(Sechium edule) pada Tikus (Rattus norvegicus)

advertisement
Studi Terapi Air Perasan Buah Labu Siam (Sechium edule) pada Tikus (Rattus norvegicus) Model
Inflammatory Bowel Disease Pasca Induksi Indometasin Terhadap Kadar Malondialdehida dan
Gambaran Histopatologi Duodenum
The Study of Therapeutical Effect Chayotte (Sechium edule) Squeeze Water in Inflammatory Bowel
Disease Rat (Rattus norvegicus) Induced by Indomethacine toward Malondialdehyde Level and
Duodenum Histopathology
Hermayani Nawang Palupi, Aulanni’am, Dyah Kinasih Wuragil
Program Studi Kedokteran Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya
[email protected]; [email protected]
ABSTRAK
Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah inflamasi pada saluran cerna. Penyakit ini juga dapat dipicu oleh
pemakaian NSAIDs seperti indometasin yang dapat menyebabkan luka pada duodenum. Stress oksidatif yang timbul
akibat IBD dapat dinetralisir oleh senyawa antioksidan. Salah satu sumber senyawa antioksidan adalah buah labu siam
(Sechium edule). Labu siam berpotensi sebagai obat, karena buah labu siam mengandung 8 senyawa flavonoid salah
satunya kandungan 3 C-glycosyl dan 5 O-glycosyl flavon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek terapeutik
air perasan buah labu siam pada tikus IBD pasca induksi indometasin terhadap kadar malondialdehida dan gambaran
histopatologi duodenum tikus (Rattus norvegicus). Penelitian ini menggunakan hewan model IBD dengan
menginduksi indometasin dosis 15 mg/kg BB. Penelitian ini menggunakan empat kelompok tikus yaitu kelompok
kontrol, kelompok IBD, kelompok terapi air perasan buah labu siam dosis 10 g/ekor, dan dosis 20 g/ekor. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terapi air perasan buah labu siam dapat menurunkan kadar MDA secara signifikan
(p<0,05) antar kelompok perlakuan. Hasil terbaik ditunjukkan pada terapi air perasan buah labu siam dosis 20 g/ekor
dengan penurunan kadar MDA sebesar 65,7%. Gambaran histopatologi duodenum tikus yang diterapi air perasan
buah labu siam mengalami perbaikan sel epitel kolumner penyusun vili serta berkurangnya infiltrasi sel radang pada
lamina propria. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa air perasan buah labu siam dapat digunakan
sebagai alternatif terapi IBD berdasarkan penurunan kadar MDA dan perbaikan histopatologi duodenum.
Kata kunci : IBD, Perasan Buah Labu Siam, Malondialdehida, Histopatologi Duodenum
ABSTRACT
Inflammatory Bowel Disease (IBD) is a gastrointestinal tract inflammation caused by using NSAIDs like
indomethacine which caused duodenal ulceration. Oxydative stress induced by IBD could be neutralized by an
antioxidant. One of the antioxidant resources is a chayotte. Chayotte has potentially as medicinal plant, contained 8
flavonoid such as 3 C-glycosyl and 5 O-glycosyl flavones in chayotte. The research was conducted to determine
therapeutical effect of chayotte squeeze water in IBD rat after indomethacine induction toward malondialdehyde level
and duodenum histopathology of rat (Rattus norvegicus). The research used IBD animal model were induced by
indomethacine dose 15 mg/kg. Four group of rats were used in this research which were control group, IBD group,
therapy dose of 10g/rat group, and therapy dose of 20g/rat group. The results showed that chayotte squeeze water
therapy decreased malondialdehyde level significantly (p<0.05). The best result showed in therapy 20 g/rat group
decreased MDA level decreased until 65.7%. The histopathology structure of duodenum was repaired, that showed
repairing of columnar epithelial cells in duodenal villi and decreasing of inflammatory cells in lamina propria. In
conclusion the chayotte squeeze water had potentially to be used in IBD therapy base on decreasing of MDA level
and alteration of duodenum histopathologycal appearance.
Keywords: IBD, Chayotte Squeeze Water, Histopathology Duodenum
1
malondialdehida (MDA) (Niedemhofer et al.,
2003).
Stress oksidatif yang terjadi dapat dinetralisir
oleh senyawa antioksidan. Secara fisiologis tubuh
akan memproduksi antioksidan endogen untuk
mengatasinya, namun seringkali jumlahnya tidak
mencukupi untuk menetralkan radikal bebas
tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu senyawa
antioksidan eksogen. Salah satu sumber antioksidan
eksogen adalah buah labu siam (Sechium edule).
Labu siam atau yang lebih dikenal dengan nama
manisa merupakan spesies tanaman yang termasuk
dalam famili Cucurbitaceae yang berpotensi sebagai
obat pada beberapa penyakit. Menurut Duke (2003)
tanaman pada famili ini mengandung beberapa
senyawa betasitosterol sebagai antioksidan,
senyawa spinasterol dan stigmasterol yang berguna
sebagai pencegah radang dan obat pereda nyeri.
Pengobatan IBD pada umumnya menggunakan obat
golongan glucocorticoid dan preparat asam
aminosalisilat. Golongan glucocorticoid misalnya
preparat budesonid. Budesonid memiliki efek
samping seperti gelisah, tremor, mual, dan nyeri
(Firmansyah, 2013).
Dalam air perasan buah labu siam terkandung
8 senyawa flavonoid salah satunya adalah 3 Cglycosyl dan 5 O-glycosyl yang dapat berperan
sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Penelitian ini
membuktikan peranan senyawa flavonoid dalam air
perasan buah labu siam sebagai antiinflamasi dan
antioksidan dengan melihat pengukuran kadar MDA
dan gambaran histopatologi duodenum.
Pendahuluan
Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah
inflamasi pada saluran cerna. Berdasarkan subtipe
klinisnya IBD dibedakan menjadi dua subtipe klinis
yaitu kolitis ulserativa (KU) dan penyakit Crohn
(PC). Memiliki gejala klinis seperti diare, sembelit,
rasa nyeri pada perut, sendawa, dan kembung.
Kasus IBD ini semakin meningkat di negara
berkembang pada pertengahan abad 20 hingga saat
ini dan dapat menjadi kanker usus bila
berkelanjutan (Friedman et al., 2010). Diperkirakan
1-2 juta orang di Amerika mengalaminya, dengan
tingkat kejadian 70-150 kasus pada tiap 100.000
individu (Judge et al., 2003). Di Negara Indonesia
pelaporan kasus IBD masih berdasarkan hasil
laporan dari rumah sakit. Menurut Simadibrata et al.
(2011) telah dilaporkan 5,2% kasus kolonoskopi di
RS Cipto Mangunkusumo. Sedangkan data di unit
endoskopi pada rumah sakit di Jakarta melaporkan
kejadian IBD dengan keluhan diare kronik sebanyak
12,2% kasus, hematoschezia 3,9% kasus, diare
kronik berdarah dan nyeri perut sebesar 25,9%, dan
kasus nyeri perut sekitar 2,8% (Anonymous, 2011).
Secara global tingkat kejadian IBD adalah 10 kasus
tiap 100.000 penduduk (Judge et al., 2003).
Pada hewan kesayangan kasus IBD
ditemukan di anjing dengan gejala klinis hampir
sama dengan gejala klinis pada manusia. Gejala
klinis yang paling umum adalah terjadi penurunan
berat badan, peningkatan frekuensi muntah atau
diare. Penyakit ini dapat juga dipicu oleh pemakaian
Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAIDs)
seperti indometasin. Indometasin merupakan obat
yang digunakan sebagai pengobatan rheumatoid
arthritis. Indometasin bekerja dengan cara
menghambat siklooksigenase (COX-1) yang
berperan dalam pembentukan prostaglandin pada
usus. Penurunan prostaglandin menyebabkan
berkurangnya perlindungan terhadap mukosa barrier
usus. Selain itu, metabolisme indometasin
menghasilkan metabolit imunokuinon yang sangat
reaktif (Ju dan Uetrecht, 1998).
Imunokuinon dapat menginduksi terjadinya
inflamasi dan memicu kerusakan pada jaringan usus
halus. Hal ini menyebabkan perubahan struktur dan
memperlemah sistem pertahanan dan sel – sel
penyusun mukosa usus halus. Hal ini menyebabkan
perubahan struktur dan memperlemah sistem
pertahanan dan sel-sel penyusun mukosa usus halus.
Peningkatan imunokuinon akan memicu terjadinya
stress oksidatif. Stress oksidatif akan menginduksi
terjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid adalah
proses oksidasi asam lipid tidak jenuh berantai
panjang (polyunsaturated fatty acids) pada
membran sel yang menghasilkan radikal peroksidalipid, hidroperoksida, dan produk aldehida misalnya
Materi dan Metode Penelitian
Persiapan Air Perasan Buah Labu Siam
Buah labu siam (Sechium edule) yang
digunakan merupakan tanaman buah labu siam
hijau yang diperoleh dari UPT Materia Medica Batu
yang telah disertifikasi taksonomi dan kandungan
flavonoidnya. Dosis terapi yang diberikan yaitu 10
g/ekor dan 20 g/ekor. Buah labu siam dihilangkan
kandungan saponinnya dengan cara membelah buah
labu siam menjadi dua bagian sama besar.
Selanjutnya buah labu siam digosok-gosokkan
hingga keluar buih berwarna putih pada bagian tepi
buah. Buah labu siam yang kandungan saponinnya
sudah dihilangkan kemudian dikupas kulitnya.
Kemudian buah direndam dalam air selama 10
menit dan dikeringanginkan selama 10 menit.
Ditimbang seberat 50 g untuk dosis 10 g/ekor dan
seberat 100 g untuk dosis 20 g/ekor. Buah diparut
dan diperas untuk diambil sarinya. Untuk buah
seberat 50 g menghasilkan air perasan sebanyak 30
ml dan buah seberat 100 g menghasilkan 60 ml air
perasan. Air perasan didiamkan kurang lebih selama
2
3 jam untuk dosis 10 g/ekor dan 5 jam untuk dosis
20 g/ekor. Didiamkan hingga membentuk dua
lapisan, lapisan bening dan lapisan endapan.
Endapan dibuang dan lapisan bening masingmasing diambil sebanyak 10 ml untuk disimpan
dalam tabung polipropilen dan diberi label disimpan
dalam lemari pendingin.
penjernihan,
infiltrasi
paraffin,
embedding,
sectioning, dan penempelan pada gelas objek.
Pewarnaan Hematoksilin – Eosin diawali
dengan proses deparafinasi dengan menggunakan
xylol lalu dilanjutkan dengan proses rehidrasi
dengan menggunakan alkohol absolut I, II, dan III
masing – masing selama 5 menit, alkohol 95%,
90%, 80%, dan 70% secara berurutan masing –
masing selama 5 menit. Sediaan dicuci dengan air
mengalir selama 15 menit dan dilanjutkan dengan
aquades selama 5 menit. Sediaan diwarnai dengan
pewarna Hematoksilin selama 10 menit, kemudian
dicuci dengan air mengalir selama 30 menit dan air
aquades selama 5 menit. Setelah itu sediaan
diwarnai dengan pewarna Eosin selama 5 menit dan
air aquades selama 5 menit. Setelah sediaan
diwarnai, dilakukan dehidrasi dengan alkohol 70%,
80%, 90%, dan 95% masing – masing selama
beberapa detik, dan dilanjutkan dengan alkohol
100% I, II, dan III masing – masing 2 menit.
Setelah itu dilakukan proses clearing dengan xylol I,
II, dan III selama 3 menit dan ditutup dengan gelas
penutup.
Preparat yang telah diwarnai selanjutnya
diamati dibawah mikroskop Olympus BX 51.
Pengamatan ini dilakukan mulai dari perbesaran
40x hingga perbesaran 1000x. Pengamatan
dilakukan untuk mengamati kerusakan vili – vili
dan infiltrasi sel radang pada lamina propria.
Analisis data kuantitatif yang berupa
pengukuran kadar MDA dianalisis menggunakan
analisis ragam ANOVA dan uji lanjutan HSD
(Honest Significant Different) α = 0,05 untuk
melihat dan menganalisa perbedaan antar kelompok
perlakuan. Sedangkan data kualitatif yakni hasil
pengamatan histopatologi duodenum disajikan dan
dianalisis secara deskriptif.
Air perasan buah labu siam disondekan ke
hewan coba secara per oral sebanyak 2 ml pada
tikus setiap pagi selama 14 hari. Air perasan yang
disondekan ke tikus merupakan air perasan yang
segar.
Tatalaksana Pemberian Indometasin
Hewan coba yang digunakan adalah tikus
(Rattus norvegicus) jantan strain Wistar yang
diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan
Percobaan (UPHP) Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta. Penggunaan hewan coba telah
mendapatkan sertifikat laik etik dari Komisi Etik
Penelitian Universitas Brawijaya No. 216-KEP-UB.
Tikus dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, 1)
kelompok kontrol, 2) kelompok IBD, 3) kelompok
IBD dengan terapi air perasan buah labu siam dosis
10 g/ekor, dan 4) kelompok IBD dengan terapi air
perasan buah labu siam dosis 20 g/ekor. Sebelum
dilakukan percobaan, tikus diadaptasi selama 1
minggu dan diberi pakan ransum standar serta air
minum ad libitum.
Hewan model IBD diperoleh dengan
menginduksi indometasin secara per oral dengan
dosis 15 mg/kg berat badan selama satu kali dan
diinkubasi selama 24 jam untuk mendapatkan
inflamasi akut di daerah duodenum.
Pengukuran Kadar MDA
Pengukuran
kadar
MDA
duodenum
menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis dengan
standar baku MDA. Pengukuran ini dilakukan
dengan menggunakan metode uji asam tiobarbiturat
(TBA) pada suhu 37oC dan pada panjang
gelombang 533 nm.
Tahapan dimulai dengan pembuatan kurva
standar MDA, mengukur absorbansi duodenum
tikus (Rattus norvegicus), memplotkan absorbansi
sampel MDA duodenum tikus terhadap kurva
standar MDA, dan mengukur kadar MDA
duodenum tikus.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Studi Terapi Air Perasan Buah Labu Siam
Terhadap
Kadar
Malondialdehida Pada
Duodenum Tikus Inflammatory Bowel Disease
Pasca Induksi Indometasin
Hasil pengukuran kadar malondialdehida
duodenum tikus disajikan dalam Tabel 1.
Malondialdehida merupakan marker biologis
peroksidasi lipid dan menggambarkan derajat stress
oksidatif.
Pembuatan Preparat dan Pewarnaan Hematoksilin
Eosin
Tahapan pembuatan preparat histologi
meliputi
fiksasi,
dehidrasi
dan
infiltrasi,
3
Tabel 1. Perbandingan Kadar Malondialdehida Duodenum Tikus
Perlakuan
Rata – rata Kadar
Kadar MDA (%)
MDA (mg/mL)
Peningkatan Terhadap Penurunan Terhadap
Tikus Kontrol
Tikus IBD
a
Tikus Kontrol (P0)
0,043 ± 0,024
Tikus IBD (P1)
0,251 ± 0,040c
483,7
Tikus IBD + Terapi Air
0,181 ± 0,028b
27,8
Perasan Labu Siam 10
g/ekor (P2)
Tikus IBD + Terapi Air
0,086 ± 0,027a
65,7
Perasan Labu Siam 20
g/ekor (P3)
Keterangan
: Notasi a, b, dan c menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05)
Hasil analisis statistik menggunakan ANOVA
dan turunannya termasuk antioksidan sehingga
menunjukkan bahwa terapi air perasan buah labu
mampu menurunkan radikal bebas yang terbukti
siam secara signifikan (p<0,05) menurunkan kadar
menurunkan kadar MDA dalam penelitian ini.
MDA yang ditunjukkan dengan notasi yang berbeda
Kemampuan flavonoid sebagai antioksidan
antar perlakuan dengan uji lanjutan Tukey (Tabel
dikarenakan flavonoid fungsinya sebagai scavenger
1). Pada tikus kontrol kadar MDA sebesar 0,043 ±
radikal bebas, yaitu dengan cara mendonasikan
0,024 mg/mL. Hal ini membuktikan bahwa
atom hidrogen (H) dari gugus hidroksil (OH)
produksi MDA pada kelompok kontrol ini
kepada radikal bebas (R•) yang selanjutnya akan
merupakan respon fisiologis normal tubuh yang bisa
merubah flavonoid menjadi radikal fenoksis
distabilkan oleh antioksidan endogen.
flavonoid (FlO•). Radikal fenoksis flavonoid (FlO•)
Pada kelompok IBD terjadi peningkatan
yang telah terbentuk selanjutnya akan mengalami
kadar MDA sebesar 483,7%. Hal ini dikarenakan
penyerangan kembali oleh radikal bebas (R•)
pemberian
indometasin
secara
per
oral
sehingga terbentuk radikal fenoksis yang kedua
menghasilkan senyawa metabolit reaktif berupa
(FlO•). Radikal fenoksil flavonoid ini selanjutnya
imunokuinon yang dapat meningkatkan produksi
mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi sehingga
ROS. Produksi ROS yang berlebih memicu
dapat menyeimbangkan radikal bebas dengan cara
terjadinya stress oksidatif. Peningkatan ROS dalam
delokalisasi elektron menjadi senyawa kuinon yang
jaringan berbanding lurus dengan stress oksidatif
stabil (Vermerris and Ralph, 2006; Meng et al.,
dan kadar MDA dalam jaringan. Semakin tinggi
2009).
ROS maka semakin tinggi pula stress oksidatif dan
Dalam penelitian air perasan buah labu siam
kadar MDA dalam jaringan. Stress oksidatif adalah
bertindak sebagai antioksidan eksogen, dimana
suatu keadaan dimana antioksidan dalam tubuh
terapi dengan menggunakan air perasan buah labu
tidak seimbang dengan radikal bebas. Dalam
siam dapat meredam efek negatif radikal bebas.
keadaan normal, senyawa oksigen reaktif ini
Peredaman radikal bebas berkaitan dengan
dihasilkan tubuh pada proses metabolisme oksidatif
peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
seperti pada proses oksidasi makanan menjadi
berhubungan dengan kadar MDA duodenum.
energi. ROS diproduksi dalam tubuh oleh sel darah
Semakin tinggi peredaman radikal bebas maka
putih. Produksi ROS ini selanjutnya akan
semakin tinggi pula penurunan kadar MDA
menghasilkan H2O2 yang berperan untuk
duodenum. Semakin tinggi dosis air perasan buah
mengeliminasi beberapa jenis jamur dan bakteri,
labu siam yang diberikan maka semakin tinggi pula
namun peran H2O2 dalam mengeliminasi jamur dan
penurunan kadar MDA duodenum.
bakteri tidak spesifik. Sehingga dapat pula
menyerang asam lemak tidak jenuh ganda dari
Studi Terapi Air Perasan Buah Labu Siam
membrane sel yang dapat mengakibatkan kerusakan
Terhadap Gambaran Histopatologi Duodenum
fungsi dan struktur sel (Dambal et al., 2012).
Tikus Inflammatory Bowel Disease Pasca
Pada kelompok terapi 10 g/ekor dan 20
Induksi Indometasin
g/ekor terjadi penurunan kadar MDA sebesar 27,8%
Pemberian
indometasin
menghasilkan
dan 65,7% jika dibandingkan dengan tikus kontrol
metabolit berupa imunokuinon yang dapat
(Tabel 1). Berdasarkan hasil uji LCMS dalam air
mengakibatkan peningkatan produksi ROS.
perasan buah labu siam mengandung flavonoid
Peningkatan produksi ROS berkaitan dengan
yang meliputi senyawa orlentin, aspalathin, luteolinperoksidasi asam lemak tak jenuh dalam membran
7-O-glucoside, isoquercitrin, dan daidzin. Flavonoid
sel yang menghasilkan senyawa akhir berupa MDA
4
(Halliwell et al., 2004). Gambar 1 A merupakan
kondisi normal dari duodenum dimana sel epitel
kolumner masih berjajar rapi pada vili – vili usus.
A
B
C
D
Gambar 1.
Keterangan
Histopatologi duodenum tikus (Rattus norvegicus) dengan pewarnaan Hematoksilin –
Eosin (HE) Perbesaran 400x
: (A) Tikus kontrol, (B) Tikus IBD, (C) Tikus IBD + terapi air perasan labu siam
10 g/ekor , dan (D) Tikus IBD + terapi air perasan buah labu siam 20 g/ekor.
Penanda warna merah : erosi pada vili duodenum
Penanda warna orange : infiltrasi sel radang pada lamina propria
Penanda warna biru
: perbaikan sel epitel kolumner
Penanda warna hijau : berkurangnya sel radang pada lamina propria
5
Kerusakan yang terjadi pada duodenum
tikus (Rattus norvegicus) IBD hasil induksi
indometasin dapat diketahui melalui pengamatan
preparat histopatologi. Kerusakan akibat induksi
indometasin ditunjukkan Gambar 1. B.
Gambaran histologi kelompok kontrol (Gambar
1 A) sangat berbeda dengan kelompok tikus IBD
(Gambar 1 B). Pada kelompok tikus IBD
(Gambar 1 B) nampak adanya erosi sel epitel
kolumner pada vili – vili duodenal dan infiltrasi
sel radang di bagian lamina propria. Hal ini
menunjukkan bahwa induksi indometasin yang
diberikan selama sehari dengan dosis 15 mg/kg
BB dapat merusak struktur histologis duodenum
tikus.
Adanya inflamasi ditandai dengan
peningkatan vasodilatasi pembuluh darah.
Perenggangan pembuluh darah memudahkan
masuknya sitokin pro-inflamasi ke dalam
jaringan duodenum (Baratawidjaya, 2010).
Peningkatan jumlah sitokin pro-inflamasi
mengakibatkan peningkatan radikal bebas.
Kerusakan duodenum disebabkan oleh radikal
bebas dari luar. Dalam hal ini senyawa
imunokuinon
yang
terkandung
dalam
indometasin bertindak sebagai agen radikal
bebas. Selain dapat meningkatkan produksi
ROS, imunokuinon sangatlah berpengaruh
terhadap aktivasi sel radang. Netrofil merupakan
sel radang yang pertama kali keluar pada saat
terjadinya inflamasi (Corwin, 2009; Dambal et
al., 2012).
Indometasin terbukti dapat meningkatkan
produksi ROS, dimana ROS merupakan
senyawa pengoksidasi turunan oksigen yang
sangat
reaktif.
Radikal
bebas
dapat
menimbulkan perubahan kimia dan kerusakan
terhadap protein, lemak, karbohidrat serta
nukleotida. Dalam keadaan tertentu produksi
ROS melebihi mekanisme pertahanan normal,
sehingga terjadi gangguan metabolik dan seluler.
Apabila radikal bebas yang terbentuk mendekati
DNA, maka akan terjadi mutasi DNA. Radikal
bebas dapat merusak sel dengan cara
menginisiasi peroksidasi lipid secara langsung
terhadap asam lemak PUFA pada membran sel.
Peroksida – peroksida lipid akan membentuk
untaian panjang yang merusak organisasi sel.
Peroksida lipid ini dapat mempengaruhi
fluiditas, struktur dan fungsi membran sel
sehingga sel epitel kolumner menjadi permeabel
(Dambal et al., 2012).
Gambar 1 C merupakan gambaran
histopatologi tikus IBD setelah diberi terapi air
perasan buah labu siam dosis 10 g/ekor.
Abnormalitas vili dan deskuamasi sel epitel
masih terlihat. Gambar 1 D merupakan
gambaran histopatologi tikus IBD setelah diberi
terapi air perasan buah labu siam dosis 20
g/ekor. Perbaikan vili dan susunan sel –sel epitel
kolumner mulai terlihat dimana susunan epitel
lebih rapi. Vili – vili usus juga mulai terjadi
perbaikan, susunan vili tampak lebih rapi dan
tampak kembali seperti susunan normal
(Gambar 1A).
Air perasan buah labu siam (Sechium
edule) berfungsi sebagai antioksidan karena
memiliki kandungan 8 flavonoid yang meliputi 3
C-glycosyl dan 5 O-glycosyl flavon (Firdous et
al., 2012). Flavonoid dalam buah labu siam
berperan sebagai antioksidan. Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
terapi
dengan
menggunakan air perasan buah labu siam
terhadap duodenum tikus IBD mampu
memperbaiki
kerusakan
jaringan
akibat
inflamasi hasil induksi indometasin. Hal ini
ditandai dengan perbaikan struktur vili dalam
duodenum dan perbaikan struktur sel epitel
kolumner.
Flavonoid dalam buah labu siam berperan
sebagai antioksidan, anti inflamasi, dan
penangkap radikal bebas. Flavonoid akan
menghambat aktivasi sel-sel inflamasi sehingga
tidak terjadi respon inflamasi. Radikal bebas
yang ditangkap oleh flavonoid selanjutnya akan
diubah menjadi senyawa yang stabil. Semakin
banyak radikal bebas yang diubah menjadi
senyawa stabil maka semakin cepat pula
perbaikan kerusakan sel epitel kolumner
simpleks melalui proses regenerasi sel (Zhang et
al., 2005; Champbell et al., 2006).
Sel-sel epitel mukosa duodenum memiliki
waktu regenerasi yang sangat cepat, yaitu 3
sampai 6 hari. Kemampuan regenerasi sel
didasarkan pada jenis sel. Sel epitel traktus
digestivus termasuk dalam golongan sel labil,
dimana sel ini mempunyai kemampuan
regenerasi yang tinggi. Penggantian sel
dilakukan secara terus menerus, dan sel rusak
akan diganti secara fisiologis. Sel labil
mempunyai fase istirahat yang singkat sehingga
6
sel yang hilang akan menstimulus sel pada fase
istirahat untuk memasuki siklus mitosis sel
(Pringgoutomo et al., 2002). Hasil terbaik
ditunjukkan oleh pemberian terapi air perasan
buah labu siam dosis 20 g/ekor (Gambar 1 D).
Pemberian terapi air perasan buah labu siam
mampu memperbaiki kerusakan jaringan.
Semakin tinggi dosis air perasan buah labu siam
yang diberikan maka semakin tinggi pula
perbaikan kerusakan jaringan.
Duke,
J. A. 2003. Phytochemical and
Ethnobotanical Databases. Agricultural
Research Service. [Online Database]
National
Germplasm
Resources
Laboratory.
Beltsville,
Maryland
(http:/www.ars-grin.gov/duke)
[17
November 2013].
Firdous, S. M., K. Neraja, R. Debnath, and K.
Sravanthi. 2012. Evaluation of Antiulcer
Activity of Ethanolic Extract of Sechium
Edule Fruits in Experimental Rats.
International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences 4(12) : 374 –
377.
Firmansyah, A. M. 2013. Perkembangan Terkini
Diagnosis
dan
Penatalaksanaan
Inflammatory Bowel Disease. Cermin
Dunia Kedokteran 203 Vol. 40 No. 4.
Friedman, S. and R. S. Blumberg. 2010.
Inflammatory Bowel Disease. Dalam D.
L. Longo, A.S. Fauci, penyunting.
Harrison’s
Gastroenterology
and
Hepatology. 17 th Edition. United States :
The McGraw-Hill Companies.
Halliwell, B. and M. Whiteman. 2004.
Measuring
Reactive
Species
and
Oxidative Damage in Vivo and in Cell
Culture : How Should You Do It and
What Do The Result Mean. J. Pharmacol.
142. 231 – 55.
Ju, C. and J. P. Uetrecht. 1998. Oxidation of a
Metabolite
of
Indomethacine
(Desmethyldeschlorobenzoylindomethaci
ne) to Reactive Intermediates by
Activated Neutrophils, Hypochlorus Acid,
and The Myeloperoxidase System. The
American Society for Pharmacology and
Experimental Therapeutic 26 (7) : 676 –
680.
Judge, T. A. and G. R. Lichtenstein. 2003.
Inflammatoru Bowel Disease. In :
Friedman, S. L., K. R. McQuaid, and J. H.
Grendel, editors. Current Diagnosis and
Treatment in Gastroenterology. 2nd Ed.
International Ed : McGraw-Hill.
Meng, X., A. M. Larissa, L. F. Anthony, and N.
U. Vladimir. 2009. Effect of Various
Flavonoids
on
The
α-Synuclein
Fibrillation Process. Department of
Chemistry. University of California. Santa
Cruz. CA 95064. USA.
KESIMPULAN
Terapi air perasan buah labu siam
(Sechium edule) menurunkan kadar MDA dan
dapat
memperbaiki
kerusakan
jaringan
duodenum dengan dosis terapi terbaik sebesar
20 g /ekor.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lanjutan
tentang stabilitas dan antioksidan spesifik yang
terkandung dalam sediaan air perasan buah labu
siam yang dapat diaplikasikan beserta perannya
sebagai terapi Inflammatory Bowel Disease.
Ucapan Terimakasih
Terimakasih kepada staff Laboratorium
Biokimia dan Laboratorium Fisiologi Hewan
Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya atas
dukungan, bantuan, dan kerjasama yang luar
biasa untuk penyelesaian penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous,
2011.
Kelompok
Study
Inflammatory Bowel Disease Indonesia.
Konsensus Nasional Penatalaksanaan
Inflammatory Bowel Disease (IBD) di
Indonesia. Jakarta
: Perkumpulan
Gastroenterologi Indonesia.
Champbell, K. J. and N. D. Perkins. 2006.
Regulation of NF-kappaB Function.
Biochem Soc Symp. 73 : 165 – 180.
Corwin, E. J. 2009. Handbook Of
Pathophysiology Ed 3. Jakarta : EGC.
Dambal, S. S.and S. Kumari. 2012. Evaluation
of Lipid Peroxidation and Total
Antioxidant Status in Human Obesity.
International Journal of Institutional
Pharmacy and Life Sciences 2(3) : 62 –
68.
7
Niedemhofer, L. J., J. S. Daniels, C. A. Rouzer,
R. E. Geene, and L. J. Marnett. 2003.
Malondialdehyde, A Product of Lipid
Peroxidation is Mutagenic in Human
Cel;s. Journal of Biological and
Chemistry Vol 278 No. 33.
Simadibrata, M., A. Rani, dan A. F. Syam. 2011.
Buku Ajar Gastroenterologi. Edisi I.
Jakarta Pusat : Interna Publishing.
Vermerris, G. H. and S. Schreiber. 2006.
Phenolic
Compound
Biochemistry.
Springer. Netherland.
Zhang, H. Y. 2005. Structure Activity
Relationships and Rational Design
Strategies for Radical Scavenging
Antioxidants. Computer Aided Drug
Design 1 : 257 – 273.
8
Download