PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN YANG BERBEDA TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI INDUK IKAN BELINGKA (Puntius belinka Blkr) YUNEIDI BASRI Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta ABSTRAK Pada pengembangan usaha budidaya ikan, benih merupakan dasar produksi utama, tersedia setiap saat, jumlah yang cukup, dan bermutu baik. Penyebab rendahnya produksi dan kualitas benih ikan yang dihasilkan kurang baik disebabkan karena rendahnya kualitas pakan induk yang diberikan. Untuk mendapatkan benih yang cukup, bermutu baik adalah dengan usaha melakukan perbaikan kualitas pakan induk. Salah satu unsur nutrisi yang harus ada dalam pakan induk untuk meningkatkan reproduksinya adalah protein. Sumber protein yang digunakan dalam membuat pakan selama ini adalah tepung ikan. Permasalahan yang terjadi adalah kelangkaan bahan baku akibat berkurangnya stok ikan dunia, sehingga harga tepung ikan cukup mahal. Oleh karena itu, perlu diusahakan sumber bahan baku lokal baru yang dijadikan alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan pakan tersebut. Pada penelitian ini sumber protein hewani yang digunakan adalah limbah berupa telur dari pengolahan ikan bilih di Danau Singkarak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari s/d April 2011 bertempat di Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang. Sumatera Barat. Metoda yang digunakan adalah eksprimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 3 perlakuan dan 10 ulangan. Untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan dilakukan analisis ragam, uji Duncan’s. Adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah: A : pakan ikan dengan kandungan protein 20 %, B : pakan ikan dengan kandungan protein 30 %, dan C : pakan ikan dengan kandungan protein 40 %. Peubah yang diamati yaitu: Kecepatan Waktu Pencapaian Matang Gonad, Indek Ovi Somatik (IOS), dan Fekunditas. Hasil penelitian dari pemberian pakan dengan kadar protein yang berbeda dalam pakan terhadap tampilan reproduksi induk ikan belingka, adalah pada pemberian pakan kadar protein 40 %, dengan kecepatan waktu pencapaian matang gonad selama 50 hari, indeks ovi somatik 3,195%, danfekunditas 18.367 butir. Hasil analisa varian menunjukkan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap waktu pencapaian matang gonad, pengaruh nyata terhadap (P<0,05) terhadap fekunditas serta tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap indeks ovi somatik. PENDAHULUAN Keberhasilan usaha budidaya ikan, ditentukan oleh mutu pakan induk yang diberikan, agar benih ikan tersedia dalam jumlah yang cukup, bermutu baik serta tersedia setiap saat. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Akhmad et al. 1990; Mokoginta, 1991; Basri, 1997; Yulfiperius, 2003) terlihat bahwa kualitas dari pakan yang diberikan kepada induk ikan akan mempengaruhi perkembangan gonad, fekunditas, daya tetas dan kelangsungan hidup larva. Pakan yang digunakan untuk induk ikan saat ini merupakan pakan komersial untuk 116 pembesaran ikan air tawar, seperti ikan mas dan lele sehingga mutu telur yang dihasilkan rendah. Jadi untuk mendapatkan benih yang cukup, bermutu baik adalah dengan memperbaiki kualitas telur. Kualitas telur dapat ditingkatkan antara lain dengan melakukan perbaikan kualitas pakan induk. Salah satu unsur nutrien pakan yang harus ada dalam pakan induk untuk meningkatkan reproduksinya adalah protein. Induk sebagai penghasil telur perlu diberi pakan yang baik berkualitas agar menghasilkan benih yang baik. menurut Syafei at al. (1992) bahwa perkembangan gonad dipengaruhi oleh faktor dalam (jenis ikan, dan hormon) dan faktor luar (suhu, makanan, intensitas cahaya dll). Faktor luar yang sering mendapatkan perhatian khusus untuk memacu perkembangan gonad adalah pakan. Permasalahan dalam membuat pakan yang berkualitas adalah kelangkaan bahan baku akibat berkurangnya stok ikan dunia, sehingga harga tepung ikan cukup mahal. Oleh karena itu, perlu diusahakan sumber bahan baku lokal baru yang dijadikan alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan pakan tersebut. Salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai penganti tepung ikan adalah telur ikan bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr) merupakan limbah hasil penangkapan nelayan di Danau Singkarak ± 300 kg/hari (Syandri et al. 2008), telur limbah itu dalam bentuk produk tepung sangat dapat dimanfaatkan untuk pengkayaan (enrichment) bahan pakan ikan, terutama untuk meningkatkan daya reproduksi induk dan sebagai pakan larva ikan, karena mengandung nutrien antara lain protein, lemak, asam lemak esensial, asam amino esensial, kalsium dan phospor (Syandri et al. 2007). Hasil kajian tersebut, menarik untuk diuji cobakan terhadap ikan Belingka yang ada di Danau Singkarak dan mempunyai nilai ekonomis penting. Ikan ini telah didomestikasi dengan sistem keramba jaring apung dan belum berhasil dilakukan pembenihannya. Berdasarkan permasalahan tersebut dalam rangka pemanfaatan limbah ikan bilih dilakukan penelitian tentang pemberian pakan dengan kadar protein yang berbeda terhadap tampilan reproduksi induk ikan belingka. 117 METODE DAN MATERI PENELITIAN Bahan dan Alat Ikan uji yang digunakan adalah induk betina ikan belingka sebanyak 30 ekor dengan berat berkisar 80 - 100 g/ekor, dan panjang berkisar 18 - 20 cm. Induk tersebut diperoleh dari hasil penangkaran selama lebih kurang 1,5 tahun di Danau Maninjau, Sumatera Barat. Wadah Pemeliharaan Untuk pemeliharaan induk digunakan bak fiber sebanyak 3 unit ( 180 x 75 x 50 cm) dan di isi air setinggi 45 cm yang dilengkapi dengan sirkulasi air, setiap wadah dipelihara ikan uji (ikan betina)sebanyak 10 (sepuluh) ekor. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, timbangan elektrik dengan tingkat ketelitian 0,01g, petridisk, hand counter, dan beberapa buah ember, seperangkat alat pengukur kualitas air. Perlakuan dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 10 ulangan. Untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan dilakukan analisis ragam, uji Duncan’s. Adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah: Perlakuan A : pakan ikan dengan kandungan protein 20 % Perlakuan B : pakan ikan dengan kandungan protein 30 % Perlakuan C : pakan ikan dengan kandungan protein 40 % Komposisi pakan uji yang digunakan disajikan pada tabel berikut ini: 118 Tabel 1. Komposisi pakan uji dengan kadar protein yang berbeda. Jenis Bahan Ransum Pakan Tepung telur ikan Bilih Level Protein Pakan Pellet (%) A B C 20 30 40 20,0 40,0 60,0 Ampas tahu 35,0 35,0 20,0 Dedak halus 25,0 10,0 7,0 Tepung terigu 17,0 12,0 10,0 Minyak jagung 2,0 2,0 2,0 1,0 100,0 1,0 100,0 1,0 100,0 Vitamin & mineral mix Jumlah Pelaksanaan Penelitian Pemeliharaan Induk Induk ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah induk betina ikan belingka. Induk tersebut diseleksi dari stok yang tersedia, hasil seleksi sebanyak 30 ekor dibagi atas 3 kelompok perlakuan dan 10 ulangan. Semua ikan yang akan diperlakukan diasumsikan berada pada tingkat kematangan gonad I (TKG I). Pakan uji berbentuk pellet diberikan tiga kali sehari secara adlibitum. Pemijahan induk ikan belingka dilakukan apabila sudah terlihat tanda-tanda sekunder kematangan gonad dari induk ikan tersebut. Selanjutnya dilakukan pemijahan secara buatan yaitu dengan cara melakukan rangsangan menggunakan hormon LHRHa (merek dagang ovaprim), dengan dosis 0,5 ml/kg induk. Penyuntikan sebanyak dua kali, pertama dilakukan 1/3 bagian dan penyuntikan kedua 2/3 bagian (penentu) dilakukan setelah 6 jam dari penyuntikan pertama. Ovulasi terjadi biasanya berlangsung 6-10 jam setelah penyuntikan kedua. Setelah ikan uji ovulasi delakukan stripping (pengurutan lunak) pada bagian perut agar telur keluar. Telur ditampung dalam piring kering kemudian ditimbang untuk dihitung jumlahnya. Peubah yang Diamati Kecepatan Waktu Pencapaian Matang Gonad Kecepatan pencapaian matang gonad diukur dengan satuan waktu (hari) yaitu lamanya hari yang dibutuhkan oleh induk ikan untuk mencapai matang gonad, sejak mendapatkan 119 perlakuan sampai siap untuk dipijahkan. Jumlah hari yang diperlukan mulai dari gonad yang kosong (TKG I) sampai matang, dijadikan sebagai parameter kecepatan pencapaian matang gonad. Indek Ovi Somatik (IOS) Untuk mengetahui hubungan antara bobot telur yang diovulasikan dan bobot tubuh ikan dihitung dengan rumus : IOS Bobot telur yang diovulasikan x100% Bobot tubuh Bobot telur yang diovulasikan diperoleh dari perbedaan bobot induk sebelum dan sesudah memijah (Hardjamulia, 1987). Fekunditas Fekunditas (jumlah telur yang diovulasikan) dihitung dengan metode gravimetri, yaitu dengan cara menimbang telur sebanyak 1 g, kemudian dihitung jumlah telur tersebut. Hasil perhitungan telur dalam jumlah 1 g dikalikan dengan bobot gonad keseluruhan. Analisa Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Selanjutnya di analisa dengan uji statistik F (Anava). Apabila hasil analisis menunjukkan bahwa F hitung < F tabel pada taraf 95% berarti tidak ada pengaruh pemberian pakan kadar protein yang berbeda terhadap tampilan reproduksi induk ikan belingka (Puntius belingka Blkr), H0 diterima dan Hi ditolak. Jika F hitung > F tabel pada taraf 95% berarti ada pengaruh pemberian pakan kadar protein yang berbeda terhadap tampilan reproduksi induk ikan belingka (Puntius belingka Blkr), H0 ditolak dan Hi diterima. HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu Pencapaian Matang Gonad Hasil pengamatan untuk semua perlakuan dan ulangan terhadap kecepatan waktu pencapaian matang gonad induk ikan belingka (Puntius belinka Blkr) rata-rata adalah : perlakuan A, 75 hari, perlakuan B, 66 hari, dan perlakuan C, 50 hari. Hasil analisa varian terlihat bahwa 120 pemberian kadar protein yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap waktu pencapaian matang gonad. Dari uji lanjut Duncan’s berpengaruh nyata antara perlakuan A (kadar protein 20 %), dengan perlakuan B (kadar protein 30 %) dan perlakuan C (dengan kadar protein 40 %). Untuk lebih jelasnya kecepatan waktu pencapaian matang gonad, masing-masing perlakuan disajikan Waktu Pencapaian Matang Gonad (Hari) dalam bentk gambar di bawah ini. 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 75,00 66,00 50,00 A B C Perlakuan Gambar 1. Grafik rata-rata lamanya waktu pencapaian matang gonad induk ikan belingka untuk masing-masing perlakuan. Dari Gambar diatas terlihat bahwa semakin tinggi kadar protein dalam pakan induk, semakin cepat pula waktu pencapian matang gonad. Hal ini disebabkan kadar protein diberikan kepada induk ikan dapat dimanfaatkannya sebagai sumber energi untuk proses reproduksinya. Protein merupakan komponen esensial yang dibutuhkan untuk reproduksi. Protein merupakan komponen dominan kuning telur. Terjadinya perbedaan waktu pencapaian matang gonad karena perbedaan level protein di dalam ransum pakan, semakin tinggi level protein maka biosintesis vitelogenesis semakin baik sehingga dapat mempercepat pematangan gonad. Lemak dalam pakan merupakan sumber asam lemak essensial bagi ikan. Pada tubuh ikan, sumber asam lemak merupakan salah satu senyawa fosfolipid membran sel. Watanabe at al. (1991) menyatakan bahwa lemak selain sebagai sumber energi juga digunakan untuk struktur sel, termasuk sel telur. Perbedaan asam lemak linoleat dalam ransum pakan ikan Belingka juga dapat menyebabkan perbedaan morfologi ovari setelah seluruh ikan matang gonad (Azrita et al. 2010). Selain itu, vitamin E yang terdapat dalam ransum pakan mempunyai peranan dalam pembentukan enzim sitokrom P-450 yang 121 dibutuhkan pada saat biosintesis steroid. Scott (1978) menyatakan apabila terjadi kekurangan vitamin E maka radikal bebas yang berasal dari peroksidasi lipid akan bereaksi dengan senyawasenyawa lainnya melalui perpindahan hidrogen. Melalui reaksi-reaksi tersebut sejumlah unsur jaringan akan menjadi rusak, termasuk komponen-komponen sel struktural dan fungsional, enzim-enzim, selaput-selaput sel. Jadi vitamin E dalam pakan berperan pada sintesa enzim sitokrom P-450 untuk proses sintesa hormon streoid yang berperan dalam proses pematangan oosit. Ketika pembentukan vitelogenesis oleh hati juga tergantung dari ketersediaan enzim sitokrom P-450 untuk proses sintesa protein. Perkembangan gonad akan semakin besar dan matang hingga fase pemijahan. Pada fase tersebut sebagian besar energi yang diperoleh dari hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonadnya. Effendie (1997) menyatakan bahwa tanda utama untuk membedakan kematangan gonad adalah berdasarkan berat gonadnya. Sedangkan berat gonad tergantung pada ukuran ikan dan pertumbuhan gonadnya Energi yang tersimpan dalam bentuk glikogen dalam hati sebelum masa reproduksi akan diubah menjadi energi pada saat memasuki fase reproduksi, sel memiliki batas tertentu dalam menimbun protein, dan bila mencapai batas ini setiap penambahan asam amino dalam cairan tubuh akan dipecah dan digunakan untuk energi atau disimpan lemak dalam otot, hati dan viseral. Effendie (1979) menyatakan bahwa dalam proses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Semakin bertambah berat gonad diimbangi dengan bertambah besar ukurannya. Pakan merupakan komponen penting dalam proses pematangan gonad khususnya ovarium karena pada proses vitelogenesis (akumilasi nutrisi dalam sel telur) membutuhkan nutrien (Syafei et al. 1992). Sedangkan hasil penelitian Azrita et al. (2010), waktu pencapaian matang gonad yang tercepat pada ikan Belingka yang dipengaruhi oleh dosis asam lemak linoleat yang bersumber dari limbah telur ikan Bilih yaitu pada dosis 4,90% asam lemak linoleat / kg pakan yaitu selama 77 ± 2,36 hari. Indeks Ovi Somatik (IOS) Hasil perhitungan rata-rata nilai Indeks Ovi Somatik (IOS). dari masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 2. 122 3,195 Indeks Ovi Somatik (%) 3,200 3,100 3,064 3,000 2,900 2,882 2,800 2,700 A B C Perlakuan Gambar 2. Grafik hubungan nilai indeks ovi somatik dengan kadar protein yang dalam pakan berbeda Dari Gambar di atas menunjukkan bahwa nilai Indeks Ovi Somatik induk ikan Belingka yang tertinggi adalah pada perlakuan C (40%) dengan rata-rata 3,195%, kemudian diikuti oleh perlakuan B (30%) dengan rata-rata 3,064% dan perlakuan A (20%) dengan rata-rata 2,882%, walaupun secara statistik perbedaan kadar protein dalam pakan induk tidak berpengaruh terhadap indeks ovi somatic (P > 0,05). Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin tinggi kadar protein yang diberikan kepada induk ikan Belingka memberikan respon yang positif dalam proses vitelogenesis. Aktivitas vitelogenesis ini menghasilkan nilai IOS induk ikan meningkat sesuai dengan kadar protein yang diberikan. Hasil penelitian Azrita et al. (2010), indeks ovi somatik yang tertinggi pada ikan Belingka yang dipengaruhi oleh dosis asam lemak linoleat yang bersumber dari limbah telur ikan bilih yaitu pada dosis 4,90% asam lemak linoleat / kg pakan sebesar 7,88%. Bagenal et al. (1971), menyatakan bahwa ikan yang mempunyai nilai IOS lebih kecil dari 20 adalah kelompok ikan yang memijah lebih dari sekali setiap tahunnya. Dari sini dapat diasumsikan bahwa ikan Belingka termasuk yang bernilai IOS kecil sekali sehingga dikategorikan sebagai ikan yang dapat memijah lebih dari satu kali setiap tahunnya. Semakin berat tubuh ikan diikuti dengan semakin tinggi tingkat kematangan gonad (TKG) dan semakin besarnya nilai IOS. menurut Effendie (1979) indeks ovi somatik akan bertambah besar mencapai maksimal ketika akan terjadi pemijahan. Selanjutnya dikatakan bahwa untuk tingkat kematangan 123 gonad tertentu nilai indeks tidak merupakan suatu nilai melainkan merupakan suatu kisar, sehingga Indeks Ovi Somatik setiap ikan dapat berbeda-beda. Fekunditas Hasil perhitungan setiap perlakuan dan ulangan rata-rata fekunditas ikan Belingka disajikan pada Gambar 3. 18.367,8 Fekunditas (butir) 20000,00 15000,00 14.226 11.978 10000,00 5000,00 0,00 A B C Perlakuan Gambar 3. Grafik hubungan fekunditas ikan Belingka Dari Gambar di atas terlihat bahwa fekunditas induk ikan Belingka yang diberi pakan dengan kadar protein yang lebih tinggi , secara berurutan yang tertinggi yaitu pada perlakuan C (40%) dengan rata-rata 18.367 butir , perlakuan B (30%) dengan rata-rata 14.226 butir dan perlakuan A (20%) dengan rata-rata 11.978 butir. Hasil analisa varian membuktikan bahwa pemberian kadar protein yang berbeda berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap fekunditas. Dari uji lanjut Duncan’s menunjukan berpengaruh nyata (P<0,05) antara perlakuan A (kadar protein 20 %), dengan perlakuan B (kadar protein 30 %) dan perlakuan C (dengan kadar protein 40 %). Perbedaan fekunditas ini disebabkan perbedaan kadar protein dalam pakan (pellet).semakin tinggi protein dalam pakan, maka fekunditas juga semakin tinggi. Fekunditas erat hubungannya dengan nilai indeks ovi somatik, artinya fekunditas sangat ditentukan oleh indeks ovi somatik. Semakin besar nilai indeks ovi samotik akan diikuti oleh nilai fekunditas. Perbedaan fekunditas diduga disebabkan oleh perbedaan kadar protein yang diberikan pada induk ikan Belingka. Menurut Syandri et al. (2008) faktor yang menentukan fekunditas ikan adalah mutu pakan. Dalam beberapa penelitian terlihat bahwa nutrien penentu dalam 124 perkembangan induk agar menghasilkan telur yang berkualitas dan kuantitas baik adalah protein, vitamin A, C dan E (Watanabe et al. 1991). Pada fase vitelogenesis berlangsung, granula kuning telur bertambah jumlah dan ukurannya sehingga ukuran oosit membesar. Jadi pakan yang diberikan selama penelitian bermutu baik akan mengakibatkan oosit dapat berkembang menjadi telur, jika pakan yang diberikan kurang bermutu maka akan terjadi rearbsorpsi yang menyebabkan fekunditas berkurang dan pematangan telur terlambat (Hardjamulia, 1987). Hasil penelitian Azrita et al. (2010), fekunditas terbesar pada ikan Belingka yang dipengaruhi oleh dosis asam lemak linoleat yang bersumber dari limbah telur ikan Bilih yaitu pada dosis 4,90% asam lemak linoleat / kg pakan. Kualitas Air Faktor lingkungan yang utama mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan ikan adalah suhu, O2 terlarut, amoniak, pH dan alkalinitas. Suhu air media penelitian adalah 27-28°C, suhu akan mempengaruhi laju metabolisme dan pengeluaran energi pada ikan (Cho et al., 1985). Suhu air akan diiringi oleh peningkatan laju metabolisme yang disebabkan meningkatnya konsumsi pakan sehingga akan meningkatnya pertumbuhan (National Research Council, 1977). Oksigen terlarut yang cukup sangat diperlukan bagi kehidupan ikan. Kandungan oksigen rendah menyebabkan nafsu makan ikan akan berkurang atau menurun, dan akan mempengaruhi laju pertumbuhan ikan. Kandungan oksigen terlarut 4,21-5,43 ppm masih dapat memberikan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang baik bagi benih ikan, sedangkan oksigen terlarut pada media pemeliharaan adalah berkisar antara 4,3 – 4,8 ppm. Kandungan amoniak pada medi pemeliharaan adalah 0,1 – 0,2, kadar amoniak untuk kehidupan ikan kecil 1 ppm. Batas toleransi kandungan amoniak (NH3) yang baik untuk pertumbuhan ikan adalah 0,00 sampai 0,12 ppm (Affiati & Limm, 1986). Parameter kualitas air secara umum selama penelitian masih layak untuk media pemeliharaan induk ikan Belingka. 125 KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemberian kadar protein yang berbeda dalam pakan induk terhadap daya reproduksi ikan Belingka (Puntius belinka Blkr) mempengaruhi kecepatan pencapaian matang gonad, indeks ovi somatik dan fekunditas. 2. Perlakuan yang terbaik untuk mempercepat pencapaian matang gonad, meningkatkan indeks ovi somatik, dan fekunditas adalah pada kadar protein 40%. Untuk meningkatkan daya reproduksi induk ikan Belingka disarankan menggunakan bahan dasar pakan yang bersumber dari tepung telur ikan bilih yang merupakan limbah yang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya didaerah danau Singkarak. DAFTAR PUSTAKA Affiati, N. & C. Lim. 1986. Pengaruh saat awal pemberian pakan terhadap perttumbuhan dan kelangsungan hidup ikan gurame (Osphronemus gouramy) Bult. Penel. Perikanan Darat. 5 (1) : 23 - 27. Akhmad, S., I. Mokoginta., D. Shafrudin & D. Jugadi. 1990. Pengaruh makanan terhadap perkembangan dan pematangan gonad ikan Kowan (Ctenopharyngodon idella). Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat. Fakultas Perikanan IPB. Azrita; Syandri, H; Basri, Y. 2010. Pemanfaaatan limbah telur ikan Bilih sebagai bahan pakan untuk meningkatkan daya reproduksi ikan Belingka (Puntius belinka Blkr) dan hasil produksi benih secara massal.Laporan Penelitian Universitas Bung Hatta. Basri, Y. 1997. Penambahan Vitamin E Pada Pakan Buatan Dalam Usaha Meningkatkan Potensi Reproduksi Induk Ikan Gutami (Osphronemus Gouramy Lacepede). Tesis Program Pascasarjana IPB. Bogor. Bagenal, T. B & E. Broun. 1971. Eggs and early life history. In : Ricker. W.E. (ed.), Methods for assessment of fish in fresh water. IPB. Handbook no.3:166-198. Cho, Y., C. B. Cowey & T. Watanabe. 1985. Finfish Nutrion in Asia. Methodalogical Approaches to Research and Development. IDRC. Ottawa. Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yasaguna. Jakarta. Hardjamulia, A. 1987. Beberapa aspek pengaruh penundaan dan frekuensi pemijahan terhadap potensi produksi induk ikan mas (Cyprinus carpio L). Disertasi Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor. Mokoginta, I. 2000. Kebutuhan asam lemak esensial, vitamin dan mineral dalam pakan induk ikan Patin (Pangasius sutchii) untuk reproduksi. Laporan Akhir Hibah Bersaing VII/1-2 Perguruan Tinggi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor. 126 National Research Council, 1977. Nutrien Requirement of Warnwater Fishes. Nat. Aced. of Sei. Washinton, D. C. Scott, M. L. 1978. Vitamin E. In : Deluca. F. (ed.) The Fat-Soluble Vitamin. Handbook of Lipid Research. Plenum Press. New York : 133-210. Sjafei, D. S., M. F. Raharjo., R. Affandi., M. Brajo & Sulistiono. 1992. Fisiologi ikan II. Reproduksi Ikan. IPB. Bogor. Syandri, H; Azrita; D. Mustika, 2007. Survei limbah telur ikan Bilih (Mystacoleucucpadangensis Blkr) pada sentra-sentrapenangkapan ikan di danau Singkarak. Laporan Hasil Penelitian Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bung Hatta. Syandri, H dan Y. Basri; N. Aryani; Azrita. 2008. Kajian kadar nutrisi telur ikan Bilih (Mystacoulecus padangensis Blkr) dari limbah hasil penangkapan nelayan di Danau Singkarak. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 13,1 : 118 – 126. Watanabe,, T. Fujimura, M. J. Lee, K. Fukusho, S. Satoh & T. Takeuchi. 1991. Efect of polar and non-polar lipids from krill on quality of eggs of red seabream Pagrus major. Nippon Suisan Gakkaishi 57 : 4, 695-698. Yulfiperius. 2003. Penambahan Vitamin E Terhadap Kualitas Reproduksi Induk Ikan Mas. Disertasi Program Pasca Sarjana IPB. Bogor 127