FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI PUSKESMAS KAJHU KECAMATAN BAITUSSALAM KABUPATEN ACEH BESAR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh Oleh: PURNAMAWATI NIM: 121010210022 PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH BANDA ACEH TAHUN2013 ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI ESKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI PUSKESMAS KAJHU KECAMATAN BAITUSSALAM KABUPATEN ACEH BESAR Purnamawati1,10 Susanti2 x + 45 Halaman : 7 Tabel, 1 Gambar, 11 Lampiran Latar Belakang : ASI esklusif merupakan sumber gizi ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Idealnya bayi yang diberikan ASI esklusif tidak mengalami diare karena ASI sesuai dengan pencernaan bayi. Namun ada juga bayi yang diberi ASI eksklusif terkena diare karena beberapa faktor baik dari bayi maupun prilaku ibu. Tujuan Penelitian : untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, informasi dan sosial budaya terhadap prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu. Metode Penelitian : Bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan, sampel 51 orang. Penelitian dilakukan pada 10 Agustus 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. Kemudian di uji statistik menggunakan Chi-square memakai program SPSS dengan tingkat kepercayaan 95% dan α=0,05 Ho ditolak jika p value > 0,05 dan Ha diterima jika p value < 0,05. Hasil Penelitian : Dari 19 responden yang memiliki pengetahuan rendah ternyata 78,9% berprilaku kurang dalam pemberian ASI esklusif (p value 0,004), dari 26 responden yang ada mendapat informasi ternyata 65,4% berprilaku baik dalam pemberian ASI esklusif (p value 0,017), dan dari 35 responden yang memiliki sosial budaya baik ternyata 62,9% berprilaku baik dalam pemberian ASI esklusif (p value 0,002). Kesimpulan : Ada pengaruh pengetahuan, informasi dan sosial budaya terhadap prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu. Bagi puskesmas agar mengadakan penyuluhan dan konseling guna menambah pengetahuan ibu tantang ASI esklusif. Kata Kunci Sumber 1 2 : ASI esklusif, pengetahuan, informasi, sosial budaya : Buku + Situs Internet (2005-2012) : Mahasiswi D-IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh : Dosen Pembimbing ABSTRACT FACTORS AFFECTING THE BEHAVIOR OF BREASTFEEDING MOTHERS OF INFANTS 0-6 MONTHS EXCLUSIVE BY OCCURRENCE OF DIARRHEA IN HEALTH KAJHU DISTRICT BAITUSSALAM DISTRICT OF ACEH Purnamawati1 , Susanti2 x + 46 Page : 7 tables , 1 image , 11 Appendix Background : exclusive breastfeeding is the ideal source of nutrition for the growth and development of infants . Ideally exclusively breastfed infants because breast milk does not have diarrhea according to the baby's digestion . But there are also exclusively breast-fed infants with diarrhea due to several factors from the baby and the mother 's behavior . Objective: to determine the effect of knowledge , information , and social culture of the mother 's behavior in exclusive breastfeeding in infants 0-6 months of the occurrence of diarrhea in Kajhu Health Center . Methods: Characteristically analytic cross sectional approach . The population is mothers with babies 0-6 months , samples of 51 persons . The study was conducted on August 10, 2013 . Data collected by distributing questionnaires . Then tested using the Chi - square statistic SPSS wear with confidence level of 95 % and α = 0.05 Ho is rejected if the p value > 0.05 and Ha accepted if the p value < 0.05 . Results: Of the 19 respondents who had low knowledge turned out to be 78.9 % less behave in exclusive breastfeeding ( p value = 0.004 ) , of which there are 26 respondents got the information behave well it turned 65.4 % exclusive breastfeeding ( p value 0.017 ) , and of the 35 respondents who had either sociocultural 62.9 % turned out good behavior in exclusive breastfeeding ( p value 0.002 ) . Conclusion : There is the influence of knowledge , information , and social culture of the mother 's behavior in exclusive breastfeeding in infants 0-6 months of the occurrence of diarrhea in Kajhu health center . For health centers in order to conduct counseling and counseling in order to increase the knowledge of mothers exclusively breastfeeding challenge . Keywords : exclusive breastfeeding , knowledge , information , social and cultural Sources : Book + Web Site ( 2005-2012 ) 1 : D - IV Midwifery Student STIKes U'Budiyah Banda Aceh 2 : Supervisor PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma IV Kebidanan Stikes U’Budiyah Banda Aceh Banda Aceh, November 2013 Pembimbing (SUSANTI, SKM, M.Kes) MENGETAHUI : KETUA PRODI DIPLOMA IV KEBIDANAN STIKES U’BUDIYAH BANDA ACEH (RAUDHATUN NUZUL, ZA, S,ST) PERNYATAAN PERSETUJUAN JUDUL : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI PUSKESMAS KAJHU KECAMATAN BAITUSSALAM KABUPATEN ACEH BESAR NAMA MAHASISWA : PURNAMAWATI NIM : 121010210022 Menyetujui: Pembimbing SUSANTI, SKM, M.Kes PENGUJI I ARLAYDA, SKM, M.PH PENGUJI II AGUSSALIM, SKM, M.Kes MENYETUJUI, MENGETAHUI, KETUA STIKES KETUA PRODI D-IV KEBIDANAN MARNIATI SE,M.Kes Tanggal lulus RAUDHATUN NUZUL, ZA, S,ST 2013 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah, peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, serta shalawat beriring salam kepada Rasulullah SAW, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.” Dalam penulisan skripsi ini peneliti banyak menerima bimbingan dan bantuan dari Ibu Susanti, SKM, M.Kes Selaku Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pemikiran dalam proses penyusunan skripsi, dan pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dedi Zafrizal, ST selaku ketua Yayasan STIKes U’Budiyah Banda Aceh. 2. Ibu Marniati,SE, M.Kes selaku ketua STIKes U’budiyah Banda Aceh. 3. Cut Rosmawar S, SST selaku ketua program pendidikan D-IV Kebidanan STIKes U’budiyah Banda Aceh. 4. Para dosen pengajar di D-IV kebidanan STIkes U’budiyah. 5. Keluarga tercinta, orang tua yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 6. Teman-teman seangkatan D-IV Kebidanan STIKes U’Budiyah yang juga telah banyak memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih sangat banyak kekurangan oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan dan perbaikan untuk selanjutnya. Harapan saya, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Amiin.... Banda Aceh, September 2013 Peneliti DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i ABSTRAK .......................................................................................................... ii ABSTRAC............................................................................................................ iii PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................... iv PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................... v KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR TABEL .............................................................................................. x DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ ... A. Latar Belakang ................................................................................. ... B. Rumusan Masalah ........................................................................... ... C. Tujuan Penelitian ............................................................................. ... D. Manfaat Penelitian ............................................................................ ... 1 1 6 6 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... ... A. Diare ................................................................................................ ... B. Asi Eklusif ....................................................................................... ... C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Ibu Dalam Pemberian Asi Eklusif Pada Bayi 0-6 Bulan Dengan Kejadian Diare ................... . 1. Pengetahuan ............................................................................. ... 2. Informasi .................................................................................. ... 3. Sosial Budaya ........................................................................... ... D. Kerangka Konsep ............................................................................. ... 8 8 12 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ ... A. Jenis Penelitian ................................................................................. ... B. Populasi dan Sampel ........................................................................ ... C. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... ... D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... ... E. Definisi Operasional ......................................................................... ... F. Hipotesis Penelitian .......................................................................... ... G. Intrumen Penelitian .......................................................................... ... H. Pengolahan dan Analisa Data ........................................................... ... 25 25 25 26 26 27 28 28 28 19 19 22 23 23 BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ ... A. Gambaran umum lokasi penelitian.................................................... ... B. Hasil penelitian.................................................................................. ... C. Pembahasan ...................................................................................... ... 31 31 31 37 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... ... A. Kesimpulan ....................................................................................... ... B. Saran .................................................................................................. ... 44 44 45 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Konsep ............................................................................. 24 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 27 Tabel 4.1 Distribusi frekuensi prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan pada responden di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar ................................ ` 32 Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan pada responden di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar ................................. 32 Tabel 4.3 Distribusi frekuensi informasi pada responden di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar ....................... 33 Tabel 4.4 Distribusi frekuensi sosial budaya pada responden di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar ....................... 33 Tabel 4.5 Pengaruh pengetahuan terhadap prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar .......................................................................... 34 Tabel 4.6 Pengaruh informasi terhadap prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar ......................................................................... 35 Tabel 4.7 Pengaruh sosial budaya terhadap prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar ......................................................................... 36 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembaran Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2 : Lembaran Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian Lampiran 4 : Surat Izin Pengambilan Data Awal Lampiran 5 : Surat Selesai Pengambilan Data Awal Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian Lampiran 7 : Surat Selesai Penelitian Lampiran 8 : Master Tabel Lampiran 9 : Uji Statistik Lampiran 10 : Kartu Bimbingan Skripsi Lampiran 11 : Biodata Penulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Idealnya bayi yang diberi ASI eksklusif tidak terkena diare karenaASI merupakan makanan alami yang ideal bagi bayi dan sesuai dengan kondisi sistem pencernaan bayi yang belum matur (pada bayi 7-12 bulan) sehingga tidak menyebabkan alergi pada bayi. Namun ada juga bayi yang diberi ASI eksklusif terkena diare baik jarang maupun sering. Hal ini bisaterjadi karena beberapa faktor baik dari bayi maupun perilaku ibu.Penyebab diare dari faktor bayi adalah adanya infeksi baik di dalam ataupun di luar saluran pencernaan baik itu infeksi bakteri, virus, maupun infeksi parasit. Perilaku ibu juga dapat menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya diare seperti tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak (Purwanti, 2009). Secara alamiah, seorang ibu mampu menghasilkan Air Susu Ibu (ASI) segera setelah melahirkan. ASI diproduksi oleh alveoli yang merupakan bagian hulu dari pembuluh kecil air susu. ASI merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi karena mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh manusia ataupun susu yang berasal dari hewan seperti susu sapi, susu kerbau, atau susu kambing. Pemberian ASI secara penuh santan dianjurkan oleh ahli gizi diseluruh dunia. Tidak satupun susu buatan manusia (susu formula) dapat menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi, seperti yang diperoleh dari susu kolostrum (Krisnatuti dan Yenrina, 2008). Menurut Utami Roesli (2005) yang juga ketua lembaga peningkatan penggunaan Air Susu Ibu (ASI) di Rumah Sakit Sint Carolus Jakarta, jika ibu menginginkan mamfaat optimal dari pemberian ASI, pertama-tama harus memahami bahwa untuk itu diperlukan 2 syarat utama yaitu syarat pertama adalah pemberian ASI harus dilakukan dengan baik sehingga terjadi keberhasilan menyusui. Kedua, pemberian ASI harus dilakukan secara eksklusif selama bayi berumur sampai 6 bulan. Pemegang gelar konsultan ini lantas menerangkan bahwa pemberian ASI yang baik adalah yang sesuai kebutuhan bayi (on demand).Selama kehamilan hormone estrogen dan progesterone mengdentifikasi perkembangan alveolus dan duktus laktiferus didalam mammae/payudara dan juga merangsang produksi kolostrum. Namun, produksi ASI tidak berlangsung sampai sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormone estrogen menurun. Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan kadar prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh menyusui ibu pada mammae ibu. ASI Eksklusif merupakan sumber gizi yang ideal karena komposisinya seimbang secara alami dan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi, sehingga ASI Eksklusif merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi kualitas dan kuantitasnya,disamping murah, mudah didapat dan juga pemberiannya bisa dilakukan setiap harimakanan pertama yang terbaik dan paling sempurna untuk bayi. Kandungan gizinya yang tinggi dan adanya zat kebal didalamnya, membuat ASI Eksklusif tidak tergantikan oleh susu fomula yang paling hebat dan mahal sekalipun, selain itu ASI Eksklusif juga tidak pernah basi, selama masih dalam tempatnya. Terkait itu, ada satu hal yang disayangkan yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pentingnya ASI Eksklusif bagi bayi. Akibatnya program pemberian ASI Eksklusif tidak berlangsung secara optimal.(yuliarti.2010). Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI Eksklusif bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI Eksklusif memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI Eksklusif mengurangi tingkat kematian bayiyang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru (Wahyuni,2011). Angka kematian bayi dan balita di Indonesia sudah mencapai 50-60 persen. Hal tersebut dikarenakan masalah kekurangan gizi. Bahkan tingkat kematian bayi juga meningkat 10 kali lipat saat ibu meninggal dan melahirkan. Dengan hasil data seperti itu, maka pencapaian Target Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) bagi Indonesia sulit terjangkau. Ketua Sentra Laktasi Indonesia Dr. Utami Roesli, Sp.A. MBA, IBCLC mengatakan hampir 9 juta anak setiap tahunnya, lebih dari 24.000 anak setiap hari di dunia terenggut nyawanya sebelum menginjak usia 5 tahun. Dua di antaranya meninggal di hari kelahiran. Menurutnya salah satu pencapaian MDGs 2015 adalah pemberian air susu ibu (ASI). Hal ini yang harus dicegah untuk pencapaian MDGs 2015. Menurutnya ada hubungan antara pencapaian MDGs dengan masa keemasan anak. Pada masa keemasan anak, makanan adalah hal utama. Menurutnya ada 4 hal untuk pencapaian MDGs. Pertama adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan melakukan rawat gabung selama 2 jam. Kedua, adalah pemberian ASI Eksklusif, makanan pendamping ASI dari makanan lokal,"bubur buatan sendiri " Keempat adalah ASI hingga anak usia 2 tahun. Salah satu indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortility Rate (IMR). Dari hasil penelitian AKB ini tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan faktor-faktor lain, terutama gizi. Kekurangan zat-zat gizi pada makanan bayi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhann dan perkembangan. Di samping itu bayi menjadi lebih rentan terhadap penyakit infeksi dan dapat mengakibatkan kematian bayi. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan gizi bayi sangat perlu mendapatkan perhatian yang serius. Gizi untuk bayi yang paling sempurna dan paling murah bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). (Notoatmojdo,2007) Menurut WHO angka kesakitan diare pada tahun 2010 yaitu 411 (41%) penderita per 1000 penduduk. Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun 2010 jumlah kasus diare yang ditemukan sekitar 213.435 penderita dengan jumlah kematian 1.289, dan sebagian besar (70-80%) terjadi pada anak-anak. Seringkali 1-2% penderita diare akan jatuh dehidrasi dan kalau tidak segera tertolong 50-60% meninggal dunia. Cakupan penemuan penderita diare di Jawa Tengah selama tiga tahun terakhir tidak mengalami peningkatan atau penurunan yaitu sekitar 25,22 per 1000 penduduk. Berdasarkan data dari Dinkes Propinsi Aceh didapatkan bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian bayi usia 1-12 bulan (42%) dan anak-anak usia 4 tahun (25%) (Dinkes, 2012).data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Aceh Besar Tahun 2012 didapatkan jumlah ibu menyusui < 6 bulan sebanyak 2.517 orang sedangkan yang memberikan ASI secara Eksklusif 0-6 bulan hanya 415 orang (15,48 %). Berdasarkan data Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar tahun 2013, jumlah bayi usia0-6 bulan hingga pada bulan januari 20 bayi pada bulan februari 25 bayi, bulan maret 28 bayi, bulan april 33 bayi, bulan mei 31 bayi, pada bulan juni 33 bayi. Berdasarkan studi awal yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kajhu dengan menjumpai 10 orang ibu yang memberikan ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan, yang tingkat pengetahuannya rendah dikarenakan tidak memaham tentang ASI Ekslusif sebanyak 3 orang, yang kurang mendapat informas isebanyak 4 orang, yang kurang mendapat dukungan dari keluarga (sosial budaya) sebanyak 3 orang, dimana ibu-ibu di saat memberikan ASI juga memberikan makanan pendamping, diantaranya susu botol, nasi tim, milna, dan pisang dikarenakan kebiasaan penduduk setempat. Berdasarkan uraian tersebut, penulis ini ingin meneliti mengenai FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah yang ada yaitu : “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar” 2. Tujuan Khusus a. Untuk Mengetahui Pengaruh Pengetahuan Terhadap Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar” b. Untuk Mengetahui Pengaruh Informasi Terhadap Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar c. Untuk Mengetahui Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman tentang metedologi penelitian tentang asi eksklusif dengan kejadian diare pada bayi. 2. Bagi Institusi pendidikan Dapat menjadi bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa Stikes U’budiyah Banda Aceh. 3. Bagi Puskesmas Sebagai bahan masukan dan evaluasi terhadap kinerja bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada pasien. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Diare dalam penelitian ini adalah suatu gejala dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 kali dalam sehari) buang air hingga lima kali sehari dan fesesnya lunak. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak , bila frekuensi lebih dari 3 kali (Masri, 2008). Diare masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi di Indonesia sampai saat ini. Menurut survey pemberantasan penyakit diare tahun 2000 bahwa angka kesakitan atau insiden diare terdapat 301 per 1000 penduduk di Indonesia. Angka kesakitan diare pada balita adalah 1,0 – 1,5 kali per tahun. Dalam data statistik menunjukkan bahwa setiap tahun diare menyerang 50 juta penduduk Indonesia dan dua pertiganya adalah bayi dengan korban meninggal sekitar 600.000 jiwa (Widjaja, 2008). Pengunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat dari pada gastroenteritis, karena istilah yang disebut terakhir ini memberikan kesan seolah-olah penyakit ini hanya disebabkan oleh infeksi dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan (Hasan dan Alatas, 2007). Selain itu diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk mengeluarkan sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh, namun banyaknya cairan tubuh yang dikeluarkan bersama tinja akan mengakibatkan dehidrasi yang dapat berakibat kematian. Oleh karena itu, diare tidak boleh dianggap sepele, keadaan ini harus dihadapi dengan serius mengingat cairan banyak keluar dari tubuh, sedangkan tubuh manusia pada umumnya 60% terdiri dari air, sebab itu bila seseorang menderita diare berat, maka dalam waktu singkat saja tubuh penderita sudah kelihatan sangat kurus. Diare merupakan simptom, jadi bukan penyakit, sama hanya dengan demam panas, bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu penyakit tertentu, contoh: malaria, radang, paru, influinza, dan lain-lain (Masri, 2008). Ada dua jenis diare menurut lama hari terjadinya yaitu diare akut dandiare kronik. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat serta berlangsung antara 3-5 hari. Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlanjut lebih dari 2 minggu, disertai kehilangan berat badan atau tidak bertambahnya berat badan.(Widjaja,2008). 1. Gejala klinis Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. 2. Patofisiologi Menurut Masri (2008), sebagai akibat diare akut maupun kronis akan terjadi kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hipokalemia dan sebagainya), gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah. 3. Komplikasi Menurut Hasan dan Alatas (2005), sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik), renjatan hipovolemik, hipokalemia (dengan gejala Meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan pada elektro kardiogram), hipoglikemia, intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus, kejang (terutama pada dehidrasi hipertonik), dan malnutrisi energi protein (karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan). Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering ( lebih dari tiga kali) dalam satu hari. Diare merupakan penyakit “langganan” yang banyak berjangkit pada masyarakat terutama usia balita. Survei Kesehatan Nasional tahun 2006 menempatkan diare pada posisi tertinggi kedua sebagai penyakit paling berbahaya pada balita. Diare dilaporkan telah membunuh 4 juta anak setiap tahun di negara-negara berkembang (Kemenkes RI, 2010). Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, pajanan mikroorganisme patogen maupun zat alergen lainnya masih merupakan masalah. Infeksi gastrointestinal maupun non gastrointestinal lebih sering ditemukan pada bayi yang mendapat pengganti air susu ibu (PASI) dibanding dengan yang mendapat air susu ibu (ASI). Hal ini menandakan bahwa ASI merupakan komponen penting pada sistem imun mukosa gastrointestinal maupun mukosa lain, karena sebagian besar mikroorganisme masuk ke dalamtubuh melalui mukosa (Matondang, dkk,) Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan para ahli di India dengan menggunakan ASI donor dari manusia, didapatkan kejadian infeksi lebih sedikit secara bermakna dan tidak terdapat infeksi berat pada kelompok yang diberi ASI manusia, sedangkan bayi pada kelompok yang tidak mendapat ASI (kontrol) banyak mengalami diare, pneumonia, sepsis, dan meningitis (Tumbelaka, dkk, 2008) Salah satu penyebab utama kematian di Indonesia menurut Survei. Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2005 adalah kejadian diare. Demikian juga pada tahun 2008, kejadian diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi seperti pada periode sebelumnya. Kejadian diare pada bayi dapat disebabkan karena kesalahan dalam pemberian makanan, dimana bayi sudah diberi makan selain ASI ( Air Susu Ibu ) sebelum berusia 4 bulan (Susanti, 2007). Manfaat Gizi bagi bayi, pada umumnya bayi lahir setelah dikandung selama kurang lebih 40 minggu, dengan berat badan sekitar 3 kg dan panjang badan 50 cm. Pada minggu pertama berat badan akan menurun, kemudian naik terus menerus sesuai bertambahnya umur, kecepatan kenaikan berat badan pada setiap triwulan tidak sama, demikian juga pertambahan panjang badan. Faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi normal adalah masukan makanan yang kualitas maupun kuantitasnya baik selain untuk tumbuh kembang bayi dan untuk menjaga kesehatan bayi dan mencegah timbulnya berbagai penyakit.(Arif,2009) Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi ( disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi, dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan dilapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan (Departemen Kesehatan RI,2011) B. ASI Eklusif ASI Eksklusif adalah makanan pertama yang terbaik dan paling sempurna untuk bayi. Kandungan gizinya yang tinggi dan adanya zat kebal didalamnya, membuat ASI Eksklusif tidak tergantikan oleh susu fomula yang paling hebat dan mahal sekalipun. selain itu ASI Eksklusif juga tidak pernah basi, selama masih dalam tempatnya. Terkait itu, ada satu hal yang disayangkan yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pentingnya ASI Eksklusif bagi bayi. Akibatnya program pemberian ASI Eksklusif tidak berlangsung secara optimal,(yuliarti.2010). Air susu ibu selain sebagai sumber nutrisi dapat memberi perlindungan kepada bayi melalui berbagai zat kekebalan yang dikandungnya. Walaupun ibu dalam kondisi kekurangan gizi sekalipun, ASI tetap mengandung nutrisi esensial yang cukup untuk bayi dan mampu mengatasi infeksi melalui komponen sel fagosit dan imunoglobulin (Munasir dan Kurniati, 2008). Sedangkan menurut Roesli (2005) ASI akan merangsang pembentukan daya tahan tubuh bayi sehingga ASI berfungsi pula sebagai imunisasi aktif. ASI juga mengandung berbagai komponen anti inflamasi, seperti vitamin A, C dan E, sitoksin, enzim dan inhibitor enzim. Selain mempunyai komposisi yang sesuai berbagai penelitian epidemiologis menunjukkan pemberian ASI pada bayi mempunyai keuntungan terhadap kesehatan pada umumnya, pertumbuhan, perkembangan dan pengurangan resiko terkena penyakit acut dan kronik. Selain keuntungan bagi bayi, menyusui juga memberi keuntungan kepada ibu. Menyusui meningkatkan kadar hormone oksitosin yang mengurangi pendarahan pasca persalinan dan mempercepat involusi uterus. Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin rangsangan sentuhan pada payudara yaitu pada saat bayi menghisap akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel epitel. Hormon oksitosin ini berpengaruh dalam proses pengeluaran ASI dari kelenjar susu. Adanya hormone ini akan membuat otot saluran ASI berkontraksi sehingga ASI dalam kelenjar susu bisa keluar keujung salurannya untuk kemudian diisap bayi dengan mudah. Selama ASI digunakan, produksi oksitosin pun akan berlangsung terus (http://www.tabloid-niki) Menurut Utami Roesli yang juga ketua lembaga peningkatan penggunaan ASI RS. Saint. Carolus Jakarta, jika ibu menginginkan mamfaat optimal dari pemberian ASI, pertama-tama harus dimengerti bahwa untuk itu diperlukan 2 syarat utama, yaitu: 1. Pemberian ASI harus dilakukan dengan baik sehingga terjadi keberhasilan menyusui 2. Pemberian ASI harus dilakukan secara eksklusif selama 6 bulan. 3. Keuntungan bagi kesehatan bayi adalah mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibody lewat ASI), sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal, dan terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu formula, atau alat minum yang dipakai. Keuntungan bagi ibu adalah mengurangi perdarahan pasca persalinan, penundaan ovulasi sehingga terjadi penjarangan kehamilan, mengurangi resiko anemia, peningkatan mineralisasi tulang pasca persalinan diikuti pengurangan patah tulang panggul pada masa menopause, pengurangan terjadi resiko kanker payudara dan ovarium serta meningkatkan hubungan psikologis 4. Imunoglobulin ASI tidak diabsorpsi bayi tetapi berperan memperkuat sistem imun lokal usus. ASI juga meningkatkan IgA pada mukosa traktus respiratorius dan kelenjar saliva bayi. Ini disebabkan faktor pertumbuhan dan hormon sehingga dapat merangsang perkembangan sistem imun lokal bayi. Hal ini terlihat dari lebih rendahnya penyakit otitis media, pneumonia, bakteriemia, meningitis dan infeksi traktus urinarius pada bayi yang mendapat ASI dibanding bayi yang mendapat PASI (Matondang, dkk, 2008). Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi (Hendarto dan Pringgadini, 2008). Adapun hasil eksperimen pada hewan uji membuktikan bahwa limfosit yang terdapat di dalam ASI dapat melintasi dinding usus bayi dan masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga dapat mengaktifkan sistem imun bayi (Chantry, dkk,2006). Pemberian ASI yang dianjurkan adalah ASI eksklusif selama 6 bulan yang diartikan bahwa bayi hanya mendapatkan ASI saja tanpa makanan atau minuman lain termasuk aiputih (Matondang, dkk, 2008). Pemberian ASI secara eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu setidaknyaselama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan (Roesli, 2005). ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang mempunyai suhu udara panas (Hendarto dan Pringgadini, 2008). 1. Kolostrum Kolostrum merupakan ASI yang keluar pada saat kelahiran sampai hari ke4 atau ke-7 (Roesli, 2005). Kolostrum kaya akan zat antibodi terutama IgA. Selain itu, di dalam kolostrum terdapat lebih dari 50 proses pendukung perkembangan imunitas termasuk faktor pertumbuhan dan perbaikan jaringan (Munasir dan Kurniati, 2008). Kolostrum mengandung sel darah putih dan protein imunoglobulin pembunuh kuman dalam jumlah paling tinggi. Kolostrum dihasilkan pada saat sistem pertahanan tubuh bayi paling rendah. Jadi dapat dianggap bahwa kolostrum adalah imunisasi pertama yang diterima oleh bayi (Roesli, 2005). Disamping banyaknya zat antibodi yang terkandung, kolostrum juga mengandung banyak faktor imunosupresif yang mencegah terjadinya stimulasi berlebih akibat masuknya antigen dalam jumlah yang besar (Sumadiono, 2008). 2. Komposisi ASI yang terkait dengan sistem imunitas Sistem imun adalah mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh berbagai bahan dalam lingkungannya (Matondang, dkk, 2008). ASI mengandung dalam jumlah tinggi tidak hanya vitamin Asaja tapi juga bahan bakunya yaitu beta karoten. Vitamin A selain berfungsi untuk kesehatan mata, juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan (Hendarto dan Pringgadini, 2008). ASI mengandung berbagai zat yang berfungsi sebagai pertahanan nonspesifik maupun spesifik. Pertahanan nonspesifik diperankan oleh sel seperti makrofag dan neutrofil serta produknya dan faktor protektif larut sedangkan sel spesifik oleh sel limfosit dan produknya (Matondang, dkk, 2008). Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang terdapat dalam ASI. Sel limfosit T dapat menghancurkan kapsul bakteri E.coli dan mentransfer kekebalan selular dari ibu ke bayi yang disusuinya (Munasir dan Kurniati, 2008). Penggunaan ASI secara Tepat ASI betapapun baik mutunya sebagai makanan bayi, tapi belumlah merupakan jaminan bahwa gizi selalu baik, kecuali apabila ASI tersebut diberikan secara tepat dan benar ibu tidak dapat melihat berapa banyak ASI yang telah masuk ke perut bayi (Moehji, 2005) Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI, beberapa kriteria yang dapat dipakai sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak menurut Moehji (2005) yaitu: Air Susu Ibu yang banyak dapat merembes keluar melalui puting, sebelum disusukan payudara merasa tegang, dan berat badan naik dengan memuaskan sesuai dengan umur. Pada waktu bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahiran bayi, padahal dari waktu bayi lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Sehingga kemampuan bayi membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila bayi diberi ASI (Roesli, 2005). Pemberian makanan berupa ASI sampai bayi mencapai usia 4-6 bulan, akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi ASI eksklusif akan terlindungi dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Ada perbedaan yang signifikan antara bayi yang mendapat ASI eksklusif minimal 4 bulan dengan bayi yang hanya diberi susu formula. Bayi yang diberikan susu formula biasanya mudah sakit dan sering mengalami problema kesehatan seperti sakit diare dan lain-lain yang memerlukan pengobatan sedangkan bayi yang diberikan ASI biasanya jarang mendapat sakit dan kalaupun sakit biasanya ringan dan jarang memerlukan perawatan (Wahyu, 2005). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian di jawa barat yang menegaskan tentang manfaat pemberian ASI ekskusif serta dampak negatif pemberian cairan tambahan tanpa nilai gizi terhadap timbulnya penyakit diare. Seorang bayi yang diberi air putih atau minuman herbal, lainnya beresiko terkena diare 2-3 kali lebih banyak dibandingkan bayi yang diberi ASI Eksklusif. (Depkes RI. 2008) C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Ibu Dalam Pemberian Yang ASI Eklusif Pada Bayi 0-6 Bulan Dengan Kejadian Diare 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, raba,. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang, pengetahuan juga membentuk kepercayaan seseorang serta sikap terhadap suatu hal. Perilaku yang didasari pengetahuan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari pengetahuan ( Notoatmodjo,2007) Pengetahuan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi perilaku dan keyakinan seseorang, selain itu kemampuan kognitif membentuk cara berfikir seseorang, meliputi kemampuan untuk mengerti faktor-faktor yang berpengaruh dalam kondisi sakit dan praktek kesehatan personal. Semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang arti kesehatan dan manfaat dari fasilitas kesehatan maka akan semakin besar pula keinginan untuk fasilitas kesehatan (Potter dan Perry,2009). Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil pengguna pancainderanya. Pengetahuan adalah segala sesuatu apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek teretentu.(Mubarak.2011) Menurut Chomaria (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif adalah Pengetahuan yang mengatakan prilaku modern adalah suatu perilaku yang efektif, serta efisien. Jadi seorang ibu yang cenderung memberikan asupan bayinya dengan susu formula tanpa alasan yang tepat (karena sakit menular, karena beban kerja diluar yang tidak bisa ditinggalkan, karena sakit keras), maka termasuk tindakan yang tidak modern, namun kenyataan yang terjadi banyak ibu yang merasa dirinya berfikiran modern dan maju memandang susu formula lebih hebat dari pada ASI Eksklusif untuk anaknya. Hal ini merupakan pandangan yang tanpa dasar, serta terlihat jika sang ibu tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang ASI Eksklusif. Menurut Ambarwati (2006) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi : pengetahuan ibu. a. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan yang termasuk kedalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan : 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall) materi yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya secara luas. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata 4) Analisis (Analysis) Analis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponem - komponem yang masih saling terkait dan masih didalam suatu struktur organisasi tersebut. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi (evaluation) Evalausi diartikan sebagai ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilain terhadap suatu materi atau objek. 2. Informasi Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru, informasi baru yang di dapat merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya (Mubarak.2011) Pada dasarnya pengetahuan diperoleh dari sekumpulan informasi yang saling terhubungkan secara sistematik sehingga memiliki makna, Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang (Hidayat,2009) Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang Meskipun seseorang memiliki pendidikan rendah, tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Hidayat, 2009). 3. Sosial Budaya Permasalahan utama dalam pemberian ASI ekslusif adalah sosial budaya antara lain kurangnya kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung, gencarnya promosi susu formula, ibu bekerja dan dukungan keluarga. Adapun kebiasaan ibu yang tidak mendukung pemberian ASI adalah memberikan makanan/minuman setelah bayi lahir seperti madu, air kelapa, nasi papah, pisang dan memberikan susu formula sejak dini, orang tua dan keluarga juga masih menyediakan dan menganjurkan pemberian susu formula dan kepercayaan seperti adanya kepercayan kalau menyusui dapat merusak bentuk payudara dan adanya kepercayan memberikan madu/air manis merupakan suatu ajaran agama. Telah banyak melakukan upaya dalam rangka akselerasi penurunan angka morbiditas maupun mortalitas bayi. Salah satu upaya tersebut adalah kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan untuk melakukan perawatan lanjut pada bayi baru lahir, memberikan edukasi dan keterampilan pada ibu tentang perawatan bayi, melakukan promosi tentang pemberian ASI secara eksklusif serta pemberian makanan pendamping sesuai dengan tahap pertumbuhan untuk pemenuhan energi dan zat gizi. Namun upaya tersebut belum dapat mengurangi kebiasaan masyarakat dalam praktek pemberian makanan yang baik pada bayi (Depkes RI, 2008). D. Kerangka Konsep Kerangka Konsep penelitian ini sesuai dengan teori Hasan dan Alatas, 2007 yang menjelaskan bahwa diare sebenarnya lebih tepat dari pada gastro en teritis, karena istilah yang disebut terakhir ini memberikan kesan seolah-olah penyakit ini hanya disebabkan oleh infeksi dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada kerangka konsep penelitian di bawah ini: Variabel Indepndent Variabel Dependent Pengetahuan III Informasi Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eklusif Sosial Budaya Gambar 2.1 Kerangka Konsep BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analitik dengan design cros sectional dimana peneliti mencoba menggambarkan secara sistematik dan jelas “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar” B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah jumlah seluruh responden yang ada pada tempat penelitian dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar yang berjumlah 105 bayi pada bulan oktober 2013. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang ada dalam penelitian pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus yang dikemukakan oleh slovin (Notoadmodjo, 2010) yaitu : ( ( ) ) Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 51 responden yang nantinya akan menjadi priolitas penelitian C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar 2. Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 08 Agustus s/d 22 Agustus 2013 D. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer Data Primer diperoleh dengan cara memberikan kuesioner kepada responden 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan dan Instansi terkait lainnya yang berhubungan dengan penelitian. E. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Defenisi Variabel operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur Ukur Variabel Independen Pemberian ASI Prilaku ibu Ekslusif yang dalam dianjurkan pada pemberian ASI bayi selama 6 Eklusif bulan, Bayi hanya mendapatkan ASI saja tanpa makanan atau miuman lain termasuk air putih Variabel Dependen Pengetahuan Informasi Sosial Budayah Baik, bila diberikan Kuesioner ASI saja tanpa Dan PASI wawancara terpimpin Kurang, bila diberikan ASI disertai dengan PASI Pemahaman ibu menyusui tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif Membagikan Kuesioner kuesioner dengan kriteria Tinggi bila : 76100 % Rendah bila : 51-75 % Informasi yg Membagikan Kuesioner didapatkan ibu dari Kuesioner dengan petugas kesehatan, kriteria jika elektronikdan jawaban ada x > media cetak 3,6 jika jawaban tidak ada x < 3, 6 Membagikan Dukungan dari Kuesioner Kuesioner dengan keluarga dan masyarakat sekitar kriteria baik bila jawaban ibu ya Kriteria kurang bila jawaban ibu tidak F. Hipotesis Penelitian Ordinal Baik Kurang Ordinal Tinggi Rendah Ordinal Ada Tidak ada Ordinal Baik Kurang 1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar 2. Ada pengaruh informasi terhadap prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar 3. Ada pengaruh Sosial Budayah terhadap prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar F. InstrumenPenelitian Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri dari :12 soal yang terdiri dari 10 pertanyaan pengetahuan, 1 informasi dan 1 sosial budaya G. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner, dilakukan pengolahan secara menual dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing. Seluruh kuesioner yang telah diisi oleh responden diperiksa dengan teliti, apabila terdapat kekeliruan segera diperbaiki sehingga tidak menggangu pengolahan data b. Coding. Memberikan kode berupa nomor dengan teliti pada setiap kuesioner yang telah diisi oleh responden, untuk mempermudah proses pengolahan data c. Transfering. Memindahkan atau kode jawaban ke dalam media tertentu misalnya :Master tabel / kartu kode d. Tabulating . Data yang telah tersedia kemudian dijumlah, disusun dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 2. Analisa Data a. Analisa Univariat. Data yang diperoleh dan diolah dengan rumus : x = ∑x n Keterangan : x = Jumlah nilai responden ∑x = Jumlah nilai seluruh responden n = Jumlah responden (Budiarto, 2003) Kriteria untuk menilai pengetahuan adalah sebahai berikut : 1. Baik bila x > x 2. Kurang bila nilai x < x (Budiarto, 2003) P = f i x 100 % n P = Persentase fi = Frekuensi yang diamati n = Jumlah sampel (Budiarto, 2003) a. Analisa Bivariat Merupakan analisa hasil dari variabel-variabel bebas, yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat, analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji data kategori Chi – Square Test (X), pada tingkat kemaknaannya adalah 95 % ( p < 0,05), karena pada umumnya penelitian penelitian di bidang pendidikan menggunakan taraf signifikan 0,05 (Arikunto, 2006). Sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistik, dengan menggunakan Program komputer SPSS for windows. Melalui perhitungan uji Chi-Square, selanjutnya ditarik suatu kesimpulan, bila nilai p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas , bila P > 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak menujukkan tidak ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Kajhu merupakan salah satu Puskesmas yang terdapat di Kabupaten Aceh Besar yang terletak di Desa Lambada Lhok Kecamatan Baitussalam Aceh Besar. Puskesmas Kajhu memiliki jumlah bidan sebanyak 60 orang dan 15 orang pegawai lainnya. Lokasi Puskesmas Kajhu berjarak ± 9,5 Km dari Ibu Kota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Puskesmas Kajhu berbatasan dengan : Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Madya Banda Aceh Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Mesjid Raya Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Darussalam Sebelah Utara berbatasan dengan Perairan Selat Malaka B. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar pada tanggal 10 Agustus 2013, dengan jumlah responden 51 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner yang berisi 13 pertanyaan tentang prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif, pengetahuan, informasi dan sosial budaya sehingga diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Analisa Univariat a. Prilaku Ibu dalam Pemberian ASI Esklusif pada Bayi 0-6 Bulan Tabel 4.1 Distribusi frekuensi prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan pada responden di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar No. Prilaku Ibu dalam Frekuensi % Pemberian ASI Esklusif 1 Baik 24 47,1 2 Kurang 27 52,9 Total 51 100 Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 51 responden sebanyak 27 responden (52,9%) berada pada kategori prilaku ibu kurang dalam pemberian ASI esklusif. b. Pengetahuan Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan pada responden di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar No. Pengetahuan Frekuensi % 1 Tinggi 32 62,7 2 Rendah 19 37,3 Total 51 100 Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 51 responden sebanyak 19 responden (37,3%) berada pada kategori berpengetahuan rendah tentang pemberian ASI esklusif. c. Informasi Tabel 4.3 Distribusi frekuensi informasi pada responden di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar No. Informasi Frekuensi % 1 Ada 26 51 2 Tidak Ada 25 49 Total 51 100 Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 51 responden sebanyak 26 responden (51%) berada pada kategori ada mendapat informasi tentang ASI esklusif. d. Sosial Budaya Tabel 4.4 Distribusi frekuensi sosial budaya pada responden di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar No. Sosial Budaya Frekuensi % 1 Baik 35 68,6 2 Kurang 16 31,4 Total 51 100 Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 51 responden sebanyak 35 responden (68,6%) berada pada kategori sosial budaya baik dalam pemberian ASI esklusif. 2. Analisa Bivariat a. Pengaruh Pengetahuan terhadap Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Esklusif Pada Bayi 0-6 Bulan dengan Kejadian Diare Tabel 4.5 Pengaruh pengetahuan terhadap prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar No. Pengetahuan Prilaku Ibu dalam Total p_ Pemberian ASI Esklusif Baik f Value Kurang % f % f % 0,010 1 Tinggi 20 62,5 12 37,5 32 100 2 Rendah 4 21,1 15 78,9 19 100 Total 24 27 51 Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 19 responden yang memiliki pengetahuan rendah tentang pemberian ASI esklusif ternyata 15 responden (78,9%) berprilaku kurang dalam pemberian ASI esklusif, dari 32 responden yang memiliki pengetahuan tinggi tentang pemberian ASI esklusif ternyata 20 responden (62,5%) berprilaku baik dalam pemberian ASI esklusif. Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 diperoleh p value = 0,010. Sehingga didapat p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau ada pengaruh pengetahuan terhadap prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. b. Pengaruh Informasi terhadap Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Esklusif Pada Bayi 0-6 Bulan dengan Kejadian Diare Tabel 4.6 Pengaruh informasi terhadap prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar No. Informasi Prilaku Ibu dalam Total p_ Pemberian ASI Esklusif Baik Value Kurang f % f % f % 1 Ada 17 65,4 9 34,6 26 100 2 Tidak Ada 7 28 18 72 25 100 Total 24 27 51 0,017 Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 26 responden yang ada mendapat informasi tentang pemberian ASI esklusif ternyata 17 responden (65,4%) berprilaku baik dalam pemberian ASI esklusif dan dari 25 responden yang tidak ada mendapat informasi tentang pemberian ASI esklusif ternyata 18 responden (72%) berprilaku kurang dalam pemberian ASI esklusif. Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 diperoleh p value = 0,017. Sehingga didapat p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau ada pengaruh informasi terhadap prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. c. Pengaruh Sosial Budaya terhadap Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Esklusif Pada Bayi 0-6 Bulan dengan Kejadian Diare Tabel 4.7 Pengaruh sosial budaya terhadap prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar No. Sosial Budaya Prilaku Ibu dalam Total p_ Pemberian ASI Esklusif Baik Value Kurang f % f % f % 1 Baik 22 62,9 13 37,1 35 100 2 Kurang 2 12,5 14 87,5 16 100 Total 24 27 51 0,002 Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 35 responden yang memiliki sosial budaya baik tentang pemberian ASI esklusif ternyata 22 responden (62,9%) berprilaku baik dalam pemberian ASI esklusif dan dari 16 responden yang memiliki sosial budaya kurang tentang pemberian ASI esklusif ternyata 14 responden (87,5%) berprilaku kurang dalam pemberian ASI esklusif. Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 diperoleh p value = 0,002. Sehingga didapat p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau ada pengaruh sosial budaya terhadap prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. C. Pembahasan 1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Esklusif Pada Bayi 0-6 Bulan dengan Kejadian Diare Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 19 responden yang memiliki pengetahuan rendah tentang pemberian ASI esklusif ternyata 15 responden (78,9%) berprilaku kurang dalam pemberian ASI esklusif, dari 32 responden yang memiliki pengetahuan tinggi tentang pemberian ASI esklusif ternyata 20 responden (62,5%) berprilaku baik dalam pemberian ASI esklusif. Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 diperoleh p value = 0,010. Sehingga didapat p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau ada pengaruh pengetahuan terhadap prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Potter dan Perry (2009) bahwa pengetahuan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi prilaku dan keyakinan seseorang, selain itu kemampuan kognitif membentuk cara berfikir seseorang, meliputi kemampuan untuk mengerti faktor-faktor yang berpengaruh dalam kondisi sakit dan praktek kesehatan personal. Semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang arti kesehatan dan manfaat dari fasilitas kesehatan maka akan semakin besar pula keinginan untuk fasilitas kesehatan. Menurut Chomaria (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI esklusif adalah pengetahuan yang mengatakan prilaku modern adalah suatu prilaku yang efektif serta efisien. Jadi seorang ibu yang cenderung memberikan asupan bayinya dengan susu formula tanpa alasan yang tepat, maka termasuk tindakan yang tidak modern. Namun kenyataan yang terjadi banyak ibu yang merasa dirinya berfikir modern dan maju memandang susu formula lebih hebat dari pada ASI esklusif untuk anaknya. Hal ini merupakan pandangan yang tanpa dasar, serta terlihat jika sang ibu tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang ASI esklusif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nutrisiani (2010) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI esklusif di wilayah kerja puskesmas Kuta Malaka Aceh Besar tahun 2010 menunjukkan bahwa ada pengaruh pengetahuan terhadap keberhasilan pemberian ASI esklusif di wilayah kerja puskesmas Kuta Malaka Aceh Besar (p value = 0,013). Menurut asumsi peneliti, pengetahuan sangat mempengaruhi prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan. Semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki oleh ibu tentang cara pemberian ASI esklusif, manfaat ASI esklusif, dan hal lainnya tentang ASI esklusif maka akan semakin baik pula prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif. Pengetahuan tentang ASI esklusif dapat diperoleh ibu baik dengan membaca buku, dengan saling berbagi cerita bersama teman, maupun dari tenaga kesehatan. Begitu juga sebaliknya, ibu yang memiliki pengetahuan yang rendah tentang ASI esklusif maka akan semakin kurang pula prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif. Hal ini dapat disebabkan karena ibu merasa manfaat ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayinya. 2. Pengaruh Informasi terhadap Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Esklusif Pada Bayi 0-6 Bulan dengan Kejadian Diare Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 26 responden yang ada mendapat informasi tentang pemberian ASI esklusif ternyata 17 responden (65,4%) berprilaku baik dalam pemberian ASI esklusif dan dari 25 responden yang tidak ada mendapat informasi tentang pemberian ASI esklusif ternyata 18 responden (72%) berprilaku kurang dalam pemberian ASI esklusif. Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 diperoleh p value = 0,017. Sehingga didapat p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau ada pengaruh informasi terhadap prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. Menurut Mubarak (2011), Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Informasi baru yang didapat merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiiki pendidikan rendah, tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media maka dapat meningkatkan pengetahuan orang tersebut (Hidayat, 2009). Berdasarkan hasil penelitian Nurhayati yang berjudul hubungan dukungan keluarga, informasi dari tenaga kesehatan dan sosial budaya dengan tingkat keberhasilan program ASI esklusif di wilayah kerja Puskesmas Pasi Raya Kecamatan Teunom tahun 2011 menyatakan bahwa ada hubungan informasi dari tenaga kesehatan dengan tingkat keberhasilan program ASI esklusif di wilayah kerja Puskesmas Pasi Raya Kecamatan Teunom (p value 0,007). Menurut asumsi peneliti, informasi sangat mempengaruhi cara pikir seseorang terhadap suatu hal. Semakin banyak dan semakin positif informasi yang didapat oleh seorang ibu tentang ASI esklusif maka akan semakin terbuka pula pola pikir ibu tentang ASI esklusif sehingga ibu cenderung akan berprilaku baik terhadap ASI esklusif. Informasi tentang ASI esklusif dapat diperoleh ibu baik dari media cetak, media elektronik, tenaga kesehatan maupun dari sumbersumber lainnya. Begitu juga sebalinya, ibu yang tidak mendapatkan informasi tentang ASI esklusif cenderung berprilaku kurang terhadap ASI esklusif, hal ini di sebabkan karena ketidaktahuan ibu tentang pentingya memberikan ASI saja sampai usia bayi 6 bulan. 3. Pengaruh Sosial Budaya terhadap Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Esklusif Pada Bayi 0-6 Bulan dengan Kejadian Diare Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35 responden yang memiliki sosial budaya baik tentang pemberian ASI esklusif ternyata 22 responden (62,9%) berprilaku baik dalam pemberian ASI esklusif dan dari 16 responden yang memiliki sosial budaya kurang tentang pemberian ASI esklusif ternyata 14 responden (87,5%) berprilaku kurang dalam pemberian ASI esklusif. Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 diperoleh p value = 0,002. Sehingga didapat p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau ada pengaruh sosial budaya terhadap prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. Menurut Depkes RI (2008), permasalahan utama dalam pemberian ASI esklusif adalah sosial budaya, antara lain kurangnya kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung, gencarnya promosi susu formula, ibu bekerja dan dukungan keluarga. Adapun kebiasaan ibu yang tidak mendukung pemberian ASI adalah memberikan makanan/minuman setelah bayi lahir seperti madu, air kelapa, nasi papah, pisang, dan memberikan susu formula sejak dini, orang tua dan keluarga juga masih menyediakan dan menganjurkan pemberian susu formula dan kepercayaan seperti adanya keparcayaan kalau menyusui dapat merusak bentuk payudara serta kepercayaan memberikan madu/air manis merupakan suatu ajaran agama. Berdasarkan hasil penelitian Nurhayati yang berjudul hubungan dukungan keluarga, informasi dari tenaga kesehatan dan sosial budaya dengan tingkat keberhasilan program ASI esklusif di wilayah kerja Puskesmas Pasi Raya Kecamatan Teunom tahun 2011 menyatakan bahwa ada hubungan sosial budaya dengan tingkat keberhasilan program ASI esklusif di wilayah kerja Puskesmas Pasi Raya Kecamatan Teunom (p value 0,003). Menurut asumsi peneliti, sosial budaya mempunyai peran penting terhadap keberhasilan ASI esklusif. Tidak hanya prilaku ibu yang dapat mempengaruhi keberhasilan ASI esklusif, namun dukungan lingkungan juga sangat penting. Kegagalan ASI esklusif dapat disebabkan oleh prilaku sang nenek yang memberikan pisang kemana bayi sebelum bayi berumur 6 bulan. Hal ini selain menggagalkan program ASI esklusif juga dapat mengganggu sistem pencernaan bayi, salah satunya adalah menyebabkan bayi mengalami diare. Begitu juga sebaliknya, semakin baik dukungan sosial yang didapat oleh seorang ibu, maka akan semakin berhasil pula program ASI esklusif hal ini karena orang-orang disekitar ibu telah meyadari manfaat dan pentingnya memberikan ASI esklusif. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar dengan p value = 0,010 atau p < 0,05. 2. Ada pengaruh informasi terhadap prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar dengan p value = 0,017 atau p < 0,05. 3. Ada pengaruh sosial budaya terhadap prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar dengan p value = 0,002 atau p < 0,05 B. Saran 1. Bagi Peneliti Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman tentang metode penelitian ilmiah sehingga dapat digunakan untuk melakukan penelitian selanjutnya. 2. Institusi Pendidikan Diharapkan bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’Budiyah khususnya Program Studi D-IV Kebidanan, agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menjadi sumber bacaan atau referensi bagi mahasiswa U’Budiyah Banda Aceh. 3. Bagi Puskesmas Diharapkan bagi Puskesmas Kajhu agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam menilai tingkat pelayanan kesehatan sehingga dapat terus meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam asuhan kebidanan melalui konseling serta penyuluhanpenyuluhan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto.S, (2010).ProsedurPenelitianPendekatanPraktik, PT Rineka Cipta. Jakarta. Arif, N. 2009, ASI dan Tumbuh Kembang Bayi. Penerbit Medpress, Yogyakarta Budiarto, Eko, 2003.Dasar-dasar Metoda statistika Kedokteran. Jakarta:EGC BKKBN. 2008. ASI EksklusifTurunkanKematianBayi .http://www.pikas.bkkbn.go.id/print.php?tid+2&rid=136-6k-sp (3 Juli 2013) Chomaria, N. 2011. Panduan Terlengkap Pasca Melahirkan. Penerbit Ziyad visi Media. Surakarta Depkes RI. 2008, Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 450/MENKES/IV/Tentang pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Indonesia, Jakarta , 2005. Manajemen Laktasi Hasan, R. dan Alatas,H.(ed).2005.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Balita Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hendarto A. danPringgadini K. 2008.NilaiNutrisi Air SusuIbu. In : IDAI. BedahASI :KajiandariBerbagaiSudut Pandang Ilmiah. Jakarta : BalaiPenerbit FKUI, p: 46 Hidayat, A. 2009, MetodePenelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data, Salemba Medika. Jakarta Kemenkes RI, 2010. IlmuKesehatanAnak. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Krisnatuti D. danYenrina R. 2008. MenyiapkanMakananPendamping ASI. http://hidayat2.wordpress.com/2010/01/10/jurnal-01/ (01 September 2013) Masri, S.H. 2008. DiarePenyebabKematian 4 JutaBalitaPerTahun. http://www.waspada.co.id/serba-serbi/kesehatan/artikel.,php?artikel- id=6117535k (03 Juni 2013) Moehji S. 2005. IlmuGizi 2. Jakarta: Penerbit Papas SinarSinanti, pp: 78-90 Mubarak, W. 2011, Promosi Kesehatan untuk Kebidanan, Jakarta, Salemba Medika Munasir Z. danKurniati N. 2008.Air SusuIbudanKekebalanTubuh.In : IDAI. BedahASI :KajiandariBerbagaiSudut Pandang Ilmiah. Jakarta :BalaiPenerbit FKUI, pp: 69-79. Matondang C.S., Munatsir Z., Sumadiono. 2008. AspekImunologi Air SusuIbu.In :Akib A.A.P., Munasir Z., Kurniati N (eds). BukuAjarAlergi-ImunologiAnak, Edisi II. Jakarta :BadanPenerbit IDAI, pp: 189-202. Notoatmojdo,S. 2010, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta , 2007. Promosi Kesehatan dan ilmu Prilaku, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Potter dan Perry. 2009, Fundamental Of Nursing: Konsep, Proses dan Praktik Buku I, Edisi 7, Jakarta, Salemba Medika Purwanti S. H. 2009. KonsepPenerapan ASI Eksklusif. Jakarta. http://drsuparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-asi-eksklusif.html (2 September 2013) Roesli U. 2005.Mengenal ASI Eksklusif.Jakarta :TrubusAgriwidya, pp: 3-35. Sumadiono. 2008. ImunologiMukosa. In :Akib A.A.P., Munasir Z., Kurniati N. (eds). BukuAjarAlergi-ImunologiAnak, Edisi II.Jakarta :BadanPenerbit IDAI, p: 94. Susanti N.I. 2007.UsiaTepatMendapatMakananTambahan. http://www.tabloitnakita.com/artikel-ph3?edisi=0406rubrik (2 September 2009) Tumbelaka A.R. danKaryanti M.R. 2008.Air SusuIbudanPengendalianInfeksi.In : IDAI. BedahASI :KajiandariBerbagaiSudut Pandang Ilmiah. Jakarta :BalaiPenerbit FKUI, pp: 83-97 Widjaja, M.C. 2008. MengatasiDiaredanKeracunanpadaBalita. KawanPustaka,pp: 58-70 Jakarta: 2007. MengatasiDiaredanKeracunanpadaBayi. Jakarta: KawanPustaka: 34-37 Wahyu W.B. 2005. ASI, AnugerahTerindah yang KadangTerlupakan. http://www.indomedia.com/bpost/122000/18/opini/opini1.htm-10ksupplemental (2 September 2009) Wahyuni. 2011, Perawatan Payudara. Dikutip dalam http://www.Askep-Askeb. CS.CC. ( tanggal 22 Pebruari 2012) Yuliarti, N. 2010, Keajaiban ASI Makanan Terbaik Untuk Kesehatan ,Kecerdasan dan Kelincahan Sikecil. Edisi 1. Yogyakarta Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI PUSKESMAS KAJHU KECAMATAN BAITUSSALAM KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2013 Nama Peneliti :Purnamawati Tanggal Pengambilan data:2013 Bagian A : UmurResponden : Pendidikan : Alamat Responden : Pekerjaan Responden : No Responden: Bagian B : Berikan tanda (x) pada salah satu jawaban yang paling tepat dan benar menurut ibu. A. Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif 1. Pengertian ASI Eksklusif adalah? a. ASI yang diberikan pada bayi usia 0-2 tahun b. ASI yang diberikan pada bayi sampai usia 6 tahun c. ASI yang diberikan pada bayi usia 0-6 bulan 2. Makanan apa saja yang seharusnya diberikan pada bayi usia 0-6 bulan ? a. Hanya ASI saja b. ASI dan susu formula c. ASI dan pisang 3. Salah satu manfaat ASI Eksklusif untuk bayi adalah? a. Dapat meningkatkan kecerdasan pada bayi b. Dapat membuat bayi kenyang c. Tidak ada mamfaat 4. Salah satu manfaat ASI Eksklusif bagi ibu adalah? a. Dapat menunda kehamilan b. Dapat membuat ibu lelah c. Dapat membuat payudara ibu kendor 5. Salah satu manfaat ASI Eksklusif bagi keluarga adalah? a. Tidak perlu mengeluarkan banyak biaya b. Dapat membuat keluarga miskin c. Dapat menambah beban keluarga 6. Apakah jika bayi sakit ASI Ekskusif tetap diberikan? a. Tetap diberikan kapan saja b. Tidak diberikan c. Diberikan jika bayi menangis 7. Apa- apa saja yang terkandung dalam ASI Eksklusif ? a. Lemak saja b. Protein c. Semuanya benar 8. Berapa kali ibu memberikan ASI Eksklusif dalam sehari? a. 3-4 kali sehari b. 2-3 kali sehari c. Kapan bayi menginginkan 9. Bagaimanakah posisi ibu menyusui yang benar? a. Bagian tubuh bayi menempel pada ibu b. Miring c. Telentang 10. Cara Menyusui yang benar adalah? a. Mencuci tangan dan Membersihkan payudara b. Tidak perlu mencuci tangan c. Semuanya salah B. Sumber Informasi 1. Apakah ibu ada mendengar informasi tentang ASI Eksklusif ? a. Dari buku b. Dari TV c. Dari petugas kesehatan d. Dari kader desa e. Dari tetangga f. Koran g. Radio C. SosialBudaya 1. ApakahKeluargaibumendukungtentangpemberian ASI Eklusif a. Ya b. Tidak