MENATA SISTEM NORMA ETIKA DALAM KEHIDUPAN

advertisement
Edisi 4 | II | april 2014
Untuk Kemandirian, Integritas dan Kredibilitas Penyelenggara Pemilu
Kuliah Etika
menata Sistem Norma Etika
dalam Kehidupan masyarakat modern
hlm. 14-15
Kupas Tuntas
DKPP Gagas Sidang
Kode Etik Efisien
dan Efektif Melalui
Video Conference
hlm. 3-4
Teropong
dkpp bisa sidang
Jarak Jauh di
tempat sendiri
hlm 13
Ketok Palu
terbukti
terlibat parpol
tiga panwaslu
diberhentikan
www.dkpp.go.id | facebook: [email protected] | twitter @DKPP_RI
hlm. 8
Sekapur Sirih
Warta DKPP
Menaruh Harapan
Pada Pemilu
W
aktu yang ditunggutunggu telah tiba.
Hari pungut hitung
Pemilu Legislatif
atau lebih dikenal
dengan hari pencoblosan tiba. Masyarakat berbondong-bondong pergi ke tempat
pemungutan suara. Mereka rela
meluangkan waktu untuk antre di
TPS. Mereka meninggalkan pekerjaan di kantor, jualan di pasar dan
usaha-usaha di tempat lain.
DKPP memotret hal itu saat
melakukan pantauan ke sejumlah
Tempat Pemungutan Suara di
daerah ibu kota dan sekitarnya.
Pantauan pertama di lakukan di
TPS tempat kediaman Prof. Jimly
Asshiddiqie, Jalan Margasatwa
Raya Pondok Labu Indah Kav.
B4 RT 001 RW 003. Kemudian
dilanjutkan ke TPS 64 di Pondok
Pinang, TPS 67-96 di Pondok
Indah, Jakarta. Selanjutnya ke TPS
21-27 Serua Kota Tangerang Selatan. Terakhir, monitoring ke TPS
1 dan TPS 2 Rempoa, Kecamatan
Ciputat Timur, Tangerang Selatan,
Banten.
Bagi orang yang berpacu dengan waktu, pergi ke tempat
pemungutan suara adalah bentuk
“pengorbanan”. Mereka rela demi
suksesnya pesta demokrasi yang
digelar lima tahunan. “Pengorbanan” mereka memiliki satu tujuan.
Tentunya, mereka termasuk
kita semua ingin memiliki wakil
rakyat yang benar-benar memperjuangkan aspirasi, terutama bagi
kesejahteraan masyarakat. Bukan
wakil-wakil yang memiliki track record negatif, apalagi wakil yang banyak diberitakan di media massa
karena kasus moral, sosial, hukum
atau terjerat korupsi misalnya.
Pemilu ini merupakan momentum suksesi kepemimpinan.
Suksesi ini merupakan momen
yang sangat penting dalam rangka
melanjutkan pembangunan
di segala bidang. Masyarakat
diharapkan selektif dalam memilih wakilnya yang akan duduk
di parlemen nanti, jangan asal
pilih. Jangan memilih hanya
karena mendapatkan janji dan
iming-iming tertentu. Masyarakat
harus memilih wakil rakyatnya
berdasarkan rekam jejak, visi misi
dan keseriusan terhadap persoalan-persoalan bangsa. Para wakil
rakyat yang tidak amanah, sudah
selayaknya tidak dipilih kembali.
Tidak memilih wakil rakyat
yang track recordnya negatif adalah
bentuk pembelajaran, sehingga
para wakil rakyat yang terpilih
nanti akan mewujudkan janji-janji
yang disampaikan saat kampanye. Salah memilih wakil rakyat,
berarti mengorbankan negeri ini
selama lima tahun ke depan. Jadi
berhati-hatilah dalam memilih.
Pergunakan waktu selama lima
menit di tempat pemungutan
suara. Karena turut menentukan
nasib lima tahun ke depan negeri
ini. Selamat memilih. Pilihlah sesuai dengan hati nurani! l
Daftar Isi
Warta DKPP
Civitas Akademika University of
Malaya Kunjungi DKPP
hlm. 3
Kupas Tuntas
DKPP Gagas Sidang Kode Etik
Efisien dan Efektif Melalui Video
Conference
hlm. 4-5
Ragam
Rakornis Melalui Layar Kaca
hlm. 6
Check on The Spot
DKPP Kunjungi TPS di Jaksel dan
Tangsel
hlm. 7
Ketok Palu
Terbukti Terlibat Parpol, tiga
Panwaslu Diberhentikan
hlm. 8
Kolom
DKPP Bukan Atasan KPU dan
Bawaslu
hlm. 9
Mereka Bicara
Penegakan Kode Etik Penyelenggara Pemilu 0leh DKPP Untuk
Kepentingan Besar Masa Depan
Bangsa Indonesia
hlm. 10-11
Satu Meja
KPU, Bawaslu, dan DKPP Bahas
Kesiapan Pemilu Legislatif 2014.
hlm. 12
Teropong
DKPP Bisa Sidak Jarak Jauh di
Tempat Sendiri
hlm. 13
Kuliah Etika
Menata Sistem Norma Etika
Dalam Kehidupan Masyarakat
Modern
hlm. 14-15
Parade Foto hlm. 16
Susunan Redaksi
Penerbit: DKPP RI Pengarah: Prof. Jimly Asshiddiqie, SH., Nur Hidayat Sardini, S.Sos, M.Si., Saut H Sirait, M.Th., Prof.
Anna Erliyana, SH, MH., Dr. Valina Singka Subekti, Ida Budhiati, SH, MH., Ir. Nelson Simanjuntak Penanggung Jawab:
Gunawan Suswantoro, SH, M.Si., Redaktur: Ahmad Khumaidi, SH, MH., Editor: Yusuf, S.Si, MA, Dini Yamashita S.Pi,
MT, Dr. Osbin Samosir Sekretariat: Umi Nazifah, Diah Widyawati, Rahman Yasin, Susi Dian Rahayu, Sandhi Setiawan
Desain Grafis dan Fotografer: Irmawanti, Teten Jamaludin, Arif Syarwani Pembuat Artikel: Tim Humas DKPP
Alamat Redaksi: Jalan M. H. Thamrin No. 14 Lt. 5 Jakarta Pusat, 10350. Telp./Fax: (021) 391 4194
2
Civitas Akademika University of Malaya
Kunjungi DKPP
D
ewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP)
pada Jumat (28/3/14), menerima kunjungan dari civitas
akademika University of
Malaya, Malaysia. Rombongan diterima langsung oleh Ketua DKPP
Prof. Jimly Asshiddiqie, S.H. Kunjungan
tersebut dipimpin oleh Prof. Dato Dr.
Mohammad Redzuan Othman yang
merupakan Dekan dari Fakultas Sastra
dan Sains Sosial, University of Malaya.
Dalam kunjugan tersebut, Redzuan
mengungkapkan bahwa dinamika
demokrasi di Indonesia sangat menarik
untuk dikaji dan dijadikan cerminan
bagi negara-negara lainnya termasuk Malaysia. Dengan alasan tersebut,
pihaknya berkunjung ke DKPP.
“Kami berpandangan bahwa proses
perpolitikan di Indonesia cukup sukses,
melihat kontur luasnya Indonesia,
pluralismenya, kami ingin belajar dari
sistem demokrasi di Indonesia,” tutur
Redzuan.
Rombongan civitas akademika ini
berpendapat bahwa sebagai negara
dengan populasi penduduk Muslim ter-
besar di dunia, Indonesia sangat sukses
dalam mengawal demokrasi. Menurutnya, hal tersebut berbeda dengan
negara-negara Muslim lain di dunia.
Dalam kesempatan tersebut Redzuan
membandingkan demokrasi di Indonesia dengan demokrasi di negara-negara
berpenduduk Muslim seperti Mesir,
Suriah dan lain-lain.
Pelaksanaan Pemilihan Langsung
(Pemilu) baik Pemilu Legislatif maupun
Pemilu Presiden yang dilaksanakan
serentak dalam satu hari, juga membuat
Redzuan dan kawan-kawan kagum dengan proses demokrasi di Indonesia.
Mendengar sanjungan tersebut, Jimly
berpendapat bahwa suksesnya transformasi demokrasi di Indonesia tidak lepas
dari peran militer dalam mengawal
Pemilu.
“Di Indonesia hari pemungutan suara
itu disebut pesta demokrasi, like a party
setiap orang mengenakan pakaian
bagus untuk datang ke TPS, mereka
sangat antusias,” ungkap Jimly.
Dalam pertemuan tersebut, Jimly juga
menjelaskan mengenai sistem Pemilu di
Indonesia serta penyelenggara Pemi-
lunya. Menurut Jimly, Penyelenggara
Pemilu merupakan cabang kekuasaan
keempat setelah eksekutif, legislatif, dan
yudikatif.
“Jadi penyelenggara Pemilu merupakan cabang kekuasaan keempat, quadro
politica karena Presiden pun menjadi
peserta Pemilu, Gubernur, DPR, DPD
juga peserta Pemilu,” tambahnya.
Selain itu, mantan Ketua Mahkamah
Konstitusi itu juga menjelaskan mengenai tugas dan fungsi DKPP sebagai institusi ketiga dari penyelenggara Pemilu
namun tidak terlibat langsung dalam
proses Pemilu. Jimly juga menjelaskan
mengenai proses atau mekanisme berperkara di DKPP yang tidak memakan
waktu lama jika dibanding dengan
pengadilan lainnya.
Mendengar penjelasan dari Ketua
DKPP tersebut, rombongan civitas
akademika ini merasa kagum dengan
kinerja DKPP yang sangat produktif.
Menurut mereka, apabila terjadi sengketa Pemilu di negaranya, prosesnya
sangat mahal dan siapapun akan kalah
di Mahkamah. l
Susi Dian Rahayu
3
Kupas Tuntas
DKPP Gagas Sidang Kode
Etik Efisien dan Efektif
Melalui Video Conference
S
elama dua tahun lebih menjalankan tugas hingga akhir
April 2014, Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
(DKPP) telah menerima sebanyak 1047 Pengaduan, dari
jumlah itu telah disidangkan sebanyak
254 perkara. Membanjirnya perkara
yang masuk ke DKPP telah diprediksi
sebelumnya. Dalam Peraturan DKPP
No. 2 Tahun 2012 tentang Pedoman
Beracara termaktub bahwa persidangan kode etik diselenggarakan
dengan prinsip cepat dan sederhana.
Untuk itulah DKPP memformulasikan
video conference. Persidangan melalui
video conference digelar tanpa kehilangan substansi dari segi formil
dan materil. Meski Teradu dan Pengadu, serta majelis pimpinan DKPP
tidak bertemu secara langsung. Dalam
vidcon ini, peserta sidang baik Teradu
maupun Pengadu tidak perlu dihadirkan di Jakarta. Hal tersebut berpedoman pada Pasal 14, UU No 15 tahun
2011 tentang Penyelenggara Pemilu.
Dalam pasal tersebut disebutkan
DKPP bersidang untuk melakukan
pemeriksaan dugaan adanya pelanggaran kode etik yang dilakukan pe-
Sidang video conference ini awalnya diformulasikan
mengingat kondisi geografis Indonesia yang begitu luas
dan terdiri dari pulau-pulau. Metode ini merupakan
salah satu cara untuk memudahkan kehadiran para
Teradu dan Pengadu.
tiga bentuk persidangan. Pertama,
persidangan biasa yakni sidang yang
digelar di ruang sidang DKPP Jakarta.
Kedua, sidang di daerah dengan melibatkan satu anggota DKPP sebagai
ketua panel dan anggotanya antara
lain terdiri dari unsur KPU Provinsi,
Bawaslu Provinsi, dan unsur masyarakat (akademisi). Ketiga, persidangan
jarak jauh melalui video conference
(vidcon).
Sidang melalui video conference akan
memudahkan baik pihak Pengadu
maupun Teradu. Mengingat geografis Indonesia yang terdiri dari
pulau-pulau dan tidak semua pihak
dapat mengaksesnya dengan mudah,
mekanisme sidang ini sangat efisien,
karena Panel majelis DKPP ada di
Mabes Polri Jakarta sedangkan para
pihak baik Teradu maupun Pengadu
tak perlu datang ke Jakarta tapi cukup
di mapolda daerahnya masing-masing.
Sidang jarak jauh merupakan persidangan yang digelar melalui sarana
4
nyelenggara Pemilu.
DKPP kemudian mengerangkakannya menjadi beberapa bentuk persidangan. Pertama, sidang regular, kedua sidang di daerah dan yang ketiga
sidang melalui video conference. DKPP
kemudian menyusun Peraturan DKPP
No 2 Tahun 2012 tentang Pedoman
Beracara Kode Etik Penyelenggara
Pemilu sebagai payung hukumnya.
Sidang video conference ini awalnya
diformulasikan mengingat kondisi
geografis Indonesia yang begitu luas
dan terdiri dari pulau-pulau. Metode
ini merupakan salah satu cara untuk
memudahkan kehadiran para Teradu
dan Pengadu. Mereka tetap bisa bersidang di daerah tanpa harus datang ke
Jakarta, secara face to face. Selain itu
sidang ini dapat mengatasi membludaknya perkara yang masuk ke DKPP.
Sidang video conference ini selain
membantu pihak yang berperkara, ada
efisiensi terhadap para Teradu. Hampir semua Teradu merupakan penye-
lenggara Pemilu yang tengah melaksanakan tahapan Pemilu. Sidang jarak
jauh memudahkan mereka dari segi
waktu dan anggaran. Kami berkehendak agar sidang DKPP tidak menjadi
beban tersendiri, terutama dari segi
pembiayaan.
Mekanisme atau tata cara sidang
video conference sama seperti sidang
biasa, hanya saja terpisahkan oleh
jarak dan waktu, mengingat waktu
di Indonesia di bagi dalam tiga zona
waktu yaitu WIB, WITA dan WIT
sehingga dalam sidang tersebut
mungkin saja digelar dalam waktu
yang berbeda tergantung daerahnya
masing-masing. Saat digelar sidang
pukul 10.00 WIB di Jakarta misalnya
maka pada waktu yang sama di Polda
Maluku sidang digelar pukul 12.00
WITA.
Mekanisme lainnya sama persis
dengan sidang biasa. Semuanya diatur
dan jelas tercantum dalam Peraturan
DKPP Nomor 2 tahun 2012 Bab IV dan
Bab V tentang Persiapan Persidangan,
Tata Tertib Persidangan, Pelaksanaan
Persidangan, dan Penetapan Putusan.
Sidang video conference digelar dengan
menggunakan layar monitor berukuran besar.
Kendala yang dihadapi dalam
pelaksaan video conference selama ini
hanya sebatas urusan teknis, seperti
ada kerusakan sarana dan prasarana.
Misalnya sambungan internet yang
lambat atau adanya gema suara, suara
yang terputus-putus, gambar pada
layar monitor tidak jelas, sehingga
panel majelis harus sabar mendengarkan penjelasan Teradu dan Pengadu.
Untuk mendukung sidang video
conference DKPP pada awal-awal
terbentuknya, DKPP menjalin bekerja
dengan Mabes Polri kemudian
dengan Kejaksaan Agung. Pertimbangan DKPP menjalin baik Mabes
Polri maupun Kejagung karena kedua
lembaga tersebut mempunyai jaringan
ke bawah. Tidak cuma di tingkat
pusat, tetapi sampai di semua ibu kota
provinsi hingga kabupaten. Khusus
kepolisian, seperti Polda di setiap
ibukota provinsi sangat bagus koordinasinya. Namun belakangan ini DKPP
telah melakukan video conference
menggunakan fasilitas milik Bawaslu
dan Bawaslu provinsi di Indonesia. l
diah widyawati
@zainalbakri: Penting juga bagi @DKPP_RI untuk membekali penyelenggara Pemilu di level
kabupaten/kota.
@maswirowanto: Perlu diwacanakan DKPP ada di Provinsi seperti Bawaslu
5
Check on The Spot
Ragam
P
elaksanaan pemungutan
suara Pemilu Legislatif 2014
yang digelar pada Rabu (9/4)
menjadi momentum penting
bagi Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).
Pasalnya, pada tahapan inilah rakyat
sebagai pemilih menentukan pilihannya. Tahapan ini selain dapat dijadikan
parameter partisipasi pemilih, juga
disebut-sebut menjadi salah satu titik
rawan terjadinya pelanggaran, baik
yang dilakukan oleh KPU maupun
Bawaslu.
Dengan alasan itulah, Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu
(DKPP) menganggap penting melakukan kunjungan langsung ke beberapa
Rakornis Melalui Layar Kaca
R
apat Kerja Teknis (Rakernis)
Tim Pemeriksa Daerah (TPD)
melalui jarak jauh (video
conference) berhasil diselenggarakan, Selasa (1/4) pukul
13.30 WIB. Hadir ketua DKPP
Prof. Jimly Asshiddiqie didampingi anggota Nur Hidayat Sardini, Valina Singka
Subekti, Saut H Sirait. Mereka berada di
ruang di Ruang Pusdalsis, Mabes Polri,
Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan sementara TPD berada di Mapolda Provinsi di
seluruh Indonesia. Vidcon digelar secara
serentak dan live.
Mereka berinteraksi melalui layar
kaca. Ketua DKPP menanyakan
kesiapan masing-masing Tim Pemeriksa Daerah. Jimly sekaligus memberikan arahan sebagai follow up, dari
bimbingan teknis yang telah digelar
sebelumnya.
“Alhamdulillah rapat kerja teknis berjalan dengan lancar. Mereka (TPD) secara
keseluruhan sudah siap,” kata Jimly.
Anggota DKPP Nur Hidayat Sardini
menambahkan bahwa Tim Pemeriksa
Daerah ini dibentuk untuk mengantisipasi membanjirnya pengaduan
khususnya dari kabupaten atau kota.
Pihaknya sudah memetakan jumlah
6
Teradu yang berpotensi berperkara di
DKPP.
Ada tiga kelompok Teradu. Pertama,
jajaran administrasi KPU, yaitu anggota
KPU, anggota KPU Provinsi, anggota
KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS,
PPLN, dan KPPSLN.
“Jumlah anggota KPU dan jajarannya
ada 4.107.945 orang dan sekretariat KPU
4.126.266 orang. Totalnya, 8.234.211,”
katanya
Kedua, jajaran Pengawas Pemilu yaitu
anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwascam,
Pengawas Pemilu Lapangan (PPL), Pengawas Pemilu Luar Negeri.
“Jumlah anggota Bawaslu dan jajarannya 273.636 orang dan sekretariat
8.039 orang,” katanya.
Ketiga, jajaran sekretariat KPU dan
Bawaslu (PNS) di seluruh jenjang dalam
penyelenggara Pemilu. Namun khusus Teradu terakhir ini penegakannya
dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
terkait penegakan disiplin dan kode etik
kepegawaian.
Dengan jumlah potensi perkara tersebut tidak memungkinkan bila DKPP
yang berjumlah 7 orang memeriksa dan
menyidang setiap pengaduan yang masuk. Untuk itu DKPP membentuk Tim
Pemeriksa Daerah sebagaimana diatur
dalam Peraturan DKPP No.1 Tahun 2013
Tentang Pedoman Beracara Kode Etik
Penyelenggara Pemilu, Pasal 19 ayat 1.
Anggota TPD terdiri dari dua komisioner, perwakilan KPU, dua pimpinan
Bawaslu dan dua orang perwakilan
dari unsur masyarakat/akademisi dan
satu orang dari anggota DKPP. Tugas
Tim Pemeriksa Daerah meliputi rapat
tim pemeriksa, melakukan pemeriksaan, membuat resume pemeriksaan,
membuat laporan hingga berita acara
pemeriksaan.
“Mereka tidak memutuskan, hanya
memeriksa perkara yang ada di daerah.
Yang memutuskan perkara tetap DKPP,”
tegasnya.
Tim Pemeriksa Daerah itu, lanjut dia,
merupakan tangan kanan dari DKPP
bila ada perkara atau pengaduan yang
masuk. Sifatnya ad hoc selama satu
tahun.
“TPD bersidang bisa di tempatnya,
(Sekretariat Bawaslu Provinsi, red) atau
juga bisa melalui video conference. Situasional,” jelasnya. l
Teten Jamaludin
Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu
(DKPP) menganggap
penting melakukan
kunjungan langsung
ke beberapa tempat
pemungutan suara (TPS).
tempat pemungutan suara (TPS).
Dalam kegiatan bertema Check on
Spot DKPP, setidaknya ada enam titik
yang dikunjungi yang lokasinya ada di
Jakarta Selatan dan Tangerang Selatan,
Banten. Sesuai rute, titik pertama yang
dikunjungi lokasinya berada di Pondok
Labu, Jakarta Selatan. Di salah satu TPS
di daerah ini Ketua DKPP Jimly Asshiddiqie melakukan pencoblosan. Seusai
pencoblosan, Jimly menggelar konferensi pers di kediamannya.
Usai dari Pondok Labu, rombongan
DKPP Kunjungi TPS
di Jaksel dan Tangsel
menuju TPS yang berada di Kelurahan
Pondok Pinang dan Pondok Indah,
Jakarta Selatan. Khususnya di Pondok
Indah, terdapat sepuluh TPS di satu
lokasi dan dibuat secara berjejer di jalan
perumahan mewah Pondok Indah. TPS
ini telah tercatat pada MURI sebagai TPS terpanjang di Indonesia. TPS
selanjutnya adalah di Mekar Jaya, Serpong, TPS di Serua, Ciputat, dan TPS
di Ciputat Timur, Tangerang Selatan.
Dari TPS-TPS yang dikunjungi terdapat
kekhususan.
Dalam acara ini Ketua DKPP didampingi oleh Anggota DKPP Nur Hidayat
Sardini dan Saut Hamonangan Sirait,
Kepala Biro DKPP Ahmad Khumaidi,
jajaran Kepala Bagian dan Subbagian
DKPP, staf, serta rombongan awak
media massa. Menurut Nur Hidayat
Sardini, kunjungan ke TPS ini tidak
lain untuk memantau secara langsung
perkembangan jalannya penyelenggaraan Pemilu 2014, khususnya saat tahapan pemungutan dan penghitungan
suara.
“Sesuai UU No 15 Tahun 2011,
DKPP menjaga dan menegakkan kemandirian, integritas,
dan kredibilitas penyelenggara
Pemilu. Dengan dasar tersebut,
DKPP ingin turut mendorong terlaksananya rangkaian tahapan
Pemilu 2014 sesuai kode etik penyelenggara Pemilu. Kunjungan
ini tidak lain untuk itu. DKPP
sekali waktu perlu memantau
langsung ke lapangan, bagaimana tahapan itu dilaksanakan,”
terang Nur Hidayat Sardini yang
juga Juru Bicara DKPP. l
Arif Syarwani
Bung Palu
Masyarakat berbondong-bondong pergi ke tempat pemungutan suara
n Pergi ke tempat pemungutan suara adalah bentuk “pengorbanan”.
n Salah memilih wakil rakyat, berarti mengorbankan negeri ini
selama lima tahun ke depan
n Lima menit di tempat pemungutan suara menentukan nasib
lima tahun ke depan negeri ini. Selamat memilih. Pilihlah
sesuai dengan hati nurani! anggih yaitu sidang video conference
7
Ketok Palu
Ketok Palu
Terbukti Terlibat Parpol
Tiga Panwaslu Diberhentikan
D
ewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) pada 17
April 2014 lalu, memberhentikan tiga orang penyelenggara
Pemilu dari unsur Panwaslu.
Ketiga Panwaslu tersebut
yakni dua orang dari Panwaslu Kabupaten Kerinci, Jambi atas nama Nanang
Elpan dan Erwandi dan satu orang dari
Panwaslu Kabupaten Intan Jaya Papua
atas nama Yesaya Widigipa. Ketiganya
diperkarakan ke DKPP oleh atasan mereka, yakni Bawaslu Provinsi Jambi dan
Bawaslu Provinsi Papua.
Adapun pokok perkaranya yakni
Yesaya Widigipa Anggota Panwaslu
Intan Jaya, tercatat dalam Daftar Calon
Tetap (DCT) DPRD Dapil II Nomor
Urut 10 Kabupaten Intan Jaya dari Partai Nasdem. Terhadap aduan tersebut,
Yesaya membenarkan perihal tercatatnya dirinya dalam DCT, namun dirinya
telah mengundurkan diri sejak setahun
yang lalu.
Sedangkan Nanang Elpan dan
Erwandi diperkarakan karena dianggap terlibat dalam kepengurusan Partai
Politik. Teradu I atas nama Herwandi
disangkakan terlibat dalam kepengurusan PDI P di Kecamatan Gunung
Tujuh Kabupaten Kerinci, sedangkan
Teradu II atas nama Nanang Elpan
pernah tercatat dalam DCT pada Pileg
DPRD Kabupaten Kerinci tahun 2009
dari Partai Pemuda Indonesia (PPI).
Keputusan Pemberhentian Tetap
untuk ketiganya tersebut berdasarkan
penilaian atas fakta-fakta dalam persidangan, mendengarkan keterangan
Pengadu, memeriksa dan mendengar
jawaban Teradu, serta memeriksa buktibukti yang diajukan, Teradu terbukti
melanggar kode etik. Menurut DKPP,
dalil Pengadu meyakinkan DKPP bahwa
perbuatan Teradu merupakan pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 7 huruf i Perbawaslu Nomor 10 Tahun 2012
Tentang Pembentukan, Pemberhentian
dan Pergantian Antar Waktu Bawaslu
Provinsi, Panitia Pengawas Pemilihan
Umum Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan,
8
Kesaksian: Sidang
Peretasan www.dkpp.go.id
P
Sebagaimana diketahui, Undang-Undang telah dengan
gamblang mengatur salah satu syarat penting untuk
menjadi penyelenggara Pemilu adalah tidak terlibat
dalam keanggotaan partai Politik sekurang–kurangnya
dalam jangka waktu 5 tahun.
Pengawas Pemilihan Umum Lapangan
dan Pengawasan Pemilihan Luar Negeri, para Teradu tidak lagi memenuhi
persyaratan sebagai anggota Panwaslu.
Sebagaimana diketahui, Undang-Undang telah dengan gamblang mengatur
salah satu syarat penting untuk menjadi
penyelenggara Pemilu adalah tidak terlibat dalam keanggotaan partai Politik
sekurang–kurangnya dalam jangka
waktu 5 tahun. Bagaimanapun juga,
keberpihakan penyelenggara Pemilu
kepada salah satu Partai Politik akan
mengakibatkan distrust serta menimbulkan proses dan hasil yang dipastikan
tidak fair. Jika Pemilu diselenggarakan
oleh lembaga yang terdiri atau beranggotakan para peserta Pemilu itu sendiri,
akan membuka peluang keberpihakan
(conflict of interest) penyelenggara Pemilu
kepada salah satu peserta Pemilu. l
Susi Dian Rahayu
ada era Teknologi Web 2.0 ini,
portal resmi suatu lembaga
adalah media yang sangat
penting. Media online (website)
berfungsi sebagai Public
Relation Online bagi lembaga
yang dapat mempengaruhi image
lembaga secara signifikan. Website
menjadi salah satu ujung tombak bagi
percepatan penyebaran informasi, dan
sosialisasi bagi masyarakat. Batasanbatasan dan hambatan-hambatan
geografis, iklim dan cuaca tidak lagi
menjadi penghalang bagi tersebarnya
informasi kepada masyarakat.
Namun, pada 27 Desember 2013
www.dkpp.go.id diretas. Peretas
memodifikasi halaman website dengan
mengubah gambar, script, dan teks
yang tampilannya mengubah seluruh
halaman pada website DKPP. Kerugian
yang disebabkan karena peretasan ini
adalah terhentinya total informasi
fungsi, kinerja dan image DKPP secara
signifikan. Masyarakat tidak lagi dapat
mengakses website DKPP karena sistem
terpaksa dishutdown sementara tim IT
DKPP bekerja untuk me-restore kembali
sistem. Lebih parah lagi karena proses
migrasi server ada beberapa file data yang
corrupt. Tentunya ini sangat merugikan
lembaga.
DKPP sebagai pihak yang sangat
dirugikan memandang serius masa-
lah ini dan tidak berdiam diri. Ketua
DKPP Prof. Jimly Asshidiqqie memerintahkan Sekretariat DKPP untuk
melaporkan peretasan ini kepada Cyber
Crime Bareskrim Mabes Polri. Untuk
diketahui saat ini pihak Cyber Crime
Bareskrim Mabes Polri telah berhasil
menangkap pelaku peretasan. Selanjutnya akan diproses sesuai UU Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.1) Newsletter
DKPP Edisi I Januari 2014 hal 7.
Menjawab laporan DKPP tersebut Badan Reserse Kriminal Polri Direktorat
Tindak Pidana Ekonomi Dan Khusus
melalui surat bernomor S.pgl/86/I/2014/
Dit Tipideksus memanggil staf DKPP
atas nama Sdri Diah Widyawati selaku
web administrator untuk didengar
keterangannya terkait perkara tindak
pidana Pengrusakan terhadap Website
Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu (www.dkpp.go.id), yang diketahui terjadi pada hari Jumat tanggal
27 Desember 2013, sekitar pukul 09.00
WIB. Pengrusakan tersebut dilakukan
dengan sengaja dan tanpa hak atau
melawan hukum telah mengubah suatu
informasi elektronik dan/atau dokumen
elektronik milik orang lain atau milik
publik, yang juga dilakukan secara dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses komputer dan/
atau sistem elektronik dengan melang-
gar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanannya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 Jo Pasal
22 huruf b UU RI Nomor 36 Tahun 1999
tentang Telekomunikasi dan atau Pasal
46 ayat (1) ayat (2) dan ayat (3) Jo Pasal 30
ayat (1) ayat (2) ayat (3), Pasal 48 ayat (1) Jo
Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang R.I No.
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik dan atau Pasal 406
KUHP, yang diduga dilakukan oleh
tersangka HARISON alias CHMOD755
alias CHMODRWXRWX@YAHOO.
CO.ID berdasarkan laporan polisi nomor : LP / 1072 / XII / 2013 / Bareskrim,
tanggal 30 Desember 2013.
Dalam pemeriksaan yang berlangsung selama lebih dari 5 jam tersebut
Penyidik mengajukan 12 (dua belas) pertanyaan terkait peristiwa tindak pidana
pengrusakan terhadap Website Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu
(www.dkpp.go.id). Menurut penyidik
Ipda Supadi, SH., BAP ini penting untuk
melengkapi berkas agar kasus dapat dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Lahat.
Selanjutnya guna melaksanakan Surat
Penetapan Hakim Pengadilan Negeri
Lahat yang menetapkan hari sidang
Kamis 17/4/2014, Diah Widyawati, staf
DKPP selaku web administrator berdasarkan Surat Panggilan Ke-II diminta
untuk menghadap kepada Jaksa Penuntut Umum, Arief Syafriyanto, SH.MH.
Butuh waktu hampir tiga bulan sejak
dilakukan BAP pada 23 Januari 2014
hingga DKPP mendapatkan panggilan
untuk menghadirkan saksi dalam sidang yang digelar di Pengadilan Negeri
Lahat Kamis, 17 April 2014. Sidang
dilakukan di PN Lahat mengingat locus
dan tempus kejadian adalah di Kab. Lahat Sumatera Selatan. Bertindak selaku
ketua majelis hakim Abdul Ropik, SH
didampingi hakim anggota Joni Mauluddin, SH dan Lusiantari, SH.
“Peretasan website DKPP dapat
menjadi pembelajaran kepada masyarakat bahwa membuka akses orang lain
secara ilegal itu pelanggaran pidana,”
tegas majelis.
“Apalagi pelaku telah melakukan ”deface” terhadap 169 situs yang sebagian
besar di Indonesia, baik status milik
pemerintah, pendidikan, kesehatan dan
swasta meskipun Tersangka mengaku
motivasinya hanya iseng dan ingin menunjukkan eksitensinya di dunia maya,”
tutup majelis. l
Diah Widyawati
9
Mereka Bicara
Mereka Bicara
Penegakan Kode Etik Penyelenggara
Pemilu 0leh DKPP Untuk Kepentingan
Besar Masa Depan Bangsa Indonesia
yang anggotanya tegak lurus ada pula
yang anggotanya tegak miring dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.
Mereka yang tegak miring ini perlu
diluruskan dan kalau tidak bisa lagi
disingkirkan agar tidak merusak citra
dari penyelenggara Pemilu.
Dari rendahnya kualitas penyelenggara Pemilu berarti masih ada
anggota penyelenggara Pemilu yang
kurang mampu menegakkan kode etik
sebagai penyelenggara Pemilu sebagaimana yang dicantumkan dalam
Undang Undang Tentang Penyelenggara Pemilu. Ini artinya tidak semua
anggota penyelenggara pemilu dari
KPU dan Bawaslu melaksanakan tugas
sesuai dengan kode etik. Kalau dilihat
dari hasil penyelenggaraan Pemilu lebih
banyak terpilih penyelenggara negara
yang tidak berkualitas (koruptor) berarti
penyelenggara Pemilu sebagian besar
belum mampu menegakkan kode etik.
Kemandirian, integritas dan kredibilitasnya patut dipertanyakan.
Agar penyelenggara Pemilu dapat
menyelenggarakan Pemilu berkualitas
sehingga menghasilkan penyelenggara
negara yang berkualitas pula maka
sangat urgent diupayakan penyelenggara
Pemilu sedapat mungkin seluruhnya
terdiri dari mereka yang memiliki dan
mampu menegakkan kode etiksebagai penyelenggara Pemilu. Artinya,
kemandirian, integritas dan kredibilitasnya sebagai penyelenggara Pemilu
benar-benar terjaga, dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk menegakkan kode etik penyelenggara Pemilu diperlukan satu
institusi yang bertugas menangani
pelanggaran kode etik yang dilakukan
oleh penyelenggara Pemilu. Sebab tanpa
institusi ini pelaksanaan Pemilu yang
diselenggarakan oleh mereka yang tidak
memiliki kemandirian, integritas dan
kredibilitas maka pelaksanaan Pemilu
dan Pemilu berikutnya tetap tidak berkualitas. Hasilnya tentu saja terpilihnya
orang-orang yang tidak berkualitas.
Oleh Prof. Jassin H. Tuloli
n Bagian Pertama
M
asalah besar dihadapi
bangsa Indonesia dewasa ini
adalah makin membengkaknya praktek korupsi di
kalangan penyelenggara
dan pejabat negara. Di
Departemen Dalam Negeri saja dari 542
Bupati/Walikota dan Gubernur pada tahun 2013 ditemukan ada 304 orang dari
mereka sebagai penyelenggara negara
yang korup. Berarti lebih dari 50% dari
jumlah penyelenggara negara di bidang
pemerintahan dalam negeri melakukan
korupsi dari pada menjalankan tugas
dan fungsinya sebagai penyelenggara
negara. Suatu angka yang benar-benar
sangat mengejutkan sekaligus memprihatinkan. Sangat mengejutkan karena
yang korup jumlahnya lebih besar dari
pada yang menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dan benar.
Sangat memprihatinkan karena mereka sudah dipercayakan oleh rakyat
untuk menjalankan roda pemerintahan
sesuai dengan janji mereka waktu
mencalonkan diri yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, tetapi
justru sebagian besar menjadi koruptor.
Demikian pula halnya dengan di lembaga legislatif mulai dari pusat sampai
di daerah juga banyak yang melakukan
praktek korupsi. Malah di daerahdaerah tertentu sampai pada praktek
korupsi berjamaah. Padahal status mereka adalah sebagai wakil rakyat yang
terhormat duduk di lembaga legislatif
untuk mewakili rakyat merencanakan
bagaimana mencapai kesejahteraan
rakyat dan bukan untuk mengedepankan kesejahteraan pribadi atau kelompok mereka.
Dari angka tersebut di atas menunjukkan bahwa penyelenggara Pemilu
dalam hal ini KPU dan Bawaslu dalam
rangka memfasilitasi dan mengarahkan
rakyat untuk memilih para penyelenggara negara yang berkualitas ternyata
belum mampu menetapkan pilihannya
pada penyelenggara negara yang benarbenar berkualitas. Nyatanya pilihan
10
rakyat justru lebih banyak jatuh pada
penyelenggara negara yang tidak berkualitas. Padahal tujuan dari penyelenggaraan Pemilu sebagai pesta demokrasi
adalah untuk menggalang masyarakat
untuk dapat memilih para calon penyelenggara negara yang berkualitas
untuk duduk di lembaga eksekutif dan
Kode etik ini bertujuan untuk menjaga
kemandirian, integritas, dan kredibilitas
dari anggota KPU dan
Bawaslu dalam penyelenggaraan Pemilu.
Makin mampu anggota
penyelenggara Pemilu
menegakkan atau
menaati kode etik maka
makin terjaga dan terjamin pula kemandirian,
integritas dan kredibilitas penyelenggara
Pemilu dalam melaksanakan tugas dan
fugsinyanya. Dengan
demikian penyelenggaraan Pemilu akan berkualitas.
legislatif. Hasil penyelenggaraan Pemilu
yang demikian merupakan indikator dari penyelenggara Pemilu belum
mampu menyelenggarakan Pemilu
benar-benar berkualitas. Dikatakan
belum berkualitas karena penyelenggara
Pemilu yang diharapkan dapat menghasilkan terpilihnya penyelenggara
negara yang berkulitas tetapi ternyata
justru tidak. Dikatakan penyelenggara
negara tidak berkualitas karena mereka
hanya menjadi koruptor dalam menjalankan tugas dan fungsinya setelah
memangku jabatan sebagai penyelenggara negara. Mereka lupa akan apa yang
diamanat oleh rakyat kepada mereka.
Apa lagi sewaktu pencalonan dirinya
menjadi penyelenggara negara telah
berjanji kepada masyarakat pendukungnya untuk melaksanakan dengan
sebaik-baiknya apa yang diamanatkan
rakyat kepadanya.
Untuk dapat menyelenggarakan
Pemilu yang berkualitas penyelenggara
Pemilu dalam hal ini KPU dan Bawaslu memiliki kode etik. Kode etik ini
bertujuan untuk menjaga kemandirian,
integritas, dan kredibilitas dari anggota
KPU dan Bawaslu dalam penyelenggaraan Pemilu. Makin mampu anggota
penyelenggara Pemilu menegakkan
atau menaati kode etik maka makin
terjaga dan terjamin pula kemandirian,
integritas dan kredibilitas penyelenggara Pemilu dalam melaksanakan tugas
dan fugsinyanya. Dengan demikian penyelenggaraan Pemilu akan berkualitas.
A. Kemandirian, Integritas Dan
Kredibilitas Penyelenggara Pemilu
Dipertanyakan
Besarnya jumlah angka penyelenggara negara terpilih sebagai hasil
penyelenggaraan Pemilu yang tidak
berkualitas antara lain karena lebih banyak yang menjadi koruptor dari pada
yang menjalankan tugas dan fungsinya
dengan baik dan benar mengundang
pertanyaan bagaimana sebenarnya
kemandirian, integritas dan kredibilitas
dari KPU dan Bawaslu sebagai penyelenggara Pemilu. Hasil penyelenggaraan
Pemilu yang tidak berkualitas merupakan refleksi dari rendahnya kemandiriran, integritas dan kredibilitas atau kualitas dari penyelenggara Pemilu. Berarti,
anggota penyelenggara Pemilu baik di
KPU maupun di Bawaslu disamping ada
B. DKPP Penegak Kode Etik Untuk
Kepentingan Besar Masa Depan
Bangsa
Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu (DKPP) dibentuk berdasarkan
Undang Undang Nomor 15 Tahun 2011
Tentang Penyelenggara Pemilu. DKPP
adalah lembaga yang dibentuk untuk
menjaga kemandirian, integritas dan
kredibilitas penyelenggara Pemilu.
Berarti jika penyelenggara Pemilu dalam hal ini anggota KPU atau Bawaslu
melakukan perbuatan tidak etis di
luar atau tidak ada kaitannya dengan
penyelenggaraan Pemilu bukanlah
menjadi kewenangan DKPP untuk
menanganinya. Misalnya melakukan
kekerasan dalam keluarga. Adanya
kewajiban DKPP menjaga kemandirian,
integritas dan kredibilitas penyelenggara Pemilu dalam hal ini KPU
dan Bawaslu bukan berarti
DKPP adalah atasan dari
KPU dan Bawaslu.
Disamping itu perlu
diketahui bahwa
DKPP bukanlah
institusi penyelenggara Pemilu tetapi
mempunyai satu
kesatuan fungsi
dalam penyelenggaraan
Pemilu.
Berfungsinya DKPP
menjaga kemandirian, integritas dan
kredibilitas penyelenggara Pemilu
sehingga penyelenggara Pemilu dapat
menjalankan kewenangannya sesuai
dengan kode etiknya dengan baik maka
diharapkan penyelenggaraan Pemilu
bisa berkualitas. Dengan demikian
penyelenggaraan Pemilu menghasilkan
penyelenggara negara yang berkualitas. Penyelenggara negara berkualitas
nantinya akan bisa memajukan bangsa
dalam berbagai bidang pembangunan.
Dengan demikian masyarakat yang
adil dan makmur yang diridhoi Allah
SWT seperti yang dicita-citakan bisa
diwujudkan dalam jangka waktu yang
relatif singkat. Disinilah peran yang
sangat urgent dari dibentuknya Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilihan
Umum. n
bersambung
11
Satu Meja
Teropong
DKPP Bisa Sidang Jarak Jauh
di Tempat Sendiri
K
KPU, Bawaslu, dan DKPP Bahas Kesiapan
Pemilu Legislatif 2014
M
enjelang penyelenggaraan
Pemilu Legislatif 2014
yang digelar pada 9 April
2014, tiga lembaga, yakni
KPU, Bawaslu, dan DKPP
intensif melakukan
pertemuan. Setelah pada Rabu (2/4)
menggelar pertemuan untuk membahas
potensi kerawanan Pemilu 2014, pada
Kamis (3/4) mereka kembali bertemu di
ruang rapat DKPP, Jakarta. Pertemuan
kali ini difokuskan untuk final checking
kesiapan tiga lembaga.
Hadir dalam pertemuan tersebut
Ketua dan Anggota KPU Husni Kamil
Manik, Arif Budiman, Sigit Pamungkas,
Ferry Kurnia Rizkiyansyah, Ida Budhiati, dan Hadar Nafis Gumay. Dari Bawaslu hadir Ketua dan Anggota, yakni
Muhammad, Nelson Simanjuntak, dan
Daniel Zuchron. Sedangkan dari DKPP
yang hadir adalah Ketua dan Anggota,
yakni Jimly Asshiddiqie, Nur Hidayat
Sardini, Anna Erliyana, dan Valina
Singka Subekti.
Dalam paparannya, Jimly menganggap penting ketiga lembaga ini bertemu
terlebih dahulu sebelum hari H pemungutan suara (voting day) pada 9 April
mendatang. Tujuannya tidak lain untuk
memastikan kesiapan masing-masing
lembaga, sekaligus untuk menyatukan
persepsi yang akan menjadi konsumsi
12
”MK hanya mengurusi
perselisihan hasil
pemilihan umum
(PHPU). Sedangkan
Bawaslu mengurusi
sengketa.”
publik.
“Kita harus tegaskan bahwa Pemilu
2014 ini adalah konstitusional. Kalau
ada yang menganggap inkonstitusional,
itu adalah pendapat tidak resmi. Dengan segala kekurangannya, putusan
MK tetap harus dimaknai sebagai keputusan pengadilan yang sifatnya final
dan mengikat,” kata Jimly.
Ketua KPU Husni Kamil Manik pun
mengaku, KPU sudah hampir seratus
persen siap. Soal logistik Pemilu dan
distribusi logistik dipastikan pada hari
H tidak ada hambatan. KPU dalam
kondisi tertentu akan melibatkan TNI
untuk urusan pengangkutan logistik.
Kasus pembakaran kantor KPU di
Sumba Barat Daya, NTT, yang menghabiskan semua logistik yang ada juga
dipastikan sudah dapat diganti.
“Sekarang yang menjadi fokus kami
adalah pencatatan atau administrasi
menyangkut logistik itu. Jangan sampai
tidak sesuai yang diatur oleh undangundang. Tertib administrasi itu sebagai
antisipasi kalau nanti terjadi sengketa,”
ungkap Husni.
Sementara itu, Ketua Bawaslu Muhammad menyoroti tentang kerawanan
kecurangan yang dilakukan oleh petugas di TPS-TPS. Menurutnya, para Anggota KPPS saat ini adalah orang-orang
lama yang tidak menutup kemungkinan
memiliki pengalaman berbuat curang.
Selain itu, dia juga meminta KPU bertindak tegas kepada petugas di TPS agar
melarang pemilih membawa handphone
saat mencoblos, karena modus jual
beli suara biasanya terjadi dengan cara
begitu.
“Saya juga meminta Ketua DKPP
untuk men-declare agar lembaga yang
berwenang menangani permasalahan
Pemilu nanti dipertegas. MK hanya
mengurusi perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU). Sedangkan
Bawaslu mengurusi sengketa,” ujar
Muhammad. l
Arif Syarwani
ini, sidang jarak jauh atau
video conference DKPP tidak
perlu jauh-jauh. Cukup di
kantor sendiri, Jalan MH
Thamrin No. 14 lantai 5,
Jakarta Pusat. Bisa di ruang
sidang, di ruang kerja anggota atau di
ruang rapat pleno.
Biasanya sidang jarak jauh, DKPP
menggunakan peralatan dan tempat
dari Kejaksaan Agung dan Mabes
Polri. Majelis sidang berada di Mabes
Polri sedangkan pihak Teradu maupun
Pengadu berada di Mapolda atau Kajati
berdasarkan locus delicti-nya.
Sekarang cukup, majelis sidang
berada di Ruang Sidang DKPP, pihak
Teradu atau pun Pengadu berada di Sekretariat Bawaslu Provinsi termasuk juga
Tim Pemeriksa Daerah. Di Ruang Sidang DKPP dilengkapi dengan dua unit
televisi berwarna ukuran 42 inci yang
menghadap ke majelis, kamera dengan
resolusi full HD. Jaringan terkoneksi dengan server Bawaslu RI. Sementara layar
untuk pengunjung sidang dipasang
infokus.
Sekretariat Biro Administrasi DKPP
telah melakukan uji coba peralatan
video jarak jauh yang berada di Ruang
Sidang DKPP dengan jaringan yang
terkoneksi dengan peralatan video jarak
jauh yang ada di sekretariat Bawaslu
Sumatera Utara, Sekretariat Bawaslu
Aceh, Sekretariat Bawaslu Lombok, sore
(21/4) pukul 15.00. Hasilnya, baik kualitas gambar dan kualitas suara jernih.
“Kualitas gambarnya bagus, dan suaranya jernih,” kata Bonar Hadi, staf humas Bawaslu Provinsi Lombok diamini
Rudi, staf sekretariat Bawaslu Provinsi
Sumatera Utara saat ditanya mengenai
kualitas gambar dan kualitas suara oleh
Soleh, Kasubbag Pemanggilan Sekretariat Administrasi Biro DKPP.
Begitu pun saat uji coba peralatan
video conference di sekretariat Bawaslu
Provinsi Aceh. Uji coba ini sekaligus
untuk mengecek kesiapan sidang jarak
jauh pertama yang dilakukan DKPP
berserta Tim Pemeriksa Daerah, dengan
pihak Teradu Dedy Satria dan pihak
Pengadu Muklir di Ruang Sidang DKPP
Hasilnya patut diacungi
jempol. Sidang melalui
jarak jauh yang digelar
di Ruang Sidang DKPP
berjalan lancar.
Kualitas gambar melalui
layar kaca bisa dilihat
dengan jelas dan kualitas
suara pun yang bisa
didengar oleh majelis
sidang dan pengunjung
sidang.
(22/4).
Hasilnya patut diacungi jempol.
Sidang melalui jarak jauh yang digelar
di Ruang Sidang DKPP berjalan lancar,
(22/04) pukul 10.15. Kualitas gambar
melalui layar kaca bisa dilihat dengan
jelas dan kualitas suara pun yang bisa
didengar oleh majelis sidang dan pengunjung sidang.
Pada sidang itu, pihak Teradu Deddy
Satria, anggota Panwaslu Bireuen, dan
pihak pengadu Muklir, anggota Bawaslu Nangroe Aceh Darussalam. Tim
Pemeriksa Daerah sidang kode etik ini,
Saut H Sirait, anggota DKPP, Asqolani,
ketua Bawaslu Nangroe Aceh Darussalam, dan Zainal Abidin dan Ria Fitri,
masing-masing dari unsur masyarakat.
Mereka berada di sekretariat Bawaslu
Nangroe Aceh Darussalam. Ketua
majelis Prof. Jimly Asshiddiqie dan anggota majelis Nur Hidayat Sardini dan
Valina Singka Subekti berada di Ruang
Sidang DKPP, Jln. MH Thamrin No. 14,
Jakarta Pusat.
Sidang ini merupakan sidang video
conference kali pertama yang digelar
di Ruang Sidang DKPP. Sidang ini
juga merupakan sidang perdana Tim
Pemeriksa Daerah bekerja. Sidang ini
disaksikan oleh seluruh Tim Pemeriksa
Daerah yang ada di Indonesia melalui
layar kaca.
“Tim Pemeriksa Daerah di tempat
lain di seluruh Indonesia bisa menyaksikan bagaimana persidangan ini. Tapi
tidak boleh bicara. Cukup menyaksikan
saja. Ini sekaligus contoh bagaimana
Tim Pemeriksa Daerah bekerja nanti,”
kata Prof Jimly. l
Teten Jamaludin
13
Kuliah Etika
Kuliah Etika
Menata Sistem Norma Etika
Dalam Kehidupan Masyarakat Modern
Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu RI
S
ecara umum dalam garis
besarnya, etika atau ‘ethics’ merupakan satu cabang filsafat
yang memperbincangkan tentang perilaku benar (right) dan
baik (good) dalam hidup manusia. Filsafat etik tidak hanya menaruh
perhatian pada soal benar dan salah seperti dalam filsafat hukum, tetapi lebih
dari itu juga persoalan baik dan buruk.
Tujuan utamanya adalah kehidupan
yang baik, “the good life”, bukan sekadar
kehidupan yang selalu benar dan tidak
pernah salah. Namun dalam praktik,
keduanya menyangkut substansi yang
menjadi esensi pokok persoalan etika,
yaitu benar dan salah (right and wrong),
serta baik dan buruknya (good and bad)
perilaku manusia dalam kehidupan
bersama.
Namun, dalam perbincangan konkret
sehari-hari, kebanyakan orang biasanya
lebih mengutamakan soal benar atau
salah, ‘right or wrong’. Karena, benarsalah ini lebih mudah dan lebih jelas
dipandang mata. Dalam soal makanan
saja pun, orang Islam diajarkan oleh
al-Quran agar hanya makan “makanan
yang halal lagi baik”, tetapi dalam
praktik yang dipikirkan orang hanya
“makanan yang halal” (halalan) saja,
abai dengan “makanan yang baik”
(thoyyiban). Padahal, dalam al-Quran,
kedua konsep “halalan thoyyiban” (halal
lagi baik) itu merupakan satu kesatuan konsepsi tentang makanan yang
dianjurkan. Makanan dapat dibedakan
antara (i) makanan yang halal tetapi
tidak baik, (ii) makanan yang baik tetapi tidak halal, dan (iii) makanan yang
tidak halal dan juga tidak baik. Ketiga
jenis makanan tersebut tidak dianjurkan ataupun diperintahkan dalam
al-Quran. Yang diperintahkan dengan
tegas untuk dimakan justru adalah (iv)
makanan yang halal lagi baik.
Demikian pula dalam pembahasan
tentang etika, banyak tulisan yang
untuk mudahnya menjelaskan tentang pelbagai persoalan etik dengan
14
pendekatan benar-salah saja. Apalagi
dengan berkembangnya kecenderungan
baru yang saya namakan sebagai gejala
positivisasi etika dimana perumusan
tentang nilai-nilai etik dan standar
perilaku ideal mulai dituliskan dan
dibangunkan sistem kelembagaan
penegakannya secara konkrit dalam
praktik, menyebabkan pengertian orang
akan etik itu tumbuh dan berkembang
menjadi seperti norma hukum juga,
Filsafat etik tidak hanya
menaruh perhatian pada
soal benar dan salah seperti
dalam filsafat hukum, tetapi
lebih dari itu juga persoalan
baik dan buruk. Tujuan
utamanya adalah kehidupan
yang baik, “the good life”,
bukan sekadar kehidupan
yang selalu benar dan tidak
pernah salah.
yaitu melibatkan pengertian tentang
benar-salah yang lebih dominan daripada pertimbangan baik-buruk.
Pada umumnya para ahli menggambarkan sistem filsafat etik itu dalam 4
cabang, yaitu:
1. Descriptive ethics: Etika yang berkenaan dengan perilaku yang benar
dan baik sebagaimana yang dipikirkan orang;
2. Normative ethics atau prescriptive
ethics: Etika yang berkenaan dengan
perilaku yang dinilai sudah seharusnya dilakukan;
3. Applied ethics: Etika yang berkenaan
dengan pengetahuan tentang moral
dan bagaimana pengetahuan itu
diwujudkan dalam praktik;
4. Meta ethics: Etika yang membahas
mengenai apa yang dimaksud dengan benar dan baik itu sendiri.
Dapat dikatakan bahwa etika deskriptif (Descriptive Ethics) pada pokoknya
berkaitan dengan pelbagai bidang
kajian, yaitu: etika keagamaan, teoriteori nilai, filsafat ekonomi, filsafat
politik, filsafat hukum, logika deontik,
teori aksi, penalatan praktis (practical
reasoning), moralitas, etika visual (visual
ethics), etika kepercayaan (ethics of
belief). Sedangkan etika preskriptif atau
normatif (normative or prescriptive ethics)
berkenaan dengan apa yang orang harus
percaya sebagai benar dan salah, atau
baik dan buruk. Dalam hubungan ini,
terdapat beberapa teori dan aliran pemikiran yang berkembang dalam studi
tentang etika, misalnya:
(i) K
onsekwensialisme (Consequentialism), yaitu aliran yang mengembangkan teori-teori moral yang
berpendapat bahwa akibat-akibat
perbuatan yang dilakukan seseorang
menjadi sebab yang dianggap benar
bagi timbulnya penilaian (judgement) tentang tindakan moral yang
terjadi. Karena itu, suatu tindakan
(by commission ataupun by ommission)
yang secara moral dapat dikatakan
baik dan benar beralasan untuk
menghasilkan akibat yang baik dan
benar pula. Pandangan demikian juga
tercermin dalam pandangan aliran
utilitarianisme.
(ii) Yang lain adalah Etika Deontologis
(Deontological ethics), yaitu suatu
pendekatan yang bersifat ‘rule-driven’, yang menilai moralitas dari suatu
tindakan didasarkan tindakan yang
ditentukan oleh aturan yang menjadi
rujukan. Dalam teori absolutisme
moral (moral absolutism), perbuatan
tertentu secara mutlak dinilai salah
atau jahat, terlepas dari konteks
ataupun niat yang terdapat di balik
tindakan. Misalnya, perbuatan membunuh ataupun mencuri, selamanya
akan dinilai salah dan jahat, dan
karena itu tidak bermoral, meskipun
niatnya baik, misalnya, mencuri
harta orang kaya untuk membantu
orang miskin. Tentu ada pula teori
yang lebih bersifat pragmatis (pragmatic ethics) yang sekaku pandangan
absolutisme moral tersebut.
(iii) Di samping itu, ada pula teori yang
disebut etika kebajikan (virtue ethics) yang mengutamakan karakter
moral seseorang sebagai kekuatan
pendorong perilaku etis tertentu.
Dalam etika Aristotelian, sebagai
kajian pertama tentang etik dalam
sejarah, faktor karakter moral ini
juga menempati kedudukan utama
mengenai bagaimana seseorang
mencapai derajat terbaik dalam
hidupnya. Aristoteles percaya bahwa
tujuan hidup manusia haruslah
untuk hidup baik dan mencapai ‘eudaimonia’, yang berarti “well-being”
atau “happiness”. Hal ini dapat dicapai dengan dimilikinya kemuliaan
karakter (virtuous character), atau
ditakdirkan mempunyai kebiasaankebiasaan yang baik dan sempurna.
Di antara pandangan Aristoteles
yang sangat populer mengenai hal
ini disebut Nicomachean Ethics. Di
samping itu, ada pula pandangan
etik yang disebut Eudemian Ethics,
dan Magna Moralia.
(iv) Banyak lagi teori lain yang
cukup rumit dan membutuhkan penjelasan sangat
panjang untuk diuraikan, seperti teori eudaimonisme yang
mengukur kebahagiaan dalam
hubungannya dengan moralitas.
Ada pula teori yang disebut etika
kepedulian (ethics of care) yang juga
merupakan salah satu teori etika
normatif atau preskriptif (normative
ethical theory). Juga ada etika egoisme
(ethical egoism) yang menyatakan
bahwa agen moral memang sudah
seharusnya melakukan apa menurut
kepentingannya sendiri harus dilakukan (self-interest). Ada pula teoriteori tentang etika hak, seperti yang
dapat dibayangkan dalam aspirasi
yang berkembang dalam Revolusi
Amerika dan Perancis. Ini yang disebut sebagai etika hak (rights ethics)
yang memicu lahirnya gerakan hak
asasi manusia dalam sejarah.
(v) S
elain itu, masih banyak teori
tentang etik yang dikembangkan
oleh para filosof dan para ahli etika.
Misalnya, Living Ethics, Biocentrism
ethics, Altruism ethics, dan bahkan
Feminist ethics. Teori Etika, misalnya, mengembangkan pandangan
yang menawarkan nilai-nilai kemanusiaan kepada makhluk di luar manusia dan bahkan eko-sistem (nonhuman species and ecosystems), serta
proses-proses yang terjadi dalam
realitas alam (processes in nature).
Etika altruisme merupakan
doktrin yang mengembangkan
pandangan bahwa setiap individu kewajiban moral untuk
membantu, melayani, atau
memberi manfaat kepada
orang lain, dan bilamana
perlu mengorbankan
kepentingannya sendiri.
Sementara itu, ‘meta-ethics’ atau disebut juga epistemologi moral berkaitan
dengan hakikat pernyataan-pernyataan
moral yang dipelajari, terutama mengenai konsep-konsep etika dan teoriteori etika yang terkait. Aliran-aliran
pemikiran dan pendekatan yang dapat
dikatakan berkembang dalam konteks
‘meta-ethics’ ini, misalnya, adalah soal
‘moral nihilism, moral syncretism,
moral relativism, fallabilism (fallability),
moral skepticism, particularism, rationalism, conventionalism, axiology, formal
ethics, rationality, discourse ethics, ethics
of justice, revolutionary ethics, stages of
moral development, dan sebagainya. Di
samping itu, ada pula teori-teori etika
yang dikategorikan ke dalam kelompok ‘cognitivism’ dan ‘non-cognitivsm’.
Yang dianggap ‘non-kognitif’, misalnya,
aliran ‘emotivism; dan ‘prescriptivism’,
sedangkan yang kognitif (cognitivism) mencakup aliran-aliran realisme
filosofis (philosophical realism), nonnaturalisme, subjektivisme etis (ethical subjectivism), realisme moral, dan
universalitas. l
15
Parade Foto
foto: Irma
9 April 2014 DKPP turut berpartisipasi dengan menggelar check
on spot di beberapa TPS yang tersebar di daerah Jakarta dan
Tangerang Selatan.
foto: Irma
Usai pertemuan tripartit dengan KPU dan Bawaslu, DKPP
menggelar konferensi pers di Media Centre Bawaslu, Kamis (3/4).
foto: Irma
Nur Hidayat Sardini memberikan pembekalan kepada anggota PPK
dan stake holders se-Kabupaten Pati dalam acara bimbingan teknis
Penyelenggara Pemilu Tahun 2014 di Pati Jateng.
16
foto: Irma
Jelang hari H Pemilu Legislatif 2014, 9 April DKPP mengundang
para stakeholder yang memiliki keterkaitan dengan Pemilu 2014
dalam acara FGD dengan tema “Potensi Kerawanan dalam Pemilu
2014”.
foto: Irma
DKPP gelar sidang video conference pertama di ruang DKPP terkait
dugaan pelanggaran kode etik Panwaslu Bireun, (22/4) pukul
10.00 WIB. foto: Arif Syarwani
DKPP menggelar pertemuan dengan KPU dan Bawaslu (tripartit),
Kamis 3/4/2014 membahas final checking pemungutan
suara yang akan dilaksanakan 9 April 2014.
Download