1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berdasarkan penelitian Fauzi (2004), dari tujuh dimensi tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR), kinerja lingkungan dan permasalahan internasional dipandang signifikan. Kedua dimensi tersebut memberikan kontribusi kepada hubungan antara CSR composite dan kinerja keuangan. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Mahoney dan Robert (2003), sehingga hasil dari kedua penelitian tersebut sangat mendukung konsep triple bottom lines yang menyajikan pelaporan ekonomi, sosial, dan kinerja lingkungan. Dalam konsep CSR, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines. Di sini bottom lines lainnya, selain keuangan adalah sosial dan lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan lingkungan hidup. 2 Kesadaran tentang pentingnya mempraktekkan CSR ini menjadi tren global, seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan, dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM). Sebagai contoh, boikot terhadap produk sepatu Nike oleh warga di negara Eropa dan Amerika Serikat terjadi ketika pabrik pembuat sepatu Nike di Asia dan Afrika diberitakan mempekerjakan anak di bawah umur. Tren global lainnya dalam pelaksanaan CSR di bidang pasar modal adalah penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan yang telah mempraktikkan CSR. Sebagai contoh, New York Stock Exchange memiliki Dow Jones Sustainability Index (DJSI) bagi saham-saham perusahaan yang dikategorikan memiliki nilai corporate sustainability dengan salah satu kriterianya adalah praktek CSR. Menghadapi tren global tersebut, sudah saatnya perusahaan melihat serius pengaruh dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan dari setiap aktivitas bisnisnya, serta melaporkan kepada stakeholder-nya setiap tahun. Perusahaan tentunya juga memiliki peran dan tanggung jawab sosial bagi lingkungan disekitarnya. Dalam model stakeholder theory yang dikemukakan oleh Ullmann (dalam Kent, 2000), dinyatakan bahwa kesuksesan perusahaan tidak hanya terletak pada kemampuannya dalam membangun hubungan yang baik dengan pemegang saham (shareholder) saja, akan tetapi perusahaan juga perlu membangun hubungan yang baik dengan 3 individu, masyarakat, dan lingkungan sebagai stakeholder dalam pembuatan keputusan perusahaan. Donaldson dan Preston dalam Fauzi (2004) menjelaskan dua model yang menggambarkan keberadaan suatu perusahaan, yaitu: model input-output dan model stakeholder. Pada model input-output, sebuah perusahaan dianggap berdiri karena adanya kontribusi dari para pemegang saham, investor, pemasok, karyawan, dan konsumen. Pemegang saham dan investor menyediakan dana bagi perusahaan agar dapat memperoleh sumber daya yang diperlukan untuk kegiatan operasinya, pemasok akan menyediakan bahan baku untuk proses produksi, karyawan akan memberikan jasanya untuk memproses bahan baku dan bahan lainnya dengan kompensasi yang telah disepakati, lalu konsumen akan memberikan uang dengan membeli barang atau jasa dari perusahaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam model input-output ini dapat digambarkan sebagai berikut ini. Pemegang saham atau investor Pemasok Perusahaan Karyawan Gambar I.1 Model Input-Output Konsumen 4 Implikasi dari model ini yaitu, jika terdapat pihak lain yang mempengaruhi perusahaan namun bukan merupakan bagian dari model, maka pihak tersebut tidak akan dipertimbangkan di dalam sistem maupun sub sistem perusahaan. Oleh karena hanya sebagian dari keseluruhan sistem dan sub sistem sajalah yang dipertimbangkan, keputusan yang dibuat hanya berdampak pada sebagian pihak, yang mengakibatkan kinerja sosial perusahaan pada model ini sangatlah rendah. Pada model stakeholder, pihak-pihak yang diperhatikan oleh perusahaan bukan hanya mereka yang terlibat dalam model pertama saja, tetapi juga pihak atau kelompok lain dalam masyarakat. Frederick et.al (1992) mengelompokkan pihak-pihak tersebut ke dalam dua kategori: stakeholder primer dan stakeholder sekunder. Stakeholder primer adalah mereka yang secara langsung mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan yang dibuat oleh perusahaan. Kategori ini mencakup pemasok, karyawan, investor, dan konsumen. Stakeholder sekunder adalah mereka yang berada di dalam masyarakat dan dipengaruhi oleh keputusan perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Stakeholder sekunder terdiri dari masyarakat lokal, publik, kelompok bisnis, media, kelompok aktivis sosial, pemerintah asing, serta pemerintah pusat dan daerah. Konsekuensi bagi perusahaan adalah setiap keputusan yang diambil oleh perusahaan harus memuaskan kepentingan stakeholder pimer dan sekunder. Oleh karena itu, kinerja sosial perusahaan pada model stakeholder ini lebih baik daripada model input-output. Model stakeholder dapat digambarkan sebagai berikut ini. 5 Aktivis sosial Investor Pemerintah pusat dan daerah Pemerintah asing Pemasok Karyawan Media Kelompok lain Konsumen Masyarakat lokal Gambar I.2 Model Stakeholder Sekunder Model stakeholder diatas menunjukkan bahwa perusahaan perlu memperhatikan individu, masyarakat, dan lingkungan dalam mengambil keputusan, jika tidak, akan muncul permasalahan yang ditimbulkan oleh berbagai komponen stakeholder tersebut. Perusahaan juga harus mengeluarkan biaya agar dapat menerapkan model ini. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat banyak komponen yang membentuk stakeholder suatu perusahaan. Masing-masing dari komponen tersebut memiliki kepentingan dan kekuatan sendiri-sendiri untuk mempengaruhi perusahaan. Dalam beberapa kasus, mereka melakukan koalisi untuk memaksa perusahaan memenuhi keinginan mereka. Mereka mengharapkan perusahaan memenuhi kinerja tertentu, yaitu kinerja ekonomi dan sosial. 6 Pemahaman manajer akan konsep stakeholder bukan berarti memberikan jaminan bahwa kinerja perusahaan akan sesuai dengan yang diharapkan para stakeholder. Jurang pemisah (gap) akan selalu muncul antara harapan stakeholder dengan apa yang sesungguhnya terjadi. Masalahnya adalah perbedaan tiap perusahaan dalam merespon gap tersebut. Ada beberapa cara perusahaan merespon gap tersebut. Cara yang pertama adalah, perusahaan memberikan respon terhadap permasalahan stakeholder secara sukarela. Dalam kondisi ini, perusahaan memiliki nilai dan keyakinan bahwa memberikan respon terhadap gap yang ada merupakan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR). Cara yang kedua adalah perusahaan harus dipaksa oleh para stakeholder untuk merespon gap tersebut. Perundang-undangan dapat menjadi suatu cara alternatif untuk memaksa perusahaan merespon gap yang muncul. Secara ringkas, cara perusahaan dalam merespon gap antara apa yang diharapkan stakeholder dari kinerja perusahaan dan bagaimana kinerja perusahaan sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi dua. Secara sukarela (voluntary CSR) dan secara paksa (involuntary CSR) dimana perusahaan perlu mendapatkan tekanan dari pihak stakeholder dan perundang-undangan. Perusahaan bertanggung jawab untuk menginformasikan kinerjanya kepada para stakeholder. Tidak seperti kinerja keuangan yang memiliki standar tertentu dalam bentuk pelaporan keuangan, tidak ada bentuk baku dari cara pelaporan kinerja sosial. Kinerja sosial perusahaan direfleksikan dalam kebijakan-kebijakan yang merupakan respon tanggung jawab sosial dari 7 perusahaan tersebut. Cara pengimplementasian tanggung jawab sosial tersebut berbeda antara satu perusahaan dengan lainnya. Menurut Tsoutsoura (2004), perbedaan tersebut tergantung dari beberapa faktor seperti: ukuran perusahaan, industri yang terlibat, kebudayaan bisnis perusahaan, keinginan stakeholder, dan seberapa pesat perkembangan yang terjadi pada perusahaan ketika menerapkan tanggung jawab sosial. Menurut Bernhut dalam Itkonen (2003), terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan tidak bertanggung jawab secara sosial. Pertama, perusahaan tidak memiliki motivasi ekonomi jika perusahaan lain tidak melakukan tindakan yang bertanggung jawab secara sosial. Kedua, tidak ada manajer yang tertarik dengan permasalahan sosial. Dan ketiga, perusahaan tidak menempatkan tanggung jawab sosial sebagai bagian dari sistem nilai mereka. Pada waktu yang bersamaan, CSR menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Hal ini disebabkan karena manusia dapat berkomunikasi dengan siapapun secara universal, sehingga apabila stakeholder dikecewakan oleh perusahaan dalam masalah sosial, isu tersebut akan menyebar dengan cepat dan memberi dampak yang negatif terhadap perusahaan. Akhir-akhir ini, didalam masyarakat Indonesia timbul suatu pendapat bahwa perusahaan manufaktur memiliki kinerja sosial yang lebih buruk dibandingkan dengan perusahaan jasa. Hal itu semakin diperkuat dengan dua kasus yang belakangan ini muncul pada perusahaan manufaktur, yakni kasus PT. Newmont di Sulawesi Utara dan PT. Freeport di Papua. 8 Kasus Freeport adalah sebuah kasus perusahaan pertambangan yang beroperasi di provinsi Papua, tepatnya di Timika, yang dampaknya menimbulkan masalah kerusakan lingkungan dan pelanggaran HAM. Dalam kasus tersebut rakyat melakukan perlawanan karena kehadiran perusahaan tambang itu bukannya membawa kesejahteraan nyata bagi kehidupan masyarakat Papua khususnya suku Amungme yang wilayahnya menjadi lokasi eksploitasi, namun juga karena hadirnya perusahaan itu malah hanya menciptakan krisis sosial serta pengrusakan dan percemaran lingkungan. Kasus lain pada PT Newmont yang mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup akibat operasi tambang perusahaan di teluk buyat, Sulawesi Utara. Kedua kasus perusahaan manufaktur tersebut semakin menguatkan opini masyarakat bahwa kinerja sosial perusahaan manufaktur lebih buruk daripada kinerja sosial perusahaan non-manufaktur. Namun sebelum mengeluarkan pendapat yang akhirnya membentuk suatu opini umum bahwa kinerja sosial perusahaan manufaktur lebih buruk dibandingkan perusahaan non-manufaktur, masyarakat tidak melihat lebih dalam dan luas lagi, sehingga pendapat tersebut berkesan diambil tanpa dasar yang jelas dan kuat. Memang harus diakui bahwa perusahaan manufaktur memang membuang limbah baik limbah padat, cair, maupun gas yang jumlahnya jauh lebih besar dan berbahaya daripada perusahaan jasa, namun semakin tinggi tingkat potensi pencemaran yang ditimbulkan, usaha untuk menanggulanginya pasti juga semakin besar. Namun semakin besar sebuah perusahaan, semakin besar pula produksinya, sehingga pencemaran yang 9 ditimbulkan juga semakin besar, tidak peduli seberapa tinggi usaha perusahaan tersebut dalam menanggulangi pencemaran yang ditimbulkannya. Dalam kasus perusahaan non-manufaktur, dimana perusahaan tersebut tidak memproduksi suatu barang apapun, pencemaran yang dihasilkan tetap jauh lebih kecil dibandingkan perusahaan manufaktur. Melihat fakta diatas, sepertinya pendapat masyarakat harus diuji kebenarannya secara analitis, rinci dan menyeluruh. Menarik sekali untuk mencermati bagaimana praktik pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur serta bagaimana kaitan kinerja sosial perusahaan-perusahaan tersebut dengan kinerja keuangannya. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian tentang praktik tanggung jawab sosial mengenai praktik tanggung jawab sosial pada perusahaan manufaktur dan non-manufaktur, sehingga dapat memberi gambaran jelas dari pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia. Penelitian ini memfokuskan pada perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Dari segi produk yang dihasilkan, aktivitas industri manufaktur dewasa ini mencakup berbagai jenis usaha, antara lain yaitu: 1. basic industry and chemicals, 2. miscellaneous industry, 3. consumer goods industry, dan 4. mining. 10 Dari segi produk yang dihasilkan, aktivitas industri non-manufaktur dewasa ini mencakup berbagai jenis usaha, antara lain yaitu: 1. agriculture, 2. property, real estate and building construction, 3. infrastructure, utilities and transportation, 4. finance, dan 5. trade, services and investment. B. RUMUSAN MASALAH Pada penelitian ini akan diteliti praktik corporate social responsibility oleh perusahaan manufaktur dan non-manufaktur yang ada di Indonesia sehingga dapat menjawab beberapa pertanyaan mendasar berikut ini. 1. Apakah ada perbedaan kinerja sosial antara perusahaan manufaktur dengan kinerja sosial perusahaan non-manufaktur? 2. Apakah terdapat keterkaitan antara corporate social responsibility dengan peningkatan kinerja keuangan perusahaan? 3. Apakah ukuran perusahaan berkorelasi dengan kinerja sosial pada perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia? 4. Apakah risiko manajemen berkorelasi dengan kinerja sosial pada perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia? 5. Apakah kepemilikan institusional berkorelasi dengan kinerja sosial pada perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia? 11 C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ini. 1. Menganalisis perbedaan kinerja sosial pada perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur yang ada di Indonesia. 2. Menginvestigasi hubungan antara kinerja sosial perusahaan dengan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia. 3. Menguji korelasi antara ukuran perusahaan dengan kinerja sosial pada perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia. 4. Menguji korelasi antara risiko manajemen dengan kinerja sosial pada perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia. 5. Menguji korelasi antara kepemilikan institusional dengan kinerja sosial pada perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia. D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini sangat penting, karena akan dapat memberikan pemahaman yang lebih besar terhadap pelaksanaan corporate social responsibility, khususnya di Indonesia, serta keterkaitannya antara corporate social performance dengan kinerja keuangan perusahaan. Secara rinci, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut ini. 1. Dalam bidang akademik, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan akan hubungan antara kinerja sosial perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan untuk memicu penelitian berikutnya. 12 2. Bagi perusahaan, penelitian ini akan sangat berguna dalam meyakinkan manajemen bahwa perhatian terhadap stakeholders perlu ditingkatkan. 3. Untuk peneliti-peneliti lainnya, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dan kerangka kerja untuk penelitian lebih lanjut. E. PENDEKATAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan guna menganalisis apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja sosial perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur yang ada di Indonesia dengan melakukan scoring pada kinerja sosial dan mengukur rasio-rasio keuangan yang mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan. Aktivitas penelitian praktik tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan dengan metode content analysis dengan menilai dimensi kinerja sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan. F. SISTEMATIKA BAB-BAB SELANJUTNYA Sistematika pembahasan bab-bab selanjutnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi teori dasar yang melandasi penelitian, perumusan hipotesis serta penelitian-penelitian terdahulu yang diharapkan mampu mendukung pokok-pokok permasalahan yang diteliti. 13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan bagian yang berisi tentang metodologi penelitian yang akan mengungkap mengenai sejauh mana ruang lingkup penelitian, variabel penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik pengujian data, dan tenik penganalisisan hipotesis. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini memuat analisis terhadap data yang dikumpulkan dan analisis terhadap pengujian hipotesis. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi yang berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilaksanakan serta saran-saran dari peneliti. 14 BAB II TELAAH PUSTAKA Terdapat lima key constructs untuk penelitian ini: kinerja sosial perusahaan (CSP), kinerja keuangan, ukuran perusahaan, risiko manajemen, dan kepemilikan institusional yang akan dibahas di bagian ini. A. MODEL KINERJA SOSIAL PERUSAHAAN (CSP) Kinerja sosial (Corporate Social Performance/CSP) adalah sejauh mana perusahaan mau dan mampu menjalankan tanggung jawab sosial yang melekat pada perusahaan sebagai bagian dari anggota masyarakat. Dalam usahanya untuk memenuhi harapan stakeholder, setiap perusahaan harus berusaha meningkatkan kinerja sosial perusahaan dari waktu ke waktu, pada waktu yang sama, kinerja ekonomi/keuangan harus dikembangkan pula. Satu pertanyaan yang muncul adalah manakah di antara kinerja sosial dan kinerja keuangan yang sebaiknya didahulukan oleh perusahaan. Waddock dan Graves dalam Dean (1999) mengemukakan dua teori untuk menjelaskan pertanyaan tersebut: slack resource theory dan good management theory. Pada slack resource theory, perusahaan harus memiliki posisi keuangan yang baik untuk dapat memberikan kontribusi pada kinerja sosial perusahaan. Dalam melaksanakan kinerja sosial, suatu perusahaan memerlukan sejumlah dana yang dihasilkan dari kesuksesan kinerja keuangan. Kesimpulannya, menurut teori ini kinerja keuangan diprioritaskan terlebih 15 dahulu, sedangkan pada good management theory lebih memprioritaskan kinerja sosial terlebih dahulu. Berdasarkan teori ini, perusahaan yang dianggap memiliki reputasi yang bagus oleh stakeholders-nya akan membuat perusahaan lebih mudah meningkatkan kinerja keuangannya (melalui mekanisme pasar). Terdapat empat model utama dalam struktur model CSP: 1) Carrol (1979 dalam Igalens dan Gond), 2). Wartick dan Cochran (1985 dalam Igalens dan Gond), 3) Wood (1991 dalam Igalens dan Gond), dan 4) Clarkson (1995 dalam Igalens dan Gond). Model dari Carrol mendefinisikan CSP sebagai titik pertemuan dari tiga dimensi: 1) prinsip tanggung jawab sosial perusahaan untuk dipahami pada empat tingkatan yang terpisah (ekonomi, hukum, etika dan kebijaksanaan), 2) jumlah masalah sosial yang dihadapi perusahaan (contohnya diskriminasi sosial, dan lain-lain), dan 3) philosophy underlying its responses, yang tersusun melalui rangkaian kesatuan menurut antisipasi perusahaan seperti masalah-masalah penyangkalan kebohongan yang menjadi tanggung jawab perusahaan secara keseluruhan. Wartick dan Cochran (dalam Igalens dan Gond, 1985) mengadopsi dan memperbaiki model ini, merangkai kembali dimensi akhir dengan pergantian manajemen strategik dari pembelajaran masalah-masalah sosial seperti kerangka analitis yang memungkinkan untuk menspesifikasi dimensi “Masalah-Masalah Sosial Manajemen”. Model dari Wood (2005 dalam Igalens dan Gond) mengusulkan model CSP yang diperbaharui yang menjadi ukuran yang ada dalam susunan 16 pengembangan teoritis (Garde dan Wokutch, 1998 dalam Igalens dan Gond). Sesuai dengan penelitian sebelumnya, dia mendefinisikan CSP sebagai “sebuah konfigurasi organisasi bisnis dari prinsip tanggung jawab sosial, proses kepekaan sosial, kebijakan-kebijakan, dan program-program, yang menampakkan hasil yang menjelaskan hubungan sosial perusahaan” (Wood, 1991, p. 693 dalam Igalens dan Gond). Orientasi ke dua didasarkan pada penelitian pragmatik tentang sulitnya memahami CSP dengan menggunakan tipologi terdahulu, dan menganjurkan menggunakan Stakeholder Theory sebagai kerangka model CSP yang didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk mengatur stakeholders-nya dengan jalan memuaskan mereka (Clarkson, 1995 dalam Igalens dan Gond). Igalens dan Gond (2005) meringkas model-model tersebut seperti dalam tabel berikut ini. Tabel II.1 Empat Model CSP Pengarang Definisi CSP Carrol Artikulasi dan interaksi antara (1979) (a) kategori yang berbeda dari tanggung jawab sosial, (b) masalah khusus yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial, dan (c) the philosophies of the answers. Wartick dan Cochran “Berdasarkan interaksi antara prinsip-prinsip tanggung jawab sosial, proses dari kepekaan Dimensi-dimensi CSP Definisi dari tanggung jawab sosial perusahaan. Tingkatannya: ekonomi, hukum, etika, kebijaksanaan. Philosophy of Responsiveness. Stances: responsive, defensive, accomodative, proactive. Social Issues involved. Contoh: consumerism, lingkungan, diskriminasi, keamanan produk, keamanan pada kerja, shareholding. Corporate Social Responsibilities. Levels: ekonomi, hukum, etika, 17 (1985) Wood (1991) Clarkson (1995) sosial dan kebijakan yang dikembangkan sebagai pemecahan masalah sosial” (p.758). “Konfigurasi organisasi bisnis dari prinsip tanggung jawab sosial, proses kepekaan sosial dan kebijakan, programprogram, dan hasil yang nampak seperti mereka menghubungkan tanggung jawab sosial perusahaan” (p.693). Kemampuan untuk mengatur dan memuaskan stakeholders perusahaan. kebijaksanaan. Corporate Social Responsiveness. Stances: responsive, defensive, accomodative, proactive. Social Issues Management. Pendekatannya: identifikasi, analisis, respon. Prinsip tanggung jawab sosial. Levels: institusi, organisasi dan individu. Process of Corporate Social Responsiveness. Includes: penilaian lingkungan dan analisis stakeholder, manajemen, masalah-masalah manajemen. Model ini mengidentifikasi masalah-masalah khusus untuk masing-masing kategori stakeholder yang membedakan: a. Karyawan. b. Pemilik/Shareholders. c. Konsumen, pemasok. d. Negara. e. Stakeholders. f. Pesaing. (Dikutip dari Windradini, 2005) B. PENGUKURAN CSP (Corporate Social Performance) Tidak seperti kinerja ekonomi, kinerja sosial sulit diukur. Oleh karena itu beberapa penelitian terdahulu mencoba menginvestigasi hubungan antara kinerja sosial perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan berbagai metode pengukuran. Beberapa pengukuran yang digunakan meliputi: delapan atribut reputasi (sering disebut Fortune measure), 18 lima aspek yang memfokuskan pada stakeholder kunci dan tiga variabel penekanan (KLD measure), pengukuran kuantitatif pada aspek lingkungan (TRI measure), aspek kuantitatif dari kedermawanan perusahaan (Company philanthropy measure), dan enam pengukuran sosial pada konsumen, karyawan, masyarakat, lingkungan, minoritas, dan stakeholder yang bukan warga Amerika Serikat (atau disebut juga best corporate citizen). 19 Tabel II.2 Beberapa Pengukuran CSR yang Digunakan Dalam Penelitian Terdahulu Pengukuran Fortune Dimensi Delapan atribut reputasi Penilaian Analis keuangan, eksekutif senior, dan manajer dari luar perusahaan Sumber Griffin dan Mahon, 1997 KLD Lima atribut berfokus pada hubungan dengan key stakeholder, dan tiga atribut lainnya berkaitan dengan tekanan pihak luar. Pengukuran kuantitatif atas kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan terhadap air, tanah, dan pembuangan limbah berbahaya Pengukuran kuantitatif atas sikap dermawan perusahaan Pihak eksternal Waddock dan Graves, 1997 Tidak memerlukan penilaian pihak luar, perusahaan bersangkutan yang akan memberikan data Griffin dan Mahon, 1997 Tidak memerlukan penilaian pihak luar, perusahaan bersangkutan yang akan memberikan data Penelitian investasi sosial perusahaan Griffin dan Mahon, 1997 TRI Corporate Philantrophy Best Corporate Citizen Rata-rata return perusahaan selama tiga tahun dan enam pengukuran sosial: pengaruh perusahaan terhadap customer, karyawan, masyarakat, lingkungan, minoritas dan stakeholder non Amerika (Dikutip dari Setiawati, 2005) Murphy, 2002 20 Dalam penelitian mengenai kinerja sosial dan lingkungan dan hubungannya dengan kinerja keuangan dan kepemilikan institusional, Mahoney dan Roberts (2003) mengembangkan pengukuran kinerja sosial yang terdiri dari tujuh variabel, antara lain persoalan masyarakat, keberagaman di tempat kerja, hubungan dengan karyawan, kinerja lingkungan, masalah internasional, produk dan praktik bisnis, serta variabel lain mengenai kompensasi, kerahasiaan, dan kepemilikan perusahaan. Penelitian terdahulu menerapkan pengungkapan sosial (social disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan sebagai proxy dari pengukuran tanggung jawab sosial perusahaan (Waddock dan Graves dalam Itkonen, 2003). Thomas dan Kenny (1997) dalam Fauzi (2004) melakukan penelitian mengenai pelaporan lingkungan dengan menggunakan indeks lingkungan yang diperoleh dari pengungkapan lingkungan (environmental disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan. Akan tetapi ada juga yang menggunakan pendekatan indeks yang diperoleh dari survei data primer, indikator reputasi perusahaan, atau dengan menggunakan data yang dikeluarkan oleh lembaga peneliti atau pengukur. Secara ringkas, berbagai metode ini dapat dilihat pada tabel II.3. 21 Tabel II.3 Beberapa Metode Pengukuran CSP Tipe Pengukuran Analisis Kandungan Informasi dalam Laporan Tahunan Indikator polusi Survei dengan kuesioner Ketepatan terhadap Konsep CSP Pengukuran ini lebih simbolik daripada substantif dan tidak ada referensi atas dimensi-dimensi yang dibangun di dalamnya Hanya mengukur pada salah satu dimensi saja (aspek lingkungan) Karakteristik/ Permasalahan Sumber Pengukurannya subjektif dan dapat dengan mudah dimanipulasi Oleh Perusahaan Pengukurannya objektif akan tetapi tidak aplikatif untuk berbagai tipe perusahaan Pengukuran perseptual yang dapat dimanipulasi Oleh entitas eksternal perusahaan Tergantung pada apakah pengukuran telah disugestikan. Dapat diandalkan kesesuaiannya dengan konsep, akan tetapi persepsi responden memainkan peranan penting dalam pengukuran Indikator Overlap dengan Pengukurannya Reputasi reputasi perseptual. Perusahaan perusahaan. Dapat Adanya Hallo Effects digunakan mengukur CSP secara menyeluruh, akan tetapi masih ambigu Data yang Pengukuran Tergantung pada dihasilkan multidimensi, mode operasional, oleh kehandalan model Adanya Hallo Effects lembaga tergantung pada peneliti mode operasional dan benchmarks yang digunakan (Igalens dan J.P. Gond; dalam Setiawati, 2005) Oleh peneliti yang menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan informasi secara langsung dari perusahaan Oleh entitas eksternal perusahaan Oleh entitas eksternal perusahaan 22 Karena alasan kelengkapan, dan menerapkan tiap komponen CSR yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan, penelitian kali ini menggunakan pengukuran tanggung jawab sosial perusahaan yang memakai content analysis dari laporan tahunan perusahaan yang dikembangkan oleh Mahoney dan Roberts (2003). Menurut Kent (2000), alasan lain penggunaan laporan tahunan sebagai proxy analisis pengungkapan kinerja sosial perusahaan yang diungkapkan beberapa peneliti adalah sebagai berikut ini. 1. Merupakan media komunikasi utama perusahaan dengan investor dan digunakan (biasanya) secara luas oleh perusahaan untuk mengungkapkan CSR (Rockness, 1985; Wiseman, 1982). 2. CSR terkadang dianggap bertentangan dengan tujuan ekonomis oleh sebagian pemegang saham karena dianggap menghabiskan biaya, terlebih lagi apabila harus mengeluarkan biaya lagi untuk mengungkap dan melaporkan aktivitas CSR perusahaan, maka pengungkapan dalam laporan tahunan akan dapat mengurangi biaya (Gray, Kohuy, Lavers,1995). 3. Jenis informasi yang paling sering diminta oleh pressure groups atau secondary stakeholder adalah berupa laporan tahunan (Tilt, 1994). 4. Laporan tahunan adalah salah satu atau satu-satunya media komunikasi yang telah diperiksa manajemen dan tidak berisiko memberikan salah interpretasi dan distorsi jurnalistik sebagaimana bila menggunakan media pers (Guthrie dan Parker, 1989). 23 C. KINERJA KEUANGAN Pada dasarnya, tanggung jawab manajemen adalah untuk meningkatkan kinerja keuangan. Komponen-komponen dari stakeholder seperti investor, kreditur, dan karyawan sangat memperhatikan tingkat kinerja keuangan karena semakin tinggi kinerja keuangan akan semakin meningkatkan kemakmuran stakeholder. Berdasarkan slack resource theory (Waddock dan Graves pada Dean, 1999), peningkatan kinerja keuangan membuat perusahaan memiliki lebih banyak kesempatan untuk meningkatkan kinerja sosial pada semua aspek. Terdapat berbagai metode pengukuran yang digunakan untuk menunjukkan kinerja keuangan. Ukuran-ukuran tersebut dibagi dalam tiga kategori: ROA dan ROE (Waddock dan Graves, 1997 dalam Mahoney dan Roberts, 2003); profitability in absolute term (Cowen, Ferrari, dan Parker, 1987 dalam Stanwick dan Stanwick, 1987); dan multiple accounting berdasarkan pengukuran dengan indeks keseluruhan menggunakan skor 0-10 (Moore, 2001). Penggunaan skor 0-10 untuk mendapatkan overall index dari kinerja keuangan menimbulkan masalah obyektivitas dalam proses pemberian skor dan validitas hasil akhir dari indeks. Penelitian ini menggunakan pengukuran yang digunakan oleh Mahoney dan Roberts (2003), yaitu mengukur ROA dan ROE. Menurut Itkonen (2003), hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan dapat berupa hubungan positif, netral, dan negatif. Tapi kebanyakan hasil penelitian mengindikasikan adanya 24 hubungan positif dan hanya sedikit yang menghasilkan hubungan negatif (Itkonen, 2003). D. UKURAN PERUSAHAAN Menurut Waddock dan Graves (1997) pada Itkonen (2003), terdapat dukungan bukti bahwa perusahaan-perusahaan besar lebih bertanggung jawab secara sosial dibandingkan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil. Perusahaan-perusahaan besar mendapatkan perhatian lebih banyak dari kelompok stakeholder eksternal daripada perusahaan-perusahaan yang lebih kecil dan sebagai konsekuensinya, mereka perlu lebih memperhatikan stakeholder eksternalnya (Waddock dan Graves, 1997 dalam Itkonen, 2003). Orlitzky (2001) mengungkapkan bahwa CSR dihubungkan dengan ukuran perusahaan sejak permulaan atau awal pendirian perusahaan. Ketika perusahaan-perusahaan mulai tumbuh dan menjadi terkenal, perusahaan tersebut memerlukan tambahan biaya untuk meningkatkan perhatian pada kinerja sosialnya. Pengukuran company size dalam penelitian ini didasarkan pada total asset yang dimiliki perusahaan tersebut. E. RISIKO MANAJEMEN Beberapa peneliti telah menyelidiki hubungan antara CSR dan risiko manajemen (Moore, 2001) dalam Itkonen (2003). Moore (2001) dalam Itkonen (2003) berpendapat bahwa perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial dipertimbangkan sebagai manajemen yang baik dan tidak berisiko. Dan 25 juga, perusahaan yang berisiko kecil lebih berperan dalam aktivitas pertanggung jawaban sosial. Rumus yang dipakai dalam menentukan risiko manajemen adalah: Management Risk = Long term debt Total asset x 100% F. KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL Investor institusional tidak hanya memiliki kepentingan kuat dalam kinerja keuangan dimana mereka menginvestasikan uang mereka, tetapi mereka juga memiliki kepentingan dalam hal strategi, aktivitas dan stakeholders lain di perusahaan (Fortune, 1993, Gilson dan Kraakman, 1991, Holdderness dan Sheena, 1998, Pound, 1992, Smith, 1996, Johnson dan Greening, 1999) dalam Mahoney (2002). Jadi, investor institusional lebih melihat kepada keuntungan jangka panjang dari keterlibatan perusahaan dalam kinerja sosial. Pengukuran variabel ini dilakukan oleh banyaknya institusi yang memiliki saham. G. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU 1. Stanwick dan Stanwick (1998) melakukan penelitian untuk menguji hubungan antara kinerja sosial perusahaan dengan tiga variabel organisasional yaitu ukuran organisasi, kinerja keuangan, dan kinerja lingkungan. Penelitian tersebut mengambil sampel perusahaan-perusahaan yang ada di AS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran organisasi, 26 kinerja keuangan, dan kinerja lingkungan mempengaruhi tingkat kinerja sosial perusahaan. 2. Mahoney dan Roberts (2002) dengan sampel perusahaan-perusahaan di Kanada, menguji variabel kinerja sosial dan lingkungan perusahaan terhadap kinerja keuangan dan kepemilikan institusional dengan menggunakan ukuran perusahaan, financial leverage, dan tipe industri sebagai variabel moderating. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa variabel kinerja sosial perusahaan tidak mempengaruhi kinerja keuangan secara signifikan dan positif. 3. Penelitian D’amorciles dan Trebucq (2002) menggunakan perusahaan Perancis sebagai sampel meneliti hubungan antara kinerja sosial dan kinerja keuangan perusahaan. Mereka menggunakan slack resource dan good management theory yang dikembangkan oleh Waddock dan Graves dalam Dean (1999) dan memberikan kesimpulan bahwa kinerja sosial dan kinerja keuangan perusahaan tidak berhubungan secara signifikan. 4. Itkonen (2003) melakukan survei literatur atas hubungan antara tanggung jawab sosial dan kinerja keuangan perusahaan. Dia menyimpulkan bahwa hubungan dapat terjadi dalam tiga kondisi: positif, negatif, dan netral; dimana hubungan positif sebagai suatu kondisi yang dominan. Itkonen juga meneliti variabel yang akan mempengaruhi hubungan antara tanggung jawab sosial dan kinerja keuangan perusahaan, yaitu: resiko, ukuran perusahaan, aktivitas penelitian dan pengembangan, dan tipe industri. 27 5. Penelitian Tsoutsoura (2004), dengan sampel perusahaan Amerika Serikat memberikan pemecahan atas masalah yang terus menerus diperdebatkan mengenai hubungan antara kinerja sosial dan kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan model dan pengukuran CSR. Dia menemukan bahwa kinerja sosial memiliki hubungan yang signifikan dan positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. 6. Fauzi (2004) melakukan penelitian dengan sampel perusahaan Amerika Serikat yang listing di New York Stock Exchange (sampel kecil) dan dimodifikasi dengan model Mahoney dan Roberts (2002) yang memasukkan pengaruh interaksi dan menguji hubungan antara tanggung jawab sosial dengan kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara praktek tanggung jawab sosial dan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini juga menemukan bahwa hanya ukuran perusahaan saja yang dapat menjadi variabel moderasi. Hubungan negatif kemudian dapat diinterpretasikan sebagai suatu kondisi dimana muncul biaya untuk meningkatkan tanggung jawab sosial yang nantinya akan menurunkan kinerja keuangan. 7. Al Khadash (2003) yang melakukan penelitian mengenai pengungkapan kinerja sosial perusahaan di Jordania yang menguji hubungan antara kinerja keuangan dengan kinerja sosial menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan positif antara kinerja keuangan perusahaan terhadap kinerja sosial perusahaan. 28 8. Kent dan Chan (2000) yang melakukan pengujian atas implementasi stakeholder theory pada pengungkapan kinerja sosial perusahaan baik secara kuantitas maupun kualitas, memberikan hasil dimensi stakeholder power memperlihatkan hubungan yang signifikan dalam menjelaskan pengungkapan kinerja lingkungan perusahaan. 29 H. KERANGKA TEORITIS Berdasarkan tinjauan literatur-literatur yang telah dibahas sebelumnya, kerangka teoritis yang dapat menjadi dasar bagi pengembangan hipotesis dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar II.1 Kerangka Konseptual Penelitian CFP Corporate Social Responsibility Community Issues Diversity in Workplace Employee Relations Environmental Performance International Product and Business Practice Other 30 I. PERTANYAAN PENELITIAN DAN HIPOTESIS Berdasarkan literature review yang ekstensif, penelitian ini meneliti lima research questions. Pertanyaan pertama mengenai perbedaan kinerja sosial antara perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur. Pertanyaan kedua mengenai korelasi antara kinerja sosial dan kinerja keuangan. Pertanyaan ketiga, keempat, dan kelima mengenai korelasi CSP dengan variabel kontrol. Q1= Apakah ada perbedaan kinerja sosial antara perusahaan manufaktur dengan kinerja sosial perusahaan non-manufaktur? Abu Baker (dalam Al Kadhash, 2003) melakukan perbandingan kinerja sosial antara sektor manufaktur dan jasa yang listing pada Amman Financial Market (AFM) dan hasilnya menunjukkan adanya perbedaan kinerja sosial yang signifikan antara sektor industri tersebut. Perusahaan manufaktur cenderung dinilai lebih memperhatikan aspek kinerja sosialnya dibandingkan perusahaan non-manufaktur, hal ini disebabkan karena aktivitas perusahaan manufaktur dalam memproduksi barang mentah hingga menjadi barang jadi yang otomatis menyebabkan perusahaan manufaktur lebih memperhatikan dampak dari aktivitas industrinya, contohnya dengan melakukan penanganan terhadap limbah industri ataupun penanganan polusi yang dijalankan dengan melakukan analisis dampak lingkungan. Al Kadhash (2003) menginvestigasi bentuk dari pengungkapan kinerja sosial dan lingkungan yang fokus pada perusahaan manufaktur di Jordania, karena perusahaan manufaktur dinilai lebih memperhatikan tanggung jawab 31 sosialnya sehingga perusahaan pada sektor manufaktur lebih banyak menyediakan pengungkapan kinerja sosial dibandingkan dengan perusahaan non-manufaktur. Oleh karena itu, concern dari penelitian ini adalah bahwa terdapat perbedaan kinerja sosial antara perusahaan manufaktur dan nonmanufaktur, dan hipotesis pertama yang akan diuji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut ini. H1 : Tidak ada perbedaan kinerja sosial antara perusahaan manufaktur dengan perusahaan non-manufaktur yang ada di Indonesia. Q2= Apakah ada keterkaitan antara corporate social responsibility dengan peningkatan kinerja keuangan perusahaan? Telah banyak penelitian yang menginvestigasi pengaruh kinerja sosial perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan, dan hasilnya bervariasi: positif, netral, dan negatif. Akan tetapi, menurut studi literatur yang dilakukan oleh Itkonen (dalam Palupi, 2005), kebanyakan penelitian yang ada menunjukkan hubungan yang positif. Dalam penelitian ini, dirumuskan hipotesis kedua sebagai berikut ini. H2 : Kinerja sosial perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Selanjutnya, penelitian ini juga akan meneliti hubungan antara ukuran perusahaan, risiko manajemen, serta kepemilikan institusional terhadap kinerja sosial perusahaan. Q3= Apakah ukuran perusahaan berkorelasi terhadap kinerja sosial pada perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia? 32 Beberapa penelitian tentang kinerja sosial telah menggunakan berbagai variabel kontrol maupun variabel moderasi, namun masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Waddock dan Graves (1997) serta Orlitzky (2001) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja sosial perusahaan. Akan tetapi penelitian perusahaan-perusahaan di Indonesia yang dilakukan Windradini (2005) yang juga meneliti korelasi antara ukuran perusahaan dengan kinerja sosial perusahaan tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan. Hipotesis ketiga yang akan diuji pada penelitian ini adalah sebagai berikut ini. H3 : Ada korelasi antara ukuran perusahaan dengan kinerja sosial pada perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia. Pertanyaan penelitian keempat yang hendak dijawab pada penelitian ini adalah sebagai berikut ini. Q4= Apakah risiko manajemen berkorelasi terhadap kinerja sosial pada perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia? Rahayuningsih (2005) tidak menemukan korelasi antara variabel risiko manajemen terhadap CSP. Palupi (2005) dan Widyatmoko (2005) juga menemukan bahwa risiko manajemen tidak dapat memoderasi hubungan CSP dengan kinerja keuangan perusahaan. Concern dalam penelitian ini adalah tidak adanya korelasi yang signifikan antara variabel risiko manajemen dengan CSP. Hipotesis keempat yang akan diuji pada penelitian ini adalah. H4 : Ada korelasi antara risiko manajemen dengan kinerja sosial pada perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia. 33 Q5= Apakah kepemilikan institusional berkorelasi terhadap kinerja sosial pada perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia? Kent dan Chan (2000) menemukan adanya korelasi antara kepemilikan institusional dengan kinerja sosial perusahaan. Sedangkan penelitian Palupi (2005) mengenai hubungan antara kinerja sosial perusahaan dengan kepemilikan institusional pada perusahaan-perusahaan di Indonesia, tidak menemukan pengaruh antara tingkat pengungkapan kinerja sosial perusahaan dengan kepemilikan institusional. Selanjutnya, hipotesis kelima yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini. H5: Ada korelasi antara kepemilikan institusional dengan kinerja sosial pada perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia. 34 Tabel II. 4 Hasil Penelitian CSR (Hubungan Positif) Hubungan Positif Worrell, Davidson III & Sharma 1991 Preston & O’Banon, 1997 Waddock & Graves, 1997 Frooman, 1997 Roman, Hayibor & Angle, 1999 Orlitzky, 2001 Orlitzky & Benjamin, 2001 Ruf et al, 2001 Sampel Reaksi pasar untuk pengumuman dari 194 hasil pembelajaran/penelitian. Multiple industry, 67 perusahaan besar USA. Multiple industry, 469 perusahaan. Pengukuran CSR Fortune. KLD. Meta-analisis dari 27 event studied. Rekonstruksi studi pustaka dari Griffin dan Mahoney (1997), 4 pembelajaran tambahan. Meta analisis dari 20 pembelajaran. Meta analisis dari 18 pembelajaran atas hubungan CSR dan risiko. Multiple industry 496 KLD. perusahaan. Murphy, 2002 S&P 500. Simpson & Kohers, 2002 Industry bank, 385 bank. (Dikutip dari Windradini, 2005) Control Variable Best Corporate Citizens. Community Reinvestment Act Rating. Ukuran perusahaan, risiko, industri. Ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan, industri. 35 Tabel II. 5 Hasil Penelitian CSR (Hubungan Netral) Hubungan Netral Griffin & Mahon, 1997 Mc. William & Siegel, 2000 Mc. William & Siegel, 2001 Sampel Pengukuran CSR Industri kimia, 7 Fortune, KLD, TRI, perusahaan Philanthropy. (terdiri studi pustaka yang luas). Multiple industry, KLD. 524 perusahaan. Studi pustaka, penambah/dukun gan dan model permintaan dari CSR. Moore, 2001 Industri 16 pengukuran dari supermarket U.K, kinerja sosial dan 8 perusahaan. pengungkapan. (Dikutip dari Windradini, 2005) Control Variable Industri. Investasi dalam R&D. Industri. Tabel II. 6 Hasil Penelitian CSR (Hubungan Negatif) Hubungan negatif Wright & Ferris, 1997 Sampel Pengukuran CSR Multiple industry, 116 divestments. Divestments dari bisnis CSR di Afrika Selatan. (Dikutip dari Windradini, 2005) Control Variable 36 BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis apakah ada perbedaan kinerja antara perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur yang ada di Indonesia dengan melakukan scoring atas kinerja sosial dan mengukur rasio-rasio keuangan yang mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan. Jenis penelitian ini adalah pengujian hipotesis yang menjelaskan mengenai sifat hubungan antar variabel. B. POPULASI DAN PEMILIHAN SAMPEL Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur yang listing di BEJ dari tahun 2002-2004. Tidak semua individu dapat diikutsertakan dalam penelitian. Penentuan sampel merupakan suatu langkah penting karena akan menentukan hasil penelitian. Hanya sebagian dari individu tersebut yang memenuhi kriteria tertentu saja yang dimasukkan sebagai sampel. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu suatu metode pengambilan sampel dengan beberapa kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria pengambilan sampel tersebut adalah sebagai berikut ini. 37 a) Perusahaan tersebut merupakan perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sekurangkurangnya tiga tahun. b) Perusahaan menerbitkan Laporan Tahunan dari tahun 2002 hingga 2004 dan dipublikasikan dalam www.jsx.co.id. Dengan demikian, setiap perusahaan manufaktur dan perusahaan nonmanufaktur di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta minimal selama tiga tahun dan memiliki laporan tahunan perusahaan pada tahun 2002 hingga 2004 yang terdapat di www.jsx.co.id, maka perusahaan tersebut terpilih sebagai sampel penelitian. C. JENIS DAN SUMBER DATA Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Corporate Annual Reports dari perusahaan yang listing di BEJ, berikut ini adalah sumber perolehan data. 1. Laporan tahunan perusahaan 2002-2004, data diperoleh dengan cara men-download dari www.jsx.co.id. 2. Skor CSR diperoleh dari hasil content analysis laporan tahunan perusahaan yang disesuaikan dengan dimensi-dimensi yang terdapat dalam penelitian Mahoney dan Roberts (2002) dan juga berasal dari berita elektronik yang diterbitkan pihak internal maupun eksternal perusahaan. 38 3. Nilai ROA, diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). 4. Nilai ROE, didapatkan dari ICMD. 5. Kepemilikan institusional diperoleh dari ICMD. 6. Nilai resiko perusahaan merupakan nilai yang diperoleh dari pembagian nilai long term debt (utang jangka panjang) dengan total aktiva, dimana keduanya diperoleh dari ICMD. D. DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL 1. Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang dapat diperoleh dari keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA dapat dihitung dengan membagi laba usaha setelah pajak dengan asset dikalikan dengan seratus persen. ROE merupakan ukuran kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Variabel ini dihitung dengan membagi laba usaha setelah pajak dengan equity kemudian dikalikan seratus persen. Variabel ini digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi para pemegang saham. 39 2. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Penelitian ini menggunakan pendekatan pengukuran kinerja sosial perusahaan yang digunakan oleh Mahoney dan Roberts (2003) dan menggunakan tiap-tiap komponen dari tanggung jawab sosial untuk menentukan pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan perusahaan (corporate annual report). Variabel ini meliputi permasalahan masyarakat, keberagaman di tempat kerja, hubungan karyawan, kinerja lingkungan, permasalahan internasional, produk dan praktek bisnis, dan variabel lain yang berkaitan dengan kompensasi, kerahasiaan, dan kepemilikan di perusahaan lain. Komponen dari setiap dimensi tersebut pada tabel III.1 40 Tabel III.1 Pengukuran Kinerja Sosial Perusahaan yang Diadopsi dari Michael Jantzi Research Associates, Inc. Dimension Strength Community Issues Diversity Workplace in Employee Relations Environmental Performance 1. Generous giving 2. Innovating giving 3. Community consultation/engagement 4. Strong aboriginal relationship 1. Strong employment equity program 2. Woman on board of directors 3. Women in senior management 4. Work/family benefit 5. Minority/women contracting 1. Positive union relation 2. Exceptional benefit 3. Workforce management policies 4. Cash profit sharing 5. Employee ownership/ involvement 1. Environmental management strength 2. Exceptional environment planning and impact assessment 3. Environmentally sound resource use 4. Environmental impact reduction 5. Beneficial product and service International 1. 2. 3. 4. Community relations Employee relations Environment Sourcing practices Product and Business Practice 1. Beneficial products and services 2. Ethical business practices Other 1. Limited compensation 2. Confidential proxy voting 3. Ownership in companies have Concern 1. Lack of consultation/ engagement 2. Breach of covenant 3. Weak aboriginal relation 1. Lack of employment equity initiative 2. Employment equity controversies 1. 2. 3. 4. Poor union relation Safety problem Workforce reduction Inadequate benefits 1. Environment management concern 2. Inadequate environmental planning or impact assessment 3. Unsound resource use 4. Poor compliance record 5. Substantial emmissions/ dischanges 6. Negative impact of operation 7. Negative impact of product 1. Poor community relations 2. Poor employee relations 3. Poor environmental management/performance 4. Human rights 5. Burma 6. Sourcing practices 1. Product safety 2. Pornography 3. Marketing practices 4. Illegal business practices 1. Excessive compensation 2. Dual-class share structure 3. Ownership in other companies (Diadopsi dari Michael Jantzi Research Associates, Inc.) 41 Prosedur pengumpulan data mengikuti metode yang dilakukan oleh Michael Jantzi Research Associate (MJRA), sebuah institusi penelitian yang mempersiapkan dan mengumpulkan informasi tanggung jawab sosial perusahaan di Kanada dalam bentuk Canadian Social Investment Database (CSID), sama seperti metode KLD di Amerika Serikat; database tersebut digunakan oleh Mahoney dan Roberts (2002). Dengan menggunakan pedoman tersebut di atas, data dari setiap laporan tahunan perusahaan akan diberikan skor berskala nol sampai dengan dua untuk kelebihan dan kekurangan tiap komponennya. Skor -2 mengindikasikan komponen yang memiliki tingkat kelemahan yang tinggi (major concern), skor -1 menunjukkan komponen yang memiliki tingkat kelemahan yang tidak terlalu tinggi (notable concern), skor 0 menyatakan tidak ada kelebihan maupun kelemahan (no notable or no major strength or concern). Skor +1 mengindikasikan komponen yang memiliki tingkat kelebihan yang mencukupi (notable strength) dan skor +2 menunjukkan komponen dengan tingkat kelebihan yang tinggi (major strength) (Mahoney dan Roberts, 2002). Kemudian indeks kinerja sosial perusahaan dihitung dengan cara menjumlahkan setiap skor yang diperoleh dari setiap perusahaan. 3. Variabel Kontrol Ada 3 (tiga) pendekatan untuk mengukur ukuran perusahaan dalam teori ini yaitu total asset (Simerly dan Li, 2001; Moore, 2001; Mahoney 42 dan Robert, 2002; Tsoutsoura, 2004; dan Fauzi, 2004. Penelitian ini mengikuti aturan yang di gunakan oleh Mohoney dan Robert (2002) dengan argumentasi bahwa total asset adalah “money machine” untuk menghasilkan penjualan dan pendapatan. Ditambah untuk hal tersebut, pengukuran ukuran perusahaan juga mengikuti penelitian dari Al-Khadash (2003) menggunakan total turnover (penjualan). Berdasarkan survey literatur, risiko di definisikan sebagai resiko keuangan/risiko sistematika (misalnya dengan sebuah contoh stabil dari stock market return) yang lebih mungkin dapat mempercayakan keterlibatan dengan aktivitas tanggung jawab sosial (Moore, 2001). Seperti yang digunakan oleh Mahoney dan Robert (2002), variabel dari kepemilikan institusional diukur oleh banyaknya institusi yang memiliki saham. E. METODE ANALISIS DATA Hipotesis 1 akan diuji dengan menggunakan uji statistik parametrik untuk menganalisis perbedaan nilai rata-rata (mean) skor kinerja sosial perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur. Hipotesis 2 akan diuji menggunakan uji korelasi, untuk mengetahui korelasi antara kinerja sosial dan kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur dan non-manufaktur. Hipotesis ketiga, keempat, dan kelima akan diuji dengan menggunakan uji korelasi parsial. Program SPSS 12.0 akan dijalankan untuk membantu dalam proses pengolahan data. 43 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kinerja sosial antara perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur di Indonesia dengan menggunakan ukuran perusahaan, risiko, dan kepemilikan institusional sebagai variabel kontrol. Pada bab ini akan diuraikan mengenai deskripsi data, pengujian hipotesis dan pembahasannya, serta perbandingan dengan penelitian sebelumnya. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 12.0 untuk sistem operasi Windows. A. DESKRIPSI DATA 1. Seleksi Sampel Seleksi sampel hanya difokuskan pada data yang memenuhi syarat, terdiri dari perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari laporan tahunan perusahaan yang dipublikasikan dalam www.jsx.co.id antara tahun 2002-2004. Analisis yang dilakukan adalah membandingkan kinerja sosial (CSP) antara perusahaan manufaktur dan non-manufaktur selama tiga tahun. Penelitian dilakukan untuk mencari perbedaan mean/perbedaan kinerja sosial antara perusahaan manufaktur dan non-manufaktur serta mencari pengaruh 44 kinerja sosial ini terhadap kinerja keuangan (ROA dan ROE), dan variabel kontrol. Data diperoleh berdasarkan kriteria sampel yang telah ditentukan dan dapat dilihat dalam tabel IV.1, dan IV.2. TABEL IV.1 JUMLAH SAMPEL PENELITIAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR Keterangan Laporan Tahunan perusahaan manufaktur tahun 2002-2004 yang diperoleh sebagai sampel Laporan Tahunan perusahaan manufaktur tahun 2002-2004 yang tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sampel Jumlah Laporan Tahunan perusahaan manufaktur tahun 20022004 yang dapat dijadikan sampel akhir penelitian Sumber : data yang telah dikumpulkan Jumlah 149 (34) 115 Sampel laporan tahunan perusahaan manufaktur yang diperoleh dalam penelitian berjumlah 149 perusahaan diperoleh dari ketersediaan dan kelengkapan laporan tahunan perusahaan manufaktur. Terdapat 34 (22,82%) laporan tahunan yang tidak lengkap atau tidak memenuhi kriteria yang ditentukan, sehingga diperoleh sampel akhir laporan tahunan perusahaan manufaktur sebesar 115 atau sebanyak 77,82% laporan tahunan 45 TABEL IV.2 JUMLAH SAMPEL PENELITIAN PERUSAHAAN NONMANUFAKTUR Keterangan Laporan Tahunan perusahaan non-manufaktur tahun 2002-2004 yang diperoleh sebagai sampel Laporan Tahunan perusahaan non-manufaktur tahun 2002-2004 yang tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sampel Jumlah Laporan Tahunan perusahaan non-manufaktur tahun 20022004 yang dapat dijadikan sampel akhir penelitian Sumber : data yang telah dikumpulkan Sampel laporan Jumlah 359 (43) 316 tahunan perusahaan non-manufaktur yang diperoleh dalam penelitian berjumlah 359 perusahaan diperoleh dari ketersediaan dan kelengkapan laporan tahunan perusahaan non- manufaktur. Oleh karena itu terdapat 43 (11,98%) laporan tahunan yang tidak lengkap atau tidak memenuhi kriteria yang ditentukan, sehingga diperoleh sampel akhir laporan tahunan perusahaan non-manufaktur sebesar 88,02% atau 316 laporan tahunan. Sampel akhir laporan tahunan perusahaan baik manufaktur maupun non-manufaktur yang dapat dianalisis dalam penelitian ini berjumlah 431 perusahaan yang diperoleh dari ketersediaan laporan tahunan perusahaan Indonesia yang terdapat dalam www.jsx.co.id dari tahun 2002-2004, yang kemudian dikelompokkan ke dalam dua tipe industri. 46 TABEL IV.3 PENGELOMPOKAN TIPE INDUSTRI Tipe Industri A. Manufacture, diberi kode 1: 1. Coal mining 2. Crude petroleum and natural gas production 3. Metal and mineral mining 4. Land or stone quarrying 5. Cement 6. Ceramics, glass, porcelain 7. Metal and allied products 8. Chemicals 9. Plastics and packaging 10. Animal feed 11. Wood industries 12. Pulp and paper 13. Machinery and heavy equipment 14. Automotive and components 15. Textile, garment 16. Footwear 17. Cable 18. Electronics 19. Food and beverages 20. Tobacco manufacturers 21. Pharmaceuticals 22. Cosmetics and household 23. House ware B. Non-Manufacture, diberi kode 2: 24. Crops 25. Plantation 26. Animal husbandry 27. Fishery 28. Forestry 29. Property and real estate 30. Building construction 31. Energy 32. Toll road, airport, harbor and allied production 33. Telecommunication 34. Transportation 35. Construction 36. Bank 37. Financial institution 38. Securities company 39. Insurance 40. Investment fund or mutual fund 47 41. Wholesale (durable and non durable goods) 42. Retail Trade 43. Restaurant, hotel and tourism 44. Advertising, printing and media 45. Health care 46. Computer and services 47. Investment company 48. Others 2. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dalam penelitian dilakukan untuk mencari mean dan standar deviasi dari CSR, ROA, ROE, total asset, risiko manajemen, dan kepemilikan institusional. Hasilnya dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: perusahaan manufaktur dan non-manufaktur di Indonesia. Tabel IV.4 berikut ini menyajikan statistik deskriptif pada perusahaan manufaktur: Tabel IV. 4 Statistik Deskriptif Perusahaan Manufaktur Variable CSR ROA ROE ASSET RISK OWN Mean 6,6000 6,5780 -17,1112 2816725,2 25,0790 2,7044 Standar Deviasi 2,1635 30,0634 426,8060 6887399,5364 29,9652 2,0260 Cases 115 115 115 115 115 115 Dari tabel IV. 4 ini, diketahui bagaimana hasil pengumpulan sampel yang diolah dengan statistik untuk mengetahui mean dan standar deviasi dari total sampel pada perusahaan manufaktur sebanyak 115 perusahaan. 48 Total kinerja sosial perusahaan manufaktur mempunyai nilai mean 6,600 sedangkan standar deviasinya 2,163. Nilai mean dan standar deviasi untuk kinerja keuangan terdiri dari: a). ROA mempunyai mean 6,579 dan standar deviasi 30,063; b). ROE mempunyai mean -17,111 dan standar deviasi 426,806. Mean dan standar deviasi bagi variabel lain terdiri dari: a). Asset mempunyai mean 2816725 dan standar deviasi 6887399,536; b). Risiko manajemen memiliki mean 25,079 dan standar deviasi 29,965; c). Kepemilikan institusional memiliki mean 2,704 standar deviasi 2,026. Pada perusahaan non-manufaktur yang ada di Indonesia juga diperlakukan sama untuk sampelnya yaitu diolah dengan statistik deskriptif untuk mencari mean dan standar deviasi tiap-tiap variabel dari total sampel sebanyak 316 perusahaan. Tabel IV. 5 berikut menunjukkan statistik deskriptif pada perusahaan non-manufaktur. Tabel IV. 5 Statistik Deskriptif Perusahaan Non-Manufaktur Variable CSR ROA ROE ASSET RISK OWN Mean 3,908 4,361 37,472 5702028 27,2001 3,073 Standar Deviasi Cases 1,780 316 36,866 316 760,684 316 19397955,07 316 25,419 316 2,314 316 Total kinerja sosial perusahaan non-manufaktur mempunyai nilai mean 3,908 sedangkan standar deviasinya 1,780. Nilai mean dan standar deviasi untuk kinerja keuangan terdiri dari: a). ROA mempunyai mean 4,361 dan standar deviasi 36,866; b). ROE mempunyai mean 37,472 dan 49 standar deviasi 760,684. Mean dan standar deviasi bagi variabel lain terdiri dari: a). Asset mempunyai mean 5702028 dan standar deviasi 19397955,07; b). Risiko manajemen memiliki mean 27,2001 dan standar deviasi 25,419; c). Kepemilikan institusional memiliki mean 3,073 dan standar deviasi 2,314. B. ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada analisis hasil akan dijelaskan hasil pengujian H1. Hasil penelitian dapat dilihat pada lampiran tabel pengujian korelasi parsial dan perbedaan nilai rata-rata (mean) untuk hipotesis pertama. Selanjutnya akan dijelaskan hasil pengujian hipotesis pertama berikut ini. 1. Perbedaan mean antara kinerja sosial (CSP) manufaktur dan nonmanufaktur Pengujian H1 dilakukan dengan analisis Levene’s test yang mengukur perbedaan mean antara kinerja sosial perusahaan manufaktur dan non-manufaktur. Hasilnya ditunjukkan pada tabel IV. 6 berikut ini. Tabel IV.6 Perbedaan Mean antara Perusahaan Manufaktur dan Perusahaan Non-Manufaktur (T-Test) Perusahaan Manufaktur Mean 6,600 Standar Deviasi 2,163 Keterangan Tingkat signifikansi = 0,000 Perusahaan nonmanufaktur 3,908 1,780 50 Dari tabel IV. 6 ini diketahui bahwa hasil pengujian H1 menunjukkan terdapat beda mean antara kinerja sosial perusahaan manufaktur dan non-manufaktur, hal ini ditunjukkan pada tabel IV.6, sehingga hipotesis 1 tidak diterima (ditolak) karena terdapat perbedaan mean antara kinerja sosial perusahaan manufaktur dan non-manufaktur. 2. Pengaruh CSP terhadap kinerja keuangan (ROA dan ROE), ukuran perusahaan, risiko manajemen, kepemilikan institusional Hipotesis kedua hingga kelima selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji korelasi parsial guna mencari pengaruh CSP terhadap kinerja keuangan dengan menggunkan variabel kontrol: ukuran perusahaan, risiko manajemen, serta kepemilikan institusional. Hasil analisis pada bagian ini akan dijelaskan dalam dua bagian, yaitu: 1). Hasil pengujian sebelum ada variabel kontrol; 2). Sesudah adanya variabel kontrol. Hipotesis ini lebih difokuskan pada pengujian sesudah adanya variabel kontrol. 2.1. Hasil pengujian sebelum ada variabel kontrol a. Hasil pengujian untuk perusahaan manufaktur Pada bagian ini akan dijelaskan hasil analisis CSP terhadap kinerja keuangan, ukuran perusahaan, risiko manajemen, dan kepemilikan institusional tanpa variabel pengontrolnya. Hasil analisis sebelum ada variabel kontrol dapat diuji pada tabel IV. 7. 51 Dari tabel IV. 7 terlihat bahwa hubungan antara kinerja sosial dengan kinerja keuangan (ROA dan ROE), risiko manajemen, kepemilikan institusional, dan ukuran perusahaan (total asset) sebelum adanya variabel kontrol, tidak mempunyai hubungan yang signifikan. Tabel IV. 7 juga menunjukkan hubungan antara CSR/kinerja sosial dengan risiko yang mendekati signifikan yang nampak pada hasil dengan tingkat Sig = 0,079. b. Hasil pengujian untuk perusahaan non-manufaktur Tabel IV. 8 merupakan ringkasan hasil analisis antara kinerja sosial dengan kinerja keuangan, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, dan risiko manajemen sebelum ada variabel kontrol pada perusahaan non-manufaktur dengan uji korelasi parsial. Dari tabel IV. 8 menunjukkan bahwa terdapat 3 hubungan antara kinerja sosial dengan kinerja keuangan (ROA dan ROE), ukuran perusahaan (total asset), risiko manajemen, dan kepemilikan institusional tanpa variabel kontrol yang mempunyai hubungan yang signifikan, yaitu: a). Hubungan antara ASSET2CSR2 dengan tingkat Sig = 0,000 yang berarti bahwa besarnya asset yang dimiliki perusahaan berpengaruh terhadap kinerja sosial perusahaan; b). RISK2-CSR2 dengan tingkat Sig = 0,001 yang berarti bahwa tingkat risiko manajemen berpengaruh 52 terhadap kinerja sosial perusahaan; c). OWN2-CSR2 dengan tingkat Sig = 0,017 yang berarti bahwa tingkat kepemilikan suatu perusahaan/besarnya jumlah pemegang saham memiliki pengaruh terhadap kinerja sosial perusahaan. Tabel IV. 8 juga mengungkap beberapa hubungan antara variabel pengontrol tanpa kinerja sosial yang saling memiliki hubungan yang signifikan, yaitu: a). Hubungan antara ROE2ROA2 dengan tingkat Sig = 0,000 yang berarti bahwa besarnya modal yang dimiliki perusahaan berpengaruh terhadap tingkat investasi perusahaan; b). RISK2-ASSET2 dengan tingkat Sig = 0,034 yang berarti bahwa tingkat risiko manajemen perusahaan memiliki pengaruh terhadap besarnya asset perusahaan. 53 54 55 2.2. Hasil Pengujian Setelah Adanya Variabel Kontrol a. Pada Perusahaan Manufaktur Tabel IV. 9 Pengaruh CSR terhadap Kinerja Keuangan dengan Variabel Kontrol pada Perusahaan Manufaktur Keterangan CSR-ROA CSR-ROE CSR-ASSET CSR-RISK CSR-OWN Korelasi Sig (2-tailed) -0,050 -0,087 0,048 0,168 0,011 0,602 0,361 0,614 0,078 0,912 Tingkat signifikan = 0,05 Dari tabel diatas nampak pengaruh CSR/kinerja sosial terhadap kinerja keuangan. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa CSR tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja keuangan dengan menggunakan variabel kontrol. Dari tabel IV. 9 diketahui bahwa CSR juga tidak mempunyai hubungan signifikan dengan ukuran perusahaan, risiko manajemen dan kepemilikan institusional. b. Pada Perusahaan Non-Manufaktur Tabel IV.10 merupakan ringkasan hasil analisis hubungan kinerja sosial perusahaan dengan kinerja keuangan, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, serta risiko manajemen setelah adanya variabel kontrol pada perusahaan non-manufaktur. 56 Tabel IV. 10 Pengaruh CSR terhadap Kinerja Keuangan dengan Variabel Kontrol pada Perusahaan Non-Manufaktur Keterangan CSR-ROA CSR-ROE CSR-ASSET CSR-RISK CSR-OWN Korelasi Sig (2-tailed) 0,055 -0,003 0,255 0,157 0,140 0,329 0,951 0,000 0,005 0,013 Tingkat signifikan = 0,05 Dari tabel diatas nampak pengaruh CSP/kinerja sosial terhadap kinerja keuangan. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa CSR mempunyai hubungan yang signifikan dengan 3 variabel kontrol kinerja keuangan, yaitu: a). Ukuran perusahaan dengan Sig = 0,000 yang bermakna bahwa besarnya aset yang dimiliki perusahaan berkorelasi terhadap kinerja sosial perusahaan b). Risiko manajemen dengan Sig = 0,005 yang bermakna bahwa tingkat risiko manajemen berkorelasi terhadap kinerja sosial perusahaan; c). Kepemilikan institusional dengan Sig = 0,013 yang berarti bahwa kepemilikan institusional berkorelasi dengan kinerja sosial perusahaan. Dari tabel IV. 10 diketahui bahwa CSR juga tidak mempunyai hubungan signifikan dengan ROA dan ROE. Jadi, berdasarkan penjelasan dan analisis secara keseluruhan, dari 10 korelasi yang ada, hanya tiga variabel yang mempunyai hubungan signifikan dengan CSP/kinerja sosial pada 57 perusahaan non-manufaktur, yaitu ukuran perusahaan yang dicerminkan dalam total asset, risiko manajemen, dan kepemilikan institusional, sedangkan tidak ada hubungan yang signifikan antara CSP dan kinerja keuangan yang dicerminkan dalam ROA dan ROE pada perusahaan manufaktur. Dalam penelitian Mahoney dan Roberts jumlah perusahaan yang dijadikan sampel akhir sebanyak 300 perusahaan dengan menggunakan panel data selama 4 tahun. Dalam penelitian Al Kadhash jumlah perusahaan yang memiliki annual report dan dijadikan sampel akhir sebanyak 34 perusahaan, sedangkan data yang digunakan adalah data berpasangan yaitu mulai tahun 1998-2000. Dalam penelitian sekarang, data yang digunakan sebanyak 431 perusahaan yang terdiri dari 115 perusahaan manufaktur dan 316 perusahaan non-manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2002-2004. Kelebihan penelitian ini dibandingkan Al Kadhash adalah keberadaan sampel penelitian yang relatif lebih besar serta adanya perbandingan antara perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur yang beroperasi di Indonesia sedangakan Al Kadhash hanya membandingkan tiap tahun pada perusahaan dalam negeri saja dikarenakan penelitian Al Kadhasah ini memang ditujukan untuk memperbaiki skala ekonomi dari sektor industri di Jordania. Dalam penelitian ini, tipe industri manufaktur digolongkan dengan baik sesuai dengan jenis-jenisnya, yaitu sebanyak 23 tipe industri dan dalam penelitiannya, Al Khadhash tidak mengelompokkan tipe industri perusahaan 58 manufaktur. Sedangkan dalam penelitian Mahoney dan Roberts, perusahaan tidak dikelompokkan secara jelas karena tujuan penelitiannya untuk menguji secara empiris hubungan kinerja sosial dan keuangan pada perusahaanperusahaan di Kanada yang listing di Toronto Stock Exchange (tidak mengelompokkan tipe industrinya). Tabel IV. 11 Jenis Industri Pada Penelitian Sekarang JENIS INDUSTRI 1) Coal mining 2) Crude petroleum & natural gas production 3) Metal and mineral mining 4) Land or stone quarrying 5) Cement 6) Ceramics, glass, porcelain 7) Metal and allied products 8) Chemicals 9) Plastics and packaging 10) Animal feed 11) Wood industries 12) Pulp and paper 13) Machinery and heavy equipment 14) Automotive and components 15) Textile, garment 16) Footwear 17) Cable 18) Electronics 19) Food and beverages 20) Tobacco manufacturers 21) Pharmaceuticals 22) Cosmetics and household 23) House ware Penggunaan scoring dalam menilai kinerja sosial dalam penelitian ini sama dengan scoring yang dipakai dalam penelitian Mahoney dan Roberts, 59 yaitu pada setiap laporan tahunan perusahaan akan diberikan skor berskala nol sampai dengan dua untuk kelebihan dan kekurangan tiap komponennya yang terdiri dari 7 dimensi yang meliputi permasalahan masyarakat, keberagaman di tempat kerja, hubungan karyawan, kinerja lingkungan, permasalahan internasional, produk dan praktek bisnis, dan dimensi lain yang berkaitan dengan kompensasi, kerahasiaan, dan kepemilikan di perusahaan lain. Skor -2 mengindikasikan komponen yang memiliki tingkat kelemahan yang tinggi (major concern), skor -1 menunjukkan komponen yang memiliki tingkat kelemahan yang tidak terlalu tinggi (notable concern), skor 0 menyatakan tidak ada kelebihan maupun kelemahan (no notable or no major strength or concern). Skor +1 mengindikasikan komponen yang memiliki tingkat kelebihan yang mencukupi (notable strength) dan skor +2 menunjukkan komponen dengan tingkat kelebihan yang tinggi (major strength) (Mahoney dan Roberts, 2002). Kemudian indeks kinerja sosial perusahaan dihitung dengan cara menjumlahkan setiap skor yang diperoleh dari setiap perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan Al Kadhash tapi ada perbedaannya, yaitu: dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan total asset sedangkan dalam Al Kadhash menggunakan total asset dan total penjualan. Dalam penelitian ini ditambahkan variabel kontrol kepemilikan institusional sedangkan Al Kadhash tidak. Dalam penelitian ini tidak menggunakan penelitian terhadap lingkungan sedangkan Al Kadhash melakukan penelitian terhadap lingkungan. 60 Tabel IV. 12 Perbandingan Variabel yang Digunakan Variabel dalam Penelitian Sekarang CSR ROA ROE Total Aset Risiko Manajemen Kepemilikan Institusional Variabel dalam Penelitian Al Khadash CSR Lingkungan ROA ROE EPS Total Aset Total Penjualan Risiko Manajemen Pada penelitian ini dilakukan statistik deskriptif terhadap nilai mean dari sampel data seperti yang dilakukan Al Kadhash. Dalam penelitian ini dilakukan statistik deskriptif terhadap nilai mean pada semua variabel termasuk scoring CSR, tetapi mean dari scoring CSR tidak dicari dalam penelitian Al Kadhash. Tabel IV. 13 Perbandingan Nilai Mean Keterangan CSR ROA ROE Total Asset Risiko Manajemen Kepemilikan Institusional Penelitian Indonesia Perusahaan Al Kadhash Perusahaan NonManufaktur Manufaktur 6,6000 3,9082 6,5787 4,36134 7,114 -17,1112 37,4727 13,954 2816725,2000 5702027,9 1349290050 25,0790 27,20095 48,894 2,7044 3,07278 - 61 Penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja sosial (CSR) tidak mempunyai hubungan signifikan dengan kinerja keuangan (ROA dan ROE), hal ini sama dengan hasil penelitian di Al Kadhash. Dalam penelitian ini, CSR juga mempunyai pengaruh/ hubungan positif dan signifikan terhadap ukuran perusahaan/asset (Sig = 0,000), risiko manajemen (Sig = 0,005) dan kepemilikan institusional (Sig = 0,013) pada perusahaan non-manufaktur. Sama dengan penelitian Al Kadhash yang menyebutkan bahwa CSR mempunyai pengaruh terhadap company size (asset =0,075) dan risiko manajemen (Sig= 0,063). Tabel IV. 14 Perbandingan Hasil Analisis Keterangan CSR-ROA CSR-ROE CSR-ASSET CSR-RISK CSR-OWN Penelitian Indonesia Perusahaan Non Perusahaan Manufaktur Manufaktur Korelasi Sig Korelasi Sig -0,050 0,602 0,055 0,329 -0,087 0,361 -0,003 0,951 0,048 0,614 0,255 0,000 0,168 0,078 0,157 0,005 0,011 0,912 0,140 0,013 Al Kadhash Korelasi -0,449 -0,324 0,423 0,323 - Sig 0,008 0,061 0,000 0,063 - Tingkat signifikan = 0,05 Dalam penelitian ini mengukur perbedaan tingkat kinerja sosial/ perbedaan mean antara perusahaan manufaktur dan perusahaan nonmanufaktur yang hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan antara kinerja sosial perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur. Sama seperti penelitian Robert dan Mahoney, penelitian Al Kadhash tidak menganalisis perbedaan tingkat kinerja sosialnya karena Robert dan Mahoney tidak 62 mengelompokkan tipe industri dan penelitian Al Kadhash hanya melakukan analisis pada perusahaan manufaktur. 63 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kinerja sosial antara perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur serta hubungan antara kinerja sosial perusahaan dan kinerja keuangan dengan menggunakan ukuran perusahaan, risiko manajemen, dan kepemilikan institusional sebagai variabel kontrol. Populasi dalam penelitian adalah perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur antara tahun 2002-2004. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur yang terdaftar di Bursa Edek Jakarta antara tahun 2002-2004 dan mempublikasikan laporan tahunan perusahaan antara tahun 2002-2004 dalam situs www.jsx.co.id. Diperoleh sampel akhir sebanyak 431 perusahaan. Skor CSR diukur dengan menggunakan content analysis melalui laporan tahunan perusahaan (corporate annual report) dengan menggunakan tujuh dimensi CSR yang dikembangkan oleh Michael Jantzi Research Associate, Inc. Data diuji dengan menggunakan Independent T-Test untuk mengetahui beda rata-rata (mean), dan menggunakan uji korelasi parsial untuk mengetahui hubungan kinerja sosial perusahaan dengan masing-masing variabel kontrol. 64 Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut ini. 1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja sosial pada perusahaan manufaktur dengan kinerja sosial perusahaan nonmanufaktur di Indonesia, dimana kinerja sosial perusahaan manufaktur lebih baik daripada kinerja sosial perusahaan nonmanufaktur. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Abu Baker dan Al Khadash (2003) yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada kinerja sosial antara perusahaan manufaktur dan perusahaan jasa. 2. Pada perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur, pengujian hubungan antara kinerja sosial dengan kinerja keuangan perusahaan yang diindikasikan dalam ROA dan ROE tidak ditemukan adanya korelasi yang signifikan di antara keduanya. 3. Kemudian, pengujian korelasi parsial pada perusahaan manufaktur antara kinerja sosial perusahaan dengan ukuran perusahaan yang dicerminkan dalam total aset yang dimiliki, risiko manajemen, serta kepemilikan institusional tidak ditemukan adanya korelasi diantara variabel-variabel tersebut. Sedangkan pada perusahaan non-manfaktur ditemukan korelasi antara ukuran perusahaan, risiko manajemen, serta kepemilikan institusional terhadap kinerja sosial perusahaan. Hal ini membuktikan ketidakjelasan konsep empiris yang dapat menjelaskan hubungan antara kinerja sosial perusahaan terhadap kinerja keuangan. 65 B. IMPLIKASI PENELITIAN Penelitian ini memberi implikasi yang cukup penting bagi sektor manufaktur dan non-manufaktur yang ada di Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abu Baker (2000) dan Al Khadash (2000) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kinerja sosial antara perusahaan manufaktur dan jasa, serta menunjukkan bahwa kinerja sosial perusahaan manufaktur lebih baik dibandingkan dengan perusahaan non-manufaktur. Perusahaan non-manufaktur perlu untuk membuat laporan perusahaan yang lebih full, fair dan adequate supaya terlihat lebih jelas mengenai kinerja perusahaan pada periode tertentu. Perusahaan juga perlu mencantumkan aktivitas kinerja sosialnya dalam laporan tahunan sehingga pihak-pihak yang mempunyai kepentingan pada perusahaan seperti investor dan kreditur dapat melihat sejauh mana perhatian perusahaan pada lingkungannya sehingga hal ini menjadi value added bagi perusahaan. Atas dasar hasil penelitian ini, regulator seperti Bapepam hendaknya membuat seperangkat peraturan yang isinya mengharuskan agar setiap perusahaan untuk mengungkapkan kinerja sosialnya di dalam laporan tahunan perusahaan. Belum adanya standar yang mengatur tentang format dan pelaporan dan pengungkapan kinerja sosial perusahaan cukup mempersulit untuk mengadakan pengukuran yang benar-benar valid atas kinerja sosial perusahaan. Apabila telah terdapat standar baku dalam penyusunan pelaporan dan pengungkapan kinerja sosial perusahaan di Indonesia, maka akan 66 mempermudah investor dalam membandingkan kinerja perusahaan yang satu dengan yang lain. C. KETERBATASAN Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, di antaranya adalah sebagai berikut ini. 1. Belum ada rating scale dari pihak-pihak independen yang memberikan informasi mengenai penilaian tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia, sehingga pengukuran CSR dalam penelitian ini dapat dikatakan kurang objektif. 2. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional, dalam artian menggunakan sampel perusahaan secara acak, sehingga sulit dimonitor perkembangan kinerja sosial dan kinerja keuangan per-perusahaan, mengingat kinerja sosial perusahaan bukan merupakan suatu produk instan, namun diperlukan jangka waktu tertentu untuk melihat pengaruh dari penerapan kinerja sosial tersebut dalam satu perusahaan. 3. Belum adanya software khusus seperti dalam penelitian Lu dan Clowes dalam Fauzi (2004) yang digunakan untuk menghitung kalimat sebagai alat analisis yang mencakup dimensi CSR seperti klasifikasi Michael Jantzi Research Association, Inc. Oleh karena itu faktor individual judgement sangat mendominasi dalam menentukan skor CSR. 67 4. Data mengenai aspek negatif kinerja sosial perusahaan sangat sulit untuk didapat, sehingga kurang sesuai dengan yang disyaratkan Michael Jantzi Research Association, Inc. D. SARAN BAGI PENELITIAN SELANJUTNYA 1. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan periode lebih dari 3 tahun untuk lebih mengetahui hubungan yang ada antara kinerja sosial perusahaan dengan kinerja keuangan. 2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan sumber penilaian CSR tidak hanya dari laporan tahunan perusahaan, tetapi juga perlu dikembangkan metode perolehan informasi lain yang terdapat dalam media informasi lainnya. 3. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan komparasi praktek CSR antara perusahaan Indonesia dengan perusahaan asing agar dapat diketahui bagaimana kinerja sosial perusahaan Indonesia dengan perusahaan asing. 4. Pada penelitian selanjutnya dapat digunakan pengukuran kinerja keuangan yang lain seperti menggunakan EVA dan profit margin. 5. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan penilaian CSR selain dengan metode content analysis dari kandungan laporan tahunan perusahaan, misalnya dengan menggunakan metode survei dengan mengirimkan kuisioner kepada perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel penelitian sehingga dapat diperoleh informasi mengenai kinerja sosial perusahaan secara langsung. 68 DAFTAR PUSTAKA Al Khadash. (2003). The Accounting Disclosure of Social and Environmental Activities A Comparative Study for The Industrial Jordanian Shareholding Companies, Inc. Anthony, Robert N. and Vijay Govindarajan. (2004). Management Control System. McGraw-Hill Companies, Inc. Coffey, Betty S. and Jia Wang. (1998). Board Diversity and Managerial Control as Predictor of Corporate Social Performance. Journal of Business Ethics; October 1998, 17, 1595-1603. Fauzi, Hasan. 2004. The Use of Stakeholder Concept in Improving Corporate Performances. Unpublished paper presented at Forum Diskusi Magister Manajemen FE-UNS. Johnson, Richard A. and Daniel W. Greening. (1999). The Effects of Corporate Governance and Institutional Ownership Types on Corporate Social Performance. Academy of Management Journal, October 1999, 42, 5. Kent, Pamela and Christopher Chan. (2000). Application of Stakeholder Theory to the Quantity and Quality of Australian Voluntary Corporate Environmental Disclosures. [email protected] Mahoney, Louis. and Robin Roberts. (2003). Corporate Social and Environmental Performance and Their Relation to Financial Performance and Institutional Ownership: Empirical Evidence on Canadian Firms. http://www.accounting.rutgers.edu. Moir, Lence. (2001). What Do We Mean By Corporate Social Responsibility? Journal of Corporate Governance 1, (2), 16-22. MCB University Press. More, Geoff. (2001). Corporate Social and Financial Performance: An Investigation in the U.K. Supermarket Industry. Journal of Business Ethics, Vol. 34: 299-315. Morimoto, Risako., John Ash., and C. Hope. (2004). Corporate Social Responsibility Audit: From Theory to Practice. Research Papers in Management Studies. Judge Institute of Management. University of Cambridge. 69 Neville, S. J. Bell and B. Menguc. Corporate Reputation, Stakeholders and the Social Performance-Financial Performance Relationship. European Journal of Marketing Vol. 39. No. 9/10, 2005, 1184-1198. www.emeraldinsight.com Orlitzky, Marc. (2001). Does Firm Size Confound the Relationship Between Corporate Social Performance and Firm Financial Performance? Journal of Business Ethics 33, 167-180. Palupi, Retno Eko. (2005). Pengaruh Kinerja Sosial Perusahaan Terhadap Kepemilikan Institusional: Ukuran, Risiko Bisnis, dan Aktivitas Penelitian dan Pengembangan Perusahaan Sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus pada Perusahaan-perusahaan Indonesia). Unpublished Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Rahayuningsih, Dewi Puji. (2005). Hubungan Antara Kinerja Sosial dan Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, Risiko Manajemen dan Kepemilikan Institusional. Unpublished Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Rashid, Md. Zabid Abdul and Saadiatul Ibrahim. (2002). Executive and Management Attitudes Towards Corporate Social Responsibility in Malaysia. Corporate Governance 2,4 2002, 10-16. http:/www.emeraldinsight.com/1472-0701.htm Setiawati, Lina. (2005). Pengaruh Kinerja Sosial Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan: Ukuran, Risiko Bisnis, dan Aktivitas Penelitian dan Pengembangan Perusahaan sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus pada Perusahaan-perusahaan Indonesia). Unpublished Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tsoutsoura, Margarita. (2004). Corporate Social Responsibility and Financial Performance. Working Paper Series (University of California, Berkeley). http:/repositories.cdlib.org Waddock, Sandra A. and Samuel B. Graves (1997). The Corporate Social Performance Ling. Strategic Management Journal, April 1997, 18, 4. Widyatmoko, Anggoro Tri. (2005). Pengaruh Kinerja Sosial Perusahaan terhadap Kinerja Keungan Perusahaan dengan Menggunakan Company Size, Risk, dan Aktivitas R&D sebagai Variabel Moderat. Unpublished Skripsi, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Windradini, Luky Riana. (2005). Perbedaan Kinerja Sosial (CSR) antara Perusahaan Indonesia dan Perusahaan Multinasional yang Beroperasi di Indonesia. Unpublished Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 T-Test Group Statistics GroupOfCsr 1,00 SCORECSR 115 Mean 6,6000 Std. Deviation 2,16349 Std. Error Mean ,20175 316 3,9082 1,78026 ,10015 N 2,00 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F SCORECS R Equal variances assumed Equal variances not assumed 2,516 Sig. ,113 t-test for Equality of Means t df Sig. (2tailed) Mean Differen ce Std. Error Differen ce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper 13,080 429 ,000 2,69177 ,20580 2,2872 8 3,0962 7 11,951 173,29 7 ,000 2,69177 ,22524 2,2472 1 3,1363 3 93 Partial Corr Descriptive Statistics Mean 6,60000 Std. Deviation 2,163493 30,063410 6887399,5363 58 29,965188 115 RISK1 6,57870 2816725,1 9130 25,07904 OWN1 2,70435 2,026032 115 CSR1 ROA1 ASSET1 N 115 115 115 Correlations Control Variables -none-(a) CSR1 Correlation Significance (2-tailed) df ROA1 Correlation Significance (2-tailed) df ASSET1 Correlation Significance (2-tailed) df RISK1 Correlation Significance (2-tailed) df OWN1 Correlation Significance (2-tailed) df ASSET1 & CSR1 Correlation RISK1 & Significance OWN1 (2-tailed) df ROA1 Correlation Significance (2-tailed) df a Cells contain zero-order (Pearson) correlations. CSR1 1,000 ROA1 -,041 ASSET 1 ,039 RISK1 ,165 OWN1 ,001 . ,661 ,677 ,079 ,993 0 -,041 113 1,000 113 ,010 113 ,041 113 ,095 ,661 . ,920 ,661 ,313 113 ,039 0 ,010 113 1,000 113 -,030 113 ,051 ,677 ,920 . ,748 ,591 113 ,165 113 ,041 0 -,030 113 1,000 113 -,016 ,079 ,661 ,748 . ,868 113 ,001 113 ,095 113 ,051 0 -,016 113 1,000 ,993 ,313 ,591 ,868 . 113 1,000 113 -,050 113 113 0 . ,602 0 -,050 110 1,000 ,602 . 110 0 94 Partial Corr Correlations Control Variables -none-(a) CSR1 CSR1 Correlation Significance (2-tailed) df ROE1 Correlation Significance (2-tailed) df ASSET1 Correlation Significance (2-tailed) df RISK1 Correlation Significance (2-tailed) df OWN1 Correlation Significance (2-tailed) df ASSET1 & RISK1 & OWN1 CSR1 Correlation Significance (2-tailed) df ROE1 Correlation Significance (2-tailed) df a Cells contain zero-order (Pearson) correlations. ASSET 1 ROE1 RISK1 OWN1 1,000 -,086 ,039 ,165 ,001 . ,361 ,677 ,079 ,993 0 113 113 113 113 -,086 1,000 ,037 -,012 ,051 ,361 . ,693 ,902 ,588 113 0 113 113 113 ,039 ,037 1,000 -,030 ,051 ,677 ,693 . ,748 ,591 113 113 0 113 113 ,165 -,012 -,030 1,000 -,016 ,079 ,902 ,748 . ,868 113 113 113 0 113 ,001 ,051 ,051 -,016 1,000 ,993 ,588 ,591 ,868 . 113 113 0 113 113 1,000 -,087 . ,361 0 110 -,087 1,000 ,361 . 110 0 95 Partial Corr Correlations Control Variabl es -none(a) CSR1 CSR1 Correlation Significance (2tailed) df RISK1 Correlation Significance (2tailed) df OWN1 Correlation Significance (2tailed) df ROA1 Correlation Significance (2tailed) df ROE1 Correlation Significance (2tailed) df ASSET1 Correlation Significance (2tailed) df OWN1 & ROA1 & ROE1 & ASSET 1 CSR1 OWN1 Correlation ROA1 ROE1 ASSET1 1,000 ,165 ,001 -,041 -,086 ,039 . ,079 ,993 ,661 ,361 ,677 0 113 113 113 113 113 ,165 1,000 -,016 ,041 -,012 -,030 ,079 . ,868 ,661 ,902 ,748 113 0 113 113 113 113 ,001 -,016 1,000 ,095 ,051 ,051 ,993 ,868 . ,313 ,588 ,591 113 113 0 113 113 113 -,041 ,041 ,095 1,000 -,029 ,010 ,661 ,661 ,313 . ,755 ,920 113 113 113 0 113 113 -,086 -,012 ,051 -,029 1,000 ,037 ,361 ,902 ,588 ,755 . ,693 113 113 113 113 0 113 ,039 -,030 ,051 ,010 ,037 1,000 ,677 ,748 ,591 ,920 ,693 . 113 113 113 113 113 0 1,000 ,168 . ,078 0 109 Correlation Significance (2tailed) df RISK1 RISK1 ,168 1,000 Significance (2,078 . tailed) df 109 0 a Cells contain zero-order (Pearson) correlations. 96 Partial Corr Correlations Control Variables -none-(a) RISK1 & OWN1 & ROA1 & ROE1 CSR1 ASSET1 Correlation 1,000 ,039 Significance (2. ,677 tailed) df 0 113 ASSET1 Correlation ,039 1,000 Significance (2,677 . tailed) df 113 0 RISK1 Correlation ,165 -,030 Significance (2,079 ,748 tailed) df 113 113 OWN1 Correlation ,001 ,051 Significance (2,993 ,591 tailed) df 113 113 ROA1 Correlation -,041 ,010 Significance (2,661 ,920 tailed) df 113 113 ROE1 Correlation -,086 ,037 Significance (2,361 ,693 tailed) df 113 113 CSR1 Correlation 1,000 ,048 Significance (2. ,614 tailed) df 0 109 ASSET1 Correlation ,048 1,000 Significance (2,614 . tailed) df 109 0 a Cells contain zero-order (Pearson) correlations. CSR1 RISK1 ,165 OWN1 ,001 ROA1 -,041 ROE1 -,086 ,079 ,993 ,661 ,361 113 -,030 113 ,051 113 ,010 113 ,037 ,748 ,591 ,920 ,693 113 1,000 113 -,016 113 ,041 113 -,012 . ,868 ,661 ,902 0 -,016 113 1,000 113 ,095 113 ,051 ,868 . ,313 ,588 113 ,041 0 ,095 113 1,000 113 -,029 ,661 ,313 . ,755 113 -,012 113 ,051 0 -,029 113 1,000 ,902 ,588 ,755 . 113 113 113 0 97 Partial Corr Correlations Control Variables -none-(a) CSR1 Correlation Significance (2tailed) df OWN1 Correlation Significance (2tailed) df ROA1 Correlation Significance (2tailed) df ROE1 Correlation Significance (2tailed) df ASSET1 Correlation Significance (2tailed) df RISK1 Correlation Significance (2tailed) df ROA1 & ROE1 & ASSET1 & RISK1 CSR1 Correlation Significance (2tailed) df OWN1 Correlation Significance (2tailed) df CSR1 1,000 OWN1 ,001 ROA1 -,041 ROE1 -,086 ASSET1 ,039 RISK1 ,165 . ,993 ,661 ,361 ,677 ,079 0 113 113 113 113 113 ,001 1,000 ,095 ,051 ,051 -,016 ,993 . ,313 ,588 ,591 ,868 113 0 113 113 113 113 -,041 ,095 1,000 -,029 ,010 ,041 ,661 ,313 . ,755 ,920 ,661 113 113 0 113 113 113 -,086 ,051 -,029 1,000 ,037 -,012 ,361 ,588 ,755 . ,693 ,902 113 113 113 0 113 113 ,039 ,051 ,010 ,037 1,000 -,030 ,677 ,591 ,920 ,693 . ,748 113 113 113 113 0 113 ,165 -,016 ,041 -,012 -,030 1,000 ,079 ,868 ,661 ,902 ,748 . 113 113 113 0 113 113 1,000 ,011 . ,912 0 109 ,011 1,000 ,912 . 109 a Cells contain zero-order (Pearson) correlations. 0 98 Partial Corr Descriptive Statistics RISK2 Mean 3,90823 5702027,9 2722 27,20095 Std. Deviation 1,780261 19397955,065 768 25,418956 OWN2 3,07278 2,314431 316 CSR2 ASSET2 N 316 316 316 ROA2 4,36134 36,866412 316 ROE2 37,47270 760,683584 316 Correlations Control Variables -none-(a) CSR2 Correlation Significance (2tailed) df ASSET2 Correlation Significance (2tailed) df RISK2 Correlation Significance (2tailed) df OWN2 Correlation Significance (2tailed) df ROA2 Correlation Significance (2tailed) df ROE2 Correlation Significance (2tailed) df RISK2 & OWN2 & ROA2 & ROE2 CSR2 Correlation Significance (2tailed) df ASSET2 Correlation Significance (2tailed) df CSR2 1,000 ASSET2 ,253 RISK2 ,193 OWN2 ,134 ROA2 ,047 ROE2 -,013 . ,000 ,001 ,017 ,406 ,818 0 314 314 314 314 314 ,253 1,000 ,119 -,099 -,012 -,008 ,000 . ,034 ,078 ,825 ,882 314 0 314 314 314 314 ,193 ,119 1,000 ,096 -,026 -,026 ,001 ,034 . ,090 ,646 ,650 314 314 0 314 314 314 ,134 -,099 ,096 1,000 ,012 -,026 ,017 ,078 ,090 . ,836 ,641 314 314 314 0 314 314 ,047 -,012 -,026 ,012 1,000 ,896 ,406 ,825 ,646 ,836 . ,000 314 314 314 314 0 314 -,013 -,008 -,026 -,026 ,896 1,000 ,818 ,882 ,650 ,641 ,000 . 314 314 314 314 314 0 1,000 ,255 . ,000 0 310 ,255 1,000 ,000 . 310 a Cells contain zero-order (Pearson) correlations. 0 99 Partial Corr Correlations Control Variables -none-(a) CSR2 Correlation Significance (2tailed) df OWN2 Correlation Significance (2tailed) df ROA2 Correlation Significance (2tailed) df ROE2 Correlation Significance (2tailed) df ASSET2 Correlation Significance (2tailed) df RISK2 Correlation Significance (2tailed) df ROA2 & ROE2 & ASSET2 & RISK2 CSR2 Correlation Significance (2tailed) df OWN2 Correlation Significance (2tailed) df CSR2 1,000 OWN2 ,134 ROA2 ,047 ROE2 -,013 ASSET2 ,253 RISK2 ,193 . ,017 ,406 ,818 ,000 ,001 0 314 314 314 314 314 ,134 1,000 ,012 -,026 -,099 ,096 ,017 . ,836 ,641 ,078 ,090 314 0 314 314 314 314 ,047 ,012 1,000 ,896 -,012 -,026 ,406 ,836 . ,000 ,825 ,646 314 314 0 314 314 314 -,013 -,026 ,896 1,000 -,008 -,026 ,818 ,641 ,000 . ,882 ,650 314 314 314 0 314 314 ,253 -,099 -,012 -,008 1,000 ,119 ,000 ,078 ,825 ,882 . ,034 314 314 314 314 0 314 ,193 ,096 -,026 -,026 ,119 1,000 ,001 ,090 ,646 ,650 ,034 . 314 314 314 314 314 0 1,000 ,140 . ,013 0 310 ,140 1,000 ,013 . 310 a Cells contain zero-order (Pearson) correlations. 0 100 Partial Corr Correlations Control Variables -none-(a) CSR2 Correlation Significance (2tailed) df RISK2 Correlation Significance (2tailed) df OWN2 Correlation Significance (2tailed) df ROA2 Correlation Significance (2tailed) df ROE2 Correlation Significance (2tailed) df ASSET2 Correlation Significance (2tailed) df OWN2 & ROA2 & ROE2 & ASSET2 CSR2 Correlation Significance (2tailed) df RISK2 Correlation Significance (2tailed) df CSR2 1,000 RISK2 ,193 OWN2 ,134 ROA2 ,047 ROE2 -,013 ASSET2 ,253 . ,001 ,017 ,406 ,818 ,000 0 314 314 314 314 314 ,193 1,000 ,096 -,026 -,026 ,119 ,001 . ,090 ,646 ,650 ,034 314 0 314 314 314 314 ,134 ,096 1,000 ,012 -,026 -,099 ,017 ,090 . ,836 ,641 ,078 314 314 0 314 314 314 ,047 -,026 ,012 1,000 ,896 -,012 ,406 ,646 ,836 . ,000 ,825 314 314 314 0 314 314 -,013 -,026 -,026 ,896 1,000 -,008 ,818 ,650 ,641 ,000 . ,882 314 314 314 314 0 314 ,253 ,119 -,099 -,012 -,008 1,000 ,000 ,034 ,078 ,825 ,882 . 314 314 314 0 314 314 1,000 ,157 . ,005 0 310 ,157 1,000 ,005 . 310 a Cells contain zero-order (Pearson) correlations. 0 101 Partial Corr Correlations Control Variables -none-(a) CSR2 Correlation CSR2 1,000 ROA2 ,047 ASSET2 ,253 RISK2 ,193 OWN2 ,134 . ,406 ,000 ,001 ,017 Significance (2tailed) df ROA2 Correlation Significance (2tailed) df ASSET2 Correlation Significance (2tailed) df RISK2 Correlation Significance (2tailed) df OWN2 Correlation Significance (2tailed) df ASSET2 & RISK2 & OWN2 CSR2 Correlation 0 314 314 314 314 ,047 1,000 -,012 -,026 ,012 ,406 . ,825 ,646 ,836 314 0 314 314 314 ,253 -,012 1,000 ,119 -,099 ,000 ,825 . ,034 ,078 314 314 0 314 314 ,193 -,026 ,119 1,000 ,096 ,001 ,646 ,034 . ,090 314 314 314 0 314 ,134 ,012 -,099 ,096 1,000 ,017 ,836 ,078 ,090 . 314 314 0 314 314 1,000 ,055 . ,329 Significance (2tailed) df ROA2 Correlation Significance (2tailed) df 0 311 ,055 1,000 ,329 . 311 0 a Cells contain zero-order (Pearson) correlations. 102 Partial Corr Correlations Control Variables -none-(a) CSR2 Correlation CSR2 1,000 ROE2 -,013 ASSET2 ,253 RISK2 ,193 OWN2 ,134 . ,818 ,000 ,001 ,017 Significance (2tailed) df ROE2 Correlation Significance (2tailed) df ASSET2 Correlation Significance (2tailed) df RISK2 Correlation Significance (2tailed) df OWN2 Correlation Significance (2tailed) df ASSET2 & RISK2 & OWN2 CSR2 Correlation 0 314 314 314 314 -,013 1,000 -,008 -,026 -,026 ,818 . ,882 ,650 ,641 314 0 314 314 314 ,253 -,008 1,000 ,119 -,099 ,000 ,882 . ,034 ,078 314 314 0 314 314 ,193 -,026 ,119 1,000 ,096 ,001 ,650 ,034 . ,090 314 314 314 0 314 ,134 -,026 -,099 ,096 1,000 ,017 ,641 ,078 ,090 . 314 314 0 314 314 1,000 -,003 . ,951 Significance (2tailed) df ROE2 Correlation Significance (2tailed) df 0 311 -,003 1,000 ,951 . 311 0 a Cells contain zero-order (Pearson) correlations.