PENGARUH LINGKUNGAN DAN DAYA TARIK FISIK PADA KOMUNIKASI MANUSIA Drs. MUKTI SITOMPUL, M.Si Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Jurusan Komunikasi Universitas Sumatera Utara PENGARUH LINGKUNGAN PADA KOMUNIKASI MANUSIA A. PERSEPSI ATAS LINGKUNGAN SEKITAR Kita dapat berkomunikasi dengan siapa saja di tempat-tempat yang tidak terbatas, seperti di dalam bus, di rumah, di apartemen, restoran, kantor, taman, hotel, arena olah raga, perpustakaan, bioskop, teater dan musiman. Meskipun tempat-tempat itu berbeda, lingkungan itu akan memungkinkan dimensi evaluasi yang relatif sama. Kita mempengaruhi lingkungan dan lingkungan pun mempengaruhi kita. Mehrabian (1976) menentang pendapat bahwa kita bereaksi secara emosional pada lingkungan kita. Reaksi emosional ini dapat dihitung dalam artian bagaimana kita merasa senang, bagaimana kita merasa dominan. Peningkatan merujuk pada sejauh mana kita aktif, terstimulasi, takut dan menantang; kebaruan, kejutan, kerumunan dan lingkungan yang rumit mungkin dapat menciptakan kebangkitan yang tinggi. Kenikmatan merujuk pada perasaan senang, kepuasan dan kebahagiaan. Dan dominasi mengingatkan bahwa merasa dalam kontrol, penting, bebas untuk bertindak dalam cara yang bervariasi. Kerangka kerja berikut ini berguna mengklarifikasi persepsi atas lingkungan interaksi (Knapp, 1978). Walaupun dasar persepsi ini tidak diharapkan untuk sepenuhnya berada pada respon rasional, akan mudah untuk melihat tumpang tindihnya skema yang dibuat oleh Mehrabian. 1. Persepsi Atas Formalitas Sebuah dimensi yang sudah dikenal dimana lingkungan dapat diklasifikasikan adalah kesinambungan formal/informal. Reaksi dapat berdasar pada kehadiran obyek, kehadiran manusia, terbentuknya fungsi, atau setiap variabel lain. Kantor pribadi mungkin lebih formal daripada ruang duduk di sebuah gedung yang sama. Sebuah jamuan akhir tahun bersifat lebih formal daripada sebuah pesta “selamat datang” ; tinggal di rumah malam hari dengan sepasang teman mungkin lebih informal daripada bersama sepuluh pasangan lain. Semakin besar formalitas, semakin besar kesempatan bahwa perilaku komunikasi akan kurang santai, terlalu umum, penuh keraguan dan kaku. 2. Persepsi Atas kehangatan Lingkungan yang membuat kita secara psikologis hangat mendorong kita untuk betah, santai dan nyaman. Lingkungan ini mungkin merupakan kombinasi dari warna dinding, panel, karpet, bentuk furniture, empuk kursinya, kedapan suara dan sebagainya. Restoran fastfood memamerkan kehangatan yang cukup pada dekornya dan nampak mengundang, tapi cukup sejuk untuk membuat pembeli kembali lagi. Hal cukup menarik adalah bahwa lingkungan yang membuat kita secara psikilogis hangat dapat membuat kita hangat secara fisik. Beberapa murid diminta untuk belajar atau membaca selama dua jam di ruang yang dekornya seperti umumnya 2002 digitized by USU digital library 1 sebuah ruang kelas. Kemudian mereka diminta untuk melakukan hal yang sama di ruang yang di dekor sehingga berkesan seperti ruang pendingin daging. Hampir semua murid merasa bahwa ruangan kedua terasa lebih dingin, walaupun sebenarnya suhu di kedua ruangan itu sama. Kemudian ruang pendingin ini dipasangi karpet., ditambah panel, diberi penerangan, dan beberapa perlengkapan. Beberapa murid lain diminta untuk belajar di kedua ruangan. Sekarang mereka menyatakan bahwa ruangan itu terasa lebih hangat, padahal suhu kedua ruangan adalah sama (Rohles, 1980). 3. Persepsi Atas Privasi Lingkungan yang tertutup biasanya menimbulkan privasi yanglebih besar, khususnya apabila lingkungan ini hanya melingkupi beberapa orang. Jika kemungkinan orang keluar masuk dan /atau mendengarkan kita cukup kecil (walaupun kita berada di luar ruangan), terdapat perasaan privasi yang lebih besar. Kadang-kadang benda juga dapat dipersepsikan sebagai privasi, misalnya, bendabenda toilet dan benda-benda pribadi lainnya. Dengan privasi yang besar, kita mungkin dapat memperoleh jarak bicara yang dekat dan pesan yang lebih pribadi, yang di-disain dan di adaptasi untuk orang tertentu daripada untuk umum. 4. Persepsi Atas Keakraban Ketika kita bertemu dengan orang baru atau berada di lingkungan yang asing, respons kita biasanya hati-hati, penuh perhatian dan bersikap formal. Lingkungan asing berisi norma dan ritual yang belum diketahui, sehingga kita ragu-ragu untuk bertindak cepat. Kita mungkin bertindak perlahan sampai kita dapat menyesuaikan diri. Sebuah interpretasi untuk struktur yang stereotipe di restoran fast-food, adalah bahwa mereka membolehkan kita untuk langsung menemukan sebuah tempat yang dikenal atau saling tidak dapat diperkirakan yang memungkinkan kita untuk tidak terlalu banyak bertemu dengan orang asing. Di lingkungan asing, topik pembicaraan biasanya adalah sekitar lingkungan itu sendiri, misalnya, pernahkah anda kesini ?, siapa saja yang datang ke sini ?. 5. Persepsi Atas Hambatan Bagian dari reaksi kita terhadap lingkungan, adalah berdasar pada persepsi kita apakah (atau semudah apa) kita dapat meninggalkannya. Beberapa murid merasa asing di rumah sendiri sepanjang liburan Natal. Akan tetapi perhatikanlah perbedaan antara hambatan selama dua minggu ini dengan kehidupan di rumah secara permanen. Intensitas dari persepsi ini sangat berkaitan dengan ruangan yang tersedia untuk kita ( dan privasi tempat ini ) selama kita berada dalam lingkungan. Beberapa lingkungan nampak asing hanya pada waktu tertentu saja, contohnya, perjalanan panjang dengan mobil, dan lingkungan lain lebih asing secara permanen, seperti penjara, pesawat ruang angkasa, rumah jompo, dan sejenisnya. 6. Persepsi Atas Jarak Kadang-kadang respon kita pada lingkungan dipengaruhi oleh berapa dekat atau jauh kita harus berkomunikasi dengan orang lain. Lingkungan ini dapat menggambarkan jarak secara fisik ( sebuah kantor pada lantai yang berbeda, sebuah rumah di kota lain ), atau mereflesikan jarak psikologis ( penghalang diantara orang-orang yang secara fisik berdekatan ). Anda dapat saja duduk dekat seseorang, akan tetapi tetap tidak merasa itu merupakan lingkungan yang dekat, misalnya kursi di bandara. Ketika keadaan memaksa kita berdekatan dengan orang lain yang tidak kita kenal ( lift atau kerumunan ), kita mencoba memperbesar jarak psikologis untuk mengurangi perasaan yang mengancam untuk menjadi akrab, 2002 digitized by USU digital library 2 misalnya mengurangi tatapan langsung, tekanan tubuh dan kediaman, berdiam diri, tertawa gugup, gurauan tentang keintiman, dan percakapan umum langsung pada hal – hal yang terlihat. Persepsi yang terlambat hanya muncul pada beberapa dimensi dimana penataan komunikasi dapat dilihat. Pada umumnya komunikasi yang lebih akrab diasosiasikan dengan lingkungan yang informal, tak terhambat, pribadi, akrab, dekat dan hangat. Akan tetapi pada situasi sehari-hari dimensi ini terkombinasi dalam cara yang rumit, misalnya, beberapa formalitas dengan banyak hambatan dan hanya sedikit privasi. Percampuran dari faktor intim dan non intim dapat terlihat dalam sebuah lift apabila hal ini dianggap formal dan dingin. Saat ini kita tidak tahu bagaimana kombinasi ini mempengaruhi cara kita berkomunikasi. Selanjutnya Mehrabian menunjukkan bahwa manusia memiliki karakteristik personal atau kemampuan yang mempengaruhi cara mereka bereaksi pada lingkungan. Ia menyatakan bahwa beberapa orang mampu menyaring informasi lingkungan yang tidak diinginkan, sedangkan orang lain tampak secara tidak selektif menanggapi kuantitas besar dari informasi lingkungan. Walaupun kita semua mungkin menanggapi sebagai “penyaring” dan “bukan penyaring” pada peristiwa tertentu, beberapa orang cenderung memiliki kebiasaan untuk menanggapi sebagai penyaring atau bukan penyaring. Reaksi yang besar biasanya dikaitkan dengan reaksi bukan penyaring. B. PERSEPSI ATAS WAKTU Waktu merupakan hal penting bag kita. Waktu juga merupakan kunci dalam interaksi sosial. Orang tidak suka pada yang suka terlambat, atau berbicara terlalu lama. Orang yang berpacaran sering memberikan “ waktu untuk sendiri “ (Warner & Hagard, 1985, Leonard, 1978). Waktu juga ditanggapi secara berbeda berdasarkan budaya (Hall, 1959). Orientasi yang bervariasi pada waktu sering menjadi faktor utama pada salah pengertian antar anggota dalam budaya yang berbeda. Seorang profesor psikologi Robert Levine menyebutkan bahwa di Brazil mahasiswa tidak peduli kalau waktu pada jam tangan mereka tidak tepat, dan mereka terbiasa terlambat (Levine & Wolff, 1985, p.30). Untuk dapat mengerti variasi tanggapan pada waktu, kita perlu mempelajari budaya. Respon manusia pada waktu dipengaruhi pengalaman pada level yang berlainan (Cottle, 1976:Doob, 1964; Hall, 1983; Mc Grath & Kelly, 1986). Orang yang terbiasa dengan “ waktu sekarang “ dapat berubah dan kemudian belajar merencanakan “ waktu nanti “ (Gonzalez & Zimbardo, 1985). Dengan mengetahui stimulasi dan kondisi lingkungan yang menimbulkan persepsi berikut ini, kita dapat mengkonstruksikan lingkungan yang dapat menunda pesan yang kita inginkan. 1. Waktu sebagai lokasi Beberapa persepsi kita pada “waktu” selalu berhubungan dengan “ketika”. Kadang-kadang persepsi kita pada “ketika” sangat tepat, tapi juga kadang sangat umum. Makan siang kadang harus disebutkan dengan tepat, atau kadang antara jam 11.00 dan 14.00. Pengerjaan sesuatu yang disesuaikan dengan waktu sering berhubungan dengan hukuman, hadiah, penting, atau tidak penting. 2. Waktu sebagai durasi Persepsi kita pada waktu termasuk juga berapa lama, tetapi juga selalu benar-benar durasi. Kadang-kadang ketika tidak ada pekerjaan waktu terasa sangat panjang. 2002 digitized by USU digital library 3 3. Waktu sebagai pola interval Dari semua persepsi waktu, pola interval adalah hal yang paling kompleks untuk diterangkan. Ini memerlukan pengertian kita tentang bagaimana kita berinteraksi. Ketika waktu berinteraksi itu “in-tune” kita merasa senang, dan tidak suka ketika pemilihan waktunya tidak sama dengan kita. Pengetahuan ini penting untuk membuat prediksi tentang hidup kita sehari-hari. Bahasan tentang persepsi ini ditutup dengan menyebutkan karakteristik lingkungan yang mendasari persepsi. Ada komponen tiap lingkungan : 1. lingkungan alami-geografis, lokasi, kondisi atmosfir; 2. kehadiran atau tidak hadirnya orang lain; 3. arsitektur dan disain, termasuk benda bergerak. C. LINGKUNGAN ALAMI Disamping jenis lingkungan seperti perkotaan dan pedesaan, ada jenis lingkungan lain yang mempengaruhi interaksi manusia, seperti kompleks apartemen, gedung tinggi, dll. Juga tempat hidup kita, bermain dan bekerja, terutama sekali adalah manusia yang kita ajak bicara. Pada lingkungan kita selalu mendapatkan suasana yang tidak mengenakkan. Itu sebabnya ada daerah yang padat sering berakibat munculnya kejahatan, alkoholisme, prostitusi dan penyakit mental (Krupat, 1985). Menurut Lee (1957, pp. 100, 99), lokasi geografis juga memberikan pengaruh pada perilaku. Kemalasan banyak terdapat pada daerah tropis dimana banyak sekali hal yang dapat dilakukan. Orang di daerah tropis tidaklah serajin orang di daerah dingin yang harus sangat produktif untuk tetap dapat bertahan hidup. Pada kehidupan tropis, tidak dikenal adanya aktifitas menabung untuk masa depan. Penelitian di AS membuktikan bahwa tekanan udara memiliki hubungan dengan kesehatan fisik manusia. Perilaku murid yang optimum diketemukan pada takanan udara naik dan dalam udara yang sejuk. Perubahan musim juga berpengaruh pada perilaku manusia, beberapa bentuknya adalah : 1. Kasus bunuh diri dan orang yang masuk rumah sakit mental bertambah pada musim semi dan mencapai puncaknya pada musim panas ; 2. Para siswa putus dengan pacarnya pada setiap akhir semester (Mei/Juni, September atau Desember/Januari) ; 3. Pada musim panas, orang lebih sering berkunjung pada temannya ; 4. Pada musim panas, kejahatan dan pemerkosaan meningkat ; 5. Dari Juli sampai September, orang merasa kurang bahagia , tetapi banyak kegiatan dan tidak bosan ; 6. Orang lebih benyak menggunakan telepon pada musim dingin ; 7. Sebagian orang percaya, bahwa orang dalam kondisi kerja yang baik selama akhir musim dingin, awal musim semi dan musim gugur (Moos, 1976, Rubin, 1979). Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa suhu udara mempengaruhi perilaku manusia. Orang cenderung lebih agresif di tempat suhu tinggi. Kelembaban juga diketahui memiliki pengaruh pada perilaku. Pada suhu dan kelembaban tinggi, respon orang menurun. Hal ini terjadi pula pada turunnya rasa tertarik pada orang lain, kecuali ketika dua orang berada pada “kondisi yang sama”. 2002 digitized by USU digital library 4 Posisi bulan dengan bumi secara ilmiah juga membuktikan pengaruhnya pada perilaku manusia akibat berubahnya sifat gravitasi, walau kemudian banyak pendapat menentangnya sebagai hal yang tidak mungkin. Hasil penelitian tentang geografis, suhu udara, dan semesta, memberikan kita informasi valid yang sangat sedikit. Pengaruh lainnya masih belum diketahui. Terlalu banyak hal lain yang tampaknya lebih berpengaruh. Jadi, ketika dibandingkan dengan faktor sosial, suhu udara dan variabel lingkungan lain memiliki pengaruh yang lemah pada perilaku manusia. D. ORANG LAIN DI DALAM LINGKUNGAN Pada bahasan sebelumnya disebutkan tentang reaksi orang pada lingkungan pada penduduk. Sekarang kita akan melihat orang sebagai lingkungan dan akan memiliki pengaruh pada perilaku. Manusia dikelompokkan sebagai aktif dan tidak aktif tergantung dari interaksinya dengan kita, atau kemampuannya “mencuri dengar” pembicaraan kita, sehingga dikatakan ada orang di luar jangkauan kita, yang disebut “non-person”. Ketika orang disekitar kita berperan aktif, maka komunikasi tertentu dapat dilakukan atau dihentikan. Perbedaan komunikasi dengan banyak orang lain, adalah bahwa pesan harus disesuaikan dengan audiens yang banyak daripada ketika berbicara dengan perorangan. Ketika ada orang ketiga yang mendengarkan perkacapan, orang tersebut tidak dianggap hadir dan diperhatikan. Kehadiran orang ini seringakali mengganggu pemilihan pesan dalam komunikasi antar persona. Tetapi kehadiran orang ketiga sering juga dimanfaatkan untuk mengganti percakapan atau menghentikannya . Adanya orang lain dalam memilih kata maupun bahan pembicaraan, yang dapat berdampak buruk atau baik, atau juga menyebabkan kata yang dipakai lebih bersifat umum. Beberapa penelitian memperhatikan bahwa kehadiran benyak orang sering membuat seseorang lebih baik tanpa disadari. E. DISAIN ARSITEKTUR DAN OBJEK BERGERAK Hall (1966) mengkelompokkan arsitektur dan objek ke dalam dua bentuk, yaitu tampilan tetap (semi fixed-feature). Tampilan tetap adalah benda yang diam secara permanen (rumah atau ruangan), dan tampilan semi tetap, adalah benda yang dapat dipindahkan (kursi, meja, lemari, dll). Kedua dianggap memiliki pengaruh pada perilaku komunikasi. Benda – benda besar yang permanen menumbuhkan kesan dingin dan tidak akrab, sementara benda bergerak dapat diatur untuk membuat kesan hangat. Dekorasi ruangan seseorang dapat merefleksikan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Sebuah evaluasi memperlihatkan bahwa mahasiswa yang drop out, adalah mereka yang suka mendekorasi ruangannya dengan suasana universitas. Mereka juga cenderung mengatasi kebisingan dari luar dengan membuat ruangan mereka juga lebih ribut lagi. Interior juga memiliki pengaruh pada bagaimana orang berperilaku. Terdapat benda-benda yang membuat orang tidak bebas untuk membuat sesuatu (benda yang mahal), ada yang justru membuat dirinya merasa santai. Ekspremen yang dilakukan oleh Maslow dan Mintz (1966) dan Mintz (1958) menunjukkan bahwa ruangan yang “jelek” (ugly) menimbulkan kesan monoton, tidak nyaman, sakit kepala, mengantuk dan sakit, sedangkan ruangan “cantik” menumbuhkan rasa senang, nyaman , penting, energik dan hasrat mengerjakan tugas. Tes lain juga memperlihatkan bahwa murid lebih berhasil di ruangan cantik. Akan tetapi nampaknya dekorasi hanya merupakan salah satu lingkungan penyebab di samping ada faktor lain, seperti keakraban, toleransi, dll. 2002 digitized by USU digital library 5 1. W a r n a Beberapa laporan pada surat kabar menyebutkan bahwa beberapa penjara di AS dicat dengan warna-warna cerah yang diduga dapat mengurangi sifat kasar pada penghuninya. Warna pink dianggap mampu melemahkan kekerasan, akan tetapi warna pink cerah di sebuah penjara di San Jose California justru menimbulkan keinginan penghuninya untuk merusak dinding. Pada tahun 1970, penelitian di Jerman menunjukkan bahwa murid yang berada di ruangan yang menurut mereka bagus mampu mengerjakan test I.Q dengan hasil yang sangat memuaskan. Warna biru, kuning, kuning-hijau dan orange disebut indah; putih, hitam dan coklat disebut jelek. Warna indah diangggap mampu menumbuhkan kreatifitas dan keramahan. Masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah sulitnya menghubungkan antara warna dengan bendanya. Orang yang suka warna pink belum tentu suka jika rambutnya berwarna pink. Kostum berwarna hitam sering dikaitkan dengan sikap agresif yang kasar. 2. S u a r a Jenis suara dan intensitasnya dianggap berpengaruh pada perilaku. Menurut Mehrabian, musik lebih memberikan efek langsung daripada beberapa cangkir kopi. Musik memiliki pengaruh pada kenyamanan atau juga rasa terganggu. Suara yang lembut, teratur dan terduga iramanya memberikan pengaruh pada hasil atau pekerjaan yang baik dibandingkan dengan yang terlalu keras atau tidak teratur. Akan tetapi ini juga masih tergantung pada “terbatas” atau tidaknya orang pada suara tersebut. Suara yang lembut (lantai berkarpet) di rumah sakit juga mengurangi rasa sakit pasien. 3. Pencahayaan Pencahayaan juga membantu kita dalam mempersepsi lingkungan, dan oersepsi in dapat mempengaruhi jelas pesan yang kita kirim. Ruangan yang bercahaya lembut membuat orang berbicara lebih perlahan, duduk lebih dekat, dan komunikasi lebih personal. Cahaya yang terang sekali diketahui banyak membantu penyembuhan penyakit depresi. 4. Objek bergerak Benda-benda yang dapat dipindahkan seringkali dipergunakan orang untuk manipulasi situasi dan memberikan kesan berbeda. Meja merupakan sebuah benda yang dianggap paling banyak memberikan pengaruh pada kedekatan personal. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa profesor yang berbicara di belakang meja oleh mahasiswa dinilai memiliki keinginan membuat perbedaan pendapat. Akan tetapi ternyata juga kedekatan dengan guru membuat meja tidak disebut sebagai “pagar” penghalang. Podium yang sering dianggap sebagai penjarak bahkan menjadi efektif ketika digunakan “menghalangi” presiden AS ketika berbicara dengan wartawan. Pengaturan furniture juga dapat mendukung atau menghambat komunikasi. Orang yang ruang tamunya tidak banyak dikunjungi tamu dapat memperoleh banyak teman dengan merubah posisi yang lebih akrab. Penelitian lain menunjukan bahwa orang lebih benyak berbicara dengan orang lain yang berada di seberangnya. Di sebuah hotel, furniture justru diatur agar tamu tidak betah duduk dan akhirnya pergi ke toko hotel sehingga lebih banyak berbelanja. 5. Struktur dan desain Manusia menghabiskan sebagian waktunya dalam bangunan, dari satu bangunan dalam satu waktu, dan masuk ke bangunan dalam waktu lainnya. 2002 digitized by USU digital library 6 Walaupun tindakan verbal maupun non verbal membantu terhadap situasi manusia, manipulasi penghalang, pembukaan dan pengaturan fisik lainnya juga cukup membantu. Bentuk dan ukuran sebuah ruangan ternyata menunjukan kakuasaan, atau ruangan disebelah ruang besar tersebut. Kantor sudut, jendela besar, dan lift pribadi adalah hal-hal yang menunjukkan kekuasaan dan kekuatan pemiliknya. Hal ini juga terlihat di gedung universitas. Profesor yang berkedudukan tinggi biasanya memiliki ruangan besar, jendela, privacy, dan boleh memilih lokasi sendiri (Farrenkopf & Roth, 1980). Ruangan seperti ini menyebabkan orang-orang akan hanya berbicara tentang tugas , sedangkan ruang yang mudah dimasuki menyebabkan orang lebih sering bicara dan terdapat obrolan ringan. Stouffer (1940, p. 845) menyebutkan bahwa jarak spasial dan proximity menyebabkan seseorang memilih sebuah toko tertentu, melakukan kejahatan pada orang tertentu, hidup. Pendapat ini diperkuat oleh sebuah observasi bahwa muridmurid labih banyak berhubungan dengan murid lain yang berdekatan kelas, gedung atau asrama, daripada dengan mereka yang secara geografis berjauhan. Kedekatan atau proximity antara orang kulit putih dan orang kulit hitam banyak mengurangi kecurigaan antara keduanya. Tetapi kalau mereka sangat bermusuhan, proximity malah akan menyebabkan permusuhan semakin kuat. Penelitian lain memperlihatkan bahwa 35 persen pasangan menikah adalah mereka yang tadinya tinggal relatif berdekatan karena masing-masing lebih mudah memperoleh informasi tentang yang lain. Beberapa penelitian juga memperlihatkan bahwa proximity mampu membentuk persahabatan. Orang yang bersahabat lebih banyak tinggal berdekatan. Penelitian tentang proximity yang mungkin paling terkenal adalah apa yang dilakukan oleh Festinger, Schachter, dan Back (1950). Penelitian yang memperkenalkan istilah “jarak fungsional” (fucntional distance) menunjukkan bahwa arsitek yang membangun perumahan dapat memberikan pengaruh sangat besar pada pola perilaku penghuninya, misalnya posisi pintu masuk, arah rumah menghadap, posisi tangga dalam apartemen, tempat kotak surat, dll. Lingkungan dimana orang sering berkomunikasi memberikan kontribusi kepada penguasaan pada lingkungan mereka. Isi pesan dan frekuensi yang disampaikan dipengaruhi oleh aspek setting yang bervariasi dimana kita berkomunikasi. Kita sudah melihat bagaimana lingkungan mempengaruhi perilaku kita, tetapi kita juga dapat mengatur lingkungan untuk memperoleh respon yang diinginkan. Kita mengetahui bahwa ada beberapa cara memberikan keuntungan dengan melihat reaksi emosional pada lingkungan tersebut. Emosi atau perasaan tersebut dapat dikelompokkan kedalam tiga dimensi yaitu : pertumbuhan/penurunan ; senang/tidak senang ; dominan/menyerah. Kita mengetahui enam dasar perseptual untuk mempelajari lingkungan : formal/informal ; hangat/dingin ; pribadi/publik ; dikenal/asing ; terlambat/bebas ; berjarak/dekat . Kita juga melihat bahwa manusia memperhatikan aspek temporal dari lingkungan mereka ketika terjadi sesuatu , beberapa lama kejadian itu berlangsung , berapa banyak waktu yang terdapat diantara kejadian, dan pola atau ritme kejadian tersebut . Setiap lingkungan tampaknya memiliki tiga sifat utama : 1) lingkungan alami ; 2) Kehadiran atau tidak hadirnya orang lain 3) rancangan arsitektur dan benda yang dapat diipindah-pindah, termasuk pencahayaan, suara, warna, dan penampilan visual estetis. Kuantitas dan kualitas penelitian pada masing-masing area agak berbeda, tetapi jelas bahwa setiap tingkah laku manusia harus ditujukan ke arah pengaruh dari keadaan lingkungan. 2002 digitized by USU digital library 7 PENGARUH DAYA TARIK FISIK PADA KOMUNIKASI MANUSIA Bayangkanlah adegan berikut; pada suatu pagi seorang bapak ibu di Amerika bangun dan bersiap-siap memulai aktivitas hari itu. Sang ibu Amerika tadi meninggalkan baju tidurnya dan mengenakan korset, kemudian ia merias wajahnya dengan memoleskan eye shadow, mascara, lipstik, perona pipi dan mengenakan bulu mata palsu. Ia telah mencukur rambut di ketiak dan kakinya, mengenakan rambut palsu, kuku palsu, mencat kuku, mengenakan kotak lensa, dan memilih gaun yang yang sesuai. Sementara sang Bapak Amerika mencukur janggut dan mengenakan rambut serta gigi palsu lalu berkumur dan memilih aftershave liontin, mengenakan sepatu dan mulai memilih baju. Contoh deskripsi di atas menggambarkan hal yang ekstrim, yaitu seseorang melakukan hal yang kadang terlihat sangat berlebihan dalam mempersiapkan penampilan diri, bahkan melakukan seperti sering kita dengar degan cara operasi (plastik) agar dirinya menarik. Operasi dapat memperbaiki bentuk hidung, mengubah ukuran payudara sesuai dengan yang diinginkan, menghilangkan kantung mata, keriput, atau tanda lahir, meratakan kuping, mengencangkan paha perut, menghilangkan lemak (liposuction) atau menambah lemak ( lipofilling), bahkan mengangkat lapisan kulit yang dianggap terlalu berjerawat atau kasar (chemical peel). Mengapa banyak pria dan wanita yang bersusah payah dan membuang uang banyak untuk meningkatkan daya tarik fisik ? Apakah hal ini mempengaruhi kontak interpersonal ? A. TUBUH KITA : DAYA TARIKNYA SECARA UMUM Setiap orang menjaga penampilan. Sadarkah anda bila seorang teman menceritakan seorang teman yang telah lama tidak anda jumpai, anda akan menanyakan seperti apa dia – Anda ingin membayangkan seperti keterangan yang anda peroleh. Mengapa ? Seorang pengarang akan mengabarkan secara rinci karakter tokoh-tokohnya. Penerbit menaruh foto pengarang di sampul buku dan iklan buku. Mengapa ? Bahkan Wall Street Journal, yang tidak mencetak foto berita, memasukkan ilustrasi gadis tokoh utama di halaman depan. Mengapa harus melihat tokoh yang dibicarakan dalam artikel bulatin penerbangan, penitipan saham, atau pabrik dip komputer ? Karena masyarakat menganggap mereka belajar banyak dari penampilan seseorang. Penampilan dianggap sebagai gambaran perilaku masa datang. Sementara itu, sangat tidak umum mendengar memasyarakat memikirkan kecantikan dari dalam sangat penting, penelitian memperlihatkan kecantikan fisik atau daya tarik fisik mempengaruhi tanggapan interpersonal. Bukti-bukti dari hal ini lebih benyak mendukung gagasan yang menyebutkan kita bereaksi lebih baik kepada orang-orang yang kita anggap lebih menarik daripada yang kita anggap tidak menarik. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa orang-orang yang memiliki daya tarik fisik mempunyai kelebihan dalam evaluasi sosial seperti kesuksesan, pribadi, kepopuleran, kemampuan bersosialisasi, kemampuan seksual, keyakinan, dan kadang-kadang kebahagiaan (Hatfield & Sprecher, 1986 : Herman, Zanna & Higgins, 1986). Bahkan bila perlakuan pribadi positif (Timmerman & Hewitt, 1980). Sebaliknya, perilaku kita terhadap orang yang berpenampilan tidak menarik dilaporkan jarang berkunjung, dirawat lebih lama, dianggap kurang ramah, dan tidak banyak bergaul (Farina, Fischer, Sherman, Smith, Groh & Mermin, 1977) Penilaian terhadap daya tarik seseorang dimulai pada awal kehidupan (Algizzine, 1976 ; Berscheid & Walster, 1973 ; Wilson & Nias, 1976 ; Clifford & Welster, 1973). Suatu penelitian menemukan anak berumur 2 atau 3 bulan memandang orang yang berpenampilan tidak menarik. Kecendrungan ini terjadi 2002 digitized by USU digital library 8 dengan mengabaikan apakah Si ibu dianggap menarik atau tidak (Langlois, Roggman, Casey, Ritter, Reiser-Danier & Jenkins, 1987). Selama si anak tumbuh, mereka dihadapkan pada perilaku evaluasi yang dibuat guru dan orang tua. Bukan hanya si guru yang dianggap kurang berinteraksi (dan kurang positif) dengan anak yang dianggap kurang menarik, teman-temannya pun bereaksi kurang baik. Banyak terjadi bila yang kurang menarik , kemungkinan besar dia yang ditunjuk sebagai kambing hitam (Algozzine, 1973 ; Berschied & Walster, 1972 ;Clifford & Walster, 1973 ; Wilson & Nias, 1976). Begitu anak yang tidak menarik tumbuh menjadi dewasa , ia mungkin tidak akan dikucilkan bila penampilannya berubah. Orang yang kurang menarik akan menerima sanksi lebih besar daripada orang yang menarik. Walaupun banyak bukti yang mendukung kebenaran norma yang mengatakan ‘sesuatu yang indah adalah baik’ daya tarik fisik juga mungkin dihubungkan dengan perlakuan sebagai berikut : kesombongan, egoisme, tinggi hati, perilaku yang tidak simpati terhadap orang yang tertekan, dan kemungkinan besar mempunyai masalah dalam perkawinannya (Dermer & Theil, 1975). Sifat-sifat negatif dan pengetahuan bahwa orang yang menarik kadang-kadang mengalami kesulitan yang berhubungan dengan penampilan memperlihatkan semuanya tidak sempurna bagi orang-orang tersebut. Penelitian tentang kencan, tetap menyarankan lebih baik menarik daripada tidak. Sesungguhnya, wanita yang mempunyai penampilan “rata-rata” dinilai mempunyai kecantikan yang lebih bila berada diantara wanita-wanita yang menarik. Akibatnya, wanita berpenampilan rata-rata ini bila berada bersama wanita berpenampilan rata-rata lainnya dianggap menarik oleh orang-orang yang pernah melihatnya bersama wanita-wanita menarik. Sehingga sepertinya seorang wanita bisa menambah penilaian terhadap dirinya dengan berada bersama wanita-wanita yang lebih menarik, dan hal ini nampaknya tidak mempengaruhi penilaian terhadap wanita-wanita yang menarik (Geiselman, Haight & Kiamata, 1984). Sementara sebagian orang percaya segala sesuatu yang indah dengan caranya sendiri (seperti pada sebuah lagu pop tahun 1970) sebagian lain meniru hal yang indah dalam segman yang lebih besar dalam populasi. Stereotipe dari kecantikan Amerika yang dipromosikan Playboy dan Miss America Pegeant, diantaranya, seperti mempengaruhi dalam menempatkan norma-norma budaya. Pengaruh ini mengakibatkan banyak wanita mengutuk cara Playboy menggambarkan wanita ideal dan mendorong pemimpin-pemimpin kulit hitam membentuk pemilihan Miss Black America Pegeant. Tidak mengherankan , satu kasus dari empat ribu lebih juri dengan perbedaan umur, jenis kelamin, pekerjaan , mempengaruhi orang lain, mempertahankan harga diri, dan menghadapi perlakuan antisosial dari orang lain. 1. Kencan dan Perkawinan Fisik yang menarik mungkin lebih penting memilih teman kencan daripada teman atau pasangan hidup. Walaupun persepsi terhadap fisik yang menarik masih berperan dalam hubungan seperti itu (Stoebe, Insko, Thompson & Layton , 1971). Daya tarik fisik mungkin lebih penting bila kencan melibatkan suatu tujuan tertentu dan diketahui oleh umum. Tentu saja tidak ada pernyataan dari pria dan wanita bahwa penampilan fisik berpengaruh dalam memilih pasangan. Suatu studi pendahuluan memberikan pernyataan pada sejumlah siswa apakah mereka nantinya akan menikahi orang yang dinilai rendah, misalnya dalam status ekonomi, penampilan, perilaku, agama, moral, kesehatan, pendidikan, intelegensia, atau umur (Baber, 1939). Pria lebih banyak menolak wanita yang kurang dalam hal penampilan, perilaku, moral, dan kesehatan . Wanita nampaknya tidak begitu khawatir menikahi pria yang kurang dalam penampilan. Tampaknya penampilan fisik lebih penting bagi pria dalam memilih teman kencan dan teman hidup daripada wanita (Coombs & Kenkel, 1966). Berdasarkan tanggapan dari 8.000 pembaca 2002 digitized by USU digital library 9 Psychologi Today, menunjukkan kepada daya tarik wanita oleh pria, tetapi pada umumnya hal ini juga oleh wanita. Persentase menunjukkan jumlah responden yang menyatakan daya tarik sangat penting bagi pria dan wanita ideal (Tavris, 1977). Ketidakseimbangan perhatian terhadap pesona diri seseorang membuat seorang wanita yang bernama Susan Sontag (1977) menyangkal konvensi sosial dalam mempengaruhi penampilan pria, namun secara progresif mengurangi penampilan wanita. Ia menunjukkan bahwa wanita sejak kecil diajari memelihara secara berlebihan penampilannya. Pria, menurutnya, hanya perlu wajah yang bersih, wajah seorang wanita bagaikan permukaan kanvas yang bisa di cat sesuai dengan keinginan. Penampilan pria yang kasar merupakan konsep yang biasa, tetapi apakah konsep serupa bagi wanita ideal ? Dalam beberapa hal, maskulin berarti , diantaranya, tidak peduli pada penampilan; sedangkan feminim, kebalikannya, sangat memperhatikan penampilan. Kita banyak mendengar mengenai diskriminasi wanita, mereka merasa tidak diperlakukan adil pula. Bisakah seorang sekretaris, misalnya yang biasa juga menjadi dekorasi dilakukan oleh seorang pria. Seorang pria mungkin saja mampu mengetik dengan baik, tetapi akankah seorang bos tahan memandangnya sepanjang hari ?. Selain itu, jenis kelamin tampaknya sedikit berpengaruh dalam penelitian yang menanyakan seseorang untuk mengevaluasi orang asing yang sama atau berlainan jenis yang telah dinilai penampilannya (Byrne, London & Reeves, 1986). Daya tarik interpersonal lebih besar terhadap orang asing yang menarik secara fisik, tidak perduli jenis kelaminnya. Dalam penelitian ini, subyek tidak mempunyai informasi tentang si orang asing; dalam penelitian lanjutan, peneliti yang sama menemukan bahwa daya tarik fisik tetap memegang peranan penting, dalam arti ketertarikan ketika subyek diberi informasi tentang orang itu, tingkah lakunya misalnya. Penemuan itu nampaknya tidak hanya berlaku di Amerika. Suatu penelitian yang diadakan di India menemukan bahwa para pria menginginkan wanita yang secara fisik lebih menarik dibandingkan mereka dan para wanita menginginkan pria yang seimbang menariknya secara fisik (Singh, 1964). Kita bisa menduga suatu pola berkencan menunjukkan ketertarikan pada daya tarik fisik tertentu dari teman kencan. Hipotesis ini didukung oleh beberapa penelitian computer dance di universitas-universitas di Texas, Illnois, dan Minnesota. Daya tarik fisik mempengaruhi variabel-variabel yang merupakan kesukaan terhadap seseorang yang menjadi teman kencan atau yang ingin dikencani. Sebagai contoh, Walster dan rekan-rekannya secara acak memasangkan 752 siswa untuk sebuah acara dansa (Walster, Aronson, Abrahams & Rottman, 1966). Banyak informasi yang didapat dari siswa-siswa tersebut, termasuk laporan pribadi tentang popularitas, harga diri, presentase prestasi akademik di SMA, skor tes beasiswa, dan skor tes kepribadian. Sebagai tambahan, setiap siswa dinilai daya tariknya oleh beberapa orang juri. Daya tarik fisik mempengaruhi apa yang terjadi dalam acara kencan. Tampaknya daya tarik fisik ini merupakan aset penting bagi pria dan wanita, selama bisa diandalkan oleh kedua belah pihak. Brislin dan Lewis mengulangi penelitian sejenis dengan mengambil 58 pria dan wanita dan ternyata lagi-lagi menemukan korelasi yang kuat antara keinginan untuk berkencan dengan daya tarik fisik (Brislin & Lewis, 1968). Dalam penelitian ini setiap orang ditanyai apakah mereka mau berkencan dengan orang lain yang ada pada pesta tersebut. 2. Di Bidang Pekerjaan Beberapa penelahaan percaya bahwa daya tarik fisik memungkinkan mendatangkan keuntungan di dalam memperoleh suatu pekerjaan. Lebih lanjut dalam mencapai prestasi dan tingginya upah yang diperoleh (Cash, Gillen, Burn, 1977 ; Dipboye, Arvey & Tersptra, 1977). Namun demikian daya tarik fisik ini tidak 2002 digitized by USU digital library 10 selalu mendatangkan keberuntungan di tempat bekerja, hal ini dapat dikatakan menguntungkan terutama bagi kaum wanita, tidak bagi kebanyakan pria. wanitapun yang tidak menarik bisa saja sukses di tempat ia bekerja bila mampu ber-kooperatif dengan lingkungannya. Daya tarik fisik yang ekstrim sering menjadi hambatan dalam pencapaian hasil yang cepat, ini mungkin disebabkan oleh keberhasilan di tingkat yang tertinggi seringkali diasosiasikan dengan kemampuan yang maskulin dan daya tarik fisik feminim bagi wanita untuk beberapa posisi dalam pekerjaan (Heilman & Saruwatari, 1979). Itu mungkin juga menjadi sesuatu yang sukar bagi wanita yang menarik untuk melihat tugas, peranan, dan pengelolaan. Pada kasus tertentu, memungkinkan bahwa penampilan wanita tidak menjadi penekanan. 3. Berbagai Proses Persuasi Beberapa pendapat menyetujui bahwa apa yang dikerjakan seringkali didasarkan pada apa yang ingin kita demonstrasikan sesuai dengan keahlian dan kemampuan kita. (Maddux & Rogers, 1980). Tetapi berbagai penelitian memperlihatkan , daya tarik fisik dapat juga membantu (Chaiken, 1986). Hal ini benar, terutama ketika mencoba melakukan persuasi dengan ego yang rendah dan melibatkan beberapa topik singkat misalnya hanya satu waktu tertentu. Penelitian selanjutnya mengenai persuasif difokuskan pada daya tarik dari komunikator wanita (Mills & Arronson, 1985). Sebenarnya seorang wanita dapat membuat penampilan yang berbeda pada dua kesempatan / kondisi. Ada kondisi unttracttive ia akan merasa ngeri dengan observasinya. Selanjutnya daya tarik fisik dalam proses persuasif ini tidak hanya menguntungkan bagi wanita, juga bagi persuaders pria sebab dengan ini akan meninggikan kredibilitas dan nilai kepercayaan guna kemampuan berpenampilan. 4. Harga Diri Apakah daya tarik fisik dapat meningkatkan harga diri ? Jawabannya adalah, ya. Wanita yang merasa dirinya menarik akan merasa bahagia, memiliki harga diri dan terhindar dari neurosisi dibanding mereka yang merasa dirinya tidak menarik (Mathes & Kahn, 1975). Sebagai catatan bahwa daya tarik fisik ini sering memainkan peranan yang penting dalam kehidupan wanita. Wanita berusia 18 hingga 50 tahun, mereka menggunakan kosmetik untuk menjaga penampilannya. 5. Perilaku Antisosial Apa yang terjadi ketika orang-orang yang memiliki daya tarik dan yang tidak dihargai untuk melakukan tindak kriminal ? Pengadilan da para hakim dipengaruhi oleh penglihatan pribadi. Orang yang kelihatannya menarik biasanya berkesan tidak berdosa (innocence). B. TUBUH KITA : SUATU GAMBARAN YANG KHAS 1. Wajah Wajah merupakan fokus dari keseluruhan daya tarik dari seluruh tubuh manusia. Ada suatu pertanyaan yang menarik mengenai wajah ini, yaitu, wajah yang bagaimanakah yang yang cantik itu ? Banyak peneliti yang percaya bahwa pertanyaan seperti itu tidak dapat dijawab dengan jalan mengukur tingkat kecantikan, sebab hal itu tergantung pada pertimbangan setiap individu seperti apa yang dikatakan oleh Langlois dan Roggman (1980). 2002 digitized by USU digital library 11 Peranan yang sesungguhnya dari penampilan dan pakaian yang digunakan dalam sistem komunikasi nonverbal belum diketahui secara pasti (sebenarnya), hanya diperoleh keterangan bahwa penampilan dan pakaian ini merupakan bagian dari rangsangan nonverbal yang mempengaruhi tanggapan interpersonal. Selain itu pula penampilan dan pakaian sering merupakan penentu utama dari respon yang dihasilkan dari suatu proses komunikasi. Daya tarik fisik dapat dikatakan berpengaruh dalam mempengaruhi orang lain sebagai faktor penting pada pemilihan jodoh. Selain itu pula merupakan faktor utama dalam penilaian kepribadian seseorang, lebih rinci dalam hal kesuksesan, popularitas, dan lain sebagainya. Begitu pula dalam hal pekerjaan, terutama wanita. Wanita berpikir, dirinya merasa lebih baik kalau dirinya ia anggap menarik (memiliki daya tarik fisik), hal ini akan menimbulkan penghargaan bagi dirinya sendiri. Hal yang sama terjadi pada proses persuasi yang lain disamping pengetahuan dan kepandaian dalam merayu juga daya tarik fisik berperan (berlaku pada persuasi yang berlangsung singkat). 2. Bentuk Tubuh Muka dan wajah merupakan pusat dari semua penilaian , keaktraktifan, menampilkan karakter dan personality (kepribadian). Aristottles percaya bahwa wajah ini berhubungan antara kekuatan melawan kelemahan, genius berlawanan dengan kebodohan. Berbicara mengenai tubuh, dikenal beberapa macam bentuk tubuh , yaitu : a. Endormorf, seseorang bisa dikatakan memiliki bentuk tubuh ini, bila memiliki ciri-ciri : lembut, bulat (gendut), pendek, kuno, kurang kuat, kurang cerewet, hangat simpatik, alami, lebih muda, setuju, tergantung pada orang lain, percaya pada orang lain. b. Messomorf, bentuk tubuh ini memiliki ciri-ciri : bony (kuat), berotot, maskulin, melihat lebih baik, petualang, tinggi, matang dalam perilaku, percaya diri. c. Ektomorf, seseorang dikatakan memiliki bentuk tubuh yang ektomorf dengan ciri-ciri : kurus, ambisius, tinggi, sering curiga, nervous, kurang maskulin, pesismis, pendiam. Sebagai tambahan yang tidak kalah pentingya bahwa daya tarik fisik pada umumnya dapat mempengaruhi respon orang lain. Dapat dikatakan bahwa respon yang stereotipe untuk gambaran yang spesifik seperti bentuk tubuh, bau badan, rambut, warna kulit, dan pakaian. Semua itu dapat mempengaruhi citra tersendiri dalam pola komunikasi. Bagian akhir dari pembahasan ini adalah pekerjaan untuk masa akan datang dalam konteks nonverbal adalah dengan pertanyaan yang mendasar : 1. Di dalam kondisi bagaimana penampilan fisik dan pakaian dapat berperan dan membuat kritik yang berlainan dalam suatu proses komunikasi ; 2. Akibat apa yang mungkin terjadi dari penampilan fisik dan pakaian ini bila dikaitkan dengan komunikasi verbal ? ; Apakah ada gambaran yang spesifik dari penampilan fisik bahwa aktifitas yang tetap sebagai sumber utama informasi ? ; 4. Efek apa yang ditimbulkan dari keperdulian citra diri melalui penampilan fisik dan pakaian dalam perilaku komunikasi interpersonal ? 3. Tinggi Badan Dimensi lain dari tubuh manusia yang dapat mempengaruhi respon komunikasi interpersonal, adalah tinggi badan. Orang pada umumnya mengetahui bahwa tinggi badan amat berperan dalam kehidupan sosial dan dalam pekerjaan. Menurut laporan pada dokter anak (pediatrians), bahwa orang tua selalu menaruh perhatian pada tinggi badan anaknya. Iklan tentang perjodohan pun selalu memasukkan tinggi badan sebagai salah satu persyaratan. 2002 digitized by USU digital library 12 Dalam bidang pekerjaan, seperti polisi, petugas pemadam kebakaran, mensyaratkan tinggi badan minimum dalam merekrut pegawainya. Stabler dan mahasiswanya (1980) mencatat bahwa, dikaitkan dengan sikap sosial, orang yang tinggi selalu diasosiasikan dengan karakter yang positif, sedangkan orang yang pendek ditetapkan memiliki atribut yang negatif. Tinggi itu dikiaskan untuk kekuatan atau memiliki kekuasaan (power) dan prestise. Pria yang tinggi lebih atraktif daripada pria yang pendek. Ia juga lebih kompeten dalam bidang pekerjaan dan mempunyai penghasilan yang lebih tinggi. Namun apakah benar demikian ? yang jelas penelitian tentang tinggi badan ini hampir semuanya objeknya adalah laki-laki (Roberts & Herman, 1986). 4. Persepsi Tentang Tubuh Dimensi penting lainnya dalam komunikasi interpersonal, adalah citra diri. Salah satu faktor yang mempengaruhi citra diri, adalah apa yang disebut “Body Image”. Jourard and Secord (1955) mengemukakan hasil penelitiannya, bahwa pria lebih puas bila merasa badannya lebih besar/tegap dari ukuran normal/rata-rata orang. Sedangkan wanita lebih puas bila badannya lebih kecil dari ukuran normal, tapi punya payudara lebih besar dari ukuran rata-rata. Test tentang ukuran payudara dipersepsi orang , adalah sebagai berikut : photographer menyajikan tiga buah photo wanita dengan tiga ukuran buah dada. Hasilnya, buah dada yang ukurannya paling kecil, yakni (34 inchis) memperoleh peringkat tertinggi dalam hal competence, ambition, intellegence, morality dan modisty (Kelinke & Staneski, 1980 ; Aylalah & Weinstock, 1980). Beberapa studi memperlihatkan bahwa persepsi kita tentang ukuran dan berat badan kita – tidak tepat/benar. Salah satu sumber mengidentifikasikan , bahwa kita selalu mempunyai pendapat yang salah tentang penampilan kita yang paling bagi lawan jenis kita. Para wanita berpikir bahwa pria lebih menyukai wanita langsing daripada yang sebenarnya menurut pria. Sebaliknya pria bepikir bahwa wanita menginginkan pria yang besar/tegap daripada yang sebenarnya menurut wanita (Fallon & Rozin, 1985). 5. Warna Kulit Dalam beberapa hal , warna kulit merupakan stimuli potensial untuk memberikan respon interpersonal. Namun dalam hal ini hanya akan dikemukakan perubahan-perubahan warna kulit yang mempengaruhi penampilan seseorang, sehingga dapat dipersepsi. Beberapa kesempatan menunjukkan bahwa bila kulit seseorang pucat memberikan inidikasi bahwa seseorang itu sakit. Orang yang sehat, warna kulitnya coklat kena sinar matahari. Orang yang dalam menanggung malu, kulitnya kemerahmerahan. 6. Aroma Badan Indra penciuman memiliki peran yang penting dalam interaksi antar manusia, di samping penglihatan dan pendengaran. Akan tetapi penciuman akan menjadi utama apabila mata dan telinga tidak begitu berfungsi. 7. Rambut Tubuh Panjang rambut seseorang dapat mempengaruhi persepsi secara dramatis dalam interaksi manusia. Respon atau tanggapan negatif umumnya ditujukan pada pria yang berambut panjang. Sebaliknya tanggapan negatif ditujukan pada wanita yang rambutnya dipotong terlalu pendek. Tetapi pria yang seluruh rambutnya 2002 digitized by USU digital library 13 dicukur plontos (tidak ada rambut sama sekali) seperti kelompok anti rambut di AS yang disebut Skinheads, dapat dianggap menunjukkan perilaku antisosial. Kenyataannya, rambut itu sendiri dapat menimbulkan perasaan mengagumkan atau menjijikkan. Ada suatu ilustrasi : “ I Like him, but he’s so hairy “ Untuk beberapa tahun, majalah acuan/referensi utama pria atas figure wanita “nude”, dengan rapi dapat menyembunyikan (“brushed out”) atau tidak memperlihatkan rambut pada bagian alat vital modelnya. Sewaktu penyanyi pop Madonna majalah nasional (USA), beberapa orang berkomentar tentang rambut ketiaknya ketimbang pakaian minimnya. Sebagian menyukai, dan sebagian lagi tidak menyukai. Selanjutnya , mari kita membicarakan masalah janggut. Freedman (1969) melakukan penelitian dengan memberikan pertanyaan pada kelompok mahasiswa, bagaimana perasaannya tentang berjanggut. Namun tak satupun mereka berjanggut. Mayoritas pria dan wanita berpendapat bahwa pria yang kelihatan muda itu, adalah pria yang tidak berjanggut. Bagi pria, sebanyak 22 % menjelaskan bahwa kepribadian orang-orang berjanggut adalah independen , dan 20 % menjelaskan, orang berjanggut itu extrovert. Wanita sebanyak 55 % memaparkan bahwa pria yang berjanggut itu maskulin (jantan), sophisticated berpengalaman dalam duniawi), dan mature (dewasa). Dalam studi lain, diambil delapan buah photo pria yang terbagi atas empat kondisi, yakni berjanggut tebal (fully bearded), yang berjanggut seperti kambing (with only a mustache ), dan pria yang kelimis (clean-shaven) (Pellegrini, 1973). Photo-photo tersebut diperlihatkan pada halaman 128 mahasiswa untuk kemudian mereka nilai. Hasilnya pria yang paling tebal rambutnya/janggutnya dianggap lebih maskulin, lebih dewasa, lebih sedap dipandang (good looking), percaya diri (selfconfident), dominan, lebih berani (courageous), lebih liberal, tekun dan rajin (industrious). C. PAKAIAN DAN ARTIFAKTUAL Pakaian merupakan suatu bagian penting untuk menciptakan kesan pertama. Pria dan wanita selalu bertanya, apa yang mereka perhatikan dari seseorang ketika/di saat mereka pertama kali bertemu. Mereka mengajukan 10 karakteristik penampilan untuk dipilih. Hasilnya : wanita pertama kali akan memperhatikan pakaian , baik terhadap sesama wanita maupun terhadap pria di saat pertama kali mereka bertemu. Begitu pula dengan pria, ia akan memperhatikan pakaian yang dikenakan oleh pria lawan bicaranya pada urutan pertama. Sedangkan pada wanita , pria akan memperhatikan bentuk tubuh pada urutan pertama, urutan kedua wajah, dan pakaian menjadi perhatian pria di urutan ke tiga. (“First Impression”, August/September 1983). Pada tahun 1970, Assosited Press melaporkan,ada delapan gadis yang sudah menamatkan sekolah di Clifton, Arizona, disuruh pulang ke rumah dan tidak mengikuti upacara wisuda , karena mereka tidak memiliki pakaian yang telah ditetapkan. Kejadian-kejadian sepertii tersebut di atas mengesankan bahwa pakaian memainkan peranan penting dalam hubungan interpersonal. Mereka menekankan bahwa pada umumnya pakaian itu harus disesuaikan dengan peran seseorang dan lingkungan sekitarnya. Untuk mengetahui hubungan antara pakaian denga komunikasi , tentu kita sudah kenal dengan fungsi-fungsi pakaian, yakni sebagai hiasan (decoration), pelindung (protection), baik fisik maupun psikis, daya tarik sex ( Sex attraction), untuk menonjolkan diri (self assertion), penolakan diri (self 2002 digitized by USU digital library 14 denial), penyembunyian(concealment), identitas group (group identification), memperlihatkan status dan peran. Suatu studi menarik yang dilakukan oleh Lefkowitz, Balke dan Mouton (1955), memperlihatkan bahwa pakaian tidak hanya memenuhi sebagian dari fungsi tersebut di atas, tapi juga dapat mempengaruhi perilaku orang lain. Lefkowitz, dkk. menemukan para pejalan kaki akan lebih sering melakukan pelanggaran ramburambu lalu lintas bila orang yang berjalan paling dengan melakukan pelanggaran . lebih tepatnya lagi, pelanggaran lebih banyak lagi ketika pelanggar pertama menggunakan pakaian baik yang memperlihatkan/mengesankan dari status tinggi. Bickman (1974 a; 1974 b) memberikan contoh hasil penelitiannya. Empat pria berpakaian macam-macam , ada yang berpakaian sipil (jaket & dasi), pakaian tukang susu (seragam, celana putih lengkap dengan botol susunya), dan pria berpakaian seperti penjaga/petugas (pakai seragam, badge, lencana, namun tanpa senjata). Keempat pria tersebut menawarkan diri pada sebanyak 153 pejalan kaki di Brooklyn untuk dibawakan tasnya, untuk memasukkan uang recehan pada parking meter dan berdiri di seberang petugas lebih banyak dipenuhi permintaannya/dimintai tolong. Kenyataannya sebayak 83 % dari mereka minta tolong untuk memasukkan uang receh pada parking meter. 2002 digitized by USU digital library 15