Edisi Khusus: Oktober 2013 www.kkih.org Email: [email protected] www.facebook.com/KKIndonesiaHouston Misa KKIH St. Catherine of Siena 10688 Shadow Wood Houston, TX 77043 Setiap Minggu kedua dan keempat 3:00pm Rosario dan Pendalaman Iman Setiap Senin kedua atau keempat Di rumah umat Pengurus 2012-2014 Ketua: Wakil Ketua: Sekretaris: Bendahara: Treasury: Liturgi: Rosario: Bina Anak-anak: Bina Remaja: Bina Dewasa: Koor: Konsumsi: Perlengkapan: Inventori: Teknologi: Hubungan Luar: Hubungan Gerejani: Olah Raga: Publikasi: Pembimbing: Komisi Masa Depan: Irwan Hidajat Frankie Sugiaman Sigit Pratopo Kathleen Sendjaja Riana Jo Hans Sutanto, Yulia Gunawan, Yanti Inarsoyo Patricia Henry Windra Sugiaman, Caroline Silka Salim Paul Wahyudin, Gaby Wahyudin Teddy Oetama, Djoni Sidarta Yovita Iskandar, Kevin Kang Lisa Siboro, Honny Sinartio, Lanny Efendy, E. Yuyu Atmadja Betty Oetama Sri Dilla Tanu Ewa Efendy Harry Kumala, Andrew Huang Christian Tan Husin Karim Fadjar Budhijanto Romo John Taosan Djoni Sidarta Fadjar Budhijanto Warta KKIH Keluarga Katolik Indonesia Houston Hati Lapang yang Terbuka Bagi Allah Wawancara Eksklusif bersama Paus Fransiskus Penulis Romo Antonio Spadaro SJ Alih Bahasa: Fadjar Budhijanto Hari itu adalah Senin, tanggal 19 Agustus 2013. Saya punya janji untuk menjumpai Paus Fransiskus pada jam 10 pagi di Santa Marta. Saya mewarisi kebiasaan ayahku yang selalu datang lebih awal untuk urusan apapun. Orang yang menyambutku bilang agar saya menunggu di salah satu ruang. Tidak lama kemudian, saya diajak naik lift. Dalam waktu sekejab saya teringat akan pertemuan para Paus Fransiskus. editor jurnal Serikat Yesus di Lisbon, yang membahas proposal untuk menerbitkan secara bersama-sama wawancara dengan Paus. Saya sudah mendiskusikan dengan para editor, untuk merangkum berbagai pertanyaan yang mencerminkan minat masing-masing. Ketika saya muncul di lift, kulihat Paus sudah siap menungguiku di pintu. Begitu berjumpa dengannya, saya punya kesan menyenangkan seolah tidak melanggar batas apapun. Saya masuk ke kamar Paus dan beliau memintaku untuk duduk di atas kursinya yang empuk. Beliau sendiri memilih duduk di kursi yang lebih tinggi dan lebih keras karena ada gangguan di punggungnya. Tata ruang kamarnya sangat sederhana. Ruang kerjanya dipenuhi oleh sebuah meja kecil. Saya terkesan tidak oleh kesederhanaan furnitur yang ada, tetapi juga segala sesuatu yang ada dalam kamar itu. Hanya ada beberapa barang, termasuk ikon Santo Fransiskus, patung Maria dari Lujan (santa pelindung Argentina), salib dan patung Santo Yusuf yang tertidur. Spiritualitas Jorge Mario Bergoglio tidak terbentuk oleh enerji yang harmonis, sebagaimana beliau katakan, tetapi oleh wajahwajah: Kristus, Santo Fransiskus, Santo Yusuf dan Bunda Maria. Paus menyinggung kenangan kunjungannya ke Brazil. Beliau meyakininya sebagai rahmat murni. Baginya World Youth Day adalah benarbenar sebuah ‘misteri.’ Beliau mengatakan bahwa dirinya tidak terbiasa berbicara di hadapan banyak orang: “Saya dapat menjumpai pribadi Surat Redaksi Dalam terbitan edisi khusus ini Warta mengangkat wawancara Paus Fransiskus oleh tim editor jurnal Yesuit. Wawancara yang dilakukan dalam tiga sesi pada Agustus lalu oleh Romo Antonio Spadaro SJ, telah diterbitkan dalam bahasa Itali melalui La Civilta Cattolica dan versi bahasa Inggris melalui America Magazine. Wawancara yang sangat langka ini sarat dengan pandangan Paus Fransiskus tentang dirinya, gereja dll, disampaikan dengan sikap begitu terbuka, jujur, membumi, dan dalam bahasa yang relatif mudah dimengerti oleh segenap golongan umat. Begitu banyak komentar dari berbagai pihak telah ditulis dengan nada yang ragam: ada yang mendukung, ada yang bingung tetapi ada pula yang merasa kecewa. Tidak jarang pula yang mencoba memanipulasikan pernyataan beliau demi kepentingan masing-masing. Sebagai umat yang menjadi bagian dari gereja universal, kitapun perlu membaca dengan seksama seluruh isi wawancara itu agar lebih memahami pemikiran Paus kita. Meskipun agak panjang tetapi bermanfaat. Berdasarkan pemikiran ini, Redaktur Warta terdorong untuk menerjemahkan isi wawancara itu secara lengkap ke dalam bahasa Indonesia agar lebih dipahami oleh banyak umat KKIH. Selamat membaca, 2 Redaktur. orang, seorang demi seorang, menyapa secara pribadi orang-orang yang datang mengunjungiku. Namun saya tidak terbiasa dalam suatu massa,” demikian pendapat Paus. Beliau juga menyinggung pengalaman dalam konklaf, sesaat ketika mulai menyadari dirinya berpeluang terpilih menjadi paus. Ketika makan siang pada Rabu, 13 Maret, beliau merasakan adanya suatu kedamaian hati yang mendalam tetapi sulit diungkapkan serta rasa aman meski berada dalam suasana sangat gelap. Dan perasaanperasaan itulah yang menyertainya hingga saat beliau terpilih. Paus sebelumnya berbicara tentang kesulitan besar yang dihadapinya dalam memberikan wawancara. Beliau bilang bahwa dirinya lebih memilih berpikir daripada memberikan jawaban dalam wawancara langsung. Dalam wawancara ini Paus beberapa kali menginterupsi apa yang beliau katakan ketika merespon pertanyaan yang diajukan. Berbicara dengan Paus Fransiskus bagaikan menyaksikan letupan aliran volkanik karena ide-idenya yang bermunculan dan terkait satu sama lain. Bahkan mencatat membuatku berperasaan tidak nyaman, karena seolah-olah saya mencoba menekan aliran dialog yang mengalir begitu deras. Siapakah Jorge Mario Bergoglio? Saya bertanya kepada Paus Fransiskus secara blak-blakan: “Siapakah Jorge Mario Bergoglio?” Beliau memandangiku dalam keheningan. Lalu saya mengulanginya lagi apakah saya pantas untuk mengajukan pertanyaan semacam itu. Beliau mengangguk dan menjawab: “Terus terang saya tidak tahu manakah diskripsi yang paling tepat … Saya seorang pendosa. Inilah definisi yang paling pas. Ini bukan suatu kiasan atau gaya pengungkapan. Saya memang seorang pendosa.” Paus terus merenung dan berkonsentrasi, seolah beliau tidak mengharapkan pertanyaan seperti ini, seolah dirinya terpaksa untuk merenungkannya lebih mendalam. “Ya, mungkin saya dapat mengatakan bahwa saya agak cerdik sehingga saya dapat beradaptasi dengan lingkungan. Tetapi juga benar kalau diriku agak naïf. Ringkasan yang terbaik, yang mengalir dari lubuk hati dan yang saya pikir paling tepat, yaitu: “Saya adalah seorang yang dilihat Allah.” Beliau mengulang: “Saya adalah orang yang dilihat Allah. Saya selalu merasa semboyanku, Miserando atque Eligendo [Dengan Mengasihi dan Memilih Allah], adalah hal yang sangat tepat bagiku.” Semboyan itu diambil dari Homilies of Bede the Venerable, yang menuliskan komentar kisah Injil tentang panggilan Matius: “Yesus melihat seorang pemungut cukai, dan Dia memandanginya dengan penuh kasih dan memilihnya, dan lalu Dia berkata kepadanya, “Ikuti Aku.” Paus menambahkan: “Saya pikir miserando dan gerund bahasa Latin sulit untuk begitu saja diterjemahkan ke dalam bahasa Itali dan Spanyol. Saya suka menerjemahkannya dengan gerund lain yang tidak pernah ada: misericordiando [“mengasihi’]. Paus Fransiskus melanjutkan renungannya, melompat ke topik lain: Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013 “Saya tidak kenal Roma dengan baik. Saya hanya tahu beberapa hal saja. Misalnya Basilika Santa Maria Mayor yang selalu saya kunjungi. Saya tahu [basilika] Santa Maria Mayor, Santo Petrus … tetapi setiap kali saya datang berkunjung ke Roma, saya selalu tinggal di kawasan Via della Scrofa. Dari situ saya sering mengunjungi Gereja Santo Luis dari Perancis, dan di sana saya mengontemplasikan lukisan Caravaggio berjudul “Panggilan Santo Matius.” “Dan lalu hal lain yang sungguh penting bagiku: komunitas. Saya selalu mencari komunitas. Saya tidak melihat diriku sebagai pastor untuk diri sendiri. Saya butuh sebuah komunitas. Pada saat konklaf, saya tinggal [di Santa Marta], di Kamar 207 yang kini menjadi kamar tamu. Saya memilih tinggal di Kamar 201, karena ketika saya menerima kunci apartemen kepausan, dalam hatiku saya mendengar “tidak.” Apartemen kepausan sesungguhnya tidak mewah. Apartemen itu kuno, penuh dengan dekorasi indah dan besar, tetapi tidak mewah. Namun pada akhirnya, apartemen itu seolah seperti sebuah corong yang terbalik. Besar dan lapang tetapi mempunyai pintu yang sangat sempit. Para tamu sesekali dapat datang berkunjung, dan persis saya tidak bisa hidup sendirian. Saya merasa perlu untuk hidup bersama orang lain.” “Jari tangan Yesus, menunjuk ke arah Matius. Itulah saya. Saya seperti dia, Matius.” Tampak Paus begitu yakin atas gambaran yang sedang beliau cari: “Sikap Matius itulah yang menyentuh diriku: dia menggenggam uangnya seolah berkata, ‘Jangan, jangan saya! Jangan, uang ini adalah milikku.’ Di sinilah, inilah saya, seorang pendosa yang dipandang oleh Allah. Dan inilah yang saya katakan Apa Artinya Menketika mereka menajadi Yesuit yang nyakan diriku apakah saya akan menerima juga Menjadi Ushasil pemilihan menjadi kup Roma? paus.” Kemudian Paus Saya bertanya kepamembisik dalam bahada Paus Fransiskus sa latin: “Saya seorang tentang realita bahwa ‘Panggilan Matius’ karya Amerighi da Caravaggio (1571-1610) pendosa, tetapi saya dirinya adalah seorang percaya sepenuhnya akan belas kasih tiada batas Yesuit pertama yang terpilih menjadi uskup Roma: dan kesabaran Tuhan kita Yesus Kristus, dan saya “Bagaimana Anda memahami panggilan melayani menerima dalam semangat pengampunan.” gereja universal dalam semangat Ignasian? Apa artinya bagi seorang Yesuit yang terpilih sebagai paus? Mengapa Anda Menjadi Yesuit? Apakah elemen spiritualitas Ignasian membantumu Saya melanjutkan: “Bapa Suci, apa yang membuat- hidup dalam pelayananmu?” mu memilih masuk Serikat Yesus? Apa sebenarnya “Discernment,” sahutnya. “Discernment adalah yang menarik bagimu tentang ordo Yesuit? salah satu yang mengakar dalam diri Santo Igna“Saya ingin sesuatu yang lebih. Namun saya tidak sius. Baginya discernment adalah sarana perjuangtahu apa itu. Saya masuk seminari projo. Saya an untuk mengenal Allah dan mengikutiNya lebih menyukai Dominikan dan saya punya beberapa dekat. Saya selalu terkesan dengan ungkapan yang teman Dominikan. Namun akhirnya saya memilih menjelaskan visi Ignasius: non coerceri a maximo, sed Serikat Yesus, yang saya kenal dengan baik karena contineri a minimo divinum est (“tidak dibatasi oleh seminari itu diasuh oleh para imam Yesuit. Tiga hal yang terbesar dan diisi oleh yang terkecil – inilah yang secara khusus menarik bagiku tentang Serikat, ilahi’). Saya memikirkan banyak hal tentang frasa yaitu: semangat misionaris, komunitas dan disiplin. ini dalam kaitannya dengan berbagai isu tentang Tentu ini terasa janggal, justru karena saya merasa peranan pemerintahan gereja, menjadi superior diri sangat tidak disiplin. Tetapi kedisiplinan Yesuit, bagi orang lain: sangatlah penting untuk tidak dibaterutama bagaimana mereka mengatur waktu – tasi oleh ruang yang besar, dan sekaligus penting sungguh mempesonaku. 3 Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013 mereka yang miskin. Pilihanku termasuk beberapa aspek hidup keseharian, seperti misalnya mengKebajikan tentang besar dan kecil adalah keluhuran gunakan mobil yang sederhana, adalah berkaitan hati (magnanimity). Bersyukurlah karena keluhuran dengan discernment rohani untuk merespon suatu hati, sehingga kita dapat selalu melihat cakrawakebutuhan yang timbul ketika mengamati sesuatu, la dari posisi di mana kita berada. Ini berarti kita melihat orang-orang, membaca tanda-tanda zaman. mampu melakukan hal-hal kecil setiap hari dengan Discernment di hadapan Allah membantuku untuk hati lapang yang terbuka bagi Allah dan sesama. Ini menemukan cara dalam memimpin. berarti kita mampu mensyukuri hal-hal kecil dalam “Namun saya selalu waspada akan keputusancakrawala yang besar, yaitu dalam kerajaan Allah. keputusan yang dibuat secara tergesa-gesa. Saya “Semboyan ini,” lanjut Paus, “memberi parameter selalu waspada pada keputusan pertama, yaitu, untuk mengasumsikan posisi yang tepat dalam sesuatu yang pertama kali muncul dalam benakku discernment, agar dapat mendengar kala saya akan mengambil kehendak Allah dari sudut pandang keputusan. Biasanya pemikirAllah. Menurut Santo Ignasius, an awal itu keliru. Saya harus prinsip-prinsip utama hendaknya sabar mematangkan dan tercakup dalam ruang, waktu dan mengevaluasinya kembali, umat.” Dengan caranya sendiri, merenungkan diriku secara Yohanes XXIII mengadopsi sikap mendalam, memberi cukup ini khususnya dalam hal memimpin waktu. Buah dari discernment gereja, tercermin dalam semboyan adalah mampu memilah ambiyang sering dikatakannya: “Lihat guitas hidup dan membantu segala sesuatu; pejamkan mata; kita dalam menemukan sarana perbaiki [apa yang bisa meski] yang tepat, yang biasanya tidak sedikit.” Yohanes XXIII melihat selalu berarti sesuatu yang semuanya, dalam dimensi maksitampaknya besar dan kuat. mum, namun beliau hanya memilih beberapa saja untuk dikoreksi, Santo Ignatius Loyola, pendiri ordo Yesuit. Serikat Yesus yaitu dimensi minimum. Kamu dapat Karena itu discernment adalah sebuah pilar spirimemiliki proyek yang besar dan melaksanakannya dengan menggunakan beberapa sarana yang tualitas Paus Fransiskus. Hal itu terungkap dalam sangat kecil. Atau kamu dapat menggunakan sarana sikapnya sebagai seorang Yesuit. Saya bertanya yang lemah tetapi lebih efektif daripada yang kuat, kepadanya tentang bagaimana Serikat Yesus dapat sebagaimana dikatakan Paulus dalam surat pertama melayani gereja pada masa kini, karakteristik apa saja serta tantangan manakah yang dihadapi oleh kepada umat di Korintus. Serikat Yesus. Proses discernment memerlukan waktu. Banyak “Serikat Yesus adalah sebuah institusi dalam tekanorang berpikir bahwa segala perubahan dan perbaikan dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Saya an,” sela Paus, “secara fundamental selalu berada percaya kita selalu perlu waktu untuk meletakkan dalam tekanan. Seorang Yesuit tidak berpusat pada dasar bagi adanya perubahan yang nyata dan efektif. dirinya sendiri. Serikat itu sendiri mencari pusat Dan saat ini adalah waktu untuk melakukan discern- di luar dirinya; pusatnya adalah Kristus dan gerejament. Kadangkala discernment tidak mendesak kita Nya.” untuk melakukan sesuatu yang persis sama dengan “Bilamana Serikat memusatkan dirinya pada Krisapa yang kamu pikirkan pada saat awalnya tentang tus dan gereja, maka ada dua titik referensi fundaapa yang akan kamu lakukan kemudian. Dan mental bagi keseimbangannya dan agar mampu itulah yang terjadi denganku beberapa bulan tera- hidup di perbatasan, di medan depan. Jika Serikhir ini. Discernment selalu dilakukan di hadapan kat terlalu berpaling pada dirinya sendiri, maka Allah, dengan mengamati tanda-tanda, mendengar- membuat dirinya sangat kuat di pusat, sangat kan apa yang terjadi, merasakan umat, terutama terlindung tetapi beresiko menjadi merasa diri aman untuk mampu tinggal pada ruang yang terbatas. 4 Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013 dan bisa mencukupi sendiri. Serikat harus selalu mengutamakan Deus semper maior, demi Allah yang lebih besar, dan terdorong untuk bertindak demi kemuliaan Allah yang lebih besar, bagi gereja sebagai mempelai sejati Kristus Tuhan kita, Kristus Raja yang mengalahkan kita dan yang kepadaNya kita menyerahkan diri sepenuhnya dan segala upaya dan kerja keras, sekalipun seandainya kita hanya sebuah jembangan lempung yang sangat rapuh. Tekanan ini terus menerus berlangsung pada diri kita. Sarana yang membuat Serikat Yesus tidak berpusat pada dirinya sendiri, benar-benar kuat, adalah kesadaran, baik secara paternal maupun fraternal. Kesadaran inilah yang membantu Serikat memenuhi misinya dengan lebih baik.” dalam pandangan Paus, aturan-aturan lebih utama daripada Roh, dan membawa Serikat tergoda untuk mendefinisikan karismanya dalam konteks yang sangat sempit. “Tentu sulit untuk berbicara soal Serikat,” lanjut Paus Fransiskus. “Kala kamu terlalu banyak menyatakan dirimu, maka kamu beresiko untuk disalahartikan. Serikat Yesus dapat dijabarkan hanya dalam bentuk naratif. Dalam bentuk naratif kamu melakukan discernment, bukan dalam penjelasan filosofis ataupun teologis yang mana bisa kamu diskusikan. Gaya Serikat tidak dibentuk oleh diskusi, tetapi oleh discernment. Tentu saja diandaikan diskusi merupakan bagian dari proses. Dimensi mistik dari discernment tidak pernah menetapkan batas pinggirnya dan bukan merupakan hasil pemikiran yang lengkap. Sebagai seorang Yesuit hendaknya memiliki pemikiran yang tidak lengkap, dalam arti pemikiran yang masih dapat dikembangkan lagi (open-ended). Ada masa-masa dalam sejarah Serikat di mana hidup dalam lingkungan yang tertutup dengan pemikiran yang kaku, lebih condong pada sifat instruktif-asetik daripada mistik. Dari distorsi hidup Yesuit ini lahirlah Epitome Instituti.” “Saya sendiri menjadi saksi atas kesalahpahaman atau masalah-masalah yang dihadapi Serikat belum lama ini. Di antara masa sulit ini, misalnya saja ketika ada isu untuk membuat semua Yesuit mengucapkan kaul keempat yaitu ketaatan kepada Paus. Apa yang membuatku yakin pada saat itu yaitu bahwa Romo Pedro Arrupe [yang menjabat superior jendral Yesuit dari 1965-1983] adalah seorang pendoa, orang yang meluangkan banyak waktunya untuk berdoa. Saya ingat ketika beliau doa bersimpuh di lantai dalam gaya Jepang. Karena itu beliau memperoleh sikap yang tepat dan membuat keputusan yang tepat pula.” Paus selanjutnya mengacu pada persyaratan sebagaimana tertulis dalam Konstitusi Serikat Yesus bahwa Yesuit harus menyatakan kesadarannya secara jelas, yaitu keadaan spiritualnya yang terdalam, sedemikian hingga superior dapat semakin sadar dan paham sebelum mengirim seseorang ke suatu misi. Paus lalu mengacu pada compendium, yang ditulis untuk tujuan-tujuan praktis, yang dilihat sebagai pengganti Konstitusi. Formasi Yesuit untuk beberapa waktu dibentuk berdasarkan teks ini, yang bagi beberapa orang tidak pernah membaca Konstitusi, sebagai teks yang fundamental. Selama periode ini, Paus Fransiskus melanjutkan: “Bukan demikian, Yesuit selalu berpikir, berulang kali berpikir, melihat kembali cakrawala ke mana dirinya mesti pergi, bersama Kristus sebagai pusatnya. Inilah kekuatan Yesuit yang nyata. Dan hal inilah yang mendorong Serikat untuk terus mencari, kreatif dan bermurah hati. Maka kini, lebih daripada sebelumnya, Serikat Yesus harus berkontemplasi dalam aksi, harus hidup sangat dekat dengan seluruh gereja, yaitu baik ‘umat Allah’ maupun ‘gereja hirarkis yang kudus.’ Untuk itu diperlukan kerendahan hati, pengorbanan dan keberanian, terutama di kala kamu tidak dipahami atau menjadi obyek yang disalahartikan atau difitnah. Namun inilah sikap yang paling bermanfaat. Beberapa tekanan dalam sejarah Serikat di beberapa abad sebelumnya misalnya kontroversi ritus Cina, ritus Malabar dan Reduksi di Paraguay. Panutan: Romo Faber, Imam Pembaharu Saya ingin tahu di antara tokoh Yesuit, sejak berdirinya Serikat hingga kini, manakah yang paling berkesan baginya. Maka saya bertanya kepada Paus siapakah tokoh itu dan mengapa. Beliau mulai dengan menyebut Ignasius Loyola [pendiri Yesuit] dan Fransiskus Xaverius. Namun kemudian beliau memfokuskan diri pada seorang tokoh yang kurang begitu dikenal masyarakat luas: Petrus Faber (15061546) dari Savoy. Dia adalah sahabat pertama Santo Ignasius, malah sesungguhnya dialah orang pertama yang pernah berbagi kamar ketika keduanya berku5 Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013 liah di Universitas Paris. Kawan sekamar yang ketiga adalah Fransiskus Xaverius. Pius IX mengangkat Faber sebagai Beato pada tanggal 5 September 1872, dan kanonisasinya masih terbuka. Pengalaman dalam kepemimpinan gereja yang manakah, sebagai superior Yesuit atau sesudahnya sebagai superior provinsial Serikat Yesus yang membantu membentuk sepenuhnya Romo BergoPaus menunjuk beberapa karya Faber, yang pernah glio? Gaya Kepimpinan Serikat Yesus termasuk beliau tugaskan kepada dua peneliti Yesuit, Miguel mengambil keputusan-keputusan sebagai superior, A. Fiorito dan Jaime H. Amadeo, untuk mengedit dan tetapi juga konsultasi ekstensif dengan para penasimempublikasikannya ketika beliau menjabat supe- hat resmi. Maka saya bertanya: “Apakah Anda pikir rior provinsial Yesuit di Argentina. Edisi yang paling pengalaman masa lalu kepemimpinanmu dapat beliau sukai adalah yang ditulis Michel de Certeau. membantu dalam memimpin gereja universal?” Saya bertanya kepada Paus mengapa beliau terke- Setelah hening sejenak, beliau merespon: san dengan Faber. Dalam pengalamanku sebagai superior Serikat, “Dialognya dengan semua golongan,” sahut Paus, secara jujur, saya tidak selalu melakukan konsultasi “bahkan kepada mereka yang ada di pedalaman sebagaimana mestinya diperlukan. Dan tentu saja hal ini bukanlah sesuatu yang atau kelompok yang menentangbaik. Gaya kepemimpinanku nya; kesalehannya yang sederhana, sebagai seorang Yesuit di saat lugu, kesanggupan untuk menyeawal banyak kekeliruannya. diakan diri, kemampuan untuk melakukan discernment dengan berhati-hati, kenyataan bahwa dialah orang yang mampu mengambil keputusan besar dan tegar namun sekaligus bisa menjadi pribadi yang lembut dan penuh kasih.” Pada saat itu adalah masa sulit bagi Serikat: seluruh generasi Yesuit telah lenyap. Karena situasi ini saya menjadi provinsial pada usia yang masih sangat muda. Ketika itu saya baru berusia 36 tahun. Ini sungguh gila. Michel de Certeau menguraikan Saya harus berhadapan dengan Faber sebagai “imam pembaharu,” berbagai masalah rumit, dan yang memiliki paduan pengalaman saya harus segera mengambil interior, ekspresi dogmatik dan keputusan itu sendiri. Ada yang Romo Peter Faber SJ, co-founder Yesuit. pembaharuan structural. Selanperlu saya tambahkan lagi: bilajutnya Paus merefleksikan jati diri mana saya memberi kepercayaan sesuatu kepada pendiri Serikat. seseorang, maka saya percaya sepenuhnya kepada “Ignasius adalah seorang mistikus, bukan seorang orang itu. Dia harus melakukan suatu kesalahan asetis,” jelasnya. “Saya selalu jengkel setiap kali yang sangat besar sebelum akhirnya saya menegor mendengar bahwa Latihan Rohani disebut ‘Ignasian’ orang itu. Lama kelamaan, orang bosan dengan hanya apabila dilakukan dalam suatu keheningan. gaya otoritarianisme. Realitanya, Latihan Rohani ini dapat disebut sebagai Sikap otoritarianku dan kecenderungan tergesaIgnasian meskipun dilakukan dalam hiruk pikuk hidup keseharian. Interpretasi Latihan Rohani gesa telah menyeretku ke masalah-masalah yang yang menekankan segi asetisisme, keheningan dan serius dan dituduh sebagai orang yang ultra-konserpengampunan merupakan distorsi dan meluas vatif. Saya berada dalam krisis interior yang luar bahkan di dalam Serikat, terutama Serikat Yesus di biasa ketika saya bertugas di Cordova. Yang pasti, Spanyol. Saya lebih condong ke gerakan mistik yang saya tidak seperti Blessed Imelda (a goody-goody), dilakukan oleh Louis Lallement dan Jean-Joseph namun demikian saya pun tidak pernah menjadi seorang ekstrim kanan. Gaya otoritarianku dalam Surin. Dan Faber adalah seorang mistikus.” mengambil keputusan inilah yang sesungguhnya menimbulkan berbagai masalah. Pengalaman dalam Kepemimpinan Gereja 6 Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013 “Saya mengatakan semuanya ini berdasarkan pengalaman hidup dan karena saya ingin membuat- gunakan, dan di samping itu ada gambaran dari ‘Konstitusi Dogmatik tentang Gereja menurut Konsili Vatikan II (No.12).’ [Ciri] ini ada dalam diri umat yang memiliki keutamaan teologis. Dalam sejarah penyelamatan, Allah telah menyelamatkan manusia. Maka ketika menjadi Uskup Agung Buenos Aires, Tidak ada identitas lengkap tanpa melibatkan umat. saya selalu mengadakan rapat dengan keenam Tidak ada seorangpun yang diselamatkan sendirian. uskup pembantu dua minggu sekali, dan bebeSebaliknya Allah menarik kita dalam suatu komunirapa kali setahun bersama dewan imam. Mereka tas yang terbentuk oleh jaringan relasi. mengajukan beberapa pertanyaan dan lalu kami Umat itu sendiri membentuk dirinya sebagai membuka kesempatan kepada semua peserta untuk mendiskusikannya. Hal ini sangat membantuku subyek. Dan gereja adalah umat Allah yang berzidalam menetapkan keputusan yang terbaik. Teta- arah sepanjang sejarah hidupnya dengan penuh pi sekarang saya mendengar beberapa orang yang sukacita dan derita. ‘Berpikir bersama gereja’, karemengatakan kepadaku: ‘Janganlah terlalu sering na itu, menurutku adalah menjadi bagian dari umat. Segenap umat, secara berkonsultasi, putuskeseluruhan, memiliki kan sendiri saja.’ Sekainfalibilitas dalam keyakilipun demikian saya nan, dan umat mengungyakin konsultasi adalah kapkan infalibilitas tersesangat penting. but dalam credendo. “Dewan kardinal, Infalibilitas dalam keyakisinode para uskup, nan inilah, melalui kekuamisalnya, merupakan tan iman yang supranatubagian penting untuk ral dari segenap umat melakukan konsultasi yang berjalan bersama. yang nyata dan aktif. Inilah yang kini kupahami Betapapun, kita harus dengan apa yang dimakmenawarkan bentuk sudkan ‘berpikir bersayang tidak terlalu kaku. ma gereja’ sebagaimana Saya tidak menghen- Fransiskus menyalami umat seusai Misa di Paroki St. Anna, Roma. digagas oleh Santo Ignadaki suatu konsultasi ala sius. Kala dialog antar umat dan para uskup dan kadarnya, tetapi dilakukan dengan kesungguhan. paus dilakukan dalam jalur ini dan dilakukan secara Tim konsultan yang terdiri dari delapan kardinal, murni, maka Roh Kudus akan membimbing. Maka yang selanjutnya bisa disebut sebagai kelompok gagasan ini tidak hanya menjadi perhatian para penasihat “luar”, tidak hanya berdasarkan keputeolog saja. tusanku melainkan atas saran dari para kardinal “Hal ini tampak pada diri Maria. Bila kamu ingin sebagaimana diungkapkan dalam sidang umum sebelum konklaf. Dan saya ingin melihat bahwa tahu siapakah Maria, tanyakan pada teolog. Tetapi semuanya ini nyata, bukan konsultasi seremonial bila kamu ingin tahu bagaimana mencintai Maria, tanyakanlah kepada umat. Sebaliknya, Maria belaka. mencintai Yesus dengan hati umat sebagaimana kita ketahui dari Magnificat. Oleh karena itu, hendaknya Berpikir Bersama Gereja kita tidak mengartikan ‘berpikir bersama gereja’ Saya bertanya kepada Paus Fransiskus apakah hanya sebatas berpikir dalam hirarki gereja. baginya, yang dimaksudkan dengan “berpikir berSetelah berhenti sejenak, Paus Fransiskus sama gereja” menurut Santo Ignasius sebagaimana tertulis dalam Latihan Rohani. Beliau menjawab menekankan poin berikut untuk menghindari kesalahpahaman: “Tentu harus sangat berhati-hati dengan menggunakan sebuah gambaran. untuk tidak berpikir soal infalibilitas semua umat “Gambaran gereja yang saya sukai adalah umat sebagai bentuk ‘populisme.’ “Bukan, sebab hal ini Allah yang kudus. Inilah definisi yang sering saya nya jelas tentang bahaya yang ditimbulkan. Lambat laun saya belajar banyak hal. Allah membiarkan diriku bertumbuh dalam kepemimpinan melalui kesalahan dan dosaku sendiri. 7 Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013 merupakan pengalaman dari ‘gereja hirarkis yang kudus,’ sebagaimana disebutkan oleh Santo Ignasius, yaitu gereja umat Allah, yang terdiri dari para imam dan umat bersama-sama. Gereja adalah keseluruhan umat Allah.” “Saya melihat kekudusan dalam hati umat Allah, kekudusan dalam hidup keseharian,” lanjut Paus. Ada kekudusan yang dimiliki oleh umat biasa, yang mana kita semua termasuk di dalamnya, sebagaimana ditulis Malègue. Paus mengacu pada Joseph Malègue, penulis Perancis (1876-1940), terutama trilogi yang tidak tamat berjudul Black Stones: The Middle Classes of Salvation. “Saya melihat kekudusan,” kata beliau melanjutkan, “dalam hati umat Allah yang sabar: seorang ibu yang mengasuh anak-anaknya, seorang bapak yang bekerja keras demi sesuap nasi bagi keluarganya, mereka yang menderita sakit, para pastor tua yang meski memiliki banyak luka tetapi masih mampu menampilkan senyum di wajahnya sebab mereka melayani Allah, para suster yang bekerja keras dan tinggal di biara terpencil. Inilah yang kumaksudkan sebagai kekudusan jelata.” bujangan yang tidak berbuah.’ Mereka itu bukan bapak ataupun ibu, sebab mereka gagal dalam memberikan kehidupan spiritual. Sebaliknya, ketika saya membaca kehidupan para misionaris Salesian yang pergi ke Patagonia, saya membaca kisah dari kehidupan yang penuh, dan banyak berbuah.” “Contoh lain yang terjadi beberapa hari lalu yang tampaknya memperoleh perhatian pemberitaan surat kabar: panggilan telepon yang saya lakukan kepada seorang pemuda yang menuliskan sepucuk surat kepadaku. Saya menelepon dia karena suratnya begitu indah, begitu sederhana. Bagiku surat itu adalah suatu sikap generativitas. Saya menyadari bahwa dia adalah seorang pemuda yang sedang bertumbuh, dan dia menganggapku sebagai seorang bapak. Surat itu berisi sesuatu tentang kehidupannya yang ditulis kepada bapaknya. Bapak itu tidak bisa menjawab, ‘Perduli amat.’ Hidup yang penuh berbuah semacam ini sungguh indah bagiku.” Gereja Masa Kini dan Gereja Masa Lalu Masih berkaitan dengan perihal gereja, saya bertanya kepada Paus khususnya soal World Youth Day. Acara yang besar ini lebih berkaitan dengan “Saya seringkali mengaitkan kekudusan dengan kaum muda, tetapi juga mereka yang menjadi “parukesabaran: bukan saja kesabaran sebagai hypomoné paru spiritual” bagi gereja Katolik pada masa kini. [peristilahan Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani], Apakah harapan-harapan Anda pada gereja univerberkenaan dengan kejadian dan lingkungan hidup, sal khususnya yang datang dari kelompok ini? tetapi suatu hal yang dilakukan terus menerus, hari Paus menjawab: “Gereja Katolik kaum muda, demi hari. Inilah kekudusan dari gereja militan sebagaimana mereka bertumbuh, mengembangsebagaimana disebutkan oleh Santo Ignasius. Inilah kekudusan yang tersirat pada diri orangtuaku: kan sintesis iman, budaya dan hidup dan karenaayahku, ibuku dan nenekku Rosa yang mencintaiku nya merupakan sintesa yang berbeda dibandingsecara luar biasa. Dalam brevir saya menyimpan kan gereja Katolik masa lalu. Bagiku, hubungan pesan terakhir dari nenekku Rosa, dan saya sering antara gereja Katolik masa lalu dan gereja Katolik membacanya berulang kali. Bagiku, pesan itu bagai masa kini serupa dengan relasi yang terjadi antara sebuah doa. Beliau adalah santa yang banyak men- orang muda dan orang tua dalam suatu masyarakat. derita, juga dalam konteks spiritual, namun dengan Mereka bersama-sama membangun masa depan, kaum muda memiliki kekuatan sedangkan mereka berani selalu maju terus pantang mundur.” yang tua memiliki kebijaksanaan. Tentu selalu ada “Gereja yang kita impikan ini hendaknya menjadi resiko. Gereja yang lebih muda cenderung merasa rumah bagi segenap umat, bukan sebuah kapel bisa mencukupi sendiri sedangkan gereja masa lalu kecil yang hanya bisa menampung sekelompok ingin menekankan model budaya masa lalu pada kecil umat pilihan saja. Hendaknya kita tidak me gereja masa kini. Sekalipun demikian sesungguhnyempitkan dada gereja universal yang hanya bisa nya kita bersama-sama membangun masa depan.” menaungi segelintir orang tertentu saja. Gereja kita adalah Ibu, gereja yang berbuah lebat. Itulah gereja. Tahukah kamu, setiap kali saya melihat perbuatan Gereja Sebagai Balai Penyembuhan negatif dari para pelayan gereja atau rohaniwan- Ketika Paus Benediktus XVI mengumumkan rohaniwati, satu hal yang terpikir olehku: ‘Inilah pengundurannya, beliau mengatakan bahwa dunia 8 Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013 masa kini mengalami perubahan sangat pesat dan selalu bergumul dengan masalah-masalah sangat penting bagi hidup iman. Untuk menghadapi masalah-masalah ini maka diperlukan kekuatan jiwa dan raga, demikian dikatakan Paus Benediktus. Saya bertanya kepada Paus Fransiskus: “Apakah yang paling diperlukan oleh gereja pada masa sekarang ini? Apakah kita perlu melakukan perubahan? Apakah harapan-harapan Anda akan gereja di tahun-tahun mendatang? Gereja impian macam apakah yang Anda harapkan?” cu pada peraturan. Sebaliknya imam yang longgar merasa sudah rampung cukup dengan menyatakan bahwa ‘Ini bukan dosa’ atau hal senada. Dalam pelayanan pastoral kita harus menyertai umat, kita harus berusaha menyembuhkan luka-luka mereka.” “Bagaimanakah kita sebaiknya melayani umat Allah? Saya memimpikan gereja bagai seorang ibu atau penggembala. Para imam gereja harus penuh belas kasih, memikul tanggung jawab bagi umatnya dan menyertai mereka seperti orang Samaria yang baik, yang membasuh, membersihkan luka Paus Fransiskus mulai dengan memberikan peng- dan membantu mengangkat sesamanya. Inilah hargaan dan hormat yang besar kepada pendahu- persis seperti apa yang tertulis dalam Injil. Allah lunya: “Paus Benediktus telah melakukan suatu lebih besar daripada dosa. Perombakan struktural tindakan yang kudus, besar dan penuh rendah hati. dan organisasional soal kedua – artinya dilakukan Beliau adalah anak Allah.” sesudahnya. Perombakan pertama harus tercermin dalam sikap. Para “Saya melihat dengan pelayan Injil hendakjelas,” demikian lanjutnya mereka yang nya, “bahwa apa yang sanggup memberidiperlukan gereja pada kan kehangatan hati masa kini yaitu kemamumatnya, yang bersepuan untuk menyemdia berjalan bersama buhkan luka-luka dan dengannya menembus menghangatkan hati dari kegelapan hidupnya segenap umat. Hal ini tanpa tersesat. Umat membutuhkan kedekatan Allah membutuhkan [hati]. Saya melihat gereimam-imam, bukan ja bagaikan sebuah balai klergi yang bertinpenyembuhan [rumah dak seperti birokrat sakit] paska perang. atau pejabat pemeKiranya tidaklah berguna ‘Menolong yang terluka,’ karya Guercino Erminia (1591-1666). rintahan. Para uskup untuk menanyakan apaterutama, hendaknya kah dia punya kandungan kolesterol yang tinggi dan sanggup mendukung sentuhan Allah kepada umatseberapa tinggi kadar gula dalam darahnya! Kamu harus segera merawat luka-lukanya. Lalu kita dapat Nya melalui kesabaran, sehingga tidak ada satupun bicara hal-hal lainnya. Rawat dulu luka-lukanya. … umat yang tertinggal. Namun mereka juga mampu menyertai umat gembalaannya yang berbakat untuk Dan kamu mesti [lakukan] mulai dari bawah. menemukan terobosan-terobosan baru.” “Kadangkala gereja telah mengunci diri dalam “Daripada hanya menjadi sebuah gereja yang beberapa masalah kecil. [Hendaknya diingat bahwa] menyambut dan menerima dengan membuka hal terpenting adalah pewartaan utama: Yesus Kristus telah menyelamatkan dirimu. Para imam gere- pintu, marilah kita mencoba untuk menjadi gereja ja hendaknya menjadi pelayan belas kasih, inilah yang bisa menemukan terobosan-terobosan baru. yang lebih penting daripada segalanya. Imam yang Misalnya pergi mengunjungi umat yang sudah memberikan sakramen pengakuan misalnya, selalu tidak menghadiri Misa, mereka yang keluar atau berbahaya apabila terlalu kaku atau terlalu longgar. sudah tidak tertarik lagi. Mereka yang sudah keluar Keduanya tidak mencerminkan belas kasih, karena biasanya karena suatu alasan, yang apabila dipakeduanya hanya sebatas tanggung jawab dari imam hami dan dimengerti sepenuhnya, dapat kembali yang bersangkutan. Imam yang kaku merasa sudah lagi. Semuanya ini memerlukan keberanian.” menjalankan tugasnya dengan sepenuhnya mengaSaya menyebut kepada Paus Fransiskus bahwa 9 Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013 ada umat Kristiani yang tinggal dalam situasi tidak biasa bagi gereja atau berada dalam kondisi yang mencerminkan luka yang terbuka. Misalnya mereka yang bercerai dan menikah lagi, pernikahan sejenis atau hidup dalam situasi yang rumit lainnya. Karya pastoral macam apakah yang dapat kita lakukan untuk menghadapi situasi semacam ini? Sarana apakah yang dapat kita gunakan? mengatakan hal yang benar.” “Pernah seseorang bertanya kepadaku, dengan nada yang provokatif, apakah saya menyetujui homoseksualitas. Saya jawab dengan ganti bertanya: ‘Coba katakan kepadaku, manakala Allah melihat seorang gay, apakah Allah mendukung eksistensi orang itu dengan penuh kasih, ataukah malah menolak dan mengutuknya?’ Kita harus selalu mempertimbangkan [faktor] manusianya. Di situlah kita memasuki ranah misteri kemanusiaan. Dalam hidup, Allah menyertai umat, dan kitapun harus menyertai mereka, berangkat dari situasi mereka. Sangatlah perlu [bagi imam untuk] untuk menyertai mereka dengan penuh kasih. Ketika hal semacam ini terjadi, Roh Kudus menerangi imam untuk soal tersebut, sudahlah jelas dan saya adalah anak gereja. Namun demikian, kiranya kita tidak perlu setiap saat membahas soal ini melulu.” “Inilah salah satu manfaat utama atas sakramen pengakuan yaitu: mengevaluasi kasus demi kasus dan menetapkan [discerning] manakah yang terbaik bagi orang yang bersangkutan yang mencari Allah dan berkat. Kamar pengakuan bukanlah tempat penyiksaan, melainkan suatu tempat di mana kasih Allah memotivasi kita untuk memperbaiki hidup kita. Suatu ketika saya mendengar pengakuan dari seorang wanita yang gagal dalam perkawinannya dan pernah melakukan pengguguran kandungan. Dalam kehidupan selanjutnya, wanita itu menikah lagi dan kini dia hidup bahagia bersama kelima anaknya. Aborsi di masa lalunya itu sangat membebani hidupnya dan dia sungguh menyesali kesalahannya itu. Dia mendambakan diri untuk melanjutkan hidupnya sebagai seorang Kristiani. Lalu apakah yang harus dilakukan oleh seorang imam yang mendengarkan pengakuannya?” “Kita perlu mewartakan Injil ke setiap pelosok,’ sahut Paus, “mewartakan kabar gembira dari Kerajaan [Allah] dan penyembuhan, bahkan melalui pewartaan kita, menjangkau segala jenis penyakit dan luka. Di Buenos Aires saya sering menerima surat dari para homoseksual yang merasa ‘terluka secara sosial’ sebab mereka mensharingkan kepadaku seolaholeh gereja mengutuk mereka. Tetapi gereja tidak ingin melakukan hal ini. Dalam perjalanan kembali dari Rio de Janeiro kukatakan bahwa seandainya seorang homoseksual “Kita tidak dapat mempunyai kehendak hanya terus menerus baik dan terus mencari berkutat pada persoalAllah, saya tidak pantas an yang berhubungan untuk mengadili. Fransiskus menyambut hangat umat yang cacat di Basilika St. Petrus. aborsi, perkawinan gay Dengan mengatakan hal dan metode penggunaan ini, saya mengulang apa yang dikatakan katekismus. kontrasepsi. Tidaklah mungkin. Saya belum juga Agama punya hak untuk mengungkapkan opininya berbicara banyak soal ini, tetapi kenyataannya saya dalam pelayanan kepada umat, tetapi Allah membe- sudah ditegur soal ini. Ketika kita membicarakan baskan kita dalam penciptaan: tidaklah mungkin persoalan ini, hendaknya kita berbicara dalam suatu untuk mencampuri hidup spiritual seseorang.” konteks. Ajaran gereja, dalam kaitan dengan soal- 10 Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013 “Ajaran dogmatis dan moral gereja tidaklah semuanya ekuivalen. Pelayanan pastoran gereja tidak dapat sepenuhnya dibayangi oleh penerapan banyak doktrin yang terlepas satu sama lain secara terus menerus. Pewartaan dalam gaya pelayanan berfokus pada hal-hal yang penting dan perlu. Hal inilah yang membuat orang bersuka cita dan berapi-api sebagaimana dialami oleh para murid dalam perjalanan ke Emaus. Kita perlu menemukan keseimbangan baru. Kalau tidak, ajaran moral gilan mulia ini. Hal ini tidak berarti berlawanan dengan hirarkis gereja. Meskipun fungsi kenabian dan struktur hirarkis tidak berimpit. Saya berbicara soal proposal yang selalu positif, dan tidak perlu ditakutkan. Marilah kita berpikir tentang hidup “Saya mengatakan semuanya ini juga dalam kaitan para santo-santa, rahib dan rohaniwan-rohaniwati homili dan isinya. Suatu homili yang indah, kotbah yang besar, mulai dari Santo Antonius Abbas hingyang murni harus diawali dengan pewartaan yang ga kini. Menjadi nabi kadangkala menyangkut soal utama, yaitu pewartaan tentang keselamatan. Tidak menciptakan gelombang. Saya tidak tahu bagaimaada hal lain yang lebih utuh, mendalam dan pasti na mengungkapkannya …. Kenabian membuat daripada pewartaan ini. Selanjutnya bisa dibahas gaduh, hiruk pikuk, ada juga yang menyebutnya hal-hal yang berkaitan dengan katekismus, yang sebagai ‘porak poranda.’ Namun dalam kenyataanseterusnya bisa disinggung soal konsekuensi moral. nya, karisma para rohaniwan dan rohaniwati bagaiNamun pewartaan tentang cinta kasih Allah hendakkan ragi: kenabian mewartakan semangat Injil.” nya mendahului moral dan imperatif keagamaan. Pada masa sekarang ini kadangkala urutan yang sebaliknya malah tejadi. Homili adalah batu sendi Kuria Roma Saya bertanya kepada Paus tentang apakah yang yang mengukur seberapa dekat dan kemampuan imam dalam menjumpai umatnya. Sebab mereka beliau pikirkan mengenai berbagai departemen yang berkotbah hendaknya mengenal hati dari dalam Kuria Roma yang dibentuk untuk membantu umatnya dan hendaknya mampu menangkap kerin- pelayanan Paus. duan akan Allah tampak begitu hidup dan menya“Departemen-departemen dalam Kuria Roma la. Oleh karena itu, pesan Injil tidak bisa dikurangi bertugas melayani Paus dan para uskup,” jawab oleh beberapa aspek, sekalipun relevan, sedemiki- beliau. “Semuanya ini adalah sarana untuk membanan hingga tidak menunjukkan inti pesannya, yaitu tu baik gereja dan dewan uskup. Dalam hal-hal Yesus Kristus.” tertentu, [terutama] ketika mereka tidak berfungsi gereja yang kokoh dan besar itu akan runtuh bagaikan rumah kardus, kehilangan kesegaran dan keharuman Injil. Pewartaan Injil hendaknya sederhana, bergaung dan memancar. dengan baik, departemen-departemen ini beresiko menjadi badan sensor. Sangatlah menakjubPaus Fransiskus adalah seorang paus pertama kan betapa kurangnya kritik semacam ini terjadi di yang terpilih dari ordo religius sejak seorang rahib Roma. Saya kira kasus-kasus semacam ini hendakCamaldoles, Gregorius XVI yang dipilih pada tahun nya diselidiki oleh konferensi uskup lokal, dengan 1831. Saya bertanya: “Manakah tempat istimewa bantuan dari Roma. Kasus-kasus semacam ini bagi rohaniwan dan rohaniwati dalam gereja masa malah lebih baik diselesaikan secara lokal. Kongregasi Roma adalah mediator dan bukan manajer.” kini?” Paus dari Ordo Religius “Para rohaniwan dan rohaniwati adalah nabi,” demikian jawab Paus. “Mereka adalah orang yang telah memilih untuk hidup mengikuti Yesus: menjalani hidupnya dalam ketaatan kepada Bapa, kemiskinan dan kehidupan berkomunitas serta kemurnian. Karena itu, kaul mereka bukan mainmain. Kalau tidak maka misalnya, hidup berkomunitas bagaikan hidup dalam neraka, kemurnian menjadi hidup membujang yang tidak berguna. Kaul kemurnian hendaknya menjadi kaul yang mendatangkan banyak buah. Dalam gereja, para rohaniwan dan rohaniwati dipanggil untuk menjadi nabi khususnya dalam menjalani hidup sebagaimana dulu Yesus hidup, dan untuk mewartakan betapa sempurna kerajaan Allah. Seorang rohaniwan atau rohaniwati hendaknya tidak boleh menyerah atas pang- Pada tanggal 29 Juni, ketika ada upacara pemberkatan dan pengenaan 34 palium kepada para uskup agung, Paus Fransiskus menekankan bahwa “kolegalitas” adalah sarana yang dapat memimpin gereja agar “bertumbuh harmonis dalam pelayanan gereja.” Sehubungan dengan hal itu maka saya menanyakan: “Bagaimana kita dapat menyelaraskan secara harmonis kepemimpinan Petrin dan kolegalitas? Terobosan-terobosan manakah yang dapat ditempuh sekaligus dari perspektif ekumenis?” Paus merespon, “Kita harus berjalan bersama: segenap umat, para uskup dan Paus. Sinodalitas [persaudaraan di antara dewan uskup] hendaknya menjadi semangat yang hidup dalam berbagai tingkatan. Mungkin sudah saatnya untuk mengubah 11 Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013 metode Sinode Para Uskup, sebab tampaknya bagi- peluang bagi kehadiran yang lebih nyata di kalangan ku metode yang sekarang berlaku tidak lagi dinamis. wanita dalam gereja. Saya agak berhati-hati dengan Hal ini juga akan mempunyai nilai ekumenis, teru- pandangan ‘paternalisasi wanita’ sebab wanita tama dalam hubungan kita dengan saudara-sauda- berbeda dengan pria. Apa yang saya dengar tentang ra kita dari gereja Orthodox. Dari mereka kita peranan wanita seringkali diinspirasi oleh ideologi dapat belajar lebih banyak tentang arti kolegalitas maskulin (machismo). Para wanita sering mengaepiskopal dan tradisi sinodalitas. Renungan yang jukan permintaan agar pertanyaan yang mendalam menjadi usaha bersama, untuk melihat bagaimana ini dibahas. Gereja tidak bisa hidup sendiri tanpa gereja dikelola pada abad-abad permulaan, sebe- wanita dan peranannya. Wanita adalah penting bagi lum terjadinya perpecahan antara Barat dan Timur, gereja. Bunda Maria, seorang wanita, yang punya akan membuahkan hasil pada saatnya. Dalam rela- peranan melebihi para uskup. Saya mengatakan hal si ekuminis sangatlah penting untuk tidak hanya ini karena kita tidak boleh rancu antara fungsi dan saling mengenal secara lebih baik, tetapi sekaligus martabat. Oleh karena itu kita harus menggali secara mengenal betapa Roh lebih mendalam tentang yang telah ditaburkan peranan wanita dalam satu sama lain menjadi gereja. Kita harus terus anugerah bagi kita. berupaya mengembangSaya ingin melanjutkan kan teologi yang mantap diskusi yang telah dimutentang kewanitaan. lai pada tahun 2007 Hanya dengan melakukan oleh komisi gabungan langkah ini maka sangat[Katolik dan Orthodox] lah mungkin untuk meretentang bagaimana nungkan dengan lebih melaksanakan kepebaik fungsinya dalam mimpinan Petrin, yang gereja. Pandangan genius berakhir dengan ditanwanita sangat diperlukan datanganinya Dokusetiap kali kita sedang men Ravena. Kita harus membuat berbagai kepuIbu Theresa menghibur anak yang sakit. melanjutkan usaha ini.” tusan penting. Tantangan yang dihadapi pada masa kini adalah: memikirkan Saya menanyakan kepada Paus Fransiskus tentang pandangannya soal kesatuan gereja di masa tempat khusus bagi wanita di mana mereka dapat mendatang khususnya dalam kaitan ini. Beliau mengemban otoritas di berbagai bidang dalam menjawab: “Kita harus berjalan bersama-sama gereja.” dengan perbedaan yang ada pada diri kita masingmasing. Tidak ada jalan lainnya untuk menjadi satu. Inilah jalan Yesus.” Peranan Wanita dalam Hidup Gereja Konsili Vatikan II Saya bertanya: “Apakah yang sudah diraih oleh Konsili Vatikan II?” “Konsili Vatikan II menandai bagaimana [kita] Bagaimana dengan peranan wanita dalam gereja? membaca ulang Injil dalam konteks budaya kontemPaus menyinggung soal ini dalam beberapa kesem- porer,” demikian sahut Paus. “Konsili Vatikan II patan. Dalam perjalanan balik dari Rio de Janeiro, menghasilkan gerakan pembaruan yang sesungguhbeliau mengatakan bahwa masih kurangnya teologi nya berasal dari Injil yang sama. Buahnya sungguh wanita yang mantap dalam gereja. Saya bertanya: luar biasa. Ambil contoh misalnya [dalam hal] liturPeranan manakah yang seharusnya para wanita gi. Usaha pembaruan liturgis merupakan pelayanpegang dalam gereja? Apakah yang perlu kita laku- an kepada segenap umat untuk membaca ulang Injil kan agar peranan mereka lebih tampak pada masa dari [sudut pandang] situasi sejarah yang kongkrit. kini? Memang benar, ada kontinuitas dan diskontinuitas Beliau menjawab: “Kiranya perlu untuk memperluas hermeneutiks [interpretasi biblis], tetapi hendaknya menjadi jelas bahwa: dinamika membaca Injil, 12 Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013 mengaktualisasikan pesannya untuk masa kini – yang selanjutnya menjadi ciri dari Konsili Vatikan II – jelas tidak dapat diputar balik. Lalu ada beberapa soal khusus, misalnya liturgi yang mengacu pada Vetus Ordo. Saya pikir keputusan Paus Benediktus [keputusan tertanggal 7 Juli 2007, yang mengizinkan penggunaan Misa Tridentin secara lebih luas] adalah bijaksana dan didorong oleh keinginan untuk membantu umat yang memiliki kepekaan akan hal ini. Apa yang patut dikuatirkan, adalah resiko untuk mengeksploitasi dengan jalan mengideologikan Vetus Ordo.” mengkristalkannya. Allah ada di sepanjang sejarah, dalam proses yang terus berlangsung.” “Kita tidak boleh memfokuskan diri pada ruang dengan menggunakan kekuasaan. Tetapi hendaknya kita memulai suatu proses historis jangka panjang. Kita hendaknya memulai proses ini daripada menguasai ruang. Allah menyatakan Diri-Nya dalam waktu dan hadir di sepanjang proses sejarah. Hal ini memberikan prioritas akan lahirnya suatu dinamika sejarah baru yang memerlukan kesabaran dalam menunggu.” “Menemukan Allah dalam segala hal bukanlah suatu ‘empiris dadakan.’ Kala kita mendambakan Mencari dan Menemukan Allah Dalam diri untuk menemukan Allah, kita seringkali ingin Segala Hal tergesa-gesa mengguPada saat World Youth nakan metode imperis. Day di Rio de Janeiro, Namun, kamu tidak Paus Fransiskus berulang dapat menemukan kali mendeklarasikan: Allah dengan cara ini. “Allah itu nyata. Allah Sebab Allah ditemukan menghadirkan Diri-Nya dalam suasana tenang secara nyata pada saat ini. sebagaimana dialami Allah ada di mana-mana.” oleh Nabi Elias. SuasaFrasa-frasa ini menggena menemukan Allah makan ekspresi Ignasian semacam ini selanyaitu “mencari dan menejutnya disebut oleh mukan Allah dalam segala Santo Ignasius sebagai hal.” Maka saya bertanya rasa spiritual. Ignakepada Paus: “Bagaimana Seorang suster mengajar anak-anak di sekolah. sius meminta kita agar Anda mencari dan menemembuka kepekaan mukan Allah dalam segala hal?” spiritual kita untuk menemukan Allah yang jauh “Apa yang saya katakan di Rio berkaitan dengan melampaui pendekatan imperis semata-mata. Sikap saat kita mencari Allah,” jawab beliau. “Realitanya, kontemplatif sangatlah diperlukan, yaitu perasaan ada godaan dalam mencari Allah di masa lalu atau yang menggerakkanmu ke jalan pemahaman dan bahkan kemungkinan di masa mendatang. Tentu afeksi atas hal-hal dan situasi yang dijumpai hidup. saja Allah ada di masa lampau sebab kita dapat Kedamaian hati, penghiburan rohani, merasakan melihat jejak-Nya. Dan Allah juga ada di masa depan kasih Allah dan cinta segalanya dalam Allah – merusebagaimana dijanjikan. Namun Allah yang ‘kong- pakan tanda bahwa dirimu berada di jalan yang krit’ jelaslah, ada di masa sekarang ini. Untuk alasan benar.” inilah, sikap suka mengeluh tidak dapat membantu kita dalam menemukan Allah. Keluhan-keluhan Kepastian dan Kekeliruan tentang betapa ‘rusaknya’ dunia pada masa sekaSaya bertanya, “Lalu seandainya perjumpaan rang ini – seringkali dipakai sebagai alasan yang dengan Allah bukan suatu ‘imperis dadakan,’ dan mendorong lahirnya gerakan pemurnian dalam apabila hal ini merupakan suatu perjalanan untuk gereja. Tidak: Allah harus dijumpai dalam dunia melihat dengan mata sejarah, lalu dapatkah kita pada masa sekarang ini.” membuat kekeliruan?” “Allah menyatakan Diri-Nya dalam wahyu historis, Paus menjawab: “Tentu, dambaan untuk mencadalam sejarah. Waktu memulai proses, dan ruang ri dan menemukan Allah dalam segala hal masih 13 Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013 dipenuhi ketidakpastian. Memang demikianlah adanya. Seandainya ada seorang yang mengatakan bahwa dia berjumpa Allah dengan penuh kepastian dan sama sekali tidak tersentuh oleh keraguan apapun, maka ini bukan tanda yang baik. Bagiku, ini merupakan hal pokok yang penting. Jika seseorang memiliki jawaban atas semua pertanyaan – maka terbukti Allah tidak bersama dengannya. Hal ini berarti bahwa dia adalah seorang rasul gadungan yang menggunakan agama untuk kepentingannya sendiri. Para pemimpin besar umat Allah, seperti Musa, masih punya keraguan dalam dirinya. Kamu menyediakan ruang bagi Allah, bukan untuk kepastian kita; [sebab] kita harus berendah hati. Ketidakpastian ada dalam setiap discernment yang benar yaitu untuk membuka peluang agar memperoleh konfirmasi bagi penghiburan rohani.” knya membiarkan Allah mencari dan menemukan kita.” “Karena Allah adalah yang utama; Allah selalu yang pertama dan melakukan inisiatif awal. Allah bagaikan kembang kenari di tanah [asalmu] Sicilia, Antonio, yang selalu mekar dulu. Kita membacanya dalam [pengalaman] Para Nabi. Allah dijumpai ketika berjalan di sepanjang jalan. Dalam konteks ini, seseorang barangkali mengatakan bahwa hal ini adalah relativisme. Benarkah relativisme? Benar, seandainya dipahami sebagai suatu panteisme. Namun hal ini bukan relativisme jika dipahami dalam konteks biblis, tepatnya bahwa Allah selalu mengejutkan. Karena itu kamu tidak pernah persis tahu di mana dan bagaimana kamu akan menemukanNya. Kamu tidak bisa menetapkan waktu dan ruang di mana menjumpai Allah. Untuk itu kamu perlu melakukan discernment untuk menjumpaiNya. Discernment adalah hal yang penting.” “Resiko mencari dan menemukan Allah dalam segala hal, lalu adalah harapan untuk terlalu banyak menjelaskan, “Jika seorang Kristiani mengatakan dengan adalah restorasionis, penuh kepastian manulegalis, jika melulu mengsiawi dan sikap sombong inginkan segala sesuabahwa: ‘Allah ada di sini.’ tunya jelas dan aman, [Dengan cara ini] kita maka dia tidak akan akan menemukan tuhan menemukan apa-apa. [huruf kecil] yang cocok Tradisi dan kenangan Fransiskus mencium kaki narapidana dalam Misa Kamis Putih. dengan takaran kita sendmasa lalu harus bisa iri. Sikap yang benar adalah sikap Santo Agustinus: membantu kita untuk mempunyai keberanian carilah Allah untuk menemukanNya, dan temukan membuka hal-hal baru bagi Allah. Mereka yang kini Allah untuk terus mencari Allah selamanya. Sering- selalu mencari solusi pendisiplinan, mereka yang kali kita mencari dalam kebutaan kita, sebagaimana selalu berpegang pada ‘keamanan’ doktrinal secara banyak dijumpai dalam membaca Kitab Suci. Inilah berlebihan, mereka yang tanpa jera mencoba untuk pengalaman-pengalaman dari para bapak iman yang menghidupkan masa lalu yang sudah lama terkumenjadi panutan kita. Kiranya kita perlu membaca bur – mereka memiliki pandangan atas banyak hal ulang Surat kepada umat di Ibrani, pasal 11. Abra- secara statis dan mengacu ke dalam. Dalam cara ini, ham pergi meninggalkan rumah tanpa dirinya tahu iman berubah menjadi sebuah ideologi sama seperdengan pasti ke mana dia pergi. Semua para penda- ti ideologi-ideologi lainnya. Saya punya kepastian hulu kita, orang beriman meninggal dengan meli- dogmatis bahwa: Allah bersemayam dalam hidup hat kebaikan sebagaimana dijanjikan, tetapi dari setiap orang. Sekalipun apabila hidup seseorang jauh…. Hidup kita tidak dianugerahkan kepada sedang dalam bencana, ataupun sedang hancur kita sebagaimana dijumpai dalam opera libretto, di karena maksiat, drug atau hal lainnya – Allah bersemana semuanya ada tertulis. Sebaliknya anugerah mayam dalam diri orang itu. Kamu bisa, dan mesti itu memerlukan kita untuk pergi, berjalan, melaku- mencoba untuk terus mencari Allah dalam setiap kan sesuatu, mencari, melihat …. Kita harus siap hidup manusia. Sekalipun dalam hidup orang yang berpetualang dalam menjumpai Allah. Kita henda- penuh duri dan benalu, pasti selalu ada sejengkal 14 Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013 tanah yang membuat benih kebaikan dapat bertumbuh. Kamu harus percaya kepada Allah.” Haruskah Kita Optimis? Perkataan Paus mengingatkan diriku akan beberapa renungan yang ditulisnya ketika menjadi kardinal bahwa Allah telah tinggal di dalam kota, di tengah semua orang dan dipersatukan pada diri setiap orang. Dengan perkataan lain, menurutku, seperti apa yang dituliskan Santo Ignasius dalam Latihan Rohani bahwa Allah “berkarya dan bekerja” dalam dunia kita. Maka saya bertanya: Perlukah kita bersikap optimistik? Apakah tanda-tanda harapan dalam dunia masa kini? Bagaimanakah kita dapat bersikap optimistik dalam hidup di tengah dunia yang mengalami [berbagai] krisis?” dengan lebih baik acuan seni dan karya sastra yang beliau miliki. Saya ingatkan beliau tentang apa yang beliau katakan pada tahun 2006 bahwa seniman ulung tahu bagaimana memaparkan realita kehidupan yang tragis dan menyakitkan dalam suatu keindahan. Maka saya bertanya siapakah seniman dan penulis yang beliau sukai dan apakah mereka memiliki kesamaan. “Saya sungguh menyukai berbagai jenis pengarang. Saya menyukai Dostoesvsky and Hölderlin. Saya ingat akan puisi yang ditulis Hölderlin ketika neneknya berulang tahun: sungguh indah dan memperkaya spiritual bagiku. Puisi itu diakhiri dengan kalimat, ‘Semoga manusia berpegang pada apa yang dijanjikan oleh Anak-Nya.’ Saya sungguh terkesan karena kebetulan sayapun mencintai nenekku Rosa, dan dalam puisi itu Hölderlin membandingkan neneknya “Saya tidak suka menggunakan istilah optimisme dengan Bunda Maria, yang melahirkan Yesus, sahakarena mencerminkan sikap psikologis,” sela Paus. bat manusia yang menerima semua orang sebagai “Saya lebih menyukai istilah harapan, sebagaimana saudaranya sendiri.” kita baca dalam Surat kepada umat di Ibrani, pasal 11 “Saya pernah membaca The Betrothed, karangan seperti yang telah saya singgung sebelumnya. Para Alessandro Manzoni, tiga kali, dan kini saya letakbapak iman terus berjalan, menghadapi berbagai tantangan. Dan ‘harapan’ tidak pernah mengece- kan di atas mejaku supaya saya bisa membacanya wakan, sebagaimana kita kutip dalam Surat kepada ulang. Manzoni banyak mengilhamiku. Kala saya umat di Roma. Coba renungkan teka-teki Puccini kecil, nenekku mengajariku di luar kepala tentang apa yang tertulis di bagian awal dari The Betrothed: dalam opera ‘Turandot,’” saran Paus. ‘Cabang Danau Como membelok ke selatan membePada saat itu terngiang olehku beberapa bait teka- lah dua pegunungan yang tiada terputus …’ Saya juga teki puteri dalam opera tersebut, yang solusinya sangat menyukai karya Gerard Manley Hopkins.” adalah harapan: “Di tengah malam yang suram “Di antara para pelukis agung, saya mengagumi terbanglah hantu/ Meninggi sambil merentangkan Caravaggio, lukisannya sungguh menyentuhku. sayapnya/ di atas kemanusiaan yang hitam legam./ Seluruh dunia memohon/ dan seluruh dunia men- Demikian pula Chagall, dengan karyanya ‘Penyadamba./ Tetapi hantu itu menghilang ketika datang lipan Putih.’ Di antara musikus saya tentu menyukai subuh/ yang merekah di hati./ Dan setiap malam Mozart. ‘Et incarnatus est,’ karyanya berjudul Misa dalam C minor tidak ada bandingannya; musik itu dia ada/ tetapi menghilang di setiap pagi!” mampu mengangkatmu kepada Allah. Saya juga “Jelas bukan,” sahut Paus Fransiskus, “Harapan senang mendengarkan karya Beethoven. Namun Kristiani bukanlah hantu dan tidak dapat ditipu. bagiku interpreter yang paling Promethean adalah Harapan adalah suatu keutamaan teologis dan kare- Furtwängler. Dan selanjutnya adalah Passions karya na itu, pada akhirnya, merupakan anugerah dari Bach. Bagian dari Bach yang paling kusukai yaitu Allah yang tidak dapat dikerdilkan menjadi opti- ‘Erbarme Dich,’ cucuran air mata Santo Petrus dalam misme, yang hanya sebatas manusia saja. Allah tidak ‘Saint Matthew Passion.’ Sungguh agung. Lalu, pada menyesatkan harapan. Allah tidak dapat menyang- tingkat yang berbeda, tidak persis sama, saya suka kal Diri-Nya. Allah menggenapi semua janji.” Wagner. Saya suka mendengarkan karyanya meskipun tidak setiap saat. Pentas Wagner berjudul ‘Ring’ Seni dan Kreatifitas oleh Furtwängler di La Scala Milano pada tahun Saya tertegun dengan acuan yang baru saja dijabar- 1950 adalah yang terbaik bagiku. Demikian pula kan Paus tentang ‘Turandot’ karya Puccini ketika ‘Parsifal’ oleh Knappertsbusch pada tahun 1962.” membahas soal harapan. Saya ingin memahaminya 15 Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013 “Kita juga mesti bicara soal film. ‘La Strada,’ karya Fellini barangkali adalah film yang paling kusukai. Melalui film ini saya dapat melihat acuan implisit dari Santo Fransiskus. Saya juga ingat nonton semua film Itali bersama Anna Magnani dan Aldo Fabrizi ketika saya berusia antara 10-12 tahun. Film lainnya yang kusukai adalah ‘Rome, Open City.’ Saya mewarisi hobi nonton film dari kedua orangtuaku yang sering mengajak kami nonton.” “Secara umum saya menyukai artis yang tragis, terutama yang klasik. Ada definisi indah [tentang klasik] dari Cervantes yang menuliskan perkataan bujangan Carraso ketika memuji kisah Don Quixote: ‘Anak-anak memilikinya di tangan mereka, remaja membacanya, orang dewasa memahaminya, dan para orang tua mensyukurinya.’ Bagiku ini dapat menjadi definisi yang baik tentang apa itu klasik.” dan sebaliknya saya cukup tahu kemana tujuan kita dan lalu mencoba sebisanya mengarah ke sana. Saya juga mendorong para muridku untuk menulis. Pada akhir tahun ajaran, saya memutuskan untuk mengirimkan dua kisah yang ditulis oleh muridmuridku kepada Borges [penulis Argentina?]. Saya kenal sekretarisnya, yang kebetulan menjadi guru pianoku. Dan [ternyata] Borges sangat menyukai kisah itu. Dan lalu dia memutuskan untuk menuliskan kata pengantar dari kumpulan kisah itu.” “Ternyata, Bapa Suci, kreativitas adalah penting dalam hidup seseorang?” demikian saya bertanya. Beliau menjawab sambil tertawa: “Bagi seorang Yesuit, kreativitas sangatlah penting! Seorang Yesuit harus kreatif.” Frontir dan Laboratorium Saya juga bertanya kepada Paus tentang pengalamannya [sebagai guru] dalam mengajarkan sastra kepada anakanak sekolah menengah. Dalam kunjungan oleh para imam dan staf yang bekerja di La Civiltà Cattolica, Paus telah berbicara tentang tiga hal penting, yaitu ‘dialog, discer“Agak sulit,” jawabnya. ment dan frontir.’ Dan “Saya terus memastikan beliau menekankan poin para muridku membaca yang terakhir, dengan El Cid. Tetapi mereka merujuk pada Paulus tidak menyukainya. VI khususnya tentang Mereka lebih memilih apa yang dikatakanmembaca Garcia Lorca. Lalu saya memutuskan Misa di parkiran karena gereja disegel, St. Joannes Baptista, Parung. nya dalam pidato yang penting tentang Yesuit: agar mereka membaca El Cid di rumah dan dalam kelas saya mengajarkan “Di manapun dalam gereja – bahkan ketika berakarya pengarang-pengarang yang paling mereka da dalam masa yang sangat sulit di wilayah yang sukai. Tentu saja, anak-anak remaja ingin membaca ekstrim, dalam persimpangan ideologi, dalam lebih banyak karya sastra yang agak nakal, misalnya palung sosial yang sangat dalam – selalu telah ada La Casada Infiel (yang kotemporer) atau La Celes- dan berlangsung hingga kini dalam percakapan di tina (yang klasik) karya Fernando de Rojas. Namun antara manusia yang mendamba dan pesan abadi demikian, dengan membaca semuanya ini mereka dari Injil, Yesuit telah dan akan selalu ada di sana.” memperoleh cita rasa dalam sastra, puisi dan lalu Saya bertanya kepada Paus Fransiskus apakah yang kita beralih ke pengarang lainnya. Dan semuanya menjadi prioritas bagi jurnal yang diterbitkan oleh ini menjadi pengalaman yang berharga bagiku. Serikat Yesus. Saya berhasil menyelesaikan program tetapi tidak dalam struktur, maksudku menurut urutan yang telah kita rancang sebelumnya. Sebaliknya urutannya berubah secara alami ketika membaca para pengarang itu. Tampaknya metode ini cocok bagiku. Saya memang tidak menyukai jadual yang ketat, 16 Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013 “Tiga kata kunci yang telah saya sampaikan kepada La Civiltà Cattolica, dapat diperluas untuk semua jurnal yang diasuh Serikat Yesus, barangkali dengan sedikit penekanan yang berbeda tergantung dari sifat dan tujuannya. Ketika saya menekankan frontir, saya memaksudkannya secara khusus kebutu- han bagi mereka yang bekerja di dunia budaya yang disisipkan ke dalam konteks yang mereka operasikan dan pada apa yang mereka renungkan. Tentu selalu ada bahayanya hidup dalam laboratorium. Apa yang kita miliki bukanlah ‘laboratorium iman,’ tetapi ‘perjalanan iman,’ yaitu iman dalam perjalanan sejarah. Allah telah menyatakan Diri-Nya sebagai sejarah, dan bukan sebagai kompendium kebenaran abstrak. Saya takut akan istilah laboratorium karena dalam laboratorium kamu mengambil masalah dan lalu menjinakkannya, dan mengecatnya di luar konteks. Kamu tidak dapat membawa frontir pulang, tetapi kamu mesti berani tinggal di perbatasan.” Saya bertanya beberapa contoh nyata dalam pengalaman hidupnya. “Ketika ada masalah sosial, mengadakan pertemuan untuk mempelajari masalah drug di perkampungan kumuh. Lalu pergi ke sana dan tinggal di sana untuk memahami permasalahannya dari dalam dan mengamatinya. Ada surat indah yang ditulis Romo [Jendral] Arrupe kepada Pusat Penelitian dan Bantuan Sosial untuk mengentaskan kemiskinan. Beliau menuliskannya dengan jelas bahwa kita tidak pantas membicarakan kemiskinan apabila tidak pernah mengalami kemiskinan, dengan bersentuhan langsung di kawasan di mana ada kemiskinan. Istilah penyisipan sesungguhnya bahaya karena telah dijadikan mode oleh beberapa agama. Bahaya dapat terjadi karena kurangnya discernment. Namun demikian hal ini sangat penting.” Pemahaman Diri Manusia Saya bertanya kepada Paus tentang perubahan dahsyat yang terjadi dalam masyarakat dan cara manusia menginterpretasikan ulang dirinya. Ketika ditanya, beliau bangkit untuk mengambil brevir [buku doa harian] dari mejanya. Brevir itu dalam bahasa Latin dan tampak sudah lusuh karena sering digunakan. Beliau membuka Bacaan untuk hari Jumat ke 27 Minggu Biasa dan lalu membacakan satu kutipan yang diambil dari Commonitorium Primum oleh Santo Vincensius dari Lerins: “Bahkan dogma dari agama Kristiani hendaknya mengikuti hukum ini, yang dikonsolidasi selama bertahuntahun, dikembangkan sepanjang waktu dan diperdalam oleh zaman.” Paus melanjutkan komentarnya: “Santo Vinsensius dari Lerins membuat perbandingan antara perkembangan biologis seorang manusia dan penyebaran iman yang semakin kuat oleh perkembangan zaman. Di sini, pemahaman manusia akan dirinya berubah karena waktu dan tingkat kesadarannya juga semakin mendalam. Misalnya saja di masa lalu perbudakan diterima dan hukuman mati diizinkan tanpa masalah sama sekali. Dengan demikian kita bertumbuh dalam kebenaran. Para ahli tafsir dan teolog membantu gereja untuk menjadi semakin dewasa dalam kebijaksanaannya. Juga ilmu pengetahuan lainnya dan perkembangan yang dicapainya ikut membantu gereja untuk memahami dengan “Kawasan frontir banyak. Marilah kita berpikir lebih baik. Ada berbagai aturan dan ajaran gerejani tentang biarawati yang tinggal di rumah sakit. yang tadinya efektif tetapi kini telah kehilangan nilai Mereka tinggal di frontir. Saya diselamatkan karena dan maknanya. Pandangan tentang ajaran gereja salah satu dari rumah sakit ini. Ketika saya men- sebagai monolit untuk mempertahankan [diri] derita sakit paru-paru di rumah sakit, dokterku tanpa suatu nuansa atau pemahaman yang berbeda memberi penisilin dan streptomisin dalam dosis adalah keliru.” tertentu. Rupanya suster yang bertugas merawat“Pada akhirnya, dalam setiap zaman, manusia ku menambahkan dosisnya menjadi tiga kali lipat mencoba memahami dan mengungkapkan dirinya karena dia memang sungguh piawai. Suster tahu dengan lebih baik. Dengan demikian karena waktu, apa yang harus dilakukannya karena dia tinggal ber- manusia berubah cara mempersepsikan dirinya. sama pasien sepanjang hari. Sebaliknya, dokterku Misalnya ada orang yang mengungkapkan dirinya yang termasuk salah seorang dokter yang baik, ting- dengan memahat ‘Winged Victory of Samothrace,’ gal di laboratorium, sementara suster itu tinggal di sedang yang lainnya Caravaggio, Chagall dan sebafrontir dan berdialog dengannya setiap hari. Menji- liknya masih berpegang pada Dali. Ekspresi kebenakkan frontir berarti membahasnya dari kejauhan, naran dapat terungkap dalam berbagai bentuk, yang mengunci dirimu dalam laboratorium. Laboratori- tentu penting [diketahui] untuk penyebaran Injil di um adalah berguna, tetapi refleksi bagi kita hendak- sepanjang masa.” nya bermula dari pengalaman nyata.” 17 Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013 “Manusia terus mencari dirinya, dan tentu saja, dalam pencariannya itu mereka bisa membuat kesalahan. Gereja telah mengalami saat-saat brilian, misalnya dengan lahirnya Thomas Aquinas. Namun demikian ada pula saat di mana gereja menurun dalam daya pikirnya. Karenanya, kita tidak boleh mencampuradukkan kegeniusan Thomas Aquinas dengan saat terjadinya kemerosotan penulisan aliran Thomis. Sayang sekali, saya belajar teologi berdasarkan buku yang sebagaian besar ditulis pada masa kemerosotan dan kebangkrutan aliran Thomasisme. Oleh karena itu, dalam memikirkan soal manusia, hendaknya gereja terus berupaya berpegang pada pemikiran cemerlang dan bukan kemerosotannya.” antara jam 7-8, saya bersujud di depan Sakramen Maha Kudus selama sejam dalam beradorasi. Saya berdoa dalam batin ketika menunggu giliran periksa di dokter gigi atau pada kesempatan lain hari itu.” “Berdoa bagiku selalu penuh penyadaran, penemuan kembali atas pengalaman hidupku atau apa yang telah Allah lakukan bagi gereja-Nya atau khususnya dalam suatu paroki tertentu. Bagiku penyadaran sebagaimana yang Santo Ignasius katakan dalam Minggu Pertama dari Latihan Rohani, yaitu ketika menjumpai Kristus Tersalib yang sungguh mencinta. Saya bertanya kepada diriku sendiri: ‘Apakah yang telah kulakukan pada Kristus? Apakah saya sedang melakukan suatu karya bagi Kris“Kapankah formulasi tus? Apa yang harus saya sebuah pemikiran sudah lakukan bagi Kristus?’ Inilah menjadi usang? Kala pemisuatu penyadaran atas apa kiran itu kehilangan panyang oleh Santo Ignasius dangannya tentang manusia sebut sebagai ‘Kontemplasi atau kala dirinya menjadi untuk Mengalami Cinta Ilahi,’ takut pada manusia atau yaitu ketika dia meminta kita ketika terperdaya olehnya untuk merenungkan kembali sendiri. Keterperdayaan segala bakat dan anugerah pemikiran dapat dilihat yang telah kita terima. Tetamisalnya ketika Ulysses pi lebih dari segalanya, saya menemukan nyanyian Siren, juga menyadari bahwa Allah atau ketika Tannhäuser ‘Seorang nenek berdoa rosario,’ karya Paul Cezanne (1895) selalu mengingat diriku. Saya dalam suatu pesta pora yang bisa saja lupa akan Diri-Nya, dipenuhi nafsu, atau sebagai Parsifal, dalam babak tetapi saya tahu bahwa Dia tidak akan pernah melukedua dari opera Wagner, dalam istana Kling- pakan diriku. Penyadaran mempunyai peranan yang sor. Oleh karena itu gereja hendaknya kembali ke fundamental dalam hati seorang Yesuit: penyadaran pemikiran yang genius dan memahami dengan atas anugerah, penyadaran sebagaimana tertulis lebih baik tentang bagaimana manusia kini mema- dalam kitab Ulangan, penyadaran atas karya Allah hami dirinya. Semuanya ini perlu kita lakukan demi yang menjadi basis dari perjanjian antara Allah dan mengembangkan dan memperdalam ajaran gereja.” manusia. Penyadaran inilah yang menjadikan diriku sebagai Putera-Nya dan sekaligus menjadikan diriDoa ku sebagai seorang romo pula.” Saya bertanya kepada Paus Fransiskus tentang Antonio Spadaro, S.J., adalah editor utama La Civiltà Cattolica, jurnal dipublikasikan di Roma oleh Serikat Yesus sejak tahun cara beliau berdoa. “Saya berdoa brevir setiap pagi. Saya menyukai berdoa dengan Mazmur. Kemudian, saya merayakan Misa. Saya berdoa rosario. Apa yang paling saya sukai adalah adorasi di malam hari, bahkan ketika saya terganggu dan berpikir tentang banyak hal, atau bahkan mengantuk dalam doa. Di malam hari, 18 Warta KKIH Edisi Khusus Oktober 2013 1850. Para peterjemah ke dalam bahasa Inggris: Massimo Faggioli, Sarah Christopher Faggioli, Dominic Robinson, S.J., Patrick J. Howell, S.J., dan Griffin Oleynick. Teks versi bahasa Inggris telah diterbitkan di America Magazine atau silakan klik http://www.americamagazine.org/popeinterview