BAB II LANDASAN TEORI Landasan teoritis merupakan pendekatan teori yang akan digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang ditemukan dalam melakukan penelitian. Dalam bab II ini dibahas beberapa teori yaitu teori feminisme dan juga teori Gerakan sosial. Feminisme juga dapat dikategorikan sebagai sebuah gerakan sosial. Gerakan yang muncul akibat adanya praktek – praktek bias gender dalam hal ini perlakuan tidak adil terhadap kaum perempuan. Oleh sebabnya, perempuan muncul untuk menunjukan sikap terhadap hal tersebut. Untuk itu dibawah ini dijelaskan secara singkat apa yang dimaksud dalam hal – hal diatas. 2.1 TEORI PERAN FEMINISME 2.1.1 Defenisi feminisme Gerakan perempuan di Indonesia dipengaruhi oleh prespektif feminisme. Teori feminisme beranjak dari asumsi bahwa gender merupakan konstruksi yang meskipun bermanfaat, tetapi didominasi oleh bias laki – laki dan cenderung opresif terhadap perempuan. Teori feminisme berperan menentang asumsi – asumsi gender yang hidup dalam masyarakat dan mencapai cara yang lebih membebaskan kaum perempuan. 1 Topik mengenai perempuan selalu menarik perhatian dalam dunia sekarang ini. Ketertinggalan perempuan Indonesia dibandingkan laki – laki adalah sesuatu 1 Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003, 86. 14 yang tidak bisa dipungkiri. Hal tersebut disebabkan karena beberapa hal, salah satunya adalah karena stereotype sosial dan budaya yang masih menempatkan perempuan pada posisi subordinat laki – laki. 2 Gerakan perempua Perjuangan perempuan untuk mendapat perlakuan lebih baik dari laki – laki disebut dengan feminisme. 3 Secara umum dalam ensiklopedia feminisme, feminisme diartikan sebagai sebuah ideologi pembebasan perempuan karena yang melekat dalam semua pendekatannya adalah keyakinan bahwa perempuan mengalami ketidakadilan karena jenis kelaminnya.4 Selain itu, feminisme juga diartikan sebagai sebuah kepercayaan bahwa perempuan semata – mata karena mereka adalah perempuan diperlakukan tidak adil dalam masyarakat yang dibentuk untuk memperioritaskan cara pandang laki – laki serta kepentingannya. Dimana laki – laki selalu dianggap yang paling kuat sedangkan perempuan lemah, laki – laki dianggap lebih rasional dan mereka emosional, laki – laki dianggap aktif dan perempuan pasif. 5 Sedangkan menurut Gerda Lener, terdapat beberapa defenisi mengenai istilah feminisme. Diantaranya, feminisme adalah sebuah doktrin yang menyokong hak – hak sosial dan politik yang setara bagi perempuan; menyusun suatu deklarasi perempuan sebagai sebuah kelompok dan sejumlah teori yang telah diciptakan oleh perempuan; kepercayaan pada perlunya perubahan sosial yang luas dan berfungsi untuk meningkatkan daya perempuan. 6 2 Siti Hariti Sastriyani, Perempuan di Sektor Publik, (Yogyakarta: Pusat Studi Wanita Universitas Gadjah Mada dan Tiara Wacana,2008),107. 3 Sarah Gamble, Feminisme dan Ostfeminisme, (Yogyakarta: Jalasutra, 2001(,3. 4 Maggie Humm, Ensiklopedia Feminisme, (Surakarta: Fajar Pustika Baru,2007), 158. 5 Sarah Gamble, Feminisme dan Ostfeminisme, (Yogyakarta: Jalasutra, 2001),1. 6 http://scholar.google.co.id/BERBAGAI+PANDANGAN+MENGENAI+GENDER+DAN+FEMI NISME oleh Fajar Apriani,S.sos.,M.si diunduh pada tanggal 15 April 2015 15 Lebih lanjut dikemukakan juga oleh Lerner, feminisme dapat mencakup baik gerakan hak – hak perempuan maupun emansipasi perempuan. Ia mendefenisikan kedua posisi tersebut sebagai gerakan hak – hak perempuan berarti sebuah gerakan yang peduli dengan pemenangan bagi keseteraan perempuan dengan laki – laki dalam semua aspek masyarakat dan memberi mereka akses pada semua hak – hak dan kesempatan – kesempatan yang dinikmati laki – laki dalam institusi – institusi dari masyarakat tersebut.7 Feminisme juga merupakan sebuah wawasan sosial, yang berakar dalam pengalaman kaum perempuan menyangkut diskriminasi dan penindasan oleh karena jenis kelamin, suatu gerakan yang memperjuangkan pembebasan kaum perempuan dari semua bentuk seksisme dan sebuah metode analisis ilmiah yang digunakan pada hampir semua cabang ilmu. John Wolski Conn juga berpendapat bahwa feminisme merupakan seperangkat ide yang tertata dan sekaligus suatu rencana aksi yang praktis, yang berakar dalam kesadaran kritis kaum perempuan tentang bagaimana suatu kebudayaan yang dikendalikan arti dan tindakannya oleh kaum laki – laki, demi keuntungan mereka sendiri, menindas kaum perempuan dan serentak merendahkan martabat kaum laki – laki sebagai manusia. 8 Para perempuan yang ambil bagian dalam pergerakan hak – hak sipil menyadari bahwa bukan saja laki – laki yang mempunyai andil dalam kepemimpinan.Namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan bagi kaum perempuan untuk dapat memimpin dan setara derajatnya dengan kaum laki – 7 8 Ibid., Anne M.Clifford, Memperkenalkan Teologi Feminis, (Semarang: Ladero,2002),28-29. 16 laki. 9 Perempuan tersubordinasi oleh faktor – faktor yang dikonstruksikan secara sosial. Banyak mitos dan kepercayaan yang menjadikan kedudukan perempuan berada lebih rendah daripada laki – laki. Hal itu semata – mata karena perempuan dipandang dari segi seks, bukan dari segi kemampuan, kesempatan dan aspek – aspek manusiawi secara universal, yaitu sebagai manusia yang berakal, bernalar, dan berperasaan.10 Perempuan dimana – mana mencurahkan tenaga untuk membina keluarga, perempuan memegang peranan dalam usaha kesejahteraan masyarakat. Namun keberadaannya masih dirasakan ada ketimpangan dalam pengakuan dan penghargaan terhadap perempuan dibandingkan laki – laki. 11 Keadaan ini sangat merugikan perempuan dalam memanfaatkan peluang kerja yang tersedia, termasuk dalam melaksanakan perannya sebagai ibu dan pendidik anak – anaknya. Perempuan sebagai individu mempunyai harapan – harapan, kebutuhan – kebutuhan, minat dan potensinya sendiri. Perempuan juga memerlukan aktualisasi diri yang seoptimal mungkin untuk pengembangan sumber daya manusia secara umum. 12 Perempuan dapat terkonstruksi secara sosial sebagai makhluk yang tunduk, loyal, lembut, pasrah, dan mengabdi, serta tempat yang dianggap sesuai untuk perempuan adalah rumah, peran yang harus diemban dan tidak boleh ditinggalkan 9 Ibid.,20 http://scholar.google.co.id/BERBAGAI+PANDANGAN+MENGENAI+GENDER+DAN+FEMI NISME oleh Fajar Apriani,S.sos.,M.si diunduh pada tanggal 15 April 2015 10 11 Siti Hariti Sastriyani, Perempuan di Sektor Publik, (Yogyakarta: Pusat Studi Wanita Universitas Gadjah Mada dan Tiara Wacana,2008),113. 12 Ibid.,114. 17 adalah mengurus urusan – urusan rumah tangga.13 Perempuan tidak dapat berkembang menurut keinginannya, karena ada pembagian peran antara laki – laki dan perempuan, yaitu perempuan berada dalam sektor domestik sedangkan laki – laki pada sektor publik.14 Pembagian peran tidak ditentukan karena antara keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, tetapi dibedakan atau dipilih menurut kedudukan, fungsi, dan peran masing – masing dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.15 2.1.2 Model – model Feminisme Riley mengelompokan bentuk – bentuk feminisme kedalam empat model utama, yang masing – masingnya memberi sumbangsih khas bagi pemahaman tentang perilaku masyarakat menyangkut peran masing – masing:16 Feminisme liberal :feminisme liberal lebih menekankan pada motivasi utamanya ialah upaya menggapai kesederajatan yang penuh antara kaum perempuan dan kaum laki – laki dalam setiap ranah kehidupan bermasyarakat. Ciri khas yang menentukan feminisme liberal ialah penakanannya pada kesetaraan sosial, khususnya untuk mencapai keseteraan hak – hak ekonomi dan politik bagi kaum perempuan. Feminisme liberal mengkampanyekan hak – hak kaum perempuan untuk mengambil keputusan sendiri. 13 Ibid.,115 Ibid., 15 Ibid.,118. 16 Anne M.Clifford, Memperkenalkan Teologi Feminis, (Semarang: Ladero,2002),38. 14 18 Feminisme kultural : gerakan ini memusatkan perhatian pada rupa – rupa sumbangsih serta nilai secara tradisional dipertalikan dengan kaum perempuan, serta ihwal mengasuh dan berbela rasa, serta kekhasan yang dapat mereka hasilkan demi perbaikan masyarakat. Feminisme radikal: gerakan ini berupaya untuk membasmi setiap bentuk dominasi kaum laki – laki. 17 Feminisme Sosialis: Feminisme sosialis menekankan bahwa penindasan gender disamping penindasan kelas adalah merupakan sumber penindasan perempuan. 18 Bagi penulis, keberadaan gerakan perempuan harus mampu berperan strategis dalam menguatkan gerakan sosial di Indonesia. Karena feminisme juga dapat dikategorikan sebagai sebuah gerakan sosial. Gerakan yang muncul akibat adanya praktek – praktek bias gender dalam hal ini perlakuan tidak adil terhadap kaum perempuan. Oleh sebabnya, perempuan muncul untuk menunjukan sikap terhadap hal tersebut. Perempuan ketika ditempatkan dalam gerakan sosial bukan mau berbicara soal persamaan derajat laki – laki dan perempuan tetapi peran perempuan dalam gerakan sosial mau menunjukan bahwa perempuan juga bisa ada dalam dunia publik tidak hanya dalam dunia domestik berdasarkan pembagian peran. 17 18 Ibid.,40 Ibid.,42. 19 2.2 TEORI GERAKAN SOSIAL 2.2.1 Pengertian Gerakan Sosial Beberapa pengertian Gerakan sosial yang diungkapkan beberapa para ahli antara lain : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gerakan sosial adalah tindakan atau agitasi terencana yang dilakukan sekelompok masyarakat yang disertai program terencana dan ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-pola dan lembaga masyarakat yang ada. 19 Sidney Tarrow, Gerakan Sosial sebagai sebuah tantangan kolektif yang dilakukan sekelompok orang yang memiliki tujuan dan solidaritas bersama, dalam konteks interaksi yag berkelanjutan dengan kelompok elite, lawan, dan penguasa.20 Singh, gerakan sosial pada umumnya memobilisasi para partisipannya untuk memperoleh perbaikan atas dan terhadap ketidakpuasan tertentu, atau berjuang untuk tujuan dan sasaran yang spesifik. Baginya gerakan sosial ditandai kehadiran suatu ideologi yang diterima partisipannya, menggunakan langkah – langkah strategis untuk mencapai sasaran, memiliki struktur keorganisasian dengan sistem komunikasi dan kepemimpinan yang jelas, mobilisasi menentang lawan, dan pada akhirnya dampaknya akan terasa di masyarakat.21 Bruce J Cohen, Gerakan sosial adalah gerakan yang dilakukan sekelompok individu yang terorganisir untuk merubah ataupun mempertahankan unsur tertentu dari msayarakat yang lebih 19 Rajendra Singh, Social Movement, Old and new: A post Modernist Critique (London: Sage Publications,2001), 34 20 Sidney Tarrow, Power in Movement : Social Movements in contentious politic. (Cambridge: Cambridge University Press, 1998) ,4-5 21 Rajendra Singh, Social Movement, Old and new: A post Modernist Critique (London: Sage Publications,2001), 36 20 luas.22 Anthony GiddensmenyatakanGerakan sosial sebagai suatu upaya kolektif untuk mengejar kepentingan bersama, atau mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif di luar lingkup lembaga – lembaga yang mapan. 23 Selain itu Robert Mirsel, dalam bukunya yang berjudul Teori Pergerakan Sosial mendefenisikan Gerakan Sosial sebagai seperangkat keyakinan dan tindakan yang tak terlembaga yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk memajukan atau menghalangi perubahan dalam masyarakat.24 Gerakan sosial lahir dari situasi dalam masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap masyarakat. Dengan kata lain, gerakan sosial lahir sebagai reaksi terhadap sesuatu yang tidak diinginkan rakyat atau menginginkan perubahan kebijakan karena dinilai tidak adil. Gerakan tersebut merupakan gerakan yang lahir dari prakarsa masyarakat menuntut perubahan dalam institusi,kebijakan atau struktur pemerintahan. Tuntutan perubahan itu biasanya karena kebijakan pemerintah tidak sesuai lagi dengan konteks masyarakat yang ada atau kebijakan itu bertentangan dengan kehendak sebagain masyaraat. Karena gerakan sosial lahir dari masyarakat maka kekurangan apapun ditubuh pemerintah menjadi sorotannya. 25 Gerakan sosial merupakan jawaban spontan maupun terorganisir dari masyarakat terhadap negara yang mengabaikan hak-hak rakyat, yang ditandai oleh penggunaan cara-cara di luar jalur kelembagaan negara atau bahkan yang 22 Bruce J. Cohen, SosiologiSuatuPengantar. ( Jakarta: RinekaCipta, 1992),128 Fadhilah Putra dkk, GerakanSosial, Konsep, Strategi, hambatan Dan TantanganGerakanSosial di Indonesia, (Malang:PlaCID‟sdan Averroes Press,2006),1 24 Robert Mirsel, TeoriPergerakanSosial, (Yogyakarta:Reist Book,2004), 6-7 25 JuwanoSudarsono, Pembangunan Politik Dan PerubahanPolitik, (Jakarta:Gramedia, 1976) , 24-25 23 21 bertentangan dengan prosedur hukum dan kelembagaan negara. Gerakan sosial dapat dipahami sebagai upaya bersama masyarakyat yang hendak melakukan pembaruan atas situasi dan kondisi sosial politik yang dipandang tidak berubah dari waktu ke waktu atau juga untuk menghentikan kondisi status quo. Selain itu gerakan sosial (social movement) adalah aktifitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan sekelompok yang merupakan kelompok informal yang berbentuk organisasi, berjumlah besar atau individu yang secara spesifik berfokus pada suatu isu – isu social atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau mengkampayekan sebuah perubahan sosial. 26 Gerakan sosial itu dilahirkan oleh kondisi yang memberikan kesempatan bagi gerakan itu. Jadi ada sekelompok besar rakyat yang terlibat secara sadar untuk menuntaskan sebuah proses perubahan sosial. Selanjutnya gerakan sosial ini gelombang pergerakan dari individu-individu, kelompok yang mempunyai tujuan yang sama yaitu suatu perubahan sosial. 27 Gerakan seperti ini bisa dilakukan sekelompok kecil anggota masyarakat saja, namun mereka dapat membawa pesan yang membuat gerakan ini berpotensi untuk berkembang. Dalam pandangan Wilson gerakan sosial tidak bertujuan untuk memperoleh kepentingan pribadi para anggotanya dan bukan pula untuk memperoleh posisi – posisi kekuasaan. Akan tetapi, secara spesifik ditunjukan sebagai tawar menawar untuk mempengaruhi pembuat kebijakan mengambil 26 Elly M. Setiadi&UsmanKolip, PengantarSosilogiPolitik, (Jakarta :KencanaPrenadamedia Group, 2013) ,217 27 NoerFauzi, MemahamiGerakan – Gerakan Rakyat DuniaKetiga,(Yogyakarta : Insist Press, 2005) , 21. 22 solusi yang menguntungkan bagi mereka. Dengan demikian, tujuan akhir dari gerakan sosial ini adalah untuk memperoleh sebuah perubahan. Secara historis, gerakan sosial di Indonesia dapat dikatakan memiliki sejarah yang kuat. Hal itu dapat dilihat berbagai gerakan sosial yang dimulai sejak perlawanan rakyat Indonesia pada masa kolonialisme Belanda. Mulai saat itu gerakan sosial telah banyak dilancarkan hingga masih berlanjut sampai sekarang, yaitu di sebuah era yang dinamakan era Neoberalisme yang dibungkus dalam kemasan globalisasi. 28 2.2.2 Teori Gerakan Sosial Klasik/Lama dan Teori Gerakan Sosial Klasik baru29 Dalam perspektif ini, beranggapan bahwa gerakan sosial lahir karena dukungan dari mereka yang terisolasi dan teralineasi di masyarakat. Gerakan sosial klasik ini merupakan cerminan dari perjuangan kelas di sekitar proses produksi, dan oleh karenanya gerakan sosial selalu dipelopori dan berpusat pada kaum buruh. Paradigma dalam gerakan ini adalah Marxist Theory, sehingga gerakan ini selalu melibatkan dirinya pada wacana idiologis yang meneriakkan „anti kapitalisme‟, „revolusi kelas‟ dan „perjuangan kelas‟.Orientasi nya juga selalu berkutat pada penggulingan pemerintahan yang digantikan dengan pemerintahan diktator proletariat. Tetapi dalam konteks saat ini teori gerakan 28 Elly M. Setiadi&UsmanKolip, PengantarSosilogiPolitik, (Jakarta :KencanaPrenadamedia Group, 2013) ,227. 29 Dimpos, Manalu, Gerakan Sosial dan perubahan Kebijakan publik, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2009) ,33 – 34. 23 sosial klasik ini sudah jarang di jumpai di lapangan dan bahkan nyaris lenyap dari rohnya gerakan dan telah digantikan oleh teori gerakan sosial baru. 30 Teori gerakan sosial baru muncul sebagai kritik terhadap teori lama sebelumnya yang selalu ada dalam wacana ideologis kelas. Gerakan sosial baru adalah gerakan yang lebih berorientasi pada isu dan tidak tertarik pada gagasan revolusi. Tampilan dari gerakan sosial baru lebih bersifat plural, yaitu mulai dari gerakan anti rasisme, anti nuklir, feminisme, kebebasan sipil dan lain sebagainya. Gerakan sosial baru beranggapan bahwa di era kapitalisme liberal perlawanan timbul tidak hanya dari gerakan buruh, melainkan dari mereka yang tidak terlibat secara langsung dalam sistem produksi seperti misalnya, mahasiswa, kaum urban, kaum menengah. Karena sistem kapitalisme telah merugikan masyarakat yang berada di luar sistem produksi. Ada beberapa hal yang baru dari gerakan sosial, seperti berubahnya media hubung antara masyarakat sipil dan negara dan berubahnya tatanan dan representasi masyarakat kontemporer itu sendiri. Gerakan sosial baru menaruh konsepsi ideologis mereka pada asumsi bahwa masyarakat sipil tengah meluruh, ruang sosialnya telah mengalami penciutan dan digerogoti oleh kemampuan kontrol negara. Dan secara radikal Gerakan sosial baru mengubah paradigma marxis yang menjelaskan konflik dan kontradiksi dalam istilah kelas dan konflik kelas.Sehingga gerakan sosial baru didefenisikan oleh tampilan gerakan yang non kelas serta pusat perhatian yang non materialistik.Karena gerakan sosial baru tidak ditentukan oleh latar belakang kelas, maka mengabaikan organisasi serikat buruh industri dan model politik 30 Ibid 35 24 kepartaian, tetapi lebih melibatkan politik akar rumput, aksi-aksi akar rumput. Dan berbeda dengan gerakan klasik, struktur gerakan sosial baru didefenisikan oleh pluralitas cita-cita, tujuan , kehendak dan heterogenitas orientasi basis sosial mereka. 31 Gerakan sosial baru pada umumnya merespon isu-isu yang bersumber dari masyarakat sipil, dan membidik domain sosial masyarakat sipil ketimbang perekonomian atau negara, dan membangkitkan isu-isu sehubungan demoralisasi struktur kehidupan sehari-hari dan memusatkan perhatian pada bentuk komunikasi dan identitas kolektif. Jean Cohen menyatakan Gerakan Sosial Baru membatasi diri dalam empat pengertian yaitu, (a) aktor-aktor gerakan sosial baru tidak berjuang demi kembalinya komunitas-komunitas utopia tak terjangkau dimasa lalu (b) aktornya berjuang untuk otonomi, pluralitas (c) para aktornya melakukan upaya sadar untuk belajar dari pengalaman masa lalu, untuk merelatifkan nilai-nilai mereka melalui penalaran, (d) para aktornya mempertimbangkan keadaan formal negara dan ekonomi pasar. Ciri – ciri Gerakan Sosial Baru (GSB) meliputi : GSB memiliki tujuan atau ideologi untuk melawan tata sosial yang didominasi oleh negara dan pasar, pengorganisasian dalam GSB menggunakan saluran diluar politik normal, demo yang mengganggu. Selain itu juga struktur GSB selalu terbuka, responsif, terdesentralisasi. Aktor yang perperan dalam GSB yaitu kelompok kelas 31 Ibid, 36 25 menengah baru dan medan atau area yang di pakai melintasi sekat bangsa dan masyarakat. 32 Dengan demikian tujuan dari gerakan sosial baru menurut Cohen adalah untuk menata kembali relasi negara, masyarakat dan perekonomian dan untuk menciptakan ruang publik yang di dalamnya terdapat wacana demokratis otonomi dan kebebasan individual 2.2.3 Tahapan - Tahapan Gerakan Sosial Smelser mengungkapkan, ada empat komponen dasar dari tindakan sosial (social action), yaitu: 33 (1) Tujuan-tujuan yang bersifat umum (generalized ends) atau nilai-nilai (values), yang memberikan arahan yang paling luas terhadap perilaku sosial dengan tujuan tertentu (purposive social behavior); (2) Ketentuan-ketentuan regulatif yang mengatur upaya-upaya pencapaian tujuan tersebut, yakni aturan-aturan yang terdapat dalam norma (norms); (3) Mobilisasi energi individual untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dalam kerangka normatif. Jika yang kita anggap sebagai aktor adalah individu, kita menanyakan bagaimana ia termotivasi; dan jika kita melihat dalam tingkatan sistem sosial, kita menanyakan bagaimana individu-individu yang termotivasi ini diorganisasikan dalam peran-peran dan organisasi-organisasi; 32 Jurnalanalisissosial, Volume 6, (YayasanObor Indonesia,1995) hal 28 Neil J. Smelser, Theory Of Collective Behavior, (London : Routledge and Kegan Paul and new York:the Free Press of Gilencoe,1962),17-18 33 26 (4) Fasilitas situasional yang tersedia, di mana para aktor menggunakannya sebagai sarana. Fasilitas ini termasuk pengetahuan tentang lingkungan, perkiraan konsekuensi dari tindakan, perangkat dan keterampilan. Komponen paling umum dari tindakan sosial terletak dalam sistem nilai. Komponen ini begitu umum sehingga tidak punya spesifikasi norma, organisasi, atau fasilitas tertentu untuk mewujudkan tujuan-tujuannya. Nilai itu, misalnya, demokrasi, yang secara umum menjadi ideologi gerakan mahasiswa 1998. Meskipun ada elemen-elemen yang sama dalam definisi demokrasi di berbagai negara seperti sistem representasi, kekuasaan mayoritas, dan sebagainya, nilai ini tidak memberikan pengaturan institusional yang persis. 34 Norma bersifat lebih spesifik ketimbang nilai. Norma bisa bersifat formal, seperti ditemukan dalam peraturan hukum, bisa juga informal. Namun nilai dan norma saja belum menentukan bentuk organisasi tindakan manusia, seperti: siapa yang menjadi pelaksana upaya pencapaian tujuan ini, bagaimana tindakantindakan para pelaksana ini distrukturkan dalam peran dan organisasi, semacam: gerakan mahasiswa, pers mahasiswa, dan sebagainya. Mobilisasi motivasi ke dalam tindakan terorganisasi adalah komponen ketiga untuk mewujudkan tujuan nilai dan norma tadi35 Komponen terakhir adalah fasilitas situasional. Ini bisa berupa sarana yang mendukung, bisa juga hambatan yang mempersulit pencapaian tujuan konkret dalam konteks peran dan organisasi. Komponen terakhir ini mengacu ke pengetahuan seorang aktor tentang peluang dan keterbatasan lingkungan, dan 34 35 Ibid., 19 Ibid., 20 27 dalam sejumlah kasus, tentang pengetahuan terhadap kemampuannya sendiri dalam mempengaruhi lingkungan. Pengetahuan ini bersifat relatif, bagi kemungkinan pencapaian tujuan yang menjadi bagian dari keanggotaannya pada suatu peran atau organisasi. Horton dan Hunt merumuskan tahapan gerakan sosial sebagai berikut: 36 (1) Tahap ketidaktenteraman, karena ketidakpastian dan ketidakpuasan semakin meningkat; (2) Tahap perangsangan, yakni ketika perasan ketidakpuasan sudah sedemikian besar, penyebab-penyebabnya sudah diidentifikasi, dan saran-saran tindak lanjut sudah diperdebatkan; (3) Tahap formalisasi, yakni ketika para pemimpin telah muncul, rencana telah disusun, para pendukung telah ditempa, dan organisasi serta taktik telah dimatangkan; (4) Tahap institusionalisasi, yakni ketika organisasi telah diambil alih dari para pemimpin terdahulu, birokrasi telah diperkuat, dan ideologi serta program telah diwujudkan. Tahap ini seringkali merupakan akhir kegiatan aktif dari gerakan sosial; (5) Tahap pembubaran (disolusi), yakni ketika gerakan itu berubah menjadi organisasi tetap atau justru mengalami pembubaran. 36 Paul B Horton & Chester L Hunt, Sosiologi, terjemahanAminudin Ram danTitaSobari. Jakarta:PenerbitErlangga, 1993) ,248. 28 2.2.4 Ciri – ciri Gerakan Sosial Berdasarkan pengertian – pengertian diatas, ada beberapa hal yang dapat dicatat sebagai ciri – ciri atau karakter yang melekat dalam gerakan sosial. Pertama, gerakan sosial merupakan salah satu bentuk perilaku kolektif. Kedua, gerakan sosial senantiasa memiliki tujuan untuk membuat perubahan sosial atau untuk mempertahankan suatu kondisi. Artinya bahwa, tujuan sekelompok orang untuk melakukan gerakan sosial tidak selalu didasari oleh motif – motif perubahan, karena bisa juga disadari atau tidak ditujukan untuk mempertahankan keadaan (status Quo). Ketiga, gerakan sosial tidak identik dengan gerakan politik yang terlibat dalam perebutan kekuasaan secara langsung. 37 Ciri – ciri gerakan sosial lainnya juga ditandai dengan adanya tujuan atau kepentingan bersama, tujuan jangka panjang, yaitu untuk mengubah ataupun mempertahankan masyarakat atau institusi yang ada didalamnya. Selain itu Giddens dan Light, Keller dan Calhoun menyebutkan ciri lain gerakan sosial, yaitu penggunaan cara yang berada diluar institusi yang ada. 38 Adapun ciri – ciri lain tentang Gerakan Sosial menurut beberapa para ahli yaitu. Menurut Bruce Cohen ciri – ciri gerakan sosial, adanya gerakan kelompok, terorganizir, memiliki rencana dan sasaran yang tepat, memiliki ideologi, dan merubah atau mempertahankan.39 Selain itu Robert Mirsel juga menyebutkan bahwa gerakan sosial dilakukan oleh sekelompok orang, memiliki seperangkat 37 Jurnalanalisissosial, Volume 6, (YayasanObor Indonesia,1995) ,31 KamantoSunarto, PengantarSosiologi, (Jakarta :LembagaPenerbitfakEkonomi, UniversitasIndonesia, 2004) ,195. 39 Bruce J Cohen, SosiologiSuatuPengantar, (Jakarta: Rineka Cipta,1992),82. 38 29 keyakinan dan tindakan yang terlembaha dan selain itu gerakan sosial dilakukan untuk memajukan perubahan di dalam suatu masyarakat.40 2.2.5 Tipe Gerakan sosial Disekitar kita banyak terdapat macam-macam gerakan sosial. Seperti halnya gerakan buruh, gerakan petani, gerakan mahasiswa, gerakan religius, gerakan sosial, gerakan radikal, gerakan ideologi, dan kalau kita menganalisis secara terperinci maka sangat banyak macam-macam gerakan sosial yang tumbuh di dalam tataran masyarakat.Karena keragaman gerakan sosial sangat besar, maka berbagai ahli sosiologi mencoba menklarifikasikan dengan menggunakan kriteria tertentu. David Aberle, misalnya, dengan menggunakan kriteria tipe perubahan yang dikehendaki (perubahan perorangan dan perubahan sosial) dan besar pengaruhnya yang diingginkan ( perubahan untuk sebagain dan perubahan menyeluruh). Membedakan empat tipe gerakan sosial, tipologi Aberle adalah sebagai berikut:41 a. Alterative Movement Ini merupakan gerakan yang bertujuan untuk merubah sebagian perilaku perorangan. Dalam kategori ini dapat kita masukan berbagai kampanye untuk merubah perilaku tertentu, seperti misalnya kampanye agar orang tidak minumminuman keras. Dengan semakin menyebarnya penyakit AIDS kini pun banyak 40 Robert Mirsel, TeoriPergerakanSosial: KilasanSejarahdanCatatanBibliografis. (Jakarta: reistbook,2004), 214. 41 Light, Keller dan Craig Calhoun, Sosiology, (New York, EdisiKelima, Alfred A. Knopf, 1989),599-600. 30 dilancarkan kampanye agar dalam melakukan perbuatan sek dengan bertanggung jawab. b. Rodemptive Movement Gerakan ini lebih luas dibandingkan dengan alterative movement, karena yang hendak dicapai ialah perubahan menyeluruh pada perilaku perorangan. Gerakan ini kebanyakan terdapat di bidang agama. Melalui gerakan ini , misalnya, perorangan diharap untuk bertobat dan mengubah cara hidupnya sesuai dengan ajaran agama. c. Reformative Movement Gerakan ini yang hendak diubah bukan perorangan melainkan masyarakat namun lingkup yang hendak diubah hanya segi-segi tertentu masyarakat, misalnya gerakan kaum homoseks untuk memperoleh perlakuan terhadap gaya hidup mereka atau gerakan kaum perempuan yang memperjuangkan persamaan hak dengan laki-laki. Gerakan people power di Filipina atau gerakan menentang pedana mentri Suchinda di Thailand pun dapat dikategorikan dalam tipe ini karena tujuannya terbatas, yaitu pergantian pemerintah. d. Transformative Movement Gerakan ini merupakan gerakan untuk mengubah masyarakat secara menyeluruh. Gerakan kaum Khamer Merah untuk menciptakan masyarakat komunis di Cambodia. Suatu proses dalam mana seluruh penduduk kota dipindahkan ke desa 31 dan lebih dari satu juta orang Cambodia kehilangan nyawa mereka karena di bunuh kaum Khamer Merah, menderita kelaparan atau sakit merupakan contoh ekstrim gerakan sosial semacam ini. Gerakan transformasi yang dilancarkan oleh rezim komunis di Uni Soviet pada tahun 30-an serta di Tiongkok sejak akhir 40an untuk mengubah masyarakat mereka menjadi masyarakat komunis pun mengakaibatkan menentang diskriminasi oleh orang kasta-kasta bawah, menengah dan atasmu mendapat di kategotikan dalam ini karena keberhasilan gerakan mereka akan berarti pula perombakan mendasar pada masyarakat India. 42 Selain itu menurut Peter Burke, seorang sosiologi Amerika, ia mengatakan bahwa ada dua tipe gerakan sosial, yaitu gerakan sosial untuk memulai perubahan dan gerakan sosial yang dilakukan sebagai reaksi aatas perubahan yang terjadi. 43 Lihat tabel :44 Tipe Perubahan Yang Dikehendaki Perubahan Perorangan Perubahan Sosial Besarnya Perubahan Alternative Social Reformative Social Perubahan Sebagian Movements Movements Yang Perubahan Rodemptive Social Transformative Social Dikehendaki Menyeluruh Movements Movements 43 Elly M. Setiadi&UsmanKolip, PengantarSosilogiPolitik, (Jakarta :KencanaPrenadamedia Group, 2013) ,227. 44 Sidney Tarrow, Power in Movement : Social Movements in contentious politic. (Cambridge:Cambridge University Press, 1998) , 10. 32 2.2.6 Fungsi Gerakan Sosial Perubahan-perubahan besar dalam tatanan sosial di dunia yang muncul dalam dua abad terakhir sebagian besar secara langsung atau tak langsung hasil dari gerakan-gerakan sosial. Meskipun misalnya gerakan sosial itu tidak mencapai tujuannya, sebagian dari programnya diterima dan digabungkan kedalam tatanan sosial yang sudah berubah. Inilah fungsi utama atau yang manifest dari gerakangerakan sosial. Saat gerakan sosial tumbuh, fungsi-fungsi sekunder atau “laten” dapat dilihat sebagai berikut:45 1. Gerakan Sosial memberikan sumbangsih kedalam pembentukan opini publik dengan memberikan diskusi-diskusi masalah sosial dan politik dan melalui penggabungan sejumlah gagasan-gagasan gerakan kedalam opini publik yang dominan. 2. Gerakan Sosial memberikan pelatihan para pemimpin yang aka menjadi bagian dari elit politik dan mungkin meningkatkan posisinya menjadi negarawan penting. Gerakan-gerakan buruh sosialis dan kemerdekaan nasional menghasilkan banyak pemimpin yang sekarang memimpin negaranya. Para pemimpin buruh dan gerakan lainnya bahkan sekalipun mereka tidak memegang jabatan pemerintah juga menjadi elit politik di banyak negara. Kenyataan ini banyak diakui oleh sejumlah kepala pemerintahan yang memberikan penghargaan kepada para pemimpin gerakan sosial dan berkonsultasi 45 http://globalisasi.wordpress.com/2006/07/10/gerakan-sosial/diunduhpada, 29 Oktober 2014, jam 7.03 WIB 33 dengan mereka dalam isu-isu politik. Saat dua fungsi ini mencapai titik dimana gerakan sesudah mengubah atau memodifikasi tatanan sosial, menjadi bagian dari tatanan itu maka siklus hidup gerakan sosial akan berakhir karena melembaga. 46 2.2.7 Jenis – jenis Gerakan sosial Gerakan sosial terdiri dari berbagai macam jenis gerakan. Meskipun semua ini diklasifikasikan sebagai jenis gerakan yang berbeda, jenis – jenis gerakan ini bisa tumpah – tindih, dan sebuah gerakan tertentu mungkin mengandung elemen – elemen dari satu jenis gerakan. Jenis – jenis gerakan sosial tersebut antara lain: 47 Gerakan protes, gerakan ini bertujuan untuk mengubah atau menentang sejumlah kondisi sosialyang ada. Sebagian pihak ahli mengamati gerakan sosial, mengklasifikasikan protes menjadi dua yaitu gerakan reformasi yang bertujuan mencapai reformasi, dan gerakan reformasi merupakan upaya untuk memajukan masyarakat tanpa banyak mengubah struktur dasar masyarakat itu sendiri. Sedangkan gerakan revolusioner bertujuan untuk merombak ulang seluruh masyarakat dengan cara melenyapkan institusi – institusi lama dan mendirikan institusi baru. Gerakan regresif, gerakan ini didefenisikan sebagai gerakan sosial yang bertujuan untuk mengembalikan perubahan sosial atau menentang sebuah gerakan protes.48Gerakan religius, gerakan ini dapat dirumuskan sebagai gerakan sosial yang berkaitan dengan isu – isu spritual atau hal – hal gaib, yang menentang atau mengusulkan alternatif terhadap beberapa 46 http://abiechuenk.wordpress.com/2010/12/14/gerakan-sosial/diunduhpada 22 oktober 2014, jam18:40 47 Elly M. Setiadi&UsmanKolip, PengantarSosilogiPolitik, (Jakarta :KencanaPrenadamedia Group, 2013) , 217. 48 Ibid, 218 34 aspek dari agama atau tatanan kultural yang dominan. Gerakan utopia/komunal, gerakan ini adalah gerakan sosial yang berusaha melakukan perubahan lewat contoh – contoh, dengan membangun sebuah masyarakat model dikalangan sebuah kelompok kecil. 49 Gerakan perpindahan, gerakan perpindahan ini banyak terjadi ketika suatu daerah atau negara dianggap sudah tidak memiliki kemampuan untuk melindungi suatu kelompok, maka mereka harus melakukan gerakan perpindahan ke suatu tempat atau negara lain untuk meminta perlindungan. Gerakan ekspresif, gerakan ini dapat membantu orang untuk menerima kenyataan yang biasa muncul di kalangan orang tertindas. Dengan gerakan ini dapat menimbulkan peran tertentu. Gerakan personal, gerakan sosial jenis ini berpusat pada satu orang, biasanya adalah individu yang karismatis, dan diperlakukan oleh anggota gerakan seperti dewa. Gerakan reformasi, gerakan yang didedikasikan untuk mengubah beberapa norma, biasanya norma hukum. 50 Gerakan radikal, gerakan yang didedikasikan untuk adanya perubahan terhadap sistem nilai dengan melakukan perubahan – perubahan secara substansi dan mendasar. Gerakan perempuan, di arena sosial , gerakan perempuan berkembang menolak bentuk – bentuk diskriminasi yang dihadapi oleh perempuan. Jika dilihat dari sifat perjuangannya, gerakan perempuan ini muncul sebagai salah satu bentuk kesadaran untuk mengejar ketertinggalan dan melawan 49 50 Ibid, 219 Ibid, 223 35 ketidakadilan yang diterima oleh perempuan terkait dengan konstruksi sosial terhadap jenis kelamin sebagai perempuan. 51 2.2.8Faktor – faktor penyebab Gerakan Sosial Faktor apakah yang menyebabkan munculnya gerakan sosial? Mengapa orang melibatkan diri kepada perilaku kolektif yang bertujuan mempertahankan ataupun mengubah masyarakat? Dalam ilmu-ilmu sosial dapat dijumpai berbagai penjelasan, baik bersifat psikologis maupun bersifat sosiologis. Penjelasan yang sering dikemukakan mengaitkan gerakan sosial dengan deprivasi ekonomi dan sosial. Menurut penjelasan ini orang melibatkan diri dalam gerakan sosial karena menderita deprivasi (kehilangan, kekurangan, penderitaan), misalnya di bidang ekonomi (seperti hilangnya peluang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya: pangan, sandang, papan). Para penganut penjelasan ini menunjuk pada fakta bahwa gerakan sosial dalam sejarah didahului deprivasi yang disebabkan oleh sosial seperti kenaikan harga-harga bahan kebutuhan pokok. Beberapa ahli sosiologi, misalnya James Davies, kurang sependapat dengan penjelasan deprivasi semata-mata. Mereka menunjuk pada fakta bahwa gerakan sosial sering muncul justru pada saat masyarakat menikmati kemajuan dibidang ekonomi. Oleh sebab itu dirumuskanlah penjelasan yang memakai 51 Dr. Abdul Wahid Situmorang, GerakanSosial :Teori&Praktik, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2013),62. 36 konsep deprivasi sosial relatif. 52 James Davies mengemukakan bahwa meskipun tingkat kepuasan masyarakat meningkat terus, namun mungkn saja terjadi kesenjangan antara harapan masyarakat dengan keadaan nyata yang dihadapi kesenjangan antara pemenuhan kebutuhan yuang diinginkan masyarakat dengan apa yang diperoleh secara nyata. Kesenjangan ini dinamakan deprivasi sosial relatif. Apabila kesenjangan sosial relatif ini semakin melebar sehingga melewati batas toleransi masyarakat, misalnya karena pertumbuhan ekonomi dan sosial diikuti dengan kemacetan bahkan kemunduran mendadak maka, menurut teori Davies revolusi akan tercetus.53 Sejumlah ahli sosiologi lain berpendapat bahwa deprivasi tidak dengan sendirinya akan mengakibatkan terjadinya gerakan sosial. 54 2.2.9 Strategi Gerakan Sosial Strategi gerakan sosial berkembang secara kreatif sesuai dengan kultur dan kondisi sosial politik yang muncul disuatu daerah. Pemahaman demikian harus lebih dahulu disadari oleh setiap pelaku atau aktor penggerak perubahan sosial sebelum ia memutuskan untuk bekerja dalam dunia gerakan. Menculnya gerakan sosial sebagai kekuatan dalam rangka untuk melakukan perubahan masyarakat 52 KamantoSunarto, PengantarSosiologi, (Jakarta, LembagaPenerbitFakultasEkonomiUniversitas Indonesia, 2004), 198. 53 Light, Keller dan Craig Calhoun, Sosiology, (New York, EdisiKelima, Alfred A. Knopf, 1989) ,600-601. 54 Ibid, hal 602 - 604 37 tidak lepas dari posisi strategis dari sekelompok kekuatan sosial yang menjadi pioner atau katalisator dari sebuah gerakan. 55 Untuk membangun suatu strategi yang baik kita mempunyai modal sosial yang termanifestasikan melalui hubungan – hubungan dan jaringan dari hubungan – hubungan tersebut yang merupakan sumber daya yang berguna dalam penentuan dan reproduksi kedudukan sosial, kemudian yang termasuk modal budaya adalah keseluruhan kualifikasi intelektual yang diproduksi secara formal maupun warisan keluarga. Ada 2 tipe strategi menurut Bourdieu yaitu :56 1. Strategi reproduksi, strategi ini dirancang oleh agen untuk mempertahankan atau meningkatkan modal ke arah masa depan. Strategi ini merupakan sekumpulam praktik, jumlah dan komposisi modal serta kondisi sarana produksi menjadi patokan utama dalam strategi ini. 2. Strategi penukaran kembali, strategi ini berkenan dengan penggerakan – penggerakan agen dalam ruang sosial. Ruang sosial tempat pergerakan agen, terstruktur dalam dua dimensi, yakni keseluruhan jumlah modal yang terstruktur dan pembentukan jenis modal dominan dan yang terdominasi. 57 3. Strategi pendidikan diarahkan dengan tujuan agar pelaku sosial mempunyai kecakapan yang sesuai dan yang dibutuhkan dalam struktur 55 Arizal,Mutahir, Intelektual kolektif, Pierre Bourdieu, sebuah gerakan untuk melawan dominasi, (Bantul-Yogyakarta, Kreasi Wacana,2011), 41. 56 Ibid., 70 57 Ibid, 71 38 sosial agar mampu menerima warisan kelompok atau bahkan mampu memperbaiki posisi sosial. 4. Strategi ekonomi diarahkan untuk mempertahankan atau menambah berbagai modal, investasi bukan hanya modal ekonomi tetapi juga modal sosial. 58 58 Ibid.,72 39