menciptakan keunggulan kompetitif melalui sistem informasi stratejik

advertisement
ISSN 0000-0000
MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF
MELALUI SISTEM INFORMASI STRATEJIK
Andayani*)
ABSTRAK
Sistem informasi mempunyai banyak aspek yang sangat potensial untuk dipergunakan
dalam menciptakan daya saing. Potensi ini dapat direalisasikan menjadi keunggulan
kompetitif secara nyata apabila sistem informasi dimanfaatkan secara inovatif di dalam
pelaksanaan manajemen. Karena perusahaan mempunyai kesempatan yang sama dalam
menerapkan sistem informasi, maka inovasi dan kreasi manajemen dalam menggali
potensi sistem informasi akan menentukan siapakah yang akan unggul dalam kompetisi
bisnis. Pengetahuan dan penggunaan karakteristik yang unik dari perusahaan, akan
meningkatkan efektivitas penggunaan sistem informasi dalam menciptakan keunggulan
kompetitif.
Kata-kata kunci : sistem informasi stratejik, inovasi, keunggulan kompetitif
1. SISTEM INFORMASI
Sampai saat ini, topik tentang peran sistem informasi stratejik dalam menciptakan
keunggulan kompetitif masih terus dibahas dan didiskusikan secara luas oleh berbagai
kalangan, terutama kalangan bisnis. Setiap orang meyakini bahwa sistem informasi
mempunyai banyak aspek yang secara potensial dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
keunggulan kompetitif. Aspek-aspek inilah yang terus digali secara terus menerus dan
dikaji penerapannya, dengan harapan agar benar-benar berdampak nyata dalam dunia
bisnis sehari-hari.
Davis dan Oslon (1987) mendefinisikan sistem informasi sebagai suatu sistem mesinorang (user-machine system) yang terintegrasi untuk menghasilkan informasi untuk
kepentingan operasi, manajemen serta pengambilan keputusan dalam suatu organisasi.
Sistem tersebut memanfaatkan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software) komputer, prosedur-prosedur, model analisis, perencanaan, pengendalian, dan
*)
Andayani, SE., adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.

104
Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 104-114
pengambilan keputusan bisnis dan basis data (database). Jadi, menurut Davis dan Oslon,
kriteria suatu perangkat yang disebut sistem informasi pada masa kini haruslah
menggunakan komputer. Suatu sistem informasi yang tidak ataupun belum menggunakan
komputer, belumlah dapat disebut sebagai sistem informasi dalam pengertian masa kini,
karena komputer merupakan salah satu alat pokok terpenting yang membentuk sistem
informasi. Definisi di atas sebenarnya akan lebih sempurna jika didalamnya dimasukkan
perkataan “perangkat telekomunikasi”, mengingat sistem informasi pada masa sekarang
sudah tidak dapat dipisahkan lagi dari peranan telekomunikasi yang terintegrasi dalam
sistem komputer dan membentuk sustu sistem jaringan komputer. Sistem informasi
dengan pengertian seperti inilah yang diharapkan mampu memberikan sumbangan dalam
menciptakan keunggulan kompetitif bagi organisasi bisnis (perusahaan).
Sistem informasi mempunyai kemampuan dasar yang potensial, antara lain dalam hal :
(a) kemampuan untuk memproses informasi secara cepat, teliti dan andal; (b)
kemampuan untuk mengolah data dalam jumlah besar dengan mudah; serta (c)
kemampuan untuk melakukan otomatisasi. Lebih adri itu, sistem informasi juga
membuka pintu untuk berinovasi seluas-luasnya bagi manajemen untuk menciptakan
berbagai macam strategi yang bermanfaat untuk membangun keunggulan kompetitif
perusahaan. Inovasi merupakan kata kunci yang penting untuk menciptakan keunggulan
kompetitif, dan sistem informasi sebagai alatnya.
Dalam dunis bisnis, inovasi merupakan suatu usaha untuk menciptakan nilai ekonomis
dengan cara mengurangi biaya untuk menghasilkan produk (barang dan jasa),
meningkatkan kualitas produk, atau menciptakan produk yang diketahui mempunyai
pasar. Sedangkan keunggulan kompetitif, oleh Porter (1985) didefinisikan sebagai
kemampuan untuk memperoleh hasil dari investasi di atas rata-rata industri secara tetap.
Keunggulan kompetitif inilah yang harus dimenangkan oleh manajemen melalui inovasiinovasinya. Just In Time Inventory merupakan sebuah contoh bentuk strategi manajemen
hasil dari inovasi yang cerdik dari manajemen Jepang yang dikembangkan dengan
bantuan sistem informasi untuk meningkatkan keuanggulan kompetitif. Salah satu
peranan penting dari sistem informasi adalah kemampuannya untuk dapat dipergunakan
mengelola sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien.
Clemons dan Row (1991) berependapat bahwa studi pemanfaatan sistem informasi dalam
meningkatkan kemampuan kompetisi perusahaan akan lebih tepat bila didasarkan pada
resource-based theory of organization dan bukannya pada functional-based theory of
organization. Dalam teori ini, perusahaan dapat dipandang sebagai suatu koleksi
sumberdaya yang berada di bawah suatu pengendalian, dan bisnis adalah transaksi
pertukaran sumberdaya yang menggunakan pasar sebagai medianya. Dalam hal ini,
sistem informasi dapat digunakan sebagai alat untuk menaikkan bilai ekonomis produk
dalam setiap transaksi yang dilakukan. Yang dimaksud dengan sumberdaya perusahaan

Menciptakan Keunggulan Kompetitif (Andayani)
105
adalah kapasitas produksi jangka panjang, baik yang tangible maupun intangible milik
perusahaan. Sumber daya inilah yang harus dieksploitasi secara inovatif oleh manajemen
dengan bantuan sistem informasi sehingga dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
Perlu diketahui bahwa setiap perusahaan mempunyai struktur sumberdaya sendiri yang
unik, dan rasanya tidak ada dua perusahaan yang mempunyai struktur sumber daya yang
persis sama. Sehubungan dengan kenyataan ini, maka manajemen harus mengetahui
karakteristik sumberdaya perusahaannya, dan dengan bantuan sistem informasi, memanfaatkan
secara
inovatif
keunikan
sumberdayanya
itu
sesuai
dengan
kelebihan/kekuatannya untuk memperoleh keunggulan kompetitif.
2. POTENSI SISTEM INFORMASI
Agar sistem informasi dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk menciptakan keunggulan
kompetitif, maka potensi-potensi dasar yang dimiliki oleh suatu sistem informasi tersebut
harus dipahami. Pengetahuan tentang potensi sistem informasi ini penting, agar
manajemen mengetahui apakah yang sesungguhnya dapat disumbangkan oleh suatu
sistem informasi dalam menciptakan keunggulan kompetitif. Pendayagunaan yang tepat
dari sistem informasi untuk mengelola sumberdaya perusahaan secara inovatif sesuai
dengan keunikannya sendiri inilah yang menjadi kunci untuk meraih keunggulan
kompetitif bagi perusahaan. Potensi dasar yang dimiliki oleh suatu sistem informasi,
antara lain diuraikan berikut ini.
Kemampuan untuk melaksanakan perhitungan dengan cepat, teliti dan andal
Kemampuan ini merupakan kemampuan intrinsik perangkat keras komputer. Komputer
yang banyak beredar di masyarakat saat ini, kecepatan kerja prosesornya adalah sekitar
50 MIPS (Mega Instruction Per Second) -- setiap detik, prosesor tersebut sanggup
mengerjakan kurang lebih 50 juta perintah. Dapat dibayangkan, seandainya orang mampu
mengerjakan sebuah perintah dalam 5 detik, maka untuk mengerjakan 50 juta perintah ini
akan memerlukan waktu sekitar 20 tahun kerja orang tersebut.
Dari segi ketelitian, komputer sanggup bekerja dengan ketelitian yang tinggi. Komputerkomputer PC saat ini sanggup bekerja dengan ketelitian sampai 15 digit signifikan yang
dijamin ketelitiannya oleh pembuat komputer. Bahkan untuk komputer special purpose,
ketelitiannya dapat mecapai puluhan atau ratusan digit.
Dalam hal keandalan, apabila semua kondisi terpenuhi antara lain seperti aliran listrik
yang stabil, suhu ruangan yang cukup memadai, maka kemungkinan komputer berbuat
kesalahan adalah sangat kecil, sekalipun dipaksa bekerja 24 jam sehari.

106
Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 104-114
Kemampuan untuk menyimpan dan mengolah data dalam jumlah banyak
Kapasitas perangkat komputer untuk menyimpan data adalah sangat besar. Pada masa
sekarang, komputer yang banyak terdapat di masyarakat umumnyz mempunyai dua buah
diskdrive yang masing-masing berkapasitas 1,4 MegaByte ditambah dengan 3 GegaByte
yang semuanya dalam keadaan online, siap pakai. Kapasitas tersebut setara dengan lebih
dari 1 juta lembar arsip kerja. Untuk sistem komputer yang menggunakan mainframe,
kapasitasnya tentu tentu lebih besar lagi, waktu akses juga hanya dalam ukuran orde
detik untuk data di lokasi manapun, ditambah dengan kemudahan dalam hal
penyimpanan dan pengamanannya.
Kemampuan untuk melakukan komunikasi data dan informasi dari jarak jauh
Teknologi komunikasi saat ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari suatu
sistem informasi. gabungan dari teknologi komputer dan teknologi komunikasi
melahirkan suatu sistem informasi yang mampu mengintegrasikan berbagai pusat
pengolahan data yang ada di banyak lokasi menjadi suatu sistem informasi yang utuh.
Dengan demikian, sistem informasi tersebut mampu mengakses data yang berada di
lokasi mana pun juga di penjuru dunia (tidak ada lagi kendala jarak) dengan real time
(tidak ada lagi kendala waktu).
Kemampuan untuk dapat bekerja secara otomatis (self-controlled system).
Program komputer yang telah disusun, dapat melakukan pemeriksaan atas masukanmasukan (inputs) yang diterimanya, kemudian bertindak atas dasar karakteristik masukan
tersebut sesuai dengan rancangannya. Kemampuan seperti ini dapat dimanfaatkan untuk
melakukan berbagai macam analisis seperti what if analysis, sensitivity analysis, dan
lain-lain. Pengembangan lebih lanjut kemampuan ini akan berwujud sustu Sistem
Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision Support System), yaitu suatu sistem yang
dibuat untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan. Kerja sistem ini
adalah menyajikan informasi yang diperlukan oleh manajemen untuk evaluasi atas
masalah yang dihadapinya. Menyajikan alternatif-alternatif penyelesaian atas masalah
yang diajukan dan sekaligus memberikan analisisnya. Sistem seperti ini terus
dikembangkan sehingga mencapai tahap Sistem Pakar (Expert System). Expert System
berkemampuan tidak hanya menyajikan alternatif masalah seperti halnya Decision
Support System, tetapi juga memberikan pertimbangan (judgement) mengenai alternatif
terbaik yang seharusnya dipilih.
Hal-hal di atas adalah penjelasan tentang potensi-potensi dasar yang terkandung dalam
suatu sistem informasi. Potensi-potensi itulah yang harus dimanfaatkan secara maksimal

Menciptakan Keunggulan Kompetitif (Andayani)
107
oleh perusahaan untuk menciptakan bahkan meningkatkan keunggulan kompetitifnya.
Bentuk pemanfaatan potensi tersebut adalah dengan cara menerapkan sistem informasi
dalam melaksanakan kita-kiat persaingan mereka. Penggunaan sistem informasi dalam
pelaksanaan kiat-kiat persaingan yang mereka lakukan akan sangat meningkatkan
efektivitas kiat-kiat yang mereka jalankan tersebut. Selain itu, pemanfaatan potensi
sistem informasi juga membuka lebar peluang untuk dikembangkannya berbagai macam
inovasi dan kreasi manajemen yang baru, yang sebelumnya barangkali dianggap sebagai
sesuatu yang tidak mungkin dilaksanakan. Sebagai contoh adalah Just In Time Inventory.
JIT menjadi feasible karena dimanfaatkannya sistem informasi secara inovatif. Inovasiinovasi baru dalam kiat manajemen seperti inilah yang diperlukan untuk meningkatkan
keunggulan kompetitif.
3. STRATEGI KEUNGGULAN KOMPETITIF
Ada berbmacam-macam strategi yang dikemukakan oleh banyak ahli agar suatu
perusahaan dapat mempunyai keunggulan dalam persaingan. Berikut ini diuraikan
beberapa macam strategi serta peran yang dapat disumbangkan oleh sistem informasi di
dalam penerapan strategi tersebut.
Kinerja Optimum
Porter (1985) mengatakannya dengan istilah Cost Leadership Strategy. Menurut Porter,
agar suatu perusahaan lebih unggul dari para pesaingnya, maka perusahaan tersebut harus
mampu memproduksi barang atau jasa yang sejenis dengan yang diproduksi oleh para
pesaingnya dengan harga yang lebih murah. Agar perusahaan dapat memproduksi barang
dan jasa dengan biaya yang minimum, maka perusahaan tersebut harus bekerja secara
optimum. Perusahaan dikatakan telah bekerja secara optimum apabila perusahaan
mempunyai sumberdaya yang tepat, yang diterapkan pada sasaran yang tepat, dalam
jumlah yang tepat, dan pada waktu yang tepat pula. Memang hal ini tampak terlalu
idealis. tetapi kini dengan adanya sistem informasi, hal tersebut telah menjadi sesuatu
yang sangat mungkin. Pada situasi persaingan yang semakin ketat seperti saat ini, apabila
perusahaan ingin unggul dalam persaingan, maka perusahaan tidak dapat puas bekerja
hanya pada kondisi suboptimal saja. Target yang harus dicapai adalah target optimal
total. Kepuasan pada target suboptimal akan membawa perusahaan kalah bersaing
dengan mereka yang terus berusaha mencapai target optimal total.
Contoh yang dapat diberikan di sini adalah pengalaman persaingan dari perusahaanperusahaan Amerika dengan perusahaan-perusahaan Jepang. Jika manajemen Amerika
sibuk mengembangkan metode optimal-inventory (yang sebenarnya masih bersifat
suboptimal), maka manajemen Jepang mempunyai target zero-inventory (lebih otimal

108
Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 104-114
dari yang disebut di depan). Metode zero-inventory mempunyai keunggulan stratejik
dibandingkan dengan metode optimal-inventory. Kunci dari penerapan metode zeroinventory adalah suatu sistem informasi yang baik. Penerapan Just In Time Inventory
hanya akan efektif bila perusahaan mempunyai suatu sistem informasi yang baik.
Biasanya sistem informasi perusahaan tersebut akan dihubungkan dengan sistem
informasi perusahaan lain, misalnya sistem informasi perusahaan pemasok. Sistem
seperti ini disebut dengan Interorganizational Information Systems. Bila banyak
perusahaan lain ikut bergabung ke dalam sistem ini, maka terciptalah suatu electronic
market demi keuntungan semua pihak.
Tugas pencapaian kondisi optimal adalah tugas semua tingkat manajemen, baik
manajemen operasional, manajemen tingkat menengah, maupun manajemen puncak.
Pada tingkat manajemen operasional, maka hal ini berarti bahwa manajemen haruslah
berupaya untuk mengoptimalkan unitnya, sebab, biasanya pekerjaan tingkat unit sudah
terstruktur dengan jelas, sehingga masalahnya tinggal efisiensi. Pada manajemen
tingkatan ini, tugas sistem informasi adalah membantu manajemen operasional agar
dapat menggunakan sumberdaya secara minimum untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara optimum. Penggunaan wordprocessor sebagai pengganti mesin ketik,
penggunaan spreadsheet sebagai pengganti kalkulator, penggunaan program untuk
pencetakan daftar gaji adalah beberapa contoh penggunaan sarana sistem informasi untuk
membantu manajemen tingkat operasional ini.
Pada tingkat menengah, tugas manajemen adalah mencapai kondisi optimum penuh di
dalam perusahaan. Ini berarti bahwa manajemen tingkat menengah harus mampu
membangun jaringan kerja yang baik dari semua unit kerja yang ada di dalam
perusahaan. Sistem informasi yang ada harus mampu menjamin agar unit yang satu
selalu mengetahui keadaan unit yang lain, dan selalu siap untuk bekerjasama. Dalam hal
ini, tugas sistem informasi adalah menyediakan suatu sistem koordinasi yang
mengintegrasikan semua unit kerja dalam sebuah sistem, melalui sarana informasi.
Dengan kata lain, sistem informasi harus mampu menyediakan saluran informasi yang
dapat dipergunakan sebagai alat oenyalur sumberdaya dari unit yang satu kepada unit
yang lain secara internal dalam perusahaan, sehingga tidak ada sumberdaya yang idle.
Untuk ini, sarana sistem informasi yang dapat digunakan antara lain adalah : (a) sistem
database yang baik, (b) jaringan komputer lokal yang andal, (c) software analisis yang
siap pakai -- misalnya software untuk operation research, dan (d) software akuntansi dan
analisis keuangan yang dapat dipergunakan untuk melihat posisi keuangan setiap saat.
Dengan perangkat lunak yang ada, manajemen akan selalu dapat memantau langkahlangkah operasi perusahaan dari waktu ke waktu, misalnya pemantauan realisasi
anggaran, pemantauan pencapaian target pemasaran, dan lain-lain. Dengan bantuan
sistem informasi, manajemen dapat dengan mudah melakukan pemantauan dalam sektor
apapun dalam waktu yang cepat.

Menciptakan Keunggulan Kompetitif (Andayani)
109
Pada tingkat manajemen puncak, sistem informasi harus mampu menyediakan informasi,
baik informasi internal maupun informasi eksternal bagi pimpinan, sehingga manajemen
puncak mampu mengoptimalkan perusahaan dalam lingkungannya. Perusahaan harus
mempunyai informasi yang lengkap mengenai sasaran yang hendak dimenagkannya
(dalam SWOT adalah oportunity dan threat-nya), demikian pula perusahaan harus
informasi yang lengkap mengenai sumberdayanya (dalam SWOT adalah strenght dan
weakness-nya). Dengan demikian, perusahaan akan mampu menggunakan sumberdaya
secara tepat, dalam jumlah dan waktu yang tepat, serta untuk sasaran yang tepat pula.
Dengan cara seperti ini diharapkan perusahaan akan mampu memanfaatkan segala
sumberdaya yang ada, baik internal maupun eksternal demi optimasi pencapaian
tujuannya.
Manajemen puncak memerlukan informasi eksternal yang berwawasan luas, antara lain
tentang kecenderungan pasar, rencana-rencana perusahaan pesaing, keadaan ekonomi
secara menyeluruh dan lain-lain. Manajemen puncak juga memerlukan informasi internal
tentang seluruh sumberdaya yang dimiliki perusahaan dan bagaimana penggunaanya
sampai saat ini. Dalam rangka pengambilan keputusan yang menyangkut masa depan
perusahaan, manajemen puncak memerlukan semua informasi ini agar manajemen dapat
menyusun rencana-rencana tindakan supaya perusahaan dapat bekerja secara optimal
penuh di tengah-tengah lingkungannya.
Adaptif
Toffler (1985) menyatakan bahwa agar suatu perusahaan tetap mampu survive di tengah
jaman yang berubah secara cepat seperti saat ini, maka perusahaan harus adaptif.
Perubahan jaman akan membawa perubahan pada sifat masyarakat. Sebagai contoh, pada
era Gelombang Kedua, faktor produksi yang dominan adalah bahan mentah, tenaga kerja
dan modal. Saat ini, pada era Gelombang Ketiga, informasi memiliki peranan yang sama
penting atau bahkan lebih penting dari ketiga faktor produksi yang disebutkan tadi.
Perubahan ini menuntut penyesuaian yang memadai dari perusahaan agar tetap
mempunyai tempat di masyarakat. Perubahan yang diperlukan bahkan tidak cukup hanya
bersifat reformasi, tetapi memerlukan suatu perubahan yang radikal (Toffler, 1985).
Sebagai contoh, bila dalam era gelombang kedua diyakini sistem produksi massal (skala
besar) adalah paling efisien, maka sekarang mulai disadari bahwa sistem produksi
berdasarkan pesanan pun (skala kecil) dapat tetap sama efisiennya, dan tentu saja
konsumen akan lebih menyukai produk yang sesuai dengan keinginannya.
Perubahan-perubahan seperti di atas, baik yang bersifat stratejik, taktis maupun yang
bersifat operasional, harus segera diadaptasi oleh perusahaan agar tetap survive. Agar
perusahaan mampu untuk selalu adaptif terhadap perubahan yang muncul, maka

110
Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 104-114
perusahaan harus mempersiapkan diri terhadap berbagai kemungkinan yang dapat terjadi.
Untuk itu perusahaan harus mempunyai berbagai data dan informasi tentang segala
sesuatu yang ada di sekitar perusahaan. Dengan data dan informasi yang ada, perusahaan
membuat berbagai macam alternatif skenario. Selanjutnya, dengan data dan informasi
yang masuk terus-menerus, dari hari ke hari, perusahaan melakukan analisis atas
alternatif-alternatif skenarionya, dan dari waktu ke waktu, perusahaan juga terus mengupdate skenario-skenario alternatif tersebut. Jadi, dengan digunakannya sistem informasi,
perusahaan akan dapat merancang berbagai macam skenario alternatif, sekaligus
menganalisis kemungkinan-kemungkinannya.
Continuous Improvement
Continuous improvement adalah suatu strategi untuk memperbaiki produk (barang dan
jasa) yang dihasilkan perusahaan secara terus menerus. Umumnya setiap perusahaan
telah memiliki keinginan seperti ini, tetapi tidak setiap perusahaan mampu melakukan
apa yang diinginkan. Penyebabnya, mungkin tidak memiliki metode pelaksanaannya
dan/atau tidak memiliki sarana pendukung yang cukup untuk melaksanakannya.
Strategi manajemen yang bersifat continuous improvement ini telah diterapkan dan
berkembang di Jepang. Dari prinsip ini, orang Jepang mengembangkan falsafah Kaizen,
yang berarti “perubahan untuk menjadi lebih baik” (Kai=perubahan; Zen=baik). Falsafah
dan strategi seperti inilah yang menjadi salah satu faktor yang mendukung keunggulan
kompetitif perusahaan-perusahaan Jepang. salah satu wujud pelaksanaan dari metode ini
adalah bahwa manajemen mutu haruslah built-in di dalam prosesnya, sehingga tidak
diperlukan inspeksi massal. Pengendalian kualitas dilakukan oleh setiap orang sesuai
dengan tugas masing-masing. Pelaksanaan prinsip ini adalah dengan pendekatan Total
Quality Control atau Total Quality Management. Jika manajemen Amerika sibuk
mengestimasi acceptable quality, maka dengan prinsip “continuous improvement”,
manajemen Jepang mempunyai target zero defects dengan Total Quality Control-nya.
Hasilnya, dapat dilihat seperti saat ini, bagaimana posisi perusahaan-perusahaan Jepang
dalam persaingannya dengan perusahaan-perusahaan Amerika.
Penerapan prinsip continuous improvement memerlukan dukungan dari sistem informasi,
karena pelaksanaan dari prinsip ini memerlukan pencatatan yang terus menerus atas
kegiatan sehari-hari dan memberikan evaluasinya. Sistem informasi dengan penerapan
seperti ini dapat dikembangkan menjadi suatu alat Early Warning System bagi
perusahaan, baik di sektor personalia, keuangan, pemasaran, produksi, maupun sektor
lainnya.
Sistem Informasi Akuntansi yang Efektif

Menciptakan Keunggulan Kompetitif (Andayani)
111
Dewasa ini, masalah manajemen keuangan mempunyai arti yang penting bagi
perusahaan. Pengaturan arus uang dalam perusahaan mempunyai peranan vital, baik
secara taktis maupun strategis. Oleh sebab itu, sistem informasi akuntansi, yang bertugas
untuk menyajikan informasi-informasi keuangan bagi manajemen, mempunyai peranan
yang sangat penting. Sistem informasi akuntansi adalah salah satu komponen pembentuk
sistem informasi di dalam suatu perusahaan. Selain sistem informasi akuntansi, masih
ada sistem informasi produksi, sistem informasi pemasaran, sistem informasi personalia
dan lain-lain, sebagai komponen-komponen pembentuk sistem informasi manajemen
(perusahaan). Dari berbagai komponen tersebut, sistem informasi akuntansi menempati
posisi yang paling penting, karena peranan sektor keuangan juga berada pada posisi yang
dominan. Saat ini, sistem informasi akuntansi umumnya didisain berdasarkan konsep
historical cost, sehingga dengan kelebihan dan kekurangannya, historical cost pun
melekat pada produk informasi yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Salah satu
kelemahan informasi berbasis historical cost adalah bahwa informasi tersebut memiliki
nilai relevansi yang rendah untuk pengambilan keputusan, sehingga kurang mempunyai
makna strategis.
Dalam perkembangan selanjutnya, akuntansi berkembang menjadi dua jalur, yaitu jalur
akuntansi keuangan dan jalur akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan masih berfokus
pada masalah accountability, sedangkan akuntansi manajemen berfokus pada penggalian
informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan. Karena adanya kebutuhan formal
bagi perusahaan untuk menyajikan laporan pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan
kepada pihak-pihak eksternal, maka cukup logis bila sampai saat ini akuntansi keuangan
lebih mendapatkan perhatian. Dalam akuntansi keuangan, obyektivitas informasi
merupakan syarat utama, sehingga pencatatan data akuntansi dilakukan dengan
menggunakan historical cost.
Di sisi lain, akuntansi manajemen biasanya juga menggunakan data yang sama dengan
akuntansi keuangan dalam pengolahannya, sehingga produk informasi yang dihasilkan
oleh akuntansi manajemen juga bersifat historic, yang juga berarti bahwa nilai
relevansinya rendah. Hal inilah yang menyebabkan betapa kecilnya peranan informasi
akuntansi dalam pengambilan keputusan oleh manajemen. Dengan makin
berkembangnya dunia bisnis, ada permintaan dari berbagai pihak, agar akuntansi
menyajikan informasi-informasi yang nilai relevansinya tinggi sehingga sangat berguna
bagi para pengambil keputusan. Berbagai usulan bermunculan agar kualitas informasi
akuntansi ditingkatkan, misalnya dengan menerapkan current value accounting atau
dengan menerapkan general purchasing power accounting.
Dalam current value accounting, pencatatan dilakukan dengan menggunakan current
value dan bukannya historical cost. Jenis current value boleh entry price maupun selling
price. Sedangkan dalam general purchasing power accounting, menggunakan tingkat

112
Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 104-114
inflasi sebagai salah satu alat untuk memperbaiki nilai hasil historical cost. Masalah
yang kemudian timbul adalah bahwa pencatatan data akuntansi dengan menggunakan
cara ini tidak dapat menghindari unsur subyektivitas dalam menentukan nilai-nilai yang
digunakan, sehingga pada gilirannya akan menghilangkan obyektivitas sebagai syarat
utama dalam akuntabilitas. Polemik untuk pemcahan masalah ini belum kunjung selesai
sampai saat ini, karena sulit untuk mencari trade-off antara relevansi dan reliabilitas
yang memuaskan semua pihak.
Dengan berkembangnya teknologi informasi, jalan keluar yang kiranya baik adalah
mengembangkan suatu sistem akuntansi multidimensi (multidimension accounting), yaitu
suatu sistem akuntansi yang menggunakan pengolahan informasi bukan hanya dengan
dasar historical cost, tetapi juga menggunakan current cost dan future cost, yang
dilandari oleh konsep special information for special purposes. Pada dasarnya,
pengolahan data akuntansi berdasarkan historical cost, current cost maupun future cost,
sangat diperlukan oleh manajemen. Bila dikaitkan dengantingkatan manajemen, maka
untuk manajemen tingkat operasional, informasi berbasis historical cost-lah yang
diperlukan; bagi manajemen tingkat menengah, informasi berbasis current cost sangat
berguna untuk pengambilan keputusan taktis; sedangkan bagi manajemen puncak,
informasi berbasis future cost-lah yang barangkali paling diperlukan dalam rangka
pengambilan keputusan strategis.
Demikian pula yang berlaku bagi pihak-pihak di luar perusahaan. Pemilik perusahaan
dan pemerintah terutama akan memerlukan informasi berbasis historical cost untuk
menilai pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan dan perhitungan pajak; sedangkan
investor dan kreditor lebih memerlukan informasi berbasis current cost atau future cost
dalam pengambilan keputusannya. Jadi, sesungguhnya ada berbagai kelompok user
dengan berbagai macam kepentingan yang memerlukan informasi dari perusahaan. Oleh
sebab itu, pengembangan sistem akuntansi multidimensional akan mempunyai makna
strategis.
Manajemen yang Rasional
Manajemen puncak, dalam praktik seringkali terpaksa harus melaksanakan manajemen
intuitif, yaitu pengambilan keputusan berdasarkan intuisi dan bukan berdasarkan data.
Penyebab utamanya adalah karena mereka tidak mempunyai atau memperoleh
data/informasi secara memadai sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusannya. Oleh karena itu, sistem informasi sangat diperlukan oleh manajemen
untuk menyiapkan informasi-informasi yang diperlukan dalam rangka pengambilan
keputusan. Agar pengambilan keputusan tidak salah, maka pengambil keputusan harus
tahu sebanyak mungkin mengenai hal yang berkaitan dengan masalah yang akan
diputuskan tersebut.

Menciptakan Keunggulan Kompetitif (Andayani)
113
Informasi akan berguna untuk mengurangi ketidakpastian (uncertainty) yang dihadapi,
sehingga semakin banyak informasi yang diperoleh, semakin besar pula peluang
keberhasilan sebagai hasil dari keputusan yang telah diambil. Selain menggali informasi,
sistem informasi juga diperlukan untuk menyaring informasi yang masuk secara terusmenerus. Pada masa sekarang, informasi terus mengalir masuk melalui beragam media.
Dalam hal ini, sistem informasi dapat dipakai sebagai alat penyaring informasi, sehingga
manajemen akan selalu dapat memperoleh informasi yang akurat, andal dan relevan,
serta dalam jumlah yang cukup sesuai kebutuhannya.
Keberhasilan Implementasi Sistem Informasi
Keberhasilan melakukan implementasi sistem informasi yang efektif dan andal tentu saja
sangat penting dalam rangka menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan. Tetapi,
implementasi sistem informasi yang andal dan efektif, benar-benar memenuhi kebutuhan
pihak yang menggunakan, bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Banyak manajemen
beranggapan bahwa memasang suatu sistem informasi adalah sama mudahnya dengan
membeli komputer -- suatu anggapan yang salah.
Faktor utama yang secara nyata sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi sistem
informasi adalah penyiapan sumber daya manusia. Oleh karena itu, agar implementasi
suatu sistem informasi dalam perusahaan dapat berjalan dan berhasil dengan baik,
diperlukan perencanaan yang baik, didukung oleh sumberdaya manusia yang memadai.
Apabila kondisi memang belum memungkinkan, lebih baik diimplementasikan dahulu
sustu sistem informasi yang kecil, tetapi benar-benar efektif dan andal, sehingga benarbenar mempunyai peran dalam menciptakan keunggulan kompetitif. Hal tersebut jauh
lebih baik daripada secara ambisius mengimplementasikan suatu sistem informasi dalam
skala besar tetapi berakhir dengan kegagalan, yang justru akan memperlemah daya saing.
DAFTAR PUSTAKA
Clemons, Eric K., dan Michael C. Row. 1991. “Sustaining Advantage: The Role of
Structural Differences”. MIS Quarterly (Vol.15 No.3 September 1991).
Davis, Gordon B., dan Margrethe H. Olson. 1987. Management Information Systems.
Conceptual Foundations, Structure and Development, McGraw-Hill International.
Gerstein, Marc. dan Heather Reisman. 1992. “Creating Competitive Advantage with
Computer Technology. The Journal of Business Strategy (September 1992).

114
Ekuitas Vol.2 No.2 Juni 1998 : 104-114
Martin, Wainright E., Daniel W. DeHayes, Jeffrey A. Hoffer, dan William C. Perkins.
1991. Managing Information Technology : What Managers Need to Know. New York
: Macmillan Publishing Company.
Porter, Michael. 1985. Compettitive Advantage. New York : Free Pess.


Menciptakan Keunggulan Kompetitif (Andayani)
115
Download