LAPORAN FISIOLOGI MUSCLE CONTRACTION Amanda Sari Puspita / 14934 Kumala Audi Kusuma / 14936 Hannifah Pradipta Siwi / 14951 Daniel Andry Kurniawan / 14969 Abdi Marang Gusti Alhaq / 14998 Ali Ariyono / 15137 Vincent / 15138 Hindun Zakiyah / 15144 Narulita Shifa / 15145 Geraldine Nadita / 15182 LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI MUSCLE CONTRACTION I. Pendahuluan a. Tujuan: Tujuan praktikum fisiologi ini adalah untuk mempelajari kinerja kinetik otot dan kelelahan otot pada manusia b. Tinjauan Pustaka: Kerja otot: Kerja otot dibagi menjadi dua yaitu kinetic dan stastis. Contoh gerak kinetic adalah menulis. Contoh gerak statis adalah memegang buku pada posisi tertentu tanpa bergerak. Kontraksi otot juga di bagi menjadi dua yaitu kontraksi isotonic dan isometric, kontraksi isotonic bekerja ketika tegangan pada otot yang bekerja relative konstan meskipun otot mengalami perubahan panjang. Kontraksi isotonic digunakan untuk memindahkan barang dan memindahkan benda. Kontraksi isotonic dibagi menjadi dua yaitu, konsentrik dan eksentrik. Pada kontraksi isotonic konsentric untuk memindahkan benda, otot mengalami pemendekan. Contohnya saat otot biseps berkontaksi yang digunakan untuk mengangkat buku. Pada mekanisme konsentrik eksentrik otot mengalami pemanjangan saat proses kontraksi, sedangkangkan konstraksi isometric adalah kontraksi dimana energy tidak cukup membuat benda berpindah dan tidak mampu membuat perubahan pada otot. Setiap orang mempunyai kemampuan otot yang bebeda beda. Jika otot nyeri dan kelelahan kerja otot akan menurun dan otot idak bekerja tidak maksimal. Namun belum tentu setiap orang tahu penyebab nyeri yang dirasakan dan pengaruhannya terhadap relaksasi. Oleh karena itu, dalam percobaan ini kita mempelajari pengaruh otot saat melakukan saat melakukankontraksi berupa tarikan dengan kelelahan sempurna yang kemudian disertai dengan istirahat dan pemijatan. Terdapat tiga hal, yang ditinjau dalam percobaan ini yaitu mekanisme kerja otot, metabolisme energy yang digunakan, dan mekanisme kelelahan otot. Kontraksi Otot: Awal mula kontraksi terjadi ketika reticulum sarkoplasmik melepaskan ion Ca ke dalam sarkoplasma. Pada sarkoplasma, ion kalsium berikatan dengan troponin, menjadi troponinC. Troponin tersebut menggeser tropomyosin dari daerah perlekatan myosin (myosin binding site) pada aktin. Ketika daerah perlekatan tersebut sudah tidak tertutupi tropomiosin, terjadilah siklus kontraksi otot. 2+ Kontraksi otot terdiri dari empat langkah: 1. ATP hidrolisis Pada kepala myosin, terdapat daerah perlekatan ATP (ATP binding-site) dan terdapat enzim ATPase. Enzim ATPase adalah enzim yang memecah ATP menjadi ADP dan kelompok fosfat. Pada proses hidrolisis ATP ini, kepala myosin menjadi bengkok. Produk dari hidrolisis ATP (ADP + P) masih menempel di kepala myosin. 2. Cross bridge Pada saat kepala myosin menempel pada daerah perlekatan myosin pada aktin, kelompok fosfat yang tadi telah terhidrolisis dilepaskan. Keadaan saat kepala myosin menempel pada aktin selama kontraksi disebut cross bridge. 3. Power stroke Setelah cross bridge terbentuk, terjadi power stroke. Selama power stroke, daerah di mana ADP masih menempel (pada myosin) terbuka. Karena itu, cross bridge berputar ke tengah sarkomer (garis M) dan melepaskan ADP tersebut. Cross bridge menghasilkan usaha selama bergerak ke tengah sarkomer, menggerakkan filament tipis (aktin) melewati filament tebal (myosin). 4. Pelepasan myosin dari aktin Pada akhir power stroke, cross bridge tetap menempel pada aktin sampai myosin mengikat molekul ATP yang lain. Saat ATP menempel pada daerah perlekatan di kepala myosin, myosin melepaskan diri dari aktin yang lama. Siklus kontraksi berulang selama enzim ATPase menghidrolisis molekul ATP yang baru. Proses tsb berlangsung selama ATP tersedia dan konsentrasi Ca2+ tinggi. Ketika Ca2+ tidak dilepaskan lagi ke reticulum sarkoplasmik, proses kontraksi berhenti dan terjadi relaksasi Energi untuk kontraksi otot. Dalam beraktivitas diperlukan energy yang cukup. Energi ini umumnya merupakan hasil metabolism secara katabolisme yang berperan dalam penguraian molekul besar dan bersifat eksotermik dan menghasilkan ATP terutama melalui rantai respiratorik . Penyedia energy terbesar umumnya adalah glukosa. Secara garis besar glukosa diubah menjadi asam piruvat melalui jalur glikolisis dan menjadi asetil ko-A kemudian masuk ke siklus asam sitrat yang akan lanjut ke rantai transport electron. Persamaan reaksi glikolisis: Glukosa + 2ADP + 2Pi + 2NAD+ 2 Piruvat + 2H2O + 2ATP + 2NADH + 2H+ Piruvat yang dihasilkan kemudian diubah menjadi asetil ko-A melalui proses dekarboksilasi oksidatif oleh enzim-enzim di membrane dalam mitokondria. Persamaan piruvat menjadi asetil ko-A dapat diskemakan sebagai berikut Piruvat + NAD+ + ko-A asetil ko-A + NADH + H+ + CO2 Proses selanjutnya adalah siklus asam sitrat atau asam karboxilat atau siklus krebs dimana gugus asetil pada asetil koA direaksikan dengan asam dekarboxilat 4C oksaloasetat membentuk asam tri karboxilat 6C yaitu sitrat yang selanjutnya diikuti pelepasan dua molekul CO2 dan dibentuk ulang oksaloasetat Kelelahan otot: Kelelahan otot adalah ketidakmampuan otot untuk meneruskan kontraksi. Seseorang dapat merasakan kelelahan otot secara mental. Saat seseorang masih mampu melakukan kontraksi namun orang tersebut merasa tidak mampu. Kelelahan tersebut disebut kelelahan sentral atau kelelahan psikologis. Kelelahan sentral disebabkan oleh perubahan di sistem saraf pusat. Namun penjelasan mendetail tentang mekanisme kelelahan otot sentral belum diketahui sampai saat ini. Selain kelelahan sentral terdapat pula kelelahan otot dan kelelahan neuromuskular. Salah satu kelelahan otot disebabkan oleh penimbunan asam laktat. Penimbunan asam laktat menyebabkan otot menjadi kurang responsif terhadap rangsangan. Penyebab lainnya adalah kehabisan cadangan energi. Kelelahan neuromuskular sesuai namanya terjadi di percabangan saraf dengan otot. Kelelahan neuromuskular disebabkan oleh ketidakmampuan neuron motorik aktif untuk mensintesis asetilkolin(AcH) secara cepat, sehingga kebutuhan AcH tidak terpenuhi untuk meneruskan potensial aksi dari saraf ke otot. c. Alat dan Bahan: 1. Ergograph mosso 2. Metronom 3. Beban (1kg, 3.5 kg, 6kg) 4. Penggaris 5. Stop watch 6. Komputer d. Cara Kerja: A. Percobaan pertama 1. Nyalakan komputer. 2. Buka icon Messo. 3. Masukkan identitas probandus. 4. Atur beban dan frekuensi yang diinginkan, awal frekuensi 40x/menit dengan beban 1 kg. 5. 6. 7. 8. Atur posisi lengan kanan bawah pada penahan lengan dan kencangkan. Pada komputer pilih view, kemudian pilih chart. Pastikan grafik dimulai pada angka 0. Tekan start dan mulai menarik tuas menggunakan otot fleksor jari 2-4. Menarik tuas dengan menggunakan falang kedua jari 2-4 sebanyak 10 kali kontraksi dengan irama sesuai metronom. 9. Berikan beban tambahan menjadi 3.5 kg. 10. Mulai menarik tuas menggunakan otot fleksor jari 2-4. Menarik tuas dengan menggunakan falang kedua jari 2-4 sebanyak 10 kali kontraksi dengan irama sesuai metronom. 11. Berikan beban tambahan menjadi 6 kg. 12. Lakukan seperti nomor 10. 13. Simpan di My Document (pilih save grafik) dengan memberi nama file. 14. Lakukan seperti nomor 3-14 dengan frekuensi 60x/menit dan 80x/menit. B. Percobaan kedua 1. Lakukan seperti pada percobaan A no 1-8 dilanjutkan no 13 sampai dengan frekuensi 80x/menit dan beban 6kg dan kontraksi dilakukan hingga probandus merasa lelah. 2. Setelah istirahat 2 menit, lakukan seperti no 1 sampai probandus merasa lelah kembali. 3. Setelah prosedur penyimpanan selesai, lengan dilepaskan dari penahan dan dilakukan pemijatan pada lengan tersebut selama 2 menit. Kemudian ulangi prosedur no 1 hingga probandus merasa lelah kembali. II. Hasil dan Pembahasan Analisis 1. Subject Nama : Ali Aryono Jenis kelamin : L Umur : 18 tahun Berat badan : 64 kg Tinggi badan : 179 cm 2. Kerja optimum pada frekuensi yang berbeda Ergograms Frekuensi 40 x per menit Frekuensi 60 X per menit Frekuensi 80 X per menit Kerja otot terbesar dalam 1 menit terjadi ketika : Frekuensi optimum Beban optimum : 80 per menit :6 kg 3. Kelelahan otot Frekuensi optimum Beban optimum : 80 per menit : 6 kg Ergogram I (fatigue) Frequency per minute Load (Kg) (1) 80 (2) 6 Average amplitude (cm) (3) 78.58 Average work in 1 minute (kg.cm) (1) X (2) X (3) 37718.4 Ergogram II Frequency per minute Load (Kg) (1) 80 (2) 6 Average amplitude (cm) (3) 38.45 Average work in 1 minute (kg.cm) Average amplitude (cm) (3) 24.24 Average work in 1 minute (kg.cm) (1) X (2) X (3) 18456 Ergogram III Frequency per minute Load (Kg) (1) 80 (2) 6 (1) X (2) X (3) 11635,2 Efek dari istirahat pada kontraksi otot : ada/ tidak. Jelaskan Tidak ada. Dalam percobaan yang kami lakukan, istirahat selama dua menit tidak memberikan efek yang besar terhadap pengembalian stamina otot. Hal tersebut dikarenakan probandus membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membayar utang oksigen setelah melakukan kontraksi (oxygen debt). Membayar utang oksigen dibutuhkan untuk mengembalikan kondisi metabolisme ke keadaan normal. Berdasarkan data pada ergogram, kerja otot yang dilakukan setelah 2 menit lebih lemah daripada kerja otot sebelumnya. Efek dari pemijatan pada kontraksi otot : ada/ tidak. Jelaskan Tidak ada. Istirahat yang dilakukan selama 2 menit yang disertai dengan pemijatan juga tidak berpengaruh besar terhadap kerja otot. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi. Sebelum melakukan kerja otot ini, probandus baru saja melakukan banyak kerja otot yang membutuhkan banyak energi. Sehingga probandus merasa lelah dan memutuskan untuk berhenti sebelum kelelahan otot yang sesungguhnya, kelelahan tersebut disebut central fatigue. Kondisi psikologis probandus telah merasa lelah, membuat pemijatan tidak berefek pada pengembalian kekuatan kontraksi otot. Penyebab kelelahan : Kondisi psikologis probandus. Lokasi kelelahan : Sistem saraf pusat. III. Kesimpulan 1. Otot memerlukan energi untuk melakukan kontraksi 2. Berat beban dan intensitas kontraksi berkorelasi positif dengan kecepatan otot mencapai titik lelah. 3. Pemijatan yang dilakukan pada probandus tidak mempunyai efek pada hasil percobaan karena kondisi psikologis probandus telah mengalami kelelahan (Kelelahan Sentral). IV. Referensi Guyton, A.C. and Hall, J.E. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders. Sherwood, L. 2010. Human Physiology: From Cells to Systems. 7th ed. Belmont: Brooks/Cole. Tortora, G.J. and Derrickson, B. 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.