1. PENDAHULUAN (Fekunditas) 1.1. Latar Belakang Menurut Elrifadah dan Rimalia (2013), menyatakan bahwa fekunditas adalah taksiran jumlah telur yang akan dikeluarkan ikan pada waktu memijah, diketahui dengan cara menghitung jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan pada TKG V dan VI. Menurut Andy Omar (2005) dalam Junaidi et al., (2010), fekunditas pada suatu species ikan dapat berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Fekunditas mempunyai keterpautan dengan umur, panjang atau berat individu, dan species ikan. Pertambahan berat dan panjang ikan cenderung meningkatkan fekunditas secara linear. Fekunditas dan diameter sel telur juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetis, lingkungan dan musim Fekunditas ikan berkisar antara 32,291 – 205.174 butir. Persamaan hubungan fekunditas dengan ukuran ikan adalah: F = 570,07 e0,1731 L (r = 0,7512) untuk panjang tubuh dan F = 9782,5 e0,0083 W (r = 0,8151) untuk bobot tubuh. Fekunditas meningkat secara proporsional seiring dengan peningkatan panjang total dan bobot tubuh pada model kurva eksponensial. Ikan malalugis biru tergolong ikan yang mempunyai fekunditas yang cukup tinggi. Berdasarkan pola sebaran diameter telur diketahui ikan malalugis biru tergolong jenis partial spawer, yaitu memijah secara bertahap (Unus dan Sharifuddin, 2010). 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Kedudukan ikan lele dumbo dalam sistematika (taksonomi) hewan menurut Rahmat Rukmana (2003) dalam Lestari 2011, diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom : Animalia Sub-kingdom : Metazoa Phyllum : Chordata Sub-Phyllum : Vertebrata Kelas : Pisces Sub-kelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Sumber: Googleimage, 2014 Sub-ordo : Siluroidea Familia : Clariidae Genus : Clarias Spesies : Clarias gariepinus Menurut Akbar et al. 2010, Tidak seperti ikan lainya, agak sulit untuk mengatakan bentuk badan lele secara tepat. Tengah badanya mempunyai potongan membulat, dengan kepala pipih kebawah (depressed), sedangkan bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping (compressed), jadi pada lele ditemukan tiga bentuk potongan melintang ( pipih kebawah, bulat dan pipih kesamping). Kepala bagian atas dan bawah tertutup oleh pelat tulang. Pelat ini membentuk ruangan rongga diatas insang. Disinilah terdapat alat pernapasan tambahan yang tergabung dengan busur insang kedua dan keempat. 2.2. Pengertian Fekunditas Menurut Fitrianti (2011) fekunditas adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat produktivitas ikan. Fekunditas adalah jumlah telur matang yang akan dikeluarkan oleh induk betina atau jumlah telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan. Jumlah fekunditas pada spesies yang sama dapat dipengaruhi oleh ukuran tubuh, umur, lingkungan, dan ukuran diameter telur. Menurut Sutisna dan Ratno (1995), fekunditas ikan adalah jumlah telur yang terlepas pada ovarium sebelum berlangsungnya pemijahan. Fekunditas ini sangat mempengaruhi terhadap jumlah anak ikan yang dihasilkan oleh induk yang dipijahkan. Pada umumnya berhubungan erat dengan berat badan, panjang, umur, ukuran butir telur, dan cara penjagaan (parental care). 2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fekunditas Pada umumnya terdapat hubungan antara fekunditas dengan ukuran berat, panjang, umur, dan cara penjagaan (parental care) serta ukuran butiran telur. Semakin berat dan panjang badan ikan dan semakin tua umurnya maka fekunditas semakin tinggi. Ikan-ikan yang mempunyai kebiasaan tidak sama sekali menjaga telurnya setelah memijah, biasanya mempunyai fekunditas tinggi. Sebaliknya, ikan-ikan yang menjaga telurnya secara baik, fekunditasnya rendah. Mengenai hubungan ukuran butiran telur dengan fekunditas, terdapat kecenderungan bahwa semakin kecil ukuran butiran telur akan semakin tinggi fekunditasnya (Kordi dan Andi, 2010). Potensi induk ikan dalam pemijahan sangat penting untuk diketahui, terutama yang berkaitan dengan jumlah telur yang dikandung individu ikan. Pada umumnya, terdapat hubungan antara fekunditas, ukuran berat, panjang, usia, dan ukuran butir telur. Semakin berat atau semakin panjang tubuh ikan dan semakin tua usianya, maka fekunditasnya semakin tinggi. Selain itu, ikan yang memiliki kebiasaan tidak menjaga telurnya, umumnya memberi petunjuk bahwa fekunditasnya tinggi. Sebaliknya, ikan yang mempunyai kebiasaan menjaga telurnya setelah memijah memiliki fekunditas rendah (Murtidjo, 2001). 2.4 Macam-Macam Fekunditas Menurut Wahyuningsih dan Ternala (2006), fekunditas pada ikan Tilapia sp. ialah jumlah anak ikan yang dihasilkan selama masa hidup individu itu. Sehubungan dengan sifat ikan mujair yang mengeramianak-anaknya di dalam mulut, maka Bagenal (1978) mengusulkan istilah fekunditas untuk ikan mujair inisebagai berikut: a. “Ovarian fecundity“ yaitu jumlah telur matang yang ada dalam ovarium sebelum dikeluarkandalam pemijahan. b. “Brooding fecundity“ yaitu jumlah telur yang sedang dierami di dalam mulut. Ikan yang termasuk ke dalam golongan vivipar, yaitu ikan yang melahirkan anakanaknya, mempunyai tiga macam fekunditas yaitu: a. “Prefertilized fecundity“ yaitu jumlah telur di dalam ovarium sebelum terjadi pembuahan b. ”Fertilized fecundity” yaitu jumlah telur yang dibuahi di dalam ovarium c. “Larval fecundity” ialah jumlah telur yang sudah menetas menjadi larva tetapi belumdikeluarkan. Menurut Nikolsky (1963)dalam Rahmat dan Mikael (2009), jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak, fekunditas total. Ia memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan. Dalam memperhitungkannya harus diikut sertakan semua ukuran telur dan masing-masing harus mendapatkan kesempatan yang sama. 2.5. Cara Mendapatkan Telur Menurut Unus dan Syarifuddin (2010), cara mendapatkan telurya yaitu mengambil telur ikan betina dengan mengangkat seluruh gonadnya dari dalam perut ikan dan ditimbang. Kemudian gonad tersebut diambil sebagian untuk ditimbang dengan menggunakan timbangan elektrik, selanjutnya butiran telur dihitung. Gonad tersebut diawetkan dengan larutan Gilson untuk melarutkan dinding gonad sehingga butiran telur terlepas. Larutan Gilson dapat melarutkan jaringan-jaringan pembungkus telur sehingga memudahkan dalam perhitungan butir-butir telur (fekunditas). Menurut Mubarak (2007) dalam Diana, et al. (2010) pemijahan ikan dilakukan dengan cara memasangkan induk ikan nila jantan dan betina di dalam kolam pemijahan ikan dengan perbandingan jantan dan betina 1:3. Setelah nampak tanda-tanda ikan mulai memijah, induk betina dan jantan ikan nila ditangkap dan dilakukan pengurutan (stripping) untuk mendapatkan telur dan sperma ikan nila. Telur-telur yang diperoleh ditampung dalam mangkok dan sperma ditampung dalam petri disc yang berisi larutan NaCl fisiologis dengan pengenceran sepuluh kali. 2.6. Cara Menghitung Telur Menurut Unus dan Syarifuddin (2010) gonad diawetkan dengan larutan Gilson untuk melarutkan dinding gonad sehingga butiran telur terlepas. Larutan Gilson dapat melarutkan jaringan-jaringan pembungkus telur sehingga memudahkan dalam perhitungan butir-butir telur (fekunditas). Fekunditas ikan ditentukan dengan menggunakan metode gravimetrik dengan rumus: Keterangan : F = fekunditas (butir); G = bobot tubuh (g); Q = bobot gonad contoh (g); dan n = jumlah telur pada gonad contoh (butir). Fekunditas mutlak ikan Bilih yang berada pada tingkat kematangan gonad IV dihitung berdasarkan metode sub contoh dengan grafimetrik, sebagai berikut: F:t=B:b dengan F = Fekunditas total, t = Jumlah telur dari contoh gonad (butir), B = Berat gonad total (gram), dan b = Berat contoh gonad (gram) (Patriono et al.,2010) 2.7. Cara Mengawetkan Telur Menurut Darlina (1996), media yang dapat digunakan sebagai media penyimpanan telur diantaranya adalah larutan garam fisiologis, karena larutan ini berfungsi mempertahankan pH, tekanan osmotic, menyediakan ion-ion esensial dan glukosa sebagai sumber energy. Telur yang disimpan di larutan di larutan garam fisiologis, dapat mempertahankan fertilitasnya lebih lama dari pada bila disimpan dalam air tawar. Termasuk dalam larutan garam fisiologis yaitu larutan Ringer. Larutan Ringer telah digunakan untuk menyimpan telur beberapa jenis ikan, dimana komposisi kimia larutan Ringer yang digunakan berbeda untuk setiap phyla ikan yang berbeda. Menurut Lin, et al. (2009), kesuksesan kriopreservasi dari blastomer telah dilaporkan dari beberapa spesies ikan. Vitrifikasi dari blastomer zebrafish telah dipelajari baru-baru ini dan menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi (93,4%) dengan krioprotektan DMSO. Blastomer rainbow trout dikendalikan dengan cara pendinginan secara perlahan dengan kelangsungan hidup 95%. Protocol pendinginan secara perlahan yang diadopsi dari proses pendinginan rainbow trout dan telah berhasil diterapkan pada blastomer ikan karp yang memiliki kelulusanhidup hingga 94% dan 96% pada tahap blastula awal dan tahap blastula akhir. 2.8. Sifat-Sifat Telur Menurut Rustidja (2004), telur memiliki dua tipe yaitu telur adhesive dan non adhesive. Telur non adhesive dapat dibedakan berdasarkan beratnya yaitu : a. Telur yang mengapung (memiliki berta jenis lebih ringan dari air) b. Telur yang mengambang (memiliki berat yang sangat ringan dibandingkan dengan air) c. Telur yang semi mengapung (sedikit lebih berat dari air) d. Telur yang berputar – putar dalam air (memiliki berta jenis yang lebih berat dari air). Berta spesifik telur ditentukan oleh ruang perivitelin dan berta inti sel. Inti sel sangat berat apabila tidak memiliki bintik – bintik lemak. Sedangkan telut adhesive merupakan telur yang memiliki lapisan pelengket pada selnya, yang menjadi aktif saat telur menyentuh air. Lapisan pelekat telur melengket pada sesuatu objek atau sesamanya. Telur adhesive memiliki dua tipe : a. Telur melekat pada sesuatu benda b. Telur yang melekat sesamanya, yang membentuk kelompok telur. kebanyakan ikan air tawar yg bersifat ovipar memproduksi telur dari jenis non apung. Telurnya mungkin perekat, seperti telur tombak dan kebanyakan cyprinids, atau telur non perekat seperti telur salmonid. sebuah survei terhadap karakteristik telur mempunyai kategori sistematis yang berbeda. breder dan rosen (1966) dalam Bagenal (1978). 2.9. Hubungan Fekunditas Dengan Panjang Berat Ikan Pola pertumbuhan ikan cakalang jantan dan betina alometrik, pada ukuranpanjang cagak yang sama ikan jantan lebih berat dibandingkan ikan betina. Ikancakalang tidak selektif dalam kebiasaan makannya. Kematangan gonad tidaktergantung pada ukuran dan umur ikan. Perbandingan jenis kelamin berhubunganerat dengan aktivitas pemijahan dan mortalitas alami. Besarnya fekunditas tidaktergantung pada ukuran panjang ikan (Manik, 2007). Perubahan kelamin dari ikan jantan padaukuran kecil menjadi ikan betina berukuran besardilakukan oleh ikan dengan tujuan untukmeningkatkan fekunditas populasi. Demikian pulapada ikan baji-baji, walaupun terdapat individu betina,berukuran kecil bahkan beberapa telah matang gonadpada ukuran kecil, perubahan kelamin tetap dilakukanoleh sebagian anggota populasinya. Hal inikemungkinan berkaitan dengan fekunditas ikan baji-bajiyang tidak berhubungan erat dengan panjang totaltubuh atau dengan kata lain dengan bertambah panjangtubuh ikan baji-baji belum tentu menambahfekunditasnya demikian pula hubungan antarafekunditas dengan berat total ikan (Yuniarti, et al.,2005). Daftar Pustaka Akbar. Y. M, H. L. N. A. Devi, I. M. Kusuma. 2010. PENGARUH JAHE TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DAN IKAN LELE (Clarias bathracus) PADA POLIKULTUR DENGAN SISTEM RESIRKULASI TERTUTUP. PKM PENELITIAN. UNIVERSITAS AIRLANGGA. SURABAYA. Darlina, L. 1996. Pengaruh Lama Waktu Penyimpanan Telur dalam Larutan Fisiologis NaCl Ringer Terhadap Derajat Pembuahan Telur, Kelangsungan Hidup Embrio dan dan Penetasan Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn.). Skripsi. IPB : Bogor. Diana, A., E. D. Mastihtah, A. T. Mukti, J. Triastuti. 2010. EMBRIOGENESIS DAN DAYA TETAS TELUR IKAN NILA(Oreochromis niloticus) PADA SALINITAS BERBED. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Elrifadah, dan Anny Rimalia. 2013. ASPEK REPRODUKSI IKAN SELUANG (Rasbora spp) YANG TERTANGKAP DI PERAIRAN SUNGAI BATANG KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN. Media SainS, Vol. 5 No. 1 : 1-6. Fakultas Pertanian Universitas Achmad Yani Banjarmasin. Fitrianti, R.S. 2011.Analisis Catch Per Unit Effort Telur Ikan Terbang dari Laut Seram dan Selat Makassar. Skripsi. Makassar: Universitas Hasanudin. Junaidi, M.; Cokrowati, N.; dan Abidin, Z. 2010. ASPEK REPRODUKSI LOBSTER (Panulirus sp.) DI PERAIRAN TELUK EKAS PULAU LOMBOK. Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1: 29-36. Universitas Mataram. Kordi K. M. Ghufran H. dan Andi T. 2010. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis Secara Buatan. Lily Publisher. Yogyakarta. Lestari. F. Q. 2011. PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH JAMUR KOMBUCHA SEBAGAI PAKAN TAMBAHAN PADA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DALAM PEMELIHARAAN INTENSIF TERHADAP KADAR KARBOHIDRAT DAN KADAR PHOSPOR DAGING. SKRIPSI. FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI IKIP PGRI SEMARANG. Lin, C.; Zhang, T. dan Rawson, D. M. 2009. CRYOPRESERVATION OF ZEBRAFISH (Daniorerio) BLASTOMERES BY CONTROLLED SLOW COOLING. CryoLetters. 30 (2) : 132-141. Manik,N. 2007. Beberapa Aspek Biologi Ikan Cakalang (katsuwonus pelamis) di Perairan Sekitar Pulau Seram Selatan dan Pulau Nusa Laut.UPT Loka Konservasi Biota Laut Bitung, Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI.Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia33: 17 – 25. Murtidjo, B. A. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius: Yogyakarta Patriono, E., E. Junaidi, dan F. Sastra. Fekunditas Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) di Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak. Jurnal Penelitian Sains. 13 (3D): 55-58 Rahmat, A.M. dan Mikael. 2009. Biologi Perikanan “Fekunditas”. FPIK Universitas Borneo : Tarakan Rizkiawan, A. 2012. ANALISA KARAKTER REPRODUKSI IKAN NILA PANDU (Oreochromis niloticus) PADA GENERASI 4 (F4) DAN GENERASI 5 (F5). Journal Of Aquaculture Management and Technology. 1(1): 48-62 Rustidja. 2004. Pemijahan buatan ikan – ikan daerah tropis. Bahtera Press. Malang. Sutisna, D.H dan R. Sutarmanto. 1995. Pembenihan Ikan Air Tawar. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Timothy Bagenal . 1978. Methods for assessment of Fish Production in Freshwaters. Blackwell Scientific Publication Ltd. Australia Unus, Fahriny dan Sharifuddin Bin Andy Omar. 2010. ANALISIS FEKUNDITAS DAN DIAMETER TELUR IKAN MALALUGIS BIRU (Decapterus macarellus Cuvier, 1833) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN, PROPINSI SULAWESI TENGAH. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 20 (1) : 37-43. Wahyuningsih, H. Dan Ternala A. B. 2006. Buku Ajar Iktiologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara Yuniarti,I.; M.F.Rahardjo dan Y. Ernawati.2005.Hermafroditisme Dan Fekunditas Ikan Baji-Baji (Gramntoplites Scaber (Linnaeus, 1758) (Famili Platycephalidae) Di Perairan Pantai Mayangan,Jawabarat, Institut Pertanian Bogor .Jurnal Iktiologi Indonesiu, 5(I):1-4 1. PENDAHULUAN (awal daur hidup) 1.1. Latar Belakang Perkembangan awal daur hidup ikan merupakan suatu hal yang menarik karena berhubungan dengan stabilitas populasi ikan tersebut dalam suatu perairan. Untuk mempelajari kemampuan hidup suatu spesies ikan dan mengurangi tingkat mortalitas yang terjadi terutama pada awal perkembangan hidup ikan khusunya untuk pembudidayaan perlu adanya pengertian mengenai jenis-jenis telur ikan tersebut dan daur hidup ikan mulai dari awal fertilisasi hingga terdeferensiasi untuk menjadi ikan muda (Wahyuningsih dan Ternala, 2006). Pemahaman tentang biologi ikan sangatlah penting dimulai dengan pengetahuan yang baik tentang perkembangan awal daur hidup ikan, baik ekologi maupun kehidupannya. Pentingnya aspek ini karena mempunyai keterkaitan dengan fluktuasi ikan, bahkan kelangsungan hidup dari spesies itu sendiri. Seperti diketahui pada tahap awal daur hidup ikan mempunyai mortalitas yang tinggi karena kepekaan terhadap predator, ketersediaan makanan, dan juga perubahan lingkungan yang terjadi di alam (critical period). Dengan terganggunya tahap-tahap awal dari kehidupan ikan maka hal ini memberi dampak negatif bagi populasi ikan (Anwar, 2008) Menurut Setyono (2009), dalam tahap awal dari daur hidup ikan terutama dalam stadia larva terdapat masa kritis yang terletak pada saat, sebelum dan sesudah penghisapan kuning telur dan masa transisi mulai mengambil makanan dari luar. Sehubungan dengan hal ini, pergerakan larva atau tingkah laku larva untuk mendapatkan makanan, juga kepadatan persediaan makanan yang baik merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan hidup. Pada saat kuning telur belum habis dihisap adakalanya larva melakukan pergerakan pergerakan yang memerlukan energi. 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Kedudukan ikan lele dumbo dalam sistematika (taksonomi) hewan menurut Rahmat Rukmana (2003) dalam Lestari 2011, diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom : Animalia Sub-kingdom : Metazoa Phyllum : Chordata Sub-Phyllum : Vertebrata Kelas : Pisces Sub-kelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Sumber: Googleimage, 2014 Sub-ordo : Siluroidea Familia : Clariidae Genus : Clarias Spesies : Clarias gariepinus Menurut Akbar et al. 2010, kepala bagian atas dan bawah ikan lele tertutup oleh pelat tulang. Pelat ini membentuk ruangan rongga diatas insang. Disinilah terdapat alat pernapasan tambahan yang tergabung dengan busur insang kedua dan keempat. Mulut berada diujung moncng (terminal), dengan dihiasi 4 pasang sungut. Lubang hidung yang depan merupakan tabung pendek berada dibelakang bibir atas, lubang hidung sebelah belakang merupakan celah yang kurang lebih bundar berada di belakang sungut nasal. Mata berbentuk kecil dengan tepi orbitalyang bebas. 2.2 Ciri –ciri Kematangan Gonad pada Ikan 2.2.1 Ikan Jantan Menurut Mahyuddin (2010), Ciri-ciri induk jantan yang siap dipijahkan adalah sebagai berikut : • Umur minimal 1,5 tahun • Berat induk lebih dari 1,5 kg/ekor • Postur tubuh relative lebih langsing dan panjang • Kulit perut lembek dan tipis • Alat kelamin (urogenital) membengkak dan berwarna merah tua • Jika bagian perut dekat lubang kelamin diurut, akan mengeluarkan cairan putih kental (cairan sperma). Menurut Murtidjo (2001), ciri –ciri induk jantan yang matang gonad adalah : • Ujung-ujung siripnya berwarna kemerah-merahan, terang, dan jelas. • Warna perut terlihat lebih gelap atau kehitam-hitaman. • Lubang urogenital ada dua buah, yakni lubang anus (paling depan) dan lubang sperma sekaligus lubang urine yang berbentuk meruncing • Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan. • Perut jika ditekan pelan kea rah anus akan mengeluarkan cairan berwarna putih. 2.2.2 Ikan Betina Menurut Mantau, et al. (2004), induk betina matang kelamin ditandai dengan gerakan yang lamban, perut membesar atau buncit ke arah belakang, jika diraba terasa lunak, lubang anus agak membengkak atau menonjol, dan bila perut diurut (striping) perlahan ke arah anus akan keluar cairan kuning kemerahan. Menurut Adliah (2011), setelah pematangan gonad induk mencapai waktunya, proses pemilihan induk matang gonad mulai dilakukan. Induk betina ikan mas yang matang gonad mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : • Perut gendut • Lubang genital berwarna merah • Jika diurut pelan dari ujung pangkal perut ke arah lubang genital maka akan keluar telur 2.3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kematangan Gonad Menurut Lagler at al. (1997) dalam Miazwir, 2012, faktor yang mempengaruhi ikan pertama kali matang gonad adalah spesies, umur, ukuran dan sifat fisiologis ikan tersebut yaitu kemampuan adaptasinya. TKG dapat ditentukan melalui 2 cara yaitu secara morfologis dan histologist. Secara morfologis yaitu dilihat bentuk, panjang, berat, warna, dan perkembangan isi gonad. Secara histologist yaitu dengan melihat anatomo perkembangan gonadnya. Menurut Jayadi (2011), faktor utama yang mempengaruhi kematangan gonad ikan di daerah subtropis adalah suhu dan makanan. Pada suhu dibawah optimum maka proses pemijahan tidak dapat berlangsung walaupun kedua induk telah matang gonad. Beberapa faktor yang mempengaruhi saat ikan pertama kali matang gonad antara lain adalah perbedaan spesies, umur dan ukuran, serta sifatsifat fisiologi individu yang berbeda jenis kelamin dan juga tempat berpijah yang sesuai. 2.4 Macam – macam Hormon Pemicu Kematangan Gonad Menurut i'tishom (2008), proses perkembangan gonad dan ovulasi pada ikan diatur oleh sistem hormon. Hormon estrogen, terutama estradiol 17 β mempengaruhi sintesis vitelogenin di hati dan hormon gonadotropin berfungsi mempercepat proses kematangan akhir oosit dalam persiapan ovulasi ataupun spermiasi. Agar supaya ikan mau memijah, maka dalam prosesnya akan lebih baik jika menggunakan manipulasi hormon yaitu melalui penyuntikan beberapa macam hormon.Hormon yang sering digunakan untuk merangsang pemijahan di berbagai negara saat ini adalah sGnRHa + domperidon (ovaprim®). Menurut Hu Wei, et al.(2007), GnRH termasuk dalam sistem neuro - dekapeptida yang menghubungkan otak dan sistem reproduksi. Yang memainkan peran penting dalam mengendalikan dan memelihara perkembangan gonad dan fungsi reproduksi dengan merangsang sintesis dan pelepasan gonadotropin hormon ( GTH ) dari hipofisis. GTH kemudian bekerja langsung pada gonad untuk mengatur kadar hormon reproduksi . Varian GnRH telah diteliti terdapat di pusat sistem saraf dari beberapa ikan teleost. 2.5 Teknik Penyuntikan Menurut Cahyono (2000), cara penyuntikan induk betina dengan kelenjar hipofisa adalah sebagai berikut: persiapkan jarumsuntik yang panjangnya 2,5 – 3 cm. Sebelum jarumm suntik digunakan, udara didalamnya dibuang terlebih dahulu dengan mengankat spet setinggi 0.6-0.7 ml, lalu spet ditekan. Selanjutnya, larutan hipofisa disedot dengan spet dan suntikkan pada induk betina pada bagian punggungnya sedalam 2-2.25 cm dengan membentuk sudut 300450 dari arah ekor. Penyuntikan tahap pertama menggunakan 2 butir hipofisa dan penyuntikan tahap kedua setelah 2-4 jam menggunakan 1 butir hipofisa. Dengan demikian, satu induk betina memerlukan 3 ekor ikan donor. Menurut odoy (2009),menyatakan bahwa penyuntikan pada ikan ada berbagai cara. Berikut merupakan cara atau metode dalam penyuntikan pada ikan : 1. Penyuntikan secara intramuscular, Penyuntikan dengan cara ini lebih dikenal dengan penyuntikan pada punggung karena memang cara melakukannya yaitu menyuntik pada tubuh ikan tepat pada bawah sirip punggungnya. Cara penyuntikan ini lebih sering digunakan oleh para petani terlebih kepada orang yang baru belajar menyuntik ikan. 2. Penyuntikan secara intraperitoneal, Penyuntikan dengan cara ini dilakukan dengan menyuntik ikan pada bagian rongga perut. Sasaran utama dari penyuntikan dengan metode ini yaitu gonad ikan. Namun penyuntikan ini memiliki kelemahan yakni jika dilakukan oleh orang yang masih awam dikhawatirkan akan mengenai organ dalam pada tubuh ikan seperti usus, sehingga akan menyebabkan ikan stress bahkan mati. 3. Penyuntikan secara intracranial, Penyuntikan ini dilakukan pada rongga otak. Karenanya perlu dilakukan dengan cara yang sangat hati-hati. Bila tidak maka ikan akan mati 4. Penyuntikan intravena, Cara yang satu ini lebih jarang dilakukan karena ikan disuntik pada bagian pangkal ekor. Umumnya metode ini dilakukan untuk mengambil sampel darah ikan. 2.6 Pengertian Pemijahan Menurut Wahyuningsih dan Ternala (2006), pemijahan merupakan bagian dari reproduksi ikan yang menjadi mata rantai daur hidup kelangsungan hidup spesies. Penambahan populasi ikan bergantung kepada berhasilnya pemijahan ini dan juga bergantung kepada kondisi dimana telur dan larva ikan diletakkan untuk tumbuh. Oleh karena itu sesungguhnya pemijahan menuntut suatu kepastian untuk keamanan kelangsungan hidup keturunannya dengan memilih tempat, waktu dan kondisi yang menguntungkan. Menurut Sutisna (1995) pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan sperma oleh induk jantan yang kemudian diikuti dengan perkawinan. Pemijahan sebagi salah satu paket dari reproduksi yang merupakan mata rantai siklus hidup yang menentukan kelangsungan hidup species. Penambah populasi ikan trgantung dari kondisi tempat telur dan larva ikan kelak berkembang. 2.7 Macam-Macam Pemijahan Menurut De Jong (1940) dalam Wahyuningsih dan Ternala (2006), membagi macam pemijahan menjadi 3 macam, yaitu: 1. Pada kelompok ikan pertama hanya didapatkan satu kelompok telur yang matang, dan bila sudah memijah kelompok ikan ini mempunyai ovari seperti kantong kosong dengan beberapa butir telur yang sedang dalam keadaan dihisap kembali. 2. Pada kelompok kedua, sebelum telur kelompok pertama mencapai kematangan, kelompok telur berikutnya sudah memisahkan diri dari stok telur yang lain. Sehingga sesudah memijah didapatkan sekelompok telur yang berukuran lebih besar yang sedang mematang dan akan dikeluarkan dalam pemijahan berikutnya. 3. Pada kelompok ketiga, Dalam ovari yang sedang matang ditemukan tiga kelompok telur yang sedang berkembang dekat dengan kelompok telur yang matang. Menurut Barlow (1981) dalam Mayunar (1991), metoda pemijahan pada ikan kakap putih (Lates calcarifer) dibagi atas 3 yaitu : pemijahan alami (Natural spawning), pemijahan (Strip-ping atau artificial fertilization) dan penyun-tikan (induced spawning). Natural spawning atau pemijahan alami dalam bak/tangki pemeliharaan biasa-nya berlangsung sama seperti pada pemijah-an yang terjadi diperairan terbuka. Stripping atau pemijahan dengan cara pemijatan merupakan cara yang baik untuk memperoleh produksi benih secara besar-besaran. Induce spawning atau pemijahan de-ngan suntikan menggunakan hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin), Pubero-gen dan LHRHa (Luteinizing Hormone Releasing Hormone Analoque). 2.8 Bagian-Bagian Telur (disertai gambar) Menurut Wahyuningsih dan Ternala (2006), telur ikan ovipar yang belum dibuahi bagian luarnya dilapisi oleh selaput yang dinamakan selaput kapsul atau chorion. Pada chorion ini terdapat sebuah mikropil yaitu suatu lubang kecil tempat masuknya sperma ke dalam telur pada waktu terjadi pembuahan. Di bawah chorion terdapat selaput yang kedua dinamakan selaput vitelline. Selaput yang ketiga mengelilingi plasma telur dinamakan selaput plasma. Ketiga selaput ini semuanya menempel satu sama lain dan tidak ada ruang diantaranya. Bagian telur yang terdapat sitoplasma biasanya berkumpul di sebelah telur bagian atas yang dinamakan kutub anima, sedangkan bagian kutub yang berlawanan terdapat banyak kuning telur yang dinamakan kutub vegetatif. Kuning telur yang ada di bagian tengah keadaannya lebih pekat daripada kuning telur yang ada pada bagian pinggir karena adanya sitoplasma yang banyak terdapat di sekeliling inti telur. Menurut Diana (2007), Telur ikan merupakan kelompok megalecithal atau disebut juga telolecithal. Deutoplasma atau yolk banyak sekali, mengisi hampir semua bagian telur; sedangkan inti dan sedikit sitoplasma menempati hanya pada daerah di puncak polus animalis. Dalam satu tingkat kematangan gonad, komposisi telur yang dikandung ovarium tidak homogen melainkan terdiri dari beberapa macam tingkat telur. Komposisi telur ada korelasinya dengan frekuensi, lama musim pemijahan, dan pengaruh lingkungan. (googleimage,2014) 2.9 Fase Perkembangan Embrio Ikan dan Gambar Perkembangan embrio ikan kerapu bebek dimulai pada saat proses impregnasi, yaitu saat sel jantan(spermatozoa) memasuki sel telur (ovum) sehingga terbentuk zigot. Zigot melakukan perkembangan secara mitosis dengan cepat hingga menjadi sel-sel berukuran kecil mulai dari stadium 1 se, 2 sel, 4 sel, 8 sel, 16 sel, 32 sel, 64sel, 128 sel, dst,morula, blastula, dan gastrula. Pada tahap morula sel menjadi l;ebih kecil dan sitoplasma masih terus bergerak ke arah kutub anima. Tahap berikutnya adalah tahap blastula, dimana sitoplasma menghilang dan terdapat bagian yang berdiferensiasi membentuk organ tertentu.proses pembentukan blastula disebut dengan blastulasi. Pada tahap gatrula selaput embrtionik sudah berkembang, perkembangan embrio menjadi lebih jelas (gambar 2.2). tahap selanjutnya adalah organogenesis yaitu tahap pembentukan organ (kepala, bola mata dan tunas ekor ). Beberapa menit kemudian jantung akan berfungsi, ekor tumbuh dan badan mulai bergerak sampai akhirnya telur tersebut menetas (raharjo et al.,2010 dalam hijriyati, 2012). Pada waktu akan terjadi penetasan, embrio sering mengubah posisinya karena kekurangan ruang di dalam cangkang. Dengan pergerakan-pergerakan tersebut bagian cangkang telur yang telah lembik akan pecah. Umumnya, dua atau tiga kali pembetulan posisinya embrio mengatur dirinya lagi. Pada bagian cangkang yang pecah ujung ekor embrio dikeluarkan terlebih dahulu sambil digerakkan. Kepalanya dikeluarkan terakhir karena ukurannya lebih besar dibandingkan dengan bagian tubuh yang lainnya, namun kadangkala didapatkan kepala yang keluar lebih dulu (wahyuningsih dan ternala, 2006). (googleimage,2014) DAFTAR PUSTAKA Adliah, Nudiyal. 2011. Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Ikan Mas (Cyprinus carpio) (Studi Kasus pada Usaha Limbung Mas Indah, Kelurahan Kalebajeng, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin : Makassar Akbar. Y. M, H. L. N. A. Devi, I. M. Kusuma. 2010. PENGARUH JAHE TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DAN IKAN LELE (Clarias bathracus) PADA POLIKULTUR DENGAN SISTEM RESIRKULASI TERTUTUP. PKM PENELITIAN. UNIVERSITAS AIRLANGGA. SURABAYA. Anwar, N. 2008. KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU. Sekolah DISTRIBUSI Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Cahyono, Bambang. (2000). Budi Daya Ikan Air Tawar (ikan gurami, ikan nila, ikan mas). Kanisius. Yogyakarta. Diana. Erlis. 2007. Tingkah Kematangan Gonad Ikan Wader (Rasbora argyrotaenia) di Sekitar Mata Air Ponggok, Klaten, Jawa Tengah. FMIPA. Universitas Sebelas Maret : Surakarta Hijriyati, k. h.2012.kualitas telur dan perkembangan larva ikan kerapu bebek (cromileptes, valenciennes 1928) di desa saga, tanjung pandan, belitung. Tesis. UI) Hu Wei; S. Li; B.Tang; Y. Wang; H. Lin; X. Liu; J. Zou dan Z. Zhu.2007. Antisense for Gonadotropinreleasing Hormone Reduces Gonadotropin Synthesis and Gonadal Development in Transgenic Common Carp (Cyprinus carpio). Aquaculture (2007) :498–506. I’tishom. R. 2008. Pengaruh sGnRHa + Domperidon dengan Dosis Pemberian yang berbeda Terhadap Ovulasi Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Strain Punten. Jurnal Berkala Ilmiah ,3(1). Jayadi , Muh. Imran. 2011. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pari (Dasyatis Kuhlii Müller & Henle, 1841) Yang Didaratkan Di Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makassar. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Jurusan Kelautan Dan Perikanan Universitas Perikanan Fakultas Ilmu Hasanuddin Makassar. Lestari. F. Q. 2011. PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH JAMUR KOMBUCHA SEBAGAI PAKAN TAMBAHAN PADA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DALAM PEMELIHARAAN INTENSIF TERHADAP KADAR KARBOHIDRAT DAN KADAR PHOSPOR DAGING. SKRIPSI. FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI IKIP PGRI SEMARANG Mahyuddin, Kholis. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. Penebar Swadaya. Jakarta Mantau, zulkifli. J.B.M Rawung dan Sudarty. 2004. Pembenihan Ikan Mas yang Efektif dan Efisien. Jurnal Litbang Pertanian. 23 (2) : 68-72. Mayunar. 1991. Pemijahan dan Pemeliharaan Larva Ikan Kakap putih. Oseana. 16(4): 21-29. Miazwir. 2012. Analisis Aspek Biologi Reproduksi Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacores) yang Tertangkap di Samudera Hindia. Tesis. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Program Magister Ilmu Kelautan. Universitas Indonesia, Depok. Murtidjo, Agus B. 2001. Beberapa metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta Odoy. 2009. Teknik Penyuntikan Pada Ikan. http://aodoyz.blogspot.com/teknik-penyuntikan-padaikan.html. diakses pada 29 maret 2014 pukul 14.00 WIB Setyono, B. 2009. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Bahan Pada Pengencer Sperma Ikan “Skim Kuning Telur” terhadap Laju Fertilisasi, Laju penetasan dan sintasan Ikan Mas. (Cyprinus carpio). Gamma. 5(1): 1-12. Sutisna, D. H. dan R. Sutarmanto.1995. Pembenihan Ikan air Tawar. Kanisius. Yogyakarta Wahyuningsih, H. Dan Ternala A. B. 2006. Buku Ajar Iktiologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara