1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perekonomian di Indonesia saat ini sedang menghadapi banyak tantangan
dengan adanya isu pelemahan ekonomi global. Selain adanya isu tersebut, ada
juga tantangan baik dari sisi global maupun domestik. Dari sisi global, misalnya
outlook pertumbuhan ekonomi global menurut World Economic Outlook IMF
dikoreksi turun dari 3,8% menjadi 3,5%. Penyebab utama dari turunnya proyeksi
ini adalah selain turunnya harga minyak dunia, juga lemahnya pertumbuhan
ekonomi dari beberapa perekonomian besar, termasuk Jepang, Eropa dan juga
belakangan adalah Tiongkok. Kondisi ini masih berpotensi menimbulkan risikorisiko yang ada di pasar global akan mempengaruhi perekonomian Indonesia.
Sementara itu, dari sisi domestik, tahun ini pemerintah dihadapkan pada
tantangan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi dan inflasi seperti yang
telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan
(APBN-P) 2015, yang di mana tingkat inflasi akan ditekan di bawah 5%,
sedangkan pertumbuhan akan mencapai 5,7%.
Perekonomian di Indonesia selalu diwarnai dengan adanya inflasi setiap
tahunnya, yaitu terjadinya kenaikan akan harga dari suatu barang atau jasa yang
beredar. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), laju inflasi
berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Indonesia dari tahun 2005 sampai
2014 selalu melebih dari 5%, kecuali pada tahun 2009, 2011 dan 2012, yaitu
sebesar 2,78%, 3.79% dan 4,3%, dengan IHK sejak Juni 2008 didasarkan pada
pola konsumsi pada survei biaya hidup di 66 kota dan IHK pada 2014 didasarkan
pada pola konsumsi pada survei biaya hidup di 82 kota. Dari data tersebut dapat
dilihat adanya kenaikan dan juga penurunan harga suatu barang dan jasa yang
dipengaruhi secara langsung oleh perubahan daya beli dari masyarakat dan
perubahan biaya produksi atau faktor-faktor produksi. Walaupun angka inflasi
tersebut mayoritas di bawah dua digit, tetapi inflasi di atas 5% sudah cukup
tinggi, apalagi apabila dibandingkan dengan laju pertumbuhan pendapatan
nasional dan penduduk.
1
2
Inflasi merupakan suatu gejala ekonomis yang tumbuh dan berkembang
dalam perekonomian dunia, yang dapat melemahkan perekonomian umum. Di
bidang akuntansi, inflasi dapat menimbulkan permasalahan tersendiri. Penyajian
informasi yang dilaporkan oleh akuntansi yang didasarkan pada asumsi nilai unit
moneter yang stabil menjadi tidak relevan sebab kenyataannya perekonomian
disuatu negara senantiasa dopengaruhi oleh inflasi. Dilihat dari sebab terjadinya,
inflasi dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu inflasi yang disebabkan
oleh naiknya biaya produksi atau faktor-faktor produksi yang lazim disebut
dengan cost push inflation; dan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan daya beli
masyarakat sehingga meningkatkan permintaan yang kemudian berakibat kepada
terjadinya kenaikan harga secara umum pada barang dan jasa. Jenis inflasi yang
kedua ini disebut dengan deman pull inflation.
Pada dasarnya laporan keuangan disusun berdasarkan metode Historical
Cost Accounting (HCA) yang mengasumsikan bahwa nilai tukar stabil. Kondisi
inflasi menyebabkan penyusunan laporan keuangan berdasarkan metode
Historical Cost Accounting (HCA) tidak dapat mencerminkan adanya perubahan
daya beli yang terjadi. Dengan kata lain apabila terjadi perubahan daya beli,
maka laporan keuangan secara ekonomis tidaklah relevan dan andal dalam
penyajiannya. Dalam kondisi inflasi, laporan keuangan yang disajikan atas dasar
nilai historis tidak menggambarkan perubahan status ekonomi perusahaan yang
sesungguhnya sehingga mengakibatkan laporan keuangan tersebut tidak
memberikan informasi yang sesuai dengand aya beli yang ada sehingga akuntansi
konvensional perlu dilengkapi data daya beli dengan cara yang layak.
Semakin tinggi perubahan daya beli, maka akan menyebabkan semakin
tinggi ketidakakuratan laporan keuangan yang dihasilkan. Agar dapat
mencerminkan keadaan yang sebenarnya atau paling tidak mendekati keadaan
yang sebenarnya, perlu dilakukan penyusunan kembali laporan keuangan dengan
menggunakan akuntansi tingkat harga umum (general price level accounting),
yang dapat menyatakan nilai sesungguhnya dari rupiah (daya beli rupiah).
Semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin besar perbedaan yang dihasilkan
antara laporan keuangan yang disusun berdasarkan nilai historis dengan laporan
keuangan yang disusun berdasarkan akuntansi tingkat harga umum.
Sedangkan pada pendahuluan Standar Akuntansi Keuangan paragraf 10
(SAK par 10), dikatakan bahwa informasi yang disajikan di dalam laporan
3
keuangan bersifat umum dan tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan
informasi setiap pemakai. Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan (SAK par 12). Tetapi seperti yang
sudah dicantumkan di paragraph sebelumnya bahwa laporan keuangan disajikan
berdasarkan metode Historical Cost Accounting (HCA) yang dengan kata lain
mengabaikan adanya perubahan daya beli yang terjadi, dengan kata lain
informasi yang diberikan oleh laporan keuangan tersebut tidaklah relevan dan
andal. Padahal informasi yang disediakan itu digunakan oleh para pengguna
laporan keuangan dalam
menentukan mereka
dalam berinvestasi dan
memberikan kredit.
Perlu tidaknya dilakukan penyajian kembali atas laporan keuangan yang
menggunakan metode Historical Cost Accounting (HCA) dengan menggunakan
General Price Level Accounting (GPLA) sudah dipelajari secara empiris melalui
penelitian yang telah dilakukan oleh (1) Kery Soetjipto dan (2) Iven Susanto dan
Ivonne Moniaga F.P pada Leng (2004) terkait pengaruh akuntansi tingkat harga
umum terhadap laporan keuangan yang terdiri dari laporan rugi laba, neraca dan
laporan laba ditahan, dan rasio keuangan perusahaann. Kedua penelitian tersebut
ternyata memberikan kesimpulan yang sama mengenai adanya perbedaan antara
nilai historis dibandingkan dengan nilai berdasarkan tingkat harga umum. Tetapi,
dari keduanya juga terdapat perbedaan dalam hal perlu tidaknya dilakukan
penyesuaian laporan keuangan berdasarkan tingkat harga umum.
Soetjipto pada Leng (2004) menyatakan bahwa penggunaan tingkat
akuntansi secara umum cukup signifikan terhadap laporan laba rugi dan laba
ditahan. Jika dianalisis dari sudut angka absolut meskipun antara nilai historis
dibandingkan dengan nilai berdasarkan tingkat harga umum terdapat perbedaan,
namun untuk rasio lancar, rasio cepat, rasio kas, perputaran piutang, rasio
sediaan, rasio total aset dan rasio utang terhadap ekuitas (debt equity ratio)
ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Sebaliknya, untuk marjin laba
sebelum pajak (pretax profit margin), marjin laba kotor (gross profit margin),
marjin laba operasi (operating profit margin) dan majin laba persih (net profit
margin) ternyata terdapat perbedaan yang signifikan. Soetjipto menyimpulkan
4
bahwa laporan konvensional masih tetap relevan, akurat dan dapat diandalkan
dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi masalah dalam penelitian
ini adalah: apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara indikator keuangan
yang disusun berdasarkan Historical Cost dengan laporan keuangan yang disusun
berdasarkan General Price Level Accounting, maka penulis akan melakukan
penelitian dengan judul “Analisa Perbedaan Rasio Keuangan Atas Laporan
Keuangan Yang Disusun Berdasarkan Historical Cost dan General Price Level
Accounting”.
Yang dijadikan acuan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Septian Bayu Kristanto pada tahun 2007 mengenai akuntansi
tingkat harga umum yang berjudul “Analisi Relevansi Akuntansi Tingkat Harga
Umum Dengan Akuntansi Konvensional Di Indonesia”. Pada penelitian ini
populasi yang digunakan yaitu perusahaan manufaktur sub sektor barang
konsumsi makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dan variabel yang diuji yaitu indikator-indikator keuangan berupa current ratio,
quick ratio, inventory turnover, receibale turnover, average collection period,
fixed assets turnover, total assets turnover, total debt to total assets ratio, total
debt to total equity ratio, gross profit margin, operating profit margin, net profit
margin, return on assets dan return on equity. Variabel-variabel tersebut akan
diuji menggunakan uji beda rata-rata dengan alat uji Wilcoxon Signed Ranks Test.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, maka pertanyaan masalah
yang dapat diajukan adalah:
a.
Apakah adanya perbedaan yang signifikan antara rasio likuiditas pada
laporan keuangan yang disusun berdasarkan Historical Cost dengan
rasio likuiditas pada laporan keuangan yang disusun berdasarkan
General Price Level Accounting?
b.
Apakah adanya perbedaan yang signifikan antara rasio aktivitas pada
laporan keuangan yang disusun berdasarkan Historical Cost dengan
rasio aktivitas pada laporan keuangan yang disusun berdasarkan
General Price Level Accounting?
5
c.
Apakah adanya perbedaan yang signifikan antara rasio utang pada
laporan keuangan yang disusun berdasarkan Historical Cost dengan
rasio utang pada laporan keuangan yang disusun berdasarkan General
Price Level Accounting?
d.
Apakah adanya perbedaan yang signifikan antara rasio profitabilitas
pada laporan keuangan yang disusun berdasarkan Historical Cost
dengan
rasio profitabilitas pada laporan keuangan yang disusun
berdasarkan General Price Level Accounting?
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini, penulis membatasi masalah hanya pada pengaruh
pengungkapan laporan keuangan berdasarkan Historical Cost dan General Price
Level Accounting terhadap indikator-indikator keuangan dengan ruang lingkup
penelitian pada perusahaan yang termasuk pada industri barang konsumsi
makanan dan minuman dan tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulis melakukan
penelitian ini yaitu sebagai berikut: Menganalisis sejauh mana perbedaan
yang timbul antara laporan keuangan yang disusun berdasarkan Historical
Cost dengan laporan keuangan yang disusun berdasarkan General Price
Level Accounting.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Sedangkan berikut merupakan manfaat dari penelitian yang penulis
lakukan:
a. Bagi penulis sendiri, untuk menambah wawasan mengenai
Historical Cost, General Price Leve Accounting dan inflasi dalam
mempengaruhi indikator keuangan.
6
b. Bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian mengenai
pengaruh inflasi terhadap indikator keuangan, dapat menjadi
bahan referensi dalam penelitian lebih lanjut.
1.5 Metode Penelitian
Pada penelitian ini, yang dijadikan populasi oleh penulis adalah semua
perusahaan yang termasuk dalam sub sektor barang konsumsi makanan dan
minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 dan 2013. Data
yang digunakan oleh penulis yaitu data sekunder berupa data laporan keuangan
tahun 2013 yang didapat dari www.idx.co.id dan data indeks harga konsumen
tahun 2012 dan 2013 yang didapat dari www.bps.go.id. Sedangkan variabel yang
diuji berupa indikator keuangan berdasarkan Historical Cost dan indikator
keuangan berdasarkan General Price Level Accounting. Untuk menguji
indikator-indikator keuangan, penulis penggunakan uji beda rata-rata dengan alat
uji Wilcoxon Signed Ranks Test karena alat uji ini dapat digunakan untuk
membandingkan dua set nilai yang berbeda tetapi dari peserta yang sama.
Sedangkan
untuk
pengambilan
keputusan
terhadap
hipotesis,
penulis
menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95%, dengan kata lain nilai alpha
sebesar 5%.
1.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu terkait dengan seberapa signifikan perbedaan antara
rasio keuangan berdasarkan Historical Cost dengan rasio keuangan berdasarkan
General Price Level Accounting telah dilakukan oleh beberapa peneliti.
7
Tabel 1.1
Penelitian Terdahulu
No
1
Judul
Variabel
Sampel
Hasil
Penelitian
Penelitian
Penelitian
Penelitian
Analisis
Rasio Leverage
Perusahaan
Terdapat
Relevansi
(total hutang
manufaktur yang
perbedaan yang
terdaftar di
signifikan antara
akuntansi Tingkat dengan total aktiva
Harga Umum
dan times interest
periode satu dan
rasio keuangan
Dengan
earned)
dua LQ 45 tahun
berdasarkan
Akuntansi
Rasio Aktivitas
2006, terdaftar di akuntansi
Konvensional Di
(perputaran aktiva
Bursa Efek
konvensional
Indonesia;
tetap dan
Indonesia pada
dengan rasio
tahun 2006,
keuangan
Kristanto, Septian perputaran aktiva)
Bayu. 2007.
Rasio Profitabilitas mempunya tahun berdasarkan
(operating profit
buku yang
tingkat harga
margin, net profit
berakhir pada 31
umum.
margin, return on
Desember.
investment dan
return on equity).
2
Historical Cost
Rasio likuiditas,
PT Hanjaya
Dari lima belas
dan General
rasio aktivitas,
Mandala
rasio keuangan,
Price Level
rasio utang dan
Sampoerna Tbk.
dua belas
Accounting:
rasio
PT Kalbe Farma
diantaranya
Analisis
profotabilitas.
Tbk.
memliki
Relevansi
perbedaan yang
Indikator
signifikan.
Keuangan;
Dengan kata lain,
Teresa, Sheffie.,
laporan keuangan
Meythi. 2012.
berdasarkan
Historical Cost
kurang relevan.
8
No
3
Judul
Variable
Sampel
Hasil
Penelitian
Penelitian
Penelitian
Penelitian
Pelaporan
Laporan keuangan
PT Gudang Garam Terdapat
Keuangan
berdasarkan
Tbk
Dengan
Historical Cost.
cukup signifikan
Menggunakan
Laporan keuangan
pada laporan
Metode General
berdasarkan
keuangan
Price Level
General Price
sebelum dan
Accounting pada
Level Accounting.
sesudah
perbedaan yang
PT Gudang
dikonversi ke
Garam Tbk
General Price
Periode 2011;
Level
Amallia, Nova.
Accounting.
2011
4
Studi Banding
Laporan keuangan
PT International
Laporan
Penyusunan
berdasarkan
Nickel Indonesia
keuangan yang
Laporan
Historical Cost.
Tbk.
disusun
Keuangan
Laporan keuangan
berdasarkan
dengan Metode
berdasarkan
General Price
Historical Cost
General Price
Level
Accounting dan
Level Accounting.
Accounting lebih
General Price
interpretatif dan
Level
relevan.
Accounting pada
Masa Inflasi;
Kodrat, David
Sukardi. 2006.
9
No
5
Judul
Variable
Sampel
Hasil
Penelitian
Penelitian
Penelitian
Penelitian
Penerapan
Laporan
PT “X”
Terdapat
General Price
keuangan
perbedaan antara
Level Accounting
konvensional,
data yang
Sebagai Informasi laporan keuangan
disajikan
Tambahan dan
GPLA, rasio
berdasarkan nilai
Pengaruhnya
keuangan
historis dengan
Terhadap Laporan berdasarkan
GPLA, sehingga
Keuangan PT “X” historical cost
perlu
di Surabaya,
dilakukannya
dan GPLA.
Iunike Yulinna
penyesuaian
Christinawati,
terhadap tingkat
2003
harga umum agar
informasi yang
relevan.
Sumber: Data Olahan
1.7 Sistematika Pembahasan
Penulisan dibagi menjadi 5 bab pembahasan yang menjelaskan mengenai isi
penelitian. Berikut dijelaskan isi dari setiap bab:
BAB 1: PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan latar belakang dilakukannya penelitian, rumusan masalah,
ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, ringkasan metodologi
penelitan, penelitian terdahulu dan sistematika pembahasan.
BAB 2: LANDASAN TEORI
Pada bab ini dijelaskan teori-teori yang digunakan oleh penulis dalam melakukan
penelitian, seperti teori pelaporan keuangan secara Historical Cost dan General
Price Level Accounting.
BAB 3: METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai sumber dan jenis data yang digunakan, variabel
yang diuji dan metode yang digunakan dalam penelitian.
10
BAB 4: PEMBAHASAN
Pada bab ini dijelaskan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis
mengenai indikator keuangan berdasarkan Historical Cost dan indikator
keuangan berdasarkan General Price Level Accounting.
BAB 5: SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi kesimpulan dari seluruh penelitian yang dilakukan oleh
penulis serta saran untuk penelitian selanjutnya.
Download