LAPORAN PENELITIAN DOSENMUDA PREV ALENSI Escherichia coll 0157 PADA DAGING A YAM DI PASAR TRADISIONAL KOTA MATARAM Oleh : Iri Happy Poerwoto, MP (Ketua Peneliti) drh. Anwar Rosyidi MP (Anggota Peneliti) .. Dibiayai oleh Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional sesuai dengan 'Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor : 010/SP2H/PP/DP2M/III/2007 tanggal 29 Maret 2007 -~--~ itan FAKlLTASPETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM Uesember . ..2007 LAPORAN PENELITIAN DOSENMUDA Escherichiacoli0157 PADA DAGINGAYAM DI PASAR TRADISIONAL KOTA MATARAM PREVALENSI Oleh : Ir. Happy Poerwoto, MP (Ketua Peneliti) drh. Anwar Rosyidi MP (Anggota Peneliti) Dibiayai oleh Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor : 010/SP2H/PP/DP2M/III/2007 tanggal 29 Maret 2007 FAKULTASPETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM Desember.l007 OOKUMENTAS. a ARSIP B A P P ~. ·~ ~- S (}<. :2 Acc. No. : ...••...• Class : .5? I '20j !J ·~j~· · · ····-·~- ·······--· -·· ·- - -··-··· Checked : .. ~ ... -~ .. J.'Q.:..._ :;:i.o !0 :-----~-----··-· ---.:< ·, ". HALAMANPENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN MlJDA 1. Judul Penelitian Prevalensi Escherichia coli 0157 Pada Daging Ayam di Pasar Tradisional Kota Mataram 2. Kategori Penelitian Pengembangan Ilmu Pengtahuan Teknologi dan Seni 3. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. Pangkat/Golongan!NIP d. J abatan Fungsional e. J abatan Struktural f Fakultas/Jurusan g. Alamat Fakultas/Fax h. Pusat Penelitian 3. Jumlah Anggota Tim Peneliti a. Nama Anggota Peneliti 4. Lokasi Penelitian 5. Jangka Waktu Penelitian 6. Biaya Yang Diperlukan : : : : Ir. Happy Poerwoto, MP Laki-laki Penata Muda/IIIa/132283013 Lektor : Petemakan/ Ilmu Produksi Temak : JI. Majapahit No. 62 Mataram Telp. (0370)633603 Fax.640592 : Universitas Mataram : 1 ( Satu) Orang : drh. Anwar Rosyidi, MP : Lab. Mikrobiologi Fak. Petemakan Unram : 8 bulan : Rp. 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah) Mataram, 1 Desember 2007 Ketua Peneliti Ir. Happy Poerwoto, MP NIP. 131622162 il~M!itrt'hK"ltnmr Sutaryono, Ph.D. 1475069: 11 Escherichia coli 0157 .PADA DAGING AYAM DIPASAR TRADISIONALKOTA MATARAM PREV ALENSI RINGKASAN Bakteri Escherichia coli 0157 merupakan bakteri patogen yang dapat menghantarkan penyakit ke manusia melalui makanan. Bakteri Escherichia coli 0157 bertanggung jawab terhadap kejadian hemolitic uremic .syndrome dan hemorrhagic colitis pada manusia. Di Indonesia, keberadaan bakteri ini terutama pada daging belum banyak terungkap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keberadaan dan tingkat cemaran dari bakteri Escherichia coli 0151, Escherichia.coli dan Coliform pada daging di pasar tradisional Mataram, serta untuk mengungkap faktor-faktor yang diduga terkait dengan keberadaan dan cemaran bakteri tersebut pada daging Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel -daging .ayam dari 75 penjual daging ayam pada 11 pasar tradisional Kota Mataram. Sebelumnya, penjual daging ayam dilakukan wawancara serta diamati kondisi sanitasi dan .hygiene daging di lokasi penjualan. Pemeriksaan bakteri pada sampel daging dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Petemakan Universitas Mataram. Data yang diperoleh dianalisis secara desk:riptif · Hasil penelitian menunjukkan bahwa daging -ayam di pasar tradisional Kota Mataram tidak mengandung cemaran Escherichia coli 0151 dengan tingkat prevalensinya 0%. Rata-rata cemaran bakteri coliform pada dapng ayam sebesar 515 CFU/cm2 dan bakteri Escherichia coli sebesar 218 CFU/cm. Tingkat cemaran bakteri coliform di atas 102 CFU/cm2 sebesar 96 % dan tingkat cemaran bakteri Escherichia coli di atas 5~10..1 CFU/cm2 sebesar 73 %.Tingginya cemaran bakteri coliform dan Escherichia coli pada daging ayam di pasar tradisional Kota Mataram terkait dengan faktor kualitas sumber air pencuci daging, transportasi daging yang tanpa pendingin, pengetahuan higienitas penjual yang masih rendah, penjualan daging tanpa penutup, keberadaan lalat dilokasi penjualan dan kontaminasi silang bakteri antar daging yang mulai membusuk dengan daging segar. Kata kunci : Escherichia coli 0157, Escherichia coli, daging ayam, pasar tradisional Mataram lll PREVALENCE OF Escherichia coli 0157 IN CHICKEN MEAT IN TRADIDONAL MARKETS OF MATARAM SUMMMARY Bacteria Escherichia coli 0157 is pathogen bacteria that can carry disease to human through food. It is responsible for incident of hemolytic uremic syndrome and hemorrhagic colitis in human. In Indonesia, existence of the bacteria, especially in meat, has not been discovered. The objective 'of this research was to identify existence and pollutant level of bacteria Escherichia coli 0151, Escherichia coli and Coliform in meat in traditional markets of Mataram. This research was also to investigate factors that are expected to relate to existence and pollutant of the bacteria in the meat. The research was done by taking sample of chicken meat from 75 chicken meat . sellers in 11 traditional markets in Mataram. Previously, the meat sellers were interviewed and sanitation condition and hygiene of meat in the locations was observed. Examination of .bacteria in mead sample was carried out in Microbiology Laboratory, Animal Husbandry Faculty, Mataram University. Data obtained was analyzed descriptively. Result of the research indicated that chicken meat in traditional markets in Mataram did not contain Escherichia coli 0157 with prevalence of 0%. Average pollutant of bacteria Coliform in chicken meat was 515 CFU/cm2 and thatofbacteriaEscherichia coli was 218 CFU/cm2. Level of pollutant bacteria Coliform above 102 CFU/cm2 was 96% and pollutant level of bacteria Escherichia coli above 5xl01CFU/cm2 was 73%. The high pollutant level of bacteria Coliform and Escherichia coli in chicken meat in traditional market in Mataram related to quality of water resource for washing meat, transportation of meat with out cooling, low knowledge about hygiene, meat seller not wearing cover, existence of flies in the location and cross contamination of bacteria among meat that begin decay and fresh meat. Keywords: Escherichia coli 0157, Escherichia coli, chicken meat, traditional markets in Mataram IV KATA PENGANTAR Puji syukur Kami panjatkan kehadlirat Allah SWT rahmat dan hidayahnyanya sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan penelitian dengan judul "Prevalensi Escherichia coli 0157 Pad.a Daging Ayam di Pasar Tradisional Kota Mataram "Kegiatan ini berlangsung dengan dana yang disediakan oleh Dana Dikti untuk Program penelitian Dosen mud.a tahun 2007. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dan membantu dalam kegiatan penelitian ini. Serta pihak-pihak yang telah memberikan bantuan secara moril dan material. Semoga kegiatan penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, peneliti, penjual daging dan instansi yang terkait dalam mengambil langkah dalam upaya meminimalkan kejadian penyakit yang bersumber dari makanan. Mataram, 1 Desember 2007 (Peneliti) v DAFTARISI Halaman 11.i\.I.u\.l\11\~ Jl.Jl)l.Jl.,••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• 111\l.u.t\.l\lt\.l\l ~(;l(i\~J\1'l ~lJ~l:' J.>~1'1"(;.13:~~ •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• ••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• i ii iii iv I<i\.1:1..t\. I>~l'l~l\.l'fl'z\.ll ••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• v I>~~I~I vi •.••.•...........••••.••••••...•••••...••.••••••••...•...••••.•. I>i\.lf'I'~ ~"1J~I., •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• vii l>i\14"1'.t\lt {j.J\.l\Ill~•...•••...••.••••...•••...•.•..••..•••••••.•.••..•...•. viii DAFT~LAMPIRAN •.•.......•.....•...•.••••.•........•.••.•.......... ix PENDAHU'LUAN •••••• ••••. ••• ••••••••• •••• •• 1 ••••••••••••••• •••••••• TIN'JAUAN PUSTAKA..................................................... 3 TUJUANDANMANFAAT PENELITIAN............................ 6 l\11\TERI DANMETODEPENELITIAN............................. 7 HASa DANPEl\IllAHASAN............................................. 9 'KESII\IPULAN DAN SARA.N.... •• • • • • ••••••••••••••• •• • • • . • • • • • • ••• • • • 19 DAirI'AR PUSTAKA •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• 20 ~~ 22 ..••••.•.••••••••••.••.....•••••..•.•.•••.•••.......••.•••••...... vi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Prevalensi sampel daging ayam dari masing-masing Pasar Tradisional yang tercemar bakteri Coliform • Escherichia coli danEscherichia coli 0157... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... Tabel 2. Rata-rata cemaran bakteri coliform, Escherichia coli dan Escherichia coli 0157 dalam satuan CFU/cm2 .. . . . . • . . . .. ... .. . . . . . . . Tabel 3. Kondisi penjual dan higienitas daging ayam dipasar tradisional kota Mataram...... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. Vll 10 12 15 DAFf AR GAMBAR Hal aman Gambar 1. Koloni bakteri coliform dan Escherichia coli pada daging ayam yang ditumbuhkan pada media Chromocult Coliform agar.. 11 Gambar 2. Koloni bakteri Escherichia coli yang berwarna biru pada media Chromocult Coliform agar setelah dikultur pada media Sorbitol Mconkey agar terlihat berwarna pink.: ... ... ... ... ... 13 Vlll DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Form survai penelitian . 22 Lampiran 2. Surat perjanjian pelaksanaan penelitian . 25 lX PENDAHULUAN Sebelum daging dapat didistribusikan kepada konsumen, hewan yang akan dikonsumsi harus melalui satu serial pemotongan yang biasanya dilaksanakan di rumah pemotongan hewan/ayam. Proses pemotongan merupakan salah satu bentuk produksi pangan yaitu kegiatan menghasilkan dan menyiapkan produk daging. Dalam proses pemotongan, operator, alat dan lingkungan dapat berperan sebagai sumber kontaminasi. Kesalahan penanganan dapat mengarah pada masuknya kembali organisme sehingga dapat menimbulkan penyakit pada konsumen dan menurunkan sheljlife (masa simpan) daging yang diproduksi (Frazier dan Westhoff, 1978; James et al., 1992). Kontaminasi yang terjadi selama pemotongan dapat menyebabkan penyebaran mikroorganisme ke otot melalui sistem sirkulasi pasif (Lechowich, 1982). Pada era globalisasi saat ini, produk basil petemakan dituntut untuk mampu bersaing bukan saja di dalam negeri akan tetapi terutama untuk merebut pasar internasional. Konsumen di dalam negeri dan di luar negeri dewasa ini semakin menuntut persyaratan mutu yang lebih tinggi. Produk juga dipersyaratkan bebas residu (residuefree) baik bahan hayati, bahan kimia, pestisida, logam berat, antibiotika, hormon dan obat-obatan lainnya maupun cemaran mikroba (SNI, 2000). Penerapan berbagai tehnik untuk memaksimumkan dekontaminasi yaitu tehnik untuk mengurangi atau menghilangkan kontaminasi mikroba perlu dilakukan dalam proses produksi antara lain untuk mencegah penyakit yang ditularkan dari makanan ke manusia (foodbome disease) (James et al., 1991; Foster, 1997). Makanan yang aman artinya tidak terkontaminasi oleh cemaran mikrobiologis, kimia maupun fisik. Keracunan makanan di Indonesia paling banyak disebabkan oleh mikroba patogen (Kandun, 2000). Data yang mengungkap kasus-kasus keracunan makanan akibat infeksi atau toksin bakteri belum banyak dilakukan dilapangan sehingga banyak terjadi kasus keracuanan akan tetapi tidak diketahui penyebab utama keracunan. Dengan mengetahui penyebab keracunan dan sumbemya, kejadian keracunan atau inteksi ke manusia akan dapat diminimalkan. Bakteri coliform terutama E. coli dianggap bertanggung jawab terhadap aspek kesehatan masyarakat yang penting di bidang kedokteran veteriner dan kedokteran manusia (Levin, 1987). Escherichia coli dalam jumlah 105 - 107 sel dapat memberikan gangguan kesehatan pada manusia, tetapi untuk golongan yang peka seperti bayi, anak1 anak dan lanjut usia serta orang yang -sakit, dosis infeksinya dapat jauh lebih rendah (Ray, 1992). Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh E. coli antara lain diare pada bayi, disentri dan diare berdarah (Ray, 1992). Kontaminasi produk pakan dan pangan oleh emerohemorrhagic Escherichia coli (EHEC) 0157:H7 dapat menyebabkan penyakit pada manusia yang disebut hemolyticuremic syndrome dan hemorraghic colitis. Pada umumnya, transmisi EHEC 0157:H7 pada manusia terjadi akibat konsumsi daging kurang masak dan susu segar. 2 TINJAUAN PUS,TAKA Cemarao Mikroba pada Rumah Pemotongan Sebelum daging dapat didistribusikan kepada konsumen, hewan yang akan dikonsumsi harus melalui satu serial pemotongah yang biasanya dilaksanakan di Rumah Pemotongan Hewan. Proses pemotongan merupakan salah satu bentuk produksi pangan yaitu kegiatan 'menghasilkan dan menyiapkan produk daging. Dalam proses pemotongan, operator, alat dan lingkungan dapat berperan sebagai sumber kontaminasi, Kesalahan penanganan dapat mengarah pada masuknya kembali organisme sehingga dapat menimbulkan penyakit pada konsumen dan menurunkan sheljlife (masa simpan) daging yang diproduksi (Frazier dan Westhoff, 1978; James et al., 1992). Kontaminasi yang terjadi selama pemotongan dapat menyebabkan penyebaran mikroorganisme ke otot melalui sistem sirkulasi pasif (Lechowich, 1982). Awai kontaminasi pada daging berasal dari mikroorganisme yang memasuki peredaran darah pada saat penyembelihan. Jika alat-alat yang dipergunakan untuk mengeluarkan darah tidak steril dan darah masih bersirkulasi beberapa saat setelah penyembelihan. Kontaminasi selanjutnya dapat terjadi pada pennukaan daging selama daging diproses sampai dikonsumsi. Besarnya kontaminasi mikroba akan menentukan kualitas dan masa simpan daging tersebut ( Soeparno, 1992). Kelangsungan hidup mikroorganisme sebagai kontaminan tergantung dari kemampuannya menggunakan subtrat tinggi protein dan rendah karbohidrat dari daging yang bersangkutan (Lechowich, 1982,). Protein akan didegradasi oleh mikroba proteolitik ~enjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dan pada proses selanjutnya akan menyebabkan bau busuk (Soeparno, 1992). Jumlah kuman pada permukaan karkas dapat mencenninkan flora alami dari kulit dan organ lain dari daging yang bersangkutan. Mikroba pada daging akan berkembang dan menghasilkan enzim proteolitik yaitu protease yang dapat merusak protein daging (Lechowich, 1982). Berbagai bakteri yang berbahaya dan menyebarkan penyakit dari pangan ke manusia seperti Salmonella enterutdis. E. coli 0157:H7, Campylobacter jejuni, Vibrio parahaemolyticus, Clostridium botulinum dapat berawal dari kontaminasi pangan oleh lingkungan tersebut (Foster, 1997).). Aktifitas pertumbuhaan mikroorganisme dipengaruhi oleh temperatur, keasaman, aktifitas air (Aw), dan ketersediaan oksigen (Brock dan Madigan, 1991 ). 3 Bakteri-bakteri yang biasa diuji disebut organisme indikator-dan bakteri ini sering dihubungkan keamanan dan kualitas pangan ·secara mikrobiologis. Termasuk dalam bakteri indikator adalah Coliform, Enterococci dan Enterobacteriaceae. Jumlah total keberadaan bakteri tersebut pada suhu 37 °C sering bermanfaat sebagai petunjuk keamanan pangan (Forsythe dan Hayes, 1998). Organisme Indikator dibagi dalam 2 kelompok yaitu : (1) organisme indek, yang keberadaannya dalam makanan menjadi pertimbangan kemungkinan adanya bakteri patogen yang berhubungan dengan keamanan pangan; (2) organisme indikator yang -keberadaannya pada makana berhubungan dengan kualitas higienis (Forsythe dan Hayes, 1998). Air clan Cemaran Mikroba Daging Air merupakan salah satu kebutuhan utama dalam hidup dan kehidupan tumbuhan, hewan dan manusia dan fungsi air tidak dapat digantikan oleh senyawa yang lainnya. Di dalam tubuh hewan dan manusia, air terutama sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolisme dan juga sebagai media reaksi yang mampu mestabilkan pembentukan biopolimer. Air minum merupakan air yang tidak mengandung bakteri patogen, terutama untuk saluran pencernaan dan secara estetika memenuhi syarat, antara lain; bebas bau, enak cita rasa dan memenuhi syarat mikrobiologis yang direkomendasikan, yaitu 10 seVlOO ml air untuk bakteri coliform dan 1 seVlOO ml untuk E. coli (Fardiaz, 1992). Di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia untuk kebutuhan air minum masih banyak digunakan air yanfg berasal dari sumur.Air dari alam bebas (misalnya sumur) mengandung zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri yang terdapat di alam. Jumlah dan jenis bakteri yang terdpat di air ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: suhu pH, tekanan atmosfir dan macam-macam bahan organic dn anorganik. Pada umumnya bakteri coliform digunakan sebagai indicator dalam menetukan kualitas air (kebabjian, 1995). Di dalam air bakteri golongan coliform yang ditemukan adalan Escherichia coli. Jika air mengandung banyak bakteri Coliform, maka kemungkinan besar air tersebut telah tercemar E. coli, yang pada umumnya cemaran bakteri tersebut berasal dari tinja. Uji Bakteri Escherichia coli pada daging dan air cucinya ditujukan untuk mengetahui dan menentukan keberadaan bakteri tersebut sehingga dapat ditentukan lebih lanjut kemungkinan kelayakan air tersebut untuk konsumsi maupun dalam pencucian 4 daging pada hewan ternak maupun manusia.· Terutam ada/tidaknya bakteri golongan coliform yan& bersifat patogenik, terutam Escherichia coli 0157:H7. Escherichia coli telah tersebar di seluruh dunia dan ditularkan bersama air atau makanan yang terkontaminasi tinja. Mikroorganjsme ini juga merupakan mikroorganisme indikator sebagaimana yang dipergunakan dalam analisis air, dimana kehadimnnya merupakan bukti bahwa air tersebut terpolusi oleh bahann tinja dari manusia atau hewan berdarah panas (Wuryastuti et al., 2000). Air sebagai salah satu faktor penting bagi kesehatan mempunyai potensi sebagai pembawa mikroorganisme patogenik dan organisme ini terdapat dalam tinja manusia,atau hewan yang dapat mencemari air minum, makanan dan alat-alat yang secara tidak langsung tercemar oleh tinja dan ketika dibuang dapat memasuki kumpulan air yang akhimya berfungsi sebagai air minum (Wuryastuti et al., 2000). Escherichia coli adalah bakteri adalah bakteri gram negatif, motil atau non motil, fakultatif anaerobik dan termasuk dalam familia Emerobactertaceae yang tidak membentuk spora. Bakteri coliform terutam E.coli dianggap bertanggungjawab terhadap aspek kesehatan masyarakat yang penting di bidang kedokteran veteriner dan kedokteran manusia (Levin, 1987). Kontaminasi produk pakan dan pangan dengan enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC) 0157:H7 dapat menyebabkan penyakit pada manusia yang disebut hemolytic-uremic syndrome dan hemorraghic colitis: Pada umumnya, transmisi EHEC 0157:H7 pada manusia terjadi akibat konsumsi daging yang kurang matang dan susu segar. Escherichia coli dalam jumlah 105 - 107 sel dapat memberikan gangguan kesehatan pada manusia, tetapi untuk golongan yang peka seperti bayi, anak-anak dan lanjut usia serta orang yang sakit, dosis infeksinya dapatjauh lebih rendah (Ray, 1992). Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh E. coli antara lain diare pada bayi, disentri dan diare berdarah (Ray, 1992). 5 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat prevalensi bakteri Escherichia coli 0157, tingkat cemaran bakteri coliform dan tingkat cemaran bakteri Escherihia coli pada daging ayam di pasar-tradisional kota Mataram, dan mengetahui faktor-faktor yang terkait dengan cemaran bakteri tersebut pada daging. Manfaat Penelitian Dengan mengetahui keberadaan bakteri Escherichia coli 0151 dapat dilakukan tindakan dini dalam menghilangkan kontaminan bakteri patogen tersebut. Hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi konsumen, pedagang, pemerintah untuk mengambil langkah dan metode yang paling efektif dalam menghindarkan keberadaan bakteri tersebut pada daging sehingga dapat dilakukan usaha pencegahan dalam menghindarkan konsumen/masyarakat dari bahaya foodborne pathogen (penyakit yang berasal dari makanan). 6 MATERI DAN METODE PENELITIAN Koleksi Sampel Sebanyak 75 sampel daging ayam diambil dari 75 penjual daging ayam di pasar Tradisional Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Pengambilan sampel pedagang dan daging ayam dilakukan secara random proporsional, sebelum dilakukan pengambilan sampel penjual daging ayam dilakukan wawancara dan pengamatan kondisi higienitas daging ayam di lokasi penjualan. Adapun lokasi pasar Tradisonal di kota Mataram yang dilakukan pengambilan sampel adalah : Tempat pengambilan Jumlah Sampel sampel 1. Pasar Cakra 2. Pasar Bertais 3. Pasar Dsn Azuna 4. Pasar Pagesangan 5. Pasar Sindhu 6. Pasar Rembiza 1-. Pasar Krg Tapen 8. Pasar Kebon Roek 9. PasarKr. Sukun 10. Pasar Cemara 11. Pasar Perumnas Jumlah 7 8 7 7 8 4 8 8 6 , 8 6 75 Sampel yang diambil adalah daging ayam bagian dada Sampel kemudian dimasukkan pada kantong plastik steril. Selama transportasi, sampel tersebut di bawa dengan menggunakan termos yang berisi es, sampel kemudian dikirim ke laboratorium Mikrobiologi untuk segera dilakukan pemeriksaan mikrobiologi. Pemeriksaan Bakteri Escherichia coll da.n Coliform Kapas steril yang dibasahi dipergunakan dalam menswab mikroba pada sampel daging ayam. Luas area 4 x 4 cm2 digunakan sebagai ukuran sampel dengan cara melekatkan alumunium foil steril yang telah dilubangi dengan ukuran tersebut. Hasil swab pada daging kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi untuk dilakukan pengenceran berseri. Pengenceran dilakukan pada kisaran 10-1 sampai 10-3 , kemudian dari masing-masing pengenceran ditanam pada media Chromocult Agar (Merck). Kandungan dari media Chromocult adalah pepron 5 gram; pottasium klorid 7,5 gram; 7 MOPS 10; garam empedu 1,15; propionat 0,5 gram, agar-agar 10; 6-kloro-3ind~ksil-beta- D-galaktopiranoside 0,15; isopropil-beta-D-thiogalaktopiranoside 0,1; dan 5-bromo-4kloro-3-indoksil-beta-D-glukuronic acid 0, 1-. Media agar inf dibuat dengan melarutkan 34,5 gram Chromocult agar dalam 1 liter aquades kemudian dipanaskan dan diaduk terusmenerus sampai .homogen dan diletakkan dalam water bath 55°C sampai siap dipakai. Chromocult Agar merupakan kombinasi 2 substrat kromogen untuk mendeteksi secara bersama total Coliform dan Escherichia coli, serta dapat membedakan bakteri Coliform dari Enterobacteriaceae lain. Kultur bakteri pada media Chromocult Agar kemudian dinkubasi 24 jam pada -suhu 37° C. Setelah .inkubasi, bakteri Escherichia coli akan terlihat berwama biru-violet gelap sedangkan koloni bakteri Coliform selain biru-violet gelap ditambah dengan yang berwama merah salmon. Koloni bakteri Escherichia coli yang berwarna biru-violet gelap pada media Chromocult kemudian dipindah ke media plat' agar SMAC. 'Media SMAC yang berisi bakteri dinkubasi 24 jam pada suhu 37° C. Pada media SMAC, apabila diamati koloni yang tidak berwarna maka diduga sebagai Escherichia coli 0157:H7 berarti SMAC negatif. Sampel SMAC negatif dilakukan uji aglutinasi menggunakan serum anti 0157;H7 komersial (Difeo laboratories). Apabila bakteri Escherichia coli dari media Chromocult agar dikultur pada media SMAC terlihat berwama pink berarti bukan bakteri Escherichia coli 0157 : H7 sehingga tidak dilanjutkan dengan uji aglutinasi dengan serum 0157. Uji aglutinasi dengan antiserum 0157 Biak mumi dari brain heart agar disuspensikan dengan 0,85 % NaCl. Suspensi dipanaskan dalam waterbath 50°Cselama 60 menit kemudian disetarakan' dengan tabung no. 3 Mc Farland barium sulfate. Ditambah formalin 0,5 % by volume. Pada mikroplat lobang pertama ditetesan 90 µl PBS dan pada tabung 2 sampai 8 masing-masing 50 PBS. Lubang pertama diberi serum anti 0157 10µ1 PBS kemudian diaduk dengan mikrodiluter, serum anti yang telah diencerkan pada lubang pertama diambil 50 µl dan dipindahkan ke lubang 2, dilakukan ha1 yang sampai pada lubang 7. Dalam tiap lubang 1-8 ditambahkan 50 µ1 suspensi bak.teri yang telah dipanaskan, inkubasikan dalam water bath 50°C selama 18-20jam. 8 Analisis Data. Data yang diperoleh dari kuesioner -dan keberadaan E. coli 0157, E. coli dan coliform pada daging dianalisis secara deskriptif. Variabel dalam penelitian ini meliputi tingkat pendidikan pedagang, sumber air, alat dan cara tranportasi, lokasi penjualan, penggunaan alas dan penutup daging, keberadaan lalt, alat dan bahan dalam berjualan, kondisi air cuci, dan perlakuan daging yang tidak habis terjual. Apabila ditemukan adanya bakteri E. coli 0151 pada daging ayam, untuk melihat kaitan dengan fa.k.tor-faktor keberadaan E. coli 0157 pada daging ayam dilakukan analisis dengan Chi-Square ( x,2 ). BASIL DAN PEMBAHASAN Cemaran Bakteri Escherichia coli 0157, Escherichia coli dan CDU/orm Dari 75 sampel daging ayam yang dikoleksi dari 1 lpasar tradisional setelah dilakukan uji mikrobiologi temyata tidak mengandung cemaran bakteri Escherichia coli 0157 atau yang sekarang diberi istilah shiga toxin-producing Escherihia coli 0157 (STEC 0157) (lihat Tabel 1 dan 2). Prevalensi bakteri Escherihia coli 0157 pada daging ayam di pasar tradisional kota Mataram adalah 0% (On5). Ketiadaan bakteri Escherichia coli 0157 pada daging ay~ ini diduga karena faktor lokasi dan kondisi iklim mempengaruhi keberadaan bakteri ini. Menurut Mangels {2007),. di Amerika Serikat, Escherichia coli 0157: H7 adalah serotipe yang paling sering ditemukan dan menghasilkan shigella toxin (STEC) sedangk:an STEC selain 0157 menyebabkan kejadian yang hanya bersifat sporadis. Di beberapa negara serotipe STEC non 0157 lebih sering ditemukan bahkan menyebabkan kasus hemolytic uremic syndrome· seperti yang disebabkan oleh STEC 0157. Di Eropa dan Australia, serotipe STEC non 0157 lebih dominan terutama STEC 0111, p26 dan 0103 :HS. Keberadaan bakteri Escherichia coli 0157 pada unggas juga belum banyak terungkap, keberadaan bakteri ini pada hewan lebih umum ditemukan dan dilakukan studi pada sapi. Karena bakteri ini merupakan reservoir yang penting pada sapi terutama sapi perah sehingga prevalensi bakteri ini terbesar pada sapi perah. Hasil kajian prevalensi terhadap sapi di Ontario menunjukkan Escherichia coli 0157 pada sapi perah sebesar 19,5 %; sapi potong sebesar 10,5 %, pedet sebesar 3,5 % (Clarke et al, 1989 disitasi Norwati, 2002). Faktor lainnya yang mungkin terkait dengan 9 tidak ditemukannya bakteri Escherichia coli 0157: H7 pada daging ayam karena keberadaan bakteri ini nonnalnya adalah pada feses sedangkan pada daging hanya akan ditemukan bila ada kontaminasi feses. Selain itujumlah bakteri Escherichia coli 0157: H7 yang cenderung sedikit kemungkinan mengalami kematian karena pengaruh pemanasan dengan air mendidih ketika proses pencabutan bulu. Tabel 1. Prevalensi sampel daging ayam dari masing-masing Pasar Tradisional yang tercemar bakteri Coliform , Escherichia coli dan Escherichia coli 0157 No Pasar CoUform diatas 100 CFU/cm2 Escherichia coll diatas 50 CFU/cml Positif Escherichia coli 0157 1. 2. 3. 4. s. 6. 7. '8. 9. 10. 11. Pasar Cemara Pasar Perumnas Prevalensi total Berdasarkan pengamatan di lokasi penjualan daging menuniukkan bahwa 76% daging yang dijual di pasar tradisional kota Mataram tennasuk dalam kategori bersih (lihat Tabel 3), artinya bersih secara fisik melipufi wama, bebas dari kotoran feses dan bulu. Akan tetapi ternyata daging yang secara fisik bersih belum menjamin daging tersebut bebas atau rendah cemaran mikrobanya. Dari basil pengujian terhadap 75 sampel daging ayam menunjukkan bahwa prevalensi bakteri coliform pada daging ayam dengan jumlah di atas 102 CFU/cm2' sebesar 96 %. Dengan rata-rata tingkat cemaran bakteri coliform sebesar 2,18 x 102 CFU/cm2· Sedangkan prevalensi bakteri Escherichia coli pada daging ayam 'dengan jumlah 'di atas 5x101 CFU/cm2 sebesar 73%, dengan rata-rata tingkat cemaran bakteri Escherichia coli sebesar 5,5x102 CFU/cm2 (lihat Tabel 2). Hasil - ini menunjukkall masih cukup tingginya tingkat kontaminasi Coliform dan Escherichia coli. 10 Gambar 1. Koloni bakteri coliform (warna merah salmon) dan Escherichia coli (biru tua) pada daging ayam yang tumbuh pada media Chromocult'' agar Tingginya cemaran bakteri Coliform dan E. coli ini terkait dengan masih rendahnya penanganan sanitasi dan higienitas daging ayam di pasar tradisional. Tingkat cemaran bakteri yang tinggi pada daging ayam dipasar tradisional Mataram disebabkan oleh beberapa hal seperti sum.her air cuci yang dipergunakan, penanganan rantai dingin pada daging dari pemotongan sampai penjualan, penjualan daging tanpa penutup, jumlah lalat dilokasi penjualan dan kontaminasi dari daging yang sudah mulai membusuk ke daging segar. Amerika Serikat sudah sejak tahun 1971 menetapkan standar cemaran mikroba untuk jumlah total bakteri maksimal 107 CFU/ gram dan Escherichia coli sampai 50 MPN/ gram pada daging segar dan beku (Carl, 1975). Menurut SNI (2000) batas maksimum cemaran mikroba untuk coliform pada daging segar, daging beku dan daging tanpa tulang adalah 102 CFU/ gram. Standar nasional indonesia untuk batas maksimal cemaran bakteri coliform pada daging adalah yaitu 102 CFU/ gram. Sedangkan batas maksimum cemaran mikroba menurut SNI 2000 untuk bakteri Escherichia coli adalah 5xl01 CFU/gram. Penilaian sanitasi bahan makanan sering dilakukan dengan penghitungan jumlah bakteri coliform dan Escherichia coli karena bakteri ini merupakan salah satu bakteri yang dipakai sebagai indeks sanitasi dalam proses penyiapan dan pengolahan pangan termasuk daging. Di Indonesia, Bakteri coliform dan Escherichia coli sebagai indeks sanitasi pada produk pangan belum banyak mendapat perhatian dan diterapkan pengujiannya pada produk pangan, walaupun sudah ada standar nasional yang mengatur batas maksimal cemaran mikroba pada produk pangan terutama daging. Menurut Mangels (2007) terdapat ratusan serotipe Escherichia coli yang dapat 11 menghasilkan racun dan lebih dari 50 serotipe Escherichia coli terkait dengan kasus hemorrhagic colitis dan hemolytic uremic syndrome (HUS) pada manusia. Serotipe Escherichia coli yang menghasilkan racun termasuk dalam kategori Escherichia coli yang patogenik yang dikenal sebagai enterohemoragik Escherichia coli (EHEC). Organisme ini dapat menyebabkan kasus infeksi pada manusia walaupun hanya. dalam jumlah yang sedikit, sejwnlah 10-100 bakteri sudah cukup untuk menimbulkan infeksi. Manusia yang terkena penyakit ini terutama pada kejadian HUS harus menjalani cuci darah, cangkok ginjal dan kerusakan syaraf. Tiga sampai 5% pasien dengan kejadian HUS akan mengalami kematian, Tabel 2. Rata-rata cemaran bakteri coliform , Escherichia coli dan Escherichia coli 0157 dalam satuan CFU/cm2 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pasar Pasar Calera Pasar Bertais Pasar Dsn Agung Pasar Paaesanzaa Pasar Sindhu Pasar Rembiga 7. Pasar. Km Taoen 8. Pasar Kebon Roek Pasar Kr. Sukun Pasar Cemara Pasar Perumnas 9. 10. 11. Rata-rata Coliform Escherichia coll 595 354 220 70 Escherichia coll 521 283 290 702 313 449 549 295 726 326 342 899 437 0157 Tidakada Tidakada Tidakada Tidakada Tidakada Tidakada Tidakada Tidakada Tidakada Tidakada Tidakada 515 218 Tidakada 80 314 59 166 82 Awai kontaminasi pada daging berasal Bari mikroorganisme yang memasuki peredaran darah pada saat penyembelihan, jika alat-alat yang dipergunakan untuk mengeluarkan darah tidak steril dan darah masih bersirkulasi beberapa saat setelah penyembelihan. Kontaminasi selanjutnya dapat terjadi pada pennukaan daging selama daging diproses sampai dikonsumsi. Besamya kontaminasi mikroba akan menentukan kualitas dan masa simpan daging tersebut (Soeparno, 1992). Sumber kontaminasi dapat berasa1 dari tanah sekitarnya, kotoran pada kulit, isi saluran pencemaan, air, alat-alat yang dipergunakan selama proses mempersiapkan karkas (misalnya pisau, gergaji dll), kotoran udara dan pekerja. Bakteri E. coli dalam jumlah 105 - 107 sel dapat memberikan gangguan kesehatan pada manusia, tetapi untuk golongan yang peka seperti bayi, anak-anak dan lanjut usia serta orang yang sakit, dosis infeksinya dapat jauh lebih rendah. Gangguan kesehatan 12 yang clapat ditimbulkan oleh E. coli antara lain diare pada bayi, disentri dan diare berdarah (Ray, 1992). Bakteri coliform terutam E. coli dianggap bertanggung jawab terhaclap aspek kesehatan masyarakat yang penting di biclang kedokteran veteriner clan kedokteran manusia (Levine, 1987). Kontaminasi produk pakan clan pangan dengan enterohemorrhagtc Escherichia coli (EHEC) 0157:H7 dapat menyebabkan penyakit pada manusia yang disebut hemolytic-uremic syndrome dan hemorraghic colitis. Pada umumnya, transmisi EHEC 0157:H7 pada manusia terjadi akibat konsumsi yang kurang matang memasaknya clan susu segar. Gambar 2. Koloni bakteri Escherichia coli yang berwarna biru pada media Chromocult agar setelah dikultur pada media Sorbitol Mconkey agar terlihat berwama pink Hasil wawancara terhaclap para penjual daging ayam di pasar tradisional kota Mataram menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penjual daging masih renclah yaitu ticlak sekolah sampai sekolah Dasar sebesar 61 %, SMP sebesar 16 % atau sebagian besar dengan pendidikan SMP kebawah sebanyak 77 %. Sedangkan yang berpendidikan sarjana hanya sebesar 2 % (lihat Tabel 1). Faktor pendidikan sangat berpengaruh terhadap cara berfikir, proses penerimaan informasi dan tinclakan yang berhubungan dengan sanitasi clan hygiene daging. Yang cukup menarik beberapa sarjana suclah mulai menerjuni usaha penjualan claging ini, yang selama ini dianggap pekerjaan yang tidak bergengsi dan kotor. Dengan mulai terjunnya mereka yang mempunyai latar belakang pendidikan yang lebih tinggi diharapkan nantinya dengan kernampuan ilmunya akan meningkatkan manajemen dan kualitas higienitas claging yang lebih baik. Menurut Sudradjat (2002), tingkat pengetahuan yang renclah, kesadaran dan daya beli yang rendah terhaclap produk pangan asal hewan khususnya daging, telah menimbulkan kerawanan 13 peredaran produk tersebut yang tidak memenuhi kesehatan, keutuhan clan kehalalan. persyaratan Sehingga dalam dalam hal _ keamanan, upaya memaksimalkan keuntungannya, pedagang melakukan tindakan-tindakan yang tidak memperhatikan faktor-faktor higienitas dan sanitasi yang baik. Winamo (1986) mengatakan teknologi pangan tradisional masih banyak dilakukan masyarakat dengan praktek-p,raktek higienis yang kurang, sehingga potensi pencemaran oleh bakteri pembusuk maupun mikroorganisme penyebab penyakit sering terjadi. Sumber air yang dipergunakan untuk mencuci daging sebagian besar bersumber dari sumur sebesar 40 %, air PAM 59 % clan sumber air selokan 1 % (lihat Tabel 1 ). Air sumur clan air selokan sebagai air pencuci daging mempunya tingkat cemaran mikroba yang cukup tinggi, walaupun air PAM juga belum tentu menjamin bebas dari cemaran bakteri berbahaya, karena pada air sumur clan air selokan tidak melalui proses dekontaminasi mikroba secara kimiawi. Air kesehatan sebagai salab satu faktor penting bagi mempunyai potensi sebagai pembawa mikroorganisme patogenik dan organisme ini terdapat dalam tinja manusia atau hewan yang dapat mencemari air cuci, air minum, makanan dan alat-alat yang secara tidak langsung tercemar oleh tinja. Tinja yang dibuang dapat memasuki kumpulan air yang akhirnya berfungsi sebagai air minum (Wuryastuti et al., 2000). Air terutama yang dikonsumsi hendaknya tidak mengandung bakteri patogen, terutama untuk saluran pencemaan clan secara estetika memenuhi syarat, antara lain ; bebas bau, enak cita rasa dan memenuhi syarat mikrobiologis yang direkomendasikan, yaitu 10 sel/l 00 ml air untuk bakteri coliform dan 1 sel/l 00 ml untuk E. coli (Fardiaz, 1993). Di negara yang sedang berkembang tennasuk Indonesia untuk kebutuhan air masih banyak digunakan air yang berasal dari sumur. Air dari awn bebas (misalnya sumur) mengandung mt makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri yang terdapat di alam. Jumlah dan jenis bakteri yang terdspat di air ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: suhu pH, tekanan atmosfir dan macam-macam bahan organik clan anorganik. Pada umumnya bakteri coliform digunakan sebagai indikator dalam menetukan kualitas air (Kebabjian, 1995). Di dalam air, bakteri golongan coliform yang ditemukan adalan Escherichia coli. Jika air mengandung banyak bakteri coliform, maka kemungkinan besar air tersebut telab tercemar E. coli, yang pada umumnya cemaran bakteri tersebut berasal dari tinja. 14 Tabel 3. Kondisi penjual 'dan higienitas daging ayam dipasar tradisional kota Mataram No Variabel Basil 1. Usia penjual Kurang dari 25 thn 25 - 35 tahenLebih dari 45 tahnn s %(6n5) 68%(stns) 24%(18n5) 2. Pendidikan penjual Tidak sekolah - SD SMP SMA Sarjana 61 %(46ns) 16 %(12175) 21 %(t6ns) 2 %(Ins) 3. Peagalaman berjualan Kurang dari 2 tahun 2-3 tahun Lebih.dari 3 13 %(tons) 12 %(9n5) 15 %(s6ns) 4. Sumber daging yang dijual Potong sendiri Penjual daging lain Tempat pemotongan Lain-lain 46%(3sn5) 21%(2on5) 23 % (17(15) 4%(3ns) s. Sum.her air cuci Air sum.ur AirPAM Airkolam 40 o/o{3ons) 59%(44n5) 1 %(tns) 6. P'engetahuan penyakit Tahu Tidaktahu 64%(4Sn5) 36%(21ns) Di dalam los pasar Di luar los pasar so%(6on5) 20%(lsn5) . 7. Lokasi berjualan 8. Pengkhususan tempat penjualan daging Tercampur Terpisah so%(6ons) 20%(15n5) 9. Penggunaan pendingin selama transportasi Dengan pendingin Tanpa pendingin 92 %(69ns) 10. Kondisi transportasi 8%(6n5) Terbuka Tertutup 13%(5sns) 11. Kondisi meja tern.pat penjualan Berlapis porselin Berlapis plastik Berlapis kayu 9%(7n5) 68%(s1n5) l6%(12n5) 12. Penutup daging selama penjualan Kaea O%(On5) 93 %(1ons) Terbuka Plastik 13. Keberadaan lalat pada daging Ada Tidakada 21%(2ons) 5%(4ns) 73 %(55n5) 21%(2ons) 15 1-t. Air pencuci daging 15. Kebersihan daging 16. Bahan pisau pemotong daging ' 17. ~ Daging yang tidak habis terjual 18. Pe0gawetan terhadap daging yang tidak tcrjual Ada dan bersih Ada dan tidak bersih Tidakada 35 %(26n5) 13 %(tons) 52 %(39n5) Bersih Tidak bersih 16%(51ns) Stainles steel Logambiasa 13 %(Ions) 87 %(6Sn5) ' Dijual besok hari Dimakan sendiri Dijual murab Lain-lain Dalam refrigerator Bahankimia Suhuruang 24%(18ns) 68 %(s1ns) 4%(3ns) S %(4nS) 23 %(11ns) 69%(s2ns) 0%!0nS) 9%(1ns) Pengetahuan penjual daging di pasar tradisional Kota Mataram yang berhubungan dengan mikroba pathogen pada pangan yang dapat menimbulkan penyakit ke manusia yang merasa tahu sebesar 64 % clan tidak tahu sebesar 36 % (libat Tabel 1 ). Dari penjual daging tersebut yang merasa tahu adanya penyakit yang dapat ditularkan dari daging ke manusia sebagian besar hanya memberikan infonnasi seputar penyakit Flu Burung (Avian Influenza). Selain itu, kebanyakan para penjual juga tidak tahu bagaimana perlakuan daging tersebut agar aman dikonsumsi. Padahal banyak sekali jenis mikroba patogen pada daging yang berpotensi sebagai sumber penyakit ke manusia. Menurut Mountney clan Gould (1988), beberapa bakteri yang umumnya dapat menimbulkan kerusakan pada daging antara lain dari genus Pseudomonas, Achromobacter, Streptococcus, Leuconostoc, Bacillus clan Micrococcus, sedangkan bakteri penyebab keracunan yang sering ditularkan melalui daging antara lain : Clostridium perfringens, Salmonella sp, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Berbagai bakteri yang berbahaya dan menyebarkan penyakit dari pangan ke manusia seperti Salmonella enteritidis. E. coli 0 l 57:H7, Campylobacter jejuni, Vibrio parahaemolyticus, Clostridium botulinum dapat mengkontaminasi pangan (Foster, 1997). Di masing-masing tempat penjualan daging sebagian besar ditemukan adanya lalat yaitu 73 % sedangkan yang tidak ditemukan lalat hanya 27 %. Banyaknya lalat dilokasi penjualan temyata tidak diikuti dengan upaya menghindari menempelnya lalat pada daging dengan penggunaan penutup daging yang sesuai. Pada umumnya penjual 16 daging di pasar tradisional kota Mataram tidak menggunakan penutup selama berjualan. Penjuaf yang tidak menggunakan penutup selama berjualan sebesar 93 %, yang menggunakan penutup plastik 5 % sedangkan penutup kaca 0 % (lihat Tabel 1 ). Dengan tidak adanya penutup plastik atau kaca pada daging yang dijualnya dapat memudahkan kotoran/kontaminan menempel pada daging tersebut seperti debu, .lalat, dan kotorankotoran lain. Debu dan lingkungan sekitar dapat sebagai perantara mikroba ke daging. Menurut Dharma dan Putra (1997) lalat dapat bertindak sebagai vektor mekanik dan vektoe biologik. Penularan secara mekanik dapat melalui mulut atau kaki lalat yang terkontaminasi oleh agen penyakit, dimana agen penyakit tidak mengalami perkembangbiakan atau pendewasaan dalam, tubuh lalat. Sebagai vektor biologik, agen penyakit dalam tubuh lalat mengalami proses perkembangbiakan, pendewasaan.ataupun penggandaan. Penjual daging ayam yang berjualan -dilokasi los dan luar los pasar tradisional Kota Mataram umumnya tidak menggunakan es/ pendingin selama transportasi maupun berjualan daging. Penjual daging ayam yang tidak menggunakan es/ pendingin selama transportasi sebesar 92 % (lihat Tabel 1 ). Sedangkan yang tidak . menggunakan es/ pendingin selama berjualan sebesar 100 %. Tanpa penggunaan es/ selama transportasi dan selam berjualan akan mempercepat proses pembusukan dan proses kontaminasi bakteri pada daging. Penyimpanan daging atau karkas pada temperatur dingin meskipun dalam waktu yang relatif singkat, sangat diperlukan untuk mengurangi kontaminasi, mengendalikan kerusakan dan perkembangbiakan mikroorganisme (Soeparno, 1992). Sedangkam daging ayam yang dijual di pasar swalayan menggunakan alat penyimpanan/pendinginan sehingga lebih memenuhi syarat dari segi hygiene dan sanitasinya. Sebagian besar para penjual masih menggunakan pisau dari bahan logam biasa (87 %), sedangkan penjual yang menggunakan pisau stainless steel sebesar (13 % (lihat Tabet 1) . Pisau dengan bahan stainless steel akan lebih aman bagi konsumen karena pisau tersebut tidak terjadi pengaratan atau tidak korosif sedangkan pisau dengan bahan logam biasa mudah terjadi pengaratan, Pisau yang berkarat yang dipergunakan untuk memotong daging akan menempel pada daging atau mungkin langsung bersentuhan dengan kulit manusia. Apabila karat ini masuk tubuh atau bersentuhan dengan Iuka tubuh dapat menyebabkan gangguan pada tubuh seperti penyakit tetanus. 17 Dari daging yang tidak habis terjual, sebanyak 68 % dari penjual daging akan menjual lagi pada keesokan harinya. Daging yang dijual keesokan harinya tentunya sudah tidak segar lagi dan sudah mulai terjadi pembusukan daging walaupun disimpan dalam suhu refrigerasi. Tingkat cemaran mikroba seperti E., coli dan bakteri pembusuk yang sudah tinggi pada daging sisa tersebut akan mencemari daging segar lainnya yang dicampur saat penjualan sehingga terjadi kontaminasi silang. ~da beberapa penjual yang melakukan penyimpanan dengan cara direbus dan yang lebih fatal lagi penyimpanan daging dalam suhu ruang sebesar 9 %. Perlakuan tersebut belum cukup untuk mengawetkan daging karena dalam suhu refrigeratorpun beberapa bakteri pskrofilik tennasuk E. coli masih ada yang mampu bertahan dan berkembang. Menurut Ray ( 1992) beberapa E. coli masih mampu tahan pada suhu penyimpanan beku. Dalam jumlah 105 107 sel dapat memberikan gangguan kesehatan pada manusia, tetapi untuk golongan yang peka seperti bayi, anak-anak dan lanjut usia serta orang yang sakit, dosis infeksinya dapat jauh lebih rendah. Faktor lain yang menyebabkan masih tingginya angka awal pembusukan daging adalah karena penjual daging ayam yang berjualan dilokasi los dan luar los pasar tradisional umumnya tidak melakukan pendinginan daging selama transportasi dan selama penjualan, sehingga akan mempercepat proses pembusukan. Penyimpanan daging atau karkas pada temperatur dingin meskipun dalam waktu yang relatif singkat, sangat diperlukan untuk mengurangi kontaminasi, mengendalikan kerusakan dan perkembangbiakan mikroorganisme (Soeparno, 1992). 18 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari basil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Daging ayam di pasar tradisional Kota Mataram tidak mengandung cemaran Escherichia coli 0157 dengan tingkat prevalensi sebesar 0%. 2. Rata-rata cemaran bakteri coliform pada daging ayam sebesar 515 CFU/cm2 dan bakteri Escherichia coli sebesar 218 CFU/cm2• Tingkat cemaran bakteri coliform di atas 102 CFU/cm2 sebesar 96 % dan tingkat cemaran bakteri Escherichia coli di atas 5x101 CFU/cm2 sebesar 73 %. 3. Tingginya cemaran bakteri coliform dan Escherichia coli pada daging ayam di pasar tradisional Kota Mataram terkait dengan faktor kualitas sumber air pencuci daging, transportasi daging yang tanpa pendingin, pengetahuan higienitas penjual yang masih rendah, penjualan daging tanpa penutup, keberadaan lalat dilokasi penjualan dan kontaminasi silang bakteri antar daging yang mulai membusuk dengan daging segar. Saran: 1. Karena masih tingginya cemaran bakteri coliform dan Escherichia coli pada daging ayam di pasar Tradisional maka perlu penelitian lanjutan kemungkinan adanya serotipe bakteri Escherichia coli lainnya yang bersifat patogenik/toksigenik selain 0157 seperti Escherichia coli 0111dan026. 2. Instansi terkait perlu melakukan program yang terarah dan penyuluhan yang berkisambungan dalam upaya meningkatkan higienitas daging di pasar tradisional, meningkatkan kepercayaan masyarakat dan menjamin masyamkat dari bahayafoodborne disease. 19 DAFTAR PUSTAKA Brock, T.D. dan Madigan, MT., 199i.' Biology of .Mtcroorgantsme, 6th ed, Prentice Hall, New Jersey'pp, 307-33, 344-5. Dhanna MN. -dan Putra, A.AG., (1997). Penyidikan Penyaktt Hewan, Edisi Pertama, Penerbit CV. Bali Media Denpasar. Fardiaz, S, 1992. Analisis Mikrobiologi Pangan, Kerjasama PAU-IPB, edisi I, Rajawali Press, Jakarta, pp. 39-43,70. Forsythe S.J., Hayes, P.R., 1998. Food Hygiene, Microbiology and HACCP, A Chapman and Hall Food Science Book an Aspen publication, Maryland. Foster, E. M, 1997. Historical Overview of Issues in Food Safety, Emerging Infections Disease 3, No. 4. Frazier, W.C. dan Westhoff, D.C., 1978. Food Microbiology, fourth edition, Tata Mc Graw-Hill Publishing Co. Ltd, New Delhi. James, W.O., Brewer, R.L., dan P.rucha, J.C.,. 1991. A Study Cost Effective Technique which Reduce and Control Salmonella on Fresh Poultry disampaikan dalam Symposium on the Diagnosis and Control of Salmonella pada tanggal 29 Oktober 1991 di San Diego, CA Kandun, LN. 2000. Foodborne disease in Indonesia: epidemtologic surveillance and its control. National Seminar on Current Issues on Food Safety and Risk Assessment, !LSI SEA, Bogor Agricultural University, Ministry of Health, Jakarta Nov 27-28, 2000. Kebabjian R.S., 1995. Disinfections of public pools and management of fecal accidents. J. Environ. Health 58:8-12. Lechowich, R.V., 1982. Controlling Microbial Contamination of Animal Product dalam D.C. Beitz dan R.G. Hanson (ed.), Animal Product in Human Nutrition, 111 ed., Academic Press, New York, pp.385-97. Levine, MM, .1987. Escherichia coli that cause diarrhea : enterotoxigenic, enteropathogenic, enteroinvasive, enterohemorrhagic and enteroadherent. J. Infect. Dis. 141: 733-7. Mangels, J.I., 2007. What You Always Wanted to Know About.Escherichia coli 0157 Infection, California Association for Medical Laboratory Technology. Mountney, G.J. dan Gould, W.A., 1988. Practical Food Microbiology and Technology, 3m Ed, Van Nostrand Reinhold Company, New York.. 20 an Norwati,M., Buiharta,S., 2002. Heat Resistance of Local Isolate of VTl Vf2 genesbearing Escherichia coli 0157 in Heated Milk anctCooked Beet: Jurnal Sain Vet. UGM Ray, B., 1992. Fundamental/or Microbiology, CRC Press Boca Raton, pp: 409-416. Rosyidi, A, Sriasih, M dan Yulianto, W., 2005. Cemaran Bakteri Koltform Pada Daging Ayam di Pasar Tradisional Kota Mataram, Laporan Penelitian Fakultas Peternakan Unram, SPP/DPP Unram tahun 2005. SNI, 2000. Batas maksimum cemaran mikroba dan batas maksimun residu dalam makanan asal hewan, Standar Nasional Indonesia No. 01-6366-2000. Soeparno, 1'992. I/mu dan Teknologi Daging, Fakultas Petemakan, UGM, Gadjah Mada University Press, pp:199, 257. Sudradjat, S. 2002. Pokok-pokok Kebijakan Pemertntab di Bidang, Keamanan Pangan Asal Hewan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Petemakan Departemen Pertanian. Winamo, F. G.,1986. Keamanan Pangan dan Masalah Peraturan dan Perundangan. Proceedings : Keamanan Pangan dalam pengolahan dan Penyajian. PAU Pangan daan Gizi, UGM Wuryastuti, H., Wasito, R., Chalimah, S., Andayani, S., Indraswati, Y., Lestariyadi, L., Prapti, K., Amien, M., 2000. Analisis bakteri coliform dalam air sumur dan kemungkinan efek patologik, Jurnal Sain Vet, vol XVIII No. 1 dan 2, 2000:4448. 21 SURV AI PREV AIENSI Escherichia coli 0157 PADA DAGING AYAM DIPASARTRADISONALKOTAMATARAM Tanggal Survai Lokasi/Nama Pasar 1. Nama Penjual .. .......................•.....•....... .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 2 Usia·fenjual a. Kurang dari 25 tahun b. 25 - 35 tahun c. 35 - 40 tahun d. lebih dari 45 tahun 2. Pendidikan a. Tidak sekolah b. SD c. Sarjana d.SMP e.SMA 3. Pengalaman berjualan a. Kurang dari ltahuan b. 1 tahun c. 2 tahun - 3 tahuan d. lebih dari 3 tahun 4. Asal daging yang diperjualkan : a. Potong sendiri b. Membeli dari penjual lain c. Membeli dari Tempat pemotongan d. Lain-lain . 5. Sumber air yang dipergunakan untuk mencuci ayam/ daging: a. Airsumur b. AirPAM c. Lain-lain : . 6. Pengetahuan tentang penyakit yang bersumber makanan (daging ayam), yang dapat ditularkan ke manusia : a Tahu kalau tahu penyakit apa . b. Tidak tahu 7. Tempat berjualan di pasar tradisional : a. dalam los pasar b. luar los pasar 8. Lokasi tempat penjualan : a bercampur dengan tempat berjualan lain b. terpisah dengantempat berjua1an lain 9. Selama transportasi dilengkapi pendingin/ es : a ya b. tidak 10. J<endaraan/ transportasi yang digunakan : a terbuka b. tertutup 22 11. Meja tempat berjualan: a. meja berlapis porselin b. meja kayu beralas plastik c. meja kayu d. lain-lain 12 Alat penutup pada tempat berjualan : a. Terbuka b. Tetutup kaca c, Ditutup dengan plastik d. Ditutup dengan Koran e. 1..,airt-lain . 13. Kebersihan tempat penjualan : a bersih b. tidak 14. Air cud yang dipergunakan selama berjualan : a. ada dan bersih b. ada dan tidak bersih c. Tidakada 15.Kebersihan daging ayam yang dijual : a. bersih b. masih ada bulu c. masih ada/menempel kotoran ayam d. ada kotoran lain . 16. Alat penjualan : a. pisau: - Stainless steel - Logam biasa Pisau: - bersih - kotor b. telenan - bersih - kotor telenan terbuat dari : - kayu - logam - Jain-lain .. 17. Apabila daging yang dijual tidak habis pada hari itu, apa perlakuan pada daging teisebut a. Dijual murah b. Dimakan sendiri c. Dijual besok harinya d. Lain-lain . 18. Apabila daging yang dijual tidak ·habis hari itu dan dijual besok harinya, bagaimana pengawetannya : 23 a. b. c. d, Dimasukkan Kulkas (refrigerator) Diberi Pengawet bahan kinda Disimpan dalam suhu ruang Lain-lain . •. r 24 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL R.I. UNIVERSJTAS MATARAM L:EMBAGA PENELmAN · Jt. Pendidilam No.37 Mataram NTB,Tlp.(0370)641552, 838265 Pu.(&370) 638265, ~mail:- [email protected] SU~T PERJANJIAN PELAl(SANAAN PENELITIAN DOSEN MUDA ·" TAHUN ANGGARAN 2007 Nomor ~ 168blH18. 12.21PU2007 Pada harj ihi Senln tanggal dua bulan April tahun dua rlbu fUjuh, kami yang bertanda tangan dibawahinb 1. Ir. H.' Yusuf Akhyar Sutaryono, Ph.D. 2. Ir. Happy Poerwoto, fJIP : Dalam hal ini bertindak selaku Ketua Lembaga Penetitian Universitas Mataram selanjutnya disebut ~HAit PERT AMA Oalam 'hal ini bertindak selaku Ketua Pelaksana Penelitian, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. Keclua belah pihak bersama-sama telah sepakat 'llengadakan petjanjian pelaksanaan Penelitian Dosen Muda, dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai benkut : Pasal 1 (1) PIH~R P!ttTAMA memberi tugas kepada PIHAK KEDUA dan PIHAf( Ki!buA "msnerima tugas tertet>ut untuk melaksanakan dan sebagai ·penanggung jawab pelaksanaan penelitian yand ~ij\fdUI : :~~valensl Escherichia Coli 0157 Pada o•a1ng Ayam di Pasar Tradisioh•I Kota Mataram". (2) Pelaksanaan penefrtian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mengacu pada Proposal P_,nelitian yang tel~h dise!ujui oleh Dikti-De,pdiknas sebagaimana tercantum datam tai'npiran dan merupakaq l>agian yang tidak terpisahkan dari surat perjanjian ini. Pasal2 'r , PIHAK PERTAMA menghibahkan dana untuk kegiatari sebagaimana dimaksud pada pasaJ 1 sebesar Rp. 10.000.000,- (Sepuluh )uta rupiah) yaqg dibebankan kepada OIPA Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pen<fldikan Nasional No. 0145.0/023-04.0/-/2007 tanggal 31 Desember 2006. Pasal3 Pembayafan daha penelitian sebagaimana dimaksud pada pasal 2 oleh PIHAK PERT AMA kepad"a PIHAl( KEDU1' dilakukan secara bertahap sebagai berikut : a. Tahap pertaina 70% x Rp.10.000.000,· = Rp.7.000.000~· seteJah Surat Perjanjian inl"ditanda tangani 9teh kedua l)efah pihaK; b. Tahap kedua 30% x Rp. !10.000.000, ·= ·~· 3.000.000',· Setelah PIHAK KEDUA menyerahkan laporan hasil penelitian kepada PIHAK PERTAMA; · Pasal4 Segala sesuatu yang berkaitan dengan Pajak berupa PPn dan/atau PPh menjadi tanggungjawab PIHAK KEDUA dan harus disertorkan ke kas Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. PasalS a. Bersama-sama tfengan PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA berkewajiban mengupayakan dan/atau menindak lanjuti penelitian 5eperti tennasuk dalam pasal 1 untuk memperoleh paten dan/atau publikasi ilmiah dalam jumal NasionaVintemasional dan/atau teknologi tepat guna atau rekayasa soSial dan atau buku ajaf: b. PIHAK KEDUA berkewajiban membuat' laporan akhir penelitian untuk disampaikan kepada Lembaga Penelitian Universitas'Mataram. c. PIHAK KEDUA menyampaikan databese penelitian kepada pihak pertama sesuai format buku panduan yang disediakan PIHAK PERTAMA. d. PIHAK ~EDUA harus/memastikan dapat mempresentQsikan hasil penelitiannya pada semin;:ar yang akan dilaksanakan oleh PIHAK PERTAW!A dal'\fatau Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen eendidikl!n Nasional. e. PIHAK KEDUA wajib memt>erikan data, infonnasi, dart .ket,rangan secara benar dan jujur kepada Tim Monitoring dan Evaluasi (monev) yang berasal dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas dan/atau Tim Monev yang dibentuk oleh Lembaga Penelitian Universitas Mataram. Pasal6 1 ). Apabila PIHAK KEDUA, karena satu dan lain hal bennaksud merubah pelaksanaan, judut, jar)gka wakt.u, lokasi penelitian, d111nl$u Ketua Peneliti dari pelaksana penelitian yang telah disepakati datam Surat Perjanjian ini, PIHAK KEDUA harus mengajukan permohonan perubahan tersebut kepada PIHAK PERTAMA. 2}. Perubahan Pelaksana~n Penelitian tersktbut pada aya11 Pasal 6 dalam Surat Perjanjian ini dapat dibenarkan bila telah mendapat persetujuan lebih dahulu dari PIHAK PERTAMA. Pasal7 1. PIHAK l<EDUA harus menyelesaikan penelitian yang dimaksud .dalam pasal 1 selambatlamb~ya, tanggal 1 Desember 2007; 2. PIHAK ~~DUA harus tnenyerahkan· Laporan akhir Hasil Pelaksanaan Penefitian kepada PIHAK Pt:RTAMA datam bentuk hard -copy sebanyak 8 (delapan) eksemplar dan dalam bentuk'.Sbft co,,y {CD-dalam format MS Word) sebanyak 2 (dua) copy CD disertai dengan Ringkasan/Summary (abstrak} <Salam Bahasa Indonesia maupun Bahasa lnggeris sebanyak 2-3 halaman dan artikel ilmiah yang terpisah dari laporan sebanyak 4 (empat) eksemplar. Pasal8 (1) PIHAK KEDUA wajib membtiat loog book kegiatan penelitian dan log book penggunaan dana penelitian (2) Loog book sebagaimana dimaksud pada Qyat .(1) harus diserahkan kepada PIHAK PERTAMA bersama-sama dengan laporan akhir penelilian dan dokumen-dokumen lain sebagaimana disebutkan:pada pasal 7 ayat.(2) (3) Penyerahan loog book penggunaan· dana penelitian oleh PIHAK ,KEDUA kepada PIHAK PER.TAMA disertai ,lSengan tanda bu~nsi penggunaan dana penefitian dan pajakpajak yang harus dibayarkan kepada kas Negara. . (4) Apabfla PIHAK KEDUA tidak melakukan sebagaimana disebutkan pada ayat (3), maka PIHAK PERTAMA berhak mengambil 15% dari total dana penefrtian PIHAK PERTAMA untuk pembayaran pajak yang akan disetorkan ke leas Negara. Pasa19 Laporan hasil penelitian dalam bentuk "hard copy" tersebut pada pasal 7 di $ls harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Bentuk/ukuran kertas kuarto; b. Wama cover.(disesuaikan dengan ketentuan yang ditetapkan); c. Dibagian bawah kulit ditulis : Dibiayai oleh Direktorat Jendera• Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor: 010/SP2HIPP/DP2M/lll/2007 tanggal 29 Maret 2007 Pasal 10 1. Dalam hal Ketua Pelaksana Penelitian yang tersebut dalam pasal · 1 tidak dapat menyetesaikan pelaksanaan penelilian ini sepenuhnya, maka PIHAK KEDUA harus menunjuk periggantinya yang berasal dari anggota Tim ~neliti atau yang berk.ompoten dalam bidang ilmu tersebut atas persetujuan PIHAK PERTAMA. 2. Apabila batas waktu habisnya masa Penelitian' ini P-IWAK KEDUA belum juga menyerahkan hasi1 pekerjaan seturuhnya kepada PIHAK PERTAMA, maka PIHAK KEDUA dikenakan denda sebesar 111000 (satu pennU) setiap hari ketertambatan terhitung dari tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan sampai setinggi-tingginya 5% (lima persen) dari nilai surat perjanjaan pelaksanaan penelitian; 3. Dalam hal PIHAK KEDUA tidak dapat memenuhi Perjanjian Pelaksanaan Penelitian lni hingga tanggal 15 Desember 2007, maka l'IHAK KEOUA wajib mengembafikan dana penelilian yang telah diterimanya kepada PIHAK PERTAMA untuk selanjutnya disetorkan kembali ke Kas Negara 4. Apabila wa~u penelitian seperti tersebut pada pasal 7 (1) tidak dapat dipenuhi, maka untuk selanjutnya PIHAK PERTAMA akan mempertimbangkan usul-usul penelitian berikutnya yang berasal dari penetiti yang bersangkutan. ' Apabila dik~mudian hari terbukti bahwa jut!ul-judul penelitian sebagaimana terseb'irt 5. ti'.dda pasal 1 tertlapat duplikasi, maka penelruan tersebut dinyatakan batal dan PIHAK KE ; · A wajib men~~mbalikan dana penelitian yang tetah diterimanya kepada PIHAK PERT A untuk selarljutnya disetor kembali ke Kas Negara. Pasal11 Hak Kekayaan lntelektual yang dihasilkan dari petaksanaan penefltian tersebut diatur dan dikelola sesuai dengan peraturan dan per undang-undangan yang bertaku. Pasal12 Hasil pene!itian berupa peralatan dan/atau alat yang dibeli dari kegiatan penelitian ini adalah milik. Negara yang d.apat dihibahkan kepada Perguruan Tinggi pihak k.edua atau Lembaga Pemerintah lain melalui Surat Keterangan Hibah. Pasal 13 Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian dibuat rangkap 3 (tiga), 1 (satu) rangkap dibubuhi rneterai Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah) yang biaya meterainya dibebankan kepada PIHAK KE DUA. Pasal14 Hal yang belum diatur dalam perjanjian ini, akan ditentukan kemudian oleh kedua belah pihak secara musyawarah. PIHAKKEDUA Ketua Pelaksana Penelitian, yar Sutaryono, Ph.D • .,...~~~'69 Ir. Happy Poerwoto, MP NIP. 131622162