PENINGKATAN KOMPETENSI GURU KELAS DALAM

advertisement
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)
Vol. 1, No. 5, Oktober 2016
ISSN 2477-2240 (Media Cetak).
2477-3921 (Media Online)
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU KELAS DALAM
PENYUSUNAN RPP MELALUI SUPERVISI KLINIS
Sunarto
Pengawas TK/SD UPT Dindikpora Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk mengetahui langkah-langkah pelaksanaan supervisi klinis
dalam penyusunan RPP untuk meningkatkan kompetensi profesional guru bagi guru kelas dalam
melaksanakan pembelajaran. 2) Untuk mengetahui peningkatan kompetensi guru kelas dalam
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui kegiatan supervisi klinis. Penelitian ini
merupakan Penelitian Tindakan Sekolah. Penelitian dilakukan pada semester I tahun pelajaran
2014/2015 pada Gugus Imam Bonjol UPT Dindikpora Kecamatan Rakit. Penelitian dilaksanakan
selama 5 bulan dimulai pada minggu I bulan Juli 2015 hingga minggu IV bulan November 2015.
Subjek penelitian adalah guru kelas di Gugus Imam Bonjol UPT Dindikpora Kecamatan Rakit
yang terdiri dari 15 guru. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan ini pada intinya mengacu
pada desain penelitian yang digunakan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi
hasil tindakan. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yang terdiri dari dua siklus,
setiap siklusnya meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik analisis
data yang digunakan adalah deskriptif komparatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1) Langkah-langkah pelaksanaan supervisi klinis guna meningkatkan kompetensi profesional guru
kelas dalam penyusunan RPP berikut: (a) Menyampaikan pengumuman kepada guru tentang akan
dilaksanakannya kegiatan supervisi klinis mengenai penyusunan RPP; (b) Mempersiapkan materi
bimbingan berupa pelaksanaan pembelajaran disertai simulasinya; (c) Mempersiapkan instrumen
supervisi; (d) Melaksanakan kegiatan supervisi kelompok dalam bentuk office conference dengan tidak
mengganggu kegiatan pembelajaran; dan e) Melaksanakan pengamatan di kelas saat dilaksanakan
kegiatan pembelajaran oleh guru; dan 2) Supervisi klinis dapat meningkatkan kompetensi
profesional guru dalam penyusunan RPP. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya kompetensi
profesional guru baik dalam tahap persiapan maupun pelaksanaan. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya ketercapaian kompetensi dari sebesar 65,33 pada kondisi awal, menjadi 77,16 pada
akhir tindakan Siklus 1, dan meningkat menjadi 83,42 pada tindakan Siklus II.
© 2016 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia
Kata Kunci: Kompetensi Guru; Penyusunan RPP; Supervisi Klinis.
PENDAHULUAN
Peran guru dalam mentransformasikan input-input pendidikan sangat penting. Hal ini tidak
terlepas dari adanya sistem persekolahan yang mencakup input – proses – output, di mana guru sebagai
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU KELAS DALAM PENYUSUNAN RPP MELALUI
SUPERVISI KLINIS
Sunarto
1
salah satu faktor input yang berperan penting dalam proses untuk dapat menghasilkan output sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Agar dapat melaksanakan proses yang berkualitas, guru dituntut untuk melaksanakan tugasnya
sesuai dengan standar kerja guru yang telah ditetapkan. Pasal 35 ayat (1) UU No. 14/ 2005
menyebutkan bahwa beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik,
serta melaksanakan tugas tambahan.
Amanat yang terkandung dalam pasal tersebut mengimplikasikan bahwa sebenarnya ada lima
tugas pokok yang harus dilaksanakan oleh guru. Akan tetapi, dari kelima tugas pokok tersebut hanya
ada tiga jenis tugas yang berupa kegiatan tatap muka, yaitu melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, serta membimbing dan melatih peserta didik. Sedangkan tugas perencanaan
pembelajaran yang merupakan salah satu tugas pokok sering terabaikan karena tidak berkaitan
dengan tatap muka.
Perencanaan pembelajaran yang mencakup kegiatan mengkaji kurikulum, menyusun silabus,
strategi pembelajaran, sumber belajar yang digunakan dan satuan kegiatan pembelajaran sebenarnya
justru merupakan hal terpenting karena perencanaan merupakan landasan dari pelaksanaan yang
dilakukan. Akan tetapi hal ini sering terabaikan karena banyak guru yang menganggap bahwa
perencanaan pembelajaran dapat dilakukan dengan mencontoh dokumen-dokumen yang disusun
sekolah lain. Hal ini berdampak pada banyaknya perencanaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
sekolah.
Hal yang sama terjadi pula di gugus Imam Bonjol UPT Dindikpora Kecamatan Rakit.
Sebagian besar guru hanya melakukan copy dan paste dari sekolah lain dalam penyusunan
perencanaan pembelajaran sehingga mereka kurang memahami kebutuhan sekolah. Kondisi tersebut
berdampak pada sering tidak sesuainya perencanaan dengan pelaksanaan yang dilakukan di kelas.
Keadaan yang kurang menggembirakan tersebut didukung oleh hasil penilaian pada tiga aspek
kinerja guru yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian
pembelajaran. Hasil penilaian menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran yang disusun oleh
para guru sudah baik yang ditunjukkan dengan rata-rata skor sebesar 35.38 dari skor ideal sebesar 50
atau dengan tingkat ketercapaian kinerja rata-rata sebesar 70.75%.
Hasil penilaian pada aspek perencanaan pembelajaran yang sudah baik tersebut ternyata tidak
ditunjang dengan kompetensi yang sebanding dalam pelaksanaan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
penilaian pada aspek pelaksanaan di mana diperoleh skor rata-rata sebesar 64.75 dari skor ideal
sebesar 100 atau dengan tingkat ketercapaian kompetensi sebesar 64.75%. Penilaian pada aspek
kompetensi guru dalam penilaian juga tidak mencerminkan tingginya kemampuan guru dalam
kemampuan penyusunan perencanaan pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penilaian pada
aspek penilaian di mana diperoleh skor rata-rata sebesar 70.38 dari skor ideal sebesar 110 atau dengan
tingkat ketercapaian kompetensi sebesar 63.98%. Secara keseluruhan, hasil penilaian kompetensi guru
pada ketiga aspek penilaian kompetensi guru pada guru kelas di gugus Imam Bonjol UPT Dindikpora
Kecamatan Rakit masih belum optimal. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata yang diperoleh
baru mencapai 170.5 dari skor ideal sebesar 260 atau dengan tingkat ketercapaian kompetensi sebesar
65.58%. Kondisi tersebut perlu menjadi perhatian bagi pengawas untuk melakukan tindakan
perbaikan. Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan pengawas adalah melalui kegiatan supervisi
klinis.
Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah, ditegaskan bahwa seorang pengawas harus memiliki enam dimensi
2
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)
Vol. 1, No. 5, Oktober 2016
kompetensi minimal yaitu: kompetensi kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik,
evaluasi pendidikan, penelitian pengembangan dan sosial. Kompetensi supervisi pengawas perlu
dikembangkan dalam usaha membantu guru untuk mengembangkan kemampuannya merencanakan
pembelajaran dan mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan Permendiknas tersebut di atas, pengawas adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi
tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis
pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan prasekolah, dasar, dan menengah (Depdiknas,
2005). Salah satu tugas pengawas adalah melaksanakan supervisi klinis. Setiap pengawas harus
memiliki dan menguasai konsep supervisi klinis yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsipprinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi klinis. Sasaran supervisi klinis adalah guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran, yang terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran,
penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media
dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran.
Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru
dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah agar dapat menggunakan pengetahuan
dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan
sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif (Mulyasa,
2005). Sedangkan Supervisi klinis adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989,
Glickman, et al; 2007).
Purwanto (2003) mengemukakan ciri-ciri supervisi klinis ditinjau dari segi pelaksanaannya
sebagai berikut: 1) Bimbingan supervisor kepada guru bersifat bantuan, bukan perintah atau instruksi,
2) Jenis keterampilan yang akan di supervisi diusulkan oleh guru, disepakati melalui pengkajian
bersama antara guru dan supervisor, 3) Sasaran supervisi hanya pada beberapa keterampilan tertentu,
4) Balikan diberikan dengan segera dan secara objektif, 5) Dalam diskusi atau pertemuan balikan,
guru diminta terlebih dahulu untuk mengevaluasi penampilannya, 6) Supervisor lebih banyak
bertanya dan mendengarkan dari pada memerintah atau mengarahkan, 7) Supervisi berlangsung
dalam suasana intim dan terbuka, 8) Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan,
observasi dan diskusi atau pertemuan balikan, 9) Supervisi dapat dipergunakan untuk pembentukan
atau peningkatan dan perbaikan keterampilan mengajar, di pihak lain dipakai dalam konteks
pendidikan prajabatan maupun dalam jabatan.
Supervisi klinis yang dilakukan pengawas antara lain adalah: (1) membimbing guru dalam
memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/ bimbingan yang dapat
mengembangkan berbagai potensi siswa, (2) membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran/bimbingan (di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan
potensi siswa, (3) membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan
media pendidikan dan fasilitas pembelajaran, dan (4) memotivasi guru untuk memanfaatkan
teknologi informasi untuk pembelajaran.
Sasaran utama supervisi klinis adalah kemampuan guru dalam merencanakan kegiatan
pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, memanfaatkan
hasil penilaian untuk peningkatan layanan pembelajaran, menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan, memanfaatkan sumber belajar yang tersedia, dan mengembangkan interaksi
pembelajaran (strategi, metode, teknik) yang tepat. Melalui kegiatan supervisi klinis yang dilakukan
pengawas, maka diharapkan kompetensi guru akan meningkat.
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU KELAS DALAM PENYUSUNAN RPP MELALUI
SUPERVISI KLINIS
Sunarto
3
Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah:
1) Bagaimana pelaksanaan supervisi klinis bagi guru kelas di gugus Imam Bonjol UPT Dindikpora
Kecamatan Rakit untuk meningkatkan kompetensi guru dalam penyusunan RPP? 2) Apakah
supervisi klinis dapat meningkatkan kompetensi guru kelas di gugus Imam Bonjol UPT Dindikpora
Kecamatan Rakit dalam penyusunan RPP? Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui
langkah-langkah pelaksanaan supervisi klinis dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
untuk meningkatkan kompetensi guru kelas dalam melaksanakan pembelajaran, 2) untuk mengetahui
peningkatan kompetensi guru kelas dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui
kegiatan supervisi klinis.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Sekolah. Arikunto (2010) menjelaskan
proses penelitian dilaksanakan dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Penelitian dilaksanakan pada Semester
Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015 yang dimulai dari bulan Juli tahun 2014 sampai dengan bulan
November 2014. Penelitian dilakukan di SD Negeri I Tanjunganom. Dipilihnya lokasi tersebut
dikarenakan peneliti merupakan Pengawas TK/SD UPT Dindikpora Kecamatan Rakit sehingga
memudahkan dalam pelaksanaannya. Subyek dalam penelitian ini adalah guru kelas VI,V,dan VI
yang ada di Gugus Imam Bonjol UPT Dindikpora Kecamatan Rakit yang berjumlah 15 orang, dengan
rincian:
1. SD Negeri 1 Tanjunganom = 3 orang
2. SD Negeri 2 Tanjunganom = 3 orang
3. SD Negeri 3 Tanjunganom = 3 orang
4. SD Negeri 1 Luwung
= 3 orang
5. SD Negeri 2 Luwung
= 3 orang
Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui teknik non tes, serta pengumpulan data
kualitatif yang diperoleh dari observasi atau pengamatan.
Indikator keberhasilan tindakan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Kompetensi guru diklasifikasikan ke dalam empat kategori dengan indikator sebagai berikut:
Tabel 1. Kategori Kompetensi Guru dalam Penyusunan RPP
Interval
Kategori
KG < 65 %
Kurang
65% ≤ KG < 75%
Cukup Baik
75% ≤ KG < 85%
Baik
85% ≤ KG ≤ 100%
Sangat Baik
Kegiatan tindakan supervisi kelompok direktif untuk meningkatkan kinerja guru dalam
penyusunan RPP dianggap berhasil apabila > 70% guru sudah mempunyai kompetensi dengan
kategori BAIK.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi kondisi awal yang tergambar pada tabel 2 pada saat guru belum mendapatkan
supervisi. Supervisi klinis merupakan bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada guru dan
4
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)
Vol. 1, No. 5, Oktober 2016
pihak sekolah berdasarkan kebutuhannya melalui siklus yang sistematis. Makna yang terkandung
dalam istilah klinis merujuk pada unsur-unsur khusus.
Tabel 2. Pencapaian Kompetensi Kondisi Awal
Kategori
Pencapaian
Keterangan
Rata-rata Penilaian Kualitas RPP
65,33
Cukup
Rata-rata Pengamatan Guru dalam Menyusun RPP
63,17
Cukup
Rata-Rata Pencapaian Kompetensi
64,25
Cukup
Kondisi seperti pada tabel 2 menggugah peneliti untuk melakukan penelitian terhadap guru
untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Untuk itu peneliti berpikir sekiranya dilakukan supervisi klinis terhadap guru tersebut, maka akan
membantu meningkatkan kompetensi Profesional guru dalam menyusun RPP sesuai dengan satuan
pendidikan yang diampu.
Siklus I
1. Perencanaan
Peneliti merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama proses supervisi,
merencanakan metode supervisi dan perencanaan tindak lanjut. Observer atau pengamat yang
dilibatkan dalam penelitian diambil dari rekan sejawat. Pemilihan dua observer berbeda dimaksudkan
agar data yang diperoleh representatif. Peneliti juga mempersiapkan instrumen hasil supervisi,
kemudian menganalisis hasil supervisi tersebut. Perencanaan dilakukan kurang lebih 2 minggu. Tidak
ada kendala yang berarti yang dihadapi peneliti selama menyusun perencanaan tindakan sekolah ini.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan perencanaan tindakan siklus 1. Siklus I dilakukan dalam
enam pertemuan. Dalam pelaksanaan ini melibatkan 15 orang guru yang diobservasi.
Tindakan pertama pada hari Senin, seluruh guru dikumpulkan dalam satu ruangan kemudian
diberikan supervisi terutama dalam penguasaan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Pembinaan ditekankan pada proses penyusunan RPP baik dari materi maupun media yang
akan digunakan oleh guru dalam mengajar, guru dibimbing untuk menyusun RPP dengan benar.
Selain itu guru juga dibimbing dalam menggunakan dan pemanfaatan sumber dan media belajar.
Selama pelaksanaan, observer mengamati jalannya kegiatan supervisi.
Setelah melakukan serangkaian kegiatan supervisi pada masing-masing guru kemudian guru
diberi kesempatan untuk membuat RPP sesuai dengan pengarahan yang telah diberikan, setelah
selesai guru diberikan kuesioner untuk diisi. Lembar kuesioner dan RPP yang telah diisi dianalisis.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus s.d 20 Agustus 2014. Tidak ada kendala yang
berarti yang dihadapi peneliti selama proses pelaksanaan ini.
3. Observasi
Pada proses pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar
observasi selama satu siklus. Pada siklus I, pencapaian kompetensi guru yang diperoleh dari nilai
rata-rata pengamatan guru ketika menyusun RPP dan nilai rata-rata penilaian kualitas RPP
mengalami peningkatan dari sebelum dilakukan tindakan supervisi. Pencapaian Kompetensi pada
siklus I dapat dilihat pada tabel Rekap nilai tes evaluasi siswa siklus I dapat dilihat pada tabel 3
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU KELAS DALAM PENYUSUNAN RPP MELALUI
SUPERVISI KLINIS
Sunarto
5
Tabel 3. Pencapaian Kompetensi Siklus I
Keterangan
Pencapaian
Kategori
Rata-rata Penilaian Kualitas RPP
76,33
Baik
Rata-rata Pengamatan Guru dalam Menyusun RPP
Rata-Rata Pencapaian Kompetensi
78
Baik
77,16
Baik
Berdasarkan tabel 3, pencapaian kompetensi guru dalam menyusun RPP sebesar 77,16 dan
termasuk dalam kategori baik.
4. Refleksi
Tahap refleksi yaitu menganalisis hasil pengamatan, dan mengevaluasi kegiatan supervisi yang
baru saja dilaksanakan. Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan atau kendala pada siklus I,
sehingga dapat diperoleh kesimpulan tentang bagian yang perlu diperbaiki dan bagian yang telah
mencapai tujuan penelitian. Pelaksanaan supervisi klinis bagi guru untuk meningkatkan kompetensi
guru dalam menyusun RPP pada siklus I dapat dikatakan cukup baik namun masih ada beberapa
kendala, yaitu:
a) Guru masih banyak yang belum paham tentang penyusunan RPP yang benar.
b) Partisipasi guru dalam kegiatan supervisi masih belum terlihat, masih banyak guru yang enggan
bertanya pada supervisor.
c) Ketika guru diberi tugas untuk menyusun RPP, guru enggan untuk mengerjakan.
Siklus II
1. Perencanaan
Tindakan siklus II merupakan upaya perbaikan terhadap tindakan siklus I. Tahapan yang
dilakukan sama dengan tahapan pada siklus I, namun pada siklus II ada beberapa hal yang perlu
ditekankan dan ditambahkan, yaitu: Pertama, sebelum melaksanakan supervisi, supervisor
menekankan agar guru lebih berperan aktif dalam kegiatan supervisi agar kemampuan guru dalam
menyusun RPP dapat meningkat. Kedua, supervisor memberitahukan kepada guru bahwa guru tidak
usah enggan untuk bertanya apabila ada sesuatu yang belum dipahami tentang menyusun RPP.
2. Pelaksanaan
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan tindakan siklus II. Dalam pelaksanaan ini
melibatkan 15 orang guru yang diobservasi. Tindakan pertama seluruh guru dikumpulkan dalam satu
ruangan kemudian diberikan supervisi terutama dalam penguasaan menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Pembinaan ditekankan pada proses penyusunan RPP baik dari materi maupun
media yang akan digunakan oleh guru dalam mengajar, guru dibimbing untuk menyusun RPP dengan
benar. Selain itu guru juga dibimbing dalam menggunakan dan pemanfaatan sumber dan media
belajar. Selama pelaksanaan, observer mengamati jalannya kegiatan supervisi.
Setelah melakukan serangkaian kegiatan supervisi pada masing-masing guru kemudian guru
diberi kesempatan untuk membuat RPP sesuai dengan pengarahan yang telah diberikan, setelah
selesai guru diberikan kuesioner untuk diisi. Lembar kuesioner dan RPP yang telah diisi dianalisis.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 30 September s.d 16 Oktober 2014. Supervisi pada siklus II
berjalan dengan lancar.
3. Observasi
Pada proses pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar
observasi.
6
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)
Vol. 1, No. 5, Oktober 2016
Pada siklus II nilai kompetensi guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) peningkatan dari nilai siklus sebelumnya. Pencapaian Kompetensi guru dalam menyusun RPP
pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 4.Pencapaian Kompetensi Siklus II
Kategori
Pencapaian
Keterangan
Rata-rata Penilaian Kualitas RPP
81,17
Baik
Rata-rata Pengamatan Guru dalam Menyusun RPP
85,67
Sangat Baik
Rata-Rata Pencapaian Kompetensi
83,42
Baik
Berdasarkan tabel 4, pencapaian kompetensi guru dalam menyusun RPP sebesar 83,42 dan
termasuk dalam kategori baik.
4. Refleksi
Refleksi dilaksanakan setiap akhir siklus, dimaksudkan untuk mengetahui berbagai masalah
yang muncul pada pelaksanaan tindakan siklus II. Kekurangan pada siklus I telah diperbaiki pada
supervisi siklus II.
Dengan dilakukannya perbaikan kegiatan supervisi, kompetensi guru dalam menyusun RPP
mengalami peningkatan. Peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP dapat dilihat pada
tabel 5 dan gambar 1.
Tabel 5. Peningkatan Kompetensi Guru dalam Penyusunan RPP
Kondisi
No. Keterangan
Siklus I
Siklus II
Awal
1
Rata-rata Penilaian Kualitas RPP
65,33
76,33
81,17
Rata-rata Pengamatan Guru dalam
2
63,17
78
85,67
Menyusun RPP
3
Rata-Rata Pencapaian Kompetensi
64,25
77,16
83,42
Peningkatan Kompetensi Penyusunan RPP
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
85,6783,42
76,33 78 77,1681,17
65,33
63,17 64,25
1 Rata-rata Penilaian
Kualitas RPP
2 Rata-rata Pengamatan
Guru dalam Menyusun
RPP
3 Rata-Rata Pencapaian
Kompetensi
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 1. Grafik Peningkatan Kompetensi Guru dalam Penyusunan RPP
Berdasarkan tabel 5 dan gambar 1 dapat diketahui sebelum dilakukan tindakan (kondisi awal)
nilai kompetensi guru dalam menyusun RPP sebesar 64,25 dengan kategori cukup setelah tindakan
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU KELAS DALAM PENYUSUNAN RPP MELALUI
SUPERVISI KLINIS
Sunarto
7
siklus I mengalami peningkatan menjadi 77,16 dengan kategori baik dan kembali mengalami
peningkatan pada tindakan siklus II menjadi 83,42 dengan kategori baik.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan yaitu: 1) Langkahlangkah yang dilakukan dalam pelaksanaan supervisi klinis untuk meningkatkan kompetensi guru
kelas dalam melakukan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu: (a)
menyampaikan pengumuman kepada guru tentang akan dilaksanakannya kegiatan supervisi klinis
mengenai penyusunan RPP; (b) mempersiapkan materi bimbingan berupa pelaksanaan pembelajaran
disertai simulasinya; (c) Mempersiapkan instrumen supervisi; (d) melaksanakan kegiatan supervisi
kelompok dalam bentuk office conference dengan tidak mengganggu kegiatan pembelajaran; dan e)
melaksanakan pengamatan di kelas saat dilaksanakan kegiatan pembelajaran oleh guru, 2) Supervisi
klinis dapat meningkatkan kompetensi guru kelas di Gugus Imam Bonjol UPT Dindikora Kecamatan
Rakit dalam melakukan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih, peneliti tujukan kepada kepala UPT Dindikpora Kecamatan Rakit,
Pengawas TK/SD di Kecamatan Rakit, rekan observer, Kepala Sekolah dan Bapak/ Ibu guru di
Gugus Imam Bonjol UPT Dindikpora Kecamatan Rakit, Kepala SD Negeri 1 Tanjunganom atas
kerjasamanya, dan keluarga yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doa.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Dirjen
Dikdasmen.
Glickman, C.D., Gordon, S.P., and Ross-Gordon, J.M. 2007. Supervision and Instructional Leadership A
Development Approach. Seventh Edition. Boston: Perason.
Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional.. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim. 2003. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
8
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)
Vol. 1, No. 5, Oktober 2016
Download