkan kepuasan atau tindak lanjut membeli
berdasarkan kepuasan atau tindak lanjut setelah membeli berdasarkan
kepuasan atau ketidak puasan mereka
Untuk dapat menerapkan strategi pemasaran yang jitu, perusahaan harus
mengetahui terlebih dahulu seluk beluk dari perilaku konsumen. Rangsangan yang
dilakukan oleh perusahaan akan mendapatkan feedback dari konsumen berupa respon
yang nantinya mengarah pada tingkat kesiapan konsumen untuk membeli. Semakin
tepat dan menariknya promosi penjualan yang dilakukan oleh perusahaan, maka
konsumen akan menyadari keberadaan produknya.
Berdasarkan hal diatas maka hipotesis dalam penelitian tersebut adalah
Promosi penjualan produk PURENCE berpengaruh positif terhadap
keputusan pembelian konsumen di Bandung .
1.6
Metode Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian dengan
menggunakan metode deskriptif. Menurut Whitney, yang dikutip oleh Moh. Nazir
(2009:54), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat.
Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah masyarakat, serta tata cara yang
berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,
kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang
berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Metode deskriptif merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan, sifat sesuatu yang berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan
memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu serta menggambarkan hubungan
antara variabel.
1.7
Lokasi dan Waktu penelitian
Untuk menunjang data-data yang diperlukan penulis melakukan penelitian di
PT. Divine Eternair Water Indonesia cabang Bandung Jalan Holis No. 294/12A
RT/RW 01/04 Kelurahan Caringin Kecamatan Bandung Kulon. Penulis melakukan
penelitian dari mulai Maret 2013 sampai dengan selesai.
.
Download