8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Biomekanik Otot Hamstring Otot hamstring berfungsi sebagai gerakan untuk fleksi dari knee joint dan membantu untuk gerakan ekstensi dari hip joint. Hamstring juga merupakan otot tonik, yang berfungsi sebagai otot stabilitator postural, dan memiliki serat serabut otot yang tebal yang memiliki kandungan myoglobin dan kapasitas oksidatif tinggi sehingga tahan terhadap kelelahan yang cukup tinggi (Wismanto, 2011). Otot hamstring merupakan salah satu group otot besar yang terdiri dari 3 kumpulan otot, yang tersusun oleh Biceps Femoris (BF), Semitendonosus (ST), dan Semimembranosus (SM) (Gambar 2.1). 2.1.1 Otot Biceps Femoris Merupakan otot yang terletak paling luar dari otot-otot penyusun hamstring Origo : Pada tuberositas ischia, setengah distal linea aspera tulang femur, bagian lateral supracondylus. Insersio : Condylus lateral tibia, collum femur. Fungsi : Ekstensi hip, fleksi knee, lateral rotasi. 2.1.2 Otot Semitendinosus Terletak diantara semimembranosus dan biceps femoris Origo : Tuberositas Ischia Insersio : Permukaan atas bagian medial pada tibia 8 9 Fungsi : Otot semitendinosus ini berfungsi sebagai penggerak ekstensi hip, fleksiknee, dan internal rotasi hip. 2.1.3 Otot Semimembranosus Letak dari otot semimembranosus berada pada bagian medial diantara ketiga otot hamstring. Origo : Berada pada tuberositas ischia Insersio : Berada pada bagian posterior condyles medialis tibia Fungsi : Otot semimembranosus ini berfungsi sebagai penggerak ekstensi hip, fleksi knee, dan internal rotasi. Gambar 2.1 : Anatomi otot hamstring Sumber: (Stephen et al, 2006) 2.2 Pemendekan Otot Hamstring 2.2.1 Definisi Pemendekan Otot Hamstring Pemendekan otot hamstring adalah suatu kondisi patologi pada otot hamstring yang mengalami pemendekan yang menyebabkan gangguan anatomi dan fungsional tubuh. Pemendekan disebabkan karena hypermobility. Jaringan yang mengalami hypermobility dalam jangka waktu yang cukup lama akan 10 mengalami proses adaptasi dari jaringan yang disebut restrict movement dan impair mobility. Hal ini sangat berpotensi terjadinya keterbatasan ROM ekstensi lutut (Kisner et al, 2007). Menurut Wassem, (dalam Weerasekara, 2010) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemendekan otot hamstring adalah ketidakmampuan dari ekstensi lutut <1600 dalam posisi sendi panggul fleksi 900, atau ketidakmampuan gerak SLR <900 (Weerasekara et al, 2010). 2.2.2 Patofisiologi Otot spasme merupakan kontraksi berkepanjangan dari otot dalam merespon adanya perubahan sirkulasi metabolisme yang terjadi ketika otot dalam keadaan terus kontraksi (Kisner et al, 2007). Otot yang berkontraksi secara terus menerus akan berada pada saat yang namanya kelelahan otot. Kondisi dimana ATP dipakai secara terus menerus sedangkan produksi ATP tidak berimbang. Tanpa adanya ATP yang cukup pada muscle fiber maka fungsi dari cross-bridge dan ion transport tidak berjalan normal. Kelelahan otot dapat menjadi ekstrim jika kontraksi berkepanjangan sedangkan ATP yang di produksi dengan pemakaian tidak seimbang, sehingga otot akan mengalami kontraktur. Kontraktur otot terjadi akibat tidak mampu melakukan kontraksi relaksasi pada otot (Guyton and Hall, 2006). Pada pemendekan otot hamstring dalam jangka waktu yang lama akan berpengaruh pada kestabilan otot-otot disekitarnya karena sifat kerja dari otot seperti mata rantai antara otot yang satu dengan yang lain saling berhubungan. Otot-otot disekeliling akan bekerja over karena menggantikan fungsi kerja otot yang memendek sehingga menimbulkan reaksi kompensasi. Gerakan yang timbul 11 akibat kompensasi menyebabkan pergerakan dari persendian menjadi tidak selektif. Efek dari pergerakan yang tidak selektif dalam jangka waktu yang lama akan berakibat otot-otot disekitar ikut mengalami pemendekan (Shumway-Cook & Wollacott, 2007). 2.2.3 Tanda-Tanda Pemendekan Otot Hamstring Tanda-tanda yang timbul akibat adanya pemendekan otot hamstring otot hamstring : 1. Nyeri otot hamstring Nyeri otot hamstring terjadi karena menurunnya fleksibilitas suatu otot sehingga kehilangan kemampuan untuk mengulur dan kembali ke bentuk semula. Hal ini terjadi karena otot tersebut jarang atau tidak pernah terulur secara maksimal sesuai kemampuannya sehingga jika terjadi pergangan pada otot tersebut golgi tendon secara ototmatis akan memberikan reaksi perlawanan yang menimbulkan nyeri saat dilakukan pergangan (Wismanto, 2011) 2. Spasme otot hamstring Spasme otot merupakan kontraksi berkepanjangan dari otot dalam merespon adanya perubahan sirkulasi metabolisme lokal yang terjadi ketika otot dalam keadaan terus kontraksi (Kisner & Colby, 2007) 3. Keterbatasan ROM Lutut Ekstensi Nyeri sebagai faktor yang sangat mengganggu sehingga secara otomatis otot akan proteksi diri dengan membatasi ruang gerak dari persendian. Pembatasan ruang gerak yang berlangsung lama dapat menyebabkan penurunan 12 luas gerak sendi. ROM yang terbatas dan lokasi area nyeri maka dapat mengganggu aktivitas sehari-hari (Wismanto, 2011) 4. Menurunnya Fleksibilitas Otot Hamstring Otot yang tidak pernah terulur secara maksimal dalam jangka waktu yang lama atau otot tersebut bekerja dalam kondisi yang statis akan menyebabkan penurunan fleksibilitas (Wismanto, 2011) 5. Kelemahan Otot Hamstring Reaksi tubuh yang protektif karena adanya nyeri menyebabkan otot tersebut akan membatasi ruang geraknya sehingga otot tidak akan pernah terulur dan berkontraksi secara maksimal. Otot yang jarang digerakkan atau terulur secara maksimal lama kelamaan otot tersebut akan mengalami kelemahan (Wismanto, 2011). 6. Gangguan Postur Fleksibilitas yang menurun akan berdampak pada struktur organ yang lain yaitu postur tubuh akan berubah. Postur yang tidak stabil dapat menyebabkan munculnya berbagai permasalahan sehingga mengganggu pada saat beraktivitas sehari-hari (Wismanto, 2011). 2.3 Fleksibilitas 2.3.1 Definisi Membicarakan masalah fleksibilitas selalu mengacu pada kemampuan ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Fleksibilitas atau kelentukan adalah kemampuan tubuh untuk mengulur diri seluas-luasnya yang ditunjang oleh 13 luasnya gerakan pada sendi. Kemampuan untuk menggerakan tubuh dan anggota tubuh seluas-luasnya, berhubungan erat dengan kemampuan gerak kelompok otot besar dan kapasitas kinerjanya. Kemampuan ini terkait pula dengan peregangan otot dan jaringan sekeliling sendi (Nala, 2011). Fleksibilitas otot yang baik dikatakan apabila dapat berkontraksi secara konsentrik maupun eksentrik dengan maksimal atau full ROM dan tanpa adanya rasa nyeri atau gangguan. Otot hamstring yang mengalami gangguan atau tightness menyebabkan seseorang mudah untuk terkena cedera (strain) dan dapat berpengaruh pada kekuatan dan keseimbangan dari otot sehingga kerja dari otot tidak bisa maksimal dan sinergis (Gago. dkk, 2013). Menurut Frankl (dalam Suciptha, 2013), terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi fleksibilitas yakni: 1. Faktor Internal Fleksibilitas : a. Jaringan Otot : jaringan otot terbuat dari bahan elastis. Hal ini diatur dalam bundle dari serat paralel. b. Reseptor Peregangan : reseptor peregangan memiliki dua bagian: sel spindle dan tendon golgi. Sel spindle, terletak di pusat otot, mengirim pesan untuk otot untuk berkontraksi. Golgi reseptor tendon yang terletak dekat ujung dari serat otot dan mengirim pesan untuk otot untuk relaksasi c. Jaringan Areolar :adalah permeabel dan secara luas didistribusikan ke seluruh tubuh. Jaringan ini bertindak sebagai pengikat untuk semua jaringan lain. 14 d. Tendon : tendon tidak elastis dan bahkan kurang elastis. Tendon dikategorikan sebagai jaringan ikat. Jaringan ikat mendukung, mengelilingi, dan mengikat serat- serat otot. Mereka mengandung jaringan elastis baik dan non-elastis. e. Ligamen : ligamen terdiri dari dua jaringan yang berbeda yakni putih dan kuning. Jaringan ikat putih tidak melar, tetapi sangat kuat sehingga bahkan jika tulang yang patah jaringan akan tetap di tempatnya. Jaringan putih memungkinkan kebebasan subjektif dari gerakan. Jaringan elastis kuning dapat ditarik jauh saat kembali ke posisi semula. f. Sendi : sendi dalam tubuh manusia dikelilingi oleh membran sinovial dan tulang rawan artikular yang berfungsi melindungi dan memelihara sendi dan permukaan sendi. Meningkatkan elastisitas otot dan luas gerak sendi dengan mobilitas tertentu dapat meningkatkan fleksibilitas. 2. Faktor Eksternal Fleksibilitas ; a. Pengaruh Usia: dari usia anak-anak, remaja, dan dewasa fleksibilitas seseorang seperti kurva. Diawali usia anak – anak yang semakin meningkat fleksibilitasnya namun sesudah remaja mulai menurun karena gaya hidup aktif pada usia anak – anak mulai tidak dilakukan, apalagi pada usia dewasa yang tentunya muncul berbagai masalah degeneratif seperti nyeri sendi, nyeri otot dan lain-lain. b. Jenis Kelamin : secara umum perempuan lebih fleksibel daripada laki-laki. Hal ini dikarenakan faktor hormonal dimana laki-laki memiliki hormone 15 testosteron yang memicu pertumbuhan dan pemendekan otot. Sedangkan perempuan memiliki hormone esterogen yang lebih tinggi yang dapat meningkatkan panjang otot dan kelemahan sendi. c. Cidera : karena adanya cidera pada sendi, otot, tulang, dan ligament maka seseorang akan takut menggerakkan anggota gerak karena nyeri sehingga akan berpengaruh pada fleksibilitas d. Pengalaman : seorang yang memiliki pengalaman dengan olahraga yang membutuhkan gerakan dinamis yang besar seperti tari, senam atau bela diri, akan memiliki jangkauan yang lebih baik gerak dari seseorang dengan gaya hidup biasa saja atau sedikit pengalaman. e. Kurang Aktif: orang yang aktivitasnya banyak diam akan berpengaruh pada fleksibilitas. Hal ini terjadi karena jaringan lunak dan sendi menyusut sehingga kehilangan daya regang otot , dimana jika seseorang tidak aktif maka otot-otot dipertahankan pada posisi memendek dalam waktu yang lama. 2.3.2 Keterbatasan Fleksibilitas Keterbatasan fleksibilitas merupakan keadaan dimana sendi dan otot tidak dapat digerakkan secar full ROM secara aktif maupun pasif. Hal ini dapat terjadi karena suatu kondisi seperti terjadinya kekakuan sendi (joint stiffness) serta pemendekan otot. Pada keterbatasan fleksibilitas otot hamstring biasanya disebabkan beberapa faktor antara lain otot hamstring yang mengalami tightness atau pemendekan, terdapat cedera akut maupun kronis pada otot hamstring, 16 menurunnya mobilitas panggul, aktivitas yang berlebihan, serta pelatihan yang tidak benar. Pada kejadian nyeri punggung bawah, apabila diberikan latihan penguluran rutin terhadap otot hamstring maka akan dapat menurunkan kualitas rasa nyeri. Otot Hamstring yang berfungsi untuk gerakan fleksi lutut dan ekstensi panggul dalam aktivitas sehari – hari jarang diberikan latihan khusus (Miller, 2010) 2.3.3 Alat Ukur Sit and Reach Test merupakan metode pengukuran fleksibilitas otot hamstring yang menggunakan media berupa boks terbuat dari papan yang tingginya 30 cm, lalu diatas box diletakan penggaris ukur yang panjangnya 25 cm keluar dari box dan -26 cm sampai ke ujung dari box tersebut. Gambar Sit and Reach box disajikan pada Gambar 2.2 Gambar 2.2Sit and Reach box (Panteleimon et al, 2010) Prosedurnya pada saat pengukuran dilakukan duduk di lantai dengan lutut ekstensi penuh dan pergelangan kaki posisi normal terhadap boks. Kemudian diperintahkan untuk menempatkan satu tangan di atas yang lain dan perlahanlahan maju sejauh mungkin sambil menjaga lutut tetap ekstensi. Gerakan dilakukan sebanyak 3x dan diambil nilai rata-rata, SRT skor (cm) tercatat sebagai 17 posisi akhir dari ujung jari (Quinn, 2008; Panteleimon et al, 2010). Kriteria penilaian sit and reach test disajikan pada Tabel 2.1 Tabel 2.1Sit and Reach Test(Panteleimon et al, 2010) Putra (cm) >40 Kriteria Sangat baik 34-39 Diatas rata-rata 30-33 Rata-rata 25-29 Bawah rata-rata <24 Buruk 2.4. Stretching Exercise 2.4.1 Definisi Stretching exercise merupakan latihan mobilitas yang dapat dilakukan secara pasif maupun aktif baik bantuan dari orang lain maupuan fisioterapis (pendamping), bisa juga dilakukan secara mandiri. Stretching exercise ini dapat memperkuat dan memperpanjang struktur kolagen. Latihan peregangan secara alami dibatasi oleh rasa nyeri. Imobilitas nantinya akan perlu dilanjutkan dengan mobilisasi untuk membantu reabsorsi jaringan parut dan rekapilerisasi area yang mengalami cedera. Stretching exercise juga penting dalam upaya mencegah kontraktur (pemendekan) sendi (Ylinen, 2008). Menurut (Nelson & Kokkonen, 2007) stretching merupakan bagian dasar dari optimalisasi kesehatan dan aktivitas seseorang. (Kisner& Colby, 2007) juga menyatakan bahwa stretching merupakan 18 penguluran pada otot yang akan membantu meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas otot serta memaksimalkan Range of Motion (ROM) dari persendian. 2.4.2. Fisiologi Stretching Secara akut peregangan dapat menyebabkan peningkatan dari compliance otot yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena adanya sifat viscoelastic dari serabut otot sehingga apabila diberikan suatu gaya maka serabut tersebut akan memanjang dan apabila gaya tersebut dihilangkan panjang dari otot tersebut akan berkurang seiring waktu. Dalam tendon otot terdapat reseptor (proprioceptors) bertugas mendeteksi adanya setiap perubahan di dalam otot yang kemudian diinformasikan ke susunan saraf pusat, dan dari susunan saraf pusat dikeluarkan perintah untuk menyesuaikan kondisi otot. Sehingga akan timbul gerakan tubuh baru yang telah disesuaikan dengan gerakan tubuh secara sistemik. Proprioceptors berperan menginformasikan stimulus secara konstan ke susunan saraf pusat. Proprioceptors berada di dalam otot, tendon, dan sambungan-sambungan termasuk di sekitar jaringan pelindung seperti kapsul, ligamen, serta selaputselaput lain dan dalam labirin dari telinga dalam. Proprioceptors dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : (1)muscle proprioceptors yang terdiri dari muscle spindle dan golgi tendon organs, (2) joint and skin proprioceptors, dan (3) labyrinthine and neck proprioceptors.Muscle proprioceptors merupakan proprioceptors yang berperan untuk meregangkan 19 otot, dimana terdiri dari muscle spindle dan golgi tendon organs. Jadi setiap pergerakan otot tidak lepas dari peranan muscle spindle dan golgi tendo organs. Muscle spindle bertugas menerima rangsang dari regangan otot yang terletak di dalam otot. Regangan yang cepat akan menghasilkan impuls yang kuat pada muscle spindle. Adanya rangsangan yang kuat akan menyebabkan refleks muscle spindle dengan cara mengirim impuls ke spinal cord menuju jaringan otot dengan cepat, yang akan menimbulkan kontraksi otot yang cepat dan kuat. Peranan dari muscle spindle yaitu dalam proses pergerakan atau pengaturan motorik. Peran muscle spindle dalam pengaturan motorik adalah mendeteksi adanya suatu perubahan panjang serabut otot dan kecepatan perubahan panjang otot. Muscle spindle bekerja sebagai pembanding dari panjang kedua jenis serabut otot intrafusal dan ekstrafusal. Bila panjang serabut ekstrafusal lebih besar daripada panjang serabut intrafusal, maka spindle menjadi terangsang untuk berkontraksi. Sebaliknya, bila panjang serabut ekstrafusal lebih pendek daripada serabut intrafusal, maka spindle menjadi terinhibisi (keadaan yang menyebabkan refleks seketika untuk menghambat terjadinya kontraksi otot). Jadi spindle tersebut dapat dirangsang atau dihambat. Peregangan suatu kelompok otot hendaknya dilakukan secara perlahan dan jangan dilakukan secara tiba – tiba, karena akan merangsang muscle spindle dan menyebabkan reflek regang. Stretch receptor letaknya di dalam tendon otot yang disebut golgi tendon organs (GTO), tepat di luar perlekatan pada serabut otot. Tegangan otot yang berlebihan mengakibatkan munculnya refleks GTO. Impuls dari GTO dihantarkan ke medula spinalis kedalam PHC langsung dijawab oleh AHC 20 berupa hambatan respon( negative feed-back) terhadap kontraksi otot yang terjadi. Proses tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya sobekan otot sebagai akibat tegangan yang berlebihan. Jadi dapat disimpulkan bahwa refleks GTO merupakan pelindung untuk mencegah terjadinya kerobekan otot, namun dapat juga bekerja sama dengan muscle spindle untuk mengontrol seluruh kontraksi otot dalam pergerakan tubuh. Golgi tendon organjuga memiliki fungsi dalam proses pergerakan atau pengaturan motorik yakni mendeteksi ketegangan selama kontraksi otot atau peregangan otot. Golgi tendon organs dengan muscle spindle memiliki perbedaan fungsi. Pada golgi tendon organ memiliki fungsi sebagai pendeteksi adanya ketegangan otot, sedangkan muscle spindle berfungsi untuk mendeteksi perubahan panjang serabut otot. Golgi tendon organ memunculkan sinyal yang dihantarkan ke medula spinalis untuk menyebabkan efek refleks pada otot yang bersangkutan. Efek inhibisi dari golgi tendon organ menyebabkan rileksasi seluruh otot secara tiba-tiba. Efek inhibisi terjadi pada waktu kontraksi atau regangan yang kuat pada suatu tendon. Keadaan ini menyebabkan suatu refleks seketika yang menghambat kontraksi otot serta tegangan dengan cepat berkurang. Pengurangan tegangan ini berfungsi sebagai suatu mekanisme protektif untuk mencegah terjadinya robek pada otot atau lepasnya tendon dari perlekatannya ke tulang. Peregangan mempengaruhi sistem refleks pada otot, yang mengontrol efek neural, meliputi refleks regang, refleks regang terbalik dan persepsi dan kontrol rasa nyeri oleh pacinian corpuscles. Ketiga refleks ini aktif ketika melakukan 21 teknik peregangan, menyebabkan kontraksi secara refleks dari musculotendinous unit (MTU), menyebabkan persepsi nyeri. Hal ini menyebabkan teraktivasinya Golgi Tendon Organ (GTO) yang memiliki efek inhibisi terhadap kontraksi dan pacinian corpuscles. Kedua refleks ini menyebabkan relaksasi pada MTU dan berkurangnya persepsi nyeri. Pada gerakan peregangan yang dilakukan berulang terjadi perubahan dari tingkat eksitabilitas neuron akibat paparan yang memanjang dari masukan afferen. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan toleransi terhadap maneuver peregangan yang dilakukan. (Schwellnus, 2009). 2.4.3 Mekanisme Pemanjangan Otot Terjadinya kontraksi otot dimulai dengan adanya beda potensial pada motor end plate akibat suatu stimulus sehingga tercetusnya suatu potensial aksi pada serat otot. Penyebaran depolarisasi terjadi ke dalam tubulus T dan mengakibatkan pelepasan Ca2+ dari sisterna terminal retikulum sarkoplasmik serta difusi Ca2+ ke filamen tebal dan filamen tipis. Selanjutnya terjadi suatu pengikatan Ca2+ oleh troponin C, yang membuka tempat pengikatan myosin dari aktin. Gambar Mekanisme Kontraksi Otot disajikan pada Gambar 2.4 22 Gambar 2.3 Mekanisme Kontraksi Otot Sumber: (Huxley and Hansen, 2010) Proses diatas tersebut menyebabkan terbentuknya ikatan silang (cross links) antara actin dan myosin dan terjadi pergeseran filamen tipis pada filamen tebal (pemendekan atau kontraksi). Pada tahap relaksasi Ca2+ akan dipompakan kembali kedalam retikulum sarkoplasmik dan terjadi pelepasan Ca2+ dari troponin sehingga interaksi antara actin dan myosin berhenti. Saat proses otot berkontraksi dan relaksasi maka otot akan mengalami perubahan panjang yang dihasilkan serabut otot. Stretching akan memberikan efek langsung pada muscle spindle. Muscle spindle akan menyampaikan stimulus ke medula spinalis kemudian sistem saraf pusat. Impuls yang diproses menimbulkan stretch reflex atau refleks miostatis untuk mencoba menahan perubahan panjang otot yang terjadi oleh tendon golgi dengan cara otot yang diulur akan mengalami kontraksi. 23 Apabila perubahan panjang otot berlangsung secara tiba-tiba maka kontraksi akan semakin kuat. 2.5 Active Isolated Stretching (AIS). Active Isolated Stretchingmerupakan suatu teknik atau metode stretching yang menggunakan adaptasi suatu kontraksi otot agonis secara aktif dan merelaksasikan otot antagonisnya melalui inhibisi timbal balik (Reciprocal Inhibition) yang menyebabkan terjadinya peregangan pada otot antagonis tanpa meningkatkan ketegangan otot (Muscle Tension) pada otot agonis (Longo, 2009). Teknik Active Isolated Stretchingatau yang biasa disebut dengan metode Mattes merupakan suatu pengembangan metode myofascial technique yang memiliki tujuan untuk pemulihan fisiologis dan fungsi otot, tendon, ligamen, dan persendian untuk memfasilitasi mobilitas dari permukaan jaringan fascia. Menurut Longo (2009) Active Isolated Stretching sangat baik untuk mengoptimalkan fleksibilitas pada otot, gerakan aktif yang memungkinkan otot antagonis untuk relaksasi, sehingga terjadi peningkatan fleksibilitas tanpa hambatan pada otot antagonisnya. Adapun tujuan dari pemberian Active Isolated Stretchingadalah untuk mencegah dan atau mengurangi tightness serta mengulur struktur jaringan lunak (soft tissue) yang berkaitan dengan spasme sehingga dapat meningkatkan mobilitas dan fleksibilitas pada struktur soft tissue. 2.5.1 Respon Fisiologis Active Isolated StretchingTerhadap Peningkatan Panjang Otot. 24 Secara umum Active Isolated Stretching dilakukan untuk mendapatkan penambahan panjang dari otot dan jaringan ikat. Dalam prosedur Active Isolated Stretching pasien menunjukkan suatu kontraksi isotonik pada otot agonis dan pada otot yang mengalami pemendekan (shortness), secara aktif akan memanjang. Alasan penerapan teknik ini adalah bahwa kontraksi isotonik yang dilakukan saat Active Isolated Stretching secara fisiologis akan merespon otot antagonis untuk menghasilkan pemanjangan secara maksimal dan juga tanpa perlawanan. Adanya kontraksi isotonik akan membantu menggerakkan stretch reseptor dari Muscle Spindel untuk segera mengulur panjang otot yang maksimal. GTO akan terlibat dan menghambat ketegangan otot bila otot sudah mengulur maksimal sehingga otot dapat dengan mudah di stretching. Menurut Wismanto (2011), pemberian Active Isolated Stretching dapat mengurangi iritasi terhadap saraf Aδ dan saraf tipe C yang menimbulkan nyeri akibat adanya abnormal cross link. Hal ini dapat terjadi karena pada saat diberikan Active Isolated Stretching serabut otot ditarik keluar sampai panjang sarkomer penuh. Ketika hal ini terjadi maka akan membantu meluruskan kembali beberapa serabut atau abnormal cross link pada otot yang memendek. Active Isolated Stretching dapat bermanfaat pada serabut otot yang mengalami pemendekan. Serabut otot yang terganggu akan menyebabkan penurunan elastisitas otot akibat adanya taut band dalam serabut otot. Sarkomer sebagai komponen elastis di dalam serabut otot akan mengalami gangguan. Pemberian Active Isolated Stretchingyang dilakukan secara perlahan akan menghasilkan peregangan pada sarkomer sehingga peregangan akan mengembalikan elastisitas sarkomer yang 25 terganggu. Active Isolated Stretching dapat mencegah dan atau mengurangi tightness atau pemendekan otot dan perasaan yang tidak nyaman. Active Isolated Stretchin gmerupakan stretching yang efektif, karena berpengaruh terhadap semua otot hamstring yang membatasi gerakan. 2.5.2 Prosedur Pelaksanaan Metode Active Isolated Stretching. Prosedur tindakan metode Aktive Isolated Stretching adalah sebagai berikut: 1. Sampel diminta untuk berbaring diatas matras dalam posisi yang nyaman 2. Sampel diminta untuk memasang yoga strap yang direkatkan permukaan telapak kaki. 3. Sampel diminta untuk mengangkat kakinya (dengan lutut dalam posisi full extensi dan ankle dalam posisi dorsi flexion) sehingga membentuk hip dalam posisi fleksi. 4. Sampel menahan posisi tersebut selama 2 detik dan dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali dan 2 set. 5. Sebelumnya sampel diberi demo terlebih dahulu oleh Fisioterapis. Gambar 2.4 Memasang Yoga Strap Sebelum Stretching (Amin, 2015). 26 Gambar 2.5 Penguluran Otot Hamstring (Amin, 2015). 2.6 Massage Kata masase atau massage berasal dari bahasa Arab “mash” yang berarti menekan dengan lembut, atau dari Yunani “massien” yang berarti memijat atau melulut. Massage merupakan salah satu manipulasi sederhana yang pertama-tama ditemukan oleh manusia untuk mengelus-elus rasa sakit. Hampir setiap hari manusia melakukan pemijatan sendiri. Semenjak 3000 tahun sebelum masehi, massage sudah digunakan sebagai terapi. Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya otot tendonatau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan atau meningkatkan sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar meliputi gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotong-motong, meremas-remas, dan gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang diinginkan pada jaringan yang dibawahnya (Simkin, 2007). 27 2.6.1 Manfaat Massage Priyonoadi (2008) mengungkapkan, tujuan dan manfaat Massage secara umum adalah : 1) Melancarkan peredaran darah, terutama dorongan terhadap darah veneus atau darah yang menuju ke jantung. Kelancaran peredaran darah ini selanjutnya akan mempercepat proses pembuangan sisa-sisa pembakaran dan penyebaran sari makanan ke jaringan-jaringan tubuh. 2) Merangsang persarafan, terutama saraf tepi (perifer) untuk meningkatkan kepekaan terhadap rangsang 3) Membersihkan dan menghaluskan kulit. 4) Menurunkan ketegangan otot dan relaksasi otot untuk mempertinggi daya kerjanya. 5) Mengurangi atau menghilangkan ketegangan saraf dan mengurangi rasa sakit atau nyeri 2.6.2 Efek Massage Menurut Wijanarko dan Riyadi (2010), ada beberapa efek massage yaitu efek terhadap peredaran darah, lymphe, otot, kulit, dan saraf 1) Efek massage terhadap peredaran darah dan lymphe Massage menimbulkan efek memperlancar peredaran darah. Manipulasi yang dikerjakan dengan gerakan yang menuju kearah jantung, secara mekanis akan membantu mendorong pengaliran darah dalam pembuluh vena menuju kejantung. Massage juga membantu pengaliran cairan limfe menjadi lebih cepat, 28 ini berarti membantu penyerapan sisa-sisa pembakaran yang tidak diperlukan lagi. 2) Efek Massage Terhadap Otot Massage memberi efek memperlancar proses penyerapan sisa-sisa pembakaran yang berada didalam jaringan otot yang dapat menimbulkan kelelahan. Dengan manipulasi yang memberikan penekanan dan peremasan kepada jaringan otot maka darah yang ada didalam jaringan otot, yang mengandung zat-zat sisa pembakaran yang tidak diperlukan lagi terlepas keluar dari jaringan otot dan masuk kedalam pembuluh vena. Kemudian saat penekanan kendor maka darah yang mengandung bahan bakar baru mengalirkan bahan tersebut kejaringan, sehingga kelelahan dapat dikurangi. Selain itu massage juga memberi efek bagi otot yang mengalami ketegangan atau pemendekan karena massage pada otot berfungsi mendorong keluarnya sisa-sisa metabolisme, merangsang saraf secara halus dan lembut agar mengurangi atau melemahkan rangsang yang berlebihan pada saraf yang dapat menimbulkan ketegangan. 3) Efek Massage Terhadap Kulit Massage memberi efek melonggarkan perlekatan dan menghilangkan penebalan-penebalan kecil yang terjadi pada jaringan dibawah kulit, dengan demikian memperbaiki penyerapan. 4) Efek Massage Terhadap Saraf Sistem Saraf Parifer adalah bagian dari sistem saraf yang didalam sarafnya terdiri dari sel-sel yang membawa informasi ke sel saraf sensorik dan dari sel saraf motorik yang terletak di luar otak dan sumsum tulang belakang. Sel- 29 sel sistem saraf sensorik mengirimkan informasi ke sistem saraf pusat dari organorgan internal atau dari rangsangan eksternal. Sel-sel sistem saraf motorik tersebut membawa informasi dari SSP ke organ, otot, dan kelenjar. Sistem saraf parifer dibagai menjadi dua cabang yaitu sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom. Sistem saraf somatik terutama merupakan sistem motorik, yang semua sistem saraf ke otot, sedangkan sistem saraf otonom merupakan adalah sistem saraf yang mewakili persarafan motorik dari otot polos, otot jantung dan sel-sel kelenjar. Sistem otonom ini terdiri dari dua komponen fisiologis dan anatomis yang berbeda, yang saling bertentangan yaitu sistem simpatik dan parasimpatik. Dapat melancarkan sistem saraf dan meningkatkan kinerja saraf sehingga tubuh dapat lebih baik. 2.6.3 Indikasi dan Kontraindikasi Massage 2.6.3.1 Indikasi Massage Indikasi merupakan suatu keadaan atau kondisi tubuh dapat diberikan manipulasi massage, serta massage tersebut akan memberikan pengaruh yang positif terhadap tubuh. Indikasi dalam massage adalah: 1) Keadaan tubuh yang sangat lelah. 2) Kelainan-kelainan tubuh yang diakibatkan pengaruh cuaca atau kerja yang kelewat batas (sehingga otot menjadi kaku dan rasa nyeri pada persendian serta gangguan pada persarafan). 30 2.6.3.2 Kontraindikasi Massage Kontraindikasi terhadap massage adalah sebagai keadaan atau kondisi tidak tepat diberikan massage, karena justru akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi tubuh itu sendiri. Kontra- indikasi dalam massage adalah: 1. Pasien sedang menderita penyakit kulit. Adanya luka-luka baru atau cedera akibat berolahraga atau kecelakaan. 2. Sedang menderita patah tulang, pada tempat bekas luka, bekas cedera, yang belum sembuh betul. 3. Pada daerah yang mengalami pembengkakan atau tumor yang diperkirakan sebagai kanker ganas atau tidak ganas 4. Pasien dalam keadaan menderita penyakit menular. 2.6.4 Shaking Massage 2.6.4.1 Pengertian Shaking Massage Manipulasi shaking dapat dilakukan menggunakan seluruh permukaan tapak tangan dan jari-jari dengan cara bersamaan pada bagian otot yang tebal dan lebar. Otot yang panjang dan sempit cukup dengan menggunakan jari-jari atau satu tapak tangan saja, seolah-olah menjepit otot dengan ujung-ujung jari kemudian digoncang kekanan dan kekiri atau ke atas dan bawah. Manipulasi ShakingMassage diberikan beberapa saat dengan singkat dan kuat karena berat dalam melakukannya . Manfaat dari manipulasi shaking adalah: (1) meningkatkan kelancaran peredaran darah, terutama dalam penyebaran sari-sari makanan kedalam jaringan, (2) memacu serabut-serabut otot untuk siap menghadapi tugas 31 yang lebih berat, tanpa memberi pengaruh yang merugikan pada persarafan maupun serabut-serabut otot itu sendiri. Shaking adalah gerakan tangan untuk mengangkat dan menekan otot dengan menggunakan tiga jari, ibu jari, atau tangan dan siku. Manfaat dari shaking massage yaitu : 1. Dengan bergantian meremas dan santai, pembuluh darah dan pembuluh limfatik dikosongkan dan diisi, membawa nutrisi segar ke otot-otot. 2. Membantu untuk memecah dan membuang deposit lemak disekitar paha. 3. Memperlancar aliran darah. 4. Setiap racun yang telah terakumulasi dikeluarkan dari jaringan yang lebih dalam. 5. Membantu untuk mencegah kekakuan otot. 6. Menenangkan saraf. 7. Membawa suplai darah yang lebih banyak ke otot. 8. Membantu melindungi otot agar tidak kaku atau rileksasi otot. 9. Membebaskan perlengketan jaringan. Gambar manipulasi shaking disajikan pada Gambar 2.7 Gambar 2.6 Manipulasi shaking (Sumber: Priyonoadi, 2008) 32 2.6.4.2 Prosedur pelaksanaan manipulasi shaking massage 1) Pasien dalam posisi tengkurap dan rileks 2) Fisioterapis memberikan teknik manipulasi shaking kepada pasien dengan cara melakukannya adalah dengan jari-jari membengkok pada bagian paha khususnya otot hamstring yang dilakukan dengan gerakan-gerakan ke samping, ke atas dan ke bawah (menggoncangkan). Manipulasi dilakukan dengan irama yang hidup serta tangan berpindah-pindah dan berdekatan. 3) Pemberian manipulasi ini dilakukan selama 10 menit.