STRATEGI 15 Edisi Minggu Bisnis Indonesia 20 Maret 2011 Kecerdasan budaya Memahami pelanggan Pertanyaan, saran, kritik, dan komentar dapat disampaikan ke redaksi melalui: [email protected], dan www.bisnis.com Kecerdasan budaya membawa manfaat bagi organisasi dalam berbagai aspek. Semisal dalam memahami pelanggan, mengelola sumber daya manusia (SDM), menyesuaikan gaya kepemimpinan, dan meningkatkan efektivitas komunikasi. Saat ini semakin banyak organisasi yang melakukan ekspansi dengan membidik pasar di RDIYA BISNIS/ADI PU emakin terintegrasinya dunia bisnis seperti saat ini mengharuskan para pemimpin dan karyawan perusahaan agar mampu secara cepat dan tepat beradaptasi dengan orang-orang dengan latar belakang budaya yang beragam sehingga menghasilkan kolaborasi yang menguntungkan bagi organisasi. Pemimpin dan karyawan perusahaan juga dituntut untuk dapat lebih memahami serta bersikap terbuka dalam menerima perbedaan budaya. Kemampuan inilah yang diistilahkan dengan kecerdasan budaya (cultural intelligence). Saat ini semakin banyak perusahaan yang memandang kecerdasan budaya sebagai kapabilitas strategis yang harus dimiliki guna meraih keunggulan bersaing. Perusahaanperusahaan skala global semisal IBM, Novartis, Nike, Lufthansa, dan lain-lain meyakini bahwa kecerdsasan budaya adalah perekat yang dapat menciptakan hubungan yang lebih harmonis dan kinerja yang unggul. Kecerdasan budaya, menurut Plum, memiliki tiga dimensi, yaitu Makin banyak perusahaan keterlibatan antar (intercultural yang merekrut karyawan yang budaya engagement), memiliki kecerdasan budaya. pemahaman budaya (cultural understanding), dan komunikasi antarbudaya (intercultural communication). Keterlibatan antarbudaya mencakup motivasi untuk mencapai hasil positif dari perpaduan antarbudaya. Motivasi ini dapat berasal dari tujuan dorongan eksternal, seperti kebutuhan untuk membangun strategi dan inovasi. Dapat juga berasal dari dorongan internal seperti rasa ingin tahu. Pemahaman budaya mensyaratkan pengetahuan tentang budaya sendiri dan budaya lain. Pemahaman budaya juga mencakup fleksibilitas dan kemampuan untuk mentransfer pengalaman dari satu budaya kepada budaya yang lain. Sementara komunikasi antar budaya adalah aktivitas dan komunikasi saat terjadinya pertemuan budaya. Terdiri dari beragam jenis komunikasi interpersonal seperti mendengarkan, mempertanyakan, merangkum, menyepakati, tidak menyepakati, dan sebagainya. Termasuk di dalamnya keterampilan-keterampilan yang telah dipelajari untuk mengelola hubungan dengan orang lain, semisal etiket, ritual, peran, teknik. Kapabilitas-kapabilitas yang menjadi isyarat tingginya kecerdasan budaya adalah kemampuan mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi dalam situasi lintas budaya; pemahaman yang luas terhadap situasi yang bersifat multikultural; keyakinan akan kemampuan A. B. SUSANTO yang dimiliki dan ketertarikan untuk menjalani Chairman The Jakarta pengalaman dengan latar budaya yang beragam; Consulting Group dan kemampuan untuk menyesuaikan perilaku verbal dan nonverbal guna menanggapi karakteristik budaya. NTO S luar areanya, yang kerap memiliki karakter budaya yang berbeda dengan daerah asalnya. Kecerdasan budaya memungkinkan organisasi mengenali sifat-sifat pelanggan dengan latar belakang budaya yang berbeda. Maka tidak heran bila makin banyak perusahaan yang merekrut karyawan yang memiliki kecerdasan budaya sehingga dapat memberikan respons yang efektif terhadap pelanggan dengan latar belakang budaya yang berbeda. Karyawan dengan tingkat kecerdasan budaya yang tinggi serta mampu meningkatkan keragaman budaya sehingga mampu menyelaraskan aktivitas pemasaran dan pengembangan produk bagi pelanggan dapat memberikan pengembangan produk dan strategi pemasaran yang kompetitif bagi pelanggan di wilayah-wilayah yang berbeda. Dalam mengelola SDM, kecerdasan budaya mutlak diperlukan. Seiring dengan maraknya globalisasi dan lajunya pertumbuhan, organisasi kerap harus merekrut, mengembangkan, serta mempertahankan talenta-talenta terbaik dengan latar belakang yang beragam untuk berinteraksi dengan para pemangku kepentingan yang semakin beragam pula. Oleh karena itu, organisasi wajib mempertimbangkan faktor kecerdasan budaya sebagai bagian integral dari kebijakan SDM-nya. Kecerdasan budaya juga sangat bermanfaat dalam menentukan gaya kepemimpinan. Setiap budaya memiliki preferensi beragam berkaitan dengan gaya kepemimpinan. Sebagai contoh, ada budaya yang menghargai gaya kepemimpinan yang sifatnya partisipatif, dimana pemimpin melibatkan pengikutnya dalam pengambilan keputusan. Namun, ada juga yang lebih nyaman dengan gaya kepemimpinan yang sifatnya otoritatif, di mana pemimpin mendominasi proses pengambilan keputusan dengan hanya sedikit partisipasi dari pengikut. Organisasi dengan kecerdasan budaya yang tinggi akan memilih pemimpin dengan gaya kepmimpinan yang sesuai. Kecerdasan budaya juga bermanfaat bagi menumbuhkembangkan komunikasi dan membangun kepercayaan di antara sesama anggota organisasi dan juga antara organisasi dengan para pemangku kepentingannya. Dalam proses merger dan akuisisi dua perusahaan atau lebih, kecerdasan budaya jelas tidak boleh diabaikan. Pemimpin perusahaan yang akan melakukan merger dan akuisisi, bila memiliki kecerdasan budaya yang tinggi, akan memfasilitasi proses merger dengan merencanakan mekanisme dan strategi untuk membangun budaya bersama bagi perusahaan hasil merger dan akuisisi, seperti dikemukakan oleh Plum. Pemimpin semacam ini akan melakukan evaluasi terhadap masing-masing budaya perusahaan sebelum merger, mengembangkan sisi-sisi positif masing-masing budaya, dan merumuskan nilai-nilai dan perilaku yang menumbuhkembangkan kolaborasi di antara budaya yang beragam. Ingatlah bahwa kegagalan perusahaan hasil merger mencapai kinerja tinggi ternyata banyak disebabkan oleh diremehkannya faktor budaya. Manfaat lain kecerdasan budaya adalah sebagai aset yang sangat berharga saat organisasi menghadapi krisi. Juga meningkatkan rasa kepemilikan dan komitmen pemimpin dan karyawan.