Tatap muka ke : 13 POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN

advertisement
Tatap muka ke : 13
POKOK BAHASAN IX
IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA
Tujuan Instruksional Umum :
 Memberikan pengetahuan tentang penggunaan energi mekanik yang
dihasilkan dari proses metabolisme dan dinamika fisiologi untuk aktivitas
kerja.
Tujuan Instruksional Khusus :
 Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja
 Mengetahui faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap
prestasi kerja
 Aktivitas fisiologi saat kerja dan kelelahan pada ternak kerja
 Implementasi ternak kerja
Uraian Materi :
Permasalahan / peranan ternak kerja
Sumber energi mekanik di Indonesia ada beberapa macam yaitu 1) alat
mekanik (traktor dll) sebanyak 3% (2 x 104 kw), 2) tenaga manusia sebanyak 47%
(140 x 104 kw) dan 3) tenaga ternak sebanyak 50% (150 x 104 kw). Dari ketiga
sumber tersebut, yang potensial untuk dikembangkan untuk mendukung pengolahan
lahan pertanian terutama tanaman pangan adalah tenaga ternak.
Kemampuan tenaga kerja sapi sangat tergantung pada beberapa faktor, seperti
bangsa, jenis kelamin, ukuran besar dan berat, latihan, pemberian pakan dan
kesehatan.
Sepasang sapi kerja yang baik mampu untuk membajak 0,25 ha dalam waktu
6,5 jam atau 3,2 km/jam dalam perjalanan. Seekor sapi dapat mengubah energi kimia
dari pakan menjadi energi gerak / energi mekanik untuk ternak kerja. Ternak yang
124
bekerja ringan misalnya hanya berjalan tanpa beban, membutuhkan energi lebih
sedikit dibandingkan dengan ternak yang bekerja berat. Proses metabolisme dan
aktivitas fisiologis pada tubuh ternak dapat menghasilkan kontraksi dan relaksasi otot
yang dapat menimbulkan gerakan mekanik. Sumber energi untuk kerja dapat berasal
dari nutrisi pakan atau melalui perombakan jaringan lemak atau glikogen.
Ketrampilan seekor ternak dalam bekerja dapat dibentuk melalui latihan yang
teratur dan terprogram dan sebaiknya dilakukan dari usia muda. Produktivitas kerja
seekor ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kondisi fisik ternak (umur,
berat, kesehatan, postur tubuh), ketrampilan ternak, ketrampilan pengendali
(peternak/pengemudi), kondisi fisik lingkungan (lahan, jalan, suhu, radiasi, dll) dan
jumlah/kuantitas nutrisi yang dikonsumsi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil kerja yang
maksimal :
Faktor internal (ternak) :
Umur ternak : stamina terbaik pada umur sesudah dewasa tubuh, tetapi tidak
umur tua. Pada sapi dan kerbau pada kisaran umur 4 – 7 tahun. Latihan kerja
dimulai pada umur 2 – 3 tahun.
Postur tubuh dan berat badan : ternak yang besar dan lebih berat karena
akumulasi lemak, tidak menjamin memiliki stamina dan tenaga kerja yang lebih
baik, bahkan tubuhnya merupakan beban bagi ternak. Postur tubuh yang
tinggi, besar dan kaki panjang memberikan prestasi kerja yang cepat.
Jenis kelamin : umumnya ternak jantan mempunyai prestasi kerja yang lebih
baik dibandingkan dengan ternak betina.
Bangsa : sapi PO, sapi Madura, sapi Bali dan sapi Brahman adalah bangsa
sapi tipe kerja. Sedangkan sapi dari bos taurus belum diteliti kemampuannya
sebagai ternak kerja.
Ketrampilan ternak : ketrampilan kerja ternak hanya dapat dibentuk melalui
program latihan dan dimulai pada umur muda.
125
Konformasi otot : gerakan mekanik terjadi apabila otot pada kaki berkontraksi,
sehingga kekuatan tarik / stamina ternak juga ditentukan oleh perototannya.
Makin sempurna perototan (konformasi otot), kekuatan tarik juga makin besar.
Spesies : ternak kerbau lebih cocok bekerja di lahan persawahan berlumpur
dalam karena kaki pendek dan berteracak
besar sehingga tidak mudah
tergelincir. Sedangkan sapi lebih cocok pada lahan kering (tidak berlumpur
dalam) karena kakinya panjang dan teracak relatif kecil). Kerbau tidak tahan
panas ketika bekerja, karena kulit berwarna gelap dengan kelenjar keringat
sedikit, sedangkan sapi lebih tahan panas.
Kesehatan : ternak yang terdeteksi sakit sebaiknya tidak dikerjakan, terutama
penyakit yang terkait dengan proses metabolisme dan infeksi. Demikian juga
untuk ternak yang bunting awal maupun akhir.
Faktor eksternal (lingkungan) :
Pakan
o Kebutuhan energi dipengaruhi oleh berat
badan, beban
yang
diangkut/ditarik, kondisi/kemiringan jalan, kecepatan gerak ternak dan
kebutuhan pokok hidup.
Kondisi lingkungan fisiologis
o Suhu, kelembaban, sirkulasi udara, cuaca dan radiasi matahari
o Khusus pada kerbau, faktor suhu dan radiasi matahari sangat
berpengaruh terhadap thermo regulasi kerbau, sehingga implikasinya
dapat menurunkan kemampuan kerja (kulit kerbau berwarna gelap dan
mempunyai kelenjar keringat yang relatif sedikit)
Kondisi lahan/jalan
o Pada kondisi jalan mendaki/menanjak, ternak harus menarik dan
mengangkat tubuhnya sendiri sebagai beban.
126
o Pada jalan menurun, ternak harus mengeluarka energi ekstra agar
tubuhnya dapat dipertahankan posisinya agar tidak tergelincir.
o Pada jalan mendaki dan menurun, energi yang dikeluarkan banyak
digunakan untuk kontraksi isometrik.
o Pada jalan mendatar, energi lebih banyak digunakan untuk kontraksi
isotonik (untuk gerakan mekanik berjalan).
Peralatan kerja
o Prestasi kerja juga dipengaruhi oleh desain, bentuk dan berat peralatan
kerja.
Ketrampilan operator
o Operator yang kurang terampil, kurang pengalaman dan tidak terbiasa
dalam mengendalikan ternak dapat menurunkan prestasi kerja ternak,
karena semua perintah dari operator tersebut tidak dijalankan dengan
baik oleh ternak kerja.
Pasangan kerja
o Dalam memilih pasangan kerja sebaiknya seimbang baik kekuatan tarik
maupun ukuran postur tubuh.
Indikator produktivitas ternak kerja diukur dari prestasi kerja ternak, yang
parameternya ditentukan oleh :
Kecepatan kerja
Kedalaman bajak/garu
Luas lahan yang dikerjakan
Lamanya waktu bekerja yang dapat dicapai
Dinamika Fisiologi dan Metabolisme pada Ternak Kerja
Gerakan mekanik pada ternak yang sedang melakukan aktivitas kerja
merupakan resultante dan interaksi dari semua aktivitas komponen biologis tubuh
127
ternak, terutama pada aktivitas metabolisme dan sistem cardio vascularis. Sebelum
bekerja, sistem saraf bekerja lebih dahulu untuk menyampaikan perintah otak ke
sistem perototan (muskuler) untuk melakukan gerakan kontraksi – relaksasi terutama
pada daerah kaki.
Ada 2 macam kontraksi otot :
1. Kontraksi isotonik, yang disertai dengan gerakan mekanik sehingga ternak
dapat berjalan.
2. Kontraksi isometrik, tidak disertai gerakan mekanik. Kontraksi dimaksudkan
agar posisi tubuh tetap tegak (ternak tidak tergelincir) atau dalam posisi
menahan beban (tubuhnya sendiri atau beban yang diangkut).
Kedua gerakan ini membutuhkan suplai energi baik dari nutrisi maupun hasil
metabolisme.
Pada ternak yang melakukan gerakan mekanik ringan (berjalan tanpa beban),
dibutuhkan suplai nergi relatif sedikit, sehingga aktivitas sirkulasi darah tidak
perlu direspon dengan peningkatan frekuensi denyat jantung dan respirasi.
Pada ternak yang bekerja berat (membajak sawah), perlu suplai energi besar,
sehingga harus direspon dengan peningkatan pulsus dan respirasi.
Sumber energi utama untuk aktivitas gerakan otot :
Karbohidrat (glukosa)
Sumber energi lain :

Protein dan lemak (dapat digunakan sebagai sumber energi karena zat
intermediernya dapat dikonversi menjadi glukosa melalui proses
glukoneogenesis)

Glikogen yang disimpan dalam hati dan otot juga dapat diubah menjadi
glukosa sebagai sumber energi melalui glikogenolisis.
Adenosin Tri Phosphate (ATP) merupakan energi yang dihasilkan dari
berbagai proses metabolisme, yang digunakan untuk kontraksi otot.
128
Ternak yang bekerja ringan : sumber energi dipenuhi melalui metabolisme
aerobik substrat, dengan menggunakan oksigen dari sirkulasi darah dan ATP
dipenuhi dari fosforilasi aerobik. Metabolisme ini berjalan lambat, sehingga
ketika ternak bekerja berat dan membutuhkan energi banyak, suplai energi
tidak dapat memenuhi kebutuhan. Kekurangan energi ini dapat dipenuhi dari :
Glikolisis anaerobk
Pembentukan ATP dari creatin phosphat, adenosin di phosphat (ADP)
dan
Konversi piruvat menjadi laktat (melalui siklus asam sitrat)
Respon fisiologis pada ternak yang melakukan gerakan mekanik adalah
adanya peningkatan temperatur rektal, pulsus, respirasi dan penurunan kemampuan
kerja apabila dikerjakan dalam waktu yang lama. Aktivitas gerakan kontraksi otot
yang tidak dimbangi dengan suplai energi yang cukup akan menimbulkan kelelahan.
Kelelahan :
 Selama otot berkontraksi, akan terbentuk asam laktat. Semakin lama kontraksi
berlangsung, jaringan otot akan semakin kekurangan sumber energi (ATP)
dan proses kelelahan terjadi.
 Kelelahan terjadi karena suplai glikogen otot menurun sampai nol dan jaringan
otot tidak mampu lagi memproduksi energi metabolik dari proses glikolisis
anaerobik.
 Indikator kelelahan secara fisiologis :

Peningkatan pulsus, respirasi dan temperatur rektal

Terlihatnya buih pada mulut dan bibir atas

Tidak adanya koordinasi gerakan kaki

Lidah sering menjulur keluar

Gerakan kelopak mata yang menonjol
129

Ternak berjalan sangat pelan dan akhirnya berhenti
 Pada saat istirahat, asam laktat yang terakumulasi diubah menjadi piruvat,
yang kemudian masuk ke siklus asam sitrat. Asam laktat yang tersisa diubah
menjadi glukosa dan kemudian disimpan sebagai glikogen dalam hati.
Metode Pelatihan pada Ternak Kerja
Salah satu faktor penting yang menentukan prestasi kerja adalah ketrampilan
ternak. Ketrampilan ternak dapat dibentuk melalui proses latihan yang dilakukan
secara bertahap dan terarah. Ketrampilan ternak kerja didasarkan pada latihan yang
dilaksanakan secara teratur dan terkendali, sehingga merupakan suatu kebiasan.
Pada ternak yang dilatih secara teratur, sistem perototan dan sistem peredaran
darahnya tetap baik dan sehat dan kemungkinan terjadinya timbunan lemak dapat
dikurangi.
Tujuan dilakukannya pelatihan adalah untuk : 1) merubah tingkah laku ternak
sehingga dapat melakukan kegiatan kerja / dapat dikendalikan, 2) melatih kekuatan /
tenaga ternak sehingga sesuai dengan kebutuhan ternak kerja, 3) agar ternak yang
dilatih dapat bekerja sama dengan ternak lain (terutama ternak yang bepasangan).
Prinsip – prinsip pelatihan adalah :
1. Trainer / peternak melakukan pendekatan dengan sabar, perlahan dan
konsisten (ternak harus dijinakkan terlebih dahulu).
2. Trainer sebaiknya tetap. Program latihan dilakukan secara teratur, berulangulang dan menjadi suatu kebiasaan. Hal ini dimaksudkan agar perubahan
tingkah laku ternak yang sesuai dengan program latihan.
3. Setiap tahap dalam latihan, target harus dicapai. Ternak yang telah dapat
menyelesaikan program latihan dengan baik dan sesuai target sebaiknya
diberi “penghargaan” (diberi pakan yang agak lain / istirahat / dielus dll).
4. Apabila ternak melakukan tindakan yang salah / tidak sesuai dengan latihan,
sebaiknya segera dikoreksi dengan cara dipecut atau tidak diberi makan dll.
130
5. Sebelum melangkah pada program latihan berikutnya, tahap latihan harus
dicapai (latihan harus bertahap).
6. Perintah pada ternak sebaiknya sederhana, singkat, jumlah kata-katanya
sedikit, mudah dibedakan dengan kata-kata lain.
Selama program latihan, ternak lebih mematuhi aktivitas yang dilakukan
secara berulang-ulang, sehingga merupakan kebiasaan termasuk dalam mamatuhi
perintah operator untuk melakukan aktivitas kerja. Program latihan pada ternak kerja,
sebaiknya dilakukan secara bertahap, yaitu :
1. Ternak dibiasakan berkomunikasi dengan peternak (operator), agar jinak dan
bersahabat dengan peternak. Perlakuan pada ternak sebaiknya tidak kasar,
tetapi cenderung lemah lembut.
2. Ternak dibiasakan menerima perintah sesuai dengan program latihan. Bahasa
perintah sebaiknya sederhana, singkat, jelas dan spesifik. Perintah tersebut
dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan.
3. Latihan untuk menarik beban (misalnya bajak, garu, gerobak, andong dll)
sebaiknya tidak langsung menggunakan alat-alat tersebut, tetapi dilakukan
secara bertahap dari beban yang paling ringan sampai beban berat maksimal
yang dapat ditarik.
4. Latihan menarik beban yang dilakukan secara teratur dan bertahap akan
membuat sistem perototan dapat tumbuh dengan baik dan ternak memiliki
stamina yang diperlukan sebagai ternak kerja.
5. Apabila ternak sudah dapat dikendalikan dan stamina sudah cukup baik,
ternak dapat langsung dilatih kerja dengan berpasangan atau didampingi
ternak yang sudah trampil.
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh peternak / operator selama program latihan
dilaksanakan :
1. Ternak diberi pakan sesuai dengan kebutuhan terutama kandungan energinya.
131
2. Ternak jangan diberi beban yang beratnya melebihi batas kemampuan
maksimal.
3. Ternak juga perlu waktu istirahat untuk mengembalikan staminanya.
4. Waktu latihan dalam satu hari dibatasi, maksimal 4 jam.
5. Khusus pada ternak kerbau, sebaiknya tidak dikerjakan pada kondisi cuaca
panas. Kerbau lebih sesuai dikerjakan pada lahan yang berlumpur.
Tahap latihan
No.
Tahap
Tempat
Waktu (jam)
per hari
Lama
(hari)
Kandang
3 – 4 (pagi
hari)
3
Kandang dan
lapangan
3 – 4 (pagi
hari)
7
1.
Penjinakan
2.
Penggunaan pakaian
kerja dan berjalan
3.
Menarik beban
Lapangan terbuka
3 – 4 (pagi
hari)
7 – 14
4.
Menarik peralatan kerja
Lapangan terbuka
3 – 4 (pagi
hari)
21 - 28
Implementasi penggunaan tenaga kerja ternak
Observasi :

Luas lahan pertanian (Ha)

Kondisi lahan (ringan, sedang / berat)

Tipe kerja

Jumlah / kondisi ternak kerja yang tersedia, termasuk umur, berat, bangsa,
ukuran dan lain-lain

Jumlah hari kerja / musim

Kemampuan ternak mengolah lahan per hari (Ha / hari)

Suplai pakan yang ada baik jumlah maupun kualitas HMT dan konsentrat yang
diberikan pada ternak.
132
Strategi :
1. Bila kualitas pakan rendah :
a. Kerja ringan / sedang
b. Jumlah ternak banyak
c. Waktu kerja sesuai kemampuan
2. Bila kualitas pakan baik
a. Kerja berat → mampu
b. Jumlah ternak → sedikit / dapat dikurangi
c. Waktu kerja per ekor → lebih lama
Latihan soal :
1. Mengapa ternak yang sudah dewasa atau tua sulit untuk dilatih kerja?
2. Mengapa ternak yang dipergunakan untuk kerja, laju pertumbuhannya
menurun?
3. Ternak yang berpostur lebih tinggi dan besar, tidak selalu memberikan hasil
kerja yang lebih baik. Mengapa?
4. Asumsi kebutuhan sapi untuk mengolah lahan pertanian :
a. Luas sawah garapan = 130 Ha
b. Sepasang sapi jantan mempunyai kemampuan membajak rata-rata per
jam = 400 m2. Untuk menggaru ½ dari membajak. Penggunaan sapi per
hari = 4 jam. Musim pengolahan lahan ditargetkan = 25 hari. Berapa
ekor sapi dibutuhkan untuk mengolah lahan tersebut?
133
RANGKUMAN SINGKAT :
Proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja, dan didukung
oleh suplai nutrisi (energi) dapat menghasilkan gerakan kontraksi dan relaksasi otot,
yang implikasinya dapat menghasilkan gerakan mekanik. Dengan latihan yang
terarah, gerakan mekanik dapat dimanfaatkan untuk kerja yang produktif, terutama
untuk pengolahan lahan pertanian. Prestasi kerja yang optimal dapat dilakukan
dengan manipulasi semua faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap
aktivitas kerja.
Download