BAB I - Universitas Sebelas Maret

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Berdasarkan penelitian Fauzi (2004), dari tujuh dimensi tanggung
jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR), kinerja
lingkungan dan permasalahan internasional dipandang signifikan. Kedua
dimensi tersebut memberikan kontribusi kepada hubungan antara CSR
composite dan kinerja keuangan. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan
penelitian Mahoney dan Robert (2003), sehingga hasil dari kedua penelitian
tersebut sangat mendukung konsep triple bottom lines yang menyajikan
pelaporan ekonomi, sosial, dan kinerja lingkungan. Dalam konsep CSR,
perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada
single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan
dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tanggung jawab perusahaan
harus berpijak pada triple bottom lines. Di sini bottom lines lainnya, selain
keuangan adalah sosial dan lingkungan.
Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh
secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila
perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah
menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar muncul ke permukaan
terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan lingkungan hidup.
2
Kesadaran tentang pentingnya mempraktekkan CSR ini menjadi tren
global, seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global
terhadap produk-produk yang ramah lingkungan, dan diproduksi dengan
memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak asasi manusia
(HAM). Sebagai contoh, boikot terhadap produk sepatu Nike oleh warga di
negara Eropa dan Amerika Serikat terjadi ketika pabrik pembuat sepatu Nike
di Asia dan Afrika diberitakan mempekerjakan anak di bawah umur.
Tren global lainnya dalam pelaksanaan CSR di bidang pasar modal
adalah penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan
yang telah mempraktikkan CSR. Sebagai contoh, New York Stock Exchange
memiliki Dow Jones Sustainability Index (DJSI) bagi saham-saham
perusahaan yang dikategorikan memiliki nilai corporate sustainability dengan
salah satu kriterianya adalah praktek CSR. Menghadapi tren global tersebut,
sudah saatnya perusahaan melihat serius pengaruh dimensi sosial, ekonomi,
dan lingkungan dari setiap aktivitas bisnisnya, serta melaporkan kepada
stakeholder-nya setiap tahun.
Perusahaan tentunya juga memiliki peran dan tanggung jawab sosial
bagi lingkungan disekitarnya. Dalam model stakeholder theory yang
dikemukakan oleh Ullmann (dalam Kent, 2000), dinyatakan bahwa
kesuksesan perusahaan tidak hanya terletak pada kemampuannya dalam
membangun hubungan yang baik dengan pemegang saham (shareholder) saja,
akan tetapi perusahaan juga perlu membangun hubungan yang baik dengan
3
individu, masyarakat, dan lingkungan sebagai stakeholder dalam pembuatan
keputusan perusahaan.
Donaldson dan Preston dalam Fauzi (2004) menjelaskan dua model
yang menggambarkan keberadaan suatu perusahaan, yaitu: model input-output
dan model stakeholder. Pada model input-output, sebuah perusahaan dianggap
berdiri karena adanya kontribusi dari para pemegang saham, investor,
pemasok, karyawan, dan konsumen. Pemegang saham dan investor
menyediakan dana bagi perusahaan agar dapat memperoleh sumber daya yang
diperlukan untuk kegiatan operasinya, pemasok akan menyediakan bahan
baku untuk proses produksi, karyawan akan memberikan jasanya untuk
memproses bahan baku dan bahan lainnya dengan kompensasi yang telah
disepakati, lalu konsumen akan memberikan uang dengan membeli barang
atau jasa dari perusahaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam model input-output
ini dapat digambarkan sebagai berikut ini.
Pemegang saham
atau investor
Pemasok
Perusahaan
Karyawan
Gambar I.1
Model Input-Output
Konsumen
4
Implikasi dari model ini yaitu, jika terdapat pihak lain yang
mempengaruhi perusahaan namun bukan merupakan bagian dari model, maka
pihak tersebut tidak akan dipertimbangkan di dalam sistem maupun sub sistem
perusahaan. Oleh karena hanya sebagian dari keseluruhan sistem dan sub
sistem sajalah yang dipertimbangkan, keputusan yang dibuat hanya
berdampak pada sebagian pihak, yang mengakibatkan kinerja sosial
perusahaan pada model ini sangatlah rendah.
Pada model stakeholder, pihak-pihak yang diperhatikan oleh
perusahaan bukan hanya mereka yang terlibat dalam model pertama saja,
tetapi juga pihak atau kelompok lain dalam masyarakat. Frederick et.al (1992)
mengelompokkan pihak-pihak tersebut ke dalam dua kategori: stakeholder
primer dan stakeholder sekunder. Stakeholder primer adalah mereka yang
secara langsung mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan yang dibuat
oleh perusahaan. Kategori ini mencakup pemasok, karyawan, investor, dan
konsumen. Stakeholder sekunder adalah mereka yang berada di dalam
masyarakat dan dipengaruhi oleh keputusan perusahaan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Stakeholder sekunder terdiri dari masyarakat lokal,
publik, kelompok bisnis, media, kelompok aktivis sosial, pemerintah asing,
serta pemerintah pusat dan daerah. Konsekuensi bagi perusahaan adalah setiap
keputusan yang diambil oleh perusahaan harus memuaskan kepentingan
stakeholder pimer dan sekunder. Oleh karena itu, kinerja sosial perusahaan
pada model stakeholder ini lebih baik daripada model input-output. Model
stakeholder dapat digambarkan sebagai berikut ini.
5
Aktivis
sosial
Investor
Pemerintah pusat
dan daerah
Pemerintah
asing
Pemasok
Karyawan
Media
Kelompok
lain
Konsumen
Masyarakat
lokal
Gambar I.2
Model Stakeholder Sekunder
Model stakeholder diatas menunjukkan bahwa perusahaan perlu
memperhatikan individu, masyarakat, dan lingkungan dalam mengambil
keputusan, jika tidak, akan muncul permasalahan yang ditimbulkan oleh
berbagai
komponen
stakeholder
tersebut.
Perusahaan
juga
harus
mengeluarkan biaya agar dapat menerapkan model ini.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat banyak
komponen yang membentuk stakeholder suatu perusahaan. Masing-masing
dari komponen tersebut memiliki kepentingan dan kekuatan sendiri-sendiri
untuk mempengaruhi perusahaan. Dalam beberapa kasus, mereka melakukan
koalisi untuk memaksa perusahaan memenuhi keinginan mereka. Mereka
mengharapkan perusahaan memenuhi kinerja tertentu, yaitu kinerja ekonomi
dan sosial.
6
Pemahaman manajer
akan konsep
stakeholder
bukan berarti
memberikan jaminan bahwa kinerja perusahaan akan sesuai dengan yang
diharapkan para stakeholder. Jurang pemisah (gap) akan selalu muncul antara
harapan stakeholder dengan apa yang sesungguhnya terjadi. Masalahnya
adalah perbedaan tiap perusahaan dalam merespon gap tersebut.
Ada beberapa cara perusahaan merespon gap tersebut. Cara yang
pertama adalah, perusahaan memberikan respon terhadap permasalahan
stakeholder secara sukarela. Dalam kondisi ini, perusahaan memiliki nilai dan
keyakinan bahwa memberikan respon terhadap gap yang ada merupakan
tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR). Cara
yang kedua adalah perusahaan harus dipaksa oleh para stakeholder untuk
merespon gap tersebut. Perundang-undangan dapat menjadi suatu cara
alternatif untuk memaksa perusahaan merespon gap yang muncul.
Secara ringkas, cara perusahaan dalam merespon gap antara apa yang
diharapkan stakeholder dari kinerja perusahaan dan bagaimana kinerja
perusahaan sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi dua. Secara sukarela
(voluntary CSR) dan secara paksa (involuntary CSR) dimana perusahaan perlu
mendapatkan tekanan dari pihak stakeholder dan perundang-undangan.
Perusahaan bertanggung jawab untuk menginformasikan kinerjanya
kepada para stakeholder. Tidak seperti kinerja keuangan yang memiliki
standar tertentu dalam bentuk pelaporan keuangan, tidak ada bentuk baku dari
cara pelaporan kinerja sosial. Kinerja sosial perusahaan direfleksikan dalam
kebijakan-kebijakan yang merupakan respon tanggung jawab sosial dari
7
perusahaan tersebut. Cara pengimplementasian tanggung jawab sosial tersebut
berbeda antara satu perusahaan dengan lainnya. Menurut Tsoutsoura (2004),
perbedaan tersebut tergantung dari beberapa faktor seperti: ukuran perusahaan,
industri yang terlibat, kebudayaan bisnis perusahaan, keinginan stakeholder,
dan seberapa pesat perkembangan yang terjadi pada perusahaan ketika
menerapkan tanggung jawab sosial.
Menurut Bernhut dalam Itkonen (2003), terdapat beberapa alasan
mengapa perusahaan tidak bertanggung jawab secara sosial. Pertama,
perusahaan tidak memiliki motivasi ekonomi jika perusahaan lain tidak
melakukan tindakan yang bertanggung jawab secara sosial. Kedua, tidak ada
manajer yang tertarik dengan permasalahan sosial. Dan ketiga, perusahaan
tidak menempatkan tanggung jawab sosial sebagai bagian dari sistem nilai
mereka. Pada waktu yang bersamaan, CSR menjadi lebih penting daripada
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena manusia dapat berkomunikasi dengan
siapapun secara universal, sehingga apabila stakeholder dikecewakan oleh
perusahaan dalam masalah sosial, isu tersebut akan menyebar dengan cepat
dan memberi dampak yang negatif terhadap perusahaan.
Akhir-akhir ini, didalam masyarakat Indonesia timbul suatu pendapat
bahwa perusahaan manufaktur memiliki kinerja sosial yang lebih buruk
dibandingkan dengan perusahaan jasa. Hal itu semakin diperkuat dengan dua
kasus yang belakangan ini muncul pada perusahaan manufaktur, yakni kasus
PT. Newmont di Sulawesi Utara dan PT. Freeport di Papua.
8
Kasus Freeport adalah sebuah kasus perusahaan pertambangan yang
beroperasi di provinsi Papua, tepatnya di Timika, yang dampaknya
menimbulkan masalah kerusakan lingkungan dan pelanggaran HAM. Dalam
kasus tersebut rakyat melakukan perlawanan karena kehadiran perusahaan
tambang itu bukannya membawa kesejahteraan nyata bagi kehidupan
masyarakat Papua khususnya suku Amungme yang wilayahnya menjadi lokasi
eksploitasi, namun juga karena hadirnya perusahaan itu malah hanya
menciptakan krisis sosial serta pengrusakan dan percemaran lingkungan.
Kasus lain pada PT Newmont yang mengakibatkan kerusakan lingkungan
hidup akibat operasi tambang perusahaan di teluk buyat, Sulawesi Utara.
Kedua kasus perusahaan manufaktur tersebut semakin menguatkan opini
masyarakat bahwa kinerja sosial perusahaan manufaktur lebih buruk daripada
kinerja sosial perusahaan non-manufaktur.
Namun sebelum mengeluarkan pendapat yang akhirnya membentuk
suatu opini umum bahwa kinerja sosial perusahaan manufaktur lebih buruk
dibandingkan perusahaan non-manufaktur, masyarakat tidak melihat lebih
dalam dan luas lagi, sehingga pendapat tersebut berkesan diambil tanpa dasar
yang jelas dan kuat. Memang harus diakui bahwa perusahaan manufaktur
memang membuang limbah baik limbah padat, cair, maupun gas yang
jumlahnya jauh lebih besar dan berbahaya daripada perusahaan jasa, namun
semakin tinggi tingkat potensi pencemaran yang ditimbulkan, usaha untuk
menanggulanginya pasti juga semakin besar. Namun semakin besar sebuah
perusahaan, semakin besar pula produksinya, sehingga pencemaran yang
9
ditimbulkan juga semakin besar, tidak peduli seberapa tinggi usaha
perusahaan tersebut dalam menanggulangi pencemaran yang ditimbulkannya.
Dalam kasus perusahaan non-manufaktur, dimana perusahaan tersebut tidak
memproduksi suatu barang apapun, pencemaran yang dihasilkan tetap jauh
lebih kecil dibandingkan perusahaan manufaktur.
Melihat fakta diatas, sepertinya pendapat masyarakat harus diuji
kebenarannya secara analitis, rinci dan menyeluruh. Menarik sekali untuk
mencermati bagaimana praktik pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan
manufaktur dan perusahaan non-manufaktur serta bagaimana kaitan kinerja
sosial perusahaan-perusahaan tersebut dengan kinerja keuangannya. Oleh
karena itu, perlu diadakan penelitian tentang praktik tanggung jawab sosial
mengenai praktik tanggung jawab sosial pada perusahaan manufaktur dan
non-manufaktur, sehingga dapat memberi gambaran jelas dari pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia.
Penelitian ini memfokuskan pada perusahaan manufaktur dan
perusahaan non-manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Dari segi
produk yang dihasilkan, aktivitas industri manufaktur dewasa ini mencakup
berbagai jenis usaha, antara lain yaitu:
1. basic industry and chemicals,
2. miscellaneous industry,
3. consumer goods industry, dan
4. mining.
10
Dari segi produk yang dihasilkan, aktivitas industri non-manufaktur
dewasa ini mencakup berbagai jenis usaha, antara lain yaitu:
1. agriculture,
2. property, real estate and building construction,
3. infrastructure, utilities and transportation,
4. finance, dan
5. trade, services and investment.
B. RUMUSAN MASALAH
Pada penelitian ini akan diteliti praktik corporate social responsibility
oleh perusahaan manufaktur dan non-manufaktur yang ada di Indonesia
sehingga dapat menjawab beberapa pertanyaan mendasar berikut ini.
1. Apakah ada perbedaan kinerja sosial antara perusahaan manufaktur
dengan kinerja sosial perusahaan non-manufaktur?
2. Apakah terdapat keterkaitan antara corporate social responsibility dengan
peningkatan kinerja keuangan perusahaan?
3. Apakah ukuran perusahaan berkorelasi dengan kinerja sosial pada
perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia?
4. Apakah risiko manajemen berkorelasi dengan kinerja sosial pada
perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia?
5. Apakah kepemilikan institusional berkorelasi dengan kinerja sosial pada
perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia?
11
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ini.
1. Menganalisis perbedaan kinerja sosial pada perusahaan manufaktur dan
perusahaan non-manufaktur yang ada di Indonesia.
2. Menginvestigasi hubungan antara kinerja sosial perusahaan dengan kinerja
keuangan antara perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur
di Indonesia.
3. Menguji korelasi antara ukuran perusahaan dengan kinerja sosial pada
perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia.
4. Menguji korelasi antara risiko manajemen dengan kinerja sosial pada
perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia.
5. Menguji korelasi antara kepemilikan institusional dengan kinerja sosial
pada perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini sangat penting, karena akan dapat memberikan
pemahaman yang lebih besar terhadap pelaksanaan corporate social
responsibility, khususnya di Indonesia, serta keterkaitannya antara corporate
social performance dengan kinerja keuangan perusahaan. Secara rinci,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut ini.
1. Dalam bidang akademik, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
pengetahuan akan hubungan antara kinerja sosial perusahaan dan kinerja
keuangan perusahaan untuk memicu penelitian berikutnya.
12
2. Bagi perusahaan, penelitian ini akan sangat berguna dalam meyakinkan
manajemen bahwa perhatian terhadap stakeholders perlu ditingkatkan.
3. Untuk peneliti-peneliti lainnya, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai dasar dan kerangka kerja untuk penelitian lebih lanjut.
E. PENDEKATAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan guna menganalisis apakah terdapat perbedaan
yang signifikan antara kinerja sosial perusahaan manufaktur dan perusahaan
non-manufaktur yang ada di Indonesia dengan melakukan scoring pada
kinerja sosial dan mengukur rasio-rasio keuangan yang mengindikasikan
kinerja keuangan perusahaan.
Aktivitas penelitian praktik tanggung jawab sosial perusahaan
dilakukan dengan metode content analysis dengan menilai dimensi kinerja
sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan.
F. SISTEMATIKA BAB-BAB SELANJUTNYA
Sistematika pembahasan bab-bab selanjutnya dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut ini.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi teori dasar yang melandasi penelitian, perumusan
hipotesis serta penelitian-penelitian terdahulu yang diharapkan
mampu mendukung pokok-pokok permasalahan yang diteliti.
13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini merupakan bagian yang berisi tentang metodologi penelitian
yang akan mengungkap mengenai sejauh mana ruang lingkup
penelitian, variabel penelitian, sumber data, instrumen penelitian,
teknik pengujian data, dan tenik penganalisisan hipotesis.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat analisis terhadap data yang dikumpulkan dan
analisis terhadap pengujian hipotesis.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi yang berisi tentang
kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilaksanakan
serta saran-saran dari peneliti.
14
BAB II
TELAAH PUSTAKA
Terdapat lima key constructs untuk penelitian ini: kinerja sosial
perusahaan (CSP), kinerja keuangan, ukuran perusahaan, risiko manajemen, dan
kepemilikan institusional yang akan dibahas di bagian ini.
A. MODEL KINERJA SOSIAL PERUSAHAAN (CSP)
Kinerja sosial (Corporate Social Performance/CSP) adalah sejauh
mana perusahaan mau dan mampu menjalankan tanggung jawab sosial yang
melekat pada perusahaan sebagai bagian dari anggota masyarakat.
Dalam usahanya untuk memenuhi harapan stakeholder, setiap
perusahaan harus berusaha meningkatkan kinerja sosial perusahaan dari waktu
ke waktu, pada waktu yang sama, kinerja ekonomi/keuangan harus
dikembangkan pula. Satu pertanyaan yang muncul adalah manakah di antara
kinerja sosial dan kinerja keuangan yang sebaiknya didahulukan oleh
perusahaan. Waddock dan Graves dalam Dean (1999) mengemukakan dua
teori untuk menjelaskan pertanyaan tersebut: slack resource theory dan good
management theory. Pada slack resource theory, perusahaan harus memiliki
posisi keuangan yang baik untuk dapat memberikan kontribusi pada kinerja
sosial perusahaan. Dalam melaksanakan kinerja sosial, suatu perusahaan
memerlukan sejumlah dana yang dihasilkan dari kesuksesan kinerja keuangan.
Kesimpulannya, menurut teori ini kinerja keuangan diprioritaskan terlebih
15
dahulu, sedangkan pada good management theory lebih memprioritaskan
kinerja sosial terlebih dahulu. Berdasarkan teori ini, perusahaan yang
dianggap memiliki reputasi yang bagus oleh stakeholders-nya akan membuat
perusahaan lebih mudah meningkatkan kinerja keuangannya (melalui
mekanisme pasar).
Terdapat empat model utama dalam struktur model CSP: 1) Carrol
(1979 dalam Igalens dan Gond), 2). Wartick dan Cochran (1985 dalam Igalens
dan Gond), 3) Wood (1991 dalam Igalens dan Gond), dan 4) Clarkson (1995
dalam Igalens dan Gond). Model dari Carrol mendefinisikan CSP sebagai titik
pertemuan dari tiga dimensi: 1) prinsip tanggung jawab sosial perusahaan
untuk dipahami pada empat tingkatan yang terpisah (ekonomi, hukum, etika
dan kebijaksanaan), 2) jumlah masalah sosial yang dihadapi perusahaan
(contohnya diskriminasi sosial, dan lain-lain), dan 3) philosophy underlying its
responses, yang tersusun melalui rangkaian kesatuan menurut antisipasi
perusahaan seperti masalah-masalah penyangkalan kebohongan yang menjadi
tanggung jawab perusahaan secara keseluruhan. Wartick dan Cochran (dalam
Igalens dan Gond, 1985) mengadopsi dan memperbaiki model ini, merangkai
kembali dimensi akhir dengan pergantian manajemen strategik dari
pembelajaran masalah-masalah sosial seperti kerangka analitis yang
memungkinkan untuk menspesifikasi dimensi “Masalah-Masalah Sosial
Manajemen”.
Model dari Wood (2005 dalam Igalens dan Gond) mengusulkan model
CSP yang diperbaharui yang menjadi ukuran yang ada dalam susunan
16
pengembangan teoritis (Garde dan Wokutch, 1998 dalam Igalens dan Gond).
Sesuai dengan penelitian sebelumnya, dia mendefinisikan CSP sebagai
“sebuah konfigurasi organisasi bisnis dari prinsip tanggung jawab sosial,
proses kepekaan sosial, kebijakan-kebijakan, dan program-program, yang
menampakkan hasil yang menjelaskan hubungan sosial perusahaan” (Wood,
1991, p. 693 dalam Igalens dan Gond). Orientasi ke dua didasarkan pada
penelitian pragmatik tentang sulitnya memahami CSP dengan menggunakan
tipologi terdahulu, dan menganjurkan menggunakan Stakeholder Theory
sebagai kerangka model CSP yang didefinisikan sebagai kemampuan
perusahaan untuk mengatur stakeholders-nya dengan jalan memuaskan
mereka (Clarkson, 1995 dalam Igalens dan Gond). Igalens dan Gond (2005)
meringkas model-model tersebut seperti dalam tabel berikut ini.
Tabel II.1
Empat Model CSP
Pengarang
Definisi CSP
Carrol
Artikulasi dan interaksi antara
(1979)
(a) kategori yang berbeda dari
tanggung jawab sosial, (b)
masalah khusus yang
berhubungan dengan tanggung
jawab sosial, dan (c) the
philosophies of the answers.
Wartick
dan
Cochran
“Berdasarkan interaksi antara
prinsip-prinsip tanggung jawab
sosial, proses dari kepekaan
Dimensi-dimensi CSP
Definisi dari tanggung jawab
sosial perusahaan.
Tingkatannya: ekonomi, hukum,
etika, kebijaksanaan.
Philosophy of Responsiveness.
Stances: responsive, defensive,
accomodative, proactive.
Social Issues involved.
Contoh: consumerism,
lingkungan, diskriminasi,
keamanan produk, keamanan
pada kerja, shareholding.
Corporate Social
Responsibilities.
Levels: ekonomi, hukum, etika,
17
(1985)
Wood
(1991)
Clarkson
(1995)
sosial dan kebijakan yang
dikembangkan sebagai
pemecahan masalah sosial”
(p.758).
“Konfigurasi organisasi bisnis
dari prinsip tanggung jawab
sosial, proses kepekaan sosial
dan kebijakan, programprogram, dan hasil yang
nampak seperti mereka
menghubungkan tanggung
jawab sosial perusahaan”
(p.693).
Kemampuan untuk mengatur
dan memuaskan stakeholders
perusahaan.
kebijaksanaan.
Corporate Social
Responsiveness.
Stances: responsive, defensive,
accomodative, proactive.
Social Issues Management.
Pendekatannya: identifikasi,
analisis, respon.
Prinsip tanggung jawab sosial.
Levels: institusi, organisasi dan
individu.
Process of Corporate Social
Responsiveness.
Includes: penilaian lingkungan
dan analisis stakeholder,
manajemen, masalah-masalah
manajemen.
Model ini mengidentifikasi
masalah-masalah khusus untuk
masing-masing kategori
stakeholder yang membedakan:
a. Karyawan.
b. Pemilik/Shareholders.
c. Konsumen, pemasok.
d. Negara.
e. Stakeholders.
f. Pesaing.
(Dikutip dari Windradini, 2005)
B. PENGUKURAN CSP (Corporate Social Performance)
Tidak seperti kinerja ekonomi, kinerja sosial sulit diukur. Oleh karena
itu beberapa penelitian terdahulu mencoba menginvestigasi hubungan antara
kinerja sosial perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan dengan
menggunakan berbagai metode pengukuran. Beberapa pengukuran yang
digunakan meliputi: delapan atribut reputasi (sering disebut Fortune measure),
18
lima aspek yang memfokuskan pada stakeholder kunci dan tiga variabel
penekanan (KLD measure), pengukuran kuantitatif pada aspek lingkungan
(TRI measure), aspek kuantitatif dari kedermawanan perusahaan (Company
philanthropy measure), dan enam pengukuran sosial pada konsumen,
karyawan, masyarakat, lingkungan, minoritas, dan stakeholder yang bukan
warga Amerika Serikat (atau disebut juga best corporate citizen).
19
Tabel II.2
Beberapa Pengukuran CSR yang Digunakan Dalam Penelitian
Terdahulu
Pengukuran
Fortune
Dimensi
Delapan atribut
reputasi
Penilaian
Analis keuangan,
eksekutif senior, dan
manajer dari luar
perusahaan
Sumber
Griffin dan Mahon,
1997
KLD
Lima atribut berfokus
pada hubungan
dengan key
stakeholder, dan tiga
atribut lainnya
berkaitan dengan
tekanan pihak luar.
Pengukuran
kuantitatif atas
kemungkinan
terjadinya
pencemaran
lingkungan terhadap
air, tanah, dan
pembuangan limbah
berbahaya
Pengukuran
kuantitatif atas sikap
dermawan
perusahaan
Pihak eksternal
Waddock dan
Graves, 1997
Tidak memerlukan
penilaian pihak luar,
perusahaan
bersangkutan yang
akan memberikan
data
Griffin dan Mahon,
1997
Tidak memerlukan
penilaian pihak luar,
perusahaan
bersangkutan yang
akan memberikan
data
Penelitian investasi
sosial perusahaan
Griffin dan Mahon,
1997
TRI
Corporate
Philantrophy
Best
Corporate
Citizen
Rata-rata return
perusahaan selama
tiga tahun dan enam
pengukuran sosial:
pengaruh perusahaan
terhadap customer,
karyawan,
masyarakat,
lingkungan, minoritas
dan stakeholder non
Amerika
(Dikutip dari Setiawati, 2005)
Murphy, 2002
20
Dalam penelitian mengenai kinerja sosial dan lingkungan dan
hubungannya dengan kinerja keuangan dan kepemilikan institusional,
Mahoney dan Roberts (2003) mengembangkan pengukuran kinerja sosial yang
terdiri dari tujuh variabel, antara lain persoalan masyarakat, keberagaman di
tempat kerja, hubungan dengan karyawan, kinerja lingkungan, masalah
internasional, produk dan praktik bisnis, serta variabel lain mengenai
kompensasi, kerahasiaan, dan kepemilikan perusahaan.
Penelitian
terdahulu
menerapkan
pengungkapan
sosial
(social
disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan sebagai proxy dari pengukuran
tanggung jawab sosial perusahaan (Waddock dan Graves dalam Itkonen,
2003). Thomas dan Kenny (1997) dalam Fauzi (2004) melakukan penelitian
mengenai pelaporan lingkungan dengan menggunakan indeks lingkungan
yang diperoleh dari pengungkapan lingkungan (environmental disclosure)
dalam laporan tahunan perusahaan. Akan tetapi ada juga yang menggunakan
pendekatan indeks yang diperoleh dari survei data primer, indikator reputasi
perusahaan, atau dengan menggunakan data yang dikeluarkan oleh lembaga
peneliti atau pengukur. Secara ringkas, berbagai metode ini dapat dilihat pada
tabel II.3.
21
Tabel II.3
Beberapa Metode Pengukuran CSP
Tipe
Pengukuran
Analisis
Kandungan
Informasi
dalam
Laporan
Tahunan
Indikator
polusi
Survei
dengan
kuesioner
Ketepatan
terhadap Konsep
CSP
Pengukuran ini
lebih simbolik
daripada substantif
dan tidak ada
referensi atas
dimensi-dimensi
yang dibangun di
dalamnya
Hanya mengukur
pada salah satu
dimensi saja (aspek
lingkungan)
Karakteristik/
Permasalahan
Sumber
Pengukurannya
subjektif dan dapat
dengan mudah
dimanipulasi
Oleh Perusahaan
Pengukurannya
objektif akan tetapi
tidak aplikatif untuk
berbagai tipe
perusahaan
Pengukuran
perseptual yang dapat
dimanipulasi
Oleh
entitas eksternal
perusahaan
Tergantung pada
apakah pengukuran
telah disugestikan.
Dapat diandalkan
kesesuaiannya
dengan konsep,
akan tetapi persepsi
responden
memainkan
peranan penting
dalam pengukuran
Indikator
Overlap dengan
Pengukurannya
Reputasi
reputasi
perseptual.
Perusahaan
perusahaan. Dapat Adanya Hallo Effects
digunakan
mengukur CSP
secara menyeluruh,
akan tetapi masih
ambigu
Data yang
Pengukuran
Tergantung pada
dihasilkan
multidimensi,
mode operasional,
oleh
kehandalan model
Adanya Hallo Effects
lembaga
tergantung pada
peneliti
mode operasional
dan benchmarks
yang digunakan
(Igalens dan J.P. Gond; dalam Setiawati, 2005)
Oleh
peneliti yang
menggunakan
kuesioner untuk
mengumpulkan
informasi secara
langsung dari
perusahaan
Oleh
entitas eksternal
perusahaan
Oleh
entitas eksternal
perusahaan
22
Karena alasan kelengkapan, dan menerapkan tiap komponen CSR
yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan, penelitian kali ini
menggunakan pengukuran tanggung jawab sosial perusahaan yang memakai
content analysis dari laporan tahunan perusahaan yang dikembangkan oleh
Mahoney dan Roberts (2003).
Menurut Kent (2000), alasan lain penggunaan laporan tahunan sebagai
proxy analisis pengungkapan kinerja sosial perusahaan yang diungkapkan
beberapa peneliti adalah sebagai berikut ini.
1. Merupakan media komunikasi utama perusahaan dengan investor dan
digunakan (biasanya) secara luas oleh perusahaan untuk mengungkapkan
CSR (Rockness, 1985; Wiseman, 1982).
2. CSR terkadang dianggap bertentangan dengan tujuan ekonomis oleh
sebagian pemegang saham karena dianggap menghabiskan biaya, terlebih
lagi apabila harus mengeluarkan biaya lagi untuk mengungkap dan
melaporkan aktivitas CSR perusahaan, maka pengungkapan dalam laporan
tahunan akan dapat mengurangi biaya (Gray, Kohuy, Lavers,1995).
3. Jenis informasi yang paling sering diminta oleh pressure groups atau
secondary stakeholder adalah berupa laporan tahunan (Tilt, 1994).
4. Laporan tahunan adalah salah satu atau satu-satunya media komunikasi
yang telah diperiksa manajemen dan tidak berisiko memberikan salah
interpretasi dan distorsi jurnalistik sebagaimana bila menggunakan media
pers (Guthrie dan Parker, 1989).
23
C. KINERJA KEUANGAN
Pada
dasarnya,
tanggung
jawab
manajemen
adalah
untuk
meningkatkan kinerja keuangan. Komponen-komponen dari stakeholder
seperti investor, kreditur, dan karyawan sangat memperhatikan tingkat kinerja
keuangan
karena
semakin
tinggi
kinerja
keuangan
akan
semakin
meningkatkan kemakmuran stakeholder. Berdasarkan slack resource theory
(Waddock dan Graves pada Dean, 1999), peningkatan kinerja keuangan
membuat perusahaan memiliki lebih banyak kesempatan untuk meningkatkan
kinerja sosial pada semua aspek.
Terdapat berbagai metode pengukuran yang digunakan untuk
menunjukkan kinerja keuangan. Ukuran-ukuran tersebut dibagi dalam tiga
kategori: ROA dan ROE (Waddock dan Graves, 1997 dalam Mahoney dan
Roberts, 2003); profitability in absolute term (Cowen, Ferrari, dan Parker,
1987 dalam Stanwick dan Stanwick, 1987); dan multiple accounting
berdasarkan pengukuran dengan indeks keseluruhan menggunakan skor 0-10
(Moore, 2001). Penggunaan skor 0-10 untuk mendapatkan overall index dari
kinerja keuangan menimbulkan masalah obyektivitas dalam proses pemberian
skor dan validitas hasil akhir dari indeks. Penelitian ini menggunakan
pengukuran yang digunakan oleh Mahoney dan Roberts (2003), yaitu
mengukur ROA dan ROE.
Menurut Itkonen (2003), hubungan antara tanggung jawab sosial
perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan dapat berupa hubungan positif,
netral, dan negatif. Tapi kebanyakan hasil penelitian mengindikasikan adanya
24
hubungan positif dan hanya sedikit yang menghasilkan hubungan negatif
(Itkonen, 2003).
D. UKURAN PERUSAHAAN
Menurut Waddock dan Graves (1997) pada Itkonen (2003), terdapat
dukungan bukti bahwa perusahaan-perusahaan besar lebih bertanggung jawab
secara sosial dibandingkan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil.
Perusahaan-perusahaan besar mendapatkan perhatian lebih banyak dari
kelompok stakeholder eksternal daripada perusahaan-perusahaan yang lebih
kecil dan sebagai konsekuensinya, mereka perlu lebih memperhatikan
stakeholder eksternalnya (Waddock dan Graves, 1997 dalam Itkonen, 2003).
Orlitzky (2001) mengungkapkan bahwa CSR dihubungkan dengan ukuran
perusahaan sejak permulaan atau awal pendirian perusahaan. Ketika
perusahaan-perusahaan mulai tumbuh dan menjadi terkenal, perusahaan
tersebut memerlukan tambahan biaya untuk meningkatkan perhatian pada
kinerja sosialnya. Pengukuran company size dalam penelitian ini didasarkan
pada total asset yang dimiliki perusahaan tersebut.
E. RISIKO MANAJEMEN
Beberapa peneliti telah menyelidiki hubungan antara CSR dan risiko
manajemen (Moore, 2001) dalam Itkonen (2003). Moore (2001) dalam
Itkonen (2003) berpendapat bahwa perusahaan yang bertanggung jawab secara
sosial dipertimbangkan sebagai manajemen yang baik dan tidak berisiko. Dan
25
juga, perusahaan yang berisiko kecil lebih berperan dalam aktivitas
pertanggung jawaban sosial. Rumus yang dipakai dalam menentukan risiko
manajemen adalah:
Management Risk = Long term debt
Total asset
x
100%
F. KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL
Investor institusional tidak hanya memiliki kepentingan kuat dalam
kinerja keuangan dimana mereka menginvestasikan uang mereka, tetapi
mereka juga memiliki kepentingan dalam hal strategi, aktivitas dan
stakeholders lain di perusahaan (Fortune, 1993, Gilson dan Kraakman, 1991,
Holdderness dan Sheena, 1998, Pound, 1992, Smith, 1996, Johnson dan
Greening, 1999) dalam Mahoney (2002). Jadi, investor institusional lebih
melihat kepada keuntungan jangka panjang dari keterlibatan perusahaan dalam
kinerja sosial. Pengukuran variabel ini dilakukan oleh banyaknya institusi
yang memiliki saham.
G. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU
1. Stanwick dan Stanwick (1998) melakukan penelitian untuk menguji
hubungan antara kinerja sosial perusahaan dengan tiga variabel
organisasional yaitu ukuran organisasi, kinerja keuangan, dan kinerja
lingkungan. Penelitian tersebut mengambil sampel perusahaan-perusahaan
yang ada di AS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran organisasi,
26
kinerja keuangan, dan kinerja lingkungan mempengaruhi tingkat kinerja
sosial perusahaan.
2. Mahoney dan Roberts (2002) dengan sampel perusahaan-perusahaan di
Kanada, menguji variabel kinerja sosial dan lingkungan perusahaan
terhadap kinerja keuangan dan kepemilikan institusional dengan
menggunakan ukuran perusahaan, financial leverage, dan tipe industri
sebagai variabel moderating. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa
variabel kinerja sosial perusahaan tidak mempengaruhi kinerja keuangan
secara signifikan dan positif.
3. Penelitian D’amorciles dan Trebucq (2002) menggunakan perusahaan
Perancis sebagai sampel meneliti hubungan antara kinerja sosial dan
kinerja keuangan perusahaan. Mereka menggunakan slack resource dan
good management theory yang dikembangkan oleh Waddock dan Graves
dalam Dean (1999) dan memberikan kesimpulan bahwa kinerja sosial dan
kinerja keuangan perusahaan tidak berhubungan secara signifikan.
4. Itkonen (2003) melakukan survei literatur atas hubungan antara tanggung
jawab sosial dan kinerja keuangan perusahaan. Dia menyimpulkan bahwa
hubungan dapat terjadi dalam tiga kondisi: positif, negatif, dan netral;
dimana hubungan positif sebagai suatu kondisi yang dominan. Itkonen
juga meneliti variabel yang akan mempengaruhi hubungan antara
tanggung jawab sosial dan kinerja keuangan perusahaan, yaitu: resiko,
ukuran perusahaan, aktivitas penelitian dan pengembangan, dan tipe
industri.
27
5. Penelitian Tsoutsoura (2004), dengan sampel perusahaan Amerika Serikat
memberikan pemecahan atas masalah yang terus menerus diperdebatkan
mengenai hubungan antara kinerja sosial dan kinerja keuangan perusahaan
dengan menggunakan model dan pengukuran CSR. Dia menemukan
bahwa kinerja sosial memiliki hubungan yang signifikan dan positif
terhadap kinerja keuangan perusahaan.
6. Fauzi (2004) melakukan penelitian dengan sampel perusahaan Amerika
Serikat yang listing di New York Stock Exchange (sampel kecil) dan
dimodifikasi dengan model Mahoney dan Roberts (2002) yang
memasukkan pengaruh interaksi dan menguji hubungan antara tanggung
jawab sosial dengan kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan negatif
antara praktek tanggung jawab sosial dan kinerja keuangan perusahaan.
Penelitian ini juga menemukan bahwa hanya ukuran perusahaan saja yang
dapat menjadi variabel moderasi. Hubungan negatif kemudian dapat
diinterpretasikan sebagai suatu kondisi dimana muncul biaya untuk
meningkatkan tanggung jawab sosial yang nantinya akan menurunkan
kinerja keuangan.
7. Al Khadash (2003) yang melakukan penelitian mengenai pengungkapan
kinerja sosial perusahaan di Jordania yang menguji hubungan antara
kinerja keuangan dengan kinerja sosial menunjukkan hasil bahwa tidak
ada hubungan positif antara kinerja keuangan perusahaan terhadap kinerja
sosial perusahaan.
28
8. Kent dan Chan (2000) yang melakukan pengujian atas implementasi
stakeholder theory pada pengungkapan kinerja sosial perusahaan baik
secara kuantitas maupun kualitas, memberikan hasil dimensi stakeholder
power memperlihatkan hubungan yang signifikan dalam menjelaskan
pengungkapan kinerja lingkungan perusahaan.
29
H. KERANGKA TEORITIS
Berdasarkan
tinjauan
literatur-literatur
yang
telah
dibahas
sebelumnya, kerangka teoritis yang dapat menjadi dasar bagi pengembangan
hipotesis dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar II.1
Kerangka Konseptual Penelitian
CFP
Corporate Social Responsibility
Community
Issues
Diversity in
Workplace
Employee
Relations
Environmental
Performance
International Product and
Business
Practice
Other
30
I. PERTANYAAN PENELITIAN DAN HIPOTESIS
Berdasarkan literature review yang ekstensif, penelitian ini meneliti
lima research questions. Pertanyaan pertama mengenai perbedaan kinerja
sosial antara perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur.
Pertanyaan kedua mengenai korelasi antara kinerja sosial dan kinerja
keuangan. Pertanyaan ketiga, keempat, dan kelima mengenai korelasi CSP
dengan variabel kontrol.
Q1= Apakah ada perbedaan kinerja sosial antara perusahaan manufaktur
dengan kinerja sosial perusahaan non-manufaktur?
Abu Baker (dalam Al Kadhash, 2003) melakukan perbandingan
kinerja sosial antara sektor manufaktur dan jasa yang listing pada Amman
Financial Market (AFM) dan hasilnya menunjukkan adanya perbedaan kinerja
sosial yang signifikan antara sektor industri tersebut. Perusahaan manufaktur
cenderung dinilai lebih memperhatikan aspek kinerja sosialnya dibandingkan
perusahaan non-manufaktur, hal ini disebabkan karena aktivitas perusahaan
manufaktur dalam memproduksi barang mentah hingga menjadi barang jadi
yang otomatis menyebabkan perusahaan manufaktur lebih memperhatikan
dampak dari aktivitas industrinya, contohnya dengan melakukan penanganan
terhadap limbah industri ataupun penanganan polusi yang dijalankan dengan
melakukan analisis dampak lingkungan.
Al Kadhash (2003) menginvestigasi bentuk dari pengungkapan kinerja
sosial dan lingkungan yang fokus pada perusahaan manufaktur di Jordania,
karena perusahaan manufaktur dinilai lebih memperhatikan tanggung jawab
31
sosialnya sehingga perusahaan pada sektor manufaktur lebih banyak
menyediakan pengungkapan kinerja sosial dibandingkan dengan perusahaan
non-manufaktur. Oleh karena itu, concern dari penelitian ini adalah bahwa
terdapat perbedaan kinerja sosial antara perusahaan manufaktur dan nonmanufaktur, dan hipotesis pertama yang akan diuji dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut ini.
H1 : Tidak ada perbedaan kinerja sosial antara perusahaan manufaktur
dengan perusahaan non-manufaktur yang ada di Indonesia.
Q2= Apakah ada keterkaitan antara corporate social responsibility dengan
peningkatan kinerja keuangan perusahaan?
Telah banyak penelitian yang menginvestigasi pengaruh kinerja sosial
perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan, dan hasilnya bervariasi:
positif, netral, dan negatif. Akan tetapi, menurut studi literatur yang dilakukan
oleh Itkonen (dalam Palupi, 2005), kebanyakan penelitian yang ada
menunjukkan hubungan yang positif. Dalam penelitian ini, dirumuskan
hipotesis kedua sebagai berikut ini.
H2 : Kinerja sosial perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
Selanjutnya, penelitian ini juga akan meneliti hubungan antara ukuran
perusahaan, risiko manajemen, serta kepemilikan institusional terhadap
kinerja sosial perusahaan.
Q3= Apakah ukuran perusahaan berkorelasi terhadap kinerja sosial pada
perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia?
32
Beberapa penelitian tentang kinerja sosial telah menggunakan berbagai
variabel kontrol maupun variabel moderasi, namun masih menunjukkan hasil
yang tidak konsisten. Waddock dan Graves (1997) serta Orlitzky (2001)
menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja sosial
perusahaan. Akan tetapi penelitian perusahaan-perusahaan di Indonesia yang
dilakukan Windradini (2005) yang juga meneliti korelasi antara ukuran
perusahaan dengan kinerja sosial perusahaan tidak menemukan adanya
hubungan yang signifikan. Hipotesis ketiga yang akan diuji pada penelitian ini
adalah sebagai berikut ini.
H3 : Ada korelasi antara ukuran perusahaan dengan kinerja sosial pada
perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia.
Pertanyaan penelitian keempat yang hendak dijawab pada penelitian
ini adalah sebagai berikut ini.
Q4= Apakah risiko manajemen berkorelasi terhadap kinerja sosial pada
perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia?
Rahayuningsih (2005) tidak menemukan korelasi antara variabel risiko
manajemen terhadap CSP. Palupi (2005) dan Widyatmoko (2005) juga
menemukan bahwa risiko manajemen tidak dapat memoderasi hubungan CSP
dengan kinerja keuangan perusahaan. Concern dalam penelitian ini adalah
tidak adanya korelasi yang signifikan antara variabel risiko manajemen
dengan CSP. Hipotesis keempat yang akan diuji pada penelitian ini adalah.
H4 : Ada korelasi antara risiko manajemen dengan kinerja sosial pada
perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia.
33
Q5= Apakah kepemilikan institusional berkorelasi terhadap kinerja sosial
pada perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia?
Kent dan Chan (2000) menemukan adanya korelasi antara kepemilikan
institusional dengan kinerja sosial perusahaan. Sedangkan penelitian Palupi
(2005) mengenai hubungan antara kinerja sosial perusahaan dengan
kepemilikan institusional pada perusahaan-perusahaan di Indonesia, tidak
menemukan pengaruh antara tingkat pengungkapan kinerja sosial perusahaan
dengan kepemilikan institusional. Selanjutnya, hipotesis kelima yang akan
diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
H5: Ada korelasi antara kepemilikan institusional dengan kinerja sosial pada
perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia.
34
Tabel II. 4
Hasil Penelitian CSR (Hubungan Positif)
Hubungan
Positif
Worrell,
Davidson III &
Sharma 1991
Preston &
O’Banon, 1997
Waddock &
Graves, 1997
Frooman, 1997
Roman,
Hayibor &
Angle, 1999
Orlitzky, 2001
Orlitzky &
Benjamin, 2001
Ruf et al, 2001
Sampel
Reaksi pasar untuk
pengumuman dari 194
hasil
pembelajaran/penelitian.
Multiple industry, 67
perusahaan besar USA.
Multiple industry, 469
perusahaan.
Pengukuran
CSR
Fortune.
KLD.
Meta-analisis dari 27 event
studied.
Rekonstruksi studi pustaka
dari Griffin dan Mahoney
(1997), 4 pembelajaran
tambahan.
Meta analisis dari 20
pembelajaran.
Meta analisis dari 18
pembelajaran atas
hubungan CSR dan risiko.
Multiple industry 496
KLD.
perusahaan.
Murphy, 2002
S&P 500.
Simpson &
Kohers, 2002
Industry bank, 385 bank.
(Dikutip dari Windradini, 2005)
Control
Variable
Best
Corporate
Citizens.
Community
Reinvestment
Act Rating.
Ukuran
perusahaan,
risiko, industri.
Ukuran
perusahaan.
Ukuran
perusahaan,
industri.
35
Tabel II. 5
Hasil Penelitian CSR (Hubungan Netral)
Hubungan
Netral
Griffin &
Mahon, 1997
Mc. William
& Siegel,
2000
Mc. William
& Siegel,
2001
Sampel
Pengukuran CSR
Industri kimia, 7 Fortune, KLD, TRI,
perusahaan
Philanthropy.
(terdiri studi
pustaka yang
luas).
Multiple industry, KLD.
524 perusahaan.
Studi pustaka,
penambah/dukun
gan dan model
permintaan dari
CSR.
Moore, 2001
Industri
16 pengukuran dari
supermarket U.K, kinerja sosial dan
8 perusahaan.
pengungkapan.
(Dikutip dari Windradini, 2005)
Control Variable
Industri.
Investasi dalam
R&D.
Industri.
Tabel II. 6
Hasil Penelitian CSR (Hubungan Negatif)
Hubungan
negatif
Wright &
Ferris, 1997
Sampel
Pengukuran CSR
Multiple industry,
116 divestments.
Divestments dari
bisnis CSR di Afrika
Selatan.
(Dikutip dari Windradini, 2005)
Control Variable
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis apakah ada perbedaan
kinerja antara perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur yang
ada di Indonesia dengan melakukan scoring atas kinerja sosial dan mengukur
rasio-rasio keuangan yang mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan.
Jenis penelitian ini adalah pengujian hipotesis yang menjelaskan
mengenai sifat hubungan antar variabel.
B. POPULASI DAN PEMILIHAN SAMPEL
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur dan perusahaan non-manufaktur yang listing di BEJ dari tahun
2002-2004.
Tidak semua individu dapat diikutsertakan dalam penelitian.
Penentuan sampel merupakan suatu langkah penting karena akan menentukan
hasil penelitian. Hanya sebagian dari individu tersebut yang memenuhi kriteria
tertentu saja yang dimasukkan sebagai sampel. Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
purposive sampling, yaitu suatu metode pengambilan sampel dengan beberapa
kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria pengambilan sampel tersebut adalah
sebagai berikut ini.
37
a) Perusahaan tersebut merupakan perusahaan manufaktur dan perusahaan
non-manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sekurangkurangnya tiga tahun.
b) Perusahaan menerbitkan Laporan Tahunan dari tahun 2002 hingga 2004
dan dipublikasikan dalam www.jsx.co.id.
Dengan demikian, setiap perusahaan manufaktur dan perusahaan nonmanufaktur di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta minimal selama
tiga tahun dan memiliki laporan tahunan perusahaan pada tahun 2002 hingga
2004 yang terdapat di www.jsx.co.id, maka perusahaan tersebut terpilih
sebagai sampel penelitian.
C. JENIS DAN SUMBER DATA
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Corporate Annual
Reports dari perusahaan yang listing di BEJ, berikut ini adalah sumber
perolehan data.
1.
Laporan tahunan perusahaan 2002-2004, data diperoleh dengan cara
men-download dari www.jsx.co.id.
2.
Skor CSR diperoleh dari hasil content analysis laporan tahunan
perusahaan yang disesuaikan dengan dimensi-dimensi yang terdapat
dalam penelitian Mahoney dan Roberts (2002) dan juga berasal dari
berita elektronik yang diterbitkan pihak internal maupun eksternal
perusahaan.
38
3.
Nilai ROA, diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory
(ICMD).
4.
Nilai ROE, didapatkan dari ICMD.
5.
Kepemilikan institusional diperoleh dari ICMD.
6.
Nilai resiko perusahaan merupakan nilai yang diperoleh dari pembagian
nilai long term debt (utang jangka panjang) dengan total aktiva, dimana
keduanya diperoleh dari ICMD.
D. DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL
1. Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return on Asset
(ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA menunjukkan seberapa banyak
laba bersih yang dapat diperoleh dari keseluruhan aset yang dimiliki oleh
perusahaan. ROA dapat dihitung dengan membagi laba usaha setelah
pajak dengan asset dikalikan dengan seratus persen.
ROE merupakan ukuran kemampuan dari modal sendiri untuk
menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Variabel ini dihitung
dengan membagi laba usaha setelah pajak dengan equity kemudian
dikalikan seratus persen. Variabel ini digunakan untuk mengukur
kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi para
pemegang saham.
39
2. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Penelitian ini menggunakan pendekatan pengukuran kinerja sosial
perusahaan yang digunakan oleh Mahoney dan Roberts (2003) dan
menggunakan tiap-tiap komponen dari tanggung jawab sosial untuk
menentukan pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan
perusahaan (corporate annual report). Variabel ini meliputi permasalahan
masyarakat, keberagaman di tempat kerja, hubungan karyawan, kinerja
lingkungan, permasalahan internasional, produk dan praktek bisnis, dan
variabel lain yang berkaitan dengan kompensasi, kerahasiaan, dan
kepemilikan di perusahaan lain. Komponen dari setiap dimensi tersebut
pada tabel III.1
40
Tabel III.1
Pengukuran Kinerja Sosial Perusahaan yang Diadopsi dari Michael Jantzi
Research Associates, Inc.
Dimension
Strength
Community Issues
Diversity
Workplace
in
Employee Relations
Environmental
Performance
1. Generous giving
2. Innovating giving
3. Community
consultation/engagement
4. Strong aboriginal relationship
1. Strong employment equity
program
2. Woman on board of directors
3. Women in senior management
4. Work/family benefit
5. Minority/women contracting
1. Positive union relation
2. Exceptional benefit
3. Workforce management
policies
4. Cash profit sharing
5. Employee ownership/
involvement
1. Environmental management
strength
2. Exceptional environment
planning and impact
assessment
3. Environmentally sound
resource use
4. Environmental impact
reduction
5. Beneficial product and service
International
1.
2.
3.
4.
Community relations
Employee relations
Environment
Sourcing practices
Product and Business
Practice
1. Beneficial products and
services
2. Ethical business practices
Other
1. Limited compensation
2. Confidential proxy voting
3. Ownership in companies have
Concern
1. Lack of consultation/
engagement
2. Breach of covenant
3. Weak aboriginal relation
1. Lack of employment equity
initiative
2. Employment equity
controversies
1.
2.
3.
4.
Poor union relation
Safety problem
Workforce reduction
Inadequate benefits
1. Environment management
concern
2. Inadequate environmental
planning or impact
assessment
3. Unsound resource use
4. Poor compliance record
5. Substantial emmissions/
dischanges
6. Negative impact of operation
7. Negative impact of product
1. Poor community relations
2. Poor employee relations
3. Poor environmental
management/performance
4. Human rights
5. Burma
6. Sourcing practices
1. Product safety
2. Pornography
3. Marketing practices
4. Illegal business practices
1. Excessive compensation
2. Dual-class share structure
3. Ownership in other
companies
(Diadopsi dari Michael Jantzi Research Associates, Inc.)
41
Prosedur pengumpulan data mengikuti metode yang dilakukan oleh
Michael Jantzi Research Associate (MJRA), sebuah institusi penelitian
yang mempersiapkan dan mengumpulkan informasi tanggung jawab sosial
perusahaan di Kanada dalam bentuk Canadian Social Investment
Database (CSID), sama seperti metode KLD di Amerika Serikat; database
tersebut digunakan oleh Mahoney dan Roberts (2002).
Dengan menggunakan pedoman tersebut di atas, data dari setiap
laporan tahunan perusahaan akan diberikan skor berskala nol sampai
dengan dua untuk kelebihan dan kekurangan tiap komponennya. Skor -2
mengindikasikan komponen yang memiliki tingkat kelemahan yang tinggi
(major concern), skor -1 menunjukkan komponen yang memiliki tingkat
kelemahan yang tidak terlalu tinggi (notable concern), skor 0 menyatakan
tidak ada kelebihan maupun kelemahan (no notable or no major strength
or concern). Skor +1 mengindikasikan komponen yang memiliki tingkat
kelebihan yang mencukupi (notable strength) dan skor +2 menunjukkan
komponen dengan tingkat kelebihan yang tinggi (major strength)
(Mahoney dan Roberts, 2002).
Kemudian
indeks kinerja sosial
perusahaan dihitung dengan cara menjumlahkan setiap skor yang
diperoleh dari setiap perusahaan.
3. Variabel Kontrol
Ada 3 (tiga) pendekatan untuk mengukur ukuran perusahaan dalam
teori ini yaitu total asset (Simerly dan Li, 2001; Moore, 2001; Mahoney
42
dan Robert, 2002; Tsoutsoura, 2004; dan Fauzi, 2004. Penelitian ini
mengikuti aturan yang di gunakan oleh Mohoney dan Robert (2002)
dengan argumentasi bahwa total asset adalah “money machine” untuk
menghasilkan penjualan dan pendapatan. Ditambah untuk hal tersebut,
pengukuran ukuran perusahaan juga mengikuti penelitian dari Al-Khadash
(2003) menggunakan total turnover (penjualan).
Berdasarkan survey literatur, risiko di definisikan sebagai resiko
keuangan/risiko sistematika (misalnya dengan sebuah contoh stabil dari
stock market return) yang lebih mungkin dapat mempercayakan
keterlibatan dengan aktivitas tanggung jawab sosial (Moore, 2001).
Seperti yang digunakan oleh Mahoney dan Robert (2002), variabel
dari kepemilikan institusional diukur oleh banyaknya institusi yang
memiliki saham.
E. METODE ANALISIS DATA
Hipotesis 1 akan diuji dengan menggunakan uji statistik parametrik
untuk menganalisis perbedaan nilai rata-rata (mean) skor kinerja sosial
perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur. Hipotesis 2 akan
diuji menggunakan uji korelasi, untuk mengetahui korelasi antara kinerja
sosial dan kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur dan non-manufaktur.
Hipotesis ketiga, keempat, dan kelima akan diuji dengan menggunakan uji
korelasi parsial. Program SPSS 12.0 akan dijalankan untuk membantu dalam
proses pengolahan data.
43
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kinerja sosial antara
perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia dengan
menggunakan ukuran perusahaan, risiko, dan kepemilikan institusional sebagai
variabel kontrol. Pada bab ini akan diuraikan mengenai deskripsi data, pengujian
hipotesis dan pembahasannya, serta perbandingan dengan penelitian sebelumnya.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 12.0 untuk
sistem operasi Windows.
A. DESKRIPSI DATA
1. Seleksi Sampel
Seleksi sampel hanya difokuskan pada data yang memenuhi syarat,
terdiri dari perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Penelitian ini menggunakan data
sekunder yang bersumber dari laporan tahunan perusahaan yang
dipublikasikan dalam www.jsx.co.id antara tahun 2002-2004. Analisis
yang dilakukan adalah membandingkan kinerja sosial (CSP) antara
perusahaan manufaktur dan non-manufaktur selama tiga tahun. Penelitian
dilakukan untuk mencari perbedaan mean/perbedaan kinerja sosial antara
perusahaan manufaktur dan non-manufaktur serta mencari pengaruh
44
kinerja sosial ini terhadap kinerja keuangan (ROA dan ROE), dan variabel
kontrol.
Data diperoleh berdasarkan kriteria sampel yang telah ditentukan
dan dapat dilihat dalam tabel IV.1, dan IV.2.
TABEL IV.1
JUMLAH SAMPEL PENELITIAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Keterangan
Laporan Tahunan perusahaan manufaktur tahun 2002-2004
yang diperoleh sebagai sampel
Laporan Tahunan perusahaan manufaktur tahun 2002-2004
yang tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sampel
Jumlah Laporan Tahunan perusahaan manufaktur tahun 20022004 yang dapat dijadikan sampel akhir penelitian
Sumber : data yang telah dikumpulkan
Jumlah
149
(34)
115
Sampel laporan tahunan perusahaan manufaktur yang diperoleh
dalam penelitian berjumlah 149 perusahaan diperoleh dari ketersediaan
dan kelengkapan laporan tahunan perusahaan manufaktur. Terdapat 34
(22,82%) laporan tahunan yang tidak lengkap atau tidak memenuhi kriteria
yang ditentukan, sehingga diperoleh sampel akhir laporan tahunan
perusahaan manufaktur sebesar 115 atau sebanyak 77,82% laporan
tahunan
45
TABEL IV.2
JUMLAH SAMPEL PENELITIAN PERUSAHAAN NONMANUFAKTUR
Keterangan
Laporan Tahunan perusahaan non-manufaktur tahun 2002-2004
yang diperoleh sebagai sampel
Laporan Tahunan perusahaan non-manufaktur tahun 2002-2004
yang tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sampel
Jumlah Laporan Tahunan perusahaan non-manufaktur tahun 20022004 yang dapat dijadikan sampel akhir penelitian
Sumber : data yang telah dikumpulkan
Sampel
laporan
Jumlah
359
(43)
316
tahunan perusahaan non-manufaktur
yang
diperoleh dalam penelitian berjumlah 359 perusahaan diperoleh dari
ketersediaan
dan
kelengkapan
laporan
tahunan
perusahaan
non-
manufaktur. Oleh karena itu terdapat 43 (11,98%) laporan tahunan yang
tidak lengkap atau tidak memenuhi kriteria yang ditentukan, sehingga
diperoleh sampel akhir laporan tahunan perusahaan non-manufaktur
sebesar 88,02% atau 316 laporan tahunan.
Sampel akhir laporan tahunan perusahaan baik manufaktur maupun
non-manufaktur yang dapat dianalisis dalam penelitian ini berjumlah 431
perusahaan yang diperoleh dari ketersediaan laporan tahunan perusahaan
Indonesia yang terdapat dalam www.jsx.co.id dari tahun 2002-2004, yang
kemudian dikelompokkan ke dalam dua tipe industri.
46
TABEL IV.3
PENGELOMPOKAN TIPE INDUSTRI
Tipe Industri
A. Manufacture, diberi kode 1:
1. Coal mining
2. Crude petroleum and natural gas production
3. Metal and mineral mining
4. Land or stone quarrying
5. Cement
6. Ceramics, glass, porcelain
7. Metal and allied products
8. Chemicals
9. Plastics and packaging
10. Animal feed
11. Wood industries
12. Pulp and paper
13. Machinery and heavy equipment
14. Automotive and components
15. Textile, garment
16. Footwear
17. Cable
18. Electronics
19. Food and beverages
20. Tobacco manufacturers
21. Pharmaceuticals
22. Cosmetics and household
23. House ware
B. Non-Manufacture, diberi kode 2:
24. Crops
25. Plantation
26. Animal husbandry
27. Fishery
28. Forestry
29. Property and real estate
30. Building construction
31. Energy
32. Toll road, airport, harbor and allied production
33. Telecommunication
34. Transportation
35. Construction
36. Bank
37. Financial institution
38. Securities company
39. Insurance
40. Investment fund or mutual fund
47
41. Wholesale (durable and non durable goods)
42. Retail Trade
43. Restaurant, hotel and tourism
44. Advertising, printing and media
45. Health care
46. Computer and services
47. Investment company
48. Others
2. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian dilakukan untuk mencari mean
dan standar deviasi dari CSR, ROA, ROE, total asset, risiko manajemen,
dan kepemilikan institusional. Hasilnya dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
perusahaan manufaktur dan non-manufaktur di Indonesia. Tabel IV.4
berikut ini menyajikan statistik deskriptif pada perusahaan manufaktur:
Tabel IV. 4
Statistik Deskriptif Perusahaan Manufaktur
Variable
CSR
ROA
ROE
ASSET
RISK
OWN
Mean
6,6000
6,5780
-17,1112
2816725,2
25,0790
2,7044
Standar Deviasi
2,1635
30,0634
426,8060
6887399,5364
29,9652
2,0260
Cases
115
115
115
115
115
115
Dari tabel IV. 4 ini, diketahui bagaimana hasil pengumpulan
sampel yang diolah dengan statistik untuk mengetahui mean dan standar
deviasi dari total sampel pada perusahaan manufaktur sebanyak 115
perusahaan.
48
Total kinerja sosial perusahaan manufaktur mempunyai nilai mean
6,600 sedangkan standar deviasinya 2,163. Nilai mean dan standar deviasi
untuk kinerja keuangan terdiri dari: a). ROA mempunyai mean 6,579 dan
standar deviasi 30,063; b). ROE mempunyai mean -17,111 dan standar
deviasi 426,806. Mean dan standar deviasi bagi variabel lain terdiri dari:
a). Asset mempunyai mean 2816725 dan standar deviasi 6887399,536; b).
Risiko manajemen memiliki mean 25,079 dan standar deviasi 29,965; c).
Kepemilikan institusional memiliki mean 2,704 standar deviasi 2,026.
Pada perusahaan non-manufaktur yang ada di Indonesia juga
diperlakukan sama untuk sampelnya yaitu diolah dengan statistik
deskriptif untuk mencari mean dan standar deviasi tiap-tiap variabel dari
total sampel sebanyak 316 perusahaan. Tabel IV. 5 berikut menunjukkan
statistik deskriptif pada perusahaan non-manufaktur.
Tabel IV. 5
Statistik Deskriptif Perusahaan Non-Manufaktur
Variable
CSR
ROA
ROE
ASSET
RISK
OWN
Mean
3,908
4,361
37,472
5702028
27,2001
3,073
Standar Deviasi Cases
1,780
316
36,866
316
760,684
316
19397955,07
316
25,419
316
2,314
316
Total kinerja sosial perusahaan non-manufaktur mempunyai nilai
mean 3,908 sedangkan standar deviasinya 1,780. Nilai mean dan standar
deviasi untuk kinerja keuangan terdiri dari: a). ROA mempunyai mean
4,361 dan standar deviasi 36,866; b). ROE mempunyai mean 37,472 dan
49
standar deviasi 760,684. Mean dan standar deviasi bagi variabel lain terdiri
dari: a). Asset mempunyai mean 5702028 dan standar deviasi
19397955,07; b). Risiko manajemen memiliki mean 27,2001 dan standar
deviasi 25,419; c). Kepemilikan institusional memiliki mean 3,073 dan
standar deviasi 2,314.
B. ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada analisis hasil akan dijelaskan hasil pengujian H1. Hasil penelitian
dapat dilihat pada lampiran tabel pengujian korelasi parsial dan perbedaan
nilai rata-rata (mean) untuk hipotesis pertama. Selanjutnya akan dijelaskan
hasil pengujian hipotesis pertama berikut ini.
1. Perbedaan mean antara kinerja sosial (CSP) manufaktur dan nonmanufaktur
Pengujian H1 dilakukan dengan analisis Levene’s test yang
mengukur perbedaan mean antara kinerja sosial perusahaan manufaktur
dan non-manufaktur. Hasilnya ditunjukkan pada tabel IV. 6 berikut ini.
Tabel IV.6
Perbedaan Mean antara Perusahaan Manufaktur dan Perusahaan
Non-Manufaktur (T-Test)
Perusahaan
Manufaktur
Mean
6,600
Standar Deviasi
2,163
Keterangan
Tingkat signifikansi = 0,000
Perusahaan nonmanufaktur
3,908
1,780
50
Dari tabel IV. 6 ini diketahui bahwa hasil pengujian H1
menunjukkan terdapat beda mean antara kinerja sosial perusahaan
manufaktur dan non-manufaktur, hal ini ditunjukkan pada tabel IV.6,
sehingga hipotesis 1 tidak diterima (ditolak) karena terdapat perbedaan
mean antara kinerja sosial perusahaan manufaktur dan non-manufaktur.
2. Pengaruh CSP terhadap kinerja keuangan (ROA dan ROE), ukuran
perusahaan, risiko manajemen, kepemilikan institusional
Hipotesis kedua hingga kelima selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan uji korelasi parsial guna mencari pengaruh CSP terhadap
kinerja
keuangan
dengan
menggunkan
variabel
kontrol:
ukuran
perusahaan, risiko manajemen, serta kepemilikan institusional. Hasil
analisis pada bagian ini akan dijelaskan dalam dua bagian, yaitu: 1). Hasil
pengujian sebelum ada variabel kontrol; 2). Sesudah adanya variabel
kontrol. Hipotesis ini lebih difokuskan pada pengujian sesudah adanya
variabel kontrol.
2.1. Hasil pengujian sebelum ada variabel kontrol
a. Hasil pengujian untuk perusahaan manufaktur
Pada bagian ini akan dijelaskan hasil analisis CSP
terhadap
kinerja
keuangan,
ukuran
perusahaan,
risiko
manajemen, dan kepemilikan institusional tanpa variabel
pengontrolnya. Hasil analisis sebelum ada variabel kontrol dapat
diuji pada tabel IV. 7.
51
Dari tabel IV. 7 terlihat bahwa hubungan antara kinerja
sosial dengan kinerja keuangan (ROA dan ROE), risiko
manajemen, kepemilikan institusional, dan ukuran perusahaan
(total asset) sebelum adanya variabel kontrol, tidak mempunyai
hubungan yang signifikan.
Tabel IV. 7 juga menunjukkan hubungan antara
CSR/kinerja sosial dengan risiko yang mendekati signifikan yang
nampak pada hasil dengan tingkat Sig = 0,079.
b. Hasil pengujian untuk perusahaan non-manufaktur
Tabel IV. 8 merupakan ringkasan hasil analisis antara
kinerja sosial dengan kinerja keuangan, ukuran perusahaan,
kepemilikan institusional, dan risiko manajemen sebelum ada
variabel kontrol pada perusahaan non-manufaktur dengan uji
korelasi parsial.
Dari tabel IV. 8 menunjukkan bahwa terdapat 3 hubungan
antara kinerja sosial dengan kinerja keuangan (ROA dan ROE),
ukuran perusahaan (total asset), risiko manajemen, dan
kepemilikan institusional tanpa variabel kontrol yang mempunyai
hubungan yang signifikan, yaitu: a). Hubungan antara ASSET2CSR2 dengan tingkat Sig = 0,000 yang berarti bahwa besarnya
asset yang dimiliki perusahaan berpengaruh terhadap kinerja
sosial perusahaan; b). RISK2-CSR2 dengan tingkat Sig = 0,001
yang berarti bahwa tingkat risiko manajemen berpengaruh
52
terhadap kinerja sosial perusahaan; c). OWN2-CSR2 dengan
tingkat Sig = 0,017 yang berarti bahwa tingkat kepemilikan suatu
perusahaan/besarnya
jumlah
pemegang
saham
memiliki
pengaruh terhadap kinerja sosial perusahaan.
Tabel IV. 8 juga mengungkap beberapa hubungan antara
variabel pengontrol tanpa kinerja sosial yang saling memiliki
hubungan yang signifikan, yaitu: a). Hubungan antara ROE2ROA2 dengan tingkat Sig = 0,000 yang berarti bahwa besarnya
modal yang dimiliki perusahaan berpengaruh terhadap tingkat
investasi perusahaan; b). RISK2-ASSET2 dengan tingkat Sig =
0,034 yang berarti bahwa tingkat risiko manajemen perusahaan
memiliki pengaruh terhadap besarnya asset perusahaan.
53
54
55
2.2. Hasil Pengujian Setelah Adanya Variabel Kontrol
a. Pada Perusahaan Manufaktur
Tabel IV. 9
Pengaruh CSR terhadap Kinerja Keuangan dengan Variabel
Kontrol pada Perusahaan Manufaktur
Keterangan
CSR-ROA
CSR-ROE
CSR-ASSET
CSR-RISK
CSR-OWN
Korelasi
Sig (2-tailed)
-0,050
-0,087
0,048
0,168
0,011
0,602
0,361
0,614
0,078
0,912
Tingkat signifikan = 0,05
Dari tabel diatas nampak pengaruh CSR/kinerja sosial
terhadap kinerja keuangan. Dari hasil analisis menunjukkan
bahwa CSR tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan
kinerja keuangan dengan menggunakan variabel kontrol. Dari
tabel IV. 9 diketahui bahwa CSR juga tidak mempunyai
hubungan
signifikan
dengan
ukuran
perusahaan,
risiko
manajemen dan kepemilikan institusional.
b. Pada Perusahaan Non-Manufaktur
Tabel IV.10 merupakan ringkasan hasil analisis hubungan
kinerja sosial perusahaan dengan kinerja keuangan, ukuran
perusahaan, kepemilikan institusional, serta risiko manajemen
setelah adanya variabel kontrol pada perusahaan non-manufaktur.
56
Tabel IV. 10
Pengaruh CSR terhadap Kinerja Keuangan dengan Variabel
Kontrol pada Perusahaan Non-Manufaktur
Keterangan
CSR-ROA
CSR-ROE
CSR-ASSET
CSR-RISK
CSR-OWN
Korelasi
Sig (2-tailed)
0,055
-0,003
0,255
0,157
0,140
0,329
0,951
0,000
0,005
0,013
Tingkat signifikan = 0,05
Dari tabel diatas nampak pengaruh CSP/kinerja sosial
terhadap kinerja keuangan. Dari hasil analisis menunjukkan
bahwa CSR mempunyai hubungan yang signifikan dengan 3
variabel kontrol kinerja keuangan, yaitu: a). Ukuran perusahaan
dengan Sig = 0,000 yang bermakna bahwa besarnya aset yang
dimiliki
perusahaan
berkorelasi
terhadap
kinerja
sosial
perusahaan b). Risiko manajemen dengan Sig = 0,005 yang
bermakna bahwa tingkat risiko manajemen berkorelasi terhadap
kinerja sosial perusahaan; c). Kepemilikan institusional dengan
Sig = 0,013 yang berarti bahwa kepemilikan institusional
berkorelasi dengan kinerja sosial perusahaan. Dari tabel IV. 10
diketahui bahwa CSR juga tidak mempunyai hubungan
signifikan dengan ROA dan ROE.
Jadi,
berdasarkan
penjelasan
dan
analisis
secara
keseluruhan, dari 10 korelasi yang ada, hanya tiga variabel yang
mempunyai hubungan signifikan dengan CSP/kinerja sosial pada
57
perusahaan non-manufaktur, yaitu ukuran perusahaan yang
dicerminkan
dalam
total
asset,
risiko
manajemen,
dan
kepemilikan institusional, sedangkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara CSP dan kinerja keuangan yang dicerminkan
dalam ROA dan ROE pada perusahaan manufaktur.
Dalam penelitian Mahoney dan Roberts jumlah perusahaan yang
dijadikan sampel akhir sebanyak 300 perusahaan dengan menggunakan panel
data selama 4 tahun. Dalam penelitian Al Kadhash jumlah perusahaan yang
memiliki annual report dan dijadikan sampel akhir sebanyak 34 perusahaan,
sedangkan data yang digunakan adalah data berpasangan yaitu mulai tahun
1998-2000. Dalam penelitian sekarang, data yang digunakan sebanyak 431
perusahaan yang terdiri dari 115 perusahaan manufaktur dan 316 perusahaan
non-manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2002-2004.
Kelebihan penelitian ini dibandingkan Al Kadhash adalah keberadaan sampel
penelitian yang relatif lebih besar serta adanya perbandingan antara
perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur yang beroperasi di
Indonesia sedangakan Al Kadhash hanya membandingkan tiap tahun pada
perusahaan dalam negeri saja dikarenakan penelitian Al Kadhasah ini memang
ditujukan untuk memperbaiki skala ekonomi dari sektor industri di Jordania.
Dalam penelitian ini, tipe industri manufaktur digolongkan dengan
baik sesuai dengan jenis-jenisnya, yaitu sebanyak 23 tipe industri dan dalam
penelitiannya, Al Khadhash tidak mengelompokkan tipe industri perusahaan
58
manufaktur. Sedangkan dalam penelitian Mahoney dan Roberts, perusahaan
tidak dikelompokkan secara jelas karena tujuan penelitiannya untuk menguji
secara empiris hubungan kinerja sosial dan keuangan pada perusahaanperusahaan di Kanada yang listing di Toronto Stock Exchange (tidak
mengelompokkan tipe industrinya).
Tabel IV. 11
Jenis Industri Pada Penelitian Sekarang
JENIS INDUSTRI
1) Coal mining
2) Crude petroleum & natural gas production
3) Metal and mineral mining
4) Land or stone quarrying
5) Cement
6) Ceramics, glass, porcelain
7) Metal and allied products
8) Chemicals
9) Plastics and packaging
10) Animal feed
11) Wood industries
12) Pulp and paper
13) Machinery and heavy equipment
14) Automotive and components
15) Textile, garment
16) Footwear
17) Cable
18) Electronics
19) Food and beverages
20) Tobacco manufacturers
21) Pharmaceuticals
22) Cosmetics and household
23) House ware
Penggunaan scoring dalam menilai kinerja sosial dalam penelitian ini
sama dengan scoring yang dipakai dalam penelitian Mahoney dan Roberts,
59
yaitu pada setiap laporan tahunan perusahaan akan diberikan skor berskala nol
sampai dengan dua untuk kelebihan dan kekurangan tiap komponennya yang
terdiri dari 7 dimensi yang meliputi permasalahan masyarakat, keberagaman
di tempat kerja, hubungan karyawan, kinerja lingkungan, permasalahan
internasional, produk dan praktek bisnis, dan dimensi lain yang berkaitan
dengan kompensasi, kerahasiaan, dan kepemilikan di perusahaan lain. Skor -2
mengindikasikan komponen yang memiliki tingkat kelemahan yang tinggi
(major concern), skor -1 menunjukkan komponen yang memiliki tingkat
kelemahan yang tidak terlalu tinggi (notable concern), skor 0 menyatakan
tidak ada kelebihan maupun kelemahan (no notable or no major strength or
concern). Skor +1 mengindikasikan komponen yang memiliki tingkat
kelebihan yang mencukupi (notable strength) dan skor +2 menunjukkan
komponen dengan tingkat kelebihan yang tinggi (major strength) (Mahoney
dan Roberts, 2002). Kemudian indeks kinerja sosial perusahaan dihitung
dengan cara menjumlahkan setiap skor yang diperoleh dari setiap perusahaan.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan Al
Kadhash tapi ada perbedaannya, yaitu: dalam penelitian ini ukuran perusahaan
diukur dengan total asset sedangkan dalam Al Kadhash menggunakan total
asset dan total penjualan. Dalam penelitian ini ditambahkan variabel kontrol
kepemilikan institusional sedangkan Al Kadhash tidak. Dalam penelitian ini
tidak menggunakan penelitian terhadap lingkungan sedangkan Al Kadhash
melakukan penelitian terhadap lingkungan.
60
Tabel IV. 12
Perbandingan Variabel yang Digunakan
Variabel dalam
Penelitian Sekarang
CSR
ROA
ROE
Total Aset
Risiko Manajemen
Kepemilikan Institusional
Variabel dalam
Penelitian Al Khadash
CSR
Lingkungan
ROA
ROE
EPS
Total Aset
Total Penjualan
Risiko Manajemen
Pada penelitian ini dilakukan statistik deskriptif terhadap nilai mean
dari sampel data seperti yang dilakukan Al Kadhash. Dalam penelitian ini
dilakukan statistik deskriptif terhadap nilai mean pada semua variabel
termasuk scoring CSR, tetapi mean dari scoring CSR tidak dicari dalam
penelitian Al Kadhash.
Tabel IV. 13
Perbandingan Nilai Mean
Keterangan
CSR
ROA
ROE
Total Asset
Risiko Manajemen
Kepemilikan Institusional
Penelitian Indonesia
Perusahaan
Al Kadhash
Perusahaan
NonManufaktur
Manufaktur
6,6000
3,9082
6,5787
4,36134
7,114
-17,1112
37,4727
13,954
2816725,2000
5702027,9 1349290050
25,0790
27,20095
48,894
2,7044
3,07278
-
61
Penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja sosial (CSR) tidak
mempunyai hubungan signifikan dengan kinerja keuangan (ROA dan ROE),
hal ini sama dengan hasil penelitian di Al Kadhash.
Dalam penelitian ini, CSR juga mempunyai pengaruh/ hubungan
positif dan signifikan terhadap ukuran perusahaan/asset (Sig = 0,000), risiko
manajemen (Sig = 0,005) dan kepemilikan institusional (Sig = 0,013) pada
perusahaan non-manufaktur. Sama dengan penelitian Al Kadhash yang
menyebutkan bahwa CSR mempunyai pengaruh terhadap company size (asset
=0,075) dan risiko manajemen (Sig= 0,063).
Tabel IV. 14
Perbandingan Hasil Analisis
Keterangan
CSR-ROA
CSR-ROE
CSR-ASSET
CSR-RISK
CSR-OWN
Penelitian Indonesia
Perusahaan Non
Perusahaan Manufaktur
Manufaktur
Korelasi
Sig
Korelasi
Sig
-0,050
0,602
0,055
0,329
-0,087
0,361
-0,003
0,951
0,048
0,614
0,255
0,000
0,168
0,078
0,157
0,005
0,011
0,912
0,140
0,013
Al Kadhash
Korelasi
-0,449
-0,324
0,423
0,323
-
Sig
0,008
0,061
0,000
0,063
-
Tingkat signifikan = 0,05
Dalam penelitian ini mengukur perbedaan tingkat kinerja sosial/
perbedaan mean antara perusahaan manufaktur dan perusahaan nonmanufaktur yang hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan antara kinerja
sosial perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur. Sama seperti
penelitian Robert dan Mahoney, penelitian Al Kadhash tidak menganalisis
perbedaan tingkat kinerja sosialnya karena Robert dan Mahoney tidak
62
mengelompokkan tipe industri dan penelitian Al Kadhash hanya melakukan
analisis pada perusahaan manufaktur.
63
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kinerja sosial
antara perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur serta hubungan
antara kinerja sosial perusahaan dan kinerja keuangan dengan menggunakan
ukuran perusahaan, risiko manajemen, dan kepemilikan institusional sebagai
variabel kontrol. Populasi dalam penelitian adalah perusahaan manufaktur dan
perusahaan non-manufaktur antara tahun 2002-2004. Pengambilan sampel
dengan menggunakan
metode
purposive
sampling
yaitu perusahaan
manufaktur dan perusahaan non-manufaktur yang terdaftar di Bursa Edek
Jakarta antara tahun 2002-2004 dan mempublikasikan laporan tahunan
perusahaan antara tahun 2002-2004 dalam situs www.jsx.co.id. Diperoleh
sampel akhir sebanyak 431 perusahaan.
Skor CSR diukur dengan menggunakan content analysis melalui
laporan tahunan perusahaan (corporate annual report) dengan menggunakan
tujuh dimensi CSR yang dikembangkan oleh Michael Jantzi Research
Associate, Inc.
Data diuji dengan menggunakan Independent T-Test untuk mengetahui
beda rata-rata (mean), dan menggunakan uji korelasi parsial untuk mengetahui
hubungan kinerja sosial perusahaan dengan masing-masing variabel kontrol.
64
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja sosial pada
perusahaan manufaktur dengan kinerja sosial perusahaan nonmanufaktur di Indonesia, dimana kinerja sosial perusahaan
manufaktur lebih baik daripada kinerja sosial perusahaan nonmanufaktur. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Abu
Baker dan Al Khadash (2003) yang menyatakan bahwa ada
perbedaan yang signifikan pada kinerja sosial antara perusahaan
manufaktur dan perusahaan jasa.
2. Pada perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur,
pengujian hubungan antara kinerja sosial dengan kinerja keuangan
perusahaan yang diindikasikan dalam ROA dan ROE tidak
ditemukan adanya korelasi yang signifikan di antara keduanya.
3. Kemudian, pengujian korelasi parsial pada perusahaan manufaktur
antara kinerja sosial perusahaan dengan ukuran perusahaan yang
dicerminkan dalam total aset yang dimiliki, risiko manajemen,
serta kepemilikan institusional tidak ditemukan adanya korelasi
diantara variabel-variabel tersebut. Sedangkan pada perusahaan
non-manfaktur ditemukan korelasi antara ukuran perusahaan,
risiko manajemen, serta kepemilikan institusional terhadap kinerja
sosial perusahaan. Hal ini membuktikan ketidakjelasan konsep
empiris yang dapat menjelaskan hubungan antara kinerja sosial
perusahaan terhadap kinerja keuangan.
65
B. IMPLIKASI PENELITIAN
Penelitian ini memberi implikasi yang cukup penting bagi sektor
manufaktur dan non-manufaktur yang ada di Indonesia. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abu Baker (2000) dan Al
Khadash (2000) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kinerja sosial
antara perusahaan manufaktur dan jasa, serta menunjukkan bahwa kinerja
sosial perusahaan manufaktur lebih baik dibandingkan dengan perusahaan
non-manufaktur. Perusahaan non-manufaktur perlu untuk membuat laporan
perusahaan yang lebih full, fair dan adequate supaya terlihat lebih jelas
mengenai kinerja perusahaan pada periode tertentu. Perusahaan juga perlu
mencantumkan aktivitas kinerja sosialnya dalam laporan tahunan sehingga
pihak-pihak yang mempunyai kepentingan pada perusahaan seperti investor
dan kreditur dapat melihat sejauh mana perhatian perusahaan pada
lingkungannya sehingga hal ini menjadi value added bagi perusahaan. Atas
dasar hasil penelitian ini, regulator seperti Bapepam hendaknya membuat
seperangkat peraturan yang isinya mengharuskan agar setiap perusahaan untuk
mengungkapkan kinerja sosialnya di dalam laporan tahunan perusahaan.
Belum adanya standar yang mengatur tentang format dan pelaporan
dan pengungkapan kinerja sosial perusahaan cukup mempersulit untuk
mengadakan pengukuran yang benar-benar valid atas kinerja sosial
perusahaan. Apabila telah terdapat standar baku dalam penyusunan pelaporan
dan pengungkapan kinerja sosial perusahaan di Indonesia, maka akan
66
mempermudah investor dalam membandingkan kinerja perusahaan yang satu
dengan yang lain.
C. KETERBATASAN
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, di antaranya adalah sebagai
berikut ini.
1. Belum ada rating scale dari pihak-pihak independen yang memberikan
informasi mengenai penilaian tanggung jawab sosial perusahaan di
Indonesia, sehingga pengukuran CSR dalam penelitian ini dapat dikatakan
kurang objektif.
2. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional, dalam artian
menggunakan sampel perusahaan secara acak, sehingga sulit dimonitor
perkembangan kinerja sosial dan kinerja keuangan per-perusahaan,
mengingat kinerja sosial perusahaan bukan merupakan suatu produk
instan, namun diperlukan jangka waktu tertentu untuk melihat pengaruh
dari penerapan kinerja sosial tersebut dalam satu perusahaan.
3. Belum adanya software khusus seperti dalam penelitian Lu dan Clowes
dalam Fauzi (2004) yang digunakan untuk menghitung kalimat sebagai
alat analisis yang mencakup dimensi CSR seperti klasifikasi Michael
Jantzi Research Association, Inc. Oleh karena itu faktor individual
judgement sangat mendominasi dalam menentukan skor CSR.
67
4. Data mengenai aspek negatif kinerja sosial perusahaan sangat sulit untuk
didapat, sehingga kurang sesuai dengan yang disyaratkan Michael Jantzi
Research Association, Inc.
D. SARAN BAGI PENELITIAN SELANJUTNYA
1. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan periode lebih dari 3 tahun
untuk lebih mengetahui hubungan yang ada antara kinerja sosial
perusahaan dengan kinerja keuangan.
2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan sumber penilaian CSR tidak
hanya dari laporan tahunan perusahaan, tetapi juga perlu dikembangkan
metode perolehan informasi lain yang terdapat dalam media informasi
lainnya.
3. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan komparasi praktek CSR antara
perusahaan Indonesia dengan perusahaan asing agar dapat diketahui
bagaimana kinerja sosial perusahaan Indonesia dengan perusahaan asing.
4. Pada penelitian selanjutnya dapat digunakan pengukuran kinerja keuangan
yang lain seperti menggunakan EVA dan profit margin.
5. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan penilaian CSR selain dengan
metode content analysis dari kandungan laporan tahunan perusahaan,
misalnya dengan menggunakan metode survei dengan mengirimkan
kuisioner kepada perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel penelitian
sehingga dapat diperoleh informasi mengenai kinerja sosial perusahaan
secara langsung.
68
DAFTAR PUSTAKA
Al Khadash. (2003). The Accounting Disclosure of Social and Environmental
Activities A Comparative Study for The Industrial Jordanian Shareholding
Companies, Inc.
Anthony, Robert N. and Vijay Govindarajan. (2004). Management Control
System. McGraw-Hill Companies, Inc.
Coffey, Betty S. and Jia Wang. (1998). Board Diversity and Managerial Control
as Predictor of Corporate Social Performance. Journal of Business Ethics;
October 1998, 17, 1595-1603.
Fauzi, Hasan. 2004. The Use of Stakeholder Concept in Improving Corporate
Performances. Unpublished paper presented at Forum Diskusi Magister
Manajemen FE-UNS.
Johnson, Richard A. and Daniel W. Greening. (1999). The Effects of Corporate
Governance and Institutional Ownership Types on Corporate Social
Performance. Academy of Management Journal, October 1999, 42, 5.
Kent, Pamela and Christopher Chan. (2000). Application of Stakeholder Theory to
the Quantity and Quality of Australian Voluntary Corporate
Environmental Disclosures. [email protected]
Mahoney, Louis. and Robin Roberts. (2003). Corporate Social and
Environmental Performance and Their Relation to Financial Performance
and Institutional Ownership: Empirical Evidence on Canadian Firms.
http://www.accounting.rutgers.edu.
Moir, Lence. (2001). What Do We Mean By Corporate Social Responsibility?
Journal of Corporate Governance 1, (2), 16-22. MCB University Press.
More, Geoff. (2001). Corporate Social and Financial Performance: An
Investigation in the U.K. Supermarket Industry. Journal of Business
Ethics, Vol. 34: 299-315.
Morimoto, Risako., John Ash., and C. Hope. (2004). Corporate Social
Responsibility Audit: From Theory to Practice. Research Papers in
Management Studies. Judge Institute of Management. University of
Cambridge.
69
Neville, S. J. Bell and B. Menguc. Corporate Reputation, Stakeholders and the
Social Performance-Financial Performance Relationship. European
Journal of Marketing Vol. 39. No. 9/10, 2005, 1184-1198.
www.emeraldinsight.com
Orlitzky, Marc. (2001). Does Firm Size Confound the Relationship Between
Corporate Social Performance and Firm Financial Performance? Journal
of Business Ethics 33, 167-180.
Palupi, Retno Eko. (2005). Pengaruh Kinerja Sosial Perusahaan Terhadap
Kepemilikan Institusional: Ukuran, Risiko Bisnis, dan Aktivitas Penelitian
dan Pengembangan Perusahaan Sebagai Variabel Moderating (Studi
Kasus pada Perusahaan-perusahaan Indonesia). Unpublished Skripsi,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Rahayuningsih, Dewi Puji. (2005). Hubungan Antara Kinerja Sosial dan
Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, Risiko
Manajemen dan Kepemilikan Institusional. Unpublished Skripsi,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Rashid, Md. Zabid Abdul and Saadiatul Ibrahim. (2002). Executive and
Management Attitudes Towards Corporate Social Responsibility in
Malaysia.
Corporate
Governance
2,4
2002,
10-16.
http:/www.emeraldinsight.com/1472-0701.htm
Setiawati, Lina. (2005). Pengaruh Kinerja Sosial Perusahaan terhadap Kinerja
Keuangan: Ukuran, Risiko Bisnis, dan Aktivitas Penelitian dan
Pengembangan Perusahaan sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus
pada Perusahaan-perusahaan Indonesia). Unpublished Skripsi,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tsoutsoura, Margarita. (2004). Corporate Social Responsibility and Financial
Performance. Working Paper Series (University of California, Berkeley).
http:/repositories.cdlib.org
Waddock, Sandra A. and Samuel B. Graves (1997). The Corporate Social
Performance Ling. Strategic Management Journal, April 1997, 18, 4.
Widyatmoko, Anggoro Tri. (2005). Pengaruh Kinerja Sosial Perusahaan
terhadap Kinerja Keungan Perusahaan dengan Menggunakan Company
Size, Risk, dan Aktivitas R&D sebagai Variabel Moderat. Unpublished
Skripsi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Windradini, Luky Riana. (2005). Perbedaan Kinerja Sosial (CSR) antara
Perusahaan Indonesia dan Perusahaan Multinasional yang Beroperasi di
Indonesia. Unpublished Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
T-Test
Group Statistics
GroupOfCsr
1,00
SCORECSR
115
Mean
6,6000
Std. Deviation
2,16349
Std. Error
Mean
,20175
316
3,9082
1,78026
,10015
N
2,00
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances
F
SCORECS
R
Equal
variances
assumed
Equal
variances
not
assumed
2,516
Sig.
,113
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2tailed)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differen
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
13,080
429
,000
2,69177
,20580
2,2872
8
3,0962
7
11,951
173,29
7
,000
2,69177
,22524
2,2472
1
3,1363
3
93
Partial Corr
Descriptive Statistics
Mean
6,60000
Std. Deviation
2,163493
30,063410
6887399,5363
58
29,965188
115
RISK1
6,57870
2816725,1
9130
25,07904
OWN1
2,70435
2,026032
115
CSR1
ROA1
ASSET1
N
115
115
115
Correlations
Control
Variables
-none-(a)
CSR1
Correlation
Significance
(2-tailed)
df
ROA1
Correlation
Significance
(2-tailed)
df
ASSET1
Correlation
Significance
(2-tailed)
df
RISK1
Correlation
Significance
(2-tailed)
df
OWN1
Correlation
Significance
(2-tailed)
df
ASSET1 &
CSR1
Correlation
RISK1 &
Significance
OWN1
(2-tailed)
df
ROA1
Correlation
Significance
(2-tailed)
df
a Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
CSR1
1,000
ROA1
-,041
ASSET
1
,039
RISK1
,165
OWN1
,001
.
,661
,677
,079
,993
0
-,041
113
1,000
113
,010
113
,041
113
,095
,661
.
,920
,661
,313
113
,039
0
,010
113
1,000
113
-,030
113
,051
,677
,920
.
,748
,591
113
,165
113
,041
0
-,030
113
1,000
113
-,016
,079
,661
,748
.
,868
113
,001
113
,095
113
,051
0
-,016
113
1,000
,993
,313
,591
,868
.
113
1,000
113
-,050
113
113
0
.
,602
0
-,050
110
1,000
,602
.
110
0
94
Partial Corr
Correlations
Control
Variables
-none-(a)
CSR1
CSR1
Correlation
Significance
(2-tailed)
df
ROE1
Correlation
Significance
(2-tailed)
df
ASSET1
Correlation
Significance
(2-tailed)
df
RISK1
Correlation
Significance
(2-tailed)
df
OWN1
Correlation
Significance
(2-tailed)
df
ASSET1 &
RISK1 &
OWN1
CSR1
Correlation
Significance
(2-tailed)
df
ROE1
Correlation
Significance
(2-tailed)
df
a Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
ASSET
1
ROE1
RISK1
OWN1
1,000
-,086
,039
,165
,001
.
,361
,677
,079
,993
0
113
113
113
113
-,086
1,000
,037
-,012
,051
,361
.
,693
,902
,588
113
0
113
113
113
,039
,037
1,000
-,030
,051
,677
,693
.
,748
,591
113
113
0
113
113
,165
-,012
-,030
1,000
-,016
,079
,902
,748
.
,868
113
113
113
0
113
,001
,051
,051
-,016
1,000
,993
,588
,591
,868
.
113
113
0
113
113
1,000
-,087
.
,361
0
110
-,087
1,000
,361
.
110
0
95
Partial Corr
Correlations
Control
Variabl
es
-none(a)
CSR1
CSR1
Correlation
Significance (2tailed)
df
RISK1
Correlation
Significance (2tailed)
df
OWN1
Correlation
Significance (2tailed)
df
ROA1
Correlation
Significance (2tailed)
df
ROE1
Correlation
Significance (2tailed)
df
ASSET1
Correlation
Significance (2tailed)
df
OWN1
&
ROA1
&
ROE1
&
ASSET
1
CSR1
OWN1
Correlation
ROA1
ROE1
ASSET1
1,000
,165
,001
-,041
-,086
,039
.
,079
,993
,661
,361
,677
0
113
113
113
113
113
,165
1,000
-,016
,041
-,012
-,030
,079
.
,868
,661
,902
,748
113
0
113
113
113
113
,001
-,016
1,000
,095
,051
,051
,993
,868
.
,313
,588
,591
113
113
0
113
113
113
-,041
,041
,095
1,000
-,029
,010
,661
,661
,313
.
,755
,920
113
113
113
0
113
113
-,086
-,012
,051
-,029
1,000
,037
,361
,902
,588
,755
.
,693
113
113
113
113
0
113
,039
-,030
,051
,010
,037
1,000
,677
,748
,591
,920
,693
.
113
113
113
113
113
0
1,000
,168
.
,078
0
109
Correlation
Significance (2tailed)
df
RISK1
RISK1
,168
1,000
Significance (2,078
.
tailed)
df
109
0
a Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
96
Partial Corr
Correlations
Control
Variables
-none-(a)
RISK1 & OWN1
& ROA1 &
ROE1
CSR1
ASSET1
Correlation
1,000
,039
Significance (2.
,677
tailed)
df
0
113
ASSET1
Correlation
,039
1,000
Significance (2,677
.
tailed)
df
113
0
RISK1
Correlation
,165
-,030
Significance (2,079
,748
tailed)
df
113
113
OWN1
Correlation
,001
,051
Significance (2,993
,591
tailed)
df
113
113
ROA1
Correlation
-,041
,010
Significance (2,661
,920
tailed)
df
113
113
ROE1
Correlation
-,086
,037
Significance (2,361
,693
tailed)
df
113
113
CSR1
Correlation
1,000
,048
Significance (2.
,614
tailed)
df
0
109
ASSET1
Correlation
,048
1,000
Significance (2,614
.
tailed)
df
109
0
a Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
CSR1
RISK1
,165
OWN1
,001
ROA1
-,041
ROE1
-,086
,079
,993
,661
,361
113
-,030
113
,051
113
,010
113
,037
,748
,591
,920
,693
113
1,000
113
-,016
113
,041
113
-,012
.
,868
,661
,902
0
-,016
113
1,000
113
,095
113
,051
,868
.
,313
,588
113
,041
0
,095
113
1,000
113
-,029
,661
,313
.
,755
113
-,012
113
,051
0
-,029
113
1,000
,902
,588
,755
.
113
113
113
0
97
Partial Corr
Correlations
Control Variables
-none-(a)
CSR1
Correlation
Significance (2tailed)
df
OWN1
Correlation
Significance (2tailed)
df
ROA1
Correlation
Significance (2tailed)
df
ROE1
Correlation
Significance (2tailed)
df
ASSET1
Correlation
Significance (2tailed)
df
RISK1
Correlation
Significance (2tailed)
df
ROA1 & ROE1 &
ASSET1 &
RISK1
CSR1
Correlation
Significance (2tailed)
df
OWN1
Correlation
Significance (2tailed)
df
CSR1
1,000
OWN1
,001
ROA1
-,041
ROE1
-,086
ASSET1
,039
RISK1
,165
.
,993
,661
,361
,677
,079
0
113
113
113
113
113
,001
1,000
,095
,051
,051
-,016
,993
.
,313
,588
,591
,868
113
0
113
113
113
113
-,041
,095
1,000
-,029
,010
,041
,661
,313
.
,755
,920
,661
113
113
0
113
113
113
-,086
,051
-,029
1,000
,037
-,012
,361
,588
,755
.
,693
,902
113
113
113
0
113
113
,039
,051
,010
,037
1,000
-,030
,677
,591
,920
,693
.
,748
113
113
113
113
0
113
,165
-,016
,041
-,012
-,030
1,000
,079
,868
,661
,902
,748
.
113
113
113
0
113
113
1,000
,011
.
,912
0
109
,011
1,000
,912
.
109
a Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
0
98
Partial Corr
Descriptive Statistics
RISK2
Mean
3,90823
5702027,9
2722
27,20095
Std. Deviation
1,780261
19397955,065
768
25,418956
OWN2
3,07278
2,314431
316
CSR2
ASSET2
N
316
316
316
ROA2
4,36134
36,866412
316
ROE2
37,47270
760,683584
316
Correlations
Control Variables
-none-(a)
CSR2
Correlation
Significance (2tailed)
df
ASSET2
Correlation
Significance (2tailed)
df
RISK2
Correlation
Significance (2tailed)
df
OWN2
Correlation
Significance (2tailed)
df
ROA2
Correlation
Significance (2tailed)
df
ROE2
Correlation
Significance (2tailed)
df
RISK2 & OWN2
& ROA2 & ROE2
CSR2
Correlation
Significance (2tailed)
df
ASSET2
Correlation
Significance (2tailed)
df
CSR2
1,000
ASSET2
,253
RISK2
,193
OWN2
,134
ROA2
,047
ROE2
-,013
.
,000
,001
,017
,406
,818
0
314
314
314
314
314
,253
1,000
,119
-,099
-,012
-,008
,000
.
,034
,078
,825
,882
314
0
314
314
314
314
,193
,119
1,000
,096
-,026
-,026
,001
,034
.
,090
,646
,650
314
314
0
314
314
314
,134
-,099
,096
1,000
,012
-,026
,017
,078
,090
.
,836
,641
314
314
314
0
314
314
,047
-,012
-,026
,012
1,000
,896
,406
,825
,646
,836
.
,000
314
314
314
314
0
314
-,013
-,008
-,026
-,026
,896
1,000
,818
,882
,650
,641
,000
.
314
314
314
314
314
0
1,000
,255
.
,000
0
310
,255
1,000
,000
.
310
a Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
0
99
Partial Corr
Correlations
Control Variables
-none-(a)
CSR2
Correlation
Significance (2tailed)
df
OWN2
Correlation
Significance (2tailed)
df
ROA2
Correlation
Significance (2tailed)
df
ROE2
Correlation
Significance (2tailed)
df
ASSET2
Correlation
Significance (2tailed)
df
RISK2
Correlation
Significance (2tailed)
df
ROA2 & ROE2 &
ASSET2 &
RISK2
CSR2
Correlation
Significance (2tailed)
df
OWN2
Correlation
Significance (2tailed)
df
CSR2
1,000
OWN2
,134
ROA2
,047
ROE2
-,013
ASSET2
,253
RISK2
,193
.
,017
,406
,818
,000
,001
0
314
314
314
314
314
,134
1,000
,012
-,026
-,099
,096
,017
.
,836
,641
,078
,090
314
0
314
314
314
314
,047
,012
1,000
,896
-,012
-,026
,406
,836
.
,000
,825
,646
314
314
0
314
314
314
-,013
-,026
,896
1,000
-,008
-,026
,818
,641
,000
.
,882
,650
314
314
314
0
314
314
,253
-,099
-,012
-,008
1,000
,119
,000
,078
,825
,882
.
,034
314
314
314
314
0
314
,193
,096
-,026
-,026
,119
1,000
,001
,090
,646
,650
,034
.
314
314
314
314
314
0
1,000
,140
.
,013
0
310
,140
1,000
,013
.
310
a Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
0
100
Partial Corr
Correlations
Control Variables
-none-(a)
CSR2
Correlation
Significance (2tailed)
df
RISK2
Correlation
Significance (2tailed)
df
OWN2
Correlation
Significance (2tailed)
df
ROA2
Correlation
Significance (2tailed)
df
ROE2
Correlation
Significance (2tailed)
df
ASSET2
Correlation
Significance (2tailed)
df
OWN2 & ROA2 &
ROE2 & ASSET2
CSR2
Correlation
Significance (2tailed)
df
RISK2
Correlation
Significance (2tailed)
df
CSR2
1,000
RISK2
,193
OWN2
,134
ROA2
,047
ROE2
-,013
ASSET2
,253
.
,001
,017
,406
,818
,000
0
314
314
314
314
314
,193
1,000
,096
-,026
-,026
,119
,001
.
,090
,646
,650
,034
314
0
314
314
314
314
,134
,096
1,000
,012
-,026
-,099
,017
,090
.
,836
,641
,078
314
314
0
314
314
314
,047
-,026
,012
1,000
,896
-,012
,406
,646
,836
.
,000
,825
314
314
314
0
314
314
-,013
-,026
-,026
,896
1,000
-,008
,818
,650
,641
,000
.
,882
314
314
314
314
0
314
,253
,119
-,099
-,012
-,008
1,000
,000
,034
,078
,825
,882
.
314
314
314
0
314
314
1,000
,157
.
,005
0
310
,157
1,000
,005
.
310
a Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
0
101
Partial Corr
Correlations
Control Variables
-none-(a)
CSR2
Correlation
CSR2
1,000
ROA2
,047
ASSET2
,253
RISK2
,193
OWN2
,134
.
,406
,000
,001
,017
Significance (2tailed)
df
ROA2
Correlation
Significance (2tailed)
df
ASSET2
Correlation
Significance (2tailed)
df
RISK2
Correlation
Significance (2tailed)
df
OWN2
Correlation
Significance (2tailed)
df
ASSET2 &
RISK2 & OWN2
CSR2
Correlation
0
314
314
314
314
,047
1,000
-,012
-,026
,012
,406
.
,825
,646
,836
314
0
314
314
314
,253
-,012
1,000
,119
-,099
,000
,825
.
,034
,078
314
314
0
314
314
,193
-,026
,119
1,000
,096
,001
,646
,034
.
,090
314
314
314
0
314
,134
,012
-,099
,096
1,000
,017
,836
,078
,090
.
314
314
0
314
314
1,000
,055
.
,329
Significance (2tailed)
df
ROA2
Correlation
Significance (2tailed)
df
0
311
,055
1,000
,329
.
311
0
a Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
102
Partial Corr
Correlations
Control Variables
-none-(a)
CSR2
Correlation
CSR2
1,000
ROE2
-,013
ASSET2
,253
RISK2
,193
OWN2
,134
.
,818
,000
,001
,017
Significance (2tailed)
df
ROE2
Correlation
Significance (2tailed)
df
ASSET2
Correlation
Significance (2tailed)
df
RISK2
Correlation
Significance (2tailed)
df
OWN2
Correlation
Significance (2tailed)
df
ASSET2 &
RISK2 & OWN2
CSR2
Correlation
0
314
314
314
314
-,013
1,000
-,008
-,026
-,026
,818
.
,882
,650
,641
314
0
314
314
314
,253
-,008
1,000
,119
-,099
,000
,882
.
,034
,078
314
314
0
314
314
,193
-,026
,119
1,000
,096
,001
,650
,034
.
,090
314
314
314
0
314
,134
-,026
-,099
,096
1,000
,017
,641
,078
,090
.
314
314
0
314
314
1,000
-,003
.
,951
Significance (2tailed)
df
ROE2
Correlation
Significance (2tailed)
df
0
311
-,003
1,000
,951
.
311
0
a Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
Download