BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan membuat manusia dituntut
untuk hidup lebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut manusia melakukan macam aktivitas. Aktivitas yang sangat
sering dilakukan remaja hingga dewasa saat ini adalah duduk. Dimulai ketika
duduk untuk sarapan dan mungkin membaca koran, minum kopi di pagi hari.
Menuju ke tempat kerja, duduk di mobil, bus atau kereta. Setelah itu mereka
bekerja selama delapan jam, kemudian kembali di rumah, makan malam dan
kembali menyelesaikan pekerjaan. Sepanjang hari, aktivitas yang sering
dilakukan adalah duduk, kaki selalu tertekuk. Akibatnya otot hamstring selalu
kontraksi. Sementara itu, fleksor pinggul, yang menghubungkan paha dan
panggul, memendek dan menyebabkan sindrom yang disebut recriprocal
inhibition, yang semakin membuat parah pemendekan otot hamstring (Lisa
Mercer, 2014).
Forward Bending (FB) adalah gerakan yang selalu dilakukan pada
kehidupan sehari-hari (Norris dan Matthews, 2006) dan telah diakui sebagai
faktor risiko terjadinya Low Back Pain (Esola et al., 1996). Gerakan forward
bending terdiri dari fleksi lumbal dan rotasi panggul. Selama Forward Bending,
1
rotasi panggul mengacu pada gerakan panggul di sekitar pinggul dengan posisi
kaki yang diam (atau bisa disebut fleksi hip), dan akan mencakup sejumlah kecil
gerakan pada sendi sacroiliac. Murray et al. (2002) menemukan korelasi 0,964
antara rotasi panggul dan pinggul fleksi saat mengangkat kaki dari lantai,
menunjukkan kontribusi panggul pada seluruh gerakan. Karena lokasi otot
hamstring, yang berasal dari tuberositas iskiadika, kurangnya fleksibilitas
hamstring dapat membatasi rotasi panggul anterior (Esola et al., 1996). Hal ini
dapat membatasi rentang FB kecuali kompensasi untuk oleh peningkatan fleksi
lumbal. Sebagian besar fleksi lumbal bisa menjadi faktor pada terjadinya LBP
(Esola et al., 1996). Dalam pengujian praktek panjang otot hamstring klinis
menganjurkan selama penilaian pasien dengan LBP (Petty dan Moore, 2002).
Selama aktivitas ini, otot utama, yang disebut disebut penggerak utama,
melakukan gerakan fleksi, otot antagonis melakukan tindakan yang berlawanan
dan sekelompok otot sinergis membantu penggerak utama. Ketika otot-otot
hamstring kontraksi maka kelompok quadriceps akan mengalami relaksasi dan
memanjang sehingga kontraksi otot hamstring yang terus-menerus akan membuat
pemendekan hamstring (Lisa Mercer, 2014).
Begitu juga dengan postur tubuh yang bisa memicu pemendekan hamstring
seperti, sepatu hak tinggi yang mendatangkan malapetaka pada postur tubuh.
Ketika dipakai terlalu sering, mereka menyebabkan anterior tilt. Jika lengkungan
menjadi ekstrim, mungkin memicu berbagai masalah lower back. Kontraksi otot
2
hamstring sebenarnya adalah mekanisme perlindungan, tetapi jika dilakukan terus
menerus akan menjadi faktor yang memicu pemendekan otot hamstring.
Manusia adalah makhluk yang memerlukan gerak karena hampir seluruh
aktifitas manusia dalam hidupnya dilakukan dengan bergerak. Dalam melakukan
pekerjaan apapun profesinya manusia juga harus bergerak oleh karena itu apabila
terjadi sakit atau cidera yang menyebabkan manusia terbatasi geraknya jelas akan
mengurangi produktifitas kerja yang tentunya akan menurunkan pula keadaan
sosial ekonomi manusia tersebut. Begitu pentingnya bergerak bagi manusia
sehingga manusia akan selalu berusaha untuk mencegah supaya tidak cedera atau
sakit yang menyebabkan pembatasan diri dalam bergerak.
Salah satu usaha untuk mencegah sakit adalah dengan olahraga. Olahraga
adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terukur untuk memelihara gerak
(mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan
kualitas hidup).
Masalah yang pertama adalah olahraga dirasakan bukan satu hal yang
penting ketika seseorang merasa sehat terlebih dalam lingkungan yang serba
sibuk dengan pekerjaan. Masalah kedua adalah seringkali olahraga dilakukan
secara tidak teratur sehingga hal ini justru lebih sering menyebabkan kelelahan
dan cedera yang membuat sesorang malas untuk melakukan olahraga. Selain itu
pemahaman tentang olahraga yang baik dan benar dan keselamatan dalam
3
berolahraga sering diabaikan sehingga sering terjadi cedera saat melakukan
olahraga.
Cidera hamstring memiliki persentase yang besar cedera muskuloskeletal
yang terjadi selama olahraga di sekolah, perguruan tinggi, dan tingkat profesional.
Peserta dalam lari, sepak bola, dan rugby yang terutama rentan terhadap cidera ini
mengingat olahraga ini dituntut untuk berlari (Ekstrand. J, 2011).
Pemendekan otot hamstring sering dilaporkan pada pasien dengan nyeri
punggung bawah (LBP). Penyebab seperti muscle tightness, bagaimanapun belum
sepenuhnya dipahami. Beberapa telah dikaitkan pada hamstring tightness pada
pasien dengan LBP sebagai mekanisme kompensasi pada lumbar lordosis yang
disebabkan oleh pola tertentu dari gangguan otot yang dikenal sebagai pelvic
cross syndrome. Beberapa penelitian lain juga telah menunjukkan ada hubungan
antara Panjang otot hamstring dan lordosis lumbal, dan antara lumbar lordosis
dan LBP (A.M. Arab, 2011).
Mengingat tingginya insiden hamstring cidera regangan di berbagai
olahraga dan kegiatan, dan kecenderungan besar untuk cidera kambuh, dampak
terbesar dapat dicapai dengan mengembangkan ditingkatkan teknik untuk
mencegah cidera awal. Namun, efektivitas pencegahan ini diusulkan program
untuk mengurangi terjadinya cidera.
4
Fisioterapis merupakan salah satu profesi kesehatan yang mempunyai
kompetensi dalam bidang latihan dan olahraga serta mempunyai obyek formal
gangguan gerak dan kemampuan fungsional.
Sesuai dengan PERMENKES 80 tahun 2013, yaitu Fisioterapi adalah
bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/atau kelompok
untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh
sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,
peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan
fungsi, komunikasi.
Fleksibilitas merupakan penunjang penting dalam melakukan gerakan yang
nyaman dan merupakan salah satu komponen yang menentukan dalam aktivitas
gerak manusia. Bagi non olahragawan fleksibilitas dapat untuk menunjang
aktivitas kegiatan sehari-hari sedangkan bagi olahragawan seperti senam, loncat
indah, judo, beberapa nomor atletik, anggar, gulat dan cabang-cabang olahraga
permainan lainnya fleksibilitas sangat diperlukan. Fleksibilitas merupakan
prasyarat yang diperlukan untuk menampilkan suatu keterampilan yang
memerlukan gerak sendi yang luas dan memudahkan dalam melakukan gerakangerakan yang cepat dan lincah.
5
B. Identifikasi Masalah
Penurunan derajat SLR dapat diasumsikan sebagai menurunnya tingkat
fleksibilitas hamstring. Menurunnya fleksibilitas hamstring tidak hanya terjadi
pada ototnya saja, tetapi juga pada jaringan yang ada pada hamstring itu sendiri.
Banyak faktor predisposisi menurunnya fleksibilitas hamstring, termasuk
kurangnya
pemanasan,
penurunan
fleksibilitas,
ketidakseimbangan
otot,
ketegangan saraf dan cedera.
Metode yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan latihan eksentrik.
Penggunaan pelatihan eksentrik tersebut untuk meningkatkan fleksibilitas. Metode
ini menggabungkan penguatan dan peregangan dari jaringan otot.
Kontraksi eksentrik / pelatihan yang memungkinkan otot untuk memanjang
secara alami dan dalam keadaan relaksasi. Pemanjangan otot dicapai dengan
kontraksi otot antagonis untuk memindahkan sendi dengan cara yang terkendali
untuk meregangkan kelompok otot agonis (Russell & William, 2004). Hal ini
adalah strategi pelatihan yang lebih baik untuk meningkatkan fleksibilitas dan juga
mampu meningkatkan kekuatan dan melindungi terhadap resiko cidera otot.
(Daniel, Janaina & Michael, 2007).
Salah satu bentuk penanganan yang pertama yang dapat dilakukan adalah
dengan metode neurodynamic. Penurunan fleksibilitas hamstring dapat dibuktikan
dengan pengukuran melalui straight leg test (SLR) dan Sit and Reach Test.
Neurodynamic mempengaruhi saraf sciatic, tibialis, dan saraf fibula. Pengaruh
6
perubahan flekibilitas anggota gerak bawah terjadi karena adanya perubahan
sensasi rasa nyeri.
Weppler dan Magnusson menyatakan bahwa peningkatan fleksibilitas
jaringan bisa terjadi bukan dari sifat mekanik otot pada saat diregangkan tetapi
dari perubahan persepsi sensasi rasa nyeri.
Selanjutnya bisa dengan melakukan metode Contract Relax Stretching.
Contract relax stretching merupakan kombinasi dari tipe stretching isometrik
dengan stretching pasif. Dikatakan demikian karena teknik contract relax
stretching yang dilakukan memberikan kontraksi isometrik pada otot yang
memendek dan kemudian dilanjutkan dengan rileksasi dan stretching pasif pada
otot tersebut. Adapun tujuan dari pemberian contract relax stretching adalah untuk
memanjangkan/ mengulur struktur jaringan lunak (soft tissue) seperti otot, fasia
tendon dan ligamen yang memendek secara patologis maupun non patologis
sehingga dapat meningkatkan lingkup gerak sendi dan mengurangi nyeri akibat
spasme, pemendekan otot/ akibat fibrosis. (Kischner & Colby, 2007)
Berdasarkan latar belakang dan pengamatan yang ada di lapangan, maka
terdapat masalah yang dapat diteliti, yaitu :
1. Belum diketahuinya hasil penambahan neurodynamic stretching pada
intervensi latihan eksentrik untuk meningkatkan peningkatan derajat
straight leg raising
7
2. Belum diketahuinya hasil penambahan contract relax stretching pada
intervensi latihan eksentrik untuk peningkatan derajat straight leg raising.
3. Belum diketahuinya hasil perbandingan dari neurodynamic stretching dan
contract relax stretching pada intervensi latihan eksentrik untuk
peningkatan derajat straight leg raising.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan
masalah yang diteliti adalah :
1. Apakah neurodynamic stretching dengan latihan eksentrik dapat meningkatkan
derajat straight leg raising?
2. Apakah contract relax stretching dengan latihan eksentrik dapat meningkatkan
derajat straight leg raising?
3. Apakah contract relax stretching dengan latihan eksentrik lebih baik daripada
neurodynamic stretching dengan latihan eksentrik untuk meningkatkan derajat
straight leg raising?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan efektifitas penambahan neurodynamic
stretching pada intervensi latihan eksentrik untuk meningkatkan derajat
8
straight leg raising dan penambahan contract relax stretching pada
intervensi latihan eksentrik untuk meningkatkan derajat straight leg
raising.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui bahwa latihan eksentrik dapat meningkatkan derajat
straight leg raising.
b. Untuk mengetahui bahwa penambahan neurodynamic stretching pada
intervensi latihan eksentrik untuk meningkatkan derajat straight leg
raising.
c. Untuk mengetahui bahwa penambahan contract relax stretching pada
intervensi latihan eksentrik untuk meningkatkan derajat straight leg
raising.
E. Manfaat penelitian
1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan
a. Untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan dalam
bidang fisioterapi khususnya fisiologi olahraga tentang contract
relax stretching, neurodynamic stretching dan latihan eksentrik.
9
b. Untuk melihat pengaruh contract relax stretching, neurodynamic
stretching dan latihan eksentrik.
2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan informasi untuk
program fisioterapi khususnya fisioterapi olahraga.
b. Sebagai bahan penelitian selanjutnya.
3. Bagi peneliti
a. Penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan, pengalaman
dan kesempatan bagi penulis untuk mempelajari manfaat contract
relax stretching, neurodynamic stretching dan latihan eksentrik.
b. Kesempatan untuk menerapkan ilmu yang telah didapat selama
perkuliahan.
10
Download