faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku ibu

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRILAKU IBU DALAM
PEMBERIAN ASI EKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DENGAN KEJADIAN
DIARE DI PUSKESMAS KAJHU
KECAMATAN BAITUSSALAM
KABUPATEN ACEH BESAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi
Diploma IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Oleh:
PURNAMAWATI
NIM: 121010210022
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANANSEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN U’BUDIYAH BANDA ACEH
TAHUN2013
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRILAKU IBU DALAM
PEMBERIAN ASI ESKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DENGAN
KEJADIAN DIARE DI PUSKESMAS KAJHU
KECAMATAN BAITUSSALAM
KABUPATEN ACEH BESAR
Purnamawati1,10 Susanti2
x + 45 Halaman : 7 Tabel, 1 Gambar, 11 Lampiran
Latar Belakang : ASI esklusif merupakan sumber gizi ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Idealnya bayi yang diberikan ASI esklusif tidak mengalami diare karena ASI sesuai dengan
pencernaan bayi. Namun ada juga bayi yang diberi ASI eksklusif terkena diare karena beberapa faktor
baik dari bayi maupun prilaku ibu.
Tujuan Penelitian : untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, informasi dan sosial budaya terhadap
prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas
Kajhu.
Metode Penelitian : Bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah ibu yang
mempunyai bayi 0-6 bulan, sampel 51 orang. Penelitian dilakukan pada 10 Agustus 2013.
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. Kemudian di uji statistik menggunakan
Chi-square memakai program SPSS dengan tingkat kepercayaan 95% dan α=0,05 Ho ditolak jika p
value > 0,05 dan Ha diterima jika p value < 0,05.
Hasil Penelitian : Dari 19 responden yang memiliki pengetahuan rendah ternyata 78,9% berprilaku
kurang dalam pemberian ASI esklusif (p value 0,004), dari 26 responden yang ada mendapat informasi
ternyata 65,4% berprilaku baik dalam pemberian ASI esklusif (p value 0,017), dan dari 35 responden
yang memiliki sosial budaya baik ternyata 62,9% berprilaku baik dalam pemberian ASI esklusif (p
value 0,002).
Kesimpulan : Ada pengaruh pengetahuan, informasi dan sosial budaya terhadap prilaku ibu dalam
pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu. Bagi
puskesmas agar mengadakan penyuluhan dan konseling guna menambah pengetahuan ibu tantang ASI
esklusif.
Kata Kunci
Sumber
1
2
: ASI esklusif, pengetahuan, informasi, sosial budaya
: Buku + Situs Internet (2005-2012)
: Mahasiswi D-IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
: Dosen Pembimbing
ABSTRACT
FACTORS AFFECTING THE BEHAVIOR OF BREASTFEEDING
MOTHERS OF INFANTS 0-6 MONTHS EXCLUSIVE BY
OCCURRENCE OF DIARRHEA IN HEALTH KAJHU
DISTRICT BAITUSSALAM
DISTRICT OF ACEH
Purnamawati1 , Susanti2
x + 46 Page : 7 tables , 1 image , 11 Appendix
Background : exclusive breastfeeding is the ideal source of nutrition for the growth and development
of infants . Ideally exclusively breastfed infants because breast milk does not have diarrhea according
to the baby's digestion . But there are also exclusively breast-fed infants with diarrhea due to several
factors from the baby and the mother 's behavior .
Objective: to determine the effect of knowledge , information , and social culture of the mother 's
behavior in exclusive breastfeeding in infants 0-6 months of the occurrence of diarrhea in Kajhu
Health Center .
Methods: Characteristically analytic cross sectional approach . The population is mothers with babies
0-6 months , samples of 51 persons . The study was conducted on August 10, 2013 . Data collected by
distributing questionnaires . Then tested using the Chi - square statistic SPSS wear with confidence
level of 95 % and α = 0.05 Ho is rejected if the p value > 0.05 and Ha accepted if the p value < 0.05 .
Results: Of the 19 respondents who had low knowledge turned out to be 78.9 % less behave in
exclusive breastfeeding ( p value = 0.004 ) , of which there are 26 respondents got the information
behave well it turned 65.4 % exclusive breastfeeding ( p value 0.017 ) , and of the 35 respondents who
had either sociocultural 62.9 % turned out good behavior in exclusive breastfeeding ( p value 0.002 ) .
Conclusion : There is the influence of knowledge , information , and social culture of the mother 's
behavior in exclusive breastfeeding in infants 0-6 months of the occurrence of diarrhea in Kajhu health
center . For health centers in order to conduct counseling and counseling in order to increase the
knowledge of mothers exclusively breastfeeding challenge .
Keywords : exclusive breastfeeding , knowledge , information , social and cultural
Sources : Book + Web Site ( 2005-2012 )
1 : D - IV Midwifery Student STIKes U'Budiyah Banda Aceh
2 : Supervisor
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji
Diploma IV Kebidanan Stikes U’Budiyah Banda Aceh
Banda Aceh, November 2013
Pembimbing
(SUSANTI, SKM, M.Kes)
MENGETAHUI :
KETUA PRODI DIPLOMA IV KEBIDANAN
STIKES U’BUDIYAH BANDA ACEH
(RAUDHATUN NUZUL, ZA, S,ST)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
JUDUL
: FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
PRILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKLUSIF
PADA BAYI 0-6 BULAN DENGAN KEJADIAN
DIARE DI PUSKESMAS KAJHU KECAMATAN
BAITUSSALAM KABUPATEN ACEH BESAR
NAMA MAHASISWA : PURNAMAWATI
NIM
: 121010210022
Menyetujui:
Pembimbing
SUSANTI, SKM, M.Kes
PENGUJI I
ARLAYDA, SKM, M.PH
PENGUJI II
AGUSSALIM, SKM, M.Kes
MENYETUJUI,
MENGETAHUI,
KETUA STIKES
KETUA PRODI D-IV KEBIDANAN
MARNIATI SE,M.Kes
Tanggal lulus
RAUDHATUN NUZUL, ZA, S,ST
2013
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya, serta shalawat beriring salam kepada
Rasulullah
SAW,
sehingga
peneliti
dapat
menyelesaikan
skripsi
dengan
judul“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI
Eklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu
Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.”
Dalam penulisan skripsi ini peneliti banyak menerima bimbingan dan bantuan
dari Ibu Susanti, SKM, M.Kes Selaku Pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu dan pemikiran dalam proses penyusunan skripsi, dan pada kesempatan ini
peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Bapak Dedi Zafrizal, ST selaku ketua Yayasan STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
2.
Ibu Marniati,SE, M.Kes selaku ketua STIKes U’budiyah Banda Aceh.
3.
Cut Rosmawar S, SST selaku ketua program pendidikan D-IV Kebidanan
STIKes U’budiyah Banda Aceh.
4.
Para dosen pengajar di D-IV kebidanan STIkes U’budiyah.
5.
Keluarga tercinta, orang tua yang telah memberikan dukungan baik secara moril
maupun materil sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6.
Teman-teman seangkatan D-IV Kebidanan STIKes U’Budiyah yang juga telah
banyak memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih sangat banyak
kekurangan oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya
harapkan dan perbaikan untuk selanjutnya.
Harapan saya, semoga
skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pembaca. Amiin....
Banda Aceh, September 2013
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
ABSTRAC............................................................................................................ iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................... iv
PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ ...
A. Latar Belakang ................................................................................. ...
B. Rumusan Masalah ........................................................................... ...
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. ...
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ ...
1
1
6
6
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... ...
A. Diare ................................................................................................ ...
B. Asi Eklusif ....................................................................................... ...
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Ibu Dalam Pemberian Asi
Eklusif Pada Bayi 0-6 Bulan Dengan Kejadian Diare ................... .
1. Pengetahuan ............................................................................. ...
2. Informasi .................................................................................. ...
3. Sosial Budaya ........................................................................... ...
D. Kerangka Konsep ............................................................................. ...
8
8
12
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ ...
A. Jenis Penelitian ................................................................................. ...
B. Populasi dan Sampel ........................................................................ ...
C. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... ...
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... ...
E. Definisi Operasional ......................................................................... ...
F. Hipotesis Penelitian .......................................................................... ...
G. Intrumen Penelitian .......................................................................... ...
H. Pengolahan dan Analisa Data ........................................................... ...
25
25
25
26
26
27
28
28
28
19
19
22
23
23
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ ...
A. Gambaran umum lokasi penelitian.................................................... ...
B. Hasil penelitian.................................................................................. ...
C. Pembahasan ...................................................................................... ...
31
31
31
37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... ...
A. Kesimpulan ....................................................................................... ...
B. Saran .................................................................................................. ...
44
44
45
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep .............................................................................
24
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional .............................................................................
27
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada
bayi 0-6 bulan pada responden di Puskesmas Kajhu
Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar ................................ ` 32
Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan pada responden di Puskesmas Kajhu
Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar .................................
32
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi informasi pada responden di Puskesmas
Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar .......................
33
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi sosial budaya pada responden di Puskesmas
Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar .......................
33
Tabel 4.5 Pengaruh pengetahuan terhadap prilaku ibu dalam pemberian
ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare
di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam
Kabupaten Aceh Besar ..........................................................................
34
Tabel 4.6 Pengaruh informasi terhadap prilaku ibu dalam pemberian
ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare
di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam
Kabupaten Aceh Besar .........................................................................
35
Tabel 4.7 Pengaruh sosial budaya terhadap prilaku ibu dalam pemberian
ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare
di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam
Kabupaten Aceh Besar .........................................................................
36
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
: Lembaran Permohonan Menjadi Responden
Lampiran
2
: Lembaran Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran
3
: Kuesioner Penelitian
Lampiran
4
: Surat Izin Pengambilan Data Awal
Lampiran
5
: Surat Selesai Pengambilan Data Awal
Lampiran
6
: Surat Izin Penelitian
Lampiran
7
: Surat Selesai Penelitian
Lampiran
8
: Master Tabel
Lampiran
9
: Uji Statistik
Lampiran
10
: Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran
11
: Biodata Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Idealnya bayi yang diberi ASI eksklusif tidak terkena diare karenaASI
merupakan makanan alami yang ideal bagi bayi dan sesuai dengan kondisi sistem
pencernaan bayi yang belum matur (pada bayi 7-12 bulan) sehingga tidak
menyebabkan alergi pada bayi. Namun ada juga bayi yang diberi ASI eksklusif
terkena diare baik jarang maupun sering. Hal ini bisaterjadi karena beberapa faktor
baik dari bayi maupun perilaku ibu.Penyebab diare dari faktor bayi adalah adanya
infeksi baik di dalam ataupun di luar saluran pencernaan baik itu infeksi bakteri,
virus, maupun infeksi parasit. Perilaku ibu juga dapat menyebabkan meningkatnya
risiko terjadinya diare seperti tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan
sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak (Purwanti,
2009).
Secara alamiah, seorang ibu mampu menghasilkan Air Susu Ibu (ASI)
segera setelah melahirkan. ASI diproduksi oleh alveoli yang merupakan bagian
hulu dari pembuluh kecil air susu. ASI merupakan makanan yang paling cocok
bagi bayi karena mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan
makanan bayi yang dibuat oleh manusia ataupun susu yang berasal dari hewan
seperti susu sapi, susu kerbau, atau susu kambing. Pemberian ASI secara penuh
santan dianjurkan oleh ahli gizi diseluruh dunia. Tidak satupun susu buatan
manusia (susu formula) dapat menggantikan perlindungan kekebalan tubuh
seorang bayi, seperti yang diperoleh dari susu kolostrum (Krisnatuti dan Yenrina,
2008).
Menurut Utami Roesli (2005) yang juga ketua lembaga peningkatan
penggunaan Air Susu Ibu (ASI) di Rumah Sakit Sint Carolus Jakarta, jika ibu
menginginkan mamfaat optimal dari pemberian ASI, pertama-tama harus
memahami bahwa untuk itu diperlukan 2 syarat utama yaitu syarat pertama adalah
pemberian ASI harus dilakukan dengan baik sehingga terjadi keberhasilan
menyusui. Kedua, pemberian ASI harus dilakukan secara eksklusif selama bayi
berumur sampai 6 bulan.
Pemegang gelar konsultan ini lantas menerangkan bahwa pemberian ASI
yang baik adalah yang sesuai kebutuhan bayi (on demand).Selama kehamilan
hormone estrogen dan progesterone mengdentifikasi perkembangan alveolus dan
duktus laktiferus didalam mammae/payudara dan juga merangsang produksi
kolostrum. Namun, produksi ASI tidak berlangsung sampai sesudah kelahiran bayi
ketika kadar hormone estrogen menurun. Penurunan kadar estrogen ini
memungkinkan kadar prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh
menyusui ibu pada mammae ibu.
ASI Eksklusif merupakan sumber gizi yang ideal karena komposisinya
seimbang secara alami dan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi,
sehingga ASI Eksklusif merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi
kualitas
dan
kuantitasnya,disamping
murah,
mudah
didapat
dan
juga
pemberiannya bisa dilakukan setiap harimakanan pertama yang terbaik dan paling
sempurna untuk bayi. Kandungan gizinya yang tinggi dan adanya zat kebal
didalamnya, membuat ASI Eksklusif tidak tergantikan oleh susu fomula yang
paling hebat dan mahal sekalipun, selain itu ASI Eksklusif juga tidak pernah basi,
selama masih dalam tempatnya. Terkait itu, ada satu hal yang disayangkan yakni
rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pentingnya ASI
Eksklusif bagi bayi. Akibatnya program pemberian ASI Eksklusif tidak
berlangsung secara optimal.(yuliarti.2010).
Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI Eksklusif
selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI
Eksklusif bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI
Eksklusif memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama6
bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI Eksklusif mengurangi tingkat kematian
bayiyang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti
diare dan radang paru (Wahyuni,2011).
Angka kematian bayi dan balita di Indonesia sudah mencapai 50-60 persen.
Hal tersebut dikarenakan masalah kekurangan gizi. Bahkan tingkat kematian bayi
juga meningkat 10 kali lipat saat ibu meninggal dan melahirkan. Dengan hasil data
seperti itu, maka pencapaian Target Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) bagi
Indonesia sulit terjangkau. Ketua Sentra Laktasi Indonesia Dr. Utami Roesli, Sp.A.
MBA, IBCLC mengatakan hampir 9 juta anak setiap tahunnya, lebih dari 24.000
anak setiap hari di dunia terenggut nyawanya sebelum menginjak usia 5 tahun.
Dua di antaranya meninggal di hari kelahiran. Menurutnya salah satu pencapaian
MDGs 2015 adalah pemberian air susu ibu (ASI). Hal ini yang harus dicegah
untuk pencapaian MDGs 2015. Menurutnya ada hubungan antara pencapaian
MDGs dengan masa keemasan anak. Pada masa keemasan anak, makanan adalah
hal utama. Menurutnya ada 4 hal untuk pencapaian MDGs. Pertama adalah Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dengan melakukan rawat gabung selama 2 jam. Kedua,
adalah pemberian ASI Eksklusif, makanan pendamping ASI dari makanan
lokal,"bubur buatan sendiri " Keempat adalah ASI hingga anak usia 2 tahun.
Salah satu indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka
kematian bayi (AKB) atau Infant Mortility Rate (IMR). Dari hasil penelitian AKB
ini tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan faktor-faktor lain, terutama gizi.
Kekurangan zat-zat gizi pada makanan bayi dapat mengakibatkan terganggunya
pertumbuhann dan perkembangan. Di samping itu bayi menjadi lebih rentan
terhadap penyakit infeksi dan dapat mengakibatkan kematian bayi. Oleh karena
itu, pemenuhan kebutuhan gizi bayi sangat perlu mendapatkan perhatian yang
serius. Gizi untuk bayi yang paling sempurna dan paling murah bagi bayi adalah
air susu ibu (ASI). (Notoatmojdo,2007)
Menurut WHO angka kesakitan diare pada tahun 2010 yaitu 411 (41%)
penderita per 1000 penduduk. Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun
2010 jumlah kasus diare yang ditemukan sekitar 213.435 penderita dengan jumlah
kematian 1.289, dan sebagian besar (70-80%) terjadi pada anak-anak. Seringkali
1-2% penderita diare akan jatuh dehidrasi dan kalau tidak segera tertolong 50-60%
meninggal dunia. Cakupan penemuan penderita diare di Jawa Tengah selama tiga
tahun terakhir tidak mengalami peningkatan atau penurunan yaitu sekitar 25,22 per
1000 penduduk.
Berdasarkan data dari Dinkes Propinsi Aceh didapatkan bahwa diare masih
menjadi penyebab utama kematian bayi usia 1-12 bulan (42%) dan anak-anak usia
4 tahun (25%) (Dinkes, 2012).data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Aceh
Besar Tahun 2012 didapatkan jumlah ibu menyusui < 6 bulan sebanyak 2.517
orang sedangkan yang memberikan ASI secara Eksklusif 0-6 bulan hanya 415
orang (15,48 %).
Berdasarkan data Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten
Aceh Besar tahun 2013, jumlah bayi usia0-6 bulan hingga pada bulan januari 20
bayi pada bulan februari 25 bayi, bulan maret 28 bayi, bulan april 33 bayi, bulan
mei 31 bayi, pada bulan juni 33 bayi.
Berdasarkan studi awal yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kajhu
dengan menjumpai 10 orang ibu yang memberikan ASI Ekslusif pada bayi 0-6
bulan, yang tingkat pengetahuannya rendah dikarenakan tidak memaham tentang
ASI Ekslusif sebanyak 3 orang, yang kurang mendapat informas isebanyak 4
orang, yang kurang mendapat dukungan dari keluarga (sosial budaya) sebanyak 3
orang, dimana ibu-ibu di saat memberikan ASI juga memberikan makanan
pendamping, diantaranya susu botol, nasi tim, milna, dan pisang dikarenakan
kebiasaan penduduk setempat.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis ini ingin meneliti mengenai FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eklusif pada bayi
0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam
Kabupaten Aceh Besar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diambil suatu
rumusan masalah yang ada yaitu : “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku
Ibu Dalam Pemberian ASI Eklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di
Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Ibu
Dalam Pemberian ASI Eklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di
Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar”
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Pengaruh Pengetahuan Terhadap Prilaku Ibu Dalam
Pemberian ASI Eklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di
Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar”
b. Untuk Mengetahui Pengaruh Informasi Terhadap Prilaku Ibu Dalam
Pemberian ASI Eklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di
Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar
c. Untuk Mengetahui Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Prilaku Ibu Dalam
Pemberian ASI Eklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di
Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman tentang metedologi
penelitian tentang asi eksklusif dengan kejadian diare pada bayi.
2. Bagi Institusi pendidikan
Dapat menjadi bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa Stikes U’budiyah
Banda Aceh.
3. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dan evaluasi terhadap kinerja bidan dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
Diare dalam penelitian ini adalah suatu gejala dengan tanda-tanda adanya
perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar
lebih dari biasanya (3 kali dalam sehari) buang air hingga lima kali sehari dan
fesesnya lunak. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah
lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak , bila
frekuensi lebih dari 3 kali (Masri, 2008).
Diare masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi di Indonesia
sampai saat ini. Menurut survey pemberantasan penyakit diare tahun 2000 bahwa
angka kesakitan atau insiden diare terdapat 301 per 1000 penduduk di Indonesia.
Angka kesakitan diare pada balita adalah 1,0 – 1,5 kali per tahun. Dalam data
statistik menunjukkan bahwa setiap tahun diare menyerang 50 juta penduduk
Indonesia dan dua pertiganya adalah bayi dengan korban meninggal sekitar
600.000 jiwa (Widjaja, 2008).
Pengunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat dari pada gastroenteritis,
karena istilah yang disebut terakhir ini memberikan kesan seolah-olah penyakit ini
hanya disebabkan oleh infeksi dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung
jarang mengalami peradangan (Hasan dan Alatas, 2007).
Selain itu diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk
mengeluarkan sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh, namun
banyaknya cairan tubuh yang dikeluarkan bersama tinja akan mengakibatkan
dehidrasi yang dapat berakibat kematian. Oleh karena itu, diare tidak boleh
dianggap sepele, keadaan ini harus dihadapi dengan serius mengingat cairan
banyak keluar dari tubuh, sedangkan tubuh manusia pada umumnya 60% terdiri
dari air, sebab itu bila seseorang menderita diare berat, maka dalam waktu singkat
saja tubuh penderita sudah kelihatan sangat kurus. Diare merupakan simptom, jadi
bukan penyakit, sama hanya dengan demam panas, bukan suatu penyakit tetapi
merupakan gejala dari suatu penyakit tertentu, contoh: malaria, radang, paru,
influinza, dan lain-lain (Masri, 2008).
Ada dua jenis diare menurut lama hari terjadinya yaitu diare akut dandiare
kronik. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat serta berlangsung antara 3-5 hari. Sedangkan diare kronik
adalah diare yang berlanjut lebih dari 2 minggu, disertai kehilangan berat badan
atau tidak bertambahnya berat badan.(Widjaja,2008).
1. Gejala klinis
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul
diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja makin
lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus
dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama
makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.
2. Patofisiologi
Menurut Masri (2008), sebagai akibat diare akut maupun kronis akan
terjadi kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hipokalemia dan
sebagainya), gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan
kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah.
3. Komplikasi
Menurut Hasan dan Alatas (2005), sebagai akibat kehilangan cairan dan
elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti
dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik), renjatan
hipovolemik, hipokalemia (dengan gejala Meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia, perubahan pada elektro kardiogram), hipoglikemia, intoleransi
laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili
mukosa usus halus, kejang (terutama pada dehidrasi hipertonik), dan malnutrisi
energi protein (karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan).
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering ( lebih dari tiga kali) dalam satu hari. Diare merupakan penyakit
“langganan” yang banyak berjangkit pada masyarakat terutama usia balita.
Survei Kesehatan Nasional tahun 2006 menempatkan diare pada posisi tertinggi
kedua sebagai penyakit paling berbahaya pada balita. Diare dilaporkan telah
membunuh 4 juta anak setiap tahun di negara-negara berkembang (Kemenkes
RI, 2010).
Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, pajanan
mikroorganisme patogen maupun zat alergen lainnya masih merupakan
masalah. Infeksi gastrointestinal maupun non gastrointestinal lebih sering
ditemukan pada bayi yang mendapat pengganti air susu ibu (PASI) dibanding
dengan yang mendapat air susu ibu (ASI). Hal ini menandakan bahwa ASI
merupakan komponen penting pada sistem imun mukosa gastrointestinal
maupun mukosa lain, karena sebagian besar mikroorganisme masuk ke
dalamtubuh melalui mukosa (Matondang, dkk,)
Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan para ahli di India dengan
menggunakan ASI donor dari manusia, didapatkan kejadian infeksi lebih sedikit
secara bermakna dan tidak terdapat infeksi berat pada kelompok yang diberi
ASI manusia, sedangkan bayi pada kelompok yang tidak mendapat ASI
(kontrol)
banyak mengalami diare, pneumonia, sepsis, dan meningitis
(Tumbelaka, dkk, 2008)
Salah satu penyebab utama kematian di Indonesia menurut Survei.
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2005 adalah kejadian diare. Demikian juga
pada tahun 2008, kejadian diare masih merupakan penyebab utama kematian
bayi seperti pada periode sebelumnya. Kejadian diare pada bayi dapat
disebabkan karena kesalahan dalam pemberian makanan, dimana bayi sudah
diberi makan selain ASI ( Air Susu Ibu ) sebelum berusia 4 bulan (Susanti,
2007).
Manfaat Gizi bagi bayi, pada umumnya bayi lahir setelah dikandung
selama kurang lebih 40 minggu, dengan berat badan sekitar 3 kg dan panjang
badan 50 cm. Pada minggu pertama berat badan akan menurun, kemudian naik
terus menerus sesuai bertambahnya umur, kecepatan kenaikan berat badan pada
setiap triwulan tidak sama, demikian juga pertambahan panjang badan. Faktor
utama yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi normal adalah masukan
makanan yang kualitas maupun kuantitasnya baik selain untuk tumbuh
kembang bayi dan untuk menjaga kesehatan bayi dan mencegah timbulnya
berbagai penyakit.(Arif,2009)
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan
besar yaitu infeksi ( disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit),
malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi, dan sebab-sebab lainnya.
Penyebab yang sering ditemukan dilapangan ataupun secara klinis adalah diare
yang disebabkan infeksi dan keracunan (Departemen Kesehatan RI,2011)
B. ASI Eklusif
ASI Eksklusif adalah makanan pertama yang terbaik dan paling sempurna
untuk bayi. Kandungan gizinya yang tinggi dan adanya zat kebal didalamnya,
membuat ASI Eksklusif tidak tergantikan oleh susu fomula yang paling hebat dan
mahal sekalipun. selain itu ASI Eksklusif juga tidak pernah basi, selama masih
dalam tempatnya. Terkait itu, ada satu hal yang disayangkan yakni rendahnya
pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pentingnya ASI Eksklusif
bagi bayi. Akibatnya program pemberian ASI Eksklusif tidak berlangsung secara
optimal,(yuliarti.2010).
Air susu ibu selain sebagai sumber nutrisi dapat memberi perlindungan
kepada bayi melalui berbagai zat kekebalan yang dikandungnya. Walaupun ibu
dalam kondisi kekurangan gizi sekalipun, ASI tetap mengandung nutrisi esensial
yang cukup untuk bayi dan mampu mengatasi infeksi melalui komponen sel
fagosit dan imunoglobulin (Munasir dan Kurniati, 2008). Sedangkan menurut
Roesli (2005) ASI akan merangsang pembentukan daya tahan tubuh bayi sehingga
ASI berfungsi pula sebagai imunisasi aktif. ASI
juga mengandung berbagai
komponen anti inflamasi, seperti vitamin A, C dan E, sitoksin, enzim dan inhibitor
enzim.
Selain
mempunyai
komposisi
yang
sesuai
berbagai
penelitian
epidemiologis menunjukkan pemberian ASI pada bayi mempunyai keuntungan
terhadap
kesehatan
pada
umumnya,
pertumbuhan,
perkembangan
dan
pengurangan resiko terkena penyakit acut dan kronik. Selain keuntungan bagi
bayi, menyusui juga memberi keuntungan kepada ibu. Menyusui meningkatkan
kadar hormone oksitosin yang mengurangi pendarahan pasca persalinan dan
mempercepat involusi uterus.
Pelepasan ASI
berada dibawah kendali neuro-endokrin rangsangan
sentuhan pada payudara yaitu pada saat bayi menghisap akan merangsang
produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel epitel. Hormon oksitosin
ini berpengaruh dalam proses pengeluaran ASI dari kelenjar susu. Adanya
hormone ini akan membuat otot saluran ASI berkontraksi sehingga ASI dalam
kelenjar susu bisa keluar keujung salurannya untuk kemudian diisap bayi dengan
mudah. Selama ASI digunakan, produksi oksitosin pun akan berlangsung terus
(http://www.tabloid-niki) Menurut Utami Roesli yang juga ketua lembaga
peningkatan penggunaan ASI RS. Saint. Carolus Jakarta, jika ibu menginginkan
mamfaat optimal dari pemberian ASI, pertama-tama harus dimengerti bahwa
untuk itu diperlukan 2 syarat utama, yaitu:
1. Pemberian ASI harus dilakukan dengan baik sehingga terjadi keberhasilan
menyusui
2. Pemberian ASI harus dilakukan secara eksklusif selama 6 bulan.
3. Keuntungan bagi kesehatan bayi adalah mendapatkan kekebalan pasif
(mendapatkan antibody lewat ASI), sumber asupan gizi yang terbaik dan
sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal, dan terhindar dari
keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu formula, atau alat minum yang
dipakai. Keuntungan bagi ibu adalah mengurangi perdarahan pasca persalinan,
penundaan ovulasi sehingga terjadi penjarangan kehamilan, mengurangi resiko
anemia, peningkatan mineralisasi tulang pasca persalinan diikuti pengurangan
patah tulang panggul pada masa menopause, pengurangan terjadi resiko kanker
payudara dan ovarium serta meningkatkan hubungan psikologis
4. Imunoglobulin ASI tidak diabsorpsi bayi tetapi berperan memperkuat sistem
imun lokal usus. ASI juga meningkatkan IgA pada mukosa traktus respiratorius
dan kelenjar saliva bayi. Ini disebabkan faktor pertumbuhan dan hormon
sehingga dapat merangsang perkembangan sistem imun lokal bayi. Hal ini
terlihat dari lebih rendahnya penyakit otitis media, pneumonia, bakteriemia,
meningitis dan infeksi traktus urinarius pada bayi yang mendapat ASI
dibanding bayi yang mendapat PASI (Matondang, dkk, 2008).
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan
protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari
protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey
yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak
mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi (Hendarto dan
Pringgadini, 2008).
Adapun hasil eksperimen pada hewan uji membuktikan bahwa limfosit
yang terdapat di dalam ASI dapat melintasi dinding usus bayi dan masuk ke dalam
sirkulasi darah, sehingga dapat mengaktifkan sistem imun bayi (Chantry,
dkk,2006).
Pemberian ASI yang dianjurkan adalah ASI eksklusif selama 6 bulan yang
diartikan bahwa bayi hanya mendapatkan ASI saja tanpa makanan atau minuman
lain termasuk aiputih (Matondang, dkk, 2008). Pemberian ASI secara eksklusif
dianjurkan untuk jangka waktu setidaknyaselama 4 bulan, tetapi bila mungkin
sampai 6 bulan (Roesli, 2005).
ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu
bayi
yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun
berada di tempat yang mempunyai suhu udara panas (Hendarto dan Pringgadini,
2008).
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan ASI yang keluar pada saat kelahiran sampai hari ke4 atau ke-7 (Roesli, 2005). Kolostrum kaya akan zat antibodi terutama IgA.
Selain itu, di dalam kolostrum terdapat lebih dari 50 proses pendukung
perkembangan imunitas termasuk faktor pertumbuhan dan perbaikan jaringan
(Munasir dan Kurniati, 2008).
Kolostrum mengandung sel darah putih dan protein imunoglobulin
pembunuh kuman dalam jumlah paling tinggi. Kolostrum dihasilkan pada saat
sistem pertahanan tubuh bayi paling rendah. Jadi dapat dianggap bahwa
kolostrum adalah imunisasi pertama yang diterima oleh bayi (Roesli, 2005).
Disamping banyaknya zat antibodi yang terkandung, kolostrum juga
mengandung banyak faktor imunosupresif yang mencegah terjadinya stimulasi
berlebih akibat masuknya antigen dalam jumlah yang besar (Sumadiono, 2008).
2. Komposisi ASI yang terkait dengan sistem imunitas
Sistem imun adalah mekanisme yang digunakan tubuh untuk
mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang
ditimbulkan oleh berbagai bahan dalam lingkungannya (Matondang, dkk,
2008).
ASI mengandung dalam jumlah tinggi tidak hanya vitamin Asaja tapi
juga bahan bakunya yaitu beta karoten. Vitamin A selain berfungsi untuk
kesehatan mata, juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan
tubuh, dan pertumbuhan (Hendarto dan Pringgadini, 2008).
ASI mengandung berbagai zat yang berfungsi sebagai pertahanan
nonspesifik maupun spesifik. Pertahanan nonspesifik diperankan oleh sel
seperti makrofag dan neutrofil serta produknya dan faktor protektif larut
sedangkan sel spesifik oleh sel limfosit dan produknya (Matondang, dkk, 2008).
Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang terdapat dalam
ASI. Sel limfosit T dapat menghancurkan kapsul bakteri E.coli dan mentransfer
kekebalan selular dari ibu ke bayi yang disusuinya (Munasir dan Kurniati,
2008).
Penggunaan ASI secara Tepat ASI betapapun baik mutunya sebagai
makanan bayi, tapi belumlah merupakan jaminan bahwa gizi selalu baik,
kecuali apabila ASI tersebut diberikan secara tepat dan benar ibu tidak dapat
melihat berapa banyak ASI yang telah masuk ke perut bayi (Moehji, 2005)
Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI, beberapa kriteria yang
dapat dipakai sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak
menurut Moehji (2005) yaitu: Air Susu Ibu yang banyak dapat merembes
keluar melalui puting, sebelum disusukan payudara merasa tegang, dan berat
badan naik dengan memuaskan sesuai dengan umur.
Pada waktu bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan
tubuh dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun
setelah kelahiran bayi, padahal dari waktu bayi lahir sampai bayi berusia
beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara
sempurna. Sehingga kemampuan bayi membantu daya tahan tubuhnya sendiri
menjadi lambat selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh.
Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila bayi diberi ASI (Roesli,
2005).
Pemberian makanan berupa ASI sampai bayi mencapai usia 4-6 bulan,
akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit
karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit.
Oleh karena itu, dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi ASI
eksklusif akan terlindungi dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Ada perbedaan yang signifikan antara
bayi yang mendapat ASI eksklusif minimal 4 bulan dengan bayi yang hanya
diberi susu formula. Bayi yang diberikan susu formula biasanya mudah sakit
dan sering mengalami problema kesehatan seperti sakit diare dan lain-lain yang
memerlukan pengobatan sedangkan bayi yang diberikan ASI biasanya jarang
mendapat sakit dan kalaupun sakit biasanya ringan dan jarang memerlukan
perawatan (Wahyu, 2005).
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian di jawa barat yang
menegaskan tentang manfaat pemberian ASI ekskusif serta dampak negatif
pemberian cairan tambahan tanpa nilai gizi terhadap timbulnya penyakit diare.
Seorang bayi yang diberi air putih atau minuman herbal, lainnya beresiko
terkena diare 2-3 kali lebih banyak dibandingkan bayi yang diberi ASI
Eksklusif. (Depkes RI. 2008)
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Ibu Dalam Pemberian Yang ASI
Eklusif Pada Bayi 0-6 Bulan Dengan Kejadian Diare
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, raba,.
Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya
tindakan
seseorang.
Meningkatnya
pengetahuan
dapat
menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang, pengetahuan juga
membentuk kepercayaan seseorang serta sikap terhadap suatu hal. Perilaku
yang didasari pengetahuan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari
pengetahuan ( Notoatmodjo,2007)
Pengetahuan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi perilaku
dan keyakinan seseorang, selain itu kemampuan kognitif membentuk cara
berfikir seseorang, meliputi kemampuan untuk mengerti faktor-faktor yang
berpengaruh dalam kondisi sakit dan praktek kesehatan personal. Semakin
tinggi pengetahuan seseorang tentang arti kesehatan dan manfaat dari fasilitas
kesehatan maka akan semakin besar pula keinginan untuk fasilitas kesehatan
(Potter dan Perry,2009).
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
pengguna pancainderanya. Pengetahuan adalah segala sesuatu apa yang
diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia.
Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat
kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak
disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan
terhadap suatu objek teretentu.(Mubarak.2011)
Menurut Chomaria (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
Pemberian ASI Eksklusif adalah Pengetahuan yang mengatakan prilaku modern
adalah suatu perilaku yang efektif, serta efisien. Jadi seorang ibu yang
cenderung memberikan asupan bayinya dengan susu formula tanpa alasan yang
tepat (karena sakit menular, karena beban kerja diluar yang tidak bisa
ditinggalkan, karena sakit keras), maka termasuk tindakan yang tidak modern,
namun kenyataan yang terjadi banyak ibu yang merasa dirinya berfikiran
modern dan maju memandang susu formula lebih hebat dari pada ASI Eksklusif
untuk anaknya. Hal ini merupakan pandangan yang tanpa dasar, serta terlihat
jika sang ibu tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang ASI Eksklusif.
Menurut Ambarwati (2006) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pemberian ASI Eksklusif terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal meliputi : pengetahuan ibu.
a. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang termasuk kedalam domain kognitif mempunyai
enam tingkatan :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall) materi
yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau
rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya secara
luas.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata
4) Analisis (Analysis)
Analis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponem - komponem yang masih saling terkait dan masih
didalam suatu struktur organisasi tersebut.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menghubungkan bagian bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Evalausi diartikan sebagai ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilain terhadap suatu materi atau objek.
2. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat
seseorang memperoleh pengetahuan yang baru, informasi baru yang di dapat
merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau
merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya (Mubarak.2011)
Pada dasarnya pengetahuan diperoleh dari sekumpulan informasi yang
saling terhubungkan secara sistematik sehingga memiliki makna, Informasi
yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat
memberikan
pengaruh
jangka
pendek
(immediate
impact)
sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi
akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi,
berbagai bentuk media masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan
lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayaan orang (Hidayat,2009)
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa
membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang.Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. Informasi
akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang Meskipun seseorang
memiliki pendidikan rendah, tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik
dari berbagai media dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Hidayat,
2009).
3. Sosial Budaya
Permasalahan utama dalam pemberian ASI ekslusif adalah sosial
budaya antara lain kurangnya kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan
kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung, gencarnya promosi susu
formula, ibu bekerja dan dukungan keluarga. Adapun kebiasaan ibu yang tidak
mendukung pemberian ASI adalah memberikan makanan/minuman setelah bayi
lahir seperti madu, air kelapa, nasi papah, pisang dan memberikan susu formula
sejak dini, orang tua dan keluarga juga masih menyediakan dan menganjurkan
pemberian susu formula dan kepercayaan seperti adanya kepercayan kalau
menyusui dapat merusak bentuk payudara dan adanya kepercayan memberikan
madu/air manis merupakan suatu ajaran agama. Telah banyak melakukan upaya
dalam rangka akselerasi penurunan angka morbiditas maupun mortalitas bayi.
Salah satu upaya tersebut adalah kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan untuk
melakukan perawatan lanjut pada bayi baru lahir, memberikan edukasi dan
keterampilan pada ibu tentang perawatan bayi, melakukan promosi tentang
pemberian ASI secara eksklusif serta pemberian makanan pendamping sesuai
dengan tahap pertumbuhan untuk pemenuhan energi dan zat gizi. Namun upaya
tersebut belum dapat mengurangi kebiasaan masyarakat dalam praktek
pemberian makanan yang baik pada bayi (Depkes RI, 2008).
D. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep penelitian ini sesuai dengan teori Hasan dan Alatas,
2007 yang menjelaskan bahwa diare sebenarnya lebih tepat dari pada gastro en
teritis, karena istilah yang disebut terakhir ini memberikan kesan seolah-olah
penyakit ini hanya disebabkan oleh infeksi dan walaupun disebabkan oleh infeksi,
lambung jarang mengalami peradangan. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada
kerangka konsep penelitian di bawah ini:
Variabel Indepndent
Variabel Dependent
Pengetahuan
III
Informasi
Prilaku Ibu Dalam
Pemberian ASI Eklusif
Sosial Budaya
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analitik dengan
design cros sectional dimana peneliti mencoba menggambarkan secara sistematik
dan jelas “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI
Eklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan
Baitussalam Kabupaten Aceh Besar”
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah jumlah seluruh responden yang ada pada tempat penelitian
dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia
0-6 bulan di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar
yang berjumlah 105 bayi pada bulan oktober 2013.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang ada dalam penelitian
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh slovin (Notoadmodjo, 2010) yaitu :
(
(
)
)
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 51 responden yang nantinya
akan menjadi priolitas penelitian
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Kajhu Kecamatan
Baitussalam Kabupaten Aceh Besar
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 08 Agustus s/d 22 Agustus
2013
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data Primer diperoleh dengan cara memberikan kuesioner kepada
responden
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan dan Instansi terkait
lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Defenisi
Variabel
operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Skala
Hasil
Ukur
Ukur
Variabel Independen
Pemberian ASI
Prilaku
ibu Ekslusif yang
dalam
dianjurkan pada
pemberian ASI bayi selama 6
Eklusif
bulan,
Bayi hanya
mendapatkan ASI
saja tanpa makanan
atau miuman lain
termasuk air putih
Variabel Dependen
Pengetahuan
Informasi
Sosial Budayah
Baik, bila diberikan Kuesioner
ASI saja tanpa
Dan
PASI
wawancara
terpimpin
Kurang, bila
diberikan ASI
disertai dengan
PASI
Pemahaman ibu
menyusui tentang
pentingnya
pemberian ASI
Eksklusif
Membagikan
Kuesioner
kuesioner dengan
kriteria
Tinggi bila : 76100 %
Rendah bila : 51-75
%
Informasi
yg Membagikan
Kuesioner
didapatkan ibu dari Kuesioner dengan
petugas kesehatan, kriteria
jika
elektronikdan
jawaban ada x >
media cetak
3,6
jika jawaban tidak
ada x < 3, 6
Membagikan
Dukungan dari
Kuesioner
Kuesioner
dengan
keluarga dan
masyarakat sekitar kriteria baik bila
jawaban ibu ya
Kriteria kurang bila
jawaban ibu tidak
F. Hipotesis Penelitian
Ordinal
Baik
Kurang
Ordinal
Tinggi
Rendah
Ordinal
Ada
Tidak
ada
Ordinal
Baik
Kurang
1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI
Eklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu
Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar
2. Ada pengaruh informasi terhadap prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eklusif
pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan
Baitussalam Kabupaten Aceh Besar
3. Ada pengaruh Sosial Budayah terhadap prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI
Eklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu
Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar
F. InstrumenPenelitian
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri
dari :12 soal yang terdiri dari 10 pertanyaan pengetahuan, 1 informasi dan 1 sosial
budaya
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner, dilakukan pengolahan
secara menual dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing. Seluruh kuesioner yang telah diisi oleh responden diperiksa dengan
teliti, apabila terdapat kekeliruan segera diperbaiki sehingga tidak
menggangu pengolahan data
b. Coding. Memberikan kode berupa nomor dengan teliti pada setiap kuesioner
yang telah diisi oleh responden, untuk mempermudah proses pengolahan
data
c. Transfering. Memindahkan atau kode jawaban ke dalam media tertentu
misalnya :Master tabel / kartu kode
d. Tabulating . Data yang telah tersedia kemudian dijumlah, disusun dan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat. Data yang diperoleh dan diolah dengan rumus :
x = ∑x
n
Keterangan :
x
= Jumlah nilai responden
∑x
= Jumlah nilai seluruh responden
n
= Jumlah responden (Budiarto, 2003)
Kriteria untuk menilai pengetahuan adalah sebahai berikut :
1. Baik bila x > x
2. Kurang bila nilai x < x (Budiarto, 2003)
P = f i x 100 %
n
P
= Persentase
fi
= Frekuensi yang diamati
n
= Jumlah sampel (Budiarto, 2003)
a. Analisa Bivariat
Merupakan analisa hasil dari variabel-variabel bebas, yang diduga
mempunyai hubungan dengan
variabel terikat, analisa yang digunakan
adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik
dengan menggunakan uji data kategori Chi – Square Test (X), pada tingkat
kemaknaannya adalah 95 % ( p < 0,05), karena pada umumnya penelitian
penelitian di bidang pendidikan menggunakan taraf signifikan 0,05
(Arikunto, 2006).
Sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan yang
bermakna secara statistik, dengan menggunakan Program komputer SPSS
for windows. Melalui perhitungan uji Chi-Square, selanjutnya ditarik suatu
kesimpulan, bila nilai p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan
variabel bebas , bila P > 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak menujukkan
tidak ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Kajhu merupakan salah satu Puskesmas yang terdapat di
Kabupaten Aceh Besar yang terletak di Desa Lambada Lhok Kecamatan
Baitussalam Aceh Besar. Puskesmas Kajhu memiliki jumlah bidan sebanyak 60
orang dan 15 orang pegawai lainnya. Lokasi Puskesmas Kajhu berjarak ± 9,5 Km
dari Ibu Kota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Puskesmas Kajhu berbatasan dengan :
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Madya Banda Aceh
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Mesjid Raya
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Darussalam
 Sebelah Utara berbatasan dengan Perairan Selat Malaka
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam
Kabupaten Aceh Besar pada tanggal 10 Agustus 2013, dengan jumlah responden
51 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner yang
berisi 13 pertanyaan tentang prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif,
pengetahuan, informasi dan sosial budaya sehingga diperoleh hasil sebagai berikut
:
1. Analisa Univariat
a. Prilaku Ibu dalam Pemberian ASI Esklusif pada Bayi 0-6 Bulan
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi prilaku ibu dalam pemberian ASI
esklusif pada bayi 0-6 bulan pada responden di Puskesmas Kajhu
Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar
No.
Prilaku Ibu dalam
Frekuensi
%
Pemberian ASI Esklusif
1 Baik
24
47,1
2 Kurang
27
52,9
Total
51
100
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 51 responden sebanyak 27
responden (52,9%) berada pada kategori prilaku ibu kurang dalam pemberian
ASI esklusif.
b. Pengetahuan
Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan pada responden di Puskesmas
Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar
No.
Pengetahuan
Frekuensi
%
1 Tinggi
32
62,7
2 Rendah
19
37,3
Total
51
100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 51 responden sebanyak
19 responden (37,3%) berada pada kategori berpengetahuan rendah tentang
pemberian ASI esklusif.
c. Informasi
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi informasi pada responden di
Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar
No.
Informasi
Frekuensi
%
1 Ada
26
51
2 Tidak Ada
25
49
Total
51
100
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 51 responden sebanyak 26
responden (51%) berada pada kategori ada mendapat informasi tentang ASI
esklusif.
d. Sosial Budaya
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi sosial budaya pada responden di
Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar
No.
Sosial Budaya
Frekuensi
%
1 Baik
35
68,6
2 Kurang
16
31,4
Total
51
100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 51 responden sebanyak 35
responden (68,6%) berada pada kategori sosial budaya baik dalam pemberian
ASI esklusif.
2. Analisa Bivariat
a. Pengaruh Pengetahuan terhadap Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Esklusif
Pada Bayi 0-6 Bulan dengan Kejadian Diare
Tabel 4.5 Pengaruh pengetahuan terhadap prilaku ibu dalam
pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di
Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar
No. Pengetahuan
Prilaku Ibu dalam
Total
p_
Pemberian ASI Esklusif
Baik
f
Value
Kurang
%
f
%
f
%
0,010
1 Tinggi
20
62,5
12
37,5
32
100
2 Rendah
4
21,1
15
78,9
19
100
Total
24
27
51
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 19 responden yang
memiliki pengetahuan rendah tentang pemberian ASI esklusif ternyata 15
responden (78,9%) berprilaku kurang dalam pemberian ASI esklusif, dari 32
responden yang memiliki pengetahuan tinggi tentang pemberian ASI
esklusif ternyata 20 responden (62,5%) berprilaku baik dalam pemberian
ASI esklusif.
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat
kemaknaan (α) = 0,05 diperoleh p value = 0,010. Sehingga didapat p < 0,05
yang artinya Ha diterima atau ada pengaruh pengetahuan terhadap prilaku
ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare
di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.
b. Pengaruh Informasi terhadap Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Esklusif
Pada Bayi 0-6 Bulan dengan Kejadian Diare
Tabel 4.6 Pengaruh informasi terhadap prilaku ibu dalam pemberian
ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas
Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar
No. Informasi
Prilaku Ibu dalam
Total
p_
Pemberian ASI Esklusif
Baik
Value
Kurang
f
%
f
%
f
%
1 Ada
17
65,4
9
34,6
26
100
2 Tidak Ada
7
28
18
72
25
100
Total
24
27
51
0,017
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 26 responden yang ada
mendapat informasi tentang pemberian ASI esklusif ternyata 17 responden
(65,4%) berprilaku baik dalam pemberian ASI esklusif dan dari 25
responden yang tidak ada mendapat informasi tentang pemberian ASI
esklusif ternyata 18 responden (72%) berprilaku kurang dalam pemberian
ASI esklusif.
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat
kemaknaan (α) = 0,05 diperoleh p value = 0,017. Sehingga didapat p < 0,05
yang artinya Ha diterima atau ada pengaruh informasi terhadap prilaku ibu
dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di
Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.
c. Pengaruh Sosial Budaya terhadap Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI
Esklusif Pada Bayi 0-6 Bulan dengan Kejadian Diare
Tabel 4.7 Pengaruh sosial budaya terhadap prilaku ibu dalam
pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di
Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar
No. Sosial Budaya
Prilaku Ibu dalam
Total
p_
Pemberian ASI Esklusif
Baik
Value
Kurang
f
%
f
%
f
%
1 Baik
22
62,9
13
37,1
35
100
2 Kurang
2
12,5
14
87,5
16
100
Total
24
27
51
0,002
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 35 responden yang
memiliki sosial budaya baik tentang pemberian ASI esklusif ternyata 22
responden (62,9%) berprilaku baik dalam pemberian ASI esklusif dan dari
16 responden yang memiliki sosial budaya kurang tentang pemberian ASI
esklusif ternyata 14 responden (87,5%) berprilaku kurang dalam pemberian
ASI esklusif.
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat
kemaknaan (α) = 0,05 diperoleh p value = 0,002. Sehingga didapat p < 0,05
yang artinya Ha diterima atau ada pengaruh sosial budaya terhadap prilaku
ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare
di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI
Esklusif Pada Bayi 0-6 Bulan dengan Kejadian Diare
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 19 responden yang
memiliki pengetahuan rendah tentang pemberian ASI esklusif ternyata 15
responden (78,9%) berprilaku kurang dalam pemberian ASI esklusif, dari 32
responden yang memiliki pengetahuan tinggi tentang pemberian ASI esklusif
ternyata 20 responden (62,5%) berprilaku baik dalam pemberian ASI esklusif.
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat
kemaknaan (α) = 0,05 diperoleh p value = 0,010. Sehingga didapat p < 0,05
yang artinya Ha diterima atau ada pengaruh pengetahuan terhadap prilaku ibu
dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di
Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata
dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Potter dan
Perry (2009) bahwa pengetahuan merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi prilaku dan keyakinan seseorang, selain itu kemampuan kognitif
membentuk cara berfikir seseorang, meliputi kemampuan untuk mengerti
faktor-faktor yang berpengaruh dalam kondisi sakit dan praktek kesehatan
personal. Semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang arti kesehatan dan
manfaat dari fasilitas kesehatan maka akan semakin besar pula keinginan untuk
fasilitas kesehatan.
Menurut
Chomaria
(2011),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keberhasilan pemberian ASI esklusif adalah pengetahuan yang mengatakan
prilaku modern adalah suatu prilaku yang efektif serta efisien. Jadi seorang ibu
yang cenderung memberikan asupan bayinya dengan susu formula tanpa alasan
yang tepat, maka termasuk tindakan yang tidak modern. Namun kenyataan yang
terjadi banyak ibu yang merasa dirinya berfikir modern dan maju memandang
susu formula lebih hebat dari pada ASI esklusif untuk anaknya. Hal ini
merupakan pandangan yang tanpa dasar, serta terlihat jika sang ibu tidak
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang ASI esklusif.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nutrisiani (2010) yang
berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI
esklusif di wilayah kerja puskesmas Kuta Malaka Aceh Besar tahun 2010
menunjukkan bahwa ada pengaruh pengetahuan terhadap keberhasilan
pemberian ASI esklusif di wilayah kerja puskesmas Kuta Malaka Aceh Besar
(p value = 0,013).
Menurut asumsi peneliti, pengetahuan sangat mempengaruhi prilaku ibu
dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan. Semakin tinggi
pengetahuan yang dimiliki oleh ibu tentang cara pemberian ASI esklusif,
manfaat ASI esklusif, dan hal lainnya tentang ASI esklusif maka akan semakin
baik pula prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif. Pengetahuan tentang ASI
esklusif dapat diperoleh ibu baik dengan membaca buku, dengan saling berbagi
cerita bersama teman, maupun dari tenaga kesehatan. Begitu juga sebaliknya,
ibu yang memiliki pengetahuan yang rendah tentang ASI esklusif maka akan
semakin kurang pula prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif. Hal ini dapat
disebabkan karena ibu merasa manfaat ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan
bayinya.
2. Pengaruh Informasi terhadap Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Esklusif
Pada Bayi 0-6 Bulan dengan Kejadian Diare
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 26 responden yang
ada mendapat informasi tentang pemberian ASI esklusif ternyata 17 responden
(65,4%) berprilaku baik dalam pemberian ASI esklusif dan dari 25 responden
yang tidak ada mendapat informasi tentang pemberian ASI esklusif ternyata 18
responden (72%) berprilaku kurang dalam pemberian ASI esklusif.
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat
kemaknaan (α) = 0,05 diperoleh p value = 0,017. Sehingga didapat p < 0,05
yang artinya Ha diterima atau ada pengaruh informasi terhadap prilaku ibu
dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di
Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.
Menurut Mubarak (2011), Kemudahan untuk memperoleh suatu
informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.
Informasi baru yang didapat merupakan pengganti pengetahuan yang telah
diperoleh sebelumnya atau merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya.
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa
membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. Informasi
akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang
memiiki pendidikan rendah, tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari
berbagai media maka dapat meningkatkan pengetahuan orang tersebut
(Hidayat, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian Nurhayati yang berjudul hubungan dukungan
keluarga, informasi dari tenaga kesehatan dan sosial budaya dengan tingkat
keberhasilan program ASI esklusif di wilayah kerja Puskesmas Pasi Raya
Kecamatan Teunom tahun 2011 menyatakan bahwa ada hubungan informasi
dari tenaga kesehatan dengan tingkat keberhasilan program ASI esklusif di
wilayah kerja Puskesmas Pasi Raya Kecamatan Teunom (p value 0,007).
Menurut asumsi peneliti, informasi sangat mempengaruhi cara pikir
seseorang terhadap suatu hal. Semakin banyak dan semakin positif informasi
yang didapat oleh seorang ibu tentang ASI esklusif maka akan semakin terbuka
pula pola pikir ibu tentang ASI esklusif sehingga ibu cenderung akan berprilaku
baik terhadap ASI esklusif. Informasi tentang ASI esklusif dapat diperoleh ibu
baik dari media cetak, media elektronik, tenaga kesehatan maupun dari sumbersumber lainnya. Begitu juga sebalinya, ibu yang tidak mendapatkan informasi
tentang ASI esklusif cenderung berprilaku kurang terhadap ASI esklusif, hal ini
di sebabkan karena ketidaktahuan ibu tentang pentingya memberikan ASI saja
sampai usia bayi 6 bulan.
3. Pengaruh Sosial Budaya terhadap Prilaku Ibu Dalam Pemberian ASI
Esklusif Pada Bayi 0-6 Bulan dengan Kejadian Diare
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35 responden yang
memiliki sosial budaya baik tentang pemberian ASI esklusif ternyata 22
responden (62,9%) berprilaku baik dalam pemberian ASI esklusif dan dari 16
responden yang memiliki sosial budaya kurang tentang pemberian ASI esklusif
ternyata 14 responden (87,5%) berprilaku kurang dalam pemberian ASI
esklusif.
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat
kemaknaan (α) = 0,05 diperoleh p value = 0,002. Sehingga didapat p < 0,05
yang artinya Ha diterima atau ada pengaruh sosial budaya terhadap prilaku ibu
dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di
Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.
Menurut Depkes RI (2008), permasalahan utama dalam pemberian ASI
esklusif adalah sosial budaya, antara lain kurangnya kesadaran akan pentingnya
ASI, pelayanan kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung, gencarnya
promosi susu formula, ibu bekerja dan dukungan keluarga. Adapun kebiasaan
ibu
yang
tidak
mendukung
pemberian
ASI
adalah
memberikan
makanan/minuman setelah bayi lahir seperti madu, air kelapa, nasi papah,
pisang, dan memberikan susu formula sejak dini, orang tua dan keluarga juga
masih menyediakan dan menganjurkan pemberian susu formula dan
kepercayaan seperti adanya keparcayaan kalau menyusui dapat merusak bentuk
payudara serta kepercayaan memberikan madu/air manis merupakan suatu
ajaran agama.
Berdasarkan hasil penelitian Nurhayati yang berjudul hubungan dukungan
keluarga, informasi dari tenaga kesehatan dan sosial budaya dengan tingkat
keberhasilan program ASI esklusif di wilayah kerja Puskesmas Pasi Raya
Kecamatan Teunom tahun 2011 menyatakan bahwa ada hubungan sosial
budaya dengan tingkat keberhasilan program ASI esklusif di wilayah kerja
Puskesmas Pasi Raya Kecamatan Teunom (p value 0,003).
Menurut asumsi peneliti, sosial budaya mempunyai peran penting
terhadap keberhasilan ASI esklusif. Tidak hanya prilaku ibu yang dapat
mempengaruhi keberhasilan ASI esklusif, namun dukungan lingkungan juga
sangat penting. Kegagalan ASI esklusif dapat disebabkan oleh prilaku sang
nenek yang memberikan pisang kemana bayi sebelum bayi berumur 6 bulan.
Hal ini selain menggagalkan program ASI esklusif juga dapat mengganggu
sistem pencernaan bayi, salah satunya adalah menyebabkan bayi mengalami
diare. Begitu juga sebaliknya, semakin baik dukungan sosial yang didapat oleh
seorang ibu, maka akan semakin berhasil pula program ASI esklusif hal ini
karena orang-orang disekitar ibu telah meyadari manfaat dan pentingnya
memberikan ASI esklusif.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan
dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten
Aceh Besar maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif
pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan
Baitussalam Kabupaten Aceh Besar dengan p value = 0,010 atau p < 0,05.
2. Ada pengaruh informasi terhadap prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif
pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan
Baitussalam Kabupaten Aceh Besar dengan p value = 0,017 atau p < 0,05.
3. Ada pengaruh sosial budaya terhadap prilaku ibu dalam pemberian ASI esklusif
pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kajhu Kecamatan
Baitussalam Kabupaten Aceh Besar dengan p value = 0,002 atau p < 0,05
B. Saran
1. Bagi Peneliti
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat menambah wawasan,
pengetahuan dan pengalaman tentang metode penelitian ilmiah sehingga dapat
digunakan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
2. Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’Budiyah khususnya
Program Studi D-IV Kebidanan, agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
untuk menjadi sumber bacaan atau referensi bagi mahasiswa U’Budiyah Banda
Aceh.
3. Bagi Puskesmas
Diharapkan bagi Puskesmas Kajhu agar hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam menilai tingkat
pelayanan kesehatan sehingga dapat terus meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya dalam asuhan kebidanan melalui konseling serta penyuluhanpenyuluhan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto.S, (2010).ProsedurPenelitianPendekatanPraktik, PT Rineka Cipta. Jakarta.
Arif, N. 2009, ASI dan Tumbuh Kembang Bayi. Penerbit Medpress, Yogyakarta
Budiarto, Eko, 2003.Dasar-dasar Metoda statistika Kedokteran. Jakarta:EGC
BKKBN.
2008.
ASI
EksklusifTurunkanKematianBayi
.http://www.pikas.bkkbn.go.id/print.php?tid+2&rid=136-6k-sp (3 Juli 2013)
Chomaria, N. 2011. Panduan Terlengkap Pasca Melahirkan. Penerbit Ziyad visi
Media. Surakarta
Depkes RI. 2008, Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
450/MENKES/IV/Tentang pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Indonesia,
Jakarta
, 2005. Manajemen Laktasi
Hasan, R. dan Alatas,H.(ed).2005.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
2007.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Balita Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Hendarto A. danPringgadini K. 2008.NilaiNutrisi Air SusuIbu. In : IDAI. BedahASI
:KajiandariBerbagaiSudut Pandang Ilmiah. Jakarta : BalaiPenerbit FKUI, p: 46
Hidayat, A. 2009, MetodePenelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data, Salemba
Medika. Jakarta
Kemenkes RI, 2010. IlmuKesehatanAnak. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Krisnatuti D. danYenrina R. 2008. MenyiapkanMakananPendamping ASI.
http://hidayat2.wordpress.com/2010/01/10/jurnal-01/ (01 September 2013)
Masri,
S.H.
2008.
DiarePenyebabKematian
4
JutaBalitaPerTahun.
http://www.waspada.co.id/serba-serbi/kesehatan/artikel.,php?artikel- id=6117535k (03 Juni 2013)
Moehji S. 2005. IlmuGizi 2. Jakarta: Penerbit Papas SinarSinanti, pp: 78-90
Mubarak, W. 2011, Promosi Kesehatan untuk Kebidanan, Jakarta, Salemba
Medika
Munasir Z. danKurniati N. 2008.Air SusuIbudanKekebalanTubuh.In : IDAI.
BedahASI :KajiandariBerbagaiSudut Pandang Ilmiah. Jakarta :BalaiPenerbit
FKUI, pp: 69-79.
Matondang C.S., Munatsir Z., Sumadiono. 2008. AspekImunologi Air SusuIbu.In
:Akib A.A.P., Munasir Z., Kurniati N (eds). BukuAjarAlergi-ImunologiAnak,
Edisi II. Jakarta :BadanPenerbit IDAI, pp: 189-202.
Notoatmojdo,S. 2010, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
, 2007. Promosi Kesehatan dan ilmu Prilaku, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
Potter dan Perry. 2009, Fundamental Of Nursing: Konsep, Proses dan Praktik Buku I,
Edisi 7, Jakarta, Salemba Medika
Purwanti
S.
H.
2009.
KonsepPenerapan
ASI
Eksklusif.
Jakarta.
http://drsuparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-asi-eksklusif.html
(2 September 2013)
Roesli U. 2005.Mengenal ASI Eksklusif.Jakarta :TrubusAgriwidya, pp: 3-35.
Sumadiono. 2008. ImunologiMukosa. In :Akib A.A.P., Munasir Z., Kurniati N. (eds).
BukuAjarAlergi-ImunologiAnak, Edisi II.Jakarta :BadanPenerbit IDAI, p:
94.
Susanti
N.I. 2007.UsiaTepatMendapatMakananTambahan. http://www.tabloitnakita.com/artikel-ph3?edisi=0406rubrik (2 September 2009)
Tumbelaka A.R. danKaryanti M.R. 2008.Air SusuIbudanPengendalianInfeksi.In :
IDAI. BedahASI :KajiandariBerbagaiSudut Pandang Ilmiah. Jakarta
:BalaiPenerbit FKUI, pp: 83-97
Widjaja,
M.C.
2008.
MengatasiDiaredanKeracunanpadaBalita.
KawanPustaka,pp: 58-70
Jakarta:
2007. MengatasiDiaredanKeracunanpadaBayi. Jakarta: KawanPustaka: 34-37
Wahyu
W.B. 2005. ASI, AnugerahTerindah yang KadangTerlupakan.
http://www.indomedia.com/bpost/122000/18/opini/opini1.htm-10ksupplemental (2 September 2009)
Wahyuni. 2011, Perawatan Payudara. Dikutip dalam http://www.Askep-Askeb.
CS.CC. ( tanggal 22 Pebruari 2012)
Yuliarti, N. 2010, Keajaiban ASI Makanan Terbaik Untuk Kesehatan ,Kecerdasan
dan Kelincahan Sikecil. Edisi 1. Yogyakarta
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRILAKU IBU DALAM
PEMBERIAN ASI EKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DENGAN
KEJADIAN DIARE DI PUSKESMAS KAJHU KECAMATAN BAITUSSALAM
KABUPATEN ACEH BESAR
TAHUN 2013
Nama Peneliti
:Purnamawati
Tanggal Pengambilan data:2013
Bagian A :
UmurResponden :
Pendidikan
:
Alamat Responden :
Pekerjaan Responden :
No Responden:
Bagian B :
Berikan tanda (x) pada salah satu jawaban yang paling tepat dan benar menurut ibu.
A. Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif
1. Pengertian ASI Eksklusif adalah?
a. ASI yang diberikan pada bayi usia 0-2 tahun
b. ASI yang diberikan pada bayi sampai usia 6 tahun
c. ASI yang diberikan pada bayi usia 0-6 bulan
2. Makanan apa saja yang seharusnya diberikan pada bayi usia 0-6 bulan ?
a. Hanya ASI saja
b. ASI dan susu formula
c. ASI dan pisang
3. Salah satu manfaat ASI Eksklusif untuk bayi adalah?
a. Dapat meningkatkan kecerdasan pada bayi
b. Dapat membuat bayi kenyang
c. Tidak ada mamfaat
4. Salah satu manfaat ASI Eksklusif bagi ibu adalah?
a. Dapat menunda kehamilan
b. Dapat membuat ibu lelah
c. Dapat membuat payudara ibu kendor
5. Salah satu manfaat ASI Eksklusif bagi keluarga adalah?
a. Tidak perlu mengeluarkan banyak biaya
b. Dapat membuat keluarga miskin
c. Dapat menambah beban keluarga
6. Apakah jika bayi sakit ASI Ekskusif tetap diberikan?
a. Tetap diberikan kapan saja
b. Tidak diberikan
c. Diberikan jika bayi menangis
7. Apa- apa saja yang terkandung dalam ASI Eksklusif ?
a. Lemak saja
b. Protein
c. Semuanya benar
8. Berapa kali ibu memberikan ASI Eksklusif dalam sehari?
a. 3-4 kali sehari
b. 2-3 kali sehari
c. Kapan bayi menginginkan
9. Bagaimanakah posisi ibu menyusui yang benar?
a. Bagian tubuh bayi menempel pada ibu
b. Miring
c. Telentang
10. Cara Menyusui yang benar adalah?
a. Mencuci tangan dan Membersihkan payudara
b. Tidak perlu mencuci tangan
c. Semuanya salah
B. Sumber Informasi
1. Apakah ibu ada mendengar informasi tentang ASI Eksklusif ?
a. Dari buku
b. Dari TV
c. Dari petugas kesehatan
d. Dari kader desa
e. Dari tetangga
f. Koran
g. Radio
C. SosialBudaya
1. ApakahKeluargaibumendukungtentangpemberian ASI Eklusif
a. Ya
b. Tidak
Download