MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PERBAIKAN PERMOHONAN (II) JAKARTA SELASA, 16 APRIL 2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Daerah [Pasal 28 ayat (3), ayat (4) Pasal 100 ayat (4) , Pasal 101 ayat (1), Pasal 112 ayat (9), ayat (10), ayat (12), ayat (13), Pasal 113 ayat (2), Pasal 119 ayat (4), Pasal 120 ayat (4), dan Pasal 121 ayat (3)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Ramdansyah ACARA Perbaikan Permohonan (II) Selasa, 16 April 2013, Pukul 13.40 – 13.50 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Hamdan Zoelva 2) Ahmad Fadlil Sumadi 3) Maria Farida Indrati Rizki Amalia (Ketua) (Anggota) (Anggota) Panitera Pengganti i Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Ramdansyah ii SIDANG DIBUKA PUKUL 13.40 WIB 1. KETUA: HAMDAN ZOELVA Sidang Panel Mahkamah Konstitusi dalam Perkara Nomor 31/PUUXI/2013 saya buka dan dinyatakan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Saudara Pemohon, hari ini adalah sidang pendahuluan yang kedua, mendengarkan perbaikan permohonan yang Saudara lakukan. Apakah sudah Saudara sampaikan perbaikan permohonan? Sudah? 2. PEMOHON: RAMDANSYAH Sudah, Yang Mulia. 3. KETUA: HAMDAN ZOELVA Baik. Sampaikan apa pokok-pokok yang Saudara sampaikan dari hasil sidang yang lalu yang Saudara sudah perbaiki. Ya, silakan. 4. PEMOHON: RAMDANSYAH Baik, Yang Mulia Majelis Hakim Yang Terhormat. Pertama ada beberapa perbaikan yang saya lakukan. Pertama, misalkan terkait dengan materi tentang Badan Kehormatan di putusan MK Nomor 11 Tahun 2010 itu saya akhirnya pada poin 31 itu saya hilangkan. Yang kedua, terkait dengan … terkait dengan juga Pasal 27A itu sudah saya ubah. Kemudian ada berapa pendukung yang kemudian bukti yang saya lakukan, kemudian juga eksplorasi yang kemarin belum saya jelaskan. Bahwa yang pertama, perbaikan yang pertama ada misalkan, kemarin diminta untuk menjelaskan bagaimana posisi Pemohon terhadap Pasal 28D ayat (1). Di sini dijelaskan bahwa ketika saya menghadap dan kemudian meminta DKPP kewenangannya itu diubah secara kondisional, maka saya membuat beberapa fakta hukum yang saya ungkapkan di sini dan saya majukan sebagai bukti surat. Itu adalah terkait dengan adanya eksaminasi putusan DKPP yang dilakukan oleh Majelis Eksaminasi, Prof. Dr. Saldi Isra, kemudian Refly Harun, dan Titi Anggraini yang mengungkapkan bahwa Dewan Kehormatan hari ini sebagai Dewan Kehormatan sudah secara tidak beretika merampas kewenangan lembaga lain. Kemarin saya sudah jelaskan bahwa UndangUndang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilu menempatkan KPU dan kemudian Bawaslu dan jajarannya sebagai 1 penyelenggara, sementara Dewan Kehormatan lebih pada supporting unit. Dimana disebutkan bahwa Dewan Kehormatan lebih sebagai Pasal 1 butir 22 nya, jadi lebih kepada supporting unit-nya. Ini saya bacakan saja. Maaf, saya lanjutkan, Yang Mulia. Berdasarkan eksaminasi putusan yang dilakukan oleh para Ahli hukum tadi, kemudian saya juga mendapatkan penjelasan dari mereka, posisi Dewan Kehormatan ini sekarang melebihi dari kewenangan dan kemudian ini … di samping itu juga merugikan saya selaku Pemohon, kerugian konstitusionalnya. Ada lagi yang perlu saya sampaikan bahwa terkait dengan fakta hukum bahwa misalkan, dalam pembuatan putusan DKPP dalam kasus, misalkan saya sebagai pintu masuknya, dalam pembuatan putusan-putusan DKP terhadap Dahlia Umar misalkan, Ketua KPU DKI Jakarta meskipun dinyatakan melanggar etika, tetapi lebih kepada yang namanya peringatan tertulis. Sementara saya dianggap tidak netral, dianggap melanggar etika, tetapi kemudian keputusannya adalah pemberhentian tetap. Di sini jelas-jelas ada diskriminasi dalam pembuatan keputusan. Tadi poin yang pertama melebihi kewenangannya menjadi penyelenggara padahal dia bukan penyelenggara, tapi subordinat atau supporting unit dari penyelenggara pemilu, tapi kemudian melebih kewenangan dan keputusannya diskriminasi. Kemudian, perlu saya jelaskan juga dalam Pasal 28 ayat … Pasal 28D ayat (1) yang perlu saya sampaikan tentang kepastian hukum adalah bahwa ketika kasus … saya membawa berkas pelanggaran tindak pidana pemilukada ke Polda Metro Jaya yang kemudian menjadi bukti Pemohon DKPP di DKPP itu adalah saya sebagai bukan pribadi, tetapi sebagai yang namanya … sebagai divisi tindak lanjut yang menindaklanjuti pelanggaran berdasarkan Rapat Pleno. Dan yang kedua, itu merupakan tugas dan kewajiban penyelenggara pemilu untuk menindaklanjuti laporan dugaan pelanggaran kepada pihak kepolisian. Nah, ini dalam satu sisi adalah tengah menjalankan tugas sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15, Pasal 75 disebutkan di sana juga, tetapi kemudian pada proses kasus ini berjalan di kepolisian dilaporkan DKPP dengan bukti yang sumir, kemudian komisi etik memberhentikan saya selaku yang terlapor, tetapi kemudian akhirnya kasus tersebut menjadi SP3 atu dihentikan oleh pihak kepolisian. Jadi, dalam satu sisi itu ada putusan undang-undang tengah dijalankan dengan mengajukan perkara ke kepolisian, selaku penyelenggara pemilu dan kewajiban dari panwaslu untuk menindaklanjuti laporan. Tapi di sisi lain dihentikan karena kemudian dianggap tidak netral. Ini suatu bentuk ketidakpastian hukum. Ini saya explore dalam penguatan Pasal 28 ayat (1) undang-undang terhadap batu loncatan uji penguatan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. 2 Kemudian tambahan lainnya adalah terkait dengan statement bahwa DKPP bersifat final dan mengikat yang menjadi petitum saya untuk diganti menjadi rekomendasi dan tidak bersifat final, ini ada kesulitannya adalah ketika penyelenggara pemilu sampai hari ini ada 49 penyelenggara pemilihan diberhentikan DKPP, ketika itu diberhentikan tidak ada upaya hukum lainnya. Karena apa? Ketika bersifat final dan mengikat, tetapi kemudian itu harus KPU dan Bawaslu yang menindaklanjuti putusan. Jadi, keputusan Bawaslu dan keputusan KPU bisa diberhentikan dengan keputusan Bawaslu. Yang bisa saya lakukan upaya … upaya hukumnya adalah saya menggugat PTUN terkait dengan putusan Bawaslu sebagai pimpinan saya, tapi kemudian untuk gugatan terhadap upaya hukum terhadap putusan DKPP, itu tidak bisa dilakukan. Batas … penyelenggara pemilu yang diberhentikan tidak bisa melakukan upaya hukum dan diaja … ini telah melanggar tentang kepastian hukum. Jadi diada … adanya diskriminasi dalam kemudian putusan dari lembaga DKPP ini yang dimuat dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011. Mungkin, Yang Mulia, itu yang sudah saya perbaiki dalam beberapa apa namanya … permohonan saya sudah saya buat dan kemudian saling saya explore dan kemudian ada yang saya hilangkan guna menghilangkan keraguan saya dalam membuat konstruksi permohonan saya ini. Demikian. 5. KETUA: HAMDAN ZOELVA Baik, terima kasih. Perbaikan permohonan Saudara oleh Majelis dianggap cukup dan hasil ini akan dibawa kepada Rapat Pleno RPH untuk menentukan perkara ini, tindak lanjut apakah nanti akan dibawa ke Sidang Pleno ataukah akan dilakukan kebijakan yang lain, ya. Karena itu, Saudara selanjutnya menunggu panggilan dari Mahkamah. Sebelumnya, saya ingin mengesahkan bukti yang Saudara ajukan. Saudara ajukan bukti P-1 sampai dengan bukti P-14, ya? 6. PEMOHON: RAMDANSYAH Ya, Yang Mulia. 7. KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, baik, dengan demikian bukti P-1 sampai dengan bukti P-14 saya sahkan. KETUK PALU 1X 3 Baik, Saudara Pemohon dengan demikian sidang ini selesai dan saya nyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL 13.50 WIB Jakarta, 16 April 2013 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d. Rudy Heryanto NIP. 19730601 200604 1 004 Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 4