Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran
Dalam usahanya, setiap perusahaan akan memasuki sebuah pasar yang ditujunya
dan memasarkan produk atau jasanya pada konsumen sasarannya dalam pasar tersebut.
Pemasaran dilakukan oleh perusahaan guna mendapatkan keuntungan yang maksimal
dengan menghasilkan produk atau jasa dan memenuhi kebutuhan konsumen. Sedangkan
yang dimaksud dengan pemasaran itu sendiri menurut definisi sosialnya adalah sebagai
berikut:
Menurut Philip Kotler dan Amstrong (2008:5):
“Pemasaran adalah suatu proses sosial dan proses managerial oleh individu
dan organisasi untuk memperoleh apa yg mereka butuhkan dan inginkan
melalui penciptaan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain.”
Sedangkan menurut Asosiasi Pemasaran Amerika yang dikutip oleh Kotler dan Keller
(2007:6) mendefinisikan sebagai berikut:
“Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk
menciptakan,
mengkomunikasikan,
dan
menyerahkan
nilai
kepada
pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang
menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya.”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah kegiatan yang dapat
dilakukan oleh individu dan organisasi, dengan tujuan memudahkan, dan mendorong
adanya pertukaran yang saling menguntungkan antara pihak satu dengan pihak lainnya.
Adapun definisi dari manajemen pemasaran menurut Philip Kotler dan Keller (2007:6)
yaitu :
“Manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan
mendapatkan,
menjaga,
dan
menumbuhkan
pelanggan
dengan
menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang
unggul.”
Penanganan proses pertukaran supaya berhasil menuntut sejumlah besar kerja dan
keterampilan. Manajemen pemasaran terjadi ketika sekurang-kurangnya satu pihak
pelaku pertukaran potensial berpikir tentang sarana-sarana untuk melaksanakan
tanggapan yang diinginkan oleh pihak pertama itu dari pihak lain. Manajemen pemasaran
sebagai seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran serta mendapatkan, menjaga, dan
menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan, penyerahan, dan pengkomunikasian
nilai pelanggan yang unggul.
2.2 Bauran pemasaran.
Bauran pemasaran adalah kegiatan pemasaran yang saling menunjang satu sama
lain. Keberhasilan perusahaan di bidang pemasaran di dukung oleh keberhasilan dan
memiliki produk yang tepat, harga yang layak, saluran distribusi yang baik, dan promosi
yang efektif. Di dalam pemasaran ada 4(empat) kebijakan pemasaran yang sering disebut
dengan istilah 4P atau bauran pemasaran (marketing mix) adalah produk (product), Harga
(price), saluran distribusi (place), dan Promosi (promotion). Untuk mencapai tujuan
pemasaran keempat unsur tersebut harus saling mendukung dan saling berhubungan satu
sama lain, berikut adalah beberapa definisi bauran pemasaran menurut para ahli:
Menurut Philip Kotler dan Amstrong (2008:62) definisi bauran pemasaran yang
dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut :
”bauran pemasaran adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendaliproduk, harga, tempat, dan promosi yang dipadukan perusahaan untuk
menghasilkan respons yang diinginkannya di pasar sasaran.”
Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2007;23) mendefinisikan bauran pemasaran
sebagai berikut:
“Bauran pemasaran adalah perangkat alat pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya.”
Bauran pemasaran tersebut dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok yang luas
yang disebut empat P pemasaran : produk (product), harga (price), tempat (place), dan
promosi (promotion).
1.Product :
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi
keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa,
pengalaman, peristiwa, orang, tempat, property, organisasi, dan gagasan.
Menurut Philip Kotler dan Amstrong (2008:62) definisi produk adalah:
“produk adalah kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan
kepada pasar sasaran”
Pemasar biasanya mengklasifikasikan produk berdasarkan karakteristik produk: daya
tahan, keberwujudan, dan penggunaan (konsumen atau industri). Tiap jenis produk
memiliki strategi bauran pemasaran yang sesuai. Klasifikasi produk tersebut menurut
Kotler dan Gary Amstrong (2008:266-272) antara lain :
•
Daya Tahan dan Keberwujudan
Produk dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok menurut daya tahan dan
wujudnya: :
-
Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods): barang yang tidak tahan
lama adalah barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau
beebrapa kali penggunaan.
-
Barang tahan lama (durable goods): barang tahan lama adalah barang-barang
berwujud yang biasanya dapat digunakan berkali-kali.
-
Jasa (services): jasa bersifat tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, dan
mudah habis.
•
Klasifikasi Barang konsumen
Banyaknya barang yang dibeli konsumen dapat diklasifikasikan kebiasaan belanja
konsumen sebagai berikut:
-
Barang convenience adalah barang-barang yang biasanya sering dibeli
konsumen, segera, dan dengan usaha yang minimum.
-
Barang shopping adalah barang-barang yang karakteristiknya dibandingkan
berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga, dan gaya dalam proses pemilihan dan
pembelian.
-
Barang khusus (specialty goods) adalah barang-barang dengan karakteristik
unik dan/atau identifikasi merek dimana untuk memperoleh barang-barang itu
sekelompok pembeli yang cukup besar bersedia melakukan usaha khusus untuk
membelinya.
-
Barang unsought adalah barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau
diketahui namun secara normal konsumen tidak berpikir untuk membelinya.
•
Klasifikasi Barang Industri
Barang industri dapat diklasifikasikan berdasarkan cara barang memasuki proses
produksi dan harga relatifnya. Kita dapat membedakan tiga kelompok barang industri
sebagai berikut:
-
Bahan baku dan suku cadang (materials and parts) adalah barang-barang
yang sepenuhnya memasuki produk yang dihasilkan.
-
Barang modal (capital goods) adalah barang-barang tahan lama yang
memudahkan pengembangan dan/atau pengelolaan produk akhir.
-
Perlengkapan dan jasa bisnis adalah barang dan jasa tidak tahan lama yang
membantu pengembangan dan/atau pengelolaan produk akhir.
2. Price
Dalam memasarkan produknya, perusahaan harus menetapkan harga yang sesuai
dengan tujuan pemasaran perusahaan dan tidak merugikan perusahaan itu sendiri. Untuk
lebih jelasnya dalam memahami harga, Philip Kotler dan Amstrong (2008:63)
mendefinisikan harga sebagai berikut:
“harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk
memperoleh sebuah produk”.
Menurut Fandy Tjiptono (2008:151) definisi dari harga adalah sebagai berikut:
“Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang
dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau
penggunaan suatu barang atau jasa.”
Harga khususnya merupakan pertukaran uang bagi barang atau jasa juga
pengorbanan waktu karena menunggu untuk memperoleh barang atau jasa. Harga dapat
berhubungan dengan segala sesuatu dengan nilai persepsi (perceived value), tidak hanya
uang. Perusahaan harus mempertimbangkan berbagai faktor dalam menetapkan kebijakan
harga. Prosedur enam-langkah untuk menetapkan harga menurut Kotler dan Keller
(2007:85) adalah sebagai berikut:
-
Memilih Tujuan penetapan Harga
Pertama-tama perusahaan harus memutuskan dimana ia ingin memposisikan
tawaran pasarnya. Semakin jelas tujuan perusahaan semakin mudah untuk
menetapkan harga.
-
Menentukan Permintaan
Tiap harga yang dikenakan perusahaan akan menghasilkan level permintaan
yang berbeda-beda dan karena itu akan memberikan pengaruh yang berbeda
pula terhadap tujuan pemasarannya.
-
Memperkirakan Biaya
Permintaan menentukan batas harga tertinggi yang dapat dikenakan
perusahaan atas produknya, dan biaya perusahaan menentukan batas
terendahnya.
-
Menganalisis Biaya, Harga, dan Tawaran Pesaing
Dalam rentang kemungkinan harga yang ditentukan oleh permintaan pasar
dan biaya perusahaan, perusahaan harus memperhitungkan biaya persaingan,
harga pesaing dan kemungkinan reaksi harga oleh pesaing.
-
Memilih Metode Penetapan Harga
Terdapat enam metode penetapan harga sebagai berikut:
Penetapan harga markup (mark-up pricing), Penetapan harga sasaran
pengembalian (target-return pricing), penetapan harga berdasarkan nilai
yang dipersepsikan (perceived-value pricing), penetapan harga nilai (value
pricing), penetapan harga sesuai harga berlaku (going-rate pricing), dan
penetapan harga penawaran tertutup (sealed-bid pricing).
-
Memilih Harga Akhir
Dalam memilih harga akhir, Perushaaan harus mempertimbangkan berbagai
faktor tambahan, termasuk penetapan harga psikologis, pengaruh elemen
bauran pemasaran lain terhadap harga, kebijakan penetapan harga
perusahaan, dan dampak dari harga terhadap pihak-pihak lain.
3. Place
Alat bauran pemasaran yang penting lainnya ialah tempat (distribusi). Menurut
Philip Kotler dan Amstrong (2008:52) mendefinisikan tempat sebagai berikut:
“Tempat meliputi aktivitas perusahan yang membuat produknya tersedia
untuk konsumen.”
Yang harus diperhatikan tempat ini antara lain adalah saluran pemasaran, cakupan pasar,
pengelompokan pasar, lokasi, persediaan, dan transportasi.
Sebagian besar produsen tidak langsung menjual barang mereka kepada pemakai
akhir. Diantara produsen dan pemakai terdapat saluran pemasaran, yaitu sekumpulan
perantara pemasaran yang melakukan berbagai fungsi dan menyandang berbagai nama.
Beberapa perantara seperti pedagang besar, membeli, mengambil alih hak dan menjual
kembali barang dagangan itu, mereka disebut pedagang (merchants). Lainnya, seperti
pialang, perwakilan pemanufakturan, dan agen penjualan, mencari pelanggan dan dapat
bernegosiasi atas nama produsen tetapi tidak memiliki hak atas barang itu, mereka disebut
agen. Yang lain lagi, seperti perusahaan transportasi, gudang independent, bank dan agen
periklanan, membentuk proses distribusi namun tidak memiliki hak atas barang, tidak
menegosiasikan pembeli ataupun penjualan; mereka disebut fasilisator.
4. Promotion
Promosi adalah alat bauran pemasaran yang meliputi semua kegiatan yang
dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya ke
pasar sasaran.
Menurut Philip Kotler dan Amstrong (2008:52) definisi promosi adalah sebagai
berikut:
“Promosi berarti aktivitas dimana perusahaan memperkenalkan produk
dan membujuk konsumen untuk membelinya.”
Sedangkan menurut Fandy Tjiptono (2008:222) mendefinisikan promosi sebagai berikut
“Promosi adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan
informasi,
mempengaruhi/membujuk,
dan/atau
mengingatkan
pasar
sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli,
dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.”
Berikut adalah alat-alat promosi menurut Fandy Tjiptono (2008:222):
•
Periklanan : Semua Bentuk penyajian dan promosi nonpersonal atas ide, barang atau
jasa yang dilakukan perusahaan atau sponsor tertentu.
•
Promosi penjualan : berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan
mencoba atau membeli suatu produk atau jasa.
•
Hubungan masyarakat dan publisitas : berbagai program untuk mempromosikan
dan/atau melindungi citra perusahaan atau masing-masing produknya.
•
Penjualan pribadi: interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih guna
melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan menerima pesan.
•
Pemasaran langsung: penggunaan surat, telepon, faksimili, e-mail, dan alat
penghubung lainnya untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau mendapatkan
tanggapan langsung dari pelanggan dan calon pelanggan tertentu.
2.3 Harga
Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa setiap perusahaan
harus menetapkan harganya secara tepat. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran
pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan
ketiga unsur bauran pemasaran lainnya (produk, tempat, dan promosi) menyebabkan
timbulnya biaya (pengeluaran).
2.3.1 Pengertian harga
Harga merupakan salah satu bagian dari marketing mix yaitu produk, harga,
promosi, dan distribusi. Dalam bayangan orang – orang harga merupakan uang yang
dibayarkan atas suatu barang atau jasa yang diterima. Daftar harga memang sering
menjadi perhatian saat membeli barang atau jasa. Namun yang dinamakan harga adalah
lebih luas dari sekedar daftar harga.
Philip Kotler dan Amstrong (2008:63) mendefinisikan harga sebagai berikut:
“Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk
memperoleh sebuah produk.”
Menurut William O. Bearden, Thomas N. Ingram and Raymon W. Laforge
(2004;243)
“Harga adalah sejumlah uang yang dibayarkan pembeli untuk penjualan
dalam pertukaran untuk barang dan jasa”.
Menurut Basu Swastha dan Irawan (2003;241) harga didefinisikan sebagai berikut :
“Harga adalah sejumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin)
yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan
pelayanannya”.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga adalah sejumlah
uang yang harus dikeluarkan konsumen untuk mendapatkan suatu barang yang dapat
memberikan hasil yang memuaskan, sehingga dapat dikatakan bahwa penjualan total
perusahaan akan berada pada tingkat yang memuaskan, diukur dalam nilai uang sehingga
dapat menciptakan pelanggan yang setia.
2.3.2 Tujuan penetapan harga
Setiap perusahaan dalam menetapkan tujuan dalam penetapan harga tidaklah
selalu sama dalam mengambil keputusan penetapan harga untuk mencapai tujuan
perusahaan. Ada beberapa pilihan dalam menetapkan tujuan penetapan harga menurut
Philip Kotler dan Amstrong (2008:355) yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan Berorientasi pada laba
Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu
memilih harga yang dapat menghasilkan laba yang paling tinggi. Tujuan ini
dikenal dengan istilah maksimisasi laba. Ada dua jenis target laba yang biasa
digunakan, yaitu target marjin dan target ROI (Return On Investment). Target
marjin merupakan target laba suatu produk yang dinyatakan sebagai
persentase yang mencerminkan rasio laba terhadap penjualan. Sedangkan
target ROI merupakan target laba suatu produk yang dinyatakan sebagai rasio
laba terhadap investasi total yang dilakukan perusahaan dalam fasilitas
produksi dan asset yang mendukung produk tersebut.
2. Tujuan Berorientasi pada Volume
Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang menetapkan
harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau
yang biasa dikenal dengan istilah volume pricing objectives. Harga ditetapkan
sedemikian rupa agar mencapai target volume penjualan (dalam ton, kg, unit,
dan lain-lain), nilai penjualan (Rp) atau pangsa pasar (absolute maupun
relative).
3. Tujuan Berorientasi pada Citra
Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan
harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau
mempertahankan citra prestisius. Sementara itu harga rendah dapat
digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu (image of value), misalnya
dengan memberikan jaminan bahwa harganya merupakan harga terendah di
suatu wilayah tertentu.
4. Tujuan Stabilitas Harga
Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu
perusahaan menurunkan harganya, maka pesaingnya harus menurunkan pula
harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan
stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu yang produknya sangat
terstandarisasi. Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga
untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan
dan harga pemimpin industri (industry leader)
5. Tujuan-tujuan Lainnya
Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing,
mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan uang, atau
menghindari campur tangan pemerintah. Organisasi non-profit juga dapat
menetapkan tujuan penetapan harga yang berbeda, misalnya untuk mencapai
partial cost recovery, full cost recovery, atau menetapkan social price.
Tujuan-tujuan penetapan harga di atas memiliki implikasi penting terhadap
strategi bersaing perusahaan. Tujuan yang ditetapkan harus konsisten dengan cara yang di
tempuh perusahaan dalam menempatkan posisi relatifnya dalam persaingan.
2.3.3
Faktor‐faktor yang harus dipertimbangkan ketika menetapkan harga Secara umum ada dua faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam
menetapkan harga Kotler dan Armstrong, (2008,345-365) yaitu faktor internal
perusahaan dan faktor lingkungan eksternal.
Faktor Internal Perusahaan:
1. Tujuan pemasaran perusahaan:
Adapun tujuan dari pemasaran pada umumnya dalah sebagai berikut
•
Kelangsungan hidup : untuk menjaga agar pabrik terus berjalan, perusahaan
dapat menetapkan harga yang renda, dengan harapan meningkatkan permintaan.
Dalam kasus itu laba menjadi kurang penting dibandingkan kelangsungan hidup.
Sepanjang harga mereka dapat menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap,
bisnis mereka dapat bertahan.
•
Maksimalisasi laba sekarang : banyak perusahaan menggunakan maksimalisasi
laba (current profit maximization) sebagai sasaran penetapan harga. Mereka
memperkirakan permintaan dan biaya pada harga – harga yang berbeda dan
memilih harga yang akan menghasilkan laba, aliran kas, tingkat pengembalian
investasi (ROI) sekarang yang maksimum.
•
Kepemimpinan pangsa pasar (market share leadership):
Perusahaan – perusahaan lain yang ingin mendapatkan kepemimpinan pangsa
pasar terbesar akan menikmati biaya terendah dan laba jangka panjang terbesar.
Untuk menjadi pemimpin pangsa pasar, perusahaan – perusahaan tersebut
menetapkan harga serendah mungkin.
•
Kepemimpinan kualitas produk perusahaan dapat memutuskan untuk
meraih kepemimpinan kualitas produk (product quality leadership).
Keputusan tersebut umumnya menghendaki penetapan harga yang tinggi untuk
menutup kualitas kinerja yang lebih tinggi dari biaya litbang yang tinggi.
2. Strategi Bauran Pemasaran
Harga hanyalah salah satu dari peralatan bauran pemasaran yang
digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan pemasarannya.
Keputusan-keputusan harga harus dikoordinasikan dengan keputusan-keputusan
desain produk, distribusi, dan promosi, Untuk membentuk program pemasaran
yang konsistensi dan efektif. Berbagai keputusan yang dibuat untuk variabelvariabel bauran pemasaran lain bisa mempengaruhi keputusan penetapan harga.
Perusahaan-perusahaan sering memposisikan produk produk mereka berdasarkan
harga dan kemudian mendasarkan keputusan-keputusan bauran pemasaran yang
lain pada harga-harga yang ingin mereka kenakan. Disini harga merupakan faktor
penentu keberhasilan positioning produk yang dapat mendefinisikan pasar,
persaingan, dan desain produk tersebut.
3. Biaya
Biaya menjadi landasan bagi harga yang dapat perusahaan tetapkan atas Produkproduknya. Perusahaan ingin menetapkan harga yang menutupi semua biaya untuk
memproduksi, mendistribusikan dan menjual produk tersebut dari menghasilkan tingkat
hasil investasi yang memadai atas semua upaya dan resiko yang ditanggung. Biaya yang
ditanggung bisa menjadi unsur penting dalam strategi penetapan harga.
Berbagai jenis biaya yaitu pertama biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah-ubah
mengikuti perubahan singkat produksi atau penjualan. Kedua biaya variabel adalah biaya
yang berubah-ubah secara langsung mengikuti perubahan tingkat produksi.
4. Organisasi
Manajemen harus memutuskan siapa di dalam organisasi tertentu yang harus
menetapkan harga. Perusahaan-perusahaan menangani penentuan harga dalam berbagai
cara. Pihak yang mempunyai pengaruh pada penetapan harga meliputi para manajer
penjualan, manajer produksi, manajer keuangan dan akuntan.
Faktor Lingkungan Eksternal
1. Sifat Pasar dan Permintaan
Kebebasan penjual dalam menentukan harga itu beragam tergantung pada jenis
pasar yang berbeda. Setiap satu perusahaan dengan perusahaan lain, dalam
menetapkan harga menghadirkan tantangan penetapan harga yang berbeda pula.
Diantaranya yaitu:
•
Persaingan murni yaitu pasar yang terdiri dari banyak pembeli dan penjual yang
memperdagangkan komoditas yang seragam. Tidak ada pembeli dan penjual
tunggal yang mempunyai pengaruh besar pada harga pasar yang berlaku. Seorang
penjual tidak dapat menetapkan harga tinggi dari pada harga yang berlaku di
pasar karena pembeli dapat memperoleh sebanyak yang mereka butuhkan.
•
Persaingan monopolistik yaitu pasar terdiri dari banyak pembeli dan penjual
yang berdagang pada kisaran harga tertentu bukan pada harga satu pasar. Kisaran
harga terjadi karena penjual dapat melakukan diferensiasi atas tawarannya kepada
para pembeli.
•
Persaingan oligopoly yaitu pasar terdiri dari sedikit penjual yang sensitive pada
penetapan harga dan strategi pemasaran yang dilakukan pesaing. Di pasar
mungkin hanya sedikit penjual karena sulit bagi penjual baru untuk masuk ke
pasra. Masing-masing penjual bersikap waspada terhadap strategi dan langkah
pesaing.
•
Monopoli murni pasar yang terdiri dari satu penjual-penjual itu mungkin saja
sebuah pemerintah, monopoli swasta yang diatur dengan undang-undang , dan
monopoli swasta yang tidak diatur oleh udang-undang.
2. Biaya, Harga, dan Tawaran Pesaing
Faktor eksternal lainnya yang mempengaruhi keputusan-keputusan penetapan
harga adalah biaya dan harga pesaing serta reaksi yang mungkin dilakukan oleh
pesaing atas langkah-langkah penetapan harga yang dilakukan perusahaan tertentu.
3. Faktor-faktor eksternal lainnya
Ketika menetapkan harga perusahaan juga harus mempertimbangkan faktorfaktor lain dalam lingkungan eksternalnya, kondisi perekonomian dapat berdampak
kuat pada strategi-strategi penetapan harga oleh perushaaan, faktor ekonomi seperti
ledakan bom, resesi, inflasi, dan tingkat suku bunga mempengaruhi keputusan
penetapan harga karena faktor-faktor tersebut mempengaruhi baik biaya untuk
memproduksi maupun persepsi konsumen mengenai harga dan nilai produk.
2.4 Metode Penetapan Harga
Menurut Fandy Tjiptono (2008) secara garis besar metode penetapan harga
dapat dikelompokan menjadi empat kategori utama, yaitu metode penetapan harga
berbasis permintaan, berbasis biaya, berbasis laba, dan berbasis persaingan.
2.4.1Metode Penetapan harga berbasis permintaan
Metode ini lebih menekankan faktor-faktor yang mempengaruhi selera dan
preferensi pelanggan daripada faktor-faktor seperti biaya, laba, dan persaingan.
Permintaan pelanggan sendiri didasarkan pada berbagai pertimbangan, menurut Fandy
Tjiptono (2008:157) di antaranya yaitu:
-
Kemampuan para pelanggan untuk membeli (daya beli)
-
Kemauan pelanggan untuk membeli,
-
Posisi suatu produk dalam gaya hidup pelanggan,
-
Manfaat yang diberikanproduk tersebut kepada pelanggan,
-
Harga produk-produk subtitusi,
-
Pasar potensial bagi produk tersebut,
-
Sifat persaingan non-harga
-
Perilaku konsumen secara umum,
-
Segmen-segmen dalam pasar.
Paling sedikit ada tujuh metode penetapan harga yang termasuk dalam metode
penetapan harga berbasis permintaan menurut Fandy Tjiptono (2008:158) yaitu:
1. Skimming Pricing
Strategi ini diterapkan dengan jalan menetapkan harga tinggi bagi suatu
produk baru atau inovatif selama tahap perkenalan, kemudian menurunkan
harga tersebut pada saat persaingan mulai ketat.
2. Penetration pricing
Dalam strategi ini perusahaan berusaha memperkenalkan suatu produk baru
dengan harga rendah dengan harapan akan dapat memperoleh volume
penjualan yang besar dalam waktu relative singkat.
3. Prestige Pricing
Harga dapat digunakan oleh pelanggan sebagai ukuran kualitas atau prestise
suatu barang/jasa.
4. Price Lining
Price lining digunakan apabila perusahaan menjual produk lebih dari satu
jenis. Harga untuk lini produk tersebut bervariasi dan ditetapkan pada tingkat
harga tertentu yang berbeda.
5. Odd-Even Pricing
Odd-Even Pricing yaitu harga yang besarnya mendekati jumlah genap
tertentu. Contoh Rp 9.975,00 dan berharap konsumen beranggapan dengan
membayar Rp 10.000,00 masih mendapatkan uang kembali.
6. Demand-Backwrd Pricing
Yaitu suatu tingkat harga yang bersedia dibayar konsumen untuk produkproduk yang relative mahal seperti halnya shooping goods, kemudian
perusahaan yang bersangkutan menentukan marjin yang harus di bayarkan
kepada wholesaler dan retailer.
7. Bundle Pricing
Bundle Pricing merupakan strategi pemasaran dua atau lebih produk dalam
satu harga paket. Misalnya Travel agency menawarkan paket liburan yang
mencakup transportasi, akomodasi, dan konsumsi.
2.4.2 Metode Penetapan Harga Berbasis Biaya
Dalam metode ini faktor penentu harga utama adalah aspek penawaran atau
biaya, bukan aspek permintaan. Harga ditentukan berdasarkan biaya produksi dan
pemasaran yang ditambah dengan jumlah tertentu sehingga dapat menutupi biaya-biaya
langsung, biaya overhead, dan laba. Menurut Fandy Tjiptono (2008:160) ada 4 metode
penetapan harga berbasis biaya yaitu:
1. Standard markup pricing.
Dalam standard markup pricing, harga ditentukan dengan jalan menambahkan
persentase tertentu dari biaya pada semua item dalam suatu kelas produk.
Misalnya pakaian dikenai tambahan 15%, sepatu 20%, arloji 25%, dan lain-lain.
2. Cost Plus Percentage of Cost Pricing
Banyak perusahaan manufaktur, arsitektural,dan konstruksi yang menggunakan
berbagai variasi standard markup pricing. Dalam cost plus percentage of cost
pricing, perusahaan menambahkan persentase tertentu terhadap biaya produksi
atau konstruksi. Misalnya suatu peursahaan menetapkan tarif sebesar 15% dari
konstruksi sebuah rumah. Jadi biaya konstruksi sebuah rumah sebesar 100juta
dan fee arsitek sebesar 15% yaitu 15juta. Maka harga akhir sebesar 115juta.
3. Cost Plus Fixed fee Pricing
Dalam stratgi ini pemasok atau produsen akan mendapatkan ganti atas semua
biaya yang dikeluarkannya, seberapapun besarnya, tetapi produsen tersebut hanya
memperoleh fee tertentu sebagai laba besarnya tergantung pada biaya final
proyek tersebut yang disepakati bersama.
4. Experience curve pricing
Metode ini dikembangkan atas dasar konsep efek belajar (learning effect) yang
menyatakan bahwa unit cost barang dan jasa akan menurun antara 10 hingga 30%
untuk setiap peningkatan sebesar dua kali lipat pada pengalaman perusahaan
dalam memproduksi barang dan jasa tersebut.
2.4.3 Metode penetapan Harga berbasis Laba
Metode ini berusaha menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam penetapan
harganya. Upaya ini dapat dilakukan atas dasar target volume laba spesifik atau
dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap penjualan atau investasi menurut Fandy
Tjiptono (2008:162) yaitu :
1. Target Profit Pricing.
Target Profit Pricing umumnya berupa ketetapan atas besarnya target
laba tahunan yang dinyatakan secara spesifik. Penetapan laba dilakukan dengan
rumusan sebagai berikut
Laba=Pendapatan Total – Biaya Total
Laba= Harga
Kuantitas
biaya tetap
biaya variabel
kuantitas
2. Target Return On Sales Pricing
Dalam metode ini perusahan menetapkan tingkat harga tertentu yang dapat
dihasilkan laba dalam persentase tertentu terhadap volume penjualan. Biasanya
metode ini banyak digunakan oleh jaringan-jaringan supermarket.
Penetapan harga dilakukan dengan rumusan sebagai berikut:
Target Return On Sales =
Total Laba
Total Penjualan
Return on sales
=
TR-TC
TR
3. Target Return On Investment Pricing Dalam metode ini perusahaan menetapkan besarnya suatu target ROI
tahunan, yaitu rasio antara laba dengan investasi tatal yang ditanamkan
perusahaan pada fasilitas produksi dan asset yang mendukung produk tertentu.
Kemudian harga ditentukan agar dapat mencapai target ROI tersebut.
Penetapan ROI dilakukan dengan rumusan sebagai berikut
Biaya per unit
ROI x Investasi
Penjualan yang diharapkan
4. Metode Penetapan Harga Berbasis Persaingan
Selain berdasarkan pada pertimbangan biaya, permintaan, atau laba. Harga
juga dapat ditetapkan atas dasar persaingan, yaitu apa yang dilakukan pesaing.
Metode penetapan harga berbasis persaingan terdiri atas empat macam, yaitu
costomary pricing above, at, or below market pricing, loss leader pricing, dan
sealed bid pricing.
1. Costomary pricing
Metode ini digunakan untuk produk-produk yang harganya ditentukan oleh
faktor-faktor seperti tradisi, saluran distribusi yang terstandarisasi, atau faktor
persaingan lainnya. Penetapan harga yang dilakukan berpegang teguh pada
tingkat harga tradisional. Perusahaan berusaha untuk tidak mengubah harga
di luar batas-batas yang diterima. Untuk itu perusahaan menyesuaikan ukuran
dan isi produk guna mempertahankan harga.
2. Above, at, or Below Market Pricing
Umumnya sangat sulit untuk mengidentifikasi harga pasar spesifik untuk
suatu produk atau kelas produk tertentu. Oleh karena itu, seirngkali ada
perusahaan yang menggunakan pendekatan subyektif dalam memperkirakan
harga pesaing atau harga pasar. Berdasarkan patokan subyektif tersebut,
kemudian perusahaan secara cermat memilih strategi penetapan harga yang
berada di atas, sama, atau di bawah harga pasar tersebut.
Above-market pricing dilaksanakan dengan jalan menetapkan harga yang
lebih tinggi daripada harga pasar. Metode ini hanya sesuai digunakan oleh
perusahaan
yang
sudah
memiliki
reputasi
atau
perusahaan
yang
menghasilkan barang-barang prestise.
At market pricing, ditetapkan berdasarkan harga pasar, yang seringkali
dikaitkan dengan harga pesaing. Metode ini juga sering disebut going rate
atau imitative pricing. Strategi ini banyak digunakan dalam kondisi:
•
Biaya sulit diukur dan dirasakan bahwa harga yang berlaku ditetapkan berdasarkan pendapat sebagian besar perusahaan di dalam industri. •
Penyesuaian dengan harga yang berlaku umum dipandang sebagai cara yang tidak akan merusak keseimbangan dalam industri. •
Sulit mengetahui reaksi pembeli dan pesaing terhadap perbedaan antara harga jual perusahaan dan harga rata‐rata dalam industri (harga pasar) Below-market pricing yaitu penetapan harga di bawah harga pasar,
banyak diterapkan oleh produsen produk-produk generik(misalnya obatobatan) dan pengecer yang menjual produk dengan private brand (contoh
produknya antara lain gula, makanan kecil, minuman ringan) harga yang
ditetapkan biasanya berkisar antara 8% hingga 10% lebih rendah dari
harga produk pesaing merek nasional.
3. Loss Leader Pricing Tujuan Loss leader pricing yaitu untuk meningkatkan penjualan produk yang bersangkutan, tetapi untuk menarik konsumen supaya datang ke toko dan membeli pula produk‐produk lainnya, khususnya produk‐produk yang bermarkup cukup tinggi. Jadi. Suatu produk dijadikan semacam penglaris (pancingan) agar produk lainnya juga laku. 4. Sealed Bid Pricing Metode ini menggunakan system penawaran harga dan biasanya melibatkan agen pembelian (buying agency). Jadi, bila ada perusahaan atau lembaga yang ingin membeli suatu produk, maka yang bersangkutan menggunakan jasa agen penbelian untuk menyampaikan spesifikasi produk yang dibutuhkan kepada para calon produsen. Setiap calon produsen diminta untuk menyampaikan harga penawarannya untuk kuantitas yang dibutuhkan. Harga penawaran tersebut harus diajukan dalam jangkawaktu tertentu, kemudian diadakan semacam lelang untuk menentukan penawaran terendah yang memenuhi syarat untuk melaksanakan kontrak pembelian. 2.5 Strategi Penyesuaian Harga
Strategi penyesuaian harga merupakan elemen yang sangat penting dalam
pemasaran sehingga memerlukan pemikiran yang matang dan pemilihan strategi yang
tepat, oleh sebab itu sebuah perusahaan tidak menetapkan harga tunggal, melainkan
struktur penetapan harga yang mencakup berbagai barang dalam lininya. Struktur
penetapan harga ini berubah sepanjang waktu sesuai dengan perjalanan daur hidup
produk. Perusahaan menyesuaikan harga produk untuk mencerminkan perubahan dalam
biaya dan permintaan serta memperhitungkan variasi dalam pembeli dan situasi.
Menurut Philip Kotler dan Garry Amstrong (2008:9) enam strategi
penyesuaian harga yaitu:
1. Penetapan harga diskon dan pengurangan harga Menurut Philip Kotler dan Amstrong (2008:9) mendefinisikan diskon/potongan harga
sebagai berikut
“Diskon adalah pengurangan harga secara langsung terhadap pembelian
selama periode waktu tertentu.”
Dimana didalamnya terdapat strategi pemasaran dikenal empat bentuk diskon yaitu:
-
Cash discount (diskon tunai)
Pengurangan harga bagi pembeli yang membayar tagihan mereka lebih
awal.
-
Quantity discount (diskon jumlah)
Pengurangan harga bagi pembeli yang membeli dalam jumlah besar.
Diskon jumlah harus ditawarkan secara adil untuk semua pelanggan dan
tidak boleh melebihi penghematan biaya di sisi penjual terkait dengan
penjualan dalam jumlah besar.
-
Functional discount (diskon fungsional atau diskon dagang)
Pengurangan harga yang ditawarkan oleh penjual kepada anggotaanggota saluran perdagangan yang menjalankan fungsi-fungsi tertentu
seperti menjual, menyimpan, dan menyelenggarakan pelaporan.
-
Seasonal discount (diskon musiman)
Pengurangan harga bagi pembeli yang membeli barang dagang atau jasa
di luar musim. Diskon musiman ini berguna bagi perusahaan untuk
menjaga produksinya agar tetap terjaga sepanjang tahun.
Sedangkan definisi potongan harga/allowance menurut Philip Kotler dan
Amstrong (2008:10) yaitu sebagai berikut:
“Potongan harga adalah uang promosi yang dibayarkan produsen kepada
pengecer sebagai imbalan atas kesepakatan unuk menampilkan produk
produsen dalam beberapa cara.”
Berikut bentuk-bentuk potongan harga/Allowance
-
Trade-in allowance (potongan harga tukar-tambah)
Merupakan pengurangan harga yang diberikan karena menukarkan
barang lama ketika membeli barang baru. Umumnya potongan harga
tukar-tambah ini dilakukan dalam industri mobil dan indistri barangbarang tahan lama lainnya.
-
Promotional allowance (potongan harga promosi)
Merupakan pembayaran atau pengurangan harga sebagai imbalan bagi
para dealer karena berpartisipasi dalam program pemasangan iklan dan
dukungan penjualan
2. Penetapan harga tersegmentasi Perusahaan menjual barang dan jasa pada dua atau lebih harga. Walaupun perbedaan
harga tersebut tidak didasarkan pada perbedaan biaya. Penetapan tersebut dilakukan
dengan cara menyesuaikan harga berdasarkan perbedaan pelanggan, produk, atau
lokasi.Penetapan harga tersegmentasi mempunyai beberapa bentuk menurut Philip
Kotler dan Amstrong (2008:10) antara lain:
a) Costomer-segment pricing (penetapan harga berdasarkan segmen
pelanggan)
perusahaan menetapkan harga yang berbeda untuk barang atau jasa yang
sama bagi pelanggan yang berbeda.
b) Product-form pricing (penetapan harga berdasarkan bentuk produk)
Perusahaan mebuat versi produk yang berbeda dari produknya, dengan harga
yang berbeda tetapi tidak berdasarkan perbedaan-perbedaan biaya produk.
c) Location pricing (penetapan harga berdasarkan lokasi)
Perusahaan biasanya menetapkan harga yang berbeda untuk lokasi yang
berbeda, walaupun biaya penawaran yang diberikan di masing-masing lokasi
yang sama.
d) Time pricing (penetapan harga berdasarkan waktu)
Perusahaan menetapkan harga yang berbeda menurut waktu baik itu musim,
tahun, bulan, hari, bahkan jam.
3. Penetapan harga psikologis
Sebuah pendekatan penetapan harga yang mempertimbangkan psikologi harga dan
bukan hanya ekonomi, dimana harga dipakai untuk menyatakan sesuai mengenai produk.
Aspek lain dari penetapan harga psikologis adalah reference prices (harga acuan), yaitu
harga-harga yang melekat di benak pembeli dan digunakan sebagai acuan ketika melihat
produk tertentu. Harga acuan bisa dibentuk dengan mencatat harga-harga sekarang,
dengan mengingat harga-harga masa lalu, atau dengan mengkaji situasi pembelian.
Biasanya para penjual menggunakan dan mempengaruhi dengan harga acuan konsumen
tersebut ketika menetapkan harga.
4. Penetapan harga promosi
Perusahaan menetapkan harga di bawah daftar harga dan kadang-kadang di bawah
harga
produksi,
yang
sementara
berguna
untuk
menarik
pelanggan
dan
meningkatkanpenjualan jangka pendek. Penetapan harga promosi memiliki beberapa
bentuk , menurut Philip Kotler dan Amstrong (2008:16) antara lain :
a) Lost leader (produk di bawah biaya)
Perusahaan menjual produknya di bawah harga produksi untuk menarik
konsumen, dengan harapan bahwa mereka akan membeli barang-barang lain
yang persentase labanya normal.
b) Special event pricing (penetapan harga untuk peristiwa khusus)
Perusahaan menetapkan harga promosi pada musim-musim tertentu untuk
meraih lebih banyak konsumen.
c) Cash rebate (rabat tunai)
Perusahaan terkadang akan menawarkan rabat tunai kepada para pelanggan
yang membeli produk dari dealer pada suatu waktu tertentu.
d) Low-interest financing (pembiayaan dengan bunga rendah)
e) longer-warraranties (garansi yang lebih lama)
f) Free maintenance (perawatan gratis)
Penetapan harga promosi dapat mempunyai efek yang berlawan jika digunakan
terlalu sering dan ditiru oleh pesaing, promosi harga dapat menciptakan pelanggan yang
cenderung membeli kalau ada promosi (deal phone costumer) yang menunggu sampai
merek-merek dijual obral sebelum membeli produk tersebut.
5. Penetapan harga secara geografis
Perusahaan harus menyesuaikan harga untuk memperhitungkan lokasi geografi
konsumen. Menurut Kotler & Armstrong (2008;17) strategi penetapan harga secara
geografis dibagi menjadi lima hal ini dapat dilakukan untuk beberapa situasi sebagai
berikut :
a) FOB (free on board)-origin pricing (penetapan harga FOB-asal)
Strategi penetapan harga dimana barang tidak dibayar biaya pengirimannya
oleh penjual. Harga ditetapkan ketika barang dari pabrik diangkut kealat
angkut, hak dan kepemilikan, tanggung jawab, serta biaya pengiriman
berpindah dari tangan pembeli dari pabrik ke tempat tujuan.
b) Uniform-delivered pricing (penetapan harga terkirim-seragam)
Strategi penetapan harga berdasarkan geografis ini berbanding terbalik
dengan strategi penetapan harga FOB, yang membedakan dalam strategi ini
adalah perusahaan menetapkan harga ditambah dengan biaya pengiriman
yang sama bagi semua pelanggan, tampa membedakan lokasinya. Biasanya
biaya pengiriman ditetapkan sebesar biaya pengiriman rata-rata. Keunggulan
penetapan harga ini adalah strategi ini cukup mudah dan dapat membuat
perusahaan mengiklankan harga secara nasional.
c) Zone pricing (penetapan harga zona)
Strategi penetapan harga berdasarkan geografis dimana perusahaan
menetapkan dua atau lebih zona. Semua pelanggan yang berada dalam zona
atau wilayah tertentu membayar harga total yang sama, sedangkan zona atau
wilayah yang lain dikenakan harga berbeda, semakin jauh zona atau wilayah
semakin tinggi harganya.
d) Basing-point pricing (penetapan harga berdasarkan titik pangkal)
Pada strategi ini penjual memilih kota tertentu sebagai titik pangkal (basing
point) dan membebani semua biaya pengiriman pelanggan dari kota tersebut
ke lokasi pelanggan, tampa melihat dari kota mana barang dikirim. Beberapa
perusahaan menetapkan beberapa titik pangkal, agar lebih fleksibel
perusahaan memungut biaya pengiriman kota titik pangkal yang paling dekat
dengan pelanggan.
e) Freight-asorption
pricing
(penetapan
harga
penyerapan
biaya
pengiriman)
Merupakan strategi penetapan harga di mana penjual menyerap sebagian atau
seluru biaya pengiriman actual agar memperoleh bisnis yang diharapkan.
Penetapan harga dengan menyerap biaya pengiriman ini digunakan untuk
penetrasi pasar dan mempertahankan posisi di pasar yang semakin
kompetitif.
6. Penetapan harga internasional
Perusahaan yang memasarkan produk secara internasional harus menyesuaikan dan
memutuskan berapa harga yang akan ditetapkan, apakah akan ditetapkan harga yang
seragam di seluruh dunia atau disesuaikan dengan kondisi negara. Namun biasanya
perusahaan menyesuaikan harga yang telah mereka tetapkan agar dapat mencerminkan
kondisi pasar local dan pertimbangan biaya. Harga yang harus ditetapkan oleh perusahaan
di negara tertentu bergantung pada banyak faktor, yang meliputi kondisi perekonomian,
situasi persaingan, hukum dan peraturan, dan kemajuan sistem perdagangan besar dan
eceran.
Download