tinpus BIOPER 2

advertisement
1. PENDAHULUAN (Fekunditas)
1.1. Latar Belakang
Menurut Elrifadah dan Rimalia (2013), menyatakan bahwa fekunditas adalah taksiran
jumlah telur yang akan dikeluarkan ikan pada waktu memijah, diketahui dengan cara
menghitung jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan pada TKG V dan VI.
Menurut Andy Omar (2005) dalam Junaidi et al., (2010), fekunditas pada suatu species
ikan dapat berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Fekunditas mempunyai
keterpautan dengan umur, panjang atau berat individu, dan species ikan. Pertambahan berat
dan panjang ikan cenderung meningkatkan fekunditas secara linear. Fekunditas dan diameter
sel telur juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetis, lingkungan dan musim
Fekunditas ikan berkisar antara 32,291 – 205.174 butir. Persamaan hubungan
fekunditas dengan ukuran ikan adalah: F = 570,07 e0,1731 L (r = 0,7512) untuk panjang tubuh dan
F = 9782,5 e0,0083 W (r = 0,8151) untuk bobot tubuh. Fekunditas meningkat secara proporsional
seiring dengan peningkatan panjang total dan bobot tubuh pada model kurva eksponensial.
Ikan malalugis biru tergolong ikan yang mempunyai fekunditas yang cukup tinggi. Berdasarkan
pola sebaran diameter telur diketahui ikan malalugis biru tergolong jenis partial spawer, yaitu
memijah secara bertahap (Unus dan Sharifuddin, 2010).
2. Tinjauan Pustaka
2.1. Klasifikasi dan Morfologi
Kedudukan ikan lele dumbo dalam sistematika (taksonomi) hewan menurut Rahmat
Rukmana (2003) dalam Lestari 2011, diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum : Chordata
Sub-Phyllum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub-kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sumber: Googleimage, 2014
Sub-ordo : Siluroidea
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
Menurut Akbar et al. 2010, Tidak seperti ikan lainya, agak sulit untuk mengatakan
bentuk badan lele secara tepat. Tengah badanya mempunyai potongan membulat, dengan
kepala pipih kebawah (depressed), sedangkan bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih
kesamping (compressed), jadi pada lele ditemukan tiga bentuk potongan melintang ( pipih
kebawah, bulat dan pipih kesamping). Kepala bagian atas dan bawah tertutup oleh pelat tulang.
Pelat ini membentuk ruangan rongga diatas insang. Disinilah terdapat alat pernapasan
tambahan yang tergabung dengan busur insang kedua dan keempat.
2.2. Pengertian Fekunditas
Menurut Fitrianti (2011) fekunditas adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
tingkat produktivitas ikan. Fekunditas adalah jumlah telur matang yang akan dikeluarkan oleh
induk betina atau jumlah telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan. Jumlah fekunditas
pada spesies yang sama dapat dipengaruhi oleh ukuran tubuh, umur, lingkungan, dan ukuran
diameter telur.
Menurut Sutisna dan Ratno (1995), fekunditas ikan adalah jumlah telur yang terlepas
pada ovarium sebelum berlangsungnya pemijahan. Fekunditas ini sangat mempengaruhi
terhadap jumlah anak ikan yang dihasilkan oleh induk yang dipijahkan. Pada umumnya
berhubungan erat dengan berat badan, panjang, umur, ukuran butir telur, dan cara penjagaan
(parental care).
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fekunditas
Pada umumnya terdapat hubungan antara fekunditas dengan ukuran berat, panjang,
umur, dan cara penjagaan (parental care) serta ukuran butiran telur. Semakin berat dan
panjang badan ikan dan semakin tua umurnya maka fekunditas semakin tinggi. Ikan-ikan yang
mempunyai kebiasaan tidak sama sekali menjaga telurnya setelah memijah, biasanya
mempunyai fekunditas tinggi. Sebaliknya, ikan-ikan yang menjaga telurnya secara baik,
fekunditasnya rendah. Mengenai hubungan ukuran butiran telur dengan fekunditas, terdapat
kecenderungan bahwa semakin kecil ukuran butiran telur akan semakin tinggi fekunditasnya
(Kordi dan Andi, 2010).
Potensi induk ikan dalam pemijahan sangat penting untuk diketahui, terutama yang
berkaitan dengan jumlah telur yang dikandung individu ikan. Pada umumnya, terdapat
hubungan antara fekunditas, ukuran berat, panjang, usia, dan ukuran butir telur. Semakin berat
atau semakin panjang tubuh ikan dan semakin tua usianya, maka fekunditasnya semakin tinggi.
Selain itu, ikan yang memiliki kebiasaan tidak menjaga telurnya, umumnya memberi petunjuk
bahwa fekunditasnya tinggi. Sebaliknya, ikan yang mempunyai kebiasaan menjaga telurnya
setelah memijah memiliki fekunditas rendah (Murtidjo, 2001).
2.4 Macam-Macam Fekunditas
Menurut Wahyuningsih dan Ternala (2006), fekunditas pada ikan Tilapia sp. ialah
jumlah anak ikan yang dihasilkan selama masa hidup individu itu. Sehubungan dengan sifat ikan
mujair yang mengeramianak-anaknya di dalam mulut, maka Bagenal (1978) mengusulkan istilah
fekunditas untuk ikan mujair inisebagai berikut:
a. “Ovarian fecundity“ yaitu jumlah telur matang yang ada dalam ovarium sebelum
dikeluarkandalam pemijahan.
b. “Brooding fecundity“ yaitu jumlah telur yang sedang dierami di dalam mulut.
Ikan yang termasuk ke dalam golongan vivipar, yaitu ikan yang melahirkan anakanaknya, mempunyai tiga macam fekunditas yaitu:
a. “Prefertilized fecundity“ yaitu jumlah telur di dalam ovarium sebelum terjadi pembuahan
b. ”Fertilized fecundity” yaitu jumlah telur yang dibuahi di dalam ovarium
c. “Larval fecundity” ialah jumlah telur yang sudah menetas menjadi larva tetapi
belumdikeluarkan.
Menurut Nikolsky (1963)dalam Rahmat dan Mikael (2009), jumlah telur yang terdapat
dalam ovari ikan dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak, fekunditas total. Ia
memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan. Dalam memperhitungkannya harus
diikut sertakan semua ukuran telur dan masing-masing harus mendapatkan kesempatan yang
sama.
2.5. Cara Mendapatkan Telur
Menurut Unus dan Syarifuddin (2010), cara mendapatkan telurya yaitu mengambil telur
ikan betina dengan mengangkat seluruh gonadnya dari dalam perut ikan dan ditimbang.
Kemudian gonad tersebut diambil sebagian untuk ditimbang dengan menggunakan timbangan
elektrik, selanjutnya butiran telur dihitung. Gonad tersebut diawetkan dengan larutan Gilson
untuk melarutkan dinding gonad sehingga butiran telur terlepas. Larutan Gilson dapat
melarutkan jaringan-jaringan pembungkus telur sehingga memudahkan dalam perhitungan
butir-butir telur (fekunditas).
Menurut Mubarak (2007) dalam Diana, et al. (2010) pemijahan ikan dilakukan dengan
cara memasangkan induk ikan nila jantan dan betina di dalam kolam pemijahan ikan dengan
perbandingan jantan dan betina 1:3. Setelah nampak tanda-tanda ikan mulai memijah, induk
betina dan jantan ikan nila ditangkap dan dilakukan pengurutan (stripping) untuk mendapatkan
telur dan sperma ikan nila. Telur-telur yang diperoleh ditampung dalam mangkok dan sperma
ditampung dalam petri disc yang berisi larutan NaCl fisiologis dengan pengenceran sepuluh kali.
2.6. Cara Menghitung Telur
Menurut Unus dan Syarifuddin (2010) gonad diawetkan dengan larutan Gilson untuk
melarutkan dinding gonad sehingga butiran telur terlepas. Larutan Gilson dapat melarutkan
jaringan-jaringan pembungkus telur sehingga memudahkan dalam perhitungan butir-butir telur
(fekunditas). Fekunditas ikan ditentukan dengan menggunakan metode gravimetrik dengan
rumus:
Keterangan : F = fekunditas (butir); G = bobot tubuh (g); Q = bobot gonad contoh (g); dan n =
jumlah telur pada gonad contoh (butir).
Fekunditas mutlak ikan Bilih yang berada pada tingkat kematangan gonad IV dihitung
berdasarkan metode sub contoh dengan grafimetrik, sebagai berikut:
F:t=B:b
dengan F = Fekunditas total, t = Jumlah telur dari contoh gonad (butir), B = Berat gonad
total (gram), dan b = Berat contoh gonad (gram) (Patriono et al.,2010)
2.7. Cara Mengawetkan Telur
Menurut Darlina (1996), media yang dapat digunakan sebagai media penyimpanan telur
diantaranya adalah larutan garam fisiologis, karena larutan ini berfungsi mempertahankan pH,
tekanan osmotic, menyediakan ion-ion esensial dan glukosa sebagai sumber energy. Telur yang
disimpan di larutan di larutan garam fisiologis, dapat mempertahankan fertilitasnya lebih lama
dari pada bila disimpan dalam air tawar. Termasuk dalam larutan garam fisiologis yaitu larutan
Ringer. Larutan Ringer telah digunakan untuk menyimpan telur beberapa jenis ikan, dimana
komposisi kimia larutan Ringer yang digunakan berbeda untuk setiap phyla ikan yang berbeda.
Menurut Lin, et al. (2009), kesuksesan kriopreservasi dari blastomer telah dilaporkan
dari beberapa spesies ikan. Vitrifikasi dari blastomer zebrafish telah dipelajari baru-baru ini dan
menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi (93,4%) dengan krioprotektan DMSO.
Blastomer rainbow trout dikendalikan dengan cara pendinginan secara perlahan dengan
kelangsungan hidup 95%. Protocol pendinginan secara perlahan yang diadopsi dari proses
pendinginan rainbow trout dan telah berhasil diterapkan pada blastomer ikan karp yang
memiliki kelulusanhidup hingga 94% dan 96% pada tahap blastula awal dan tahap blastula akhir.
2.8. Sifat-Sifat Telur
Menurut Rustidja (2004), telur memiliki dua tipe yaitu telur adhesive dan non adhesive.
Telur non adhesive dapat dibedakan berdasarkan beratnya yaitu :
a.
Telur yang mengapung (memiliki berta jenis lebih ringan dari air)
b.
Telur yang mengambang (memiliki berat yang sangat ringan dibandingkan dengan
air)
c.
Telur yang semi mengapung (sedikit lebih berat dari air)
d.
Telur yang berputar – putar dalam air (memiliki berta jenis yang lebih berat dari air).
Berta spesifik telur ditentukan oleh ruang perivitelin dan berta inti sel. Inti sel sangat berat
apabila tidak memiliki bintik – bintik lemak.
Sedangkan telut adhesive merupakan telur yang memiliki lapisan pelengket pada selnya,
yang menjadi aktif saat telur menyentuh air. Lapisan pelekat telur melengket pada sesuatu
objek atau sesamanya. Telur adhesive memiliki dua tipe :
a.
Telur melekat pada sesuatu benda
b.
Telur yang melekat sesamanya, yang membentuk kelompok telur.
kebanyakan ikan air tawar yg bersifat ovipar memproduksi telur dari jenis non apung.
Telurnya mungkin perekat, seperti telur tombak dan kebanyakan cyprinids, atau telur non
perekat seperti telur salmonid. sebuah survei terhadap karakteristik telur mempunyai kategori
sistematis yang berbeda. breder dan rosen (1966) dalam Bagenal (1978).
2.9. Hubungan Fekunditas Dengan Panjang Berat Ikan
Pola pertumbuhan ikan cakalang jantan dan betina alometrik, pada ukuranpanjang cagak
yang sama ikan jantan lebih berat dibandingkan ikan betina. Ikancakalang tidak selektif dalam
kebiasaan makannya. Kematangan gonad tidaktergantung pada ukuran dan umur ikan.
Perbandingan jenis kelamin berhubunganerat dengan aktivitas pemijahan dan mortalitas alami.
Besarnya fekunditas tidaktergantung pada ukuran panjang ikan (Manik, 2007).
Perubahan kelamin dari ikan jantan padaukuran kecil menjadi ikan betina berukuran
besardilakukan oleh ikan dengan tujuan untukmeningkatkan fekunditas populasi. Demikian
pulapada ikan baji-baji, walaupun terdapat individu betina,berukuran kecil bahkan beberapa
telah matang gonadpada ukuran kecil, perubahan kelamin tetap dilakukanoleh sebagian
anggota populasinya. Hal inikemungkinan berkaitan dengan fekunditas ikan baji-bajiyang tidak
berhubungan erat dengan panjang totaltubuh atau dengan kata lain dengan bertambah
panjangtubuh ikan baji-baji belum tentu menambahfekunditasnya demikian pula hubungan
antarafekunditas dengan berat total ikan (Yuniarti, et al.,2005).
Daftar Pustaka
Akbar. Y. M, H. L. N. A. Devi, I. M. Kusuma. 2010. PENGARUH JAHE TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN
NILA (Oreochromis niloticus) DAN IKAN LELE (Clarias bathracus) PADA POLIKULTUR DENGAN
SISTEM RESIRKULASI TERTUTUP. PKM PENELITIAN. UNIVERSITAS AIRLANGGA. SURABAYA.
Darlina, L. 1996. Pengaruh Lama Waktu Penyimpanan Telur dalam Larutan Fisiologis NaCl
Ringer Terhadap Derajat Pembuahan Telur, Kelangsungan Hidup Embrio dan
dan
Penetasan
Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn.). Skripsi. IPB : Bogor.
Diana, A., E. D. Mastihtah, A. T. Mukti, J. Triastuti. 2010. EMBRIOGENESIS DAN DAYA TETAS TELUR
IKAN NILA(Oreochromis niloticus) PADA SALINITAS BERBED. Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Elrifadah, dan Anny Rimalia. 2013. ASPEK REPRODUKSI IKAN SELUANG (Rasbora spp) YANG
TERTANGKAP DI PERAIRAN SUNGAI BATANG KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN.
Media SainS, Vol. 5 No. 1 : 1-6. Fakultas Pertanian Universitas Achmad Yani Banjarmasin.
Fitrianti, R.S. 2011.Analisis Catch Per Unit Effort Telur Ikan Terbang dari Laut Seram dan Selat
Makassar. Skripsi. Makassar: Universitas Hasanudin.
Junaidi, M.; Cokrowati, N.; dan Abidin, Z. 2010. ASPEK REPRODUKSI LOBSTER (Panulirus sp.) DI
PERAIRAN TELUK EKAS PULAU LOMBOK. Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1: 29-36.
Universitas Mataram.
Kordi K. M. Ghufran H. dan Andi T. 2010. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis Secara Buatan. Lily
Publisher. Yogyakarta.
Lestari. F. Q. 2011. PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH JAMUR KOMBUCHA SEBAGAI PAKAN
TAMBAHAN PADA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DALAM PEMELIHARAAN INTENSIF
TERHADAP KADAR KARBOHIDRAT DAN KADAR PHOSPOR DAGING. SKRIPSI. FAKULTAS
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BIOLOGI IKIP PGRI SEMARANG.
Lin, C.; Zhang, T. dan Rawson, D. M. 2009. CRYOPRESERVATION OF ZEBRAFISH (Daniorerio)
BLASTOMERES BY CONTROLLED SLOW COOLING. CryoLetters. 30 (2) : 132-141.
Manik,N. 2007. Beberapa Aspek Biologi Ikan Cakalang (katsuwonus pelamis) di Perairan Sekitar Pulau
Seram Selatan dan Pulau Nusa Laut.UPT Loka Konservasi Biota Laut Bitung, Pusat Penelitian
Oseanografi – LIPI.Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia33: 17 – 25.
Murtidjo, B. A. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius: Yogyakarta
Patriono, E., E. Junaidi, dan F. Sastra. Fekunditas Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) di
Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak. Jurnal Penelitian Sains. 13 (3D): 55-58
Rahmat, A.M. dan Mikael. 2009. Biologi Perikanan “Fekunditas”. FPIK Universitas Borneo : Tarakan
Rizkiawan, A. 2012. ANALISA KARAKTER REPRODUKSI IKAN NILA PANDU (Oreochromis niloticus)
PADA GENERASI 4 (F4) DAN GENERASI 5 (F5). Journal Of Aquaculture Management and
Technology. 1(1): 48-62
Rustidja. 2004. Pemijahan buatan ikan – ikan daerah tropis. Bahtera Press. Malang.
Sutisna, D.H dan R. Sutarmanto. 1995. Pembenihan Ikan Air Tawar. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Timothy Bagenal . 1978. Methods for assessment of Fish Production in Freshwaters. Blackwell
Scientific Publication Ltd. Australia
Unus, Fahriny dan Sharifuddin Bin Andy Omar. 2010. ANALISIS FEKUNDITAS DAN DIAMETER TELUR
IKAN MALALUGIS BIRU (Decapterus macarellus Cuvier, 1833) DI PERAIRAN KABUPATEN
BANGGAI KEPULAUAN, PROPINSI SULAWESI TENGAH. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan
Perikanan ) Vol. 20 (1) : 37-43.
Wahyuningsih, H. Dan Ternala A. B. 2006. Buku Ajar Iktiologi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara
Yuniarti,I.; M.F.Rahardjo dan Y. Ernawati.2005.Hermafroditisme Dan Fekunditas Ikan Baji-Baji
(Gramntoplites Scaber (Linnaeus, 1758) (Famili Platycephalidae) Di Perairan Pantai
Mayangan,Jawabarat, Institut Pertanian Bogor .Jurnal Iktiologi Indonesiu, 5(I):1-4
1. PENDAHULUAN (awal daur hidup)
1.1. Latar Belakang
Perkembangan awal daur hidup ikan merupakan suatu hal yang menarik karena
berhubungan dengan stabilitas populasi ikan tersebut dalam suatu perairan. Untuk mempelajari
kemampuan hidup suatu spesies ikan dan mengurangi tingkat mortalitas yang terjadi terutama
pada awal perkembangan hidup ikan khusunya untuk pembudidayaan perlu adanya pengertian
mengenai jenis-jenis telur ikan tersebut dan daur hidup ikan mulai dari awal fertilisasi hingga
terdeferensiasi untuk menjadi ikan muda (Wahyuningsih dan Ternala, 2006).
Pemahaman tentang biologi ikan sangatlah penting dimulai dengan pengetahuan yang
baik tentang perkembangan awal daur hidup ikan, baik ekologi maupun kehidupannya.
Pentingnya aspek ini karena mempunyai keterkaitan dengan fluktuasi ikan, bahkan
kelangsungan hidup dari spesies itu sendiri. Seperti diketahui pada tahap awal daur hidup ikan
mempunyai mortalitas yang tinggi karena kepekaan terhadap predator, ketersediaan makanan,
dan juga perubahan lingkungan yang terjadi di alam (critical period). Dengan terganggunya
tahap-tahap awal dari kehidupan ikan maka hal ini memberi dampak negatif bagi populasi ikan
(Anwar, 2008)
Menurut Setyono (2009), dalam tahap awal dari daur hidup ikan terutama dalam stadia
larva terdapat masa kritis yang terletak pada saat, sebelum dan sesudah penghisapan kuning
telur dan masa transisi mulai mengambil makanan dari luar. Sehubungan dengan hal ini,
pergerakan larva atau tingkah laku larva untuk mendapatkan makanan, juga kepadatan
persediaan makanan yang baik merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan hidup.
Pada saat kuning telur belum habis dihisap adakalanya larva melakukan pergerakan pergerakan
yang memerlukan energi.
2. Tinjauan Pustaka
2.1. Klasifikasi dan Morfologi
Kedudukan ikan lele dumbo dalam sistematika (taksonomi) hewan menurut Rahmat
Rukmana (2003) dalam Lestari 2011, diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum : Chordata
Sub-Phyllum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub-kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sumber: Googleimage, 2014
Sub-ordo : Siluroidea
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
Menurut Akbar et al. 2010, kepala bagian atas dan bawah ikan lele tertutup oleh pelat
tulang. Pelat ini membentuk ruangan rongga diatas insang. Disinilah terdapat alat pernapasan
tambahan yang tergabung dengan busur insang kedua dan keempat. Mulut berada diujung
moncng (terminal), dengan dihiasi 4 pasang sungut. Lubang hidung yang depan merupakan
tabung pendek berada dibelakang bibir atas, lubang hidung sebelah belakang merupakan celah
yang kurang lebih bundar berada di belakang sungut nasal. Mata berbentuk kecil dengan tepi
orbitalyang bebas.
2.2 Ciri –ciri Kematangan Gonad pada Ikan
2.2.1 Ikan Jantan
Menurut Mahyuddin (2010), Ciri-ciri induk jantan yang siap dipijahkan adalah
sebagai berikut :
•
Umur minimal 1,5 tahun
•
Berat induk lebih dari 1,5 kg/ekor
•
Postur tubuh relative lebih langsing dan panjang
•
Kulit perut lembek dan tipis
•
Alat kelamin (urogenital) membengkak dan berwarna merah tua
•
Jika bagian perut dekat lubang kelamin diurut, akan mengeluarkan cairan putih kental
(cairan sperma).
Menurut Murtidjo (2001), ciri –ciri induk jantan yang matang gonad adalah :
•
Ujung-ujung siripnya berwarna kemerah-merahan, terang, dan jelas.
•
Warna perut terlihat lebih gelap atau kehitam-hitaman.
•
Lubang urogenital ada dua buah, yakni lubang anus (paling depan) dan lubang sperma
sekaligus lubang urine yang berbentuk meruncing
•
Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
•
Perut jika ditekan pelan kea rah anus akan mengeluarkan cairan berwarna putih.
2.2.2 Ikan Betina
Menurut Mantau, et al. (2004), induk betina matang kelamin ditandai dengan
gerakan yang lamban, perut membesar atau buncit ke arah belakang, jika diraba terasa
lunak, lubang anus agak membengkak atau menonjol, dan bila perut diurut (striping)
perlahan ke arah anus akan keluar cairan kuning kemerahan.
Menurut Adliah (2011), setelah pematangan gonad induk mencapai waktunya,
proses pemilihan induk matang gonad mulai dilakukan. Induk betina ikan mas yang
matang gonad mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
• Perut gendut
• Lubang genital berwarna merah
• Jika diurut pelan dari ujung pangkal perut ke arah lubang genital maka akan
keluar telur
2.3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kematangan Gonad
Menurut Lagler at al. (1997) dalam Miazwir, 2012, faktor yang
mempengaruhi ikan pertama kali matang gonad adalah spesies, umur, ukuran dan
sifat fisiologis ikan tersebut yaitu kemampuan adaptasinya. TKG dapat ditentukan
melalui 2 cara yaitu secara morfologis dan histologist. Secara morfologis yaitu
dilihat bentuk, panjang, berat, warna, dan perkembangan isi gonad. Secara
histologist yaitu dengan melihat anatomo perkembangan gonadnya.
Menurut Jayadi (2011), faktor utama yang mempengaruhi kematangan
gonad ikan di daerah subtropis adalah suhu dan makanan. Pada suhu dibawah
optimum maka proses pemijahan tidak dapat berlangsung walaupun kedua induk
telah matang gonad. Beberapa faktor yang mempengaruhi saat ikan pertama kali
matang gonad antara lain adalah perbedaan spesies, umur dan ukuran, serta sifatsifat fisiologi individu yang berbeda jenis kelamin dan juga tempat berpijah yang
sesuai.
2.4 Macam – macam Hormon Pemicu Kematangan Gonad
Menurut i'tishom (2008), proses perkembangan gonad dan ovulasi pada ikan
diatur oleh sistem hormon. Hormon estrogen, terutama estradiol 17 β mempengaruhi
sintesis vitelogenin di hati dan hormon gonadotropin berfungsi mempercepat proses
kematangan akhir oosit dalam persiapan ovulasi ataupun spermiasi. Agar supaya ikan
mau memijah, maka dalam prosesnya akan lebih baik jika menggunakan manipulasi
hormon yaitu melalui penyuntikan beberapa macam hormon.Hormon yang sering
digunakan untuk merangsang pemijahan di berbagai negara saat ini adalah sGnRHa +
domperidon (ovaprim®).
Menurut Hu Wei, et al.(2007), GnRH termasuk dalam sistem neuro - dekapeptida yang
menghubungkan otak dan sistem reproduksi. Yang memainkan peran penting dalam
mengendalikan dan memelihara perkembangan gonad dan fungsi reproduksi dengan
merangsang sintesis dan pelepasan gonadotropin hormon ( GTH ) dari hipofisis. GTH kemudian
bekerja langsung pada gonad untuk mengatur kadar hormon reproduksi . Varian GnRH telah
diteliti terdapat di pusat sistem saraf dari beberapa ikan teleost.
2.5 Teknik Penyuntikan
Menurut Cahyono (2000), cara penyuntikan induk betina dengan kelenjar hipofisa
adalah sebagai berikut: persiapkan jarumsuntik yang panjangnya 2,5 – 3 cm. Sebelum jarumm
suntik digunakan, udara didalamnya dibuang terlebih dahulu dengan mengankat spet setinggi
0.6-0.7 ml, lalu spet ditekan. Selanjutnya, larutan hipofisa disedot dengan spet dan suntikkan
pada induk betina pada bagian punggungnya sedalam 2-2.25 cm dengan membentuk sudut 300450 dari arah ekor. Penyuntikan tahap pertama menggunakan 2 butir hipofisa dan penyuntikan
tahap kedua setelah 2-4 jam menggunakan 1 butir hipofisa. Dengan demikian, satu induk betina
memerlukan 3 ekor ikan donor.
Menurut odoy (2009),menyatakan bahwa penyuntikan pada ikan ada berbagai cara.
Berikut merupakan cara atau metode dalam penyuntikan pada ikan :
1. Penyuntikan secara intramuscular,
Penyuntikan dengan cara ini lebih dikenal dengan penyuntikan pada punggung karena
memang cara melakukannya yaitu menyuntik pada tubuh ikan tepat pada bawah sirip
punggungnya. Cara penyuntikan ini lebih sering digunakan oleh para petani terlebih kepada
orang yang baru belajar menyuntik ikan.
2. Penyuntikan secara intraperitoneal,
Penyuntikan dengan cara ini dilakukan dengan menyuntik ikan pada bagian rongga
perut. Sasaran utama dari penyuntikan dengan metode ini yaitu gonad ikan. Namun
penyuntikan ini memiliki kelemahan yakni jika dilakukan oleh orang yang masih awam
dikhawatirkan akan mengenai organ dalam pada tubuh ikan seperti usus, sehingga akan
menyebabkan ikan stress bahkan mati.
3. Penyuntikan secara intracranial,
Penyuntikan ini dilakukan pada rongga otak. Karenanya perlu dilakukan dengan cara
yang sangat hati-hati. Bila tidak maka ikan akan mati
4. Penyuntikan intravena,
Cara yang satu ini lebih jarang dilakukan karena ikan disuntik pada bagian pangkal ekor.
Umumnya metode ini dilakukan untuk mengambil sampel darah ikan.
2.6 Pengertian Pemijahan
Menurut Wahyuningsih dan Ternala (2006), pemijahan merupakan bagian dari
reproduksi ikan yang menjadi mata rantai daur hidup kelangsungan hidup spesies. Penambahan
populasi ikan bergantung kepada berhasilnya pemijahan ini dan juga bergantung kepada kondisi
dimana telur dan larva ikan diletakkan untuk tumbuh. Oleh karena itu sesungguhnya pemijahan
menuntut suatu kepastian untuk keamanan kelangsungan hidup keturunannya dengan memilih
tempat, waktu dan kondisi yang menguntungkan.
Menurut Sutisna (1995) pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur oleh induk
betina dan sperma oleh induk jantan yang kemudian diikuti dengan perkawinan. Pemijahan
sebagi salah satu paket dari reproduksi yang merupakan mata rantai siklus hidup yang
menentukan kelangsungan hidup species. Penambah populasi ikan trgantung dari kondisi
tempat telur dan larva ikan kelak berkembang.
2.7 Macam-Macam Pemijahan
Menurut De Jong (1940) dalam Wahyuningsih dan Ternala (2006), membagi macam
pemijahan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Pada kelompok ikan pertama hanya didapatkan satu kelompok telur yang matang, dan bila
sudah memijah kelompok ikan ini mempunyai ovari seperti kantong kosong dengan beberapa
butir telur yang sedang dalam keadaan dihisap kembali.
2. Pada kelompok kedua, sebelum telur kelompok pertama mencapai kematangan, kelompok
telur berikutnya sudah memisahkan diri dari stok telur yang lain. Sehingga sesudah memijah
didapatkan sekelompok telur yang berukuran lebih besar yang sedang mematang dan akan
dikeluarkan dalam pemijahan berikutnya.
3. Pada kelompok ketiga, Dalam ovari yang sedang matang ditemukan tiga kelompok telur yang
sedang berkembang dekat dengan kelompok telur yang matang.
Menurut Barlow (1981) dalam Mayunar (1991), metoda pemijahan pada ikan kakap
putih (Lates calcarifer) dibagi atas 3 yaitu : pemijahan alami (Natural spawning), pemijahan
(Strip-ping atau artificial fertilization) dan penyun-tikan (induced spawning). Natural spawning
atau pemijahan alami dalam bak/tangki pemeliharaan biasa-nya berlangsung sama seperti pada
pemijah-an yang terjadi diperairan terbuka. Stripping atau pemijahan dengan cara pemijatan
merupakan cara yang baik untuk memperoleh produksi benih secara besar-besaran. Induce
spawning atau pemijahan de-ngan suntikan menggunakan hormon HCG (Human Chorionic
Gonadotropin), Pubero-gen dan LHRHa (Luteinizing Hormone Releasing Hormone Analoque).
2.8 Bagian-Bagian Telur (disertai gambar)
Menurut Wahyuningsih dan Ternala (2006), telur ikan ovipar yang belum dibuahi bagian
luarnya dilapisi oleh selaput yang dinamakan selaput kapsul atau chorion. Pada chorion ini
terdapat sebuah mikropil yaitu suatu lubang kecil tempat masuknya sperma ke dalam telur
pada waktu terjadi pembuahan. Di bawah chorion terdapat selaput yang kedua dinamakan
selaput vitelline. Selaput yang ketiga mengelilingi plasma telur dinamakan selaput plasma.
Ketiga selaput ini semuanya menempel satu sama lain dan tidak ada ruang diantaranya. Bagian
telur yang terdapat sitoplasma biasanya berkumpul di sebelah telur bagian atas yang
dinamakan kutub anima, sedangkan bagian kutub yang berlawanan terdapat banyak kuning
telur yang dinamakan kutub vegetatif. Kuning telur yang ada di bagian tengah keadaannya lebih
pekat daripada kuning telur yang ada pada bagian pinggir karena adanya sitoplasma yang
banyak terdapat di sekeliling inti telur.
Menurut Diana (2007), Telur ikan merupakan kelompok megalecithal atau disebut juga
telolecithal. Deutoplasma atau yolk banyak sekali, mengisi hampir semua bagian telur;
sedangkan inti dan sedikit sitoplasma menempati hanya pada daerah di puncak polus animalis.
Dalam satu tingkat kematangan gonad, komposisi telur yang dikandung ovarium tidak homogen
melainkan terdiri dari beberapa macam tingkat telur. Komposisi telur ada korelasinya dengan
frekuensi, lama musim pemijahan, dan pengaruh lingkungan.
(googleimage,2014)
2.9 Fase Perkembangan Embrio Ikan dan Gambar
Perkembangan embrio ikan kerapu bebek dimulai pada saat proses impregnasi, yaitu
saat sel
jantan(spermatozoa) memasuki sel telur (ovum) sehingga terbentuk zigot. Zigot
melakukan perkembangan secara mitosis dengan cepat hingga menjadi sel-sel berukuran kecil
mulai dari stadium 1 se, 2 sel, 4 sel, 8 sel, 16 sel, 32 sel, 64sel, 128 sel, dst,morula, blastula, dan
gastrula. Pada tahap morula sel menjadi l;ebih kecil dan sitoplasma masih terus bergerak ke
arah kutub anima. Tahap berikutnya adalah tahap blastula, dimana sitoplasma menghilang dan
terdapat bagian yang berdiferensiasi membentuk organ tertentu.proses pembentukan blastula
disebut dengan blastulasi. Pada tahap gatrula selaput embrtionik sudah berkembang,
perkembangan embrio menjadi lebih jelas (gambar 2.2). tahap selanjutnya adalah
organogenesis yaitu tahap pembentukan organ (kepala, bola mata dan tunas ekor ). Beberapa
menit kemudian jantung akan berfungsi, ekor tumbuh dan badan mulai bergerak sampai
akhirnya telur tersebut menetas (raharjo et al.,2010 dalam hijriyati, 2012).
Pada waktu akan terjadi penetasan, embrio sering mengubah posisinya karena
kekurangan ruang di dalam cangkang. Dengan pergerakan-pergerakan tersebut bagian
cangkang telur yang telah lembik akan pecah. Umumnya, dua atau tiga kali pembetulan
posisinya embrio mengatur dirinya lagi. Pada bagian cangkang yang pecah ujung ekor embrio
dikeluarkan terlebih dahulu sambil digerakkan. Kepalanya dikeluarkan terakhir karena
ukurannya lebih besar dibandingkan dengan bagian tubuh yang lainnya, namun kadangkala
didapatkan kepala yang keluar lebih dulu (wahyuningsih dan ternala, 2006).
(googleimage,2014)
DAFTAR PUSTAKA
Adliah, Nudiyal. 2011. Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Ikan Mas (Cyprinus carpio) (Studi
Kasus pada Usaha Limbung Mas Indah, Kelurahan Kalebajeng, Kecamatan Bajeng,
Kabupaten Gowa). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin :
Makassar
Akbar. Y. M, H. L. N. A. Devi, I. M. Kusuma. 2010. PENGARUH JAHE TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN
NILA (Oreochromis niloticus) DAN IKAN LELE (Clarias bathracus) PADA POLIKULTUR
DENGAN SISTEM RESIRKULASI TERTUTUP. PKM PENELITIAN. UNIVERSITAS AIRLANGGA.
SURABAYA.
Anwar, N. 2008. KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN
SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU. Sekolah
DISTRIBUSI
Pasca
Sarjana.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Cahyono, Bambang. (2000). Budi Daya Ikan Air Tawar (ikan gurami, ikan nila, ikan mas). Kanisius.
Yogyakarta.
Diana. Erlis. 2007. Tingkah Kematangan Gonad Ikan Wader (Rasbora argyrotaenia) di Sekitar Mata
Air
Ponggok, Klaten, Jawa Tengah. FMIPA. Universitas Sebelas Maret : Surakarta
Hijriyati, k. h.2012.kualitas telur dan perkembangan larva ikan kerapu bebek (cromileptes,
valenciennes 1928) di desa saga, tanjung pandan, belitung. Tesis. UI)
Hu Wei; S. Li; B.Tang; Y. Wang; H. Lin; X. Liu; J. Zou dan Z. Zhu.2007. Antisense for Gonadotropinreleasing Hormone Reduces Gonadotropin Synthesis and Gonadal Development in
Transgenic Common Carp (Cyprinus carpio). Aquaculture (2007) :498–506.
I’tishom. R. 2008. Pengaruh sGnRHa + Domperidon dengan Dosis Pemberian yang berbeda Terhadap
Ovulasi Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Strain Punten. Jurnal Berkala Ilmiah ,3(1).
Jayadi , Muh. Imran. 2011. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pari (Dasyatis Kuhlii Müller & Henle,
1841) Yang Didaratkan Di Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makassar. Skripsi. Program
Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Jurusan
Kelautan Dan Perikanan Universitas
Perikanan
Fakultas
Ilmu
Hasanuddin Makassar.
Lestari. F. Q. 2011. PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH JAMUR KOMBUCHA SEBAGAI PAKAN
TAMBAHAN PADA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DALAM PEMELIHARAAN INTENSIF
TERHADAP KADAR KARBOHIDRAT DAN KADAR PHOSPOR DAGING. SKRIPSI. FAKULTAS
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI IKIP PGRI SEMARANG
Mahyuddin, Kholis. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. Penebar Swadaya. Jakarta
Mantau, zulkifli. J.B.M Rawung dan Sudarty. 2004. Pembenihan Ikan Mas yang Efektif dan Efisien.
Jurnal Litbang Pertanian. 23 (2) : 68-72.
Mayunar. 1991. Pemijahan dan Pemeliharaan Larva Ikan Kakap putih. Oseana. 16(4): 21-29.
Miazwir. 2012. Analisis Aspek Biologi Reproduksi Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus
albacores)
yang Tertangkap di Samudera Hindia. Tesis. Fakultas Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan Alam. Program Magister Ilmu Kelautan. Universitas
Indonesia, Depok.
Murtidjo, Agus B. 2001. Beberapa metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta
Odoy. 2009. Teknik Penyuntikan Pada Ikan. http://aodoyz.blogspot.com/teknik-penyuntikan-padaikan.html. diakses pada 29 maret 2014 pukul 14.00 WIB
Setyono, B. 2009. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Bahan Pada Pengencer Sperma Ikan “Skim
Kuning Telur” terhadap Laju Fertilisasi, Laju penetasan dan sintasan Ikan Mas.
(Cyprinus
carpio). Gamma. 5(1): 1-12.
Sutisna, D. H. dan R. Sutarmanto.1995. Pembenihan Ikan air Tawar. Kanisius. Yogyakarta
Wahyuningsih, H. Dan Ternala A. B. 2006. Buku Ajar Iktiologi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara
Download