pemeriksaan parasit pada komoditas perikanan konsumsi di balai

advertisement
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PEMERIKSAAN PARASIT PADA KOMODITAS PERIKANAN
KONSUMSI DI BALAI KARANTINA IKAN PENGENDALIAN
MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN (BKIPM)
KELAS I DENPASAR, BALI
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh:
DWI ADI WIGUNA
GRESIK – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
N a m a
: DWI ADI WIGUNA
N I M
: 141211132030
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan PKL yang berjudul :
PEMERIKSAAN PARASIT PADA KOMODITAS PERIKANAN KONSUMSI
DI BALAI KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN
HASIL PERIKANAN (BKIPM) KELAS I DENPASAR, BALI, adalah benar hasil
karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam laporan PKL tersebut
diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk berupa
pembatalan nilai yang telah saya peroleh pada saat ujian dan mengulang
pelaksanaan PKL.
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PEMERIKSAAN PARASIT PADA KOMODITAS PERIKANAN
KONSUMSI DI BALAI KARANTINA IKAN PENGENDALIAN
MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN (BKIPM)
KELAS I DENPASAR, BALI
Praktek Kerja Lapang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan Pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh:
DWI ADI WIGUNA
NIM. 141211132030
ii
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PEMERIKSAAN PARASIT PADA KOMODITAS PERIKANAN
KONSUMSI DI BALAI KARANTINA IKAN PENGENDALIAN
MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN (BKIPM)
KELAS I DENPASAR, BALI
Oleh :
DWI ADI WIGUNA
NIM : 141211132030
Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat bahwa
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, baik ruang lingkup maupun kualitasnya dapat
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
Telah diujikan pada
Tanggal : 1 September 2015
KOMISI PENGUJI
Ketua
Anggota
: Dr. Kismiyati, Ir, M.Si
: Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP.
Muhammad Arief, Ir., M.Kes.
iii
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RINGKASAN
DWI ADI WIGUNA. Pemeriksaan Parasit Pada Komoditas Perikanan
Konsumsi Di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil
Perikanan (BKIPM) Kelas I Denpasar Bali. Dosen Pembimbing Dr. Kismiyati,
Ir., M.Si.
Lalu lintas komoditas perikanan konsumsi baik ekspor maupun impor
memerlukan penanganan khusus untuk mencegah masuk, keluar dan tersebarnya
hama dan penyakit ikan karantina dari wilayah negara Republik Indonesia. Salah
satu hama dan penyakit ikan karantina yang menyebabkan kerugian baik dari segi
penurunan produksi maupun hasil dari budidaya perikanan adalah serangan
terhadap parasit. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan parasit pada
komoditas perikanan konsumsi.
Praktek kerja Lapang ini di laksanakan di Balai Karantina Ikan
Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Denpasar
Bali pada tanggal 12 Januari-20 Februari 2015. Tujuan dari Praktek kerja lapang ini
adalah untuk mengetahui frekuensi pemeriksaan dan mengetahui faktor-faktor yang
perlu diperhatikan dalam pemeriksaan parasit pada komoditas perikanan konsumsi
yang dilalu-lintaskan di Balai Karantina Ikan.Metode kerja yang digunakan dalam
Praktek Kerja Lapang ini adalah dengan melakukan pemeriksaan dan pengamatan
langsung sehingga diperoleh data primer dan data sekunder. Pengambilan data
dilakukan dengan cara studi pustaka, wawancara, partisipasi aktif dan observasi.
Pemeriksaan parasit pada komoditas perikanan konsumsi di Balai Karantina
Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I
Denpasar Bali yaitu dengan melakukan pengamatan dan identifikasi langsung
menggunakan mikroskop cahaya. Frekuensi pemeriksaan parasit pada komoditas
perikanan konsumsi dilakukan sesuai dengan permintaan pengguna jasa.
iv
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SUMMARY
DWI ADI WIGUNA. Parasites Inspection in Consumption Fisheries
Commodities in Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan
Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Denpasar Bali. Academic Advisor Dr.
Kismiyati, Ir., M.Si.
Traffic of consumption fisheries commodities both export and import
requires special handling to prevent entering, exiting and also spreading of pests
and diseases of quarantine fish from Indonesian territory. One of the quarantine
pests and diseases that cause loss both in terms of decreasing production as well as
aquaculture result is attacking the parasite. Therefore, it is necessary to do the
parasites inspection in consumption fisheries commodities.
The field work practice was conducted at Balai Karantina Ikan Pengendalian
Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Denpasar Bali on 12th
January to 20th February, 2015. The purposes of this field work practice are to
determine the frequency of inspection and determine the factors which is considered
in parasites inspection for consumption fisheries commodities which passed
through Balai Karantina. The work method was implemented in this field work
practice by doing the inspection and observe directly in order to obtain the primary
and secondary data. The data collection was done by literature study, interview,
active participation and observation.
The parasites inspection in consumption fisheries commodities at Balai
Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM)
Kelas I Denpasar Bali has been done by direct observation and identification using
a light microscope. The parasites inspection frequency in consumption fisheries
commodities was carried out in accordance to the demand of user service.
v
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapang (PKL)
tentang Pemeriksaan Parasit Pada Komoditas Perikanan Konsumsi Di Balai
Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM)
Kelas I Denpasar Bali. Penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya
kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis pada saat pelaksanaan maupun
penyelesaian Praktek Kerja Lapang (PKL) ini. Laporan Praktek Kerja Lapang
(PKL) ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga Surabaya.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Praktek Kerja Lapang (PKL) ini
masih belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Akhirnya penulis
berharap semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi
kepada semua pihak, khususnya bagi Mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan
serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama budidaya
perairan.
Surabaya, Juli 2016
Penulis
vi
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Ibu Dr. Mirni Lamid. drh., MP selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
2.
Bapak Agustono, Ir., M.Kes. selaku koordinator pelaksana Praktek Kerja
Lapang dan selaku dosen wali.
3.
Dr. Kismiyati, Ir., M.Si. selaku dosen pembimbing PKL yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi mulai dari penyusunan
usulan hingga selesainya laporan Praktek Kerja Lapang.
4.
Ibu Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP. dan Muhammad Arief, Ir., M.Kes.
selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran atas
perbaikan laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini.
5.
Bapak Ir. Habrin Yake, M.M. selaku Kepala Balai dan Bapak Didik Srinoto,
S.Pi, MP. selaku Kasie Tata Pelayanan Balai Karantina Ikan Pengendalian
Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Denpasar, Bali
6.
Ibu Ide Fammy Panjaitan, S.Pi dan Ibu Sulis Nurhidayah, S.Pi dan semua
staff serta pegawai Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan
Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Denpasar, Bali selaku
pembimbing teknis di lapangan yang senantiasa membimbing dan
memberikan bantuan selama pelaksanaan PKL.
7.
Semua pihak yang telah membantu kelancaran kegiatan hingga penulisan
laporan Praktek Kerja Lapang ini dapat terselesaikan yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu.
vii
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...............................................................
iii
RINGKASAN ........................................................................................
iv
SUMMARY ...........................................................................................
v
KATA PENGANTAR ...........................................................................
vi
UCAPAN TERIMAKASIH ...................................................................
vii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
xiii
I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................
1
1.2 Tujuan .......................................................................................
2
1.3 Manfaat .....................................................................................
3
II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
4
2.1 Ikan Kerapu Tikus (Chromileptes altivelis) ...............................
2.1.1 Klasifikasi ........................................................................
2.1.2 Morfologi .........................................................................
2.1.3 Habitat dan Penyebaran ...................................................
4
4
4
5
2.2 Ikan Kakap Merah (Lutjanus erythropterus) .............................
2.2.1 Klasifikasi ........................................................................
2.2.2 Morfologi .........................................................................
2.2.3 Habitat dan Penyebaran ...................................................
6
6
6
7
2.3 Lobster (Panulirus ornatus) ......................................................
8
viii
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.3.1 Klasifikasi ........................................................................
2.3.2 Morfologi .........................................................................
2.3.3 Habitat dan Penyebaran ...................................................
8
8
10
2.4 Parasit Pada Ikan Kerapu Tikus (C. altivelis), Ikan Kakap
Merah (L. erythropterus), dan Lobster (P. ornatus).................
2.4.1 Ergasilus salmini .............................................................
A. Klasifikasi ...................................................................
B. Morfologi ....................................................................
C. Inang dan Predileksi....................................................
10
11
11
12
12
2.4.2 Caligus evelynae ..............................................................
A. Klasifikasi ...................................................................
B. Morfologi ....................................................................
C. Inang dan Predileksi....................................................
13
13
14
14
2.4.3 Octolasmis cor .................................................................
A. Klasifikasi ...................................................................
B. Morfologi ....................................................................
C. Inang dan Predileksi....................................................
15
15
16
16
2.4.4 Gyrodactylus longipes .....................................................
A. Klasifikasi ...................................................................
B. Morfologi ....................................................................
C. Inang dan Predileksi....................................................
17
17
18
18
2.4.5 Benedenia seriolae ...........................................................
A. Klasifikasi ...................................................................
B. Morfologi ....................................................................
C. Inang dan Predileksi....................................................
19
19
20
20
2.5 Metode Pemeriksaan .................................................................
2.5.1 Pemeriksaan Langsung dengan Metode Pewarnaan
Semichen-Acetic Carmine................................................
2.5.2 Pemeriksaan Feses............................................................
2.5.3 Metode Pengapungan (Floatation)...................................
2.5.4 Metode Pengendapan (Sedimentasi)................................
2.5.5 Metode Pemeriksaan pada Ulas Darah dan Pewarnaan
Giemsa.............................................................................
20
20
21
21
22
III PELAKSANAAN KEGIATAN ........................................................
23
3.1 Tempat dan Waktu ....................................................................
23
3.2 Metode Kerja ............................................................................
23
3.3 Metode Pengumpulan Data .......................................................
24
3.4 Data Primer ...............................................................................
3.4.1 Observasi .........................................................................
3.4.2 Wawancara .....................................................................
3.4.3 Partisipasi Aktif ..............................................................
24
25
25
25
22
ix
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.5 Data Sekunder ...........................................................................
26
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
27
4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang ........................
4.1.1 Sejarah Pendirian ............................................................
4.1.2 Tugas dan Fungsi .............................................................
4.1.3 Visi dan Misi ...................................................................
4.1.4 Tujuan dan Sasaran .........................................................
4.1.5 Letak Geografis ................................................................
4.1.6 Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja .............................
4.1.7 Sarana dan Prasarana .......................................................
A.Laboratorium Nekropsi / Parasitologi .........................
B. Laboratorium Bakteriologi .........................................
C. Laboratorium Kualitas Air ..........................................
D. Laboratorium Virologi ................................................
E. Laboratorium Histologi ...............................................
F. Ruang Sterilisasi ..........................................................
G. Ruang Penyimpanan Bahan ........................................
H. Ruang Penerimaan Sampel .........................................
27
27
28
29
30
32
33
33
33
34
34
35
35
35
36
36
4.2 Alur Kegiatan Pemeriksaan Media Pembawa ............................
4.2.1 Pelaporan..........................................................................
4.2.2 Pengambilan Sampel di Lapangan ...................................
4.2.3 Pemeriksaan Teknis Lapangan dan Laboratorium ...........
4.2.4 Penerbitan Sertifikat Kesehatan Ikan ...............................
36
37
37
38
39
4.3 Metode Pemeriksaan Parasit ......................................................
4.3.1 Persiapan Alat dan Sampel .............................................
4.3.2 Pembedahan (nekropsi) ...................................................
4.3.3 Data Pengamatan Parasit..................................................
39
40
42
45
4.4 Biaya Pemeriksaan .....................................................................
48
4.5 Hasil Intersepsi atau Pengumpulan Data HPI/HPIK..................
48
4.6 Tindakan Karantina ...................................................................
50
4.7 Kendala Proses Pemeriksaan .....................................................
51
V SIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
52
5.1 Kesimpulan ...............................................................................
52
5.2 Saran .........................................................................................
52
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
54
LAMPIRAN ...........................................................................................
57
x
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Daftar komoditas perikanan konsumsi yang diperiksa selama
kegiatan PKL .....................................................................................
46
2. Daftar parasit yang ditemukan selama kegiatan PKL .........................
46
xi
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
4.1 Kantor Balai KIPM Kelas I Denpasar ...............................................
32
4.2 Sampel yang akan diperiksa pada trolley ..........................................
41
4.3 Alat nekropsi dalam pemeriksaan parasit .........................................
42
4.4 Proses pengukuran sampel ................................................................
42
4.5 Pencatatan dalam buku induk nekropsi ............................................
43
4.6 Nekropsi pada lobster (Panulirus sp.)...............................................
44
4.7 Pemeriksaaan menggunakan mikroskop ...........................................
45
4.8 Diagram batang frekuensi komoditas perikanan konsumsi .............
47
4.9 Diagram batang frekuensi komoditas perikanan konsumsi yang
terinfeksi parasit .................................................................................
47
xii
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Surat Keterangan .............................................................................
57
2. Evaluasi Praktek Kerja Lapang .......................................................
58
3. Denah Lokasi BKIPM Kelas I Denpasar, Bali ................................
60
4. Lay Out Balai KIPM Kelas I Denpasar ...........................................
61
5. Surat Permohonan Pemeriksaan.......................................................
63
6. Surat Perintah Pemeriksaan Dokumen .............................................
64
7. Surat Perintah Pengambilan Sampel ................................................
65
8. Formulir Pengambilan sampel .........................................................
66
9. Surat Perintah Pemeriksaan Klinis...................................................
67
10. Tanda Terima Pemeriksaan Sampel... ..............................................
68
11. Surat Pemeriksaan Laboratorium... ..................................................
69
12. Laporan Hasil Uji (LHU)... ..............................................................
70
13. Mekanisme Prosedur Pelayanan Sertifikat Kesehatan Ikan ... .........
71
14. Data Pemeriksaan Parasit Pada Komoditas Perikanan
Konsumsi... ......................................................................................
72
15. Jenis dan Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada
Departemen Kelautan dan Perikanan... ............................................
76
16. Sertifikat Kesehatan Ikan... ..............................................................
77
xiii
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perikanan budidaya terus didorong untuk meningkatkan produksinya dan
juga dituntut untuk menjaga kualitas produksinya secara berkelanjutan dan ramah
lingkungan. Produksi perikanan budidaya juga terus digalakkan untuk dapat
mengganti ataupun menambahkan produksi ikan hasil penangkapan. Produksi
perikanan budidaya tahun 2014, data sementara adalah 14,5 juta ton, atau 107,97%
dari target yang telah ditetapkan sebesar 13,4 juta ton. Sedangkan target produksi
perikanan budidaya tahun 2015 adalah sebesar 16,9 juta ton (Kementrian Kelautan
dan Perikanan, 2014).
Tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan produksi adalah
faktor lingkungan, faktor host atau inang dan faktor penyakit. Faktor lingkungan
mencakup kondisi lingkungan budidaya beserta parameter fisika, kimia dan
biologis. Faktor host atau inang adalah kondisi kesehatan ikan yang dibudidayakan
dan faktor penyakit adalah serangan virus, bakteri atau jamur yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan dari faktor-faktor tersebut. Penyakit merupakan salah satu
masalah yang selalu dihadapi oleh pembudidaya ikan. Terlebih lagi apabila sistem
budidaya ikan tersebut sudah mencapai tahapan budidaya intensif. Infeksi penyakit
dengan intensitas serangan yang tinggi akan mengakibatkan kerugian yang
signifikan. Selain mengakibatkan wabah yang mematikan infeksi penyakit juga
akan menurunkan nilai jual ikan hidup (Sumiati dan Aryati, 2010).
Agen penyebab penyakit infeksius dapat disebabkan oleh organisme
patogen dari golongan bakteri, parasit, jamur dan virus. Patogen parasitik jarang
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
mengakibatkan wabah penyakit yang sporadis namun pada intensitas penyerangan
yang tinggi dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan karena dapat
mengakibatkan kematian. Di samping itu, infeksi parasit juga dapat menurunkan
bobot, performance serta menurunkan ketahanan tubuh ikan dan akan dimanfaatkan
sebagai port of entry bagi penginfeksi sekunder oleh patogen lain seperti jamur dan
bakteri (Sumiati dan Aryati, 2010).
Akibat serangan parasit dan penyakit adalah menurunnya produksi dan
kualitas hasil budidaya perikanan. Untuk mengatasi kerugian-kerugian yang
ditimbulkannya mutlak diperlukan pengetahuan-pengetahuan tentang parasit dan
penyakit yang menyerang produk perikanan, terutama untuk jenis-jenis komersial.
(Rahayu, 1986)
1.2 Tujuan
Tujuan Praktek Kerja Lapang ini adalah:
1. Mengetahui metode pemeriksaan parasit pada komoditas perikanan konsumsi
dan mengetahui prosedur pengambilan sampel untuk pemeriksaan parasit di
Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Kemanan Hasil Perikanan
(BKIPM) Kelas I Denpasar, Bali.
2. Mengetahui jumlah dan jenis-jenis parasit yang ditemukan pada komoditas
perikanan konsumsi di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Kemanan
Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Denpasar, Bali.
3. Mengetahui kendala dalam melakukan pemeriksaan parasit pada komoditas
perikanan konsumsi di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Kemanan
Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Denpasar, Bali.
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
1.3 Manfaat
Manfaat dari Praktek Kerja Lapang ini adalah:
1.
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan menambah wawasan di bidang
perikanan khususnya yang berhubungan dengan parasit ikan.
2.
Membandingkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dari kampus
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada di lapangan.
3.
Melatih untuk bekerja secara mandiri di lapangan serta melatih mahasiswa
untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan kerja setelah lulus.
4.
PKL
Memperbanyak jaringan untuk bertukar informasi dan kepentingan lainnya.
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Kerapu Tikus (Chromileptes altivelis)
2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi dari ikan kerapu tikus
(Chromileptes altivelis) menurut
Evalawati dkk. (2001) adalah sebagai berikut:
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Chordata
: Osteichthyes
: Percomorphi
: Serranidae
: Chromileptes
: Chromileptes altivelis
Mata
Mulut
Sirip punggung
Operculum
Sirip ekor
Sirip dada
Gambar 2.1. Chromileptes altivelis
(Sumber : Tupper and Sheriff, 2008)
2.1.2 Morfologi
Ikan kerapu tikus (C. altivelis) memiliki ciri khusus yang bisa dilihat pada
Gambar 2.1. yaitu adanya bintik-bintik warna hitam pada seluruh permukaan
tubuhnya. Baskoro dkk. (2010), mengemukakan bahwa ikan kerapu memiliki ciri
morfologi bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang dan
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
tinggi tubuh. Rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat.
Mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit menonjol melebihi
bibir atas. Sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang
dimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan yang berjari-jari
lunak. Posisi sirip perut berada dibawah sirip dada. Badan ditutupi sirip kecil yang
bersisik stenoid.
2.1.3 Habitat dan Penyebaran
Ikan kerapu adalah jenis ikan karang yang hanya hidup dan tumbuh cepat di
daerah tropis. Habitat kerapu tikus ini di perairan karang dengan kedalaman 0,5-3
meter, setelah menginjak dewasa bermigrasi ke perairan yang lebih dalam antara 740 meter. Perpindahan ikan kerapu biasanya berlangsung pagi atau sore hari. Telur
dan larva bersifat pelagis sedangkan kerapu mudah hingga dewasa bersifat
demersal sedangkan Tampubolon dan Mulyadi (1989), menyatakan habitat larva
dan kerapu muda adalah perairan pantai dekat muara sungai dengan dasar pasir
berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun. Salah satu indikator adanya
kerapu adalah perairan karang.
Daerah penyebaran ikan kerapu meliputi daerah tropis dan subtropis.
Menurut Akbar dan Sudaryanto (2001), ikan kerapu memliki daerah penyebaran
mulai dari Afrika timur sampai Pasifik barat daya. Salah satu indikator penyebaran
ikan kerapu adalah terdapat perairan karang yang cukup luas. Secara umum ikan
kerapu hidup di perairan dengan kedalaman yang relatif dangkal, yaitu berkisar 0,540 meter. Dasar perairan yang disukai adalah dasar pasir berkarang.
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
2.2 Ikan Kakap Merah (Lutjanus erythropterus)
2.2.1 Klasifikasi
Klasifikasi ikan kakap merah (Lutjanus erythropterus) menurut Martin et
al. (2014) adalah sebagai berikut:
Kingdom
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Species
: Animalia
: Chordata
: Pisces
: Percomorphi
: Lutjanidae
: Lutjanus
: Lutjanus erythropterus
Mata
Mulut
Sirip punggung
Operculum
Sirip ekor
Sirip dada
Gambar 2.2. Lutjanus erythropterus
(Sumber : Martin et al., 2014)
2.2.2 Morfologi
Ikan kakap merah (L. erythropterus) memiliki bentuk tubuh agak pipih,
punggung lebih tinggi, kepala lebih lancip, punggung sampai moncong lebih terjal,
tulang rahang atas terbenam ketika mulut terbuka, deretan sisik di atas linnea
lateralis yang bagian depan sejajar dengan linnea lateralis, sedangkan bagian yang
dibawah sirip punggung keras. Pada Gambar 2.2. dapat dilihat pada
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
bagian
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
belakang sirip punggung ikan kakap miring kearah punggung, deretan sisik
dibawah linnea lateralis sejajar dengan poros badan, sirip ekor modifikasi
homocercal, berwarna merah darah pada bagian dorsal, pinna dorsalis terdiri dari
10 jari-jari keras dan 13-15 jari-jari lemah, pinna analis terdiri dari 3 jari-jari keras
dan 8-19 jari-jari lemah, pinna pectoralis tediri dari 14-15 jari-jari lemah. (Purba,
1994).
2.2.3 Habitat dan Penyebaran
Ikan kakap merah (L. erythropterus) umumnya menghuni daerah perairan
karang ke daerah pasang surut di muara, bahkan beberapa spesies cenderung
menembus sampai ke perairan tawar. Jenis kakap merah berukuran besar umumnya
membentuk gerombolan yang tidak begitu besar dan beruaya ke dasar perairan
menempati bagian yang lebih dalam daripada jenis yang berukuran kecil.
Selain itu biasanya kakap merah tertangkap pada kedalaman dasar antara
40–50 meter dengan substrat perairan memiliki sedikit karang dan salinitas 30–33
ppt serta suhu antara 5-32ºC (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 1991).
Jenis yang berukuran kecil seringkali dijumpai beragregasi di dekat permukaan
perairan karang pada waktu siang hari. Pada malam hari umumnya menyebar guna
mencari makanannya baik berupa jenis ikan maupun crustacea. Ikan-ikan
berukuran kecil untuk beberapa jenis ikan kakap biasanya menempati daerah bakau
yang dangkal atau daerah-daerah yang ditumbuhi rumput laut. Famili Lutjanidae
utamanya menghuni perairan tropis maupun sub tropis, walau tiga dari genus
Lutjanus ada yang hidup di air tawar (Baskoro dkk., 2004).
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
2.3 Lobster (Panulirus ornatus)
2.3.1 Klasifikasi
Klasifikasi udang lobster (Panulirus ornatus) menurut Flood dan Roelofs
(2014) adalah sebagai berikut:
Kingdom
Filum
Ordo
Famili
Genus
Species
: Animalia
: Crustacea
: Decapoda
: Palinuridae
: Panulirus
: Panulirus ornatus
Antennae
Antenulle Chepalotorax
Kaki jalan
Telson
Abdomen
Uropoda
Gambar 2.3. Panulirus ornatus
(Sumber : Flood dan Roelofs, 2014)
2.3.2 Morfologi
Lobster (P. ornatus) memiliki tubuh simetris bilateral, dimana organ mereka
tersusun secara berpasangan sehingga jika lobster dibagi menjadi dua bagian yang
sama dari kepala sampai ekor, organ bagian tersebut akan sama di kedua sisi. Dapat
dilihat pada Gambar 2.3. bahwa tubuh lobster terdiri dari dua bagian yaitu
cephalothorax yang merupakan perpaduan dari kepala dan dada, serta perut yang
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
disebut sebagai abdomen. Lobster berduri tidak memiliki capit tapi dengan
sepasang tanduk yang dapat dilihat di atas mata. Lobster memiliki antena yang jelas,
mata majemuk yang bertangkai, enam pasang kaki kecil di sekitar mulut, dan lima
pasang kaki jalan, kaki renang dibawahnya dan berakhir pada ekor berbentuk kipas
(Pusat Karantina Ikan KKP, 2010).
Perut adalah bagian ekor lobster yang terdiri dari tujuh segmen. Bagian
perut lobster berukuran besar, kuat, berotot dan dapat dimakan. Exoskeleton
tersegmentasi dengan jelas di bagian belakang dan memiliki antennae yang
merupakan alat indera yang berfungsi sebagai chemoreceptor. Antennule berfungsi
sebagai alat penciuman. Pelindung luar dari cephalothorax disebut karapas.
Cephalothorax merupakan salah satu bagian utama dari lobster yang ditutupi oleh
karapas. Ini terdiri dari kepala dan dada. Cakar yang lebih besar disebut sebagai
crusher. Cakar ini sangat berguna untuk menghancurkan mangsa. Ripper atau
Pincher adalah cakar yang lebih kecil. Seekor lobster memiliki sepasang mata
majemuk sebagai indra penglihatan. Fungsi mandibula dan maxillipeds adalah
untuk mencengkeram dan mencabik makanannya. Pereiopods merupakan dua set
kaki jalan yang berfungsi untuk menggali. Sirip ekor tengah disebut telson dan
pasangan sirip ekor luar dikenal sebagai uropods (Pusat Karantina Ikan KKP,
2010).
Lobster merupakan pemakan semua jenis hewan mati, dapat mendeteksi
adanya makanan menggunakan penciuman yang berkembang dengan baik.
Kebanyakan lobster bersifat karnivora dan memangsa kerang, bangkai, keong,
cacing, landak laut, dan bahkan sesama lobster. Lobster merupakan predator yang
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
sangat efektif, karena ukurannya yang besar, cakar yang kuat yang dapat
menghancurkan dan bahkan memotong mangsa yang tampaknya terlindung dengan
baik. Analisis isi lambung mengatakan bahwa mereka biasanya makan invertebrata
kecil dan kadang-kadang ganggang (Pusat Karantina Ikan KKP, 2010).
2.3.3 Habitat dan Penyebaran
Lobster terdiri dari beberapa jenis, namun jumlah lobster yang terbesar
adalah lobster berduri. Spesies ini ditemui melimpah di dasar perairan yang berbatu
hingga mencapai seluruh permukaan dasar pantai, bahkan di beberapa perairan
yang lebih dalam pada lereng benua Lobster tinggal di liang di daerah berlumpur di
dasar laut. Lobster menghuni perairan dangkal berbatu-batu atau berkarang tidak
jauh dari lingkungan pantai, umumnya pada kedalaman kurang dari 1000 meter
(Pusat Karantina Ikan KKP, 2010).
2.4 Parasit Pada Ikan Kerapu Tikus (C. altivelis), Ikan Kakap Merah (L.
erythropterus), dan Lobster (P. ornatus)
Parasitologi berasal dari kata parasit yang berarti “makan di meja orang
lain”. Logi berarti “ilmu”. Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
parasit. Yang termasuk dalam parasit ini adalah hewan, tumbuh-tumbuhan, virus,
riketsia, ragi, jamur, kapang, protozoa, artrophoda, cacing, molusca dan beberapa
vertebrata tertentu. Parasit adalah organisme kecil yang hidup pada atau di dalam
organisme lain yang lebih besar untuk mendapatkan makanan. Organisme besar
dimana parasit tersebut hidup disebut induk semang (hospes). Hubungan dari kedua
organisme yang berbeda disebut parasitisme. Berdasarkan keberadaannya pada atau
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
di dalam induk semang parasit dibagi menjadi dua yaitu parasit yang hidup di dalam
induk semang (endoparasit) dan parasit yang hidup di luar induk semang
(ektoparasit) (Kismiyati dan Mahasri, 2014).
2.4.1 Ergasilus salmini
A. Klasifikasi
Klasifikasi Ergasilus salmini menurut Thatcher dan Brasil-Sato (2008)
adalah sebagai berikut:
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Maxillopoda
: Poecilostomatoida
: Ergasilidae
: Ergasilus
: Ergasilus salmini
Ergasilus cotti
Ergasilus elongatus
Anterior
Posterior
Gambar 2.4. Ergasilus salmini , bar = 200 µm
(Sumber : Thatcher dan Brasil-Sato, 2008)
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
B. Morfologi
Ciri-ciri dari genus Ergasilus dapat dilihat pada Gambar 2.4. yaitu memiliki
2 pasang antena, sepasang antena kedua memiliki ukuran yang panjang dan
berfungsi seperti tangan. Telur diletakkan dalam kantung telur, telur yang menetas
menjadi nauplius yang hidup bebas, nauplius berbentuk oval dengan 6 kaki, bersifat
sebagai plankton. Ergasilus jantan bertemu betina yang berenang bebas untuk
melakukan kopulasi kemudian mati. Yang betina menemukan ikan sebagai inang,
menginfestasi insang hingga memproduksi telur. Ergasilidae sedikit mengalami
modifikasi dari Copepoda yang hidup bebas yaitu meskipun betina menempel pada
insang ikan namun kadang kadang masih berenang meninggalkan inang (Kismiyati
dan Mahasri, 2014).
C. Inang dan Predileksi
Hampir semua Ergasilus memilih insang sebagai predileksinya, namun ada
beberapa spesies yang ditemukan di permukaan tubuh inang. Sebagian besar
spesies yang tergolong dalam familia Ergasilidae adalah genus Ergasilus, ada 65
spesies di seluruh dunia bersifat parasit pada ikan air tawar dan 33 spesies yang lain
pada ikan laut (teleostei) (Kismiyati dan Mahasri, 2014).
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
2.4.2 Caligus evelynae
A. Klasifikasi
Klasifikasi Caligus evelynae menurut Morales et al. (2012) adalah sebagai
berikut:
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Arthropoda
: Crustacea
: Copepoda
: Caligidae
: Caligus
: Caligus evelynae
Caligus elongatus
Caligus chelifer
Anterior
Posterior
Gambar 2.5. Caligus evelynae bar = 0,5 mm
(Sumber : Morales et al., 2012)
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
B. Morfologi
Parasit Caligus yang tergolong dalam familia Caligidae dapat dibedakan
antara organisme jantan dan betina. Pada umumnya yang betina lebih besar (10-18
mm) dibandingkan jantan (5-7 mm). Sepasang kantung telur yang dapat dilihat pada
Gambar 2.5. dimiliki oleh organisme betina dengan deret/untaian telur sampai
sepanjang 2 cm dan berisi telur ±700 butir. Parasit ini agak transparan dan tanpa
warna tapi terlihat jelas pada insang, sirip atau tubuh ikan (kadang-kadang dalam
rongga tubuh). Stadium copepodid dan chalimus pada umumnya berukuran kecil
(kurang dari 4 mm) dan untuk mendeteksinya dengan bantuan kaca pembesar
(Kismiyati dan Mahasri, 2014).
C. Inang dan Predileksi
Sebagai inang dari genus Caligus ini adalah ikan ikan air laut misalnya
salmon dan kerapu. Parasit ini tahan terhadap salinitas sampai 45 ppt. Distribusinya
sangat luas di seluruh dunia karena pernah dilaporkan ditemukan di Mesir,
Skotlandia dan Kanada serta Indonesia. Caligus ini ada sepanjang tahun, di Jawa
timur khususnya di Karamba Jaring Apung di perairan Situbondo ditemukan induk
kerapu terserang Caligus ratusan ekor pada bulan januari 2012. Predileksi Caligus
merata di seluruh permukaan tubuh inang (Kismiyati dan Mahasri, 2014).
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
2.4.3 Octolasmis cor
A. Klasifikasi
Klasifikasi Octolasmis cor menurut Ihwan et al. (2015) adalah sebagai
berikut:
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Maxillopoda
: Pedunculata
: Poecilasmatidae
: Octolasmis
: Octolasmis cor
Octolasmis warwickii
Octolasmis angulata
Anterior
Posterior
Gambar 2.6. whole body of barnacle Octolasmis cor bar = 50 µm
(Sumber: Ihwan et al., 2015)
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
B. Morfologi
Parasit ini hanya terdiri dari kantung, organ reproduksi eksternal terletak di
bagian perut dari Crustacea inang dan sistem akar penyerap nutrisi yang tertanam
ke sistem darah dari inang. Organisme ini memiliki morfologi dewasa agak
menyimpang dibandingkan dengan udang-udangan lain. Morfologi dewasa terdiri
dari dua macam yaitu yang berkantung eksternal yang dapat dilihat pada Gambar
2.6. dengan sistem akar penyerap nutrisi tertanam dalam sistem darah inang.
Dengan dasar tangkai Octolasmis cor menancap erat pada bagian luar atau insang
tergantung pada spesies. Maka Octolasmis cor akan tetap menancap di lokasi
tersebut sampai masa moulting inang berikutnya (Pusat Karantina Ikan KKP, 2010).
C. Inang dan Predileksi
Octolasmis cor menginfestasi sesama Crustacea yang terdapat di daerah
tropis. Predileksi beberapa spesies adalah pada insang dan lembaran-lembarannya.
Insang adalah organ yang vital untuk pernafasan, parasit Octolasmis cor akan
nyaman tinggal di insang karena tersedia banyak oksigen yang dibutuhkan untuk
proses metabolisme parasit. Sebaliknya, dari sisi inang akan dirugikan karena
proses pernafasan terganggu dengan adanya parasit tersebut sehingga infestasi
Octolasmis cor dapat menyebabkan kematian inangnya. Genus Octolasmis sering
ditemukan menginfestasi kepiting dan lobster, yang telah dilaporkan pertama kali
oleh Balai Karantina Ikan Juanda pada 2009. Sampel yang diperiksa Balai
Karantina Ikan Mataram pada bulan Maret 2014 juga terdapat genus Octolasmis
yang menginfestasi kepiting dan lobster (Kismiyati dan Mahasri, 2014).
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
2.4.4 Gyrodactylus longipes
A. Klasifikasi
Klasifikasi Gyrodactylus longipes menurut Paladini et al. (2011) adalah
sebagai berikut:
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Platyhelminthes
: Monogenea
: Gyrodactylidea
: Gyrodactylidae
: Gyrodactylus
: Gyrodactylus longipes
Gyrodactylus salaris
Gyrodactylus elegans
Posterior
Anterior
Gambar 2.7.Gyrodactylus longipes, bar = 50 µm
(Sumber: Paladini et al., 2011)
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
B. Morfologi
Cacing dewasa berukuran panjang 300-1000 µm. Bentuknya eliptikal dan
datar pada permukaan ventral. Bagian ujung anterior tubuh dilengkapi dengan dua
penonjolan dan mulut terletak di bagian anterior tubuh dan pharynx yang berotot.
Ovarium terletak di bagian posterior tubuh di dekat opisthaptor dan testis ovoid dan
tidak berlobi. Pada bagian posterior tubuh di dekat opisthaptor dan testis ovoid dan
tidak berlobi. Pada Gambar 2.7. terlihat bagian posterior tubuh terletak organ seperti
mangkok/piring disebut opisthaptor. Organ tersebut dilengkapi dengan satu pasang
kait besar (anchors) yang dikelilingi oleh 16 kait yang lebih kecil di bagian tepinya.
Organ tersebut berfungsi untuk melekat pada inang dan untuk menghisap darah
serta memakan jaringan inang (Kismiyati dan Mahasri, 2014).
C. Inang dan Predileksi
Parasit cacing ini ditemukan tersebar di perairan Indonesia dan menyerang
ikan air tawar, ikan laut, bangsa udang dan katak. Telur yang dikeluarkan di dekat
parasitnya, telur dilengkapi dengan tali pengikat panjang. Telur akan menetas
menjadi larva yang berambut (onchomiracidium) dengan beberapa kait yang halus.
Perkembangan embrio secara langsung membentuk larva yang hidup bebas
berenang, tertutup oleh silia yang vibratil. Larva akan menempel pada tubuh inang
dan tanpa mengalami metamorfose menjadi bentuk dewasa. Epitel rambutnya akan
segera lepas bila larva menempel pada kulit atau insang inang. Perlekatan
ophishaptor pada tubuh inang menyebabkan luka pada kulit sehingga dapat
menimbulkan kerusakan pada epidermis sehingga memungkinkan terjadinya
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
infeksi sekunder oleh bakteri dan jamur. Infeksi sekunder yang sering mengikuti
adalah bakteri Aerobacter dan Flexibacter (Kismiyati dan Mahasri, 2014)
2.4.5 Benedenia seriolae
A. Klasifikasi
Klasifikasi Benedenia seriolae menurut Sepulveda dan Gonzalez (2014)
adalah sebagai berikut:
Kingdom
Phylum
Class
Subclass
Family
Genus
Species
: Animalia
: Platyhelminthes
: Trematoda
: Monogenea
: Capsalidae
: Benedenia
: Benedenia seriolae
Benedenia scianiae
Benedenia epinepheli
Posterior
Anterior
Gambar 2.8. Benedenia seriolae , bar = 1,25 mm
(Sumber : Sepulveda dan Gonzalez, 2014)
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
B. Morfologi
Cacing dewasa berbentuk pipih dorso-ventral dengan ukuran tubuh 2,053,29 x 0,66-1,33 mm. Memiliki ciri khas dengan adanya bentuk pharynx yang
bergelombang. Memiliki dua pasang bintik mata, bagian anterior berukuran lebih
kecil daripada bagian posterior. Pada Gambar 2.8. dapat dilihat bahwa tubuh bagian
posterior dilengkapi dengan piringan (disc) seperti opisthaptor dilengkapi dengan
kait. Ujung anterior tubuh terdapat sepasang alat penghisap (anterior sucker)
menyerupai mangkuk dengan diameter rata-rata 0,19 mm (Kismiyati dan Mahasri,
2014).
C. Inang dan Predileksi
Cacing ini bersifat ektoparasit dan memiliki inang definitif ikan kerapu
(Serranidae). Parasit ini memiliki habitat pada permukaan tubuh ikan dan biasanya
terletak pada lendir yang terdapat pada insang dan permukaan tubuh ikan. Parasit
sering menyerang pada rongga insang. Ikan mengalami kematian jika terinfeksi
dalam jumlah banyak (Kismiyati dan Mahasri, 2014).
2.5 Metode Pemeriksaan
2.5.1 Pemeriksaan Langsung dengan Metode Pewarnaan Semichen-Acetic
Carmine
Pemeriksaan langsung merupakan cara pemeriksaan parasit dengan
melakukan pembedahan pada rongga tubuh hewan coba dan melihat secara
langsung parasit yang ada pada organ dalam hewan coba. Parasit yang didapat
setelah pemeriksaan langsung (biasanya golongan Nematoda) (Mahasri dkk.,
2014), selanjutnya dilakukan pewarnaan Semichen-Acetic Carmine. Menurut
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
Ulkhaq dkk. (2012) menyatakan bahwa pewarnaan Semichen-Acetic Carmine
merupakan serangkaian proses pewarnaan dengan menggunakan beberapa bahan
seperti alkohol asam, alkohol basa maupun alkohol dengan konsentrasi bervariasi
dan larutan carmine sebagai zat warna utama pada proses tersebut.
2.5.2 Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan feses dilakukan untuk menemukan dan mengidentifikasi
endoparasit pada saluran pencernaan ikan. Pemeriksaan parasit ini menggunakan
cara pembedahan pada saluran pencernaan dan mengambil sampel feses untuk
kemudian diperiksa secara natif atau langsung. (Mahasri dkk., 2014). Usus ikan dan
fesesnya diamati langsung dibawah mikroskop dengan bantuan jarum untuk
meratakan feses dan memisahkan parasit dengan kotoran yang menempel.
2.5.3 Metode Pengapungan (Floatation)
Metode ini dilakukan secara langsung dengan mencampur feses dengan
larutan pengapung. Larutan pengapung yang digunakan adalah larutan garam jenuh
(NaCl). Sama seperti metode pengendapan, metode ini juga mengunakan metode
pemusingan atau centrifuge dengan kecepatan dan waktu tertentu selama beberapa
kali pemusingan. Setelah pemusingan kedua yang merupakan campuran sejumlah
feses dan air, lakukan pemusingan ketiga dimana air diganti dengan larutan
pengapung (NaCl). Hasil pemusingan ditambahkan larutan jenuh NaCl hingga
permukaan larutan mendekati mulut tabung lalu ditutup dengan gelas penutup
(cover glass) pada mulut tabung dan ditunggu selama 5 menit. Cover glass diambil
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
dan diletakkan diatas object glass kemudian diperiksa dibawah mikroskop dengan
perbesaran 100× dan 400× (Soedarto, 2008).
2.5.4 Metode Pengendapan (Sedimentasi)
Metode
ini
merupakan
cara
mengkonsentrasikan
parasit
dengan
mengendapkan parasit tersebut. Untuk mempercepat proses ini biasanya digunakan
dengan bantuan alat sentrifugasi (Mahasri dkk., 2014). Dalam metode ini, media
yang digunakan adalah media yang memiliki berat jenis lebih ringan dibandingkan
berat jenis parasit yang diperiksa. Media yang memiliki berat jenis lebih ringan
digunakan agar parasit yang diperiksa mengendap di dasar tabung reaksi pada saat
sentrifugasi.
2.5.5 Metode Pemeriksaan pada Ulas Darah dan Pewarnaan Giemsa
Metode ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pada hewan
coba dan meneteskannya pada tepi obyek glass, lalu usap tetesan darah dengan cara
mendorong dengan menggunakan obyek glass lain dengan sudut kemiringan 45o.
Prinsip pewarnaan giemsa adalah mewarnai seluruh sel-sel darah sel-sel parasit
dalam sel darah merah untuk mempermudah identifikasi jenis-jenis parasit darah
berdasarkan morfologi menurut literatur (Solihat, 2002).
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Balai Karantina Ikan
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Ngurah Rai
Denpasar, Bali. Kegiatan Praktek Kerja Lapang dilaksanakan mulai tanggal 12
Januari - 14 Februari 2015. Kegiatan Praktek Kerja Lapang dilaksanakan pada hari
efektif kerja yaitu pada hari Senin hingga hari Jum’at.
3.2 Metode Kerja
Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah dengan
melakukan pemeriksaan dan pengamatan langsung di Balai Karantina Ikan
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Ngurah Rai
Denpasar, Bali sehingga diperoleh data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya (tidak
melalui perantara), diamati dan dicatat untuk pertama kalinya melalui prosedur dan
teknik pengambilan data yang berupa wawancara, observasi, partisipasi aktif
maupun menggunakan instrumen pengukuran yang khusus sesuai tujuan (Azwar,
2010). Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain tidak langsung
diperoleh dari peneliti dari subyek penelitiannya. Data sekunder biasanya berupa
data dokumentasi atau data laporan yang tersedia (Azwar, 2010). Data sekunder ini
akan diperoleh dari laporan, dokumentasi, pustaka yang menunjang, dan data
lembaga penelitian yang berhubungan dengan pemeriksaan parasit pada komoditas
perikanan konsumsi.
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini
adalah dengan studi pustaka, wawancara, partisipasi aktif dan observasi. Menurut
Sangadji dan Sopiah (2010), mengemukakan bahwa wawancara merupakan teknik
pengumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan
kepada subyek peneliti baik melalui tatap muka maupun telepon. Wawancara yang
dilakukan pada Praktek Kerja Lapang ini adalah dengan cara tanya jawab pada
pegawai yang ada di lokasi mengenai seluruh kegiatan Balai Karantina Ikan
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Ngurah Rai
Denpasar, Bali mulai dari persiapan alat dan bahan, preparasi sampel, pemeriksaan
sampel, identifikasi parasit dan pembuatan preparat parasit. Selain itu,
permasalahan dan hambatan yang juga dihadapi menjadi data penting terutama
yang menunjang kegiatan pemeriksaan parasit pada komoditas perikanan konsumsi.
3.4 Data Primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli serta tidak melalui media perantara (Sangadji, 2010).
Data ini merupakan data murni yang diperoleh secara langsung dengan beberapa
cara. Pengambilan data primer ini dapat dilakukan dengan cara pencatatan hasil
observasi, partisipasi aktif dan wawancara.
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
3.4.1 Observasi
Observasi adalah cara untuk memperoleh data primer dengan pengamatan
secara langsung, sehingga memungkinkan untuk melakukan pengamatan terhadap
obyek secara jelas. Pengamatain ini dilakukan secara mandiri mauun didampingi
oleh pembimbing sehingga mendapatkan data yang valid. Observasi dalam Praktek
Kerja Lapang ini dilakukan terhadap berbagai hal yang terkait dengan pemeriksaan
parasit pada komditas perikanan konsumsi di Balai Karantina Ikan Pengendalian
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Ngurah Rai Denpasar, Bali.
3.4.2 Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
bertanya langsung kepada responden atau informan (Sangadji, 2010). Wawancara
dalam Praktek Kerja Lapang ini dilakukan dengan cara tanya jawab dengan petugas
balai mengenai kegiatan dan obyek yang bersangkutan selama proses pemeriksaan
parasit pada komoditas perikanan konsumsi. Proses wawancara dapat dilakukan
pada saat hari efektif kerja maupun diluar hari efektif kerja yang menyangkut
dengan seluruh aspek pemeriksaan parasit pada komoditas perikanan konsumsi.
3.4.3 Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif dilakukan dengan mengikuti secara langsung beberapa
kegiatan yang dilakukan di lapangan berhubungan dengan dengan pemeriksaan
parasit pada komditas perikanan konsumsi di Balai Karantina Ikan Pengendalian
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Ngurah Rai Denpasar, Bali.
Kegiatan tersebut diikuti secara langsung mulai dari awal hingga akhir kegiatan.
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
Dengan partsipasi aktif diharapkan dapat diperoleh kecakapan serta teknik khusus
dalam pemeriksaan parasit pada perikanan konsumsi yang nantinya dapat
diterapkan pada perkuliahan.
3.5 Data Sekunder
Data Sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti,
catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan
maupun tidak dipublikasikan (Sangadji, 2010). Data ini diperoleh dari data
dokumentasi, laporan-laporan dari lembaga, instansi, dan dinas perikanan, pustakapustaka, masyarakat, dan pihak lain yang berhubungan dengan pemeriksaan parasit
pada komoditas perikanan konsumsi.
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang
4.1.1 Sejarah Pendirian
Stasiun Karantina Ikan (SKI) Kelas I Ngurah Rai pertama kali berdiri pada
tahun 1985. Kantor SKI Kelas I Ngurah Rai berlokasi di daerah Tuban di area
Bandara Internasional Ngurah Rai sedangkan laboratorium SKI Kelas I Ngurah Rai
berlokasi di Jalan Taman Mulia Jimbaran. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor: 32/MEN/2004 pada tanggal 30 Juli 2004 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, maka organisasi
Stasiun Karantina Ikan Kelas I Ngurah Rai berubah menjadi Balai Karantina Ikan
(BKI) Kelas I Ngurah Rai, yang merupakan pelaksana teknis yang membawahi
beberapa Satuan Kerja Bandara
Ngurah Rai Denpasar yaitu: (1) Pelabuhan
Penyeberangan Gilimanuk dan (2) Pelabuhan Laut Benoa.
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
Nomor
PER.21/MEN/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Karantina Ikan, BKI Kelas I Ngurah Rai merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat
Karantina Ikan yang memiliki dua buah Wilayah Kerja (Wilker) yaitu Wilayah
Kerja di Pelabuhan Laut Benoa dan Wilayah Kerja Penyeberangan Gilimanuk.
Wilayah kerja Pelabuhan penyeberangan Gilimanuk menangani keluar
masuknya media pembawa yang melalui pelabuhan penyeberangan Ketapang
Gilimanuk atau sebaliknya sedangkan Satuan Kerja Benoa khusus menangani
keluar masuknya media pembawa yang melalui kapal laut antar area.
Pada tahun 2009 BKI Kelas I Ngurah Rai resmi menempati kantor baru yang
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
berlokasi di Jalan Raya Sunset Road. Pada tanggal 12 Juni 2009, Laboratorium BKI
Kelas I Ngurah Rai terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan
sertifikat ISO 17025-2005. Adapun laboratorium yang telah terakreditasi antara lain
: laboratorium parasit, laboratorium mikrobiologi, laboratorium virologi dan
laboratorium histologi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.
15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan
Perikanan, ditetapkan Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan (Balai KIPM) melaksanakan tugas pengembangan, pembinaan,
pemantauan dan evaluasi perkarantinaan ikan, pengendalian mutu dan keamanan
hasil perikanan. Tugas dan fungsi Balai KIPM adalah melindungi sumberdaya
perikanan seluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia (RI) dari serangan
hama dan penyakit ikan karantina serta melaksanakan pengendalian mutukeamanan hasil perikanan. Oleh karena itu BKI Kelas I Ngurah Rai berubah nama
menjadi Balai KIPM Kelas I Denpasar.
4.1.2 Tugas dan Fungsi
Tugas pokok Balai KIPM Kelas I Denpasar ialah melaksanakan pencegahan
masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) dari atau ke luar
wilayah Indonesia termasuk pengandalian mutu, dan keamanan hasil perikanan,
serta penerapan sistem manajemen mutu.
Sementara output dan outcome yang diperoleh di Balai KIPM Kelas I
Denpasar di samping melaksanakan tugas pengawasan untuk komoditas ikan yang
masuk atau keluar negeri, karantina juga melaksanakan jasa pemeriksaan kesehatan
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
ikan terhadap komoditi yang dilalulintaskan tersebut, yang menerangkan bahwa
ikan yang dikirim harus bebas dari hama dan penyakit ikan tertentu.
Fungsi penyelenggara karantina ikan meliputi beberapa aspek antara lain:
1.
Pelaksanaan pencegahan masuk dan tersebarnya HPIK dari luar negeri dan dari
suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah
Negara Republik Indonesia.
2.
Pelaksanaan pencegahan keluar dan tersebarnya HPI dari wilayah Negara
Republik Indonesia yang dipersyaratkan Negara Tujuan.
3.
Pelaksanaan tindakan karantina terhadap media pembawa HPIK.
4.
Pelaksanaan pemantauan HPIK, pengwasan dan pengendalian HPIK, mutu dan
keamanan hasil perikanan.
5.
Perlaksanaan surveilen HPIK, inspeksi terhadap Unit Pengolahan Ikan (UPI)
dalam rangka sertifikasi penerapan program Manajemen Mutu Terpadu
(MMT).
6.
Pelaksanaan pengujian HPIK, sertifikasi kesehatan ikan, mutu dan keamanan
hasil perikanan.
7. Penerapan Sistem Manajemen Mutu Terpadu (SMMT) pada laboratorium dan
pelayanan operasional.
4.1.3 Visi dan Misi
Berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina
Hewan, Ikan dan Tumbuhan, dimana asas dari kegiatan karantina adalah kelestarian
sumberdaya alam hayati dan Peraturan Pemerintah Nomor: 15 Tahun 2002 tentang
Karantina Ikan, yang memberikan landasan yang kuat bagi pelaksanaan tindak
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
karantina terhadap komoditi ikan, sehingga tercapainya Visi Balai KIPM Kelas I
Denpasar yaitu “Hasil perikanan yang sehat, bermutu, aman konsumsi dan
terpercaya”. Sedangkan untuk mewujudkan visi diatas, Balai KIPM Kelas I
Denpasar memiliki misi “mewujudkan pencegahan penyebaran Hama dan Penyakit
Ikan Karantina (HPIK) serta pengendalian mutu dan keamanan hasil yang mampu
menjamin lalu lintas hasil perikanan yang sehat, bermutu, aman konsumsi dan
terpercaya”.
4.1.4 Tujuan dan Sasaran
Tujuan adalah implementasi dari pernyataan misi dan merupakan hasil akhir
yang akan dicapai. Adapun tujuan pembangunan karantina ikan adalah sebagai
berikut:
1.
Mencegah masuk dan tersebarnya hama penyakit ikan karantina dari luar
negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri atau keluarnya dari
dalam wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan peraturan perundangan
yang berlaku.
2.
Memberikan jaminan kesehatan ikan melalui sertifikasi
3.
Mengembangkan teknik dan metode perlakuan yang efektif
4.
Menyediakan referensi identifikasi HPI/HPIK dan media pembawanya
5.
Mengembangkan teknik dan metode pemeriksaan HPI/HPIK
6.
Menginventarisasi HPI/HPIK dan sebarannya
7.
Meningkatkan pelayanan melalui pemanfaatan sistem informasi
8.
Meningkatkan pengawasan operasional karantina ikan
9.
Meningkatkan peran serta pengguna jasa dalam pelaksanaan tindakan
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
karantina ikan
10. Mengembangkan pengelolaan administrasi di Balai KIPM Denpasar.
Bentuk upaya yang jelas untuk mewujudkan sistem karantina ikan yang
tangguh, berbasis peraturan perundangan yang kuat dalam suatu organisasi yang
kompatibel, memiliki sasaran sebagai berikut:
1.
Tersedianya prasarana tindakan karantina ikan yang memadai
2.
Tersedianya sarana tindakan karantina ikan yang memadai
3.
Tersedianya sumber daya manusia karantina ikan yang profesional
4.
Tersedianya hasil uji laboratorium yang valid
5.
Tersedianya hasil uji perlakuan yang efektif
6.
Tersedianya koleksi HPI/HPIK dan media pembawanya
7.
Terselenggaranya kegiatan apresiasi teknik dan metode
8.
Tersedianya peta sebar HPI/HPIK
9.
Terselenggaranya peningkatan sistem informasi mengenai karantina ikan
10. Terselenggaranya peningkatan pengawasan lalulintas media pembawa
11. Terjadinya penurunan tingkat pelanggaran peraturan perundangan karantina
ikan
12. Terwujudnya peningkatan sistem pengelolaan administrasi
13. Terselenggaranya pelayanan administrasi umum
14. Terselenggaranya sistem perencanaan, monitoring dan pelaporan administrasi
15. Tersedianya pegawai administrasi yang terlatih.
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
4.1.5 Letak Geografis
Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan
(Balai KIPM) Kelas I Denpasar terletak di Jalan Sunset Road No. 77, Kelurahan
Kuta, Kecamatan Badung, Kabupaten Denpasar Bali. Gedung Balai KIPM Kelas I
Denpasar dapat diluhat pada Gambar 4.1 dan denah lokasi gedung dapat dilihat
pada Lampiran 3. sedangkan dari letak geografis gedung ini terletak pada 08o43‘10”
Lintang Selatan dan 115o11’09” Bujur Timur. Balai KIPM Kelas I Denpasar
terletak di lokasi yang strategis karena selain dekat dengan jalan raya, Balai KIPM
Kelas I Denpasar juga dekat dengan halte busway sehingga mudah diakses oleh
pengguna jasa yang akan memeriksakan hama dan penyakit ikan di Balai KIPM
Kelas I Denpasar.
Gambar 4.1 Kantor Balai KIPM Kelas I Denpasar
Lokasi Balai KIPM Kelas I Denpasar juga dekat dengan Bandara
Internasional Ngurah Rai sehingga memudahkan pengguna jasa untuk mengajukan
pemeriksaan dan permohonan sertifikat kesehatan ikan sebelum melalulintaskan
ikan baik melalui ekspor maupun domestik.
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
4.1.6 Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja
Adapun jumlah pegawai di Balai KIPM Kelas I Denpasar dan lingkup
Satuan Kerjanya sampai dengan Tahun Anggaran 2015 sebanyak 46 orang yaitu 37
orang di Balai KIPM Kelas I Denpasar, 6 orang di Wilayah kerja Pelabuhan
Penyeberangan Gilimanuk dan 3 orang di Wilayah kerja Pelabuhan Laut Benoa.
Sedangkan rincian pegawai berdasarkan golongan adalah 4 Orang golongan IV, 27
Orang golongan III, 15orang golongan II dan dibantu 19 orang tenaga kontrak.
Berdasarkan pendidikan S2 ada 6 orang, S1/D4 perikanan ada 15 orang, S1 umum
4 orang, D3 ada 8 orang. SLTA ada 12 orang dan SLTP 1 orang.
4.1.7 Sarana dan Prasarana
Fasilitas yang tersedia guna mendukung terselenggaranya tugas pokok dan
fungsi Balai KIPM Kelas I Denpasar terdiri dari gedung kantor, laboratorium, mobil
unit kantor, kendaraan opersional, museum dan perpustakaan. Lay out Balai KIPM
Kelas I Denpasar dapat dilihat pada Lampiran 4. Laboratorium memiliki fungsi
untuk melakukan pemeriksaan dan pengujian HPIK yakni dari golongan viral,
bakterial,
cendawan,
laboratorium
maupun
parasitologi,
parasit.
laboratorium
Laboratorium
biologi
tersebut
molekuler,
mencakup
laboratorium
bakteriologi, laboratorium histologi, laboratorium kualitas air, laboratorium basah,
laboratorium serologi, ruang asam dan pengujian logam berat.
A. Laboratorium Nekropsi / Parasitologi
Laboratorium
nekropsi
merupakan
laboratorium
ini
menangani
pemeriksaan penyakit ikan yang disebabkan oleh parasit yang meliputi
pembedahan sampel, fiksasi, pengambilan preparat, identifikasi jenis parasit dan
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
pengoleksian agen parasit yang ditemukan. Pemeriksaan di laboratorium parasit
menggunakan metode konvensional (smear, ulas darah). Koleksi Hama dan
Penyakit Ikan ( HPI golongan parasit) dalam bentuk preparat awetan serta dalam
bentuk data base di komputer.
B. Laboratorium Bakteriologi
Laboratorium bakteriologi merupakan laboratorium yang memiiki fungsi
untuk melakukan pemeriksaan penyakit ikan yang disebabkan oleh bakteri. Metode
pemeriksaan bakteri secara konvensional berupa identifikasi menggunakan media
agar, pengecatan gram dan pembuatan gula. Peralatan yang dimiliki telah memadai
seperti inkubator, low incubator dan incubator CO2, sehingga bisa melakukan
pemeriksaan berbagai golongan bakteri diantaranya gram positif, gram negatif,
bakteri tahan asam, bakteri tahan panas, maupun bakteri anaerob.
C. Laboratorium Kualitas Air
Laboratorium kualitas air merupakan laboratorium yang menangani
pengujian kualitas air sampel kolam. Laboratorium kualitas air telah dilengkapi
dengan peralatan pemeriksaan parameter kualitas air seperti test Kit,
Spektrofotometer, dan bahan titrasi lain. Pemeriksaan kualitas air ini meliputi suhu,
pH, salinitas, kekeruhan, DO, karbondioksida, padatan tersuspensi, residu,
kesadahan, alkalinitas, amoniak, nitrat, nitrit, fosfat, hidrogen sulfida, klorin, dan
besi.
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
D. Laboratorium Virologi
Laboratorium virologi difungsikan untuk pemeriksakan penyakit ikan yang
disebabkan oleh virus yang menggunakan teknik-teknik biologi molekuler seperti
metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Enzyme-Linked Immunosorbent
Assay (Elisa). Kegiatan PCR yang dilakukan antara lain fiksasi sampel,
pengisolasian, amplifikasi dan identifikasi virus melalui elektroforesis. Sedangkan
kegiatan Elisa yang digunakan ialah purifikasi dan pengujian dengan
antigen/antibodi. Pemeriksaan laboratorium virologi yang telah dilakukan antara
lain KHV, IHHNV, VNN, TSV, WSSV, Iridovirus, IMNV dan IPNV.
E. Laboratorium Histologi
Laboratorium histologi merupakan pemeriksaan konfirmasi yang sangat
mendukung hasil pemeriksaan lainnya. Peralatan yang dimiliki sudah cukup
memadai seperti Tissue Embedding, Tissue Processor, Automatic Microtome dan
bahan untuk pewarnaan. Pemeriksaan yang telah dilakukan meliputi pemeriksaan
berbagai jaringan ikan dan udang. Hasil pemeriksaan dalam bentuk preparat
histologi.
F. Ruang Sterilisasi
Laboratorium Balai KIPM Kelas I Denpasar juga dilengkapi dengan ruang
sterilisasi untuk mensuci-hamakan bahan-bahan laboratorium yang akan digunakan
maupun limbah hasil uji laboratorium yang mengandung agen-agen penyebab
penyakit ikan. Seluruh peralatan pengujuian sebelum digunakan akan dilakukan
sterilisasi dengan autoclave. Alat yang digunakan setelah proses pemeriksaan juga
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
dilakukan sterilisasi terlebih dahulu sebalum dilakukan pencucian agar tidak
mengkontaminasi lingkungan.
G. Ruang Penyimpanan Bahan
Laboratorium Balai KIPM Kelas I Denpasar dilengkapi dengan ruang
penyimpanan bahan yang digunakan untuk menyimpan berbagai bahan-bahan
kimia dan mempersiapkan larutan yang akan dipakai dalam proses pemeriksaan
sampel. Bahan-bahan tersebut diletakkan dan digolongkan sesuai jenisnya dan
frekuensi penggunaanya. Semakin sering digunakan, bahan diletakkan di tempat
yang mudah dijangkau. Bahan-bahan juga diberi label yang berisi tentang nama,
tanggal masuk, dan tanggal kadaluarsa untuk memudahkan dapam penggunaannya.
H. Ruang Penerimaan Sampel
Ruang ini digunakan untuk menerima sampel ikan yang masuk untuk
dilakukan pemeriksaan. Pada ruang ini, sampel yang masuk biasanya berupa ikan
hidup, ikan beku, maupun produk olahan ikan. Pada ruang ini juga dilakukan
pengecekan ulang dokumen-dokumen pengguna jasa dan ikan yang akan diperiksa.
Setelah semua dokumen cocok, ikan sampel diberi label dan akan dilakukan
pemeriksaan sesuai dengan permintaan pengguna jasa.
4.2 Alur Kegiatan Pemeriksaan Media Pembawa
Tugas pokok Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan (Balai KIPM) Kelas I Denpasar ialah melaksanakan pencegahan masuk
dan tersebarnya Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) dari atau ke luar
wilayah Indonesia termasuk pengendalian mutu, dan keamanan hasil perikanan,
serta penerapan sistem manajemen mutu. Menindaklanjuti dari tugas pokok
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
tersebut, diberlakukan tindakan karantina sesuai dengan PP No. 15 tahun 2002 yang
meliputi pemeriksaan dokumen dan persyaratan karantina, mendeteksi hama dan
penyakit ikan, pengasingan dan pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan,
pemusnahan dan pembebasan.
Kegiatan pengiriman media pembawa baik impor, ekspor maupun domestik
harus dilengkapi sertifikat kesehatan ikan atau dokumen dokumen karantina lain.
Poses atau alur penerbitan sertifikat kesehatan ikan ini mencakup beberapa kegiatan
yaitu pelaporan, pengambilan sampel di lapangan, pemeriksaan teknis lapangan dan
laboratorium, dan penerbitan sertifikat kesehatan ikan.
4.2.1 Pelaporan
Pengguna jasa sebagai customer melapor selambat-lambatnya sehari
sebelum melakukan pengiriman. Pengguna jasa di wajibkan mengisi formulir
permohonan pemeriksaan jenis dan kesehatan ikan sesuai dengan jenis pemeriksaan
yang diinginkan kemudian menyerahkan ke petugas pelayanan.
Selanjutnya
petugas pelayanan menyampaikan kepada petugas penerima contoh uji tentang
permohonan pemeriksaan jenis dan kesehatan ikan. Adapun Surat permohonan
pemeriksaan dan surat perintah pemeriksaan dokumen dapat di lihat pada Lampiran
5. dan Lampiran 6.
4.2.2 Pengambilan Sampel di Lapangan
Permohonan diserahkan kepada petugas penerima contoh uji selanjutnya
petugas penerima contoh uji menyampaikan kepada Petugas Pengambilan Contoh
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
(PPC) untuk mengambil sampel di farm penampungan pengguna jasa. Untuk lebih
jelasnya surat perintah pengambilan sampel dapat di lihat pada Lampiran 7.
4.2.3 Pemeriksaan Teknis Lapangan dan Laboratorium
Petugas
Pengambil
Contoh
(PPC)
ditugaskan
untuk
melakukan
pemeriksanaan di lapangan dengan mengamati secara klinis pada komoditi uji di
farm-farm penampungan sekaligus mengisi formulir Pengambilan contoh ujinya.
Sampel diambil secara selektif yang menunjukan gejala klinis atau diambil secara
acak jika sampel tidak menunjukkan gejala klinis penyakit. Ikan yang diambil untuk
stadia benih sebanyak 8 -10 ekor dan untuk ikan konsumsi sebanyak 1 ekor. Adapun
contoh formulir pengambilan sampel dan surat perintah pemeriksaan klinis dapat
dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 9.
Sampel yang telah diambil kemudian dibawa ke laboratorium untuk
dilakukan pemeriksaan. Sampel terlebih dahulu diserahkan kepada petugas
penerima contoh uji dan dilakukan pelabelan atau penomoran sampel. Hal ini
dilakukan untuk menjaga kerahasiaan dari pengirim sampel. Pemberian kode ini
tertulis di formulir tanda terima penerimaan sampel, salah satunya diberikan untuk
mendiagnosa penyerangan virus pada sampel uji dengan menggunakan metode
PCR. Tanda terima penerimaan sampel yang telah di beri kode dapat di lihat pada
Lampiran 10.
Sampel yang sudah diberi kode selanjutnya diserahkan kepada Manajer
Teknis, kemudian Manajer Teknis mengeluarkan Surat Tugas Pemeriksaan (STP)
kepada analis atau penyelia virus. Setelah itu analis atau penyelia virus melakukan
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
pemeriksaan terhadap sampel yang akan dikirim sesuai permintaan pengguna jasa.
Surat pemeriksaan laboratorium dapat di lihat pada Lampiran 11.
Pemeriksaan selesai kemudian analis atau penyelia laboratorium
mengeluarkan Laporan Hasil Uji (LHU), selanjutnya diserahkan kepada Manajer
Teknis untuk diperiksa dan diverifikasi. Contoh laporan hasil uji (LHU) dapat
dilihat pada Lampiran 12.
4.2.4 Penerbitan Sertifikat Kesehatan Ikan
Laporan Hasil Uji (LHU) kemudian dibawa oleh pengguna jasa untuk
diserahkan kepada petugas pelayanan sesuai dengan bukti bahwa komoditi yang
dilalulintaskan telah dilakukan uji kesehatan. Proses selanjutnya supervisi
melakukan pengecekan dan memvalidasikan baik Laporan Hasil Uji (LHU),
maupun surat atau dokumen terkait yang telah diajukan oleh pengguna jasa, setelah
itu dikeluarkan Sertifikat Kesehatan Ikan yang telah diterbitkan oleh Balai KIPM
Kelas I Denpasar atau pejabat yang berwenang. Mekanisme prosedur pelayanan
sertifikat kesehatan ikan di Balai KIPM Kelas I Denpasar dapat dilihat pada
Lampiran 13.
4.3 Metode Pemeriksaan Parasit
Tindakan pemeriksaan parasit di Balai KIPM Kelas I Denpasar meliputi
pengamatan gejala klinis dan identifikasi parasit dengan metode pemeriksaan
secara natif. Pengamatan gejala klinis dilihat pada saat sebelum komoditas uji
dibedah (nekropsi). Tindakan pemeriksaan parasit dengan metode natif secara
keseluruhan meliputi : sampel komoditas uji yang masuk didata pada buku induk
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
nekropsi, dicatat nama ikan, gejala klinis, panjang dan berat. Setelah itu komoditas
uji dibedah (nekropsi) diambil bagian sirip ekor, operculum, insang dan isi perut
(usus/lambung). Kemudian diperiksa dengan mikroskop dengan perbesaran 40x,
100x, dan 1000x. Khusus untuk pembesaran 1000× harus dengan bantuan minyak
imersi untuk memperbesar indeks bias sehingga parasit lebih jelas terlihat. Apabila
ditemukan parasit maka dicatat pada buku induk nekropsi dan parasit yang
ditemukan bisa diawetkan.
4.3.1 Persiapan Alat dan Sampel
Dalam pemeriksaan parasit di Balai KIPM Kelas I Denpasar, sampel yang
telah didata dan diberikan label pada ruang penerimaan sampel dikumpulkan pada
trolley yang dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan dibawa menuju laboratorium
parasitologi. Laboratorium parasitologi memiliki fungsi ganda yaitu selain
digunakan untuk memeriksa parasit pada sampel, ruangan ini digunakan untuk
pembedahan (nekropsi) yang nantinya ditujukan pada pemeriksaan virus,
pemeriksaan bakteri, maupun pemeriksaan histologi. Sampel yang diperiksa terdiri
dari Fry Epinephelus sp., Panulirus sp., Epinephelus sp., Chanos chanos, Lutjanus
sp., Fry Pampus argentus dan Trachinotus blochii baik segar maupun beku. Ikan
segar yang diperiksa berukuran antara 1 cm hingga 30 cm. Ikan beku yang diperiksa
berukuran lebih dari 30 cm dan ikan tersebut adalah hasil dari pengambilan sampel
yang melebihi jam kerja sehingga perlu dilakukan penyimpanan pada freezer
sebelum dilakukan pemeriksaan pada keesokan harinya.
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
Gambar 4.2 Sampel yang akan diperiksa pada trolley
Alat yang digunakan pada pemeriksaan parasit yang terdiri dari petri dish,
obyek glass, gunting, pinset, pipet tetes dan jarum yang dapat dilihat pada Gambar
4.3 disiapkan pada nampan dan dilakukan sterilisasi dengan menyemprot alkohol
75% pada alat-alat tersebut. Tujuan dilakukannya sterilisasi adalah untuk
membebaskan alat-alat atau bahan dari segala bentuk kontaminasi dari mikroba
(Dwidjoseputro, 1994). Hal ini sesuai dengan pernyataan Pratiwi (2008) yang
menyatakan bahwa alkohol digunakan untuk sterilisasi karena mekanisme aksi
alkohol sebagai disinfektan dengan cara melarutkan lipid pada membran sel
mikroorganisme
dan
juga
mendenaturasi
protein
yang
dimiliki
oleh
mikroorganisme tersebut.
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
Gambar 4.3 Alat nekropsi dalam pemeriksaan parasit
4.3.2 Pembedahan (nekropsi)
Proses selanjutnya adalah pembiusan sampel yang akan dinekropsi dengan
direndam dengan es batu dan air yang terdapat dalam wadah sampel. Untuk sampel
yang berukuran lebih dari 30 cm dan sampel yang sudah mati tidak dilakukan
pembiusan, namun langsung diukur panjang dan beratnya yang dapat dilihat pada
Gambar 4.4 dan dicatat dalam buku induk nekropsi. Pengukuran panjang
menggunakan penggaris dan pengukuran berat menggunakan timbangan analitik.
(a)
(b)
Gambar 4.4 Proses pengukuran sampel
Keterangan : (a). Pengukuran panjang Panulirus sp., (b). Timbangan
analitik untuk menimbang sampel
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
Pencatatan di dalam buku induk nekropsi yang dapat dilihat pada Gambar
4.5 disesuaikan dengan kode yang telah diberikan sebelumnya dalam ruang
penerimaan sampel. Di dalam buku tersebut juga terdapat jenis pemeriksaan yang
diminta pengguna jasa baik pemeriksaan parasit, virus, bakteri dan virus.
Pencatatan diurutkan sesuai tanggal pengambilan sampel sehingga dimungkinkan
sampel yang diperoleh pada hari yang sama dicatat pada tanggal yang berbeda.
Selain panjang dan berat sampel, gejala klinis yang tampak pada sampel juga dicatat
pada buku induk nekropsi.
Gambar 4.5. Pencatatan dalam buku induk nekropsi
Pembedahan (nekropsi) untuk sampel berupa lobster yang dapat dilihat pada
Gambar 4.6 bagian yang di ambil adalah insang saja. Hal tersebut dikarenakan
parasit yang menyerang lobster berukuran makroskopis dan dapat dilihat secara
langsung pada sela-sela kaki jalan dan bagian ventral dari abdomen lobster. Untuk
ikan yang diperiksa, bagian yang diambil terdiri dari potongan insang, usus,
operculum dan sirip ekor. Pemeriksaan endoparasit menggunakan sampel dari
bagian dalam tubuh ikan, meliputi rongga perut, sistem pencernaan, dan darah
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
(Lukistyowati dan Morina, 2005), namun kali ini yang digunakan hanya usus ikan
saja karena sampel yang diperiksa cukup banyak..
Untuk ikan yang berukuran besar seperti ikan kerapu dilakukan metode
scrapping yang sesuai dengan pernyataan (Noga, 2010) untuk memperoleh lendir
yang nantinya akan diperiksa di bawah mikroskop. Sampel berupa potongan insang,
usus, operculum dan sirip ekor diletakkan ke dalam obyek glass kemudian ditetesi
air dengan bantuan pipet tetes dari wadah sampel tersebut berasal. Dimungkinkan
parasit pada sampel terdapat pada air dalam wadah sampel sehingga dalam
memberikan air harus sesuai dengan kode sampel agar tidak terjadi salah
pengamatan. Pengamatan sampel dilakukan menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 40x dan 100x. Penggunaan perbesaran 1000x perlu ditambahkan
minyak imersi dalam penggunaannya. Pemeriksaan parasit pada insang lobster
dapat dilihat pada Gambar 4.7.
(a)
(b)
Gambar 4.6 Nekropsi pada lobster (Panulirus sp.)
Keterangan : (a). Pengguntingan chepalothorax lobster, (b). Pengambilan insang
beserta parasit Octolasmis sp.
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
(a)
(b)
Gambar 4.7 Pemeriksaaan menggunakan mikroskop
Keterangan : (a). Pengamatan insang lobster, (b). Parasit Octolasmis sp. pada
Panulirus sp. bar = 1 mm
Tahapan selanjutnya setelah dilakukan pengamatan pada mikroskop adalah
mengidentifikasi parasit yang ditemukan. Identifikasi parasit menggunakan metode
kunci identifikasi Kabata (1985). Setelah teridentifikasi, data hasil identifikasi yang
diperoleh dicatat dalam buku induk nekropsi. Pewarnaan Semichen-Acetic Carmine
dilakukan untuk menambah koleksi parasit yang ada di Balai KIPM Kelas I
Denpasar. Untuk metode ini sampel parasit yang diawetkan harus dalam kondisi
bagus dan lengkap seluruh organ tubuhnya. Menurut Balai KIPM Kelas I Denpasar
(2015), pemeriksaan feses menggunakan metode pengapungan (floatation) dan
pengendapan (sedimentasi) serta metode ulas darah dan pewarnaan giemsa tidak
dilakukan karena membutuhkan proses yang lama. Jumlah sampel yang banyak
tidak dimungkinkan untuk dilakukan dengan metode tersebut.
4.3.3 Data Pengamatan Parasit
Menurut Balai KIPM Kelas I Denpasar (2015), pemeriksaan parasit tidak
dilakukan setiap hari karena pemeriksaan dilakukan apabila ada permohonan
pemeriksaan. Namun dalam 1 hari pemeriksaan dapat didata pada hari yang berbeda
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
karena pengambilan sampel dapat dilakukan untuk dua kali masa pengambilan
sampel. Hasil pengamatan yang kami lakukan selama 30 hari (12 Januari 2015-14
Februari 2015) di Balai KIPM Kelas I Denpasar, kami memperoleh jumlah
komoditas perikanan konsumsi yang diperiksa sebanyak 117 ekor dan parasit yang
ditemukan sebanyak 14 ekor yang dapat dilihat pada Lampiran 14. atau dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 1. Daftar komoditas perikanan konsumsi yang diperiksa selama kegiatan
PKL
No.
Nama Ikan
1
2
3
4
5
6
7
Fry Epinephelus sp.
Panulirus sp.
Epinephelus sp.
Chanos chanos
Lutjanus sp.
Fry Pampus argenteus
Trachinotus blochii
Total
Jumlah sampel yang
diperiksa (ekor)
63
9
11
26
5
2
1
117
Tabel 2. Daftar parasit yang ditemukan selama kegiatan PKL
No.
1
2
3
4
5
6
7
PKL
Nama parasit
Octolasmis sp.
Trichodina sp.
Diplectanum sp.
Brooklynella sp.
Ascarophis sp.
Epistylis sp.
Benedenia sp.
Total
Jumlah sampel yang
terinfeksi
(ekor)
3
4
3
1
1
1
1
14
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
Jumlah dan frekuensi komoditas perikanan yang dilalulintaskan di Balai
KIPM Kelas I Denpasar dan parasit yang ditemukan pada saat pemeriksaan
dikonversikan menjadi diagram batang. Diagram tersebut dapat dilihat pada
Gambar 4.8 dan Gambar 4.9 dan dapat dilihat secara lebih jelas perbandingan tiap
komoditas maupun tiap parasit yang ditemukan pada saat pemeriksaan. Menurut
Balai KIPM Kelas I Denpasar (2015), pada bulan Januari hingga bulan Maret 2015
jumlah sampel termasuk sedikit karena masih awal tahun. Permohonan
pemeriksaan tertinggi biasanya pada bulan Juni hingga pada akhir tahun.
Frekuensi komoditas
perikanan konsumsi
63
80
60
40
20
0
26
11
9
5
2
1
Gambar 4.8 Diagram batang frekuensi komoditas perikanan konsumsi
Frekuensi terinfeksi parasit
5
4
3
2
1
0
4
3
3
1
1
1
1
Gambar 4.9 Diagram batang frekuensi komoditas konsumsi yang terinfeksi parasit
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
4.4 Biaya Pemeriksaan
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun
2006, Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak, Balai KIPM Kelas
1 Denpasar menerapkan tarif untuk pengujian parasit sebesar Rp. 4.000,00 tiap satu
permohonan. Adapun Penerimaan Negara Bukan Pajak dapat dilihat pada Lampiran
15. Dalam kegiatannya, beberapa Balai yang memberikan harga diatas Tarif Atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak dikarenakan untuk mengisi kekosongan
dana dalam pengadaan bahan-bahan untuk proses pengujian. Penentuan harga juga
dilakukan
dengan
berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan
tertentu
dan
berdasarkan peraturan yang ada. Dalam hal ini karena Balai KIPM Kelas 1
Denpasar menggunakan tarif sesuai dengan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak, maka banyak pengguna jasa memilih melakukan pemeriksaan pada
Balai tersebut karena tergolong murah.
4.5 Hasil Intersepsi atau Pengumpulan Data HPI/HPIK
Intersepsi
HPI/HPIK
merupakan
kegiatan
mengumpulkan
dan
mengelompokkan data tentang parasit. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
bebas tidaknya media pembawa yang dilalu lintaskan dari parasit, kegiatan
intersepsi di Balai KIPM Kelas 1 Denpasar dilaksanakan setiap satu bulan sekali.
Selama proses kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai KIPM Kelas I
Denpasar tidak ditemukan lalu lintas komoditas perikanan konsumsi yang termasuk
dalam HPI/HPIK.
Dari hasil intersepsi HPI/HPIK diperoleh bahwa jenis ikan komoditas
perikanan konsumsi yang dominan diperiksa di Balai KIPM Kelas I Denpasar
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
selama Praktek Kerja Lapang (PKL) ialah ikan Fry Epinephelus sp. untuk
kepentingan ekspor dengan tujuan Vietnam, Malaysia, Singapura, Hongkong,
Taiwan, Taipei, Thailand dll. Sedangkan parasit dominan yang ditemukan adalah
Trichodina sp..
Peran karantina adalah untuk melakukan pencegahan masuknya media
parasit di daerah Bali, dengan upaya memberikan sosialisai dan pembinaan kepada
farm-farm pembenihan dan budidaya tentang cara karantina ikan yang baik dan
melakukan pemantauan dari hasil binaannya. Balai Karantina Ikan dan
Pengendalian Mutu (Balai KIPM) Kelas 1 Denpasar telah melaksanakan tindakan
karantina bebasis In Line Inspection (ILI) terhadap pelaku usaha budidaya yang
telah memenuhi persyaratan dan terdaftar anggota In Line Inspection (ILI).
In Line Inspection (ILI) merupakan kegiatan secara terintregitas atau
menyeluruh dimana bagi pelaku usaha yang telah terdaftar anggota In Line
Inspection (ILI) akan mendapatkan pemeriksaan dan pendampingan dalam jalannya
proses kegiatan budidaya dari Balai KIPM Kelas 1 Denpasar, sehingga dari In Line
Inspection (ILI) tersebut merupakan cara atau upaya untuk meningkatkan kegiatan
pencegahan HPI/HPIK tertentu melalui pengelolaan organisasi, tanggung jawab,
prosedur, proses, sumberdaya dan penerapan standar biosecurity untuk memberikan
jaminan kesehatan ikan.
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
4.6 Tindakan Karantina
Sampel yang telah diuji dan menunjukkan positif maupun negatif akan
dikelompokkan terlebih dahulu sebelum dilakukan tindakan karantina. Sampel
yang telah terbukti positif dilakukan penyimpanan sebagai bahan koleksi
laboratorium parasit dan nekropsi, sedangkan untuk sampel negatif dimusnahkan
dengan cara dibakar. Proses pembakaran sampel dilakukan di luar Balai KIPM
Kelas 1 Denpasar.
Ikan yang akan dilalu-lintaskan jika terbukti positif terserang HPI/HPIK
maka dilakukan tindakan penolakan atau pemusnahan, dikarenakan termasuk Hama
dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) Golongan I. Balai KIPM Kelas 1 Denpasar
juga melaksanakan tindakan pemusnahan terhadap media pembawa yang tidak
disertai dokumen atau tidak sesuai persyaratan karantina serta terhadap media
pembawa yang tidak dapat dibebaskan dari HPIK. Setiap pemusnahan media
pembawa disaksikan oleh pemilik atau utusannya, instansi lain yang terkait dengan
pemusnahan tersebut yang hasilnya disampaikan dalam berita acara pemusnahan.
Tindakan ini sesuai dengan PP No. 15 Tahun 2002 bahwa Hama dan Penyakit Ikan
Karantina (HPIK) Golongan I, maka terhadap media pembawa tersebut dilakukan
pemusnahan. Hasil sampel negatif HPI maupun HPIK dilakukan tindakan
pembebasan dan dilalulintaskan dengan diterbitkannya sertifikat kesehatan.
Sertifikat kesehatan Ikan dapat di lihat pada Lampiran 16.
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
4.7 Kendala Proses Pemeriksaan
Kendala yang sering dihadapi dalam proses pemeriksaan parasit pada
komoditas perikanan konsumsi di Balai KIPM Kelas I Denpasar adalah ukuran
sampel yang relatif kecil, frekuensi pemeriksaan yang tidak setiap hari dilakukan
karena tergantung permintaan pengguna jasa, pemberian label yang kurang jelas,
pemberian sampel yang tidak layak uji, pemberian sampel berulang dari pengguna
jasa yang sama, dan jumlah sampel yang relatif banyak sehingga tidak
dimungkinkan dilakukan pemeriksaan dengan metode pengapungan (Floatation)
dan pengendapan (sedimentasi) serta metode ulas darah dan pewarnaan giemsa.
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
a. Pemeriksaan parasit pada komoditas perikanan konsumsi di Balai Karantina
Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I
Denpasar dilakukan secara natif. Sistem Pengambilan sampel yang digunakan
adalah melalui petugas yang datang ke lokasi pengguna jasa.
b. Parasit yang ditemukan pada komoditas perikanan konsumsi di Balai Karantina
Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I
Denpasar adalah Octolasmis sp., Trichodina sp., Diplectanum sp.,
Brooklynella sp., Ascarophis sp., Epistylis sp., dan Benedenia sp. yang secara
keseluruhan berjumlah 14 ekor.
c. Kendala yang dihadapi terkait dengan metode pemeriksaan yang tidak sesuai
literatur karena jumlah sampel yang banyak dan ukuran ikan sampel yang
relatif kecil. Selain itu, masalah teknis seperti pelabelan yang kurang jelas,
pemberian sampel yang berulang, dan pemberian sampel yang tidak layak uji
akan mempersulit proses pemeriksaan.
5.2
Saran
a. Pengambilan sampel harus dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak
sampel pada saat akan dilakukan pemeriksaan parasit.
b. Pada pengambilan sampel yang tidak diperiksa pada hari yang sama
sebaiknya disimpan dalam kondisi hidup sehingga parasit yang terdapat pada
sampel tersebut tidak mati.
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
c. Perlu proses kalibrasi rutin dan pengadaan alat baru agar proses pemeriksaan
parasit lebih cepat dan efisien mengingat permintaan pengguna jasa yang
banyak.
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S. dan Sudaryanto. 2001. Pembenihan dan Pembesaran Kerapu Bebek.
Penebar Swadaya. Jakarta. 104 hal.
Azwar, S. 2010. Metode Penelitian. Pustaka Belajar. Yogyakarta. hal. 198
Baskoro, M. S., I. W. Ronny dan A. Effendy. 2004. Migrasi dan Distribusi Ikan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Baskoro, M. S., Taurusman, A. Azbas dan Sudirman. 2010. Tingkah Laku Ikan
Hubungannya dengan Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap. Lubuk
Agung. Bandung. 258 hal.
Dwidjoseputro, S. 1994. Sterilisasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Evalawati., M. Meiyana dan Aditya. 2001. Biologi Kerapu, Pembesaran Kerapu
bebek dan Kerapu Macan di Keramba Jaring Apung. Ditjenkan. Jakarta.
Flood, M. dan A. Roelofs. 2014. Status Of Key Australian Fish Stocks Reports 2014
(Tropical Rock Lobster). Commonwealth of Australia. hal. 218-213.
Gerald, D. dan S. K. Larry. 2000. Foundations of Parasitology Sixth Edition.
McGraw-Hill Higher Education. United States of America.
Ihwan, M. Z., M. Ikhwanuddin dan H. Marina. 2015. Morphological Distribution
of Pedunculate Barnacle Octolasmis cor (Aurivillius, 1982) found on Gill
of Wild Mud Crab (Genus: Scylla) from Trengganu Coastal Waters,
Malaysia. Research Journal of Parasitology. Malaysia.
Irianto A. 2003. Probiotik Akuakultur. Gajah Mada University. Yogyakarta.
Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in the Tropics. Taylor
and Francis. London. 263 hal.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014 . Refleksi 2014 dan Outlook 2015
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Menuju Perikanan Budidaya yang
Mandiri,
Berdaya
Saing
dan
Berkelanjutan.
http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=1099. 6 Januari 2015. 1 hal.
Kismiyati, dan G. Mahasri. 2014. Buku Ajar Parasit dan Penyakit Ikan 1 (Ilmu
Penyakit Arthropoda Pada Ikan). FPK UNAIR. Surabaya. 52 hal.
Lukistyowaty, I. dan R. Morina. 2005. Analisa Penyakit Ikan. UNRI-Press.
Pekanbaru. 120 hal.
Mahasri, G., S. Subekti, S. Koesdarto, Kismiyati, dan P. D. Sari. 2014. Nematoda,
Acantochepala dan Penyakit Helminth Lainnya pada ikan. FPK UNAIR.
Surabaya. hal. 27-29.
Martin, J., M. Keag, S. Newman dan C. Wakefield. 2014. Status Of Key Australian
Fish Stocks Reports 2014 (Crimson Snapper). Commonwealth of Australia.
hal. 507-514.
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
Morales, E. S., H. Camisotti dan A. Martin. 2012. A new species of Caligus
(Copepoda, Siphonostomatoida) from the plankton of the Caribbean coast
of Venezuela with a key to species. Eduardo Suárez-Morales et al.
Venezuela.
Morsy, K., S. A. Monem, F.A. Ghaffar, A. R. Bashtar, A. Al-Ghamdi dan R. A.
Gaber. 2011. First record of Benedenia sciaenae (Monogenea: Capsalidae)
infecting the brown-spotted grouper fish Epinephelus chlorostigma
(Family: Serranidae) from the Red Sea in Egypt. Life Science Journal.
Egypt.
Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Cetakan Ketujuh. Penerbit Ghalia Indonesia.
Bogor. hal. 54.
Noga, E. J. 2010. Fish Disease Diagnosis and Treatment. 2nd Edition. WileyBlackwell. USA. 538 hal.
Paladini, G., H. Hansen, M. L. Fioravanti dan A. P. Shinn. 2011. Gyrodactylus
longipes n. sp. (Monogenea: Gyrodactylidae) from farmed gilthead
seabream (Sparus aurata L.) from the Mediterranean. Parasitology
International Elsevier. Ireland
Pratiwi. dan T. Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga. Bandung
Purba,
R. 1994. Perkembangan Awal Ikan Kakap Merah, Lutjanus
argentimaculatus. Oseana, XIX (3) : 11 - 20. Sub Balai Penelitian Budidaya
Pantai Bojonegara-Serang, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan.
Serang. hal. 11-12.
Rahayu, A. 1986. Penyakit-Penyakit Pada Ikan-Ikan Laut. Oseana, XI (3). Balai
Penelitian Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan OseanologiLIPI. Jakarta.
Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 2005. Biologi laut : ilmu pengetahuan tentang
biologi laut. PT. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Ruhenda, U. 2010. Jendela Informasi Karantina Ikan. Pusat Karantina Ikan
Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 53 hal
Sangadji, E. M. dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam
Penelitian. Penerbit Andi. Yogyakarta. hal. 171
Sangadji, E. M. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian.
Penerbit Andi. Yogyakarta. hal. 171.
Sepulveda, F. A. dan M. T. Gonzalez. 2014. Molecular and morphological analyses
reveal that the pathogen Benedenia seriolae (Monogenea: Capsalidae) is a
complex species: Implications for yellowtail Seriola spp. aquaculture.
Aquaculture Elsevier. Chile.
Soedarto. 2008. Parasitologi Klinik. Airlangga University Press. Surabaya. hal 818.
Solihat, L. 2002. Proses Pemeriksaan Sampel Penyakit-Penyakit Parasit Darah di
Laboratorium Parasitologi Balitvet. Balai Penelitian Veteriner. Bogor.
Temu Teknis Fungsional Non Peneliti. hal. 77-85.
Subyakto, Slamet, S. Cahyaningasih. 2003. Pembenihan Kerapu Skala Rumah
Tangga. Agromedia pustaka. Jakarta. 61 hal.
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
Sumiati, T. dan Y. Aryati. 1987. Penyakit Parasitik Pada Ikan Hias Air Tawar.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Tawar. Bogor.
Tampubolon, G.H. dan E. Mulyadi. 1989. Sinopsis Kerapu di Perairan Indonesia.
Semarang.
Thatcher, V. E. dan M. C. Brasil-Sato. 2008. Ergasilus salmini sp. nov. (Copepoda:
Ergasilidae) a branchial parasite "dourado", Salminus francicanus from the
upper Sao Fransisco River, Brazil. Revista Brasileira de Zoologia. Brazil.
Tupper, M. dan N. Sheriff. 2008. Capture-based aquaculture of groupers. In A.
Lovatelli and P.F. Holthus (eds). Capture-based aquaculture. Global
overview. FAO Fisheries Technical Paper. No. 508. Rome, FAO. hal. 217253.
Ulkhaq, M. F., Kismiyati dan R. Kusdarwati. 2012. Studi Identifikasi dan
Prevalensi Endoparasit pada Saluran Pencernaan Ikan Kerapu Tikus
(Cromileptes altivelis) di Keramba Jaring Apung Unit Pengelola Budidaya
Laut Situbondo, Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 4 (1) :
93-97
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Mengikuti Praktek Kerja Lapang
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
Lampiran 2. Evaluasi Praktek Kerja Lapang
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
Lampiran 2. Evaluasi Praktek Kerja Lapang (lanjutan)
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60
Lampiran 3. Denah Lokasi Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan
Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Denpasar, Bali
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61
U
Lampiran 4. Lay Out Balai KIPM Kelas I Denpasar
Lantai Dasar
Basement
Rumah
istirahat
satpam
mushola
kantin
Lantai I
lift
17
16
14
15
13
3
12
2
1
10
11
9
8
7
6
5
4
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Ruang Pelayanan
12. Ruang Penerimaan Sampel
Toilet
13. Ruang Histologi
Ruang Fungsional
14. Ruang Virologi
Museum
15. Ruang Asam
Ruang Nekropsi dan Parasitologi
16. Ruang Alat dan Bahan
Ruang Bakteriologi I (Uji Biokimia)
17. Toilet
Ruang Bakteriologi II (Sterilisasi alat dan bahan)
Ruang Bakteriologi III (Sterilisasi limbah)
Ruang Kualitas Air
10. Ruang Alat dan Bahan
11. Gudang
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62
Lampiran 4. Lay Out Balai KIPM Kelas I Denpasar (lanjutan)
Lantai II
U
Lobi
lift
Ruang
Dokumen
tasi
Ruang
Operasional
Ruang
Mutu
Ruang
Teknis
Ruang
Administrasi
Ruang
Sekretaris
Ruang
Pertemuan
Ruang
Adiministrasi
Toilet
Toilet
Lantai III
Ruang
Operator
Perpustakaan
Auditorium
Auditorium
lift
Ruang Kepala
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63
Lampiran 5. Surat Permohonan Pemeriksaan
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64
Lampiran 6. Surat Perintah Pemeriksaan Dokumen
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65
Lampiran 7. Surat Perintah Pengambilan Sampel
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66
Lampiran 8. Formulir Pengambilan sampel
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67
Lampiran 9. Surat Perintah Pemeriksaan Klinis
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68
Lampiran 10. Tanda Terima Pemeriksaan Sampel
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69
Lampiran 11. Surat Pemeriksaan Laboratorium
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
70
Lampiran 12. Laporan Hasil Uji (LHU)
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71
Lampiran 13. Mekanisme Prosedur Pelayanan Sertifikat Kesehatan Ikan di Balai
KIPM Kelas I Denpasar
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72
Lampiran 14. Data Pemeriksaan Parasit Pada Komoditas Perikanan Konsumsi
No.
Tanggal
Nama Ikan
Gejala Klinis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
14-Jan-15
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Panulirus sp.
Fry Epinephelus sp.
Epinephelus sp.
Epinephelus sp.
Chanos chanos
Panulirus sp.
Chanos chanos
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Chanos chanos
Chanos chanos
Chanos chanos
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Normal
Normal
Normal
Normal
tubuh pucat
sirip ekor geripis
sirip ekor geripis
Normal
kaki jalan patah
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
sirip ekor geripis
Normal
sirip ekor geripis
dubur kemerahan
Normal
sirip ekor geripis, mulut
haemoragi
sirip dubur luka
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
sirip ekor geripis
sirip ekor geripis
operculum rusak
sirip ekor geripis
Normal
15-Jan-15
16-Jan-15
19-Jan-15
20-Jan-15
22
Epinephelus sp.
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Epinephelus sp.
Panulirus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Chanos chanos
21-Jan-15
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
Parasit yang
Ditemukan
Nihil
Nihil
Nihil
Octolasmis sp.
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Trichodina sp.
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Diplectanum sp.
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73
Lampiran 14. Data Pemeriksaan Parasit Pada Komoditas Perikanan Konsumsi
(lanjutan)
No.
Tanggal
Nama Ikan
Gejala Klinis
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
22-Jan-15
Fry Epinephelus sp.
Chanos chanos
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Panulirus sp.
Epinephelus sp.
Epinephelus sp.
Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Panulirus sp.
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
kaki jalan patah
mulut haemoragic
sirip geripis
pangkal ekor haemoragic
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
sirip ekor geripis
Normal
Normal
Normal
sirip ekor geripis
kaki jalan patah
23-Jan-15
26-Jan-15
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
Parasit yang
Ditemukan
Trichodina sp.
Brooklynella sp.
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Diplectanum sp.
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Trichodina sp.
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Octolasmis sp.
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74
Lampiran 14. Data Pemeriksaan Parasit Pada Komoditas Perikanan Konsumsi
(lanjutan)
No.
Tanggal
Nama Ikan
Gejala Klinis
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
27-Jan-15
Fry Epinephelus sp.
Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Fry Epinephelus sp.
Chanos chanos
Chanos chanos
Chanos chanos
Chanos chanos
Fry Epinephelus sp.
Chanos chanos
Lutjanus sp.
Chanos chanos
Fry Epinephelus sp.
Fry pampus argenteus
Lutjanus sp.
Lutjanus sp.
Chanos chanos
Fry Epinephelus sp.
Lutjanus sp.
Epinephelus sp.
Chanos chanos
Fry Epinephelus sp.
Panulirus sp.
Chanos chanos
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Sirip ekor geripis
Normal
Normal
Antenna patah
Normal
Antenna patah, kaki jalan
patah
mulut haemoragic
sirip geripis, mulut
haemoragic
28-Jan-15
29-Jan-15
30-Jan-15
02-Feb-15
03-Feb-15
04-Feb-15
92
Panulirus sp.
93
Epinephelus sp.
94
05-Feb-15
PKL
Epinephelus sp.
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
Parasit yang
Ditemukan
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Diplectanum sp.
Nihil
Nihil
Ascarophis sp.
Epistylis sp.
Octolasmis sp.
Nihil
Benedenia sp.
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75
Lampiran 14. Data Pemeriksaan Parasit Pada Komoditas Perikanan Konsumsi
(lanjutan)
No.
Tanggal
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
06-Feb-16
09-Feb-15
10-Feb-15
11-Feb-15
12-Feb-15
13-Feb-15
PKL
Nama Ikan
Gejala Klinis
Panulirus sp.
Antenna patah, kaki jalan patah
Fry pampus argenteus
Normal
Fry Epinephelus sp.
Normal
Fry Epinephelus sp.
Normal
Fry Epinephelus sp.
Normal
Fry Epinephelus sp.
Normal
Fry Epinephelus sp.
Normal
Fry Epinephelus sp.
Normal
Fry Epinephelus sp.
Normal
Chanos chanos
Normal
Epinephelus sp.
Normal
Chanos chanos
Normal
Chanos chanos
Normal
Chanos chanos
Normal
Chanos chanos
Normal
Chanos chanos
Normal
Fry Epinephelus sp.
Normal
Fry Epinephelus sp.
Normal
Chanos chanos
Normal
Chanos chanos
Normal
Chanos chanos
Normal
Chanos chanos
Normal
Trachinotus blochii
Normal
Lutjanus sp.
Normal
Panulirus sp.
Normal
-
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
Parasit yang
Ditemukan
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Trichodina sp.
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
-
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76
Lampiran 15. Jenis dan Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada
Departemen Kelautan dan Perikanan
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 19 TAHUN 2006
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 62 TAHUN 2002 TENTANG
TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
C. Jasa Pengujian di Laboratorium
1. Analisa Kualitas Air
a. Suhu
b. Salinitas
c. Warna
d. DHL
e. Kekeruhan/Kecerahan
f. Residu Terlarut
g. Padatan Tersuspensi
h. pH
i. Alkalinitas
j. Oksigen Terlarut (DO)
k. CO2
l. BOD
m. COD
p. Bahan Organik Total
1. Nitrogen Organik
2. Ammonia
3. Nitrite
4. Nitrate
5. Sulfida
2. Analisa Kualitas Tanah
a. Takstur Tanah
b. Redoks Potensial
c. pH
d. Bahan Organik Total
e. Nitrogen
f. Phosphate
g. Ammonia
h. Logam Berat
3. Pengujian Hama dan Penyakit
a. Hama
b. Parasit
c. Jamur
d. Bakteri
4. Metode Biologi Molekuler
PKL
Satuan
Tarif
Per sampel
Per sampel
Per sampel
Per sampel
Per sampel
Per sampel
Per sampel
Per sampel
Per sampel
Per sampel
Per sampel
Per sampel
Per sampel
Rp 1.000,00
Rp 5.000,00
Rp 1.000,00
Rp 1.000,00
Rp 1.000,00
Rp 10.000,00
Rp 2.500,00
Rp 1.000,00
Rp 1.500,00
Rp 2.500,00
Rp 20.000,00
Rp 2.500,00
Rp 2.500,00
Per sampel
Per sampel
Per sampel
Per sampel
Per sampel
Rp 30.000,00
Rp 30.000,00
Rp 30.000,00
Rp 30.000,00
Rp 30.000,00
Per sampel
Per sampel
Per sampel
Per sampel
Per sampel
Per sampel
Per sampel
Per sampel
Rp 20.000,00
Rp 2.000,00
Rp 2.000,00
Rp 8.000,00
Rp 10.000,00
Rp 8.000,00
Rp 4.500,00
Rp 35.000,00
Per pemeriksaan
Per pemeriksaan
Per pemeriksaan
Per pemeriksaan
Per penyakit
Rp 4.000,00
Rp 4.000,00
Rp 4.000,00
Rp 4.000,00
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
Rp 150. 000,00
DWI ADI WIGUNA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77
Lampiran 16. Sertifikat Kesehatan Ikan
PKL
PEMERIKSAAN PARASIT PADA......
DWI ADI WIGUNA
Download