OTOT Definisi otot Otot adalah jaringan yang mempunyai struktur dan mempunyai fungsi utama sebagai penggerak. Ciri suatu otot mempunyai hubungan yang erat dengan fungsinya. Otot hewan berubah menjadi daging setelah pemotongan karena fungsi fisiologisnya telah berhenti. Otot merupakan komponen utama penyusun daging. Sistem otot Meliputi alat-alat tubuh, dengan jalan kontraksi (memendek) dan relaksasi (kembali seperti keadaan semula) akan menimbulkan pergerakan tubuh secara keseluruhan atau sebagian Fungsi Otot • Fungsi volunter : merupakan akibat kerja dari otot rangka 1. Mempertahankan sikap tubuh : duduk, berdiri, dan tidur 2. Melaksanakan bermacam-macam gerakan : 1. Anggota tubuh : Pergerakan 2. Jari-jari : untuk merenggang 3. Diafragma : respirasi (pernafasan) 4. Pharying : menelan makanan 5. Lidah dan bibir : menggerakan makanan dan vokalisasi • Fungsi involunter (tidak dipengaruhi kehendak) : akibat kerja otot polos dan otot jantung 1. Propulsi (dorongan) substansi dalam bermacam-macam saluran, misalnya: makanan yang berjalan sepanjang saluran pencernaan; darah yang berjalan di sepanjang pembuluh darah; sel telur yang berjalan di sepanjang saluran telur (oviduct); sperma yang berjalan di sepanjang saluran mani 2. Ekspulsi (pengeluaran) substansi yang tersimpan dalam kantung (vesica) : empedu, urine, dan feses. 3. Regulasi (pengaturan) diameter lubang : mengatur besar kecilnya pupil mata, pylorus lambung, dan rektum (anus). 4. Regulasi (pengaturan) diameter saluran : mengatur besar kecilnya pembuluh darah (sel-sel darah sangat fleksibel sehingga sel-sel darah dapat merubah bentuk dengan segera pada saat sel darah tersebut masuk ke dalam pembuluh darah yang berbeda (Arteri, arteriol, kapiler, venula, vena); dan mengatur besar kecilnya bronkiolus pulmo. Sifat-sifat otot (global) 1. KONTRAKTILITAS kemampuan otot untuk mengadakan respon (memendek) bila dirangsang (otot polos 1/6 kali; otot rangka 1/10 kali) 2. EKSTENSIBILITAS = DISTENSIBILITAS kemampuan otot untuk memanjang bila otot ditarik atau ada gaya yang bekerja pada otot tersebut bila otot rangka diberi beban; uterus berisi fetus 3. ELASTISITAS kemampuan otot untuk kembali ke bentuk & ukuran semula setelah mengalami ekstensibilitas/distensibilitas (memanjang) atau kontraktilitas (memendek) 4. IRRITABILITAS = EKSITABILITAS kemampuan otot untuk mengadakan respon bila di rangsang dari luar, ex. Perubahan-perubahan selama kontraksi otot 1. 2. 3. 4. PERUBAHAN BENTUK PERUBAHAN KIMIA PERUBAHAN PANAS PERUBAHAN LISTRIK 1. Perubahan bentuk • Pada saat terjadi kontraksi, otot menjadi pendek dan gemuk, tetapi tidak mengalami perubahan volume • Terjadi perubahan bentuk dari protein • Menurut Szent-Gyorgy perubahan ini karena adanya protein dalam otot aktomiosin terurai menjadi aktin & miosin aktin mengalami torsi (perputaran) 2. Perubahan kimia • Pada saat istirahat komposisi otot sebagai berikut: Air 75 % Protein 20 % Glikogen 1 % Fosfokreatin (an) 0,3 % Asam laktat 0,5 % Heksosa phosfat (or) 0,05 % • Pada saat kontraksi: Fosfat an & asam laktat meningkat jumlahnya; fosfat or & glikogen menurun jumlahnya; oksigen banyak digunakan; H2O & CO2 banyak dihasilkan • Untuk proses di atas sangat dibutuhkan energi, maka untuk kontraksi otot ada 4 (empat) macam, yaitu: Lanjutan perubahan kimia 1. ATP (adenosin triphosfat) ADP (adenosin diphosfat) energi yang dihasilkan untuk kontraksi 2. Fosfokreatin asam phosfat + kreatin energi yang dihasilkan untuk resintesis ATP 3. Glikogen asam laktat energi yang dihasilkan untuk resintesis fosfokreatin 4. 1/5 (seperlima) asamlaktat +O2 H2O + CO2 energi yang dihasilkan untuk mengubah 4/5 { EMPAT PERLIMA) ASAM LAKTAT MENJADI GLIKOGEN 3. Perubahan panas • Dari seluruh energi yang digunakan untuk kontraksi hanya 20 %, untuk kerja dan selebihyahilang dalam bentuk panas. • Panas yang timbul dapat digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh,sehingga pada suhu yang dingin produksi panas dapat ditingkatkan melalui pergerakkan otot 4. Perubahan listrik • Bila otot berkontraksi terjadi perubahan listrik sehingga timbul arus aksi yang mengalir dari daerah positif ke daerah negatif • Daerah aktif relatif lebih negatif di bandingkan dengan daerah non aktif (positif) • Bila mengalami istirahat maka tidak akan timbul arus aksi • Istilah tersebut dapat dikatakan sebagai polarisasi, depolarisasi dan repolarisasi Beberapa istilah • Treppe Rangsang yang berulang dengan intensitas (kuat) rangsang yang sama sehingga lambat laun kuat kontraksi meningkat • Hipertropi Bila otot melakukan kerja secara terus menerus maka otot akan membesar setiap diameter serabut syaraf juga akan membesar, tetapi jumlah serabut serabut di dalamnya tetap atau tidak bertambah • Atropi Bila otot tidak digunakan (misalnya sakit shg tidak berjalan karena sakit) maka otot akan mengecil • Hiperplasia Membesarnya otot, karena jumlah serabut yang bertambah Struktur Fibrus Otot Gambar 1. Arsitektur dari suatu otot rangka serta serabut-serabutnya. (Reproduksi atas ijin dari Torrey, Morphogenesis of the Vertebrates, atas kebaikan John Willey dan Sons.) Gambar 2. Penampang lintang melalui suatu serabut otot pada perhubungan ban A – ban I (Forrest et al., 1975) Gambar 3. Otot skeletal atau otot kerangka sampai dengan struktur miofibril (Bloom dan Fawsett, 1969; Forrest et al., 1975). Perototan pada Ternak Gambar 11. Otot-otot dan tensor utama ternak ayam, (1) Pectoralis superficialis; (2) Biceps brachii; (3) Extensor dan Flexor carpi radialis; (4) Biceps femoris; (5) Gastrocnemius; (6) Tibialis cranialis; (7) tendotendo flexor; (9) otot-otot Cervical; (10) Obliqus abdominis externus, dan (11) Gluteus superficialis (Abbott Laboratories, International Veterinary Division, 1968) Gambar 4. Otot-otot superfisialis pada kuda, (Ellenberger, Baum dan Dittrich, Atlas of Animal Anatomy for Artists, dicetak ulang dengan ijin dari Dover Publications, Inc). Gambar 5. Otot-otot dalam pada kuda. (Ellenberger, Baum dan Dittrich, Atlas of Animal Anatomy for Artists, dicetak ulang dengan ijin dari Dover Publications, Inc). Gambar 6. Otot-otot superfisial sapi setelah otot kutaneus diambil. (Ellenberger, Baum dan Dittrich, Atlas of Animal Anatomy for Artists, dicetak ulang dengan ijin dari Dover Publications, Inc.) Gambar 7: Diagram potongan primal karkas veal, hubungannya dengan skeleton atau kerangka (National Live Stock and Meat Board, 1973). Gambar 8 : Diagram potongan primal sapi (beef), hubungannya dengan skeleton atau kerangka (National Live Stock and Meat Board, 1973) Gambar 9. Perototan pada kambing Gambar 10 : Diagram potongan primal karkas domba, hubungannya dengan skeleton atau kerangka (National Live Stock and Meat Board, 1973).