BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya, kajian atas perubahan bentuk hunian suku Bajo akibat ’pengaruh interaksi dengan suku Bugis di Watampone’ diperoleh kesimpulan yang akan menjawab pertanyaanpertanyaan penelitian yaitu : 1. Pada analisis kualitatif beberapa hal yang mendasari perubahan bentuk hunian suku Bajo karena akibat interaksi dengan suku Bugis. Interaksi tersebut antara lain : Interaksi sosial : adanya ruang privasi anggota keluarga sehingga dibutuhkan skat-skat pada ruang-ruang utama (pembuatan bilik), dimana awalnya tidak ada privasi karena semuanya serba terbuka. Interaksi bidang ekonomi : kerja sama dalam hal pemasaran dan pengolahan ikan sehingga perlu pengurugan/rabat beton pada lantai dasar sehingga merubah fungsi kolong dari tempat menambatkan perahu menjadi tempat menyimpan alat-alat nelayan, transportasi dan lain-lain sebagainya. Interaksi budaya : terjadinya kelembagaan perkawinan antara suku Bajo dengan suku lainnya sehingga perlu penambahan untuk anggota keluarga yang baru. 2. Terkait dengan perubahan bentuk hunian suku Bajo, dari hasil analisa dan pembahasan diperoleh data-data sebagai berikut : - Secara vertikal : terjadi perubahan fingsi pada bagian kolong rumah, dimana sebelumnya hanya berfungsi untuk menambatkan perahu berubah fungsi menjadi sebagai tempat usaha, tempat istirahat dan tempat bermain untuk anak-anak. Perubahan ini cendrung mengikuti fungsi kolong rumah tradisional suku Bugis yang menggunakan kolong rumah untuk berbagai macam aktivitas. - Secara horisontal : rumah tradisional suku Bajo sudah melakukan penambahan atau penyekatan ruang-ruang sebagai wujud untuk menciptakan privasi dalam rumah. Seperti pemisahan antara ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur dan dapur. Perubahan ini dilakukan seiring dengan pengaruh interaksi di lingkungan sekitarnya terutama bentuk hunian suku Bugis. - Secara stilistika : tampak adanya perubahan kemiringan pada atap rumah suku Bajo dimana pada awalnya berbentuk prisma landai sekarang berubah bentuk menjadi lebih lancip mengikuti bentuk hunian suku Bugis. Selain itu adanya perubahan pada sistem bukaan, dimana kondisi sekarang lebih banyak menggunakan jendela dibandingkan sebelumnya hanya sedikit jendela bahkan tidak ada sama sekali. Perubahan yang lain yakni, adanya penambahan ornamen-ornamen pada atap bubungan yang diberi simbol-simbol budaya Bugis seperti bentuk papan silang. - Tampang rumah suku Bajo : dilihat dari tampak depan, belakang maupun samping rumah tradisional sudah mengalami perubahan bentuk. Hal yang paling spesifik bisa kita lihat pada tampak depannya dengan penambahan timpak laja dan lego-lego yang merupakan ciri khas rumah Bugis. - Material : sebagian besar masyarakat suku Bajo yang mempunyai kemampuan ekonomi, sudah menggunakan material-material modern sebagai bahan utama untuk konstruksi. Hal sudah berbeda dengan sebelumnya yang sebagian besar bahan konstruksi rumahnya mengambil dari lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut terlihat dari penggunaan papan untuk lantai dan dinding dimana sebelumnya menggunakan bambu/rumbia untuk lantai dan dinding. Skat ruangan sebelumnya hanya menggunakan kain, sekarang diganti dengan kayu lapis atau papan olahan. Pada langit-langit, jika sebelumnya hanya menggunakan kain atau karoro bahkan tidak ada penutup sama sekali, sekarang sudah menggunakan kayu lapis atau kayu profil. Untuk atap jika material sebelumnya lebih banyak menggunakan rumbia sebagai penutup, sekarang sebagian besar sudah menggunakan seng sebagai penutup atap. - Ornamen : untuk memperindah ruang tamu, beberapa ornamen-ornamen biasanya ditempatkan dalam ruangan seperti foto keluarga, tulisan kaligrafi ataupun patung-patung binatang dari kayu. Selain itu adanya penempatan beberapa perabotan rumah tangga yang bersifat sementara. 3. Dari hasil analisa di atas, maka kecendrungan perubahan bentuk hunian suku Bajo mengikuti bentuk rumah tradisional suku Bugis sangat kuat dipengaruhi oleh adanya pengaruh interaksi dengan suku Bugis di Kelurahan BajoE Kabupaten Bone. 6.2. Saran-Saran Suku Bajo merupakan salah satu warisan budaya nusantara. Keberadaan dan kelangsungan hidupnya harus tetap dilestarikan. Terkhusus suku Bajo yang ada di Kelurahan BajoE Kabupaten Bone, sangat diharapkan adanya campur tangan pemerintah dalam menjaga kelestarian dan kelangsungan hidupnya. Suku Bajo yang ada di Kelurahan BajoE telah berinteraksi dengan suku Bugis. Hal ini sudah berlangsung cukup lama. Ternyata dari hasil interaksi antara suku Bugis dengan suku Bajo menghasilkan sebuah akulturasi budaya. Pencerminan dari akulturasi budaya ini bisa terlihat jelas pada bahasa sehari-hari dimana suku Bajo lebih banyak menggunakan bahasa Bugis. Disamping itu wujud akulturasi budaya dalam arsitektur tradisional bisa dilihat pada bentuk hunian suku Bajo yang secara fisik merupakan adopsi dari bentuk hunian suku Bugis. Selain perubahan dari segi fisik, juga adanya pergeseran makna pada bentuk huniannya. Suku Bajo sudah tidak lagi memandang palsafah hidupnya yakni rumah harus menghadap ke laut. Kondisi sekarang arah huniannya sudah banyak yang mengikuti arah jalan. Adapun saran-saran penulis terhadap kondisi di atas : 1. Dalam hal berinteraksi dengan suku Bugis atau suku-suku lainnya di lingkungan permukiman suku Bajo, sebaiknya suku Bajo lebih memilahmilah budaya yang sesuai untuk bisa digunakan dalam kehidupan seharihari. 2. Perubahan bentuk hunian yang dilkukan suku Bajo sebaiknya tidak terpengaruh dengan bentuk hunian suku lain. Dalam melakukan perubahanperubahan bentuk huniannya untuk tidak meninggalkan makna-makna simbolik budayanya sehingga identitas dan ciri khas budayanya tetap terjaga. Arsitektur tradisional suku Bajo merupakan bagian warisan arsitektur nusantara yang harus tetap terpelihara. 3. Terkait dengan akulturasi budaya sebaiknya pemerintah Kab. Bone memberikan kesempatan untuk mengaprisiasikan budaya suku Bajo disetiap acara pesta adat agar budaya suku Bajo tetap lestari termasuk melindungi dan menjaga permukiman tradisional suku Bajo di Kelurahan BajoE Kabupaten Bone. 4. Perlu adanya kajian lebih lanjut tentang pola penataan lingkungan permukiman suku Bajo untuk menciptakan lingkungan permukiman yang sehat termasuk pengadaan sarana dan prasarananya.