PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMERANKAN TOKOH DRAMA MELALUI STRATEGI ACTIVE LEARNING (BERMAIN PERAN) SISWA KELAS V SDN 101801 KEDAIDURIAN KECAMATAN DELITUA KAB. DELISERDANG Suharni Guru SDN. N0. 101801, Kedaidurian Kecamatan Delitua. Email : [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan Kemampuan Memerankan Tokoh Drama Melalui Strategi Active Learning (Bermain Peran) Siswa Kelas V SDN 101801 Kedaidurian Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang Tahun Pembelajaran 2010 - 2011”.Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri No 101801 Kedaidurian Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang pada siswa kelas V semester ganjil tahun pelajaran 2010 – 2011 dengan siswa berjumlah 35 orang.Hasil evaluasi menunjukkan terdapat kenaikan yang tuntas belajar dari 23 siswa (65,71%) pada pra tindakan menjadi 27 siswa (77,14 %) pada siklus I, dan menjadi 30 siswa (85,71%) pada siklus II. Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa “Jika strategi Active Learning (Bermain Peran) digunakan, maka kemampuan memerankan tokoh drama siswa kelas V SD Negeri No.101801 Delitua Kabupaten Deliserdang akan meningkat”, dapat diterima.Penelitian ini juga memberikan rekomendasi kepada para guru agar semakin aktif dan kreatif dalam memilih model dalam kegiatan belajar mengajar agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Kepada Kepala Sekolah hendaknya dapat mengambil kebijakan tentang perlunya setiap guru menjadi seorang fasilitator yang inspiratif, agar motivasi belajar siswa juga semakin meningkat. Selain itu kepada Kepala Sekolah hendaknya dapat mengusahakan agar ketersediaan sarana yang menunjang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan terus ditingkatkan. Kata Kunci :Strategi, BermainPeran, Drama, danPembelajaranAktif LATAR BELAKANG MASALAH Penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Masing-masing memiliki peran yang sangat besar dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan. Kesadaran orang tua, dan masyarakat dalam mendukung pelaksanaan kegiatan pendidikan sangat diperlukan. Setiap orang tua harus mampu memberikan motivasi yang besar kepada anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah. Sedangkan warga masyarakat juga harus dapat menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif sehingga setiap anak selalu berusaha untuk dapat melakukan kegiatan belajar dengan aman dan nyaman. Ada beberapa hal 119 yang menjadi indikator keberhasilan pendidikan di sekolah. Strategi dan metode mengajar menjadi salah satu bagian yang terpenting dalam proses pembelajaran, khususnya pada pelajaran bahasa Indonesia. Jika mata pelajaran ini disampaikan dengan cara-cara yang kurang menarik, penggunaan strategi dan metode mengajar yang monoton dan kurang variasi, maka kejenuhan siswa akan lebih cepat muncul, akibatnya motivasi belajar siswa rendah dalam menerima pembelajaran. Dengan motivasi yang rendah, sangat sulit bagi guru maupun siswa untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Ditambah lagi pada pelajaran bahasa Indonesia, dengan materi pelajaran yang cukup luas karena dalam pembelajaran bahasa Indonesia ada 4 aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa yaitu; menyimak, berbicara, menulis dan membaca. Sementara, tidak semua guru yang mengajarkan bahasa Indonesia menguasai keempat aspek berbahasa itu. Di SDN 101801 Kedaidurian Kecamatan Delitua misalnya, sesuatu yang memprihatinkan terjadi, guru menyampaikan apa adanya, apa yang dibenaknya, tanpa menyadari bahwa bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan. Disamping itu, faktor sosial ekonomi siswa yang kurang mendukung, sebab sebahagian besar pekerjaan orang tua murid adalah buruh harian. Faktor kurang gizi dan kurang motivasi belajar dari guru dan orang tua. Siswa sering tidak masuk sekolah dengan sebab yang tidak jelas. Sementara, guru dalam menyampaikan pembelajaran masih menggunakan cara lama yaitu secara konvensional. Hal yang tersebut diatas menjadi sebab mengapa di Sekolah Dasar Negeri 101801 kelas V selalu saja nilai pembelajaran bahasa Indonesia masih kurang memuaskan, masih sangat rendah. Khususnya dalam memerankan tokoh drama. Melihat kondisi riil di sekolah tersebut, diperlukan usaha dari guru untuk dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa. Dengan jalan memilih metode atau strategi pembelajaran yang tepat diharapkan siswa tertarik dengan pelajaran bahasa Indonesia dan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Salah satu untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan menggunakan strategi Active Learning (Bermain Peran). Strategi Active Learning (Bermain Peran) merupakan usaha yang dikemas agar dapat mendorong siswa untuk lebih menguasai materi pelajaran. Dengan penggunaan Strategi Active Learning (Bermain Peran) yang dirancang secara matang dan dilaksanakan secara tepat, diharapkan dapat mendorong siswa lebih meningkatkan persiapan dalam menerima pelajaran. 120 Strategi Active Learning (Bermain Peran) merupakan strategi pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk memberikan terapi atas kemalasan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Dampak strategi Active Learning ini adalah siswa akan selalu berusaha untuk menyiapkan diri sebaikbaiknya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. strategi Active Learning mengacu pada peserta didik yang lebih dominan selama proses pembelajaran dan guru sebagai fasilitator. Salah satu metode mengajar yang dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar adalah bermain Peran. Metode bermain peran mengajak siswa berperan langsung dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran ini membutuhkan pengalaman yang luas dari siswa. Melalui strategi Active Learning (Bermain Peran) yang dilaksanakan dengan baik dan sinergis, siswa lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan. Strategi ini meningkatkan penguasaan konsep materi pelajaran bahasa Indonesia dan mampu membangkitkan minat belajar siswa. SD Negeri 101801 Kedaidurian Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang, dalam beberapa kali ulangan bahasa Indonesia selalu mendapat nilai rendah khususnya untuk materi memerankan tokoh drama. Peneliti hanya mengambil sampel dalam tiga kali hasil belajar terakhir Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin menindaklanjutinya dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kemampuan Memerankan Tokoh Drama Melalui Strategi Active Learning (Bermain Peran) Siswa Kelas V SDN 101801 Kedaidurian Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang Tahun Pembelajaran 2010 - 2011”. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan Rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: Meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama melalui Penerapan strategi Active Learning (Bermain Peran) siswa kelas kelas V SDN.101801 Kedaidurian Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang Tahun Pembelajaran 2010 - 2011 TINJAUAN TEORI Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru dalam proses pembelajaran tersebut. Menurut pembelajaran Bonwell (1995), aktif memiliki 121 karakteristik sebagai berikut: 1) Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh guru melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas, 2) Siswa tidak hanya mendengarkan pembelajaran secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran, 3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pembelajaran, 4) Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi, 5) Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran. perbedaan antara pendekatan pembelajaran Active Learning (belajar aktif) dan pendekatan pembelajaran konvensional, yaitu : Tabel 1 Perbandingan Pendekatan Pembelajaran Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Aktif Berpusat pada guru Berpusat pada anak didik Penekanan Penekanan pada pada menerima menemukan pengetahuan Kurang menyenangkan Sangat menyenangkan Kurang memberdayaka n semuaindera Membemberdayak an semua indera dan potensi Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Aktif dan potensi anak didik anak didik Menggunakan metode yang monoton Menggunakan banyak metode Kurang banyak Menggunakan media yang banyak media digunakan Tidak perlu Disesuaikan disesuaikan denganpengetahua dengan n yang sudah ada pengetahuan yang sudah ada Perbandingan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan strategi pembelajaran Active Learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di kelas. Selain itu beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggota kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Dalam konteks ini, maka ditawarkanlah strategi-strategi yang berhubungan dengan belajar aktif. Dalam arti kata menggunakan teknik 122 Active Learning (belajar aktif) di kelas menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang besar terhadap belajarsiswa. metode Role-Play dapat membantu siswa untuk memahami suatu masalah. Selain itu juga dapat mengubah sikap atau perilaku yang kurang baik dalam diri siswa. Dengan Role-Play akan muncul secara alami sikap-sikap yang kurang baik maupun yang baik dalam diri siswa. Sehingga setiap guru dapat memberikan koreksi yang mendalam terhadap sikap tersebut. Selanjutnya disebutkan oleh Slameto (1991:105) tentang keunggulan dan kekurangan metode Role-Play.Keunggulan: 1) Segera mendapat perhatian, 2) Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil, 3) Membantu anggota untuk menganalisa situasi,4) Menambah rasa percaya diri pada peserta, 5) Membantu anggota dan siswa menyelami masalah, 6) Membantu anggota mendapat pengalaman yang ada pada pikiran orang lain, 7) Membangkitkan minat dan perhatian pada saat untuk pemecahan masalah.Kekurangan: 1) Mungkin masalahnya disatukan dengan pemerannya. 2) Banyak yang tidak senang memerankan sesuatu yang salah, 3) Membutuhkan pemimpin yang terlatih, 4) Terbatas pada beberapa situasi saja, 5) Ada kesulitan dalam memerankan METODOLOGI PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri No. 101801 Delitua Kabupaten Deli Serdang, kelas V, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Jumlah siswa ada 35 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam Tahun Pembelajaran 2010 – 2011 semester ganjil, Pelaksanaan tindakan dan pengamatan dalam penelitian ini dibagi dalam 2 siklus. Setiap siklus dibagi dalam tiga kali pertemuan. Bagan 1 Skema Penelitian Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa instrumen yang digunakan untuk menjaring data penelitian, antara lain: pedoman observasi, dokumen, dan catatan lapangan. Instrumen penelitian disusun secara fleksibel dengan harapan agar segala bentuk permasalahan yang mungkin timbul dapat dicarikan jalan keluarnya dengan cepat dan tepat. 123 Instrumen penelitian tindakan kelas yang digunakan untuk menjaring data adalah berupa: Lembar Observasi Bermain Peran menunjukkan simpati, Menerima tanggung jawab, Mendorong partisipasi, Membuat kesan untuk tiap materi yang diterima Instrumen ini berisi tentang kegiatan yang dilakukan oleh siswa, dengan indikator sebagai berikut : 1) Peran serta masing-masing anggota, 2) Kesungguhan dalam membawakan peran, 3) Penguasaan peran, 4) Kesesuaian dengan tujuan. Skala penilaian yang digunakan adalah: skor 1 = tidak baik; skor 2 = kurang baik; skor 3 = baik; skor 4 = sangat baik. Skala penilaian yang digunakan adalah: skor 1 = tidak baik; skor 2 = kurang baik; skor 3 = baik; skor 4 = sangat baik. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan pelaksanaan ketrampilan bermain peran, digunakan kualifikasi sebagai berikut: Tabel 2 Kualifikasi Keterampilan Bermain Peran No Prosentase 1 2 3 4 0 – 50 51 – 64 65 – 84 85 – 100 Kualifikasi Tidak baik Kurang baik Baik Sangat baik Lembar Observasi Tim Instrumen kerjasama kelompok berisi tentang kegiatan yang dilakukan oleh siswa, dengan indikator sebagai berikut : Menghargai kesepakatan, Berpartisipasi secara aktif, Memberikan penghargaan dengan Untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan pelaksanaan ketrampilan kerja sama siswa dalam kelompok, digunakan kualifikasi sebagai berikut: Tabel 3 Kualifikasi Ketrampilan Kerjasama Tim No Prosentase Kualifikasi 1 0 – 50 Tidak baik 2 51 – 64 Kurang baik 3 65 – 84 Baik 4 85 – 100 Sangat baik Teknik Analisis Data Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif. Secara garis besar kegiatan analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Menelaah seluruh data yang dikumpulkan. Penelaahan dilakukan dengan cara menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan, dan menyimpulkan. Kegiatan penelaahan pada prinsipnya dilaksanakan sejak awal penjaringan data. Mereduksi data yang didalamnya melibatkan kegiatan pengkategorian dan 124 pengklasifikasian. Hasil yang diperoleh dapat berupa pola-pola dan kecenderungan-kecenderungan yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model bermain peran. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan tentang kegiatan bermain peran yang dilakukan oleh masing-masing kelompok yang dilakukan pada siklus I dan siklus II, maka dapat diketahui sebagaimana dalam tabel berikut ini: Kegiatan bermain peran sebagaimana dalam tabel di atas, dapat diuraikan bahwa rata-rata prosentase pada siklus I sebesar 66,61 %. Jadi kerjasama siswa dalam kelompok sudah cukup baik pada siklus I. Namun dalam siklus II, kegiatan bermain peran mengalami peningkatan, yaitu menjadi 70,89 %. Jadi kegiatan bermain peran yang dilakukan sudah termasuk baik dalam siklus II. Dengan demikian kegiatan bermain peran yang dilaksanakan oleh masing-masing kelompok dalam kegiatan pembelajaran sudah baik. Kerjasama Di dalam Kelompok Tabel 4 Perbandingan Kegiatan Bermain Peran Siklus I dan II N o 1 2 3 4 5 Nama Kelo mpok Menyi mak Berbic ara Menul is Memb aca Aktif Jumlah Rata-rata Siklus I Siklus II Jml % Jml % 72, 00 76, 00 71, 00 73, 00 81, 00 373 ,00 74, 60 67, 86 70, 54 69, 64 71, 43 75, 00 333 ,04 66, 61 76, 00 79, 00 78, 00 80, 00 84, 00 397 ,00 79, 40 67, 86 70, 54 69, 64 71, 43 75, 00 354 ,46 70, 89 Berdasarkan hasil pengamatan tentang kerjasama siswa dalam kelompok yang dilakukan pada siklus I dan siklus II, maka dapat diketahui sebagaimana dalam tabel berikut ini: Tabel 5 Perbandingan Ketrampilan Kerjasama Diskusi Siklus I dan II N o 1 2 3 4 Nama Kelo mpok Menyi mak Berbic ara Menul is Memb aca Siklus I Siklus II Jml % Jml % 111 ,00 115 ,00 106 ,00 110 ,00 66, 07 68, 45 63, 10 65, 48 117 ,00 120 ,00 114 ,00 118 ,00 69, 64 71, 43 67, 86 70, 24 125 5 Aktif Jumlah Rata-rata 120 ,00 562 ,00 112 ,4 71, 43 334 ,52 66, 90 124 ,00 593 ,00 118 ,6 73, 81 352 ,98 70, 60 Kerjasama siswa dalam kelompok diskusi sebagaimana tabel di atas, dapat diuraikan bahwa ratarata prosentase pada siklus I sebesar 66,90 %. Sehingga dapat disimpulkan kerjasama siswa dalam kelompok sudah cukup baik pada siklus I.Namun dalam siklus II, kerjasama siswa dalam kelompok mengalami peningkatan, yaitu menjadi 70,60 %. Jadi kerjasama siswa dalam kelompok sudah termasuk baik. Dengan demikian kerjasama siswa dalam kelompok yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran sudah baik. Hasil Evaluasi Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada pra tindakan, siklus I, dan siklus II maka dapat diketahui sebagaimana dalam tabel berikut ini: Tabel 6 Perbandingan Hasil Evaluasi N o Kegiat an 1 Pra Tuntas J ml % 23 65,7 Belum Tuntas J % ml 12 34,2 Tindak an 1 2 Siklus I 27 3 Siklus II 30 77,1 4 85,7 1 9 8 5 22,8 6 14,2 9 Hasil evaluasi menunjukkan terdapat kenaikkan yang tuntas belajar dari 23 siswa (65,71%) pada pra tindakan menjadi 27 siswa (77,14 %) pada siklus I, dan menjadi 30 siswa (85,71 %) pada siklus II. Sedangkan yang belum tuntas belajar mengalami penurunan dari 12 siswa (34,29 %) pada pra tindakan menjadi 8 siswa (22,86 %) pada siklus I, dan menjadi 5 siswa (14,29 %) pada siklus II. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian dalam bab terdahulu, dapat diuraikan sebagai berikut : Prestasi belajar siswa yang berupa kemampuan melakonkan drama menunjukkan kenaikan, yang ditunjukkan oleh hasil evaluasi belajar yang tuntas belajar dari 23 siswa (65,71%) pada pra tindakan menjadi 27 siswa (77,14 %) pada siklus I, dan menjadi 30 siswa (85,71%) pada siklus II. 5Sedangkan yang belum tuntas belajar mengalami penurunan dari 12 siswa (34,29 %) pada pra 126 tindakan menjadi 8 siswa (22,86 %) pada siklus I, dan menjadi 5 siswa (14,29 %) pada siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model bermain peran dapat meningkatkan penguasaan konsep materi pelajaran bahasa Indonesia khususnya memerankan tokoh dramapada siswa kelas V SD Negeri 101801 KecamatanDelitua Kabupaten Deli Serdangpadatahun pelajaran 2010 – 2011. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa “Jika strategi Active Learning (bermain peran) digunakan dalam pembelajaran, maka kemampuan memerankan tokoh drama siswa kelas VSD Negeri101801 Kedaidurian Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang Tahun Pembelajaran 2010 – 2011 akan meningkat”, dapat diterima. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : P.T. Rineka Cipta, 2006. Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: P.T. Bumi Aksara, 2006 Brown, G & Yule, G.Discourse Analisis. terj. Soetikno. Jakarta : P.T. Gramedia, 1993. Gani, Rizanur. Respon Pengajaran Bahasa Indonesia. Padang : Dian Dinamika Press, 1988. Hamalik, Umar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : P.T. Bumi Aksara, 2008. Hayon, Josep. Membaca dan Menulis Wacana. Jakarta : P.T. Grasindo, 2007. Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryani. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD, 2004. Jihad, Asep dan Abdul Haris. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008. Kasim, Anwar. Bimbingan Konseling Belajar. Universitas Jakarta, 2005. Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1999, Tentang GBHN. Surabaya: Penabur Ilmu. Kunandar. Guru Profesional. Jakarta : P.T. Raja Grafindo Persada, 2007. Lysanti, Rita Jenay. Studi Korelasi antara Konsep Diri dan Inteligensi dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia. Tesis : PPs UNJ, 2002. 127 Muliono, M. Anton. Buku Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta Timur : Pusat Bahasa Depdiknas, 2008. Nurcholis, Hanif. Dkk. Saya Senang Berbahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga, 2000. Purwo, Bambang Kaswanti. PokokPokok Pengajaran Bahasa dan Kurikulum 1994 : Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdikbud, 1997. Purwoko Herujati. Discourse Analisis. Jakarta : P.T. Indeks, 2008. Pusat Bahasa Depdiknas. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 2001. Riantiarno, N. Menyentuh Teater. Jakarta : MU3Book, 2003. Saiful Rachman, Yoto, Syarif Suhartadi, Suparti. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surabaya: SIC Bekerjasama Dengan Dinas P dan K Provinsi Jawa Timur,2006. San, Suyadi. Telaah Drama Konsep Teori dan Kajian. Medan : Media Persada, 2004. Soetomo. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional,1993. Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan. Jakarta : P.T. Rineka Cipta, 2006. Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru, 1989. Sudjana. Metode Statistika. Bandung : Tarsito, 2005. Suryaman, Maman. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta : P.T. Bumi Aksara, 2009 Suyatno, H. Dkk. Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia kelas 5. Jakarta : P.T. Mentari Pustaka, 2008. Triningsih, Diah Erna. Teknik Berbicara. Jakarta : Intan Pariwara, 2008. Triningsih, Diah Erna. Berani Bicara. Jogjakarta: C.V. Kompetensi Terapan Sinergi Pustaka, 2007. Tukan, Paulus. Mahir Berbahasa Indonesia 2. Jakarta : P.N. Yudhistira, 2005. S Slameto. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Jakarta: Bumi Aksara,1991. 128