Hati Lapang yang Terbuka Bagi Allah

advertisement
Edisi Khusus: Oktober 2013
www.kkih.org
Email: [email protected]
www.facebook.com/KKIndonesiaHouston
Misa KKIH
St. Catherine of Siena
10688 Shadow Wood
Houston, TX 77043
Setiap Minggu kedua dan keempat
3:00pm
Rosario dan
Pendalaman Iman
Setiap Senin kedua atau keempat
Di rumah umat
Pengurus 2012-2014
Ketua:
Wakil Ketua:
Sekretaris:
Bendahara:
Treasury:
Liturgi:
Rosario:
Bina Anak-anak:
Bina Remaja:
Bina Dewasa:
Koor:
Konsumsi:
Perlengkapan:
Inventori:
Teknologi:
Hubungan Luar:
Hubungan Gerejani:
Olah Raga:
Publikasi:
Pembimbing:
Komisi Masa Depan:
Irwan Hidajat
Frankie Sugiaman
Sigit Pratopo
Kathleen Sendjaja
Riana Jo
Hans Sutanto,
Yulia Gunawan,
Yanti Inarsoyo
Patricia Henry
Windra Sugiaman,
Caroline Silka Salim
Paul Wahyudin,
Gaby Wahyudin
Teddy Oetama,
Djoni Sidarta
Yovita Iskandar,
Kevin Kang
Lisa Siboro,
Honny Sinartio,
Lanny Efendy,
E. Yuyu Atmadja
Betty Oetama
Sri Dilla Tanu
Ewa Efendy
Harry Kumala,
Andrew Huang
Christian Tan
Husin Karim
Fadjar Budhijanto
Romo John Taosan
Djoni Sidarta
Fadjar Budhijanto
Warta KKIH
Keluarga Katolik Indonesia Houston
Hati Lapang yang Terbuka Bagi Allah
Wawancara Eksklusif bersama Paus Fransiskus
Penulis Romo Antonio Spadaro SJ
Alih Bahasa: Fadjar Budhijanto
Hari
itu adalah Senin, tanggal 19 Agustus 2013. Saya punya
janji untuk menjumpai Paus Fransiskus pada jam 10 pagi di Santa
Marta. Saya mewarisi kebiasaan
ayahku yang selalu datang lebih
awal untuk urusan apapun. Orang
yang menyambutku bilang agar
saya menunggu di salah satu ruang.
Tidak lama kemudian, saya diajak
naik lift. Dalam waktu sekejab
saya teringat akan pertemuan para
Paus Fransiskus.
editor jurnal Serikat Yesus di Lisbon,
yang membahas proposal untuk menerbitkan secara bersama-sama
wawancara dengan Paus. Saya sudah mendiskusikan dengan para
editor, untuk merangkum berbagai pertanyaan yang mencerminkan
minat masing-masing. Ketika saya muncul di lift, kulihat Paus sudah
siap menungguiku di pintu. Begitu berjumpa dengannya, saya punya
kesan menyenangkan seolah tidak melanggar batas apapun.
Saya masuk ke kamar Paus dan beliau memintaku untuk duduk di
atas kursinya yang empuk. Beliau sendiri memilih duduk di kursi yang
lebih tinggi dan lebih keras karena ada gangguan di punggungnya.
Tata ruang kamarnya sangat sederhana. Ruang kerjanya dipenuhi oleh
sebuah meja kecil. Saya terkesan tidak oleh kesederhanaan furnitur
yang ada, tetapi juga segala sesuatu yang ada dalam kamar itu. Hanya
ada beberapa barang, termasuk ikon Santo Fransiskus, patung Maria
dari Lujan (santa pelindung Argentina), salib dan patung Santo Yusuf
yang tertidur. Spiritualitas Jorge Mario Bergoglio tidak terbentuk oleh
enerji yang harmonis, sebagaimana beliau katakan, tetapi oleh wajahwajah: Kristus, Santo Fransiskus, Santo Yusuf dan Bunda Maria.
Paus menyinggung kenangan kunjungannya ke Brazil. Beliau meyakininya sebagai rahmat murni. Baginya World Youth Day adalah benarbenar sebuah ‘misteri.’ Beliau mengatakan bahwa dirinya tidak terbiasa berbicara di hadapan banyak orang: “Saya dapat menjumpai pribadi
Surat Redaksi
Dalam terbitan edisi khusus ini
Warta mengangkat wawancara
Paus Fransiskus oleh tim editor
jurnal Yesuit. Wawancara yang
dilakukan dalam tiga sesi pada
Agustus lalu oleh Romo Antonio Spadaro SJ, telah diterbitkan dalam bahasa Itali melalui
La Civilta Cattolica dan versi
bahasa Inggris melalui America
Magazine.
Wawancara yang sangat langka ini sarat dengan pandangan
Paus Fransiskus tentang dirinya,
gereja dll, disampaikan dengan
sikap begitu terbuka, jujur,
membumi, dan dalam bahasa
yang relatif mudah dimengerti
oleh segenap golongan umat.
Begitu banyak komentar dari
berbagai pihak telah ditulis
dengan nada yang ragam: ada
yang mendukung, ada yang
bingung tetapi ada pula yang
merasa kecewa. Tidak jarang
pula yang mencoba memanipulasikan pernyataan beliau demi
kepentingan masing-masing.
Sebagai umat yang menjadi
bagian dari gereja universal,
kitapun perlu membaca dengan
seksama seluruh isi wawancara itu agar lebih memahami
pemikiran Paus kita. Meskipun
agak panjang tetapi bermanfaat.
Berdasarkan pemikiran ini,
Redaktur Warta terdorong
untuk
menerjemahkan
isi
wawancara itu secara lengkap
ke dalam bahasa Indonesia agar
lebih dipahami oleh banyak
umat KKIH.
Selamat membaca,
2
Redaktur.
orang, seorang demi seorang, menyapa secara pribadi orang-orang
yang datang mengunjungiku. Namun saya tidak terbiasa dalam suatu
massa,” demikian pendapat Paus.
Beliau juga menyinggung pengalaman dalam konklaf, sesaat ketika
mulai menyadari dirinya berpeluang terpilih menjadi paus. Ketika
makan siang pada Rabu, 13 Maret, beliau merasakan adanya suatu
kedamaian hati yang mendalam tetapi sulit diungkapkan serta rasa
aman meski berada dalam suasana sangat gelap. Dan perasaanperasaan itulah yang menyertainya hingga saat beliau terpilih.
Paus sebelumnya berbicara tentang kesulitan besar yang dihadapinya dalam memberikan wawancara. Beliau bilang bahwa dirinya lebih
memilih berpikir daripada memberikan jawaban dalam wawancara
langsung. Dalam wawancara ini Paus beberapa kali menginterupsi
apa yang beliau katakan ketika merespon pertanyaan yang diajukan.
Berbicara dengan Paus Fransiskus bagaikan menyaksikan letupan
aliran volkanik karena ide-idenya yang bermunculan dan terkait satu
sama lain. Bahkan mencatat membuatku berperasaan tidak nyaman,
karena seolah-olah saya mencoba menekan aliran dialog yang mengalir
begitu deras.
Siapakah Jorge Mario Bergoglio?
Saya bertanya kepada Paus Fransiskus secara blak-blakan: “Siapakah
Jorge Mario Bergoglio?” Beliau memandangiku dalam keheningan.
Lalu saya mengulanginya lagi apakah saya pantas untuk mengajukan
pertanyaan semacam itu. Beliau mengangguk dan menjawab: “Terus
terang saya tidak tahu manakah diskripsi yang paling tepat … Saya
seorang pendosa. Inilah definisi yang paling pas. Ini bukan suatu
kiasan atau gaya pengungkapan. Saya memang seorang pendosa.”
Paus terus merenung dan berkonsentrasi, seolah beliau tidak mengharapkan pertanyaan seperti ini, seolah dirinya terpaksa untuk merenungkannya lebih mendalam. “Ya, mungkin saya dapat mengatakan
bahwa saya agak cerdik sehingga saya dapat beradaptasi dengan lingkungan. Tetapi juga benar kalau diriku agak naïf. Ringkasan yang
terbaik, yang mengalir dari lubuk hati dan yang saya pikir paling tepat,
yaitu: “Saya adalah seorang yang dilihat Allah.” Beliau mengulang:
“Saya adalah orang yang dilihat Allah. Saya selalu merasa semboyanku, Miserando atque Eligendo [Dengan Mengasihi dan Memilih
Allah], adalah hal yang sangat tepat bagiku.”
Semboyan itu diambil dari Homilies of Bede the Venerable, yang
menuliskan komentar kisah Injil tentang panggilan Matius: “Yesus
melihat seorang pemungut cukai, dan Dia memandanginya dengan
penuh kasih dan memilihnya, dan lalu Dia berkata kepadanya, “Ikuti
Aku.” Paus menambahkan: “Saya pikir miserando dan gerund bahasa
Latin sulit untuk begitu saja diterjemahkan ke dalam bahasa Itali dan
Spanyol. Saya suka menerjemahkannya dengan gerund lain yang tidak
pernah ada: misericordiando [“mengasihi’].
Paus Fransiskus melanjutkan renungannya, melompat ke topik lain:
Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013
“Saya tidak kenal Roma dengan baik. Saya hanya tahu
beberapa hal saja. Misalnya Basilika Santa Maria
Mayor yang selalu saya kunjungi. Saya tahu [basilika] Santa Maria Mayor, Santo Petrus … tetapi setiap
kali saya datang berkunjung ke Roma, saya selalu
tinggal di kawasan Via della Scrofa. Dari situ saya
sering mengunjungi Gereja Santo Luis dari Perancis,
dan di sana saya mengontemplasikan lukisan Caravaggio berjudul “Panggilan Santo Matius.”
“Dan lalu hal lain yang sungguh penting bagiku:
komunitas. Saya selalu mencari komunitas. Saya
tidak melihat diriku sebagai pastor untuk diri sendiri. Saya butuh sebuah komunitas. Pada saat konklaf,
saya tinggal [di Santa Marta], di Kamar 207 yang
kini menjadi kamar tamu. Saya memilih tinggal
di Kamar 201, karena ketika saya menerima kunci
apartemen kepausan, dalam hatiku saya mendengar “tidak.” Apartemen kepausan sesungguhnya
tidak mewah. Apartemen itu kuno, penuh dengan
dekorasi indah dan besar, tetapi tidak mewah.
Namun pada akhirnya, apartemen itu seolah seperti
sebuah corong yang terbalik. Besar dan lapang tetapi mempunyai pintu yang sangat sempit. Para tamu
sesekali dapat datang
berkunjung, dan persis
saya tidak bisa hidup
sendirian. Saya merasa
perlu untuk hidup bersama orang lain.”
“Jari tangan Yesus, menunjuk ke arah Matius. Itulah
saya. Saya seperti dia, Matius.” Tampak Paus begitu
yakin atas gambaran yang sedang beliau cari: “Sikap
Matius itulah yang menyentuh diriku: dia menggenggam uangnya seolah
berkata, ‘Jangan, jangan
saya! Jangan, uang ini
adalah milikku.’ Di sinilah, inilah saya, seorang
pendosa yang dipandang oleh Allah. Dan
inilah yang saya katakan
Apa Artinya Menketika mereka menajadi Yesuit yang
nyakan diriku apakah
saya akan menerima
juga Menjadi Ushasil pemilihan menjadi
kup Roma?
paus.” Kemudian Paus
Saya bertanya kepamembisik dalam bahada Paus Fransiskus
sa latin: “Saya seorang
tentang realita bahwa
‘Panggilan Matius’ karya Amerighi da Caravaggio (1571-1610)
pendosa, tetapi saya
dirinya adalah seorang
percaya sepenuhnya akan belas kasih tiada batas
Yesuit pertama yang terpilih menjadi uskup Roma:
dan kesabaran Tuhan kita Yesus Kristus, dan saya
“Bagaimana Anda memahami panggilan melayani
menerima dalam semangat pengampunan.”
gereja universal dalam semangat Ignasian? Apa artinya bagi seorang Yesuit yang terpilih sebagai paus?
Mengapa Anda Menjadi Yesuit?
Apakah elemen spiritualitas Ignasian membantumu
Saya melanjutkan: “Bapa Suci, apa yang membuat- hidup dalam pelayananmu?”
mu memilih masuk Serikat Yesus? Apa sebenarnya
“Discernment,” sahutnya. “Discernment adalah
yang menarik bagimu tentang ordo Yesuit?
salah satu yang mengakar dalam diri Santo Igna“Saya ingin sesuatu yang lebih. Namun saya tidak sius. Baginya discernment adalah sarana perjuangtahu apa itu. Saya masuk seminari projo. Saya an untuk mengenal Allah dan mengikutiNya lebih
menyukai Dominikan dan saya punya beberapa dekat. Saya selalu terkesan dengan ungkapan yang
teman Dominikan. Namun akhirnya saya memilih menjelaskan visi Ignasius: non coerceri a maximo, sed
Serikat Yesus, yang saya kenal dengan baik karena contineri a minimo divinum est (“tidak dibatasi oleh
seminari itu diasuh oleh para imam Yesuit. Tiga hal yang terbesar dan diisi oleh yang terkecil – inilah
yang secara khusus menarik bagiku tentang Serikat, ilahi’). Saya memikirkan banyak hal tentang frasa
yaitu: semangat misionaris, komunitas dan disiplin. ini dalam kaitannya dengan berbagai isu tentang
Tentu ini terasa janggal, justru karena saya merasa peranan pemerintahan gereja, menjadi superior
diri sangat tidak disiplin. Tetapi kedisiplinan Yesuit, bagi orang lain: sangatlah penting untuk tidak dibaterutama bagaimana mereka mengatur waktu – tasi oleh ruang yang besar, dan sekaligus penting
sungguh mempesonaku.
3 Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013
mereka yang miskin. Pilihanku termasuk beberapa
aspek hidup keseharian, seperti misalnya mengKebajikan tentang besar dan kecil adalah keluhuran
gunakan mobil yang sederhana, adalah berkaitan
hati (magnanimity). Bersyukurlah karena keluhuran
dengan discernment rohani untuk merespon suatu
hati, sehingga kita dapat selalu melihat cakrawakebutuhan yang timbul ketika mengamati sesuatu,
la dari posisi di mana kita berada. Ini berarti kita
melihat orang-orang, membaca tanda-tanda zaman.
mampu melakukan hal-hal kecil setiap hari dengan
Discernment di hadapan Allah membantuku untuk
hati lapang yang terbuka bagi Allah dan sesama. Ini
menemukan cara dalam memimpin.
berarti kita mampu mensyukuri hal-hal kecil dalam
“Namun saya selalu waspada akan keputusancakrawala yang besar, yaitu dalam kerajaan Allah.
keputusan yang dibuat secara tergesa-gesa. Saya
“Semboyan ini,” lanjut Paus, “memberi parameter
selalu waspada pada keputusan pertama, yaitu,
untuk mengasumsikan posisi yang tepat dalam
sesuatu yang pertama kali muncul dalam benakku
discernment, agar dapat mendengar
kala saya akan mengambil
kehendak Allah dari sudut pandang
keputusan. Biasanya pemikirAllah.
Menurut Santo Ignasius,
an awal itu keliru. Saya harus
prinsip-prinsip utama hendaknya
sabar
mematangkan
dan
tercakup dalam ruang, waktu dan
mengevaluasinya
kembali,
umat.” Dengan caranya sendiri,
merenungkan diriku secara
Yohanes XXIII mengadopsi sikap
mendalam, memberi cukup
ini khususnya dalam hal memimpin
waktu. Buah dari discernment
gereja, tercermin dalam semboyan
adalah mampu memilah ambiyang sering dikatakannya: “Lihat
guitas hidup dan membantu
segala sesuatu; pejamkan mata;
kita dalam menemukan sarana
perbaiki [apa yang bisa meski]
yang tepat, yang biasanya tidak
sedikit.”
Yohanes XXIII melihat
selalu berarti sesuatu yang
semuanya, dalam dimensi maksitampaknya besar dan kuat.
mum, namun beliau hanya memilih beberapa saja untuk dikoreksi, Santo Ignatius Loyola, pendiri ordo Yesuit.
Serikat Yesus
yaitu dimensi minimum. Kamu dapat
Karena itu discernment adalah sebuah pilar spirimemiliki proyek yang besar dan melaksanakannya dengan menggunakan beberapa sarana yang tualitas Paus Fransiskus. Hal itu terungkap dalam
sangat kecil. Atau kamu dapat menggunakan sarana sikapnya sebagai seorang Yesuit. Saya bertanya
yang lemah tetapi lebih efektif daripada yang kuat, kepadanya tentang bagaimana Serikat Yesus dapat
sebagaimana dikatakan Paulus dalam surat pertama melayani gereja pada masa kini, karakteristik apa
saja serta tantangan manakah yang dihadapi oleh
kepada umat di Korintus.
Serikat Yesus.
Proses discernment memerlukan waktu. Banyak
“Serikat Yesus adalah sebuah institusi dalam tekanorang berpikir bahwa segala perubahan dan perbaikan dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Saya an,” sela Paus, “secara fundamental selalu berada
percaya kita selalu perlu waktu untuk meletakkan dalam tekanan. Seorang Yesuit tidak berpusat pada
dasar bagi adanya perubahan yang nyata dan efektif. dirinya sendiri. Serikat itu sendiri mencari pusat
Dan saat ini adalah waktu untuk melakukan discern- di luar dirinya; pusatnya adalah Kristus dan gerejament. Kadangkala discernment tidak mendesak kita Nya.”
untuk melakukan sesuatu yang persis sama dengan
“Bilamana Serikat memusatkan dirinya pada Krisapa yang kamu pikirkan pada saat awalnya tentang tus dan gereja, maka ada dua titik referensi fundaapa yang akan kamu lakukan kemudian. Dan mental bagi keseimbangannya dan agar mampu
itulah yang terjadi denganku beberapa bulan tera- hidup di perbatasan, di medan depan. Jika Serikhir ini. Discernment selalu dilakukan di hadapan kat terlalu berpaling pada dirinya sendiri, maka
Allah, dengan mengamati tanda-tanda, mendengar- membuat dirinya sangat kuat di pusat, sangat
kan apa yang terjadi, merasakan umat, terutama terlindung tetapi beresiko menjadi merasa diri aman
untuk mampu tinggal pada ruang yang terbatas.
4
Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013
dan bisa mencukupi sendiri. Serikat harus selalu
mengutamakan Deus semper maior, demi Allah yang
lebih besar, dan terdorong untuk bertindak demi
kemuliaan Allah yang lebih besar, bagi gereja sebagai
mempelai sejati Kristus Tuhan kita, Kristus Raja
yang mengalahkan kita dan yang kepadaNya kita
menyerahkan diri sepenuhnya dan segala upaya dan
kerja keras, sekalipun seandainya kita hanya sebuah
jembangan lempung yang sangat rapuh. Tekanan ini
terus menerus berlangsung pada diri kita. Sarana
yang membuat Serikat Yesus tidak berpusat pada
dirinya sendiri, benar-benar kuat, adalah kesadaran,
baik secara paternal maupun fraternal. Kesadaran
inilah yang membantu Serikat memenuhi misinya
dengan lebih baik.”
dalam pandangan Paus, aturan-aturan lebih utama
daripada Roh, dan membawa Serikat tergoda untuk
mendefinisikan karismanya dalam konteks yang
sangat sempit.
“Tentu sulit untuk berbicara soal Serikat,” lanjut
Paus Fransiskus.
“Kala kamu terlalu banyak
menyatakan dirimu, maka kamu beresiko untuk
disalahartikan. Serikat Yesus dapat dijabarkan
hanya dalam bentuk naratif. Dalam bentuk naratif kamu melakukan discernment, bukan dalam
penjelasan filosofis ataupun teologis yang mana
bisa kamu diskusikan. Gaya Serikat tidak dibentuk
oleh diskusi, tetapi oleh discernment. Tentu saja
diandaikan diskusi merupakan bagian dari proses. Dimensi mistik dari discernment tidak pernah
menetapkan batas pinggirnya dan bukan merupakan hasil pemikiran yang lengkap. Sebagai seorang
Yesuit hendaknya memiliki pemikiran yang tidak
lengkap, dalam arti pemikiran yang masih dapat
dikembangkan lagi (open-ended). Ada masa-masa
dalam sejarah Serikat di mana hidup dalam lingkungan yang tertutup dengan pemikiran yang kaku,
lebih condong pada sifat instruktif-asetik daripada
mistik. Dari distorsi hidup Yesuit ini lahirlah Epitome Instituti.”
“Saya sendiri menjadi saksi atas kesalahpahaman
atau masalah-masalah yang dihadapi Serikat belum
lama ini. Di antara masa sulit ini, misalnya saja
ketika ada isu untuk membuat semua Yesuit mengucapkan kaul keempat yaitu ketaatan kepada Paus.
Apa yang membuatku yakin pada saat itu yaitu
bahwa Romo Pedro Arrupe [yang menjabat superior jendral Yesuit dari 1965-1983] adalah seorang
pendoa, orang yang meluangkan banyak waktunya
untuk berdoa. Saya ingat ketika beliau doa bersimpuh di lantai dalam gaya Jepang. Karena itu beliau
memperoleh sikap yang tepat dan membuat keputusan yang tepat pula.”
Paus selanjutnya mengacu pada persyaratan
sebagaimana tertulis dalam Konstitusi Serikat
Yesus bahwa Yesuit harus menyatakan kesadarannya secara jelas, yaitu keadaan spiritualnya yang
terdalam, sedemikian hingga superior dapat semakin sadar dan paham sebelum mengirim seseorang
ke suatu misi.
Paus lalu mengacu pada compendium, yang ditulis
untuk tujuan-tujuan praktis, yang dilihat sebagai
pengganti Konstitusi. Formasi Yesuit untuk beberapa waktu dibentuk berdasarkan teks ini, yang bagi
beberapa orang tidak pernah membaca Konstitusi,
sebagai teks yang fundamental. Selama periode ini,
Paus Fransiskus melanjutkan: “Bukan demikian,
Yesuit selalu berpikir, berulang kali berpikir, melihat kembali cakrawala ke mana dirinya mesti pergi,
bersama Kristus sebagai pusatnya. Inilah kekuatan
Yesuit yang nyata. Dan hal inilah yang mendorong
Serikat untuk terus mencari, kreatif dan bermurah
hati.
Maka kini, lebih daripada sebelumnya, Serikat
Yesus harus berkontemplasi dalam aksi, harus hidup
sangat dekat dengan seluruh gereja, yaitu baik ‘umat
Allah’ maupun ‘gereja hirarkis yang kudus.’ Untuk
itu diperlukan kerendahan hati, pengorbanan dan
keberanian, terutama di kala kamu tidak dipahami
atau menjadi obyek yang disalahartikan atau difitnah. Namun inilah sikap yang paling bermanfaat.
Beberapa tekanan dalam sejarah Serikat di beberapa abad sebelumnya misalnya kontroversi ritus
Cina, ritus Malabar dan Reduksi di Paraguay.
Panutan: Romo Faber, Imam Pembaharu
Saya ingin tahu di antara tokoh Yesuit, sejak
berdirinya Serikat hingga kini, manakah yang paling
berkesan baginya. Maka saya bertanya kepada Paus
siapakah tokoh itu dan mengapa. Beliau mulai
dengan menyebut Ignasius Loyola [pendiri Yesuit]
dan Fransiskus Xaverius. Namun kemudian beliau
memfokuskan diri pada seorang tokoh yang kurang
begitu dikenal masyarakat luas: Petrus Faber (15061546) dari Savoy. Dia adalah sahabat pertama Santo
Ignasius, malah sesungguhnya dialah orang pertama
yang pernah berbagi kamar ketika keduanya berku5
Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013
liah di Universitas Paris. Kawan sekamar yang ketiga adalah Fransiskus Xaverius. Pius IX mengangkat Faber sebagai Beato pada tanggal 5 September
1872, dan kanonisasinya masih terbuka.
Pengalaman dalam kepemimpinan gereja yang
manakah, sebagai superior Yesuit atau sesudahnya sebagai superior provinsial Serikat Yesus yang
membantu membentuk sepenuhnya Romo BergoPaus menunjuk beberapa karya Faber, yang pernah glio? Gaya Kepimpinan Serikat Yesus termasuk
beliau tugaskan kepada dua peneliti Yesuit, Miguel mengambil keputusan-keputusan sebagai superior,
A. Fiorito dan Jaime H. Amadeo, untuk mengedit dan tetapi juga konsultasi ekstensif dengan para penasimempublikasikannya ketika beliau menjabat supe- hat resmi. Maka saya bertanya: “Apakah Anda pikir
rior provinsial Yesuit di Argentina. Edisi yang paling pengalaman masa lalu kepemimpinanmu dapat
beliau sukai adalah yang ditulis Michel de Certeau. membantu dalam memimpin gereja universal?”
Saya bertanya kepada Paus mengapa beliau terke- Setelah hening sejenak, beliau merespon:
san dengan Faber.
Dalam pengalamanku sebagai superior Serikat,
“Dialognya dengan semua golongan,” sahut Paus, secara jujur, saya tidak selalu melakukan konsultasi
“bahkan kepada mereka yang ada di pedalaman sebagaimana mestinya diperlukan. Dan tentu saja
hal ini bukanlah sesuatu yang
atau kelompok yang menentangbaik. Gaya kepemimpinanku
nya; kesalehannya yang sederhana,
sebagai seorang Yesuit di saat
lugu, kesanggupan untuk menyeawal banyak kekeliruannya.
diakan diri, kemampuan untuk
melakukan discernment dengan
berhati-hati, kenyataan bahwa dialah orang yang mampu mengambil
keputusan besar dan tegar namun
sekaligus bisa menjadi pribadi
yang lembut dan penuh kasih.”
Pada saat itu adalah masa sulit
bagi Serikat: seluruh generasi
Yesuit telah lenyap. Karena
situasi ini saya menjadi provinsial pada usia yang masih sangat
muda. Ketika itu saya baru berusia 36 tahun. Ini sungguh gila.
Michel de Certeau menguraikan
Saya harus berhadapan dengan
Faber sebagai “imam pembaharu,”
berbagai masalah rumit, dan
yang memiliki paduan pengalaman
saya harus segera mengambil
interior, ekspresi dogmatik dan
keputusan itu sendiri. Ada yang
Romo Peter Faber SJ, co-founder Yesuit.
pembaharuan structural. Selanperlu
saya tambahkan lagi: bilajutnya Paus merefleksikan jati diri
mana saya memberi kepercayaan sesuatu kepada
pendiri Serikat.
seseorang, maka saya percaya sepenuhnya kepada
“Ignasius adalah seorang mistikus, bukan seorang orang itu. Dia harus melakukan suatu kesalahan
asetis,” jelasnya. “Saya selalu jengkel setiap kali yang sangat besar sebelum akhirnya saya menegor
mendengar bahwa Latihan Rohani disebut ‘Ignasian’ orang itu. Lama kelamaan, orang bosan dengan
hanya apabila dilakukan dalam suatu keheningan. gaya otoritarianisme.
Realitanya, Latihan Rohani ini dapat disebut sebagai
Sikap otoritarianku dan kecenderungan tergesaIgnasian meskipun dilakukan dalam hiruk pikuk
hidup keseharian. Interpretasi Latihan Rohani gesa telah menyeretku ke masalah-masalah yang
yang menekankan segi asetisisme, keheningan dan serius dan dituduh sebagai orang yang ultra-konserpengampunan merupakan distorsi dan meluas vatif. Saya berada dalam krisis interior yang luar
bahkan di dalam Serikat, terutama Serikat Yesus di biasa ketika saya bertugas di Cordova. Yang pasti,
Spanyol. Saya lebih condong ke gerakan mistik yang saya tidak seperti Blessed Imelda (a goody-goody),
dilakukan oleh Louis Lallement dan Jean-Joseph namun demikian saya pun tidak pernah menjadi
seorang ekstrim kanan. Gaya otoritarianku dalam
Surin. Dan Faber adalah seorang mistikus.”
mengambil keputusan inilah yang sesungguhnya
menimbulkan berbagai masalah.
Pengalaman dalam Kepemimpinan Gereja
6
Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013
“Saya mengatakan semuanya ini berdasarkan
pengalaman hidup dan karena saya ingin membuat-
gunakan, dan di samping itu ada gambaran dari
‘Konstitusi Dogmatik tentang Gereja menurut Konsili Vatikan II (No.12).’ [Ciri] ini ada dalam diri umat
yang memiliki keutamaan teologis. Dalam sejarah
penyelamatan, Allah telah menyelamatkan manusia.
Maka ketika menjadi Uskup Agung Buenos Aires,
Tidak ada identitas lengkap tanpa melibatkan umat.
saya selalu mengadakan rapat dengan keenam
Tidak ada seorangpun yang diselamatkan sendirian.
uskup pembantu dua minggu sekali, dan bebeSebaliknya Allah menarik kita dalam suatu komunirapa kali setahun bersama dewan imam. Mereka
tas yang terbentuk oleh jaringan relasi.
mengajukan beberapa pertanyaan dan lalu kami
Umat itu sendiri membentuk dirinya sebagai
membuka kesempatan kepada semua peserta untuk
mendiskusikannya. Hal ini sangat membantuku subyek. Dan gereja adalah umat Allah yang berzidalam menetapkan keputusan yang terbaik. Teta- arah sepanjang sejarah hidupnya dengan penuh
pi sekarang saya mendengar beberapa orang yang sukacita dan derita. ‘Berpikir bersama gereja’, karemengatakan kepadaku: ‘Janganlah terlalu sering na itu, menurutku adalah menjadi bagian dari umat.
Segenap umat, secara
berkonsultasi, putuskeseluruhan,
memiliki
kan sendiri saja.’ Sekainfalibilitas dalam keyakilipun demikian saya
nan, dan umat mengungyakin konsultasi adalah
kapkan infalibilitas tersesangat penting.
but dalam credendo.
“Dewan
kardinal,
Infalibilitas dalam keyakisinode para uskup,
nan inilah, melalui kekuamisalnya, merupakan
tan iman yang supranatubagian penting untuk
ral dari segenap umat
melakukan konsultasi
yang berjalan bersama.
yang nyata dan aktif.
Inilah yang kini kupahami
Betapapun, kita harus
dengan apa yang dimakmenawarkan bentuk
sudkan ‘berpikir bersayang tidak terlalu kaku.
ma gereja’ sebagaimana
Saya tidak menghen- Fransiskus menyalami umat seusai Misa di Paroki St. Anna, Roma.
digagas oleh Santo Ignadaki suatu konsultasi ala
sius. Kala dialog antar umat dan para uskup dan
kadarnya, tetapi dilakukan dengan kesungguhan.
paus dilakukan dalam jalur ini dan dilakukan secara
Tim konsultan yang terdiri dari delapan kardinal,
murni, maka Roh Kudus akan membimbing. Maka
yang selanjutnya bisa disebut sebagai kelompok
gagasan ini tidak hanya menjadi perhatian para
penasihat “luar”, tidak hanya berdasarkan keputeolog saja.
tusanku melainkan atas saran dari para kardinal
“Hal ini tampak pada diri Maria. Bila kamu ingin
sebagaimana diungkapkan dalam sidang umum
sebelum konklaf. Dan saya ingin melihat bahwa tahu siapakah Maria, tanyakan pada teolog. Tetapi
semuanya ini nyata, bukan konsultasi seremonial bila kamu ingin tahu bagaimana mencintai Maria,
tanyakanlah kepada umat.
Sebaliknya, Maria
belaka.
mencintai Yesus dengan hati umat sebagaimana kita
ketahui dari Magnificat. Oleh karena itu, hendaknya
Berpikir Bersama Gereja
kita tidak mengartikan ‘berpikir bersama gereja’
Saya bertanya kepada Paus Fransiskus apakah
hanya sebatas berpikir dalam hirarki gereja.
baginya, yang dimaksudkan dengan “berpikir berSetelah berhenti sejenak, Paus Fransiskus
sama gereja” menurut Santo Ignasius sebagaimana
tertulis dalam Latihan Rohani. Beliau menjawab menekankan poin berikut untuk menghindari
kesalahpahaman: “Tentu harus sangat berhati-hati
dengan menggunakan sebuah gambaran.
untuk tidak berpikir soal infalibilitas semua umat
“Gambaran gereja yang saya sukai adalah umat
sebagai bentuk ‘populisme.’ “Bukan, sebab hal ini
Allah yang kudus. Inilah definisi yang sering saya
nya jelas tentang bahaya yang ditimbulkan. Lambat
laun saya belajar banyak hal. Allah membiarkan
diriku bertumbuh dalam kepemimpinan melalui
kesalahan dan dosaku sendiri.
7
Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013
merupakan pengalaman dari ‘gereja hirarkis yang
kudus,’ sebagaimana disebutkan oleh Santo Ignasius, yaitu gereja umat Allah, yang terdiri dari para
imam dan umat bersama-sama. Gereja adalah keseluruhan umat Allah.”
“Saya melihat kekudusan dalam hati umat Allah,
kekudusan dalam hidup keseharian,” lanjut Paus.
Ada kekudusan yang dimiliki oleh umat biasa, yang
mana kita semua termasuk di dalamnya, sebagaimana ditulis Malègue. Paus mengacu pada Joseph
Malègue, penulis Perancis (1876-1940), terutama
trilogi yang tidak tamat berjudul Black Stones: The
Middle Classes of Salvation.
“Saya melihat kekudusan,” kata beliau melanjutkan, “dalam hati umat Allah yang sabar: seorang ibu
yang mengasuh anak-anaknya, seorang bapak yang
bekerja keras demi sesuap nasi bagi keluarganya,
mereka yang menderita sakit, para pastor tua yang
meski memiliki banyak luka tetapi masih mampu
menampilkan senyum di wajahnya sebab mereka
melayani Allah, para suster yang bekerja keras dan
tinggal di biara terpencil. Inilah yang kumaksudkan
sebagai kekudusan jelata.”
bujangan yang tidak berbuah.’ Mereka itu bukan
bapak ataupun ibu, sebab mereka gagal dalam
memberikan kehidupan spiritual. Sebaliknya, ketika saya membaca kehidupan para misionaris Salesian yang pergi ke Patagonia, saya membaca kisah
dari kehidupan yang penuh, dan banyak berbuah.”
“Contoh lain yang terjadi beberapa hari lalu yang
tampaknya memperoleh perhatian pemberitaan
surat kabar: panggilan telepon yang saya lakukan
kepada seorang pemuda yang menuliskan sepucuk
surat kepadaku. Saya menelepon dia karena suratnya begitu indah, begitu sederhana. Bagiku surat itu
adalah suatu sikap generativitas. Saya menyadari
bahwa dia adalah seorang pemuda yang sedang
bertumbuh, dan dia menganggapku sebagai seorang
bapak. Surat itu berisi sesuatu tentang kehidupannya yang ditulis kepada bapaknya. Bapak itu tidak
bisa menjawab, ‘Perduli amat.’ Hidup yang penuh
berbuah semacam ini sungguh indah bagiku.”
Gereja Masa Kini dan Gereja Masa Lalu
Masih berkaitan dengan perihal gereja, saya
bertanya kepada Paus khususnya soal World Youth
Day. Acara yang besar ini lebih berkaitan dengan
“Saya seringkali mengaitkan kekudusan dengan
kaum muda, tetapi juga mereka yang menjadi “parukesabaran: bukan saja kesabaran sebagai hypomoné
paru spiritual” bagi gereja Katolik pada masa kini.
[peristilahan Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani],
Apakah harapan-harapan Anda pada gereja univerberkenaan dengan kejadian dan lingkungan hidup,
sal khususnya yang datang dari kelompok ini?
tetapi suatu hal yang dilakukan terus menerus, hari
Paus menjawab: “Gereja Katolik kaum muda,
demi hari. Inilah kekudusan dari gereja militan
sebagaimana
mereka bertumbuh, mengembangsebagaimana disebutkan oleh Santo Ignasius. Inilah
kekudusan yang tersirat pada diri orangtuaku: kan sintesis iman, budaya dan hidup dan karenaayahku, ibuku dan nenekku Rosa yang mencintaiku nya merupakan sintesa yang berbeda dibandingsecara luar biasa. Dalam brevir saya menyimpan kan gereja Katolik masa lalu. Bagiku, hubungan
pesan terakhir dari nenekku Rosa, dan saya sering antara gereja Katolik masa lalu dan gereja Katolik
membacanya berulang kali. Bagiku, pesan itu bagai masa kini serupa dengan relasi yang terjadi antara
sebuah doa. Beliau adalah santa yang banyak men- orang muda dan orang tua dalam suatu masyarakat.
derita, juga dalam konteks spiritual, namun dengan Mereka bersama-sama membangun masa depan,
kaum muda memiliki kekuatan sedangkan mereka
berani selalu maju terus pantang mundur.”
yang tua memiliki kebijaksanaan. Tentu selalu ada
“Gereja yang kita impikan ini hendaknya menjadi
resiko. Gereja yang lebih muda cenderung merasa
rumah bagi segenap umat, bukan sebuah kapel
bisa mencukupi sendiri sedangkan gereja masa lalu
kecil yang hanya bisa menampung sekelompok
ingin menekankan model budaya masa lalu pada
kecil umat pilihan saja. Hendaknya kita tidak me
gereja masa kini. Sekalipun demikian sesungguhnyempitkan dada gereja universal yang hanya bisa
nya kita bersama-sama membangun masa depan.”
menaungi segelintir orang tertentu saja. Gereja kita
adalah Ibu, gereja yang berbuah lebat. Itulah gereja.
Tahukah kamu, setiap kali saya melihat perbuatan Gereja Sebagai Balai Penyembuhan
negatif dari para pelayan gereja atau rohaniwan- Ketika Paus Benediktus XVI mengumumkan
rohaniwati, satu hal yang terpikir olehku: ‘Inilah pengundurannya, beliau mengatakan bahwa dunia
8
Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013
masa kini mengalami perubahan sangat pesat dan
selalu bergumul dengan masalah-masalah sangat
penting bagi hidup iman. Untuk menghadapi
masalah-masalah ini maka diperlukan kekuatan
jiwa dan raga, demikian dikatakan Paus Benediktus.
Saya bertanya kepada Paus Fransiskus: “Apakah
yang paling diperlukan oleh gereja pada masa sekarang ini? Apakah kita perlu melakukan perubahan? Apakah harapan-harapan Anda akan gereja di
tahun-tahun mendatang? Gereja impian macam
apakah yang Anda harapkan?”
cu pada peraturan. Sebaliknya imam yang longgar
merasa sudah rampung cukup dengan menyatakan
bahwa ‘Ini bukan dosa’ atau hal senada. Dalam
pelayanan pastoral kita harus menyertai umat, kita
harus berusaha menyembuhkan luka-luka mereka.”
“Bagaimanakah kita sebaiknya melayani umat
Allah? Saya memimpikan gereja bagai seorang ibu
atau penggembala. Para imam gereja harus penuh
belas kasih, memikul tanggung jawab bagi umatnya dan menyertai mereka seperti orang Samaria
yang baik, yang membasuh, membersihkan luka
Paus Fransiskus mulai dengan memberikan peng- dan membantu mengangkat sesamanya. Inilah
hargaan dan hormat yang besar kepada pendahu- persis seperti apa yang tertulis dalam Injil. Allah
lunya: “Paus Benediktus telah melakukan suatu lebih besar daripada dosa. Perombakan struktural
tindakan yang kudus, besar dan penuh rendah hati. dan organisasional soal kedua – artinya dilakukan
Beliau adalah anak Allah.”
sesudahnya. Perombakan pertama harus tercermin dalam sikap. Para
“Saya melihat dengan
pelayan Injil hendakjelas,” demikian lanjutnya
mereka
yang
nya, “bahwa apa yang
sanggup
memberidiperlukan gereja pada
kan
kehangatan
hati
masa kini yaitu kemamumatnya, yang bersepuan untuk menyemdia berjalan bersama
buhkan luka-luka dan
dengannya menembus
menghangatkan hati dari
kegelapan
hidupnya
segenap umat. Hal ini
tanpa
tersesat.
Umat
membutuhkan kedekatan
Allah membutuhkan
[hati]. Saya melihat gereimam-imam,
bukan
ja bagaikan sebuah balai
klergi
yang
bertinpenyembuhan
[rumah
dak seperti birokrat
sakit] paska perang.
atau pejabat pemeKiranya tidaklah berguna
‘Menolong yang terluka,’ karya Guercino Erminia (1591-1666).
rintahan. Para uskup
untuk menanyakan apaterutama,
hendaknya
kah dia punya kandungan kolesterol yang tinggi dan
sanggup
mendukung
sentuhan
Allah
kepada
umatseberapa tinggi kadar gula dalam darahnya! Kamu
harus segera merawat luka-lukanya. Lalu kita dapat Nya melalui kesabaran, sehingga tidak ada satupun
bicara hal-hal lainnya. Rawat dulu luka-lukanya. … umat yang tertinggal. Namun mereka juga mampu
menyertai umat gembalaannya yang berbakat untuk
Dan kamu mesti [lakukan] mulai dari bawah.
menemukan terobosan-terobosan baru.”
“Kadangkala gereja telah mengunci diri dalam
“Daripada hanya menjadi sebuah gereja yang
beberapa masalah kecil. [Hendaknya diingat bahwa]
menyambut
dan menerima dengan membuka
hal terpenting adalah pewartaan utama: Yesus Kristus telah menyelamatkan dirimu. Para imam gere- pintu, marilah kita mencoba untuk menjadi gereja
ja hendaknya menjadi pelayan belas kasih, inilah yang bisa menemukan terobosan-terobosan baru.
yang lebih penting daripada segalanya. Imam yang Misalnya pergi mengunjungi umat yang sudah
memberikan sakramen pengakuan misalnya, selalu tidak menghadiri Misa, mereka yang keluar atau
berbahaya apabila terlalu kaku atau terlalu longgar. sudah tidak tertarik lagi. Mereka yang sudah keluar
Keduanya tidak mencerminkan belas kasih, karena biasanya karena suatu alasan, yang apabila dipakeduanya hanya sebatas tanggung jawab dari imam hami dan dimengerti sepenuhnya, dapat kembali
yang bersangkutan. Imam yang kaku merasa sudah lagi. Semuanya ini memerlukan keberanian.”
menjalankan tugasnya dengan sepenuhnya mengaSaya menyebut kepada Paus Fransiskus bahwa
9 Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013
ada umat Kristiani yang tinggal dalam situasi tidak
biasa bagi gereja atau berada dalam kondisi yang
mencerminkan luka yang terbuka. Misalnya mereka
yang bercerai dan menikah lagi, pernikahan sejenis
atau hidup dalam situasi yang rumit lainnya. Karya
pastoral macam apakah yang dapat kita lakukan
untuk menghadapi situasi semacam ini? Sarana
apakah yang dapat kita gunakan?
mengatakan hal yang benar.”
“Pernah seseorang bertanya kepadaku, dengan
nada yang provokatif, apakah saya menyetujui
homoseksualitas. Saya jawab dengan ganti bertanya: ‘Coba katakan kepadaku, manakala Allah melihat seorang gay, apakah Allah mendukung eksistensi orang itu dengan penuh kasih, ataukah malah
menolak dan mengutuknya?’ Kita harus selalu
mempertimbangkan [faktor] manusianya. Di situlah
kita memasuki ranah misteri kemanusiaan. Dalam
hidup, Allah menyertai umat, dan kitapun harus
menyertai mereka, berangkat dari situasi mereka.
Sangatlah perlu [bagi imam untuk] untuk menyertai mereka dengan penuh kasih. Ketika hal semacam ini terjadi, Roh Kudus menerangi imam untuk
soal tersebut, sudahlah jelas dan saya adalah anak
gereja. Namun demikian, kiranya kita tidak perlu
setiap saat membahas soal ini melulu.”
“Inilah salah satu manfaat utama atas sakramen
pengakuan yaitu: mengevaluasi kasus demi kasus
dan menetapkan [discerning] manakah yang terbaik
bagi orang yang bersangkutan yang mencari Allah
dan berkat. Kamar pengakuan bukanlah tempat
penyiksaan, melainkan suatu tempat di mana kasih
Allah memotivasi kita untuk memperbaiki hidup
kita. Suatu ketika saya mendengar pengakuan
dari seorang wanita yang gagal dalam perkawinannya dan pernah melakukan pengguguran kandungan. Dalam kehidupan selanjutnya, wanita itu
menikah lagi dan kini dia hidup bahagia bersama
kelima anaknya. Aborsi di masa lalunya itu sangat
membebani
hidupnya
dan dia sungguh menyesali kesalahannya itu. Dia
mendambakan diri untuk
melanjutkan
hidupnya
sebagai seorang Kristiani.
Lalu apakah yang harus
dilakukan oleh seorang
imam yang mendengarkan pengakuannya?”
“Kita perlu mewartakan Injil ke setiap pelosok,’
sahut Paus, “mewartakan kabar gembira dari Kerajaan [Allah] dan penyembuhan, bahkan melalui
pewartaan kita, menjangkau segala jenis penyakit
dan luka. Di Buenos Aires saya sering menerima
surat dari para homoseksual yang merasa ‘terluka
secara sosial’ sebab
mereka mensharingkan kepadaku seolaholeh gereja mengutuk
mereka. Tetapi gereja
tidak ingin melakukan
hal ini. Dalam perjalanan kembali dari Rio
de Janeiro kukatakan
bahwa
seandainya
seorang homoseksual
“Kita
tidak
dapat
mempunyai kehendak
hanya terus menerus
baik dan terus mencari
berkutat pada persoalAllah, saya tidak pantas
an yang berhubungan
untuk
mengadili.
Fransiskus menyambut hangat umat yang cacat di Basilika St. Petrus. aborsi, perkawinan gay
Dengan mengatakan hal
dan metode penggunaan
ini, saya mengulang apa yang dikatakan katekismus. kontrasepsi. Tidaklah mungkin. Saya belum juga
Agama punya hak untuk mengungkapkan opininya berbicara banyak soal ini, tetapi kenyataannya saya
dalam pelayanan kepada umat, tetapi Allah membe- sudah ditegur soal ini. Ketika kita membicarakan
baskan kita dalam penciptaan: tidaklah mungkin persoalan ini, hendaknya kita berbicara dalam suatu
untuk mencampuri hidup spiritual seseorang.”
konteks. Ajaran gereja, dalam kaitan dengan soal-
10
Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013
“Ajaran dogmatis dan moral gereja tidaklah
semuanya ekuivalen. Pelayanan pastoran gereja
tidak dapat sepenuhnya dibayangi oleh penerapan
banyak doktrin yang terlepas satu sama lain secara
terus menerus. Pewartaan dalam gaya pelayanan berfokus pada hal-hal yang penting dan perlu.
Hal inilah yang membuat orang bersuka cita dan
berapi-api sebagaimana dialami oleh para murid
dalam perjalanan ke Emaus. Kita perlu menemukan keseimbangan baru. Kalau tidak, ajaran moral
gilan mulia ini. Hal ini tidak berarti berlawanan
dengan hirarkis gereja. Meskipun fungsi kenabian
dan struktur hirarkis tidak berimpit. Saya berbicara
soal proposal yang selalu positif, dan tidak perlu
ditakutkan. Marilah kita berpikir tentang hidup
“Saya mengatakan semuanya ini juga dalam kaitan
para santo-santa, rahib dan rohaniwan-rohaniwati
homili dan isinya. Suatu homili yang indah, kotbah
yang besar, mulai dari Santo Antonius Abbas hingyang murni harus diawali dengan pewartaan yang
ga kini. Menjadi nabi kadangkala menyangkut soal
utama, yaitu pewartaan tentang keselamatan. Tidak
menciptakan gelombang. Saya tidak tahu bagaimaada hal lain yang lebih utuh, mendalam dan pasti
na mengungkapkannya …. Kenabian membuat
daripada pewartaan ini. Selanjutnya bisa dibahas
gaduh, hiruk pikuk, ada juga yang menyebutnya
hal-hal yang berkaitan dengan katekismus, yang
sebagai ‘porak poranda.’ Namun dalam kenyataanseterusnya bisa disinggung soal konsekuensi moral.
nya, karisma para rohaniwan dan rohaniwati bagaiNamun pewartaan tentang cinta kasih Allah hendakkan ragi: kenabian mewartakan semangat Injil.”
nya mendahului moral dan imperatif keagamaan.
Pada masa sekarang ini kadangkala urutan yang
sebaliknya malah tejadi. Homili adalah batu sendi Kuria Roma
Saya bertanya kepada Paus tentang apakah yang
yang mengukur seberapa dekat dan kemampuan
imam dalam menjumpai umatnya. Sebab mereka beliau pikirkan mengenai berbagai departemen
yang berkotbah hendaknya mengenal hati dari dalam Kuria Roma yang dibentuk untuk membantu
umatnya dan hendaknya mampu menangkap kerin- pelayanan Paus.
duan akan Allah tampak begitu hidup dan menya“Departemen-departemen dalam Kuria Roma
la. Oleh karena itu, pesan Injil tidak bisa dikurangi bertugas melayani Paus dan para uskup,” jawab
oleh beberapa aspek, sekalipun relevan, sedemiki- beliau. “Semuanya ini adalah sarana untuk membanan hingga tidak menunjukkan inti pesannya, yaitu tu baik gereja dan dewan uskup. Dalam hal-hal
Yesus Kristus.”
tertentu, [terutama] ketika mereka tidak berfungsi
gereja yang kokoh dan besar itu akan runtuh bagaikan rumah kardus, kehilangan kesegaran dan keharuman Injil. Pewartaan Injil hendaknya sederhana,
bergaung dan memancar.
dengan baik, departemen-departemen ini beresiko menjadi badan sensor. Sangatlah menakjubPaus Fransiskus adalah seorang paus pertama kan betapa kurangnya kritik semacam ini terjadi di
yang terpilih dari ordo religius sejak seorang rahib Roma. Saya kira kasus-kasus semacam ini hendakCamaldoles, Gregorius XVI yang dipilih pada tahun nya diselidiki oleh konferensi uskup lokal, dengan
1831. Saya bertanya: “Manakah tempat istimewa bantuan dari Roma. Kasus-kasus semacam ini
bagi rohaniwan dan rohaniwati dalam gereja masa malah lebih baik diselesaikan secara lokal. Kongregasi Roma adalah mediator dan bukan manajer.”
kini?”
Paus dari Ordo Religius
“Para rohaniwan dan rohaniwati adalah nabi,”
demikian jawab Paus. “Mereka adalah orang
yang telah memilih untuk hidup mengikuti Yesus:
menjalani hidupnya dalam ketaatan kepada Bapa,
kemiskinan dan kehidupan berkomunitas serta
kemurnian. Karena itu, kaul mereka bukan mainmain. Kalau tidak maka misalnya, hidup berkomunitas bagaikan hidup dalam neraka, kemurnian menjadi
hidup membujang yang tidak berguna. Kaul kemurnian hendaknya menjadi kaul yang mendatangkan
banyak buah. Dalam gereja, para rohaniwan dan
rohaniwati dipanggil untuk menjadi nabi khususnya dalam menjalani hidup sebagaimana dulu Yesus
hidup, dan untuk mewartakan betapa sempurna
kerajaan Allah. Seorang rohaniwan atau rohaniwati hendaknya tidak boleh menyerah atas pang-
Pada tanggal 29 Juni, ketika ada upacara pemberkatan dan pengenaan 34 palium kepada para uskup
agung, Paus Fransiskus menekankan bahwa “kolegalitas” adalah sarana yang dapat memimpin gereja
agar “bertumbuh harmonis dalam pelayanan gereja.” Sehubungan dengan hal itu maka saya menanyakan: “Bagaimana kita dapat menyelaraskan secara
harmonis kepemimpinan Petrin dan kolegalitas?
Terobosan-terobosan manakah yang dapat ditempuh sekaligus dari perspektif ekumenis?”
Paus merespon, “Kita harus berjalan bersama:
segenap umat, para uskup dan Paus. Sinodalitas
[persaudaraan di antara dewan uskup] hendaknya
menjadi semangat yang hidup dalam berbagai
tingkatan. Mungkin sudah saatnya untuk mengubah
11
Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013
metode Sinode Para Uskup, sebab tampaknya bagi- peluang bagi kehadiran yang lebih nyata di kalangan
ku metode yang sekarang berlaku tidak lagi dinamis. wanita dalam gereja. Saya agak berhati-hati dengan
Hal ini juga akan mempunyai nilai ekumenis, teru- pandangan ‘paternalisasi wanita’ sebab wanita
tama dalam hubungan kita dengan saudara-sauda- berbeda dengan pria. Apa yang saya dengar tentang
ra kita dari gereja Orthodox. Dari mereka kita peranan wanita seringkali diinspirasi oleh ideologi
dapat belajar lebih banyak tentang arti kolegalitas maskulin (machismo). Para wanita sering mengaepiskopal dan tradisi sinodalitas. Renungan yang jukan permintaan agar pertanyaan yang mendalam
menjadi usaha bersama, untuk melihat bagaimana ini dibahas. Gereja tidak bisa hidup sendiri tanpa
gereja dikelola pada abad-abad permulaan, sebe- wanita dan peranannya. Wanita adalah penting bagi
lum terjadinya perpecahan antara Barat dan Timur, gereja. Bunda Maria, seorang wanita, yang punya
akan membuahkan hasil pada saatnya. Dalam rela- peranan melebihi para uskup. Saya mengatakan hal
si ekuminis sangatlah penting untuk tidak hanya ini karena kita tidak boleh rancu antara fungsi dan
saling mengenal secara lebih baik, tetapi sekaligus martabat. Oleh karena itu kita harus menggali secara
mengenal betapa Roh
lebih mendalam tentang
yang telah ditaburkan
peranan wanita dalam
satu sama lain menjadi
gereja. Kita harus terus
anugerah bagi kita.
berupaya mengembangSaya ingin melanjutkan
kan teologi yang mantap
diskusi yang telah dimutentang
kewanitaan.
lai pada tahun 2007
Hanya dengan melakukan
oleh komisi gabungan
langkah ini maka sangat[Katolik dan Orthodox]
lah mungkin untuk meretentang
bagaimana
nungkan dengan lebih
melaksanakan
kepebaik fungsinya dalam
mimpinan Petrin, yang
gereja. Pandangan genius
berakhir dengan ditanwanita sangat diperlukan
datanganinya
Dokusetiap kali kita sedang
men Ravena. Kita harus
membuat berbagai kepuIbu Theresa menghibur anak yang sakit.
melanjutkan usaha ini.”
tusan penting. Tantangan
yang
dihadapi
pada
masa
kini adalah: memikirkan
Saya menanyakan kepada Paus Fransiskus tentang
pandangannya soal kesatuan gereja di masa tempat khusus bagi wanita di mana mereka dapat
mendatang khususnya dalam kaitan ini. Beliau mengemban otoritas di berbagai bidang dalam
menjawab: “Kita harus berjalan bersama-sama gereja.”
dengan perbedaan yang ada pada diri kita masingmasing. Tidak ada jalan lainnya untuk menjadi satu.
Inilah jalan Yesus.”
Peranan Wanita dalam Hidup Gereja
Konsili Vatikan II
Saya bertanya: “Apakah yang sudah diraih oleh
Konsili Vatikan II?”
“Konsili Vatikan II menandai bagaimana [kita]
Bagaimana dengan peranan wanita dalam gereja? membaca ulang Injil dalam konteks budaya kontemPaus menyinggung soal ini dalam beberapa kesem- porer,” demikian sahut Paus. “Konsili Vatikan II
patan. Dalam perjalanan balik dari Rio de Janeiro, menghasilkan gerakan pembaruan yang sesungguhbeliau mengatakan bahwa masih kurangnya teologi nya berasal dari Injil yang sama. Buahnya sungguh
wanita yang mantap dalam gereja. Saya bertanya: luar biasa. Ambil contoh misalnya [dalam hal] liturPeranan manakah yang seharusnya para wanita gi. Usaha pembaruan liturgis merupakan pelayanpegang dalam gereja? Apakah yang perlu kita laku- an kepada segenap umat untuk membaca ulang Injil
kan agar peranan mereka lebih tampak pada masa dari [sudut pandang] situasi sejarah yang kongkrit.
kini?
Memang benar, ada kontinuitas dan diskontinuitas
Beliau menjawab: “Kiranya perlu untuk memperluas hermeneutiks [interpretasi biblis], tetapi hendaknya menjadi jelas bahwa: dinamika membaca Injil,
12
Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013
mengaktualisasikan pesannya untuk masa kini –
yang selanjutnya menjadi ciri dari Konsili Vatikan II
– jelas tidak dapat diputar balik. Lalu ada beberapa
soal khusus, misalnya liturgi yang mengacu pada
Vetus Ordo. Saya pikir keputusan Paus Benediktus
[keputusan tertanggal 7 Juli 2007, yang mengizinkan penggunaan Misa Tridentin secara lebih luas]
adalah bijaksana dan didorong oleh keinginan untuk
membantu umat yang memiliki kepekaan akan hal
ini. Apa yang patut dikuatirkan, adalah resiko untuk
mengeksploitasi dengan jalan mengideologikan
Vetus Ordo.”
mengkristalkannya. Allah ada di sepanjang sejarah,
dalam proses yang terus berlangsung.”
“Kita tidak boleh memfokuskan diri pada ruang
dengan menggunakan kekuasaan. Tetapi hendaknya kita memulai suatu proses historis jangka
panjang. Kita hendaknya memulai proses ini daripada menguasai ruang. Allah menyatakan Diri-Nya
dalam waktu dan hadir di sepanjang proses sejarah.
Hal ini memberikan prioritas akan lahirnya suatu
dinamika sejarah baru yang memerlukan kesabaran
dalam menunggu.”
“Menemukan Allah dalam segala hal bukanlah
suatu ‘empiris dadakan.’ Kala kita mendambakan
Mencari dan Menemukan Allah Dalam
diri untuk menemukan Allah, kita seringkali ingin
Segala Hal
tergesa-gesa mengguPada saat World Youth
nakan metode imperis.
Day di Rio de Janeiro,
Namun, kamu tidak
Paus Fransiskus berulang
dapat
menemukan
kali
mendeklarasikan:
Allah dengan cara ini.
“Allah itu nyata. Allah
Sebab Allah ditemukan
menghadirkan Diri-Nya
dalam suasana tenang
secara nyata pada saat ini.
sebagaimana dialami
Allah ada di mana-mana.”
oleh Nabi Elias. SuasaFrasa-frasa ini menggena menemukan Allah
makan ekspresi Ignasian
semacam ini selanyaitu “mencari dan menejutnya disebut oleh
mukan Allah dalam segala
Santo Ignasius sebagai
hal.” Maka saya bertanya
rasa spiritual. Ignakepada Paus: “Bagaimana
Seorang suster mengajar anak-anak di sekolah.
sius meminta kita agar
Anda mencari dan menemembuka
kepekaan
mukan Allah dalam segala hal?”
spiritual kita untuk menemukan Allah yang jauh
“Apa yang saya katakan di Rio berkaitan dengan melampaui pendekatan imperis semata-mata. Sikap
saat kita mencari Allah,” jawab beliau. “Realitanya, kontemplatif sangatlah diperlukan, yaitu perasaan
ada godaan dalam mencari Allah di masa lalu atau yang menggerakkanmu ke jalan pemahaman dan
bahkan kemungkinan di masa mendatang. Tentu afeksi atas hal-hal dan situasi yang dijumpai hidup.
saja Allah ada di masa lampau sebab kita dapat Kedamaian hati, penghiburan rohani, merasakan
melihat jejak-Nya. Dan Allah juga ada di masa depan kasih Allah dan cinta segalanya dalam Allah – merusebagaimana dijanjikan. Namun Allah yang ‘kong- pakan tanda bahwa dirimu berada di jalan yang
krit’ jelaslah, ada di masa sekarang ini. Untuk alasan benar.”
inilah, sikap suka mengeluh tidak dapat membantu
kita dalam menemukan Allah. Keluhan-keluhan Kepastian dan Kekeliruan
tentang betapa ‘rusaknya’ dunia pada masa sekaSaya bertanya, “Lalu seandainya perjumpaan
rang ini – seringkali dipakai sebagai alasan yang dengan Allah bukan suatu ‘imperis dadakan,’ dan
mendorong lahirnya gerakan pemurnian dalam apabila hal ini merupakan suatu perjalanan untuk
gereja. Tidak: Allah harus dijumpai dalam dunia melihat dengan mata sejarah, lalu dapatkah kita
pada masa sekarang ini.”
membuat kekeliruan?”
“Allah menyatakan Diri-Nya dalam wahyu historis, Paus menjawab: “Tentu, dambaan untuk mencadalam sejarah. Waktu memulai proses, dan ruang ri dan menemukan Allah dalam segala hal masih
13
Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013
dipenuhi ketidakpastian. Memang demikianlah
adanya. Seandainya ada seorang yang mengatakan
bahwa dia berjumpa Allah dengan penuh kepastian dan sama sekali tidak tersentuh oleh keraguan
apapun, maka ini bukan tanda yang baik. Bagiku, ini
merupakan hal pokok yang penting. Jika seseorang
memiliki jawaban atas semua pertanyaan – maka
terbukti Allah tidak bersama dengannya. Hal ini
berarti bahwa dia adalah seorang rasul gadungan
yang menggunakan agama untuk kepentingannya
sendiri. Para pemimpin besar umat Allah, seperti
Musa, masih punya keraguan dalam dirinya. Kamu
menyediakan ruang bagi Allah, bukan untuk kepastian kita; [sebab] kita harus berendah hati. Ketidakpastian ada dalam setiap discernment yang benar
yaitu untuk membuka peluang agar memperoleh
konfirmasi bagi penghiburan rohani.”
knya membiarkan Allah mencari dan menemukan
kita.”
“Karena Allah adalah yang utama; Allah selalu
yang pertama dan melakukan inisiatif awal. Allah
bagaikan kembang kenari di tanah [asalmu] Sicilia,
Antonio, yang selalu mekar dulu. Kita membacanya dalam [pengalaman] Para Nabi. Allah dijumpai
ketika berjalan di sepanjang jalan. Dalam konteks
ini, seseorang barangkali mengatakan bahwa hal ini
adalah relativisme. Benarkah relativisme? Benar,
seandainya dipahami sebagai suatu panteisme.
Namun hal ini bukan relativisme jika dipahami dalam
konteks biblis, tepatnya bahwa Allah selalu mengejutkan. Karena itu kamu tidak pernah persis tahu di
mana dan bagaimana kamu akan menemukanNya.
Kamu tidak bisa menetapkan waktu dan ruang di
mana menjumpai Allah.
Untuk itu kamu perlu
melakukan discernment
untuk menjumpaiNya.
Discernment adalah hal
yang penting.”
“Resiko mencari dan
menemukan Allah dalam
segala hal, lalu adalah
harapan untuk terlalu
banyak
menjelaskan,
“Jika seorang Kristiani
mengatakan
dengan
adalah
restorasionis,
penuh kepastian manulegalis, jika melulu mengsiawi dan sikap sombong
inginkan segala sesuabahwa: ‘Allah ada di sini.’
tunya jelas dan aman,
[Dengan cara ini] kita
maka dia tidak akan
akan menemukan tuhan
menemukan
apa-apa.
[huruf kecil] yang cocok
Tradisi
dan
kenangan
Fransiskus mencium kaki narapidana dalam Misa Kamis Putih.
dengan takaran kita sendmasa lalu harus bisa
iri. Sikap yang benar adalah sikap Santo Agustinus: membantu kita untuk mempunyai keberanian
carilah Allah untuk menemukanNya, dan temukan membuka hal-hal baru bagi Allah. Mereka yang kini
Allah untuk terus mencari Allah selamanya. Sering- selalu mencari solusi pendisiplinan, mereka yang
kali kita mencari dalam kebutaan kita, sebagaimana selalu berpegang pada ‘keamanan’ doktrinal secara
banyak dijumpai dalam membaca Kitab Suci. Inilah berlebihan, mereka yang tanpa jera mencoba untuk
pengalaman-pengalaman dari para bapak iman yang menghidupkan masa lalu yang sudah lama terkumenjadi panutan kita. Kiranya kita perlu membaca bur – mereka memiliki pandangan atas banyak hal
ulang Surat kepada umat di Ibrani, pasal 11. Abra- secara statis dan mengacu ke dalam. Dalam cara ini,
ham pergi meninggalkan rumah tanpa dirinya tahu iman berubah menjadi sebuah ideologi sama seperdengan pasti ke mana dia pergi. Semua para penda- ti ideologi-ideologi lainnya. Saya punya kepastian
hulu kita, orang beriman meninggal dengan meli- dogmatis bahwa: Allah bersemayam dalam hidup
hat kebaikan sebagaimana dijanjikan, tetapi dari setiap orang. Sekalipun apabila hidup seseorang
jauh…. Hidup kita tidak dianugerahkan kepada sedang dalam bencana, ataupun sedang hancur
kita sebagaimana dijumpai dalam opera libretto, di karena maksiat, drug atau hal lainnya – Allah bersemana semuanya ada tertulis. Sebaliknya anugerah mayam dalam diri orang itu. Kamu bisa, dan mesti
itu memerlukan kita untuk pergi, berjalan, melaku- mencoba untuk terus mencari Allah dalam setiap
kan sesuatu, mencari, melihat …. Kita harus siap hidup manusia. Sekalipun dalam hidup orang yang
berpetualang dalam menjumpai Allah. Kita henda- penuh duri dan benalu, pasti selalu ada sejengkal
14
Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013
tanah yang membuat benih kebaikan dapat bertumbuh. Kamu harus percaya kepada Allah.”
Haruskah Kita Optimis?
Perkataan Paus mengingatkan diriku akan beberapa renungan yang ditulisnya ketika menjadi
kardinal bahwa Allah telah tinggal di dalam kota,
di tengah semua orang dan dipersatukan pada diri
setiap orang. Dengan perkataan lain, menurutku,
seperti apa yang dituliskan Santo Ignasius dalam
Latihan Rohani bahwa Allah “berkarya dan bekerja”
dalam dunia kita. Maka saya bertanya: Perlukah kita
bersikap optimistik? Apakah tanda-tanda harapan
dalam dunia masa kini? Bagaimanakah kita dapat
bersikap optimistik dalam hidup di tengah dunia
yang mengalami [berbagai] krisis?”
dengan lebih baik acuan seni dan karya sastra yang
beliau miliki. Saya ingatkan beliau tentang apa yang
beliau katakan pada tahun 2006 bahwa seniman
ulung tahu bagaimana memaparkan realita kehidupan yang tragis dan menyakitkan dalam suatu
keindahan. Maka saya bertanya siapakah seniman
dan penulis yang beliau sukai dan apakah mereka
memiliki kesamaan.
“Saya sungguh menyukai berbagai jenis pengarang.
Saya menyukai Dostoesvsky and Hölderlin. Saya ingat
akan puisi yang ditulis Hölderlin ketika neneknya
berulang tahun: sungguh indah dan memperkaya
spiritual bagiku. Puisi itu diakhiri dengan kalimat,
‘Semoga manusia berpegang pada apa yang dijanjikan oleh Anak-Nya.’ Saya sungguh terkesan karena
kebetulan sayapun mencintai nenekku Rosa, dan
dalam puisi itu Hölderlin membandingkan neneknya
“Saya tidak suka menggunakan istilah optimisme dengan Bunda Maria, yang melahirkan Yesus, sahakarena mencerminkan sikap psikologis,” sela Paus. bat manusia yang menerima semua orang sebagai
“Saya lebih menyukai istilah harapan, sebagaimana saudaranya sendiri.”
kita baca dalam Surat kepada umat di Ibrani, pasal 11
“Saya pernah membaca The Betrothed, karangan
seperti yang telah saya singgung sebelumnya. Para
Alessandro
Manzoni, tiga kali, dan kini saya letakbapak iman terus berjalan, menghadapi berbagai
tantangan. Dan ‘harapan’ tidak pernah mengece- kan di atas mejaku supaya saya bisa membacanya
wakan, sebagaimana kita kutip dalam Surat kepada ulang. Manzoni banyak mengilhamiku. Kala saya
umat di Roma. Coba renungkan teka-teki Puccini kecil, nenekku mengajariku di luar kepala tentang
apa yang tertulis di bagian awal dari The Betrothed:
dalam opera ‘Turandot,’” saran Paus.
‘Cabang Danau Como membelok ke selatan membePada saat itu terngiang olehku beberapa bait teka- lah dua pegunungan yang tiada terputus …’ Saya juga
teki puteri dalam opera tersebut, yang solusinya sangat menyukai karya Gerard Manley Hopkins.”
adalah harapan: “Di tengah malam yang suram
“Di antara para pelukis agung, saya mengagumi
terbanglah hantu/ Meninggi sambil merentangkan
Caravaggio,
lukisannya sungguh menyentuhku.
sayapnya/ di atas kemanusiaan yang hitam legam./
Seluruh dunia memohon/ dan seluruh dunia men- Demikian pula Chagall, dengan karyanya ‘Penyadamba./ Tetapi hantu itu menghilang ketika datang lipan Putih.’ Di antara musikus saya tentu menyukai
subuh/ yang merekah di hati./ Dan setiap malam Mozart. ‘Et incarnatus est,’ karyanya berjudul Misa
dalam C minor tidak ada bandingannya; musik itu
dia ada/ tetapi menghilang di setiap pagi!”
mampu mengangkatmu kepada Allah. Saya juga
“Jelas bukan,” sahut Paus Fransiskus, “Harapan senang mendengarkan karya Beethoven. Namun
Kristiani bukanlah hantu dan tidak dapat ditipu. bagiku interpreter yang paling Promethean adalah
Harapan adalah suatu keutamaan teologis dan kare- Furtwängler. Dan selanjutnya adalah Passions karya
na itu, pada akhirnya, merupakan anugerah dari Bach. Bagian dari Bach yang paling kusukai yaitu
Allah yang tidak dapat dikerdilkan menjadi opti- ‘Erbarme Dich,’ cucuran air mata Santo Petrus dalam
misme, yang hanya sebatas manusia saja. Allah tidak ‘Saint Matthew Passion.’ Sungguh agung. Lalu, pada
menyesatkan harapan. Allah tidak dapat menyang- tingkat yang berbeda, tidak persis sama, saya suka
kal Diri-Nya. Allah menggenapi semua janji.”
Wagner. Saya suka mendengarkan karyanya meskipun tidak setiap saat. Pentas Wagner berjudul ‘Ring’
Seni dan Kreatifitas
oleh Furtwängler di La Scala Milano pada tahun
Saya tertegun dengan acuan yang baru saja dijabar- 1950 adalah yang terbaik bagiku. Demikian pula
kan Paus tentang ‘Turandot’ karya Puccini ketika ‘Parsifal’ oleh Knappertsbusch pada tahun 1962.”
membahas soal harapan. Saya ingin memahaminya
15 Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013
“Kita juga mesti bicara soal film. ‘La Strada,’ karya
Fellini barangkali adalah film yang paling kusukai.
Melalui film ini saya dapat melihat acuan implisit
dari Santo Fransiskus. Saya juga ingat nonton semua
film Itali bersama Anna Magnani dan Aldo Fabrizi
ketika saya berusia antara 10-12 tahun. Film lainnya yang kusukai adalah ‘Rome, Open City.’ Saya
mewarisi hobi nonton film dari kedua orangtuaku
yang sering mengajak kami nonton.”
“Secara umum saya menyukai artis yang tragis,
terutama yang klasik. Ada definisi indah [tentang
klasik] dari Cervantes yang menuliskan perkataan
bujangan Carraso ketika memuji kisah Don Quixote:
‘Anak-anak memilikinya di tangan mereka, remaja
membacanya, orang dewasa memahaminya, dan
para orang tua mensyukurinya.’ Bagiku ini dapat
menjadi definisi yang baik tentang apa itu klasik.”
dan sebaliknya saya cukup tahu kemana tujuan kita
dan lalu mencoba sebisanya mengarah ke sana.
Saya juga mendorong para muridku untuk menulis.
Pada akhir tahun ajaran, saya memutuskan untuk
mengirimkan dua kisah yang ditulis oleh muridmuridku kepada Borges [penulis Argentina?]. Saya
kenal sekretarisnya, yang kebetulan menjadi guru
pianoku. Dan [ternyata] Borges sangat menyukai
kisah itu. Dan lalu dia memutuskan untuk menuliskan kata pengantar dari kumpulan kisah itu.”
“Ternyata, Bapa Suci, kreativitas adalah penting
dalam hidup seseorang?” demikian saya bertanya.
Beliau menjawab sambil tertawa: “Bagi seorang
Yesuit, kreativitas sangatlah penting! Seorang Yesuit
harus kreatif.”
Frontir dan Laboratorium
Saya juga bertanya
kepada Paus tentang
pengalamannya [sebagai
guru] dalam mengajarkan sastra kepada anakanak sekolah menengah.
Dalam
kunjungan
oleh para imam dan
staf yang bekerja di La
Civiltà Cattolica, Paus
telah berbicara tentang
tiga hal
penting,
yaitu ‘dialog, discer“Agak sulit,” jawabnya.
ment dan frontir.’ Dan
“Saya terus memastikan
beliau menekankan poin
para muridku membaca
yang terakhir, dengan
El Cid. Tetapi mereka
merujuk pada Paulus
tidak
menyukainya.
VI khususnya tentang
Mereka lebih memilih
apa yang dikatakanmembaca Garcia Lorca.
Lalu saya memutuskan Misa di parkiran karena gereja disegel, St. Joannes Baptista, Parung. nya dalam pidato yang
penting tentang Yesuit:
agar mereka membaca
El Cid di rumah dan dalam kelas saya mengajarkan “Di manapun dalam gereja – bahkan ketika berakarya pengarang-pengarang yang paling mereka da dalam masa yang sangat sulit di wilayah yang
sukai. Tentu saja, anak-anak remaja ingin membaca ekstrim, dalam persimpangan ideologi, dalam
lebih banyak karya sastra yang agak nakal, misalnya palung sosial yang sangat dalam – selalu telah ada
La Casada Infiel (yang kotemporer) atau La Celes- dan berlangsung hingga kini dalam percakapan di
tina (yang klasik) karya Fernando de Rojas. Namun antara manusia yang mendamba dan pesan abadi
demikian, dengan membaca semuanya ini mereka dari Injil, Yesuit telah dan akan selalu ada di sana.”
memperoleh cita rasa dalam sastra, puisi dan lalu Saya bertanya kepada Paus Fransiskus apakah yang
kita beralih ke pengarang lainnya. Dan semuanya menjadi prioritas bagi jurnal yang diterbitkan oleh
ini menjadi pengalaman yang berharga bagiku. Serikat Yesus.
Saya berhasil menyelesaikan program tetapi tidak
dalam struktur, maksudku menurut urutan yang
telah kita rancang sebelumnya. Sebaliknya urutannya berubah secara alami ketika membaca para
pengarang itu. Tampaknya metode ini cocok bagiku. Saya memang tidak menyukai jadual yang ketat,
16
Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013
“Tiga kata kunci yang telah saya sampaikan kepada
La Civiltà Cattolica, dapat diperluas untuk semua
jurnal yang diasuh Serikat Yesus, barangkali dengan
sedikit penekanan yang berbeda tergantung dari
sifat dan tujuannya. Ketika saya menekankan frontir, saya memaksudkannya secara khusus kebutu-
han bagi mereka yang bekerja di dunia budaya yang
disisipkan ke dalam konteks yang mereka operasikan dan pada apa yang mereka renungkan. Tentu
selalu ada bahayanya hidup dalam laboratorium.
Apa yang kita miliki bukanlah ‘laboratorium iman,’
tetapi ‘perjalanan iman,’ yaitu iman dalam perjalanan sejarah. Allah telah menyatakan Diri-Nya sebagai
sejarah, dan bukan sebagai kompendium kebenaran
abstrak. Saya takut akan istilah laboratorium karena dalam laboratorium kamu mengambil masalah
dan lalu menjinakkannya, dan mengecatnya di
luar konteks. Kamu tidak dapat membawa frontir
pulang, tetapi kamu mesti berani tinggal di perbatasan.”
Saya bertanya beberapa contoh nyata dalam
pengalaman hidupnya.
“Ketika ada masalah sosial, mengadakan pertemuan untuk mempelajari masalah drug di perkampungan kumuh. Lalu pergi ke sana dan tinggal di
sana untuk memahami permasalahannya dari dalam
dan mengamatinya. Ada surat indah yang ditulis
Romo [Jendral] Arrupe kepada Pusat Penelitian dan
Bantuan Sosial untuk mengentaskan kemiskinan.
Beliau menuliskannya dengan jelas bahwa kita tidak
pantas membicarakan kemiskinan apabila tidak
pernah mengalami kemiskinan, dengan bersentuhan langsung di kawasan di mana ada kemiskinan.
Istilah penyisipan sesungguhnya bahaya karena
telah dijadikan mode oleh beberapa agama. Bahaya dapat terjadi karena kurangnya discernment.
Namun demikian hal ini sangat penting.”
Pemahaman Diri Manusia
Saya bertanya kepada Paus tentang perubahan
dahsyat yang terjadi dalam masyarakat dan cara
manusia menginterpretasikan ulang dirinya. Ketika ditanya, beliau bangkit untuk mengambil brevir
[buku doa harian] dari mejanya. Brevir itu dalam
bahasa Latin dan tampak sudah lusuh karena sering
digunakan. Beliau membuka Bacaan untuk hari
Jumat ke 27 Minggu Biasa dan lalu membacakan
satu kutipan yang diambil dari Commonitorium
Primum oleh Santo Vincensius dari Lerins: “Bahkan
dogma dari agama Kristiani hendaknya mengikuti
hukum ini, yang dikonsolidasi selama bertahuntahun, dikembangkan sepanjang waktu dan diperdalam oleh zaman.”
Paus melanjutkan komentarnya: “Santo Vinsensius
dari Lerins membuat perbandingan antara perkembangan biologis seorang manusia dan penyebaran iman yang semakin kuat oleh perkembangan
zaman. Di sini, pemahaman manusia akan dirinya
berubah karena waktu dan tingkat kesadarannya
juga semakin mendalam. Misalnya saja di masa lalu
perbudakan diterima dan hukuman mati diizinkan
tanpa masalah sama sekali. Dengan demikian kita
bertumbuh dalam kebenaran. Para ahli tafsir dan
teolog membantu gereja untuk menjadi semakin
dewasa dalam kebijaksanaannya. Juga ilmu pengetahuan lainnya dan perkembangan yang dicapainya
ikut membantu gereja untuk memahami dengan
“Kawasan frontir banyak. Marilah kita berpikir lebih baik. Ada berbagai aturan dan ajaran gerejani
tentang biarawati yang tinggal di rumah sakit. yang tadinya efektif tetapi kini telah kehilangan nilai
Mereka tinggal di frontir. Saya diselamatkan karena dan maknanya. Pandangan tentang ajaran gereja
salah satu dari rumah sakit ini. Ketika saya men- sebagai monolit untuk mempertahankan [diri]
derita sakit paru-paru di rumah sakit, dokterku tanpa suatu nuansa atau pemahaman yang berbeda
memberi penisilin dan streptomisin dalam dosis adalah keliru.”
tertentu. Rupanya suster yang bertugas merawat“Pada akhirnya, dalam setiap zaman, manusia
ku menambahkan dosisnya menjadi tiga kali lipat mencoba memahami dan mengungkapkan dirinya
karena dia memang sungguh piawai. Suster tahu dengan lebih baik. Dengan demikian karena waktu,
apa yang harus dilakukannya karena dia tinggal ber- manusia berubah cara mempersepsikan dirinya.
sama pasien sepanjang hari. Sebaliknya, dokterku Misalnya ada orang yang mengungkapkan dirinya
yang termasuk salah seorang dokter yang baik, ting- dengan memahat ‘Winged Victory of Samothrace,’
gal di laboratorium, sementara suster itu tinggal di sedang yang lainnya Caravaggio, Chagall dan sebafrontir dan berdialog dengannya setiap hari. Menji- liknya masih berpegang pada Dali. Ekspresi kebenakkan frontir berarti membahasnya dari kejauhan, naran dapat terungkap dalam berbagai bentuk, yang
mengunci dirimu dalam laboratorium. Laboratori- tentu penting [diketahui] untuk penyebaran Injil di
um adalah berguna, tetapi refleksi bagi kita hendak- sepanjang masa.”
nya bermula dari pengalaman nyata.”
17 Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013
“Manusia terus mencari dirinya, dan tentu saja,
dalam pencariannya itu mereka bisa membuat
kesalahan. Gereja telah mengalami saat-saat brilian,
misalnya dengan lahirnya Thomas Aquinas. Namun
demikian ada pula saat di mana gereja menurun
dalam daya pikirnya. Karenanya, kita tidak boleh
mencampuradukkan kegeniusan Thomas Aquinas dengan saat terjadinya kemerosotan penulisan
aliran Thomis. Sayang sekali, saya belajar teologi
berdasarkan buku yang sebagaian besar ditulis
pada masa kemerosotan
dan kebangkrutan aliran
Thomasisme. Oleh karena
itu, dalam memikirkan soal
manusia, hendaknya gereja
terus berupaya berpegang
pada pemikiran cemerlang
dan bukan kemerosotannya.”
antara jam 7-8, saya bersujud di depan Sakramen
Maha Kudus selama sejam dalam beradorasi. Saya
berdoa dalam batin ketika menunggu giliran periksa
di dokter gigi atau pada kesempatan lain hari itu.”
“Berdoa bagiku selalu penuh penyadaran, penemuan kembali atas pengalaman hidupku atau apa
yang telah Allah lakukan bagi gereja-Nya atau khususnya dalam suatu paroki tertentu. Bagiku penyadaran sebagaimana yang Santo Ignasius katakan
dalam Minggu Pertama dari
Latihan Rohani, yaitu ketika
menjumpai Kristus Tersalib yang sungguh mencinta.
Saya bertanya kepada diriku
sendiri: ‘Apakah yang telah
kulakukan pada Kristus?
Apakah saya sedang melakukan suatu karya bagi Kris“Kapankah
formulasi
tus? Apa yang harus saya
sebuah pemikiran sudah
lakukan bagi Kristus?’ Inilah
menjadi usang? Kala pemisuatu penyadaran atas apa
kiran itu kehilangan panyang oleh Santo Ignasius
dangannya tentang manusia
sebut sebagai ‘Kontemplasi
atau kala dirinya menjadi
untuk Mengalami Cinta Ilahi,’
takut pada manusia atau
yaitu ketika dia meminta kita
ketika terperdaya olehnya
untuk merenungkan kembali
sendiri.
Keterperdayaan
segala bakat dan anugerah
pemikiran dapat dilihat
yang telah kita terima. Tetamisalnya ketika Ulysses
pi lebih dari segalanya, saya
menemukan nyanyian Siren,
juga menyadari bahwa Allah
atau ketika Tannhäuser ‘Seorang nenek berdoa rosario,’ karya Paul Cezanne (1895) selalu mengingat diriku. Saya
dalam suatu pesta pora yang
bisa saja lupa akan Diri-Nya,
dipenuhi nafsu, atau sebagai Parsifal, dalam babak tetapi saya tahu bahwa Dia tidak akan pernah melukedua dari opera Wagner, dalam istana Kling- pakan diriku. Penyadaran mempunyai peranan yang
sor. Oleh karena itu gereja hendaknya kembali ke fundamental dalam hati seorang Yesuit: penyadaran
pemikiran yang genius dan memahami dengan atas anugerah, penyadaran sebagaimana tertulis
lebih baik tentang bagaimana manusia kini mema- dalam kitab Ulangan, penyadaran atas karya Allah
hami dirinya. Semuanya ini perlu kita lakukan demi yang menjadi basis dari perjanjian antara Allah dan
mengembangkan dan memperdalam ajaran gereja.” manusia. Penyadaran inilah yang menjadikan diriku
sebagai Putera-Nya dan sekaligus menjadikan diriDoa
ku sebagai seorang romo pula.”
Saya bertanya kepada Paus Fransiskus tentang
Antonio Spadaro, S.J., adalah editor utama La Civiltà Cattolica,
jurnal dipublikasikan di Roma oleh Serikat Yesus sejak tahun
cara beliau berdoa.
“Saya berdoa brevir setiap pagi. Saya menyukai
berdoa dengan Mazmur. Kemudian, saya merayakan
Misa. Saya berdoa rosario. Apa yang paling saya
sukai adalah adorasi di malam hari, bahkan ketika
saya terganggu dan berpikir tentang banyak hal,
atau bahkan mengantuk dalam doa. Di malam hari,
18
Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013
1850. Para peterjemah ke dalam bahasa Inggris: Massimo
Faggioli, Sarah Christopher Faggioli, Dominic Robinson, S.J.,
Patrick J. Howell, S.J., dan Griffin Oleynick.
Teks versi bahasa Inggris telah diterbitkan di America Magazine atau silakan klik http://www.americamagazine.org/popeinterview
Download