PENGARUH MERGER TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PT.PEMBANGUNAN JAYA ANCOL Tbk. BIONARDI FERDIYANSAH. 20205233 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2009 ABSTRAKSI Penggabungan usaha dalam bentuk merger yang dilakukan oleh PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk didasari atas adanya persamaan kepentingan. Beberapa permasalahan penggabungan usaha dengan cara merger seperti yang dilakukan oleh PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk tersebut mungkin saja terjadi, salah satunya adalah masalah penentuan harga saham. Tentunya dengan harga saham baru tersebut dampak berdampak pada kinerja PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Penelitian ini mencoba untuk mengkaji pengaruh merger yang direpresentasikan dalam bentuk harga saham terhadap kinerja PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk, dengan mengambil periode penelitian 5 tahun sebelum merger dan 5 tahun sesudah merger. Sedangkan kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan rumus Return On Total Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM) dan Operating Ratio. Kata kunci : Harga saham, Kinerja, Merger PENDAHULUAN Latar Belakang Penggabungan badan usaha adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Penggabungan usaha dapat mempunyai beberapa bentuk antara lain berupa merger, konsolidasi, dan akusisi saham. Penggabungan usaha dalam bentuk merger yang dilakukan oleh PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk didasari atas adanya persamaan kepentingan. Beberapa permasalahan merger seperti yang dilakukan oleh PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk tersebut mungkin saja terjadi, salah satunya adalah masalah penentuan harga saham. Tentunya dengan harga saham baru tersebut dampak berdampak pada kinerja PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk. LANDASAN TEORI Pengertian Penggabungan Usaha Menurut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No.22 penggabungan usaha (business combination) adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain Alasan penggabungan usaha antara lain : 1. Manfaat biaya (cost advantage). 2. Resiko lebih rendah (lower risk). 3. Berkurangnya penundaan operasi (fewer operating delays). 4. Mencegah pengambilalihan (avoidance of takeovers). 5. Akusisi harta tidak berwujud (acquisition of intangible assets). Sifat Penggabungan Usaha Integrasi horizontal adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dalam lini pasar yang sama. Integrasi vertikal adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan dengan operasi yang berbeda, secara berturut-turut, tahapan produksi atau distribusi. Konglomerasi adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dengan produk atau jasa yang tidak saling berhubungan dan bermacam-macam. Suatu perusahaan melakukan diversifikasi untuk mengurangi resiko yang ada pada lini usaha tertentu, atau untuk menstabilkan penghasilan yang berfluktuasi. Bentuk Penggabungan Usaha Menurut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No.22 bentuk penggabungan usaha dapat mempunyai beberapa bentuk, yaitu : 1. Merger 2. Konsolidasi 3. Akusisi saham Pengertian Akusisi Dan Merger Akusisi dan merger akhir-akhir ini banyak disebut para pengusaha dalam membentuk konglomersi dan merampingkan perusahaan. Akusisi lebih identik dengan konglomerasi, sedangkan merger lebih dekat dengan kegiatan efisiensi perusahaan atau merampingkan perusahaan. • Pengertian Akusisi Akusisi adalah bentuk pengambilalihan kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakusisi (acquirer) sehingga akan berakibat berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih (acquiree) tersebut. Biasanya pihak pengakusisi memiliki ukuran yang lebih besar dibanding dengan pihak yang diakusisi. Yang dimaksud dengan pengendalian adalah kekuatan yang berupa kekuasaan untuk : a. Mengatur kebijakan dan opersai perusahaan. b. Mengangkat dan memberhentikan manajemen. c. Mendapatkan hak suara mayoritas dalam rapat direksi. Dengan adanya pengendalian ini maka pengakusisi akan mendapatkan manfaat dari perusahaan yang diakusisi. Akusisi berbeda dengan merger karena akusisi tidak menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas hukum. Perusahaanperusahaan yang terlibat dalam akusisi secara yuridis masih tetap berdiri dan beroperasi indepent tetapi telah terjadi pengalihan oleh pihak pengakusisi. • Pengertian Merger Ikatan Akuntan Indonesia memberikan definisi berdasarkan persektif akuntansi bahwa merger adalah salah satu metode penyatuan usaha (business combination). Penyatuan usaha itu sendiri didefinisakan sebagai “penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva atau operasi perusahaan lain”. Dari definisi tersebut akuntansi membedakan penyatuan usaha dalam dua kategori yaitu (1) penyatuan kepentingan atau penyatuan kepemilikan (pooling of interst / uniting of interst) dan (2) akusisi (acquistion). Joseph F. Sinkey (1983), menjelaskan motivasi yang mendorong perusahaan untuk melakukan merger, antara lain: 1. Untuk mendapatkan kesempatan beroperasi dalam skala usaha yang hemat. 2. Guna meningkatkan pangsa pasar. 3. Menghilangkan tidak efisien melalui operasional dan pengendalian finansial yang lebih baik. 4. Kesempatan menggabungkan sumber daya ataupun pasar yang dimiliki masing-masing perusahaan. Dampak Merger Dampak merger antara lain dampak terhadap laba, dampak terhadap nilai pasar, dan bukti empiris pada merger. 1. Dampak Pada Laba Dalam mengevaluasi pengambilalihan yang akan dilakukan, perusahaan yang mengambilalih harus mempertimbangkan pengaruh merger terhadap harga perlembar saham perusahaan yang bertahan. Kenaikan dan penurunan awal dalam laba per lembar mungkin terjadi. Besarnya kenaikan atau penurunan tersebut merupakan fungsi dari perbedaan rasio harga / laba dan ukuran relatif kedua perusahaan yang diukur menurut total laba. Semakin tinggi rasio harga / laba perusahaan yang mengambilalih dibandingkan dengan rasio perusahaan yang diambil alih, dan semakin besar laba perusahaan yang diambil alih dibandingkan dengan laba perusahaan yang mengambilalih, maka semakin besar kenaikan laba per lembar saham perusahaan yang mengambilalih. 2. Dampak Pada Nilai Pasar Penekanan utama dalam proses tawar menawar (bargaining process) berada pada rasio pertukaran harga pasar per lembar saham. Dalam menilai nilai intristik suatu perusahaan, para investor memusatkan perhatian pada harga pasar sahamnya. Harga itu mencerminkan potensi laba perusahaan, deviden, resiko usaha, struktur modal, nilai aktiva, dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan penilaian. Perbaikan laba per lembar saham (boots earnings per share). Dengan tidak adanya sinergisme, perbaikan manajemen, atau penurunan nilai saham perusahaan yang dibeli pasar yang efisien, kita tidak akan bisa mengharapkan bahwa para pemegang saham perusahaan yang membeli akan menawarkan harga yang lebih tinggi daripada harga pasar saham pada saat berjalan dari perusahaan yang dibeli. Para pemegang saham perusahaan yang membeli bisa lebih baik jika rasio harga / laba perusahaan mereka lebih tinggi ketimbang rasio perusahaan yang dibeli dan tentunya, jika perusahaan yang hidup terus dapat mempertahankan rasio harga / laba yang lebih tinggi itu setelah merger. 3. Bukti Empiris Dalam tahun-tahun belakangan ini, telah dilakukan sejumlah telaah empiris mengenai pembelian perusahaan lain, dan telaah ini memberikan informasi yang bernilai. Akuntansi Untuk Merger Dan Akusisi Dalam bahasa akuntasi, peristiwa merger dan akusisi disebut sebagai kombinasi bisnis yang didefinisikan sebagai penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi. Yang dilihat dari sisi akuntansi penggabungan akan dianggap sebagai pembelian (purchase) atau sebagai penyatuan kepentingan (pooling of interset). 1. Metode Pembelian Jika penggabungan bisnis melibatkan transaksi pembelian mayoritas saham secara tunai oleh perusahaan lain yang berakibat beralihnya pengendalian, maka transaksi ini diperlakukan sebagai pembelian (purchase) dan metode akuntansi yang digunakan adalah metode pembelian (purshase method). Metode pembelian mencatat asset dan kewajiban berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar. Berdasarkan metode ini net asset perusahaan yang diakusisi dihargai sebesar harga beli dan metode ini mengakui adanya goodwill yaitu nilai lebih biaya perolehan diatas nilai wajar aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi. Metode pembelian mengakui dan mencatat asset dan kewajiban perusahaan yang diakusisi, sebesar nilai pasar, sedangkan laba ditahan dan agio saham tidak diakui dalam laporan keuangan konsolidasi yang dibuat pengakusisi pada tanggal transaksi. 2. Metode Penyatuan Penggabungan usaha diperlakukan sebagai penyatuan kepentingan (pooling of intesert) jika pemegang saham perusahaan yang bergabung tetap melanjutkan kepemilikannya terhadap perusahaan hasil penggabungan. Karakteristik dari penyatuan ini adalah kepentingan (1) tidak ada proses jual beli antara satu pihak dengan pihak lain (2) tidak ada pihak yang dianggap sebagai pengambil alih atau yang diambil alih dan (3) tidak ada pihak yang dominan yang timbul dari penggabugan tersebut. Perlakuan akuntansi untuk penggabungan bisnis seperti ini menggunakan metode penyatuan (pooling method). Metode pooling mencatat asset dan kewajiban berdasarkan nilai buku, sedangkan laba ditahan dan agio saham perusahaan yang bergabung diakui dan ditambahkan kedalam neraca konsolidasi perusahaan hasil penggabungan. METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian adalah PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk, yang beralamat di Gedung Cordova Tower Lt 7. Jl. Pasir Putih Raya 1 Blok E5, Ancol Timur Jakarta Utara. Telp : (021) 645 4567, 645 3456 Faks : (021) 645 2986, 6471 0502 E-mail : [email protected] Website : www.ancol.com. Data / variabel a. Variabel bebas (independent variabel) atau X Variabel independent adalah kinerja perusahaan yang terdiri dari rasio-rasio keuangan yaitu Return On Total Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM), dan Operating Ratio. b. Variabel tidak bebas (depedent variabel) atau Y variabel dependen adalah perubahan harga saham perusahaan. Sesuai dengan variabel tersebut maka penulis menggunakan persamaan sebagai berikut : Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5 Dimana : Y = Harga saham X1 = Return On Total Asset X2 = Return on Equity X3 = Net Profit Margin X4 = Gross Profit Margin X5 = Operating Ratio a = konstanta yang menunjukan harga X b = koefisien regresi masing – masing X Alat Analisis Yang Digunakan Analisis data yang dilakukan secara kuantitatif dengan regresi dan analisis dengan korelasi yang bertujuan untuk menentukan apakah variabel-variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen secara bersama-sama maupun persial. Untuk analisis antara kinerja perusahaan yang dinyatakan dalam rasio-rasio keuangan. Untuk menguji hipotesis penelitian, alat analisis yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Uji t (t-test) Uji t untuk menguji pengaruh secara parsial antara variable bebas terhadap variabel tidak bebas dengan mengasumsikan bahwa variabel lain dianggangap konstan. Pengujian t dilakukan untuk mengetahui perbedaan harga saham sebelum dan sesudah melakukan merger, dengan rumus. (Sritua Atif, 1993 ;9) βn t = Sβn Dimana : βn = koefisien regresi masing – masing variabel Sβn = standar error masing - masing variabel Kemudian dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t (test), dengan α = 0,05. Bila nilai thitung lebih besar atau sama dengan nilai ttabel berarti variabel tersebut signifikan, artinya terdapat hubungan yang nyata antara variabel yang bersangkutan dengan perubahan harga saham. 2. Analisis Regresi Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh merger terhadap kinerja PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Analisis secara deskriptif akan digunakan untuk menguji manfaat kinerja perusahaan baik untuk setiap indikator maupun secara keseluruhan. Hipotesis Ho 1 = Kedua rata-rata populasi adalah identik (rata-rata harga saham sebelum melakukan merger dan sesudah melakukan merger adalah sama / tidak ada perbedaan). Ho2 = Tidak terdapat pengaruh merger yang direpresentasikan dalam bentuk harga saham terhadap kinerja PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Ha1 = Kedua rata-rata populasi adalah tidak identik (rata-rata harga saham sebelum melakukan merger dan sesudah melakukan merger adalah tidak sama / ada perbedaan). Ha2 = Terdapat pengaruh merger yang direpresentasikan dalam bentuk harga saham terhadap kinerja PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk. PEMBAHASAN • Berdasarkan hasil uji beda Uji hipotesis ke 1, hipotesisnya sebagai berikut : Ho1 : kedua rata-rata populasi identik (rata-rata harga saham sebelum dan melakukan merger dan sesudah melakukan merger adalah sama / tidak ada perbedaan) Ha1 : kedua rata-rata populasi identik (rata-rata harga saham sebelum dan melakukan merger dan sesudah melakukan merger adalah tidak sama / ada perbedaan) Dari hasil uji t diperoleh t hitung sebesar -18,696 sedangkan nilai t tabel (α 0,05) dengan df (10-1 = 9) adalah 1,833, jadi t hitung > t tabel dengan tingkat signifikan 0,000 < 0,05 maka Ho : ditolak. Dengan demikian, merger yang dilakukan oleh PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk dengan beberapa anak perusahaan mempunyai pengaruh terhadap harga saham PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari harga saham yang mengalami perubahan setelah melakukan merger. Dari hasil yang telah diujikan dengan uji t, terdapat pengaruh terhadap harga saham, berarti merger berdampak pada laba dan nilai pasar. Dampak terhadap laba dilihat dengan adanya peningkatan laba per harga saham dengan melihat harga saham tanpa merger dan dengan merger. Dampak pada nilai pasar yaitu adanya perbedaan nilai pasar sebelum dan sesudah merger, harga pasar per lembar saham mengalami kenaikan yang cukup signifikan setelah dilakukannya merger. • Berdasarkan hasil uji t Uji hipotesis ke 2, hipotesisnya sebagai berikut : Ho2 : Tidak terdapat pengaruh merger yang direpresentasikan dalam bentuk harga saham terhadap kinerja PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Ha2 : Terdapat pengaruh merger yang direpresentasikan dalam bentuk harga saham terhadap kinerja PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Nilai t untuk konstanta yaitu sebesar -1,046 < nilai t tabel (α 0,05) dengan dk (10 – 2 = 4 ) adalah 1,860 dan nilai signifikan 0,055 > 0,05 yang berarti menerima Ho atau dengan kata lain konstanta tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Nilai t untuk ROA yaitu sebesar -2,387 > nilai t tabel (α 0,05) dengan dk (10 – 2 = 4 ) adalah 1,860 dan nilai signifikan 0,007 < 0,05 yang berarti menolak Ho dengan kata lain ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Nilai t untuk ROE yaitu sebesar 2,948 > nilai t tabel (α 0,05) dengan dk (10 – 2 = 4 ) adalah 1,860 dan nilai signifikan 0,004 < 0,05 yang berarti menolak Ho dengan kata lain ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Nilai t untuk NPM yaitu sebesar 1,902 > nilai t tabel (α 0,05) dengan dk (10 – 2 = 4 ) adalah 1,860 dan nilai signifikan 0,013 < 0,05 yang berarti menolak Ho dengan kata lain NPM berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Nilai t untuk GPM yaitu sebesar 2,745 > nilai t tabel (α 0,05) dengan dk (10 – 2 = 4 ) adalah 1,860 dan nilai signifikan 0,005 < 0,05 yang berarti menolak Ho dengan kata lain GPM berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Nilai t untuk Operating Ratio yaitu sebesar -0,044 < nilai t tabel (α 0,05) dengan dk (10 – 2 = 4 ) adalah 1,860 dan nilai signifikan 0,96 > 0,05 yang berarti menerima Ho dengan kata lain Operating Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Nilai dari keempat variabel yaitu ROA, ROE, NPM, dan GPM yang menunjukan adanya pengaruh yang cukup signifikan terhadap harga saham. Sedangkan variabel Operating Ratio tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Dari hasil yang telah diujikan, terdapat pengaruh kinerja terhadap harga saham. Dimana setelah diakukannya merger, PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk mengalami perubahan-perubahan dalam sistem kinerja perusahaan yang sudah ada. Akan tetapi pengaruh yang terjadi terhadap kinerja perusahaan berdampak cukup positif terhadap perkembangan perusahaan ke depan. • Berdasarkan hasil uji regresi Persamaan untuk model regresinya : Y = -704,659 - 92,476x1 + 49,194x2 + 41,186x3 + 25,432x4 - 0,162x5 Nilai -704,659 adalah nilai konstanta, yang menunjukan setiap ada penambahan harga sebesar Rp. 1,- maka akan ada penambahan nilai konstanta sebesar -704,659. Nilai -92,476 adalah koefisien regresi yang menunjukan setiap ada penambahan harga sebesar Rp. 1,- maka akan ada penambahan nilai ROA sebesar -92,476. Nilai 49,194 adalah koefisien regresi yang menunjukan setiap ada penambahan sebesar Rp. 1,- maka akan ada penambahan nilai ROE sebesar 49,194. Nilai 41,186 adalah koefisien regresi yang menunjukan setiap ada penambahan sebesar Rp. 1,- maka akan ada penambahan nilai NPM sebesar 41,194. Nilai 25,432 adalah koefisien regresi yang menunjukan setiap ada penambahan sebesar Rp. 1,- maka akan ada penambahan nilai GPM sebesar 25,432. Nilai -0,162 adalah koefisien regresi yang menunjukan setiap ada penambahan sebesar Rp. 1,- maka akan ada penambahan nilai Operating Ratio sebesar -0,162. • Alasan profitabilitas Dari perhitungan variabel-variabel yang digunakan yaitu ROA, ROE, NPM, GPM dan Operating Ratio. Dari setiap variabel tersebeut menunjukan perubahan, yang berarti tingkat profitabilitas perusahaan mengalami perubahan juga. Profitabilitas suatu perusahaan mengalami perubahan apabila setiap variabel dari profitabilitas yang diujikan tersebut mengalami perubahan. Variabel yang diujikan yaitu Return On Total Asset (ROA) menunjukan kemampuan dari dana yang ditanamkan untuk menghasilkan laba, Return On Equity (ROE) menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih diukur dari modal pemilik, Net Profit Margin (NPM) adalah perbandingan antara laba bersih setelah dikutangi pajak dengan penjualan bersih, Gross Profit Margin (GPM) menunjukan kemampuan perusahaan dalam melahirkan laba yang akan menutupi biaya tetap atau biaya operasi lainnya, Operating Ratio menunjukan perbandingan antara harga pokok penjualan setelah ditambah biaya usaha dengan penjualan bersih. KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : • Besarnya pengaruh harga saham terhadap kinerja PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk dengan melihat harga saham sebelum dan sesudah dilakukannya merger yang digunakan sebagai variabel tidak bebas (Y) dan memasukan 5 variabel bebas (X) yaitu Return On Total Asset (ROA) sebagai X1, Return on Equity (ROE) sebagai X2, Net Profit Margin (NPM) sebagai X3, Gross Profit Margin (GPM) sebagai X4, dan Operating Ratio sebagai X5. Pengaruh harga saham terhadap kinerja berdampak terhadap laba dan nilai pasar yang mengalami perubahan setelah dilakukannya merger. • Setelah melakukan merger dengan beberapa perusahaan, timbul pengaruh yang cukup besar terhadap kinerja PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Hal ini dapat dilihat dari harga saham yang mengalami kenaikan setelah dilakukannya merger. Dengan naiknya harga saham maka akan mempengaruhi semua aspek keuangan, dalam hal ini diambil 5 variabel yaitu Return On Total Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM), dan Operating Ratio. Kelima variabel diuji dalam uji regresi. DAFTAR PUSTAKA Beams, Floyd A. dan Amir Abadi Jusuf, 2004. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Salemba Empat, Jakarta. Brigham, Eugene F., dan Houston Joel F., 2001. Manajemen Keuangan. Erlangga, Jakarta. Eko Suko Wibowo, 2006. Pengaruh Aktivitas Transaksi Investor Asing Terhadap Perubahan Indeks Harga Saham Gabungan di BEJ (Penelitian Ilmiah). Gunadarma, Jakarta. Getut Pramesti, 2005. Mahir Mengunakan SPSS 13.0 dalam Rancangan Percobaan. Gramedia, Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia, 2004. Prinsip Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta. Lenny Setiawati, 2005. Analisis Pengaruh Merger Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan, Studi Kasus : PT. Indofood Sukses Makmur (Skripsi). Gunadarma, Jakarta. Rieke Damayanti, 2003. Pengaruh Emisi Saham Perdana Terhadap Kinerja Keuangan Emiten dibidang Manufaktur tahun 2001 (Skripsi). Gunadarma, Jakarta. Shinta Herdiani, 2006. Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Perubahan Harga Saham (Penelitian Ilmiah). Gunadarma, Jakarta. Van Home, James C. dan Wachowicz, John M., 2005. Fundamentals of Financial Management Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Salemba Empat, Jakarta. Verawaty Kaban, 2003. Analisis Hubungan Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Saham Antara PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk Dan PT. Semen Cibinong Tbk Untuk Periode 1998 – 2002(Skripsi). Gunadarma, Jakarta.