ETIKA BISNIS SEBAGAI STRATEGI BISNIS JANGKA PANJANG DALAM ERA BISNIS GLOBAL DAN REVOLUSI TEKNOLOGI INFORMASI (Tinjauan Teori dan Aplikasi) Oleh: Gugyh Susandy & Deden Ramdhan (Dosen Tetap STIESA) Abstrak Menjadi perusahaan yang menjalankan bisnis secara berkelanjutan merupakan harapan perusahaan dewasa ini mengingat tidak sedikit perusahaan yang harus mengakhiri bisnisnya akibat kesalahan strategi. Dengan adanya gabungan komponen struktur industri dan struktur pasar inilah telah membentuk struktur persaingan. Dalam dinamika bisnis maka tidak dapat dihindari akan muncul persaingan. Pada akhirnya persaingan tersebut yang mendorong peranan Etika dalam bisnis. Penelitian ini bertujuan untuk mengupas lebih jauh dari sudut pandang teori dan aplikasi mengenai Etika Bisnis sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi. Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 35 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bisnis pada dasarnya adalah mengelola sesuatu agar terus berjalan dengan baik. Wilayah kerja bisnis adalah dalam lingkup masyarakat ekonomi. Bisnis sebagai bagian dari entitas ekonomi memiliki fokus peranan dalam kegiatan produksi dan menciptakan penawaran kepada pasar dimana masyarakat melakukan kegiatan konsumsi. Bisnis adalah suatu aktivitas yang dimulai dari memotret kebutuhan masyarakat (society), memenuhi kebutuhan tersebut dengan cara-cara tertentu agar mendapatkan keuntungan dari transaksi pemenuhan kebutuhan. Dengan demikian, perusahaan bisnis merupakan entitas ekonomi utama yang digunakan orang dalam masyarakat ekonomi modern untuk melaksanakan tugas memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa. Dalam bisnis diperlukan manajemen. Dengan manajemen yang baik maka bisnis dapat berjalan sesuai harapan. Manajemen memiliki peranan yang sentral dalam menunjang berjalannya roda bisnis secara efektif dan efisien. Manajemen juga berperan dalam proses pengambilan keputusan yang agar lebih akurat, cepat dan tepat. Manajemen pada dasarnya adalah ilmu yang membahas pemanfaatan sumber daya dengan cara yang terbaik dalam mencapai tujuan/sasaran. Manajemen juga diartikan sebagai ilmu serta seni bekerja bersama atau melalui orang lain untuk mencapai tujuan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki organisasi secara optimal (efektif dan efisien). 36 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 Dengan demikian, ilmu Manajemen adalah ilmu yang memiliki peranan sentral yaitu bagaimana prinsip dan asas ekonomi dapat diterapkan atau dibumikan dalam suatu entitas ekonomi termasuk didalamnya perusahaan bisnis. Ilmu ekonomi pada dasarnya memiliki tujuan untuk menciptakan equilibrium (keseimbangan) antara kegiatan produksi dan kegiatan konsumsi. Kegiatan produksi dalam entitas organisasi bisnis akan menghasilkan suatu struktur industri, demikian halnya juga kegiatan konsumsi akan menghasilkan struktur pasar. Dengan adanya gabungan komponen struktur industri dan struktur pasar inilah yang membentuk struktur persaingan. Dengan demikian dalam dinamika bisnis maka tidak dapat dihindari akan muncul persaingan. Pada akhirnya persaingan tersebut yang mendorong peranan Etika dalam bisnis. Etika sebagai suatu ilmu adalah ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral masyarakat. Ilmu Etika juga mempelajari bagaimana standar moral tersebut diaplikasikan dalam kehidupan dengan menggunakan penalaran yang logis. Sedangkan Etika bisnis itu sendiri merupakan aplikasi pemahaman tentang standar moral tentang baik dan benar yang diterapkan oleh perusahaan bisnis. Ketika perusahaan bisnis telah menetapkan tujuan bisnisnya sebagai tujuan jangka panjang maka perusahaan bisnis tersebut harus berperilaku secara etis. Menjalankan bisnis secara etis pada era industrialisasi global saat ini menjadi pilihan utama sebagai strategi bisnis jangka panjang. Diyakini pula bahwa strategi bisnis yang secara etis Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 37 dapat menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan yang pada akhirnya dapat menghantarkan perusahaan menjadi pemenang dalam persaingan. Perusahaan bisnis paling modern yang paling signifikan adalah korporasi. Sekarang ini organisasi korporasi mendominasi ekonomi. Organisasi korporasi memunculkan problem-problem besar bagi siapapun yang berusaha menerapkan standar moral pada aktivitas bisnis. Sebagian dari Organisasi korporasi masa kini merupakan perusahaan multinasional. Karena beroperasi di sejumlah negara yang berbeda korporasi multinasional menghadapi sejumlah permasalahan Etika Bisnis yang layak mendapatkan perhatian. Disamping itu, Teknologi mempunyai dampak revolusioner terhadap bisnis dan masyarakat. Teknologi yang berkembang di akhir dekade abad ke-20 mentransformasi masyarakat dan bisnis dan menciptakan potensi problem etika baru. Yang paling mencolok diantara perkembangan ini adalah revolusi dalam bioteknologi dan apa yang sering disebut teknologi informasi meliputi perkembangan komputer, internet, komunikasi nirkabel, digitalisasi dan lainnya. Berdasarkan paparan diatas penulis tertarik melakukan peninjauan lebih jauh dari sudut pandang teori dan aplikasi mengenai “Etika Bisnis sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi” 38 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 1.2 Identifikasi Masalah Dapat di rumuskan masalah yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini: 1. Bagaimana Etika, Etika Bisnis , Etika Masyarakat, Dan Etika Global ? 2. Bagaimana Cara Pandang Organisasi Cybernetic terhadap Etika Bisnis? 3. Bagaimana Kerangka Konseptual Etika Bisnis Dan Perusahaan Meliputi Struktur, Proses Dan Kinerja ? 4. Bagaimana Dinamika Etika Bisnis Sebagai Fungsi Waktu Dan Budaya Dalam Model Dan Kasus? 5. Bagaimana Standar Penalaran Moral ? 6. Bagaimana Etika Pengambilan Keputusan Diwujudkan Dalam Model Integratif Untuk Praktik Bisnis? 7. Bagaimana Kinerja Etika Bisnis Diukur Dengan Kerangka Konseptual? 2. Pembahasan 2.1 Etika, Etika Bisnis, Etika Masyarakat, dan Etika Global 2.1.1 Pengertian Etika Raymond Baumhart (1968) melakukan penelitian klasik menanyai lebih dari 100 orang bisnis, apakah arti Etika? Hasilnya adalah sebanyak 50% pebisnis mendefinisikan etika sebagai “apa yang dikatakan perasaan saya kepada diri saya bahwa hal itu benar,” sebanyak 25 % mendefinisikan dalam istilah religius “apa yang sesuai Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 39 dengan kepercayaan religius saya,” sebanyak 18% mendefinisikan sebagai “apa yang sesuai dengan peraturan yang mulia”. Namun demikian perasaan sebetulnya dasar yang tidak memadai untuk penilaian Etika (Velasquez:2005). Mengawali pembahasan dalam bab ini, akan ditinjau terlebih dahulu mengenai definisi atau pengertian Etika dari pendapat beberapa pakar sebagai berikut: Pendapat Wiley (1995) mengatakan : “Ethics is concerned with moral obligation, responsibility and social justice.” Pendapat Harris (1995) mengatakan : “Ethics as ..that which is to do with code of conduct which clarifies one’s duty toward other human beings, even beyond whai is required by law.” Pendapat Walton (1977) dan Mauro (1987) mengatakan : “Ethics is A critical analysis of human acts to determine their rightness or wrongness in terms of two major criteria : truth and justice.” Etika menurut dalam kamus webster’s International Dictionary makna yang pertama adalah : “prinsip tingkah laku yang mengatur individu atau kelompok”. Sedangkan makna yang kedua : Etika adalah “kajian moralitas”. Etika menurut Velasquez (2005) merupakan : 40 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 “ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral masyarakat.” “penelaahan standar moral-proses pemeriksaan standar moral orang atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkret. Tujuan akhir standar moral adalah mengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa masuk akal untuk dianutstandar yang telah kita pertimbangkan dan kita putuskan secara cermat adalah standar yang benar untuk kita terima dan terapkan pada pilihanpilihan yang mengisi hidup kita.” 2.1.2 Pengertian Etika Bisnis Setelah sebelumnya telah dibahas pengertian Etika, maka selanjutnya kita bahas pengertian dari Etika Bisnis dari pendapat pakar sebagai berikut : Walton (1977) mendefiniskan Etika Bisnis yaitu : “Business ethics A range of criteria whereby human actions are judge to include such things as societal expectations; fair competition; the aesthetics of advertising and the use of public relation; the meaning of social responsibilities; reconcling corporate behaviour at home behaviour abroad; the extent of customer sovereignty; the relevance of Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 41 corporate size; the handling of communication, and the like.” Velasquez (2005) menyatakan bahwa : “Etika bisnis merupakan studi standar moral dan bagaimana standar itu diterapkan kedalam sistem dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi. Studi ini tidak hanya mencakup analisa norma moral dan nilai moral, namun juga berusaha mengaplikasikan kesimpulan-kesimpulan analisis tersebut ke beragam isntitusi, teknologi, transaksi, aktivitas, dan usaha-usaha yang kita sebut bisnis.” Preuss (2008) mengatakan bahwa : “Business ethics is described as a part of a veritable explosion of concept that aim to explain what the proper role of business in society should be” BE is the branch of ethics that examines ethical rules and principles within acommercial context (http://en.wikipedia.org/wiki/). BE is the field of ethics that examines moral contraversies related to the social responsibilities/of business practice, in any economic system (www.merriamwebster.com/dictionary). 42 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 BE is the study of business situations, activities, and decisions where issues of right and wrong are addressed (Crane and Matten, 2003). 2.1.3 Sejarah Evolusi Etika Bisnis Etika bisnis telah mengalami perkembangan dari dulu sampai saat sekarang ini. Perkembangan etika bisnis dikenal dengan istilah evolusi etika bisnis. Berikut ini pandangan dari beberapa pakar mengenai hal ini. De George (1987, hal 201) berpendapat bahwa : “sejarah etika dalam bisnis adalah sejarah yang panjang, seperti akan kembali pada sejarah bisnis dimulai" De George (1987, hal 203) selanjutnya mengatakan : “tahun 1985 sebagai titik dalam sejarah bisnis saat etika telah menjadi suatu disiplin akademis meskipun masih dalam proses definisi" Sebuah paper dengan judul “A longitudinal and contextual analysis of media representation of business ethics” ditulis oleh R. Barkemeyer, D. Holt, F. Figge dan G. Napolitano yang dimuat dalam jurnal European Business Review Vol. 22 No. 4 Tahun 2010 telah menyajikan sebuah tabel The Business Ethics timeline. Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 43 Perkembangan Iklim etika bisnis dibagi kedalam kurun 1960-an, 1970-an, 1980-an, 1990-an, dan 2000-an. Begitu halnya juga dengan perkembangan dilema etika bisnis di bagi kedalam kurun waktu yang sama. Dalam tabel tersebut ditunjukkan bagaimana perubahan iklim etika bisnis dan dilema etika bisnis dari satu kurun waktu ke kurun waktu yang lainnya. Iklim etika pada tahun 1960-an adalah kerusuhan sosial, sentimen anti perang. karyawan memiliki hubungan yang berlawanan dengan manajemen, pergeseran nilai dari loyalitas untuk sebuah perusahaan untuk setia kepada cita-cita/idealisme, nilai-nilai yang sudah usang/tua dikesampingkan. Dilema etika bisnis yang dihadapi pada tahun 1960-an adalah masalah lingkungan, peningkatan ketegangan antara karyawan dengan majikan, dominasi isuisu hak-hak sipil, kejujuran, perubahan etos kerja, selain itu dilema etika bisnis adalah masalah mengenai penggunaan narkoba/obat-obatan meningkat. Iklim etika bisnis pada tahun 1970-an adalah kontraktor utama industri pertahanan dan lainnya terlibat skandal, ekonomi mengalami resesi, angka pengangguran meningkat, terdapat perhatian yang tinggi terhadap lingkungan, Masyarakat mendorong agar bisnis menjadi akuntabel atas etika bisnis. Dilema etika bisnis yang dihadapi adalah militansi karyawan (karyawan versus mentalitas manajemen), permukaan hak asasi manusia (kerja paksa, upah di bawah standar, praktek tidak aman). Beberapa perusahaan memilih untuk menutup-nutupi bukan menyelesaikan/menyikapi dilema yang ada dengan benar. 44 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 Tabel 1. The Business Ethic Timeline Pada kurun waktu 1980-an iklim etika bisnis yang terjadi adalah kontrak sosial antara pengusaha dan karyawan didefinisikan ulang, kontraktor bidang pertahanan dituntut agar sesuai dengan aturan secara ketat, korporasi melakukan restrukturisasi/penghematan, sikap tentang Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 45 kesetiaan kepada majikan yang terkikis, penekanan tentang etika perawatan kesehatan. Dilema etika bisnis yang dihadapi pada kurun 1980-an adalah suap dan praktek ilegal kontraktor, menjajakan pengaruh, iklan yang menipu, penipuan keuangan (skandal tabungan dan pinjaman), timbul masalah transparansi. Pada kurun waktu 1990-an iklim etika bisnis yang terjadi yaitu ekspansi global membawa tantangan etika baru, terdapat keprihatinan utama tentang pekerja dibawah umur (anak), fasilitasi, pembayaran (suap), dan masalah lingkungan. munculnya internet tantangan bagi batasanbatasan budaya. The Global Sullivan Prinsip diluncurkan pada tahun 1999. Dilema etika bisnis yang muncul pada tahun 1990-an Praktek kerja yang tidak aman di negara dunia ketiga, peningkatan kewajiban perusahaan untuk kerusakan terhadap individu manusia (perusahaan rokok, Dow Kimia, dll), mismanajemen Keuangan dan penipuan. Iklim etika bisnis pada tahun 2000-an adalah pertumbuhan ekonomi belum pernah terjadi sebelumnya diikuti oleh kegagalan aspek keuangan, isu-isu Etika menghancurkan beberapa perusahaan high profile. Data pribadi yang dikumpulkan dan dijual secara terbuka. Wabah Hacker dan pencurian data bisnis dan lembaga pemerintahan. Tindakan teror dan agresi terjadi secara internasional, Global Compact PBB mengadopsi 10 Prinsip Anti Korupsi pada tahun 2004, konvensi PBB perang melawan Korupsi diadopsi oleh Majelis Umum PBB Oktober tahun 2003. 46 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 Dilema etika bisnis yang muncul pada kurun waktu 2000-an adalah kejahatan cyber. masalah privasi data (data mining), salah urus Keuangan. korupsi Internasional, hilangnya privasi - karyawan versus majikan, pencurian kekayaan intelektual, Peran usaha dalam mempromosikan pengembangan berkelanjutan. Montes-y-Gomez et al (2001) menyajikan tabel yang memuat beberapa kejadian pokok yang telah mempengaruhi lingkungan etika bisnis secara detail dari tahun 1984 – 2007 sebagai berikut : Tabel 2. Major ethical/environmental event 1984-2008. Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 47 R. Barkemeyer, D. Holt, F. Figge dan G. Napolitano melakukan analisis longitudinal dan kontekstual etika bisnis yang direpresentasikan oleh media koran. Sebanyak 62 koran internasional di 21 negara dari tahun 1990 s.d 2008 menjadi sampel penelitian bagi analisa longitudinal etika bisnis. Hasilnya menunjukan sebagaimana gambar dibawah ini Fokus analisa longitudinal ingin mengetahui sejauhmana kemungkinan topik etika bisnis secara rata-rata muncul dalam koran setiap bulannya. Topik etika bisnis nya diperluas dengan tema lain yang terkait karena beberapa literatur menyarankan etika bisnis terkait dengan the three pillars sustainability yaitu the triple bottom line of economic, environmental, and social responsibility. Rumus perhitungan hits per news paper issue adalah : Jika angka hit per issue misalnya sebesar 0,1 artinya terdapat kemungkinan 10% rata-rata 1 artikel tentang etika bisnis muncul koran dalam 1 bulan. 48 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 Gambar 1. Longitudinal trends in coverage of businees ethics and associates term. Berdasarkan nilai hit per np issue terlihat ada nilai yang signifikan dalam termin sustanaibility development, bahkan pada tahun antara tahun 2002 dan 2003 mencapai level 0.7 artinya 70% kemungkinan rata-rata muncul 1 artikel tentang istilah sustainability development atau dengan kata lain 70 koran dari 100 koran per bulan. Hal ini berhubungan dengan penyelenggaraan KTT Bumi di Johanesburg pada tahun 2002. Mengenai istilah etika bisnis itu sendiri dari tahun 1995 sampai dengan 2002 tetap konstan dibawah angka 0.06 artinya kurang dari 6 buah koran dari 100 koran perbulan memuat artikel terkait etika bisnis. Pada tahun 1995 pernah mencapai puncak hal ini terkait kontroversi The Bodyshop, Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 49 Harrods dan suap di lingkungan pemerintahan inggris. Pada tahun 2002 pernah mencapai puncak terkait dengan Enron, WorldCom, skandal Adelphia dan cakupan dari undangundang Sarbanes-Oxley dan difokuskan terutama di AS. Gambar 2. Regional Coverages of business ethics Berdasarkan grafik diatas, secara keseluruhan tedapat cakupan yang tinggi di wilayah Afrika Selatan, namum masih memunculkan bias karena data hanya selama 10 tahun. Di Inggris pernah mencapai puncak pada tahun 1995 manakala Isu suap di Inggris cukup berdampak pada cakupan media di Asia Tenggara khususnya Hongkong yang terlibat skandal tetapi tidak terlalu berdampak bagi cakupan media di AS, Australia, Kanada. Mendekati akhir tahun 2008, cakupan etika bisnis yang paling besar yaitu berturut-turut di: AS, 50 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 Afrika Selatan, Inggris, Australia, Asia Tenggara, dan Kanada. Gambar 3. Comparison business ethics and associated terms Garis tren perbandingan cakupan media tentang istilah Etika Bisnis dan CSR disajikan dalam Gambar 3 diatas. Hasilnya menunjukan garis trens etika bisnis relatif konstan, pada akhir 2008 di level 0.03. untuk garis tren CSR menunjukan tren peningkatan, pada akhir 2008 berada pada level 0.13. Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 51 2.1.4 Persepsi yang menyeluruh tentang isi dari Etika Bisnis Sebuah jurnal dengan judul Toward a holistical perception of the content of business ethics yang ditulis oleh Vojko Potocan dan Matjaz Mulej dimuat dalam Kybernetes Vol. 38 No.3/4 2009, menyajikan bagan Kerangka Teoritis Etika bagi Isi etika organisasi bisnis sebagai berikut: Gambar 4. Ethics theory framework for BE Content Para Filsuf pada hari ini biasa menggelompokkan etika kedalam 3 area umum yaitu: metaethics, normative ethics, dan applied ethics. Secara lebih detailnya dapat dilihat dalam tulisan Ulrich (1997), Kagan (1998), Wilson (1998), Ferrel et al (2007). Para filsuf juga mengembangkan 52 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 sejumlah doktrin filosofis yang menjelaskan bagaimana mengambil suatu pilihan yang terbaik bagi individu dan masyarakat (Kohlberg, 1976; Shea, 1998; Singer, 1999; Jennings, 2005; Trevino and Nelson, 2006). Doktrin filosofi yang dimaksud adalah altuirsm, divine command ethics, consequentialisme, Virtue ethics, social contract theory, dan lainnya. Prinsip-prinsip normatif yang penting beberapa diantaranya adalah : personal benefit, social benefit, principle of benevolence, principle of paternalism, principle of harm, principle of honesty. (Ulrich, 1997; Velasquez, 2005; Potocan and Mulej, 2007; Trevino and Nelson, 2006; etc.) Modern theory and practice discuss ethics and/or BE using (specific) bases of ethics, especially concerning applied ethics, such as: ethics by cases (Shea, 1998; Jennings, 2005), political virtues (Crick, 1982, 2002), situational ethics (Ross, 1995; Simons and Usher, 2000), descriptive ethics (Singer, 1999; Shaw, 2007), and the analytic view of ethics (Bostock, 2000; Simons and Usher, 2000; Bowie, 2002; etc.). Selanjutnya Vojko Potocan dan Matjaz Mulej juga menyajikan bagan faktor-faktor yang mempengaruhi etika bisnis organisasi. Dijelaskan dalam bagan tersebut faktor yang mempengaruhi ada 2 yaitu : a. Faktor Umum yang terdiri dari (Economic, Industrial, Historical and Culture dan Organizational). (Potocan, 2002, 2006; Potocan and Mulej, 2005, for details concerning each general factor – but not in their synergy, Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 53 see for example, Cooper and Argyris, 2000; Daft, 2002; Jennings, 2005; Stanwick and Stanwick, 2008; etc.) b. Faktor Khusus meliputi (BE organization stakeholders, Structural factor, content factor, dan VCEN organization). (For details concerning each specific factor – but not in their synergy, see for example, Cooper and Argyris, 2000; Daft, 2002; Jennings, 2005; Stanwick and Stanwick, 2008; etc.) Gambar 5. Factors that influence on organizational Business Ethics Faktor khusus VCEN Organization artinya Value (nilai), Culture (Budaya), Ethics (Etika) dan Norms (Norma) yang dimiliki individu dan organisasi. Faktor khusus 54 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 struktural meliputi; formalization, specialization, hierarchy of authority, centralization, profesionalism dan rasio personnel dan lainnya. Faktor khusus content organizational meliputi : Technology, skills, size, objective and strategy, dan environment. 2.1.5 Etika Masyarakat Gail C. Furman menulis sebuah makalah dengan judul “The ethic of community” yang dimuat dalam Journal of Educational Administration Vol. 42 No.2 Tahun 2004 dengan bertujuan untuk mengusulkan konsep etika masyarakat untuk melengkapi dan memperluas frame etika lainnya yang digunakan dalam pendidikan. Etika masyarakat melengkapi dan memperluas bingkai dikembangkan oleh Starratt (1994) dan Shapiro dan Stefkovich (2001) dalam fokus pada komunal dan bukan individu. Mungkin kerangka etika yang paling dikenal umum digunakan dalam pendidikan adalah kerangka tripartit yang dikembangkan oleh Starratt (1994, 2003). Starratt mengklaim bahwa tiga "etika" mendasari praktek etika: etika keadilan, etika kritik, dan etika pelayanan. Furman mendefinisikan etika masyarakat adalah : “Etika komunitas didefinisikan sebagai tanggung jawab moral untuk terlibat dalam proses komunal sebagai pendidik mengejar tujuan moral dari pekerjaan mereka dan mengatasi tantangan yang harus dihadapi dalam kehidupan sehari-hari” Selanjutnya disajikan bagan dibawah ini: Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 55 Gambar 6. Ethical framework centered in the ethic of community. Etika keadilan mensyaratkan bahwa kita mengatur diri kita dengan memperhatikan keadilan. Artinya, kita memperlakukan satu sama lain menurut beberapa standar keadilan yang seragam diterapkan ke semua kita hubungan (Starratt, 1994, hal 49). Dengan kata lain, keadilan atau perlakuan yang sama adalah nilai inti yang mendasari etika keadilan: Ide dasar keadilan adalah bahwa masyarakat harus menetapkan aturan yang adil bagi semua dan kemudian hidup oleh aturan mereka (Noddings, 1999). Etika kritik diperlukan karena tidak ada tatanan sosial yang netral. Tantangan etisnya adalah membuat pengaturan sosial lebih responsif terhadap hak asasi manusia bagi setiap warga negara (Starratt, 1994, 56 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 hal 47). Etika perawatan mutlak membutuhkan sikap menghargai martabat dan nilai intrinsik setiap orang dan keinginan untuk melihat bahwa orang-orang menikmati hidup (Starratt, 2003, hal 145). Lebih lanjut, etika perawatan berfokus pada tuntutan hubungan, bukan dari kontrak atau sudut pandang legalistik, tetapi dari sudut pandang menghargai dan cinta. 2.1.6 Etika Global Sebuah paper ditulis oleh Anthony Howard dengan judul A New Global Ethic dimuat dalam Jurnal of Management Development Vol. 29 No. 5 Tahun 2010. Tujuan penulisan paper tersebut untuk menggali potensi bagi para pemimpin bisnis untuk melakukan kebaikan dengan cara yang sepenuhnya terintegrasi dengan tujuan organisasi dan tujuan pribadi mereka. Mengingat isu utama menghadapi masyarakat, termasuk kerapuhan lingkungan, kerentanan keuangan dan mengurangi pengaruh lembaga-lembaga tradisional, mengusulkan perlunya etika global baru, dan menyarankan bahwa para pemimpin perusahaan global memiliki kesempatan khusus untuk membuat perbedaan besar dalam mendorong etika. Makalah tersebut mengidentifikasi tiga unsur kunci yang sangat penting untuk kepemimpinan yang efektif: a. untuk menguasai seni menjadi manusia, b. untuk menguasai seni menjalankan sebuah perusahaan yang sukses, Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 57 c. untuk menjadi pelayan kepada masyarakat dengan mengembangkan etika global yang baru dalam lingkup pengaruh mereka. Kenyataan menunjukkan bahwa dunia kita saat ini dan bisnis didalamnya mengalami ketidakpastian contoh yang terkini mengenai krisis keuangan global, Ferguson (2008) mengatakan ada 3 sebab kerentanan dunia ini : (1) ketidakpastian dan tidak dapat diprediksinya masa depan; (2) irasionalitas perilaku manusia dan kekeliruan pemikiran manusia, dan (3) dampak kekuatan-kekuatan evolusi sosial pada perekonomian, yang mengarah pada kepunahan organisasi sebesar 10 % per tahun. Antony Howard (2010) mengatakan : “Kita perlu cara baru berpikir dan bertindak pada tingkat global - sebuah etika global yang baru untuk abad 21. Meningkatnya kompleksitas, ambiguitas dan interkoneksi di kehidupan abad 21 berarti bahwa kita harus berpikir dan bertindak secara global, sedangkan hidup lokal. Tidak ada lagi cukup untuk hanya bertindak lokal dan berpikir global. Untuk memeluk suatu etika global yang baru memerlukan adopsi terhadap suatu perspektif/pandangan baru untuk dunia kita, lembaga kita, hubungan kita dan diri kita sendiri, dalam arus nilainilai abadi manusia, mengenali tanggung jawab kita 58 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 untuk planet ini, pada zaman ini, dan generasi yang datang setelah kita. Perspektif ini mengakui kita tidak dalam isolasi, baik sebagai manusia, negara atau institusi, dan tidak dapat mengabaikan dampak dari tindakan kita pada orang lain.” Sebagai respon terhadap etika yang berlaku dari keserakahan dan kepentingan pribadi, yang telah gagal untuk memberikan dunia yang kita inginkan, sebuah etika global baru akan mencakup sejumlah elemen. (Anthony Howard,2010) 1. Sustainable (Keberlanjutan). "Bisnis adalah masalah pelayanan manusia" kata Merril J. Fernando, pendiri Dilmah Tea. Diakui pula adanya kedalaman hubungan manusia antara bisnis dan dunia (Fernando, 2009). Etika keberlanjutan meliputi: a. Keberlanjutan Bakat, bergerak di luar daya tarik, retensi dan pengembangan bakat untuk menciptakan lingkungan dan praktek-praktek yang menyegarkan dan meningkatkan orang untuk hidup panjang dan sehat. b. Keberlanjutan Organisasi, mengakui bahwa korporasi merupakan bagian dari sistem sosial yang luas, dan bahwa memiliki sebuah lembaga baik yang sukses dalam jangka panjang tergantung pada keuangan perusahaan yang memiliki dampak positif pada masyarakat/sistem yang lebih luas. Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 59 c. Keberlanjutan Sosial, mengakui bahwa setiap orang adalah bagian dari jaringan sosial, tidak peduli seberapa berbeda, dan bahwa lembaga perlu untuk berkontribusi pada pelestarian daripada pemisahan jaringan ini pada tingkat lokal, nasional dan global. Kelompok usaha dengan etika global yang baru menilai dampak keputusan dan tindakan mereka di semua set hubungan manusia, menjadi sangat hati-hati untuk memastikan apa yang mereka lakukan memberikan kontribusi pada kesejahteraan masyarakat yang lebih besar. d. Keberlanjutan Global, yang mengakui bahwa kita memiliki tapak yang memanjang di lingkungan, komunitas bangsa-bangsa, dan mencapai ke bawah berturut-turut melalui generasi. 2. Nilai-nilai Manusia yang tak lekang oleh waktu (Timeless Human Values) Ada seperangkat nilai-nilai universal diterima sebagai nilai etis yang berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat, termasuk keadilan, kejujuran, kepercayaan, menghormati hak hidup manusia, cinta, kebebasan, toleransi (Kidder, 1995). Keberhasilan bisnis jangka panjang tergantung pada penerapan nilai-nilai ini (Senge, 2008, hal xiii). Bisnis dan orang yang beroperasi dengan etika global baru mengambil waktu untuk mengajukan pertanyaan seperti: 60 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 (1) Apakah kebenaran dari masalah ini? Apa fakta? Apakah ini telah diungkapkan atau dibahas? (2) Apa yang mesti dihargai / dinikmati / dirayakan dalam situasi ini atau dengan orang ini? (3) Apakah hal yang benar untuk dilakukan, cara yang tepat untuk bertindak? (4) Apakah tindakan ini adil untuk semua yang terlibat? (5) Apakah kita bersikap jujur di sini, atau adalah sesuatu yang telah ditutup-tutupi? (6) Apakah kita mengajukan semua pertanyaan, atau ada pertanyaan tertentu yang sedang dihindari? (7) Apa yang kita lakukan untuk mendorong dan melepaskan potensi manusia dan membantu orang menjalani penuh kehidupan manusia? (8) Apakah kita melakukan sesuatu (seperti upah rendah atau jam panjang, misalnya) yang akan mengurangi dari orang-orang hidup yang mampu hidup sepenuhnya manusia? (9) Apa yang kita lakukan yang memperlihatkan kepedulian yang tulus dan kasih sayang untuk orang yang kita sentuh melalui organisasi kita ? (10) Apakah kita memperlakukan orang sebagai individu dengan harapan dan impian, bakat dan keterampilan, atau sebagai unit produksi ekonomi? (11) Apakah kita melakukan apa saja yang menghalangi orang memiliki kebebasan, termasuk kebebasan pilihan, dan kesempatan untuk mengungkapkan pendapat tanpa rasa takut? Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 61 (12) Apakah kita benar-benar toleran terhadap pandangan orang lain, walau ketika itu berbeda dengan kita? 3. Keseluruhan sistem berfikir. Sebuah etika global baru mengakui bahwa individu tidak ada dalam isolasi, juga tidak ada perusahaan dalam isolasi. Mereka ada sebagai bagian dari suatu sistem yang lebih besar dan partisipasi mereka dalam sistem ini harus menginformasikan pemikiran, walaupun memiliki konsekuensi negatif jangka pendek. 2.2 Business Cybernetics dan Etika Bisnis In Kybernetes, Vol. 34 Nos. 9/10, pp. 1496-516 we published “Business cybernetics – aprovocative suggestion” (Potocan et al., 2005). Potocan defined that BC is specializing in organizations and individuals as so-called BSs emphasizing the so-called business viewpoints rather than the natural and/or technical/technological viewpoints of consideration of features, events and processes comprised of real life. Selanjutnya dalam paper lainnya Potocan dan Mulej (2009) menggambarkan suatu konsep cara padang organisasi 62 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 Bisnis Cybernetic terhadap isi dari Etika Bisnis sebagai berikut : Etika bisnis menjadi aspek yang dilibatkan dalam proses Input, Transformasi dan Output perusahaan Bisnis Cybernetics. Selanjutnya, perlu diketahui juga bahwa prinsip-prinsip etika yang dijadikan sebagai dasar analysis bagi penetapan strategi manajemen. Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 63 2.3 Kerangka Konseptual Etika Bisnis dan Perusahaan Meliputi Struktur, Proses Dan Kinerja Pada pembahasan di sub-bab ini akan dipelajari konsep teoritis etika bisnis dan perusahaan. Goran Svensson dan Greg Wood (2011) menulis suatu paper yang bertujuan untuk memperkenalkan dan menjelaskan suatu kerangka kerja konseptual perusahaan dan etika bisnis di seluruh organisasi dalam hal struktur etika, proses etis dan kinerja etika. Gambar 7. A conceptual frame work of corporate and business ethics across organization: structure, processes and performance. 64 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 Berdasarkan bagan diatas dapat kita lihat bahwa Struktur Etika terdiri dari : a. Kode etik Sebuah sub-bidang penting struktur etika dalam kerangka konseptual etika organisasi perusahaan dan bisnis di seluruh organisasi adalah kode etik. Sejak awal 1980-an, sejumlah studi di bidang kode etik perusahaan telah telah dilakukan di Amerika Serikat (misalnya Cressey dan Moore, 1983; Chonko et al, 2003.), di Inggris (misalnya Le Jeune dan Webley, 1998), di Kanada (Lefebvre dan Singh, 1992; Schwartz, 2002; Singh, 2006) di Swedia (Svensson et al, 2004), di Australia (Kaye, 1992;. Farrell dan Cobbin, 1996; Wood, 2000; Wood dan Callaghan, Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 65 2003). Studi kode etik telah juga dilakukan pada perusahaan multinasional terbesar yang beroperasi di berbagai yurisdiksi di dunia (Bethoux et al, 2007;. Singh et al, 2005;. Wood et al, 2004.). Studi telah menemukan bahwa memiliki kode etik memberi dampak positif terhadap etika perilaku dan perilaku organisasi (Adams et al, 2001;. Schwartz, 2001; Wotruba et al, 2001). Stajkovic dan Luthans (1997) melihat kode etik sebagai salah satu parameter penting untuk mempengaruhi standar etika organisasi dan individu. Berenbeim (2000) melihat kode etik sebagai memiliki peran penting membuat organisasi menjadi lebih etis. b. Audit Etika Sub-wilayah lain struktur etika dalam kerangka konseptual etika organisasi perusahaan dan bisnis adalah melakukan audit etika. Sejumlah penulis telah menyarankan kebutuhan untuk menggabungkan audit etika ke dalam proses suatu organisasi (Crotts et al, 2005;. Laczniak dan Murphy, 1991; Murphy, 1988). Garcia-Marza (2005) memandang audit etika sebagai bagian tidak terpisahkan dari proses pengembangan kepercayaan. c. Etika ombudsman Organisasi yang ditunjuk dalam posisi ini, agar individu dalam organisasi yang memiliki perhatian yang tulus 66 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 dapat merasa bebas untuk menyuarakan keprihatinan ini ke arbiter mandiri (Crotts et al, 2005;. Laczniak dan Murphy, 1991; Murphy, 1988). d. Komite Etika Pengembangan Komite etika merupakan struktur penting direkomendasikan oleh sejumlah penulis (Pusat Etika Bisnis, 1986; Wood, 2002). Komite Etika diyakini dapat mendukung pengembangan, pengelolaan dan pemantauan terhadap praktek bisnis yang etis. e. Komite pelatihan etika f. Dukungan bagi Whistle-blowers Selanjutnya dari bagan diatas dapat diketahui bahwa proses etika terdiri dari elemen-elemen sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. h. i. Penilaian kinerja etika; Pendidikan staf; Membantu dalam perencanaan strategis; Konsekuensi pelanggaran; Komunikasi kode untuk pekerja organisasi; Penyebaran kode untuk staf baru; Penyebaran kode untuk pelanggan; Penyebaran kode kepada pemasok; Komunikasi kode kepada para pemangku kepentingan lainnya; j. Revisi kode Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 67 Sementara elemen dari kinerja etika adalah : a. Memecahkan dilema etika; b. Membantu garis bawah, c. Efektivitas kode . Dinamika Etika Bisnis terhadap Fungsi Waktu Dan Budaya Dalam Model Goran svensson dan Greg wood (2003) menulis makalah yang membahas etika bisnis haruslah dinamis mengingat terdapat dua parameter waktu dan budaya. Etika bisnis bisa diterima atau tidak karena perbedaan waktu dan budaya. Oleh karena itu hal ini harus menjadi perhatian bagi pelaku bisnis. Dalam paper tersebut, dijelaskan hubungan antara budaya dan waktu, seperti diilustrasikan dibawah ini: Hubungan etika bisnis dengan budaya diilustrasikan dalam bagan dibawah ini: 68 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 Hubungan etika bisnis dengan waktu, diilustrasikan dalam bagan dibawah ini: Dinamika etika bisnis terhadap waktu dan budaya disajikan dalam model umum: Etika bisnis dalam penerapannya akan menghadapi gap dengan pandangan pihak lain, seperti di ilustrasikan dalam model dibawah ini : Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 69 Skenario yang akan terjadi pada posisi adanya gap etika bisnis dengan pandangan pihak lain yaitu : Berdasarkan konstruksi model-model yang sebelumnya maka tercipta sebuah model Dinamika Etika 70 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 Bisnis terhadap waktu sebagaimana berikut: dan budaya di gambarkan 2.4 Standar Penalaran Moral Penelaran moral mengacu pada proses penalaran di mana perilaku, institusi, atau kebijakan dinilai sesuai atau melanggar standar moral. Penalaran moran selalu melibatkan dua komponen mendasar, diantaranya : a. Pemahaman tentang yang dituntut, dilarang, dinilai atau disalahkanoleh standar moral yang masuk akal. b. Bukti atau informasi yang menunjukkan bahwa orang, kebijakan, institusi, atau perilaku tertentu mempunyai ciri-ciri standar moral yang menuntut, melarang menilai, atau menyalahkan. Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 71 Untuk menyingkap standar moral yang implisit yang merupakan dasar penilaian moral seseorang, orang harus melacak kembali penalaran moralnya ke dasar-dasarnya. Hal ini dilakukan dengan menanyakan beberapa hal : a. Standar informasi faktual apa yang diterima seseorang sebagai bukti penilaian moral ini ? b. Standar moral apakah yang diperlukan untuk menghubungkan informasi faktual ini (secara logis) dengan penilaian moral ? Dalam menganalisis penalaran moral ada beragam kriteria yang dilakukan para ahli etika untuk mengevaluasi kelayakan penalaran moral, antara lain : 1. Yang paling utama, penalaran moral harus logis. Analisis penalaran moral menuntut logika argumen yang digunakan untuk menyusun penilaian moral telah diteliti secara ketat, asumsi moral dan faktual yang tidak dikatakan telah dibuat secara eksplisit, dan baik asumsi maupun premis-premisnya diperlihatkan dan terbuka terhadap kritik. 2. Bukti faktual yang dikutip untuk mendukung penilaian harus akurat, relevan, dan lengkap. 3. Standar moral yang melibatkan penalaran moral seseorang harus konsisten. Standar-standar itu harus konsisten satu sama laindan dengan standar dan keyakinan yang lainyang diyakiniseseorang. Inkonsistensi antarstandar moral seseorang dapat disingkap dan 72 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 dikoreksi dengan mencermati situasi di mana standar moral tersebut menghadapi hal-hal yang bertentangan. 2.5 Etika Pengambilan Keputusan Diwujudkan Dalam Model Integratif Untuk Praktik Bisnis J.R.C. Pimentel , J.R. Kuntz dan Detelin S. Elenkov menulis paper dengan judul “Ethical decision making an Integrative Model for Business practice” yang dimuat dalam Jurnal European Business Review Vol. 22 No.4 Tahun 2010, menyajikan suatu model integratif seperti dibawah ini : Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 73 74 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 2.6 Kinerja Etika Bisnis Diukur Dengan Kerangka Konseptual Goran svensson dan Greg Wood (2004) menulis sebuah paper dengan judul “Proactive versus reactive business ethics performance: a conceptual frame work of profile analysis and case ilustration” dimuat dalam Jurnal Corporate Governance Vol,4 No.2 Tahun 2004. Menghasilkan model dan hasil analisa kasus sebagai mana dibawah ini : Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 75 76 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78 DAFTAR PUSTAKA Barkemeyer. R , Holt. D, Figge. F, and Napolitano. G, “A Longitudinal And Contextual Analysis Of Media Representation Of Business Ethics”, Journal European Business Review, Vol. 22 No. 4 pp.377-396 Tahun 2010 Furman. C. Gail “The Ethics of Community” Journal of Educational Administration, Vol. 42 No. 2 pp.215235 Tahun 2004 Howard. Anthony “Perspective On Practice: A New Global Ethics” Journal of Management Development, Vol. 29 No. 5 pp. 506-517 Tahun 2010 Mauro. Nicholas, Natale. M. Samuel and Libertella. F. Anthony, “personal values, business ethics and strategic development”, Journal Cross Cultural Management, Vol. 6 No. 2 pp.22-28 Tahun 1999 Pimentel, Kuntz and Elenkov, “Ethical decision-making an integrative model for business practice”, Journal European Review, Vol. 22 No. 4 pp.359-375 Tahun 2010 Potocan. Vojko and Mulej. Matlaz, “Toward A Holistical Perception Of The Content Of Business Ethics”, Journal Kybernetes, Vol. 38 No.3/4 pp.581-595 Tahun 2009 Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi 77 Prasad. Ajnesh “Toward A System Of Global Ethics In International Business: A Rawlsian Manifesto”, Journal Management Decision, Vol. 46 No. 8 pp.1166-1174 Tahun 2008 Schwartz. Mark “The business ethics of Management Theory”, Journal of Management History, Vol. 13 No.1 pp.43-54 Tahun 2007 Svensson G, and Wood. G, “Proactive versus reactive business ethics performance: a conceptual framework of profile analysis and case illustrations”, Journal Corporate Governance, Vol. 4 No.2 pp. 18-33 Tahun 2004 Velasquez G. Manuel “Etika Bisnis” Edisi 5 Penerbit ANDI Yogyakarta Tahun 2005. 78 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78