BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia adalah mengarang. Gerard (1996) membagi kegiatan menulis karangan kedalam
dua jenis yaitu menulis akademis (academic writing) dan menulis kreatif (creative writing)
yang diartikan sebagai kegiatan mengarang untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan
dalam bentuk imajinatif dan spontan. Selanjutnya, Greene dan Petty (1991) membagi
kegiatan menulis karangan pada dua jenis yaitu: pertama menulis karangan praktis yaitu
mengarang yang sifatnya faktual, fungsional dan ekspositori, dan kedua menulis karangan
kreatif yaitu mengarang yang sifatnya personal dan tidak selamanya mempunyai kegunaan
praktis, suatu
karangan dianggap sebagai tulisan kreatif ketika mempunyai ciri orsinil,
spontan, dan imaginatif. Pembelajaran menulis menjadi permulaan sangat penting diajarkan
di sekolah agar remaja awal dapat terlibat kegiatan baca tulis, pembelajaran tersebut
merupakan dasar menulis yang dapat menentukan murid Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dalam menulis lanjut pada kelas berikutnya.
Kegiatan mengarang adalah salah satu kegiatan positif yang sangat penting dan
bermanfaat bagi kehidupan. Pentingnya kegiatan menulis karangan telah dibuktikan oleh
beberapa hasil penelitian. Diantaranya penelitian Post (1994) yang menemukan bahwa para
murid yang bisa menulis sebuah karangan cenderung lebih mampu bertahan dari masalahmasalah mental dibandingkan dengan orang yang tidak biasa menulis. Temuan ini didukung
pendapat Lowe (2006) yang menyatakan bahwa kegiatan mengarang mempunyai unsur
terapeutik, artinya semakin sering seseorang menulis maka semakin sehatlah mental orang
tersebut. Hal ini dapat dipahami karena ada proses katarsis yang terjadi pada proses menulis
karangan, sehingga semua beban psikologis baik berupa tekanan, harapan, gagasan dan lain
sebagainya mampu terekspresikan dalam bentuk tulisan.
Pentingnya belajar mengarang pada siswa ternyata kurang didukung oleh praktik
pendidikan yang sekarang sedang berlangsung. Kajian terhadap beberapa penelitian tentang
pembelajaran mengarang sebagai salah satu bentuk tulisan kreatif di sekolah telah dilakukan
Kumara (2008) yang menyimpulkan bahwa : 1) Guru kurang kreatif dalam melakukan
kontekstualisasi materi pelajaran dalam proses pembelajaran sehingga proses belajar menjadi
tidak menarik 2) Guru jarang sekali memberikan kesempatan pada siswa untuk praktik
mengarang 3) Minat membaca siswa rendah yang berakibat pada kurangnya wawasan dan
sedikitnya perbendaharaan kata sehingga mereka kesulitan ketika harus menuangkan gagasan
dalam bentuk tertulis. Selain faktor pendidikan, karakteristik kepribadian mempengaruhi
terhadap kemampuan menulis karangan seseorang.
Penelitian yang dilakukan Pierce (1992) pada 102 siswa menemukan adanya
hubungan antara berpikir kreatif dengan kegiatan mengarang. Hal ini didukung pendapat
Wingersky, et al (1992) yang menyatakan bahwa sesuatu yang ditulis adalah sesuatu yang
dipikir. Artinya ada hubungan yang tak terpisahkan antara kegiatan berpikir dan kegiatan
menulis, kemampuan menulis karangan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan
praktik dan latihan, seseorang bisa membuat sebuah karangan bukanlah kemampuan yang
diwariskan secara turun-temurun, akan tetapi merupakan hasil proses belajar mengajar dan
ketekunan berlatih. Untuk bisa memperoleh kemampuan mengarang tidak cukup dengan
mempelajari tata bahasa dan mempelajari pengetahuan tentang teori menulis, melainkan
tumbuh melalui proses pelatihan.
Kenyataan di lapangan, menunjukkan bahwa pembelajaran menulis kurang mendapat
perhatian. Pembelajaran menulis yang dulu merupakan pelajaran dan latihan pokok, kini
kurang mendapat perhatian, baik dari para siswa maupun guru. Pembelajaran mengarang
dalam observasi yang peneliti lakukan dan dilihat dari masalah masalah yang sering terjadi di
sekolah yaitu pada saat UN (Ujian Nasional) SMP pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
tahun 2011, menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan nilai rata- rata UN mata
pelajaran Bahasa Indonesia adalah 7.12 , UN matematika dengan rata- rata 7.30, UN rata –
rata Bahasa Inggris rata – rata nilainya 7.52 dan IPA mendapat rata –rata 7.41. Disini terlihat
nilai rata rata pelajaran Bahasa Indonesia mendapat rata- rata terendah, Peneliti berasumsi
dilihat dari fenomena yang terjadi pada tahun ajaran dan kurikulum saat ini rendahnya mutu
kemampuan mengarang siswa disebabkan oleh kenyataan bahwa pengajaran menulis kurang
diperhatikan. Menurut Yunus ,S. M.Pd (2012) hal ini terjadi karena ada perbedaan
kemampuan lisan dan tulisan, karena kemampuan lisan yang digunakan setiap hari tidak
diikuti dengan kemampuan menulis yang baik pula yaitu belajar mengarang, faktor kedua
karena budaya baca yang rendah ,faktor ketiga karena budaya menulis yang rendah.
Kreativitas pada remaja awal dapat tumbuh dan berkembang baik apabila lingkungan
keluarga, masyarakat dan sekolah turut menunjang dalam mengekspresikan kreativitasnya,
tetapi pada kenyataannya dunia pendidikan kita lebih banyak penekanan pada aspek hafalan
dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan pada peserta didik.
Berbicara tentang kreativitas maka tidak akan lepas dengan dunia remaja, Pandagan
Piaget Woolfolk, A. (2009) dijelaskan dalam tahap perkembangan kognitif Operasional
formal yaitu pada umur 11 tahun – dewasa, remaja awal mulai mampu berfikir abstrak dan
dapat menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian menyelesaikan suatu masalah, hal
ini disebabkan dalam diri remaja penuh gejolak untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dan
selalu mempunyai keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru, serta ada keinginan untuk
menonjolkan hal yang berbeda dengan orang lain. Ciri utama remaja awal adalah
berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui dan mempunyai
keinginan menjelajah ke alam yang lebih luas, yang berkaitan erat dengan ciri-ciri kreativitas.
Remaja awal mempunyai potensi kreativitas yang cukup besar, namun aktualisasilah yang
mewujudkan potensi tersebut.
Ada berbagai definisi tentang kreativitas, namun menurut Hurlock (2002) definisi
yang paling tepat adalah: Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan
komposisi, produk, atau gagasan yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal
pembuatnya. Kreativitas dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintetis pemikiran yang
hasilnya bukan hanya perangkuman, kreativitas merupakan pembentukan korelasi baru,
kreativitas harus mempunyai maksud dan tujuan yang ditentukan, bukan fantasi semata,
walaupun merupakan hasil yang sempurna dan lengkap. Kreativitas dapat berupa hasil seni,
sastra, dan produk ilmiah.
Menurut Graves (dalam Suparno, 2002:2), bahwa seseorang enggan menulis karangan
karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak
tahu bagaimana harus menulis. Ketidaksukaan ini tidak terlepas dari pengaruh lingkungan
keluarga dan masyarakatnya, serta pengalaman pembelajaran menulis atau mengarang di
sekolah yang kurang memotivasi dan merangsang minat. Smith (dalam Suparno, 2002:2),
mengatakan bahwa pengalaman belajar menulis yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas
dari kondisi gurunya sendiri. Umumnya guru tidak dipersiapkan untuk terampil menulis dan
mengajarkannya. Bahkan Briton (dalam Suparno, 2002:2) mengatakan bahwa keberhasilan
menulis dipengaruhi oleh ketepatan pemahaman penulis terhadap membaca tulisannya,
kemampuan ini memungkinkan kita sebagai penulis untuk memilih informasi serta cara
pengajaran yang sesuai.
Fenomena yang terjadi adalah umumnya siswa masih sering mengalami kesulitan
serta melakukan kesalahan dalam menulis atau mengarang Bahasa Indonesia, peneliti
berasumsi hal ini disebabkan oleh satu anggapan dari siswa bahwa menulis merupakan suatu
beban berat. Anggapan tersebut timbul karena kegiatan menulis karangan membutuhkan
tenaga, waktu serta perhatian yang sungguh-sungguh. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk
menghasilkan tulisan yang baik dituntut kemampuan teknis dan sejumlah pengetahuan serta
keterampilan yang memadai untuk menulis dan sejumlah pengetahuan serta keterampilan
yang memadai untuk menulis sebuah karangan yang sederhana. Dituntut dasar yang baik dari
segi ejaan, pilihan kata, serta penataan kalimat dalam paragraph.
1.2
Rumusan Masalah
Proses belajar mengajar merupakan masalah yang sangat kompleks. Maka uraian
rumusan masalah adalah sebagai berikut “ Apakah ada hubungan antara mengarang
dengan kreativitas murid tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII di Jakarta
Barat?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara mengarang
dengan kreativitas murid tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII
di Jakarta Barat.
Download