TEORI STRUKTURAL KONFLIK IDE SEBAGAI INSTRUMEN KEKUASAAN Bagi teori konflik, penentu struktural yang sesungguhnya adalah ganjaran dan keuntungan yang dimiliki secara tidak setara oleh berbagai kelompok dalam masyarakat. Kadang penerimaan itu terjadi karena pihak yang berkuasa melakukan tindakan – tindakan represif seperti teror. Ada dua cara yang saling terkait agar struktur yang tidak setara itu dapat dipelihara : Struktur itu dipelihara jika orang – orang yang tidak beruntung itu dicegah jangan sampai memandang diri mereka tidak beruntung atau dirugikan 2. Meskipun diakui, mereka harus diiming – imingi bahwa kondisi mereka tersebut cukup adil – bahwa ketidaksetaraan itu benar, sah dan adil Menurut pandangan konflik, hal ini terjadi melalui kontrol dan manipulasi norma & nilai – aturan kebudayaan. Akibatnya sosialisasi atas hal tersebut lebih merupakan instrumen kekuasaan. Menghasilkan keteraturan sosial melalui kekuatan paksaan dan dominasi 1. Misalnya : cerita tentang perbudakan, lama kelamaan menjadi mitos, menjadi “sekedar” cerita rakyat. Argumen mereka adalah bahwa kita harus berhati – hati agar tidak menafikan kehadiran konflik dalam masyarakat hanya karena kita menyaksikan adanya konsensus Cara paling mudah untuk menjalankan kekuasaan, dan memberoleh keuntungan daripadanya adalah penerimaan dan pengakuan pihak yang mendominasi atas subordinasi mereka sendiri Teori konflik menunjukkan kepada kita bahwa daripada sekedar menguraikan aturan – aturan kebudayaan dalam suatu masyarakat, kita harus secara cermat mengkaji isinya. “Siapa yang memperoleh keuntungan dari seperangkat aturan tertentu dalam masyarakat ?” Apakah ada kelompok tertentu yang memperoleh keuntungan lebih besar daripada yang lain sebagai akibat dari kehadiran perangkat aturan tersebut ? – konstruksi & interpretasi Jika demikian, maka proses sosialisasi dalam konteks ini adalah instrumen dari keuntungan itu – yakni instrumen kekuasaan Gagasan yang menjalankan kekuasaan : Legitimasi ketidaksetaraan gender : Faktanya beberapa pekerjaan yang terkait dengan urusan publik masih didominasi oleh laki - laki. Namun, masih ada ketidaksetaraan yang mencolok dalam hal pekerjaan, ganjaran ekonomi yang berbasis gender Sehingga ada potensi konflik kepentingan yang cukup besar antara laki – laki dan perempuan Karena kepentingan laki – lakilah perempuan tetap pada urusan domestik. Lalu mengapa ? Perempuan tidak keberatan terhadap keadaan ini ? Jika perempuan secara sistemik dideprivasi dalam hal pekerja dan ganjaran oleh laki-laki, mengapa menerima saja ? Banyak perempuan lebih suka memilih menjadi pekerja rumah tangga yang tidak dibayar demi suami dan anak – anak ? Banyak gadis yang ingin segera membangun rumah tangga padahal resikonya sudah diketahui ? Mereka tidak ingin menggali dan mengembangkan potensi mereka daripada menjadi ibu rumah tangga saja ? Hal yang substansial dari pertanyaan di atas adalah perempuan disosialisasikan ke dalam definisi mengenai diri mereka sendiri. Bagi teori konflik, ini adalah contoh dari norma- norma dan nilai tertentu yang bekerja menurut kepentingan sebagian dari masyarakat dan bertentangan dengan yang lain. Penggunaan kekuatan melalui sosialisasi itu bisa disadari, bisa tidak. Di media massa – sejauh mana citra mengenai perempuan dipresentasikan dalam iklan yang mempromosikan diterimanya ketidaksetaraan ? Dua citra yang mendominasi a. Perempuan sebagai domestik di rumah, menggunakan produk “terbaik” untukmembersihkan, memoles, mencuci dan memasak. b. Perempuan sebagai objek sesksual yang diidamkan, yang dijamin oleh hasrat magis dalam kehidupan laki – laki. Hasilnya adalah pandangan stereotipikal mengenai perempuan dan tempat perempuan dalam masyarakat, yang diserap atau diterima oleh masyarakat yang menikmati keuntungan iklan, dan masyarakat yang tidak beruntung EXERCISE Tugas dikerjakan secara individu Dalam film tersebut, pihak mana saja yang terlibat dan bagaimana bentuk keterlibatan mereka ? Aturan atau norma apa dalam film tersebut yang melanggengkan kekuasaan ? Bagaimana fenomena tersebut bisa sampai berujung konflik ? Jelaskan dan analisislah menggunakan konsep – konsep dalam teori struktural konflik. Saudara diperbolehkan browsing untuk memperkaya literatur untuk analisis. Tulisan bersifat argumentatif