BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri es krim di Indonesia semakin meningkat, didukung dengan kesejahteraan masyarakat dan tuntutan gaya hidup. Konsumen eskrim tidak hanya terbatas pada golongan anak-anak saja, tetapi sudah meluas ke kalangan muda dan dewasa. Dalam lima tahun terakhir, tingkat pertumbuhan pasar eskrim di Indonesia meningkat sedikitnya 20 persen setiap tahunnya. Tahun 2007 total pasar eskrim sudah mendekati angka sebesar 100 juta liter dengan nilai absolut diatas Rp. 2 triliun. ( www.swa.co.id, 29 Mei 2008) Potensi pasar es krim di Indonesia yang menjanjikan didukung oleh tingkat konsumsi es krim yang masih sangat rendah, bisa dijadikan peluang untuk para produsen es krim yang ada. Tabel 1.1 menunjukkan tingkat perbandingan tingkat konsumsi es krim di Indonesia dengan negara-negara lainnya. Tabel 1.1 Tingkat Konsumsi Eskrim Nama Negara Konsumsi Es Krim Liter / Orang / Per Tahun Amerika Serikat 21 Inggris 8 Thailand 1, 2 - 2 Malaysia 1–2 Indonesia 0, 2 Sumber : (www.swa.co.id, 29 Mei 2008) 1 2 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa konsumsi es krim di Indonesia hanya sebesar 0,2 liter/orang/tahun. Tentu jumlah konsumsi es krim di Indonesia tersebut sangatlah jauh dibandingkan dengan negara-negara lainnya seperti Malaysia yang mengkonsumsi 1-2 liter/orang/tahun, Thailand sebesar 1,2-2 liter/orang/tahun, Inggris sebesar 8 liter/orang/tahun, dan Amerika Serikat sebesar liter/orang/tahun. Hal tersebut bisa dijadikan peluang untuk para produsen es krim, termasuk Wall’s. Persaingan yang ada antar produsen es krim ini, membuat para produsen ingin membuat produk yang terbaik untuk para konsumennya agar merasa puas dan akhirnya loyal kepada produknya. Persaingan tersebut terlihat dari inovasi produk ataupun promosi yang dilakukan para produsen es krim untuk menarik perhatian konsumennya. Tabel 1.2 ini menunjukkan jumlah market share para produsen es krim di Indonesia. Tabel 1.2 Posisi Persaingan Industri Es Krim di Indonesia Merek Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Indoeskrim 12,2% 14% 12,5% Walls 55,2% 55% 57,6% Campina 19,8% 20% 19,9% Diamond 6,3% 4,4% 4% Others 6,6% 6,6% 6% Sumber : www.elibrary.mb.ipb.ac.id Dari tabel tersebut dapat dilihat dari 5 produsen eskrim yang ada di Indonesia, Wall’s adalah produsen es krim yang memiliki market share tertinggi diantara para produsen es krim lainnya, di posisi selanjutnya ditempati oleh Campina, Indoeskrim, merek lainnya, dan Diamond. Pada tahun 2006 Wall’s memiliki market share sebesar 55,2%, namun mengalami penurunan pada tahun 3 2007 menjadi 55%, lalu pada tahun 2008 market share kembali meningkat sebesar 57,6%. Persaingan yang terjadi antar produsen es krim membuat PT. Unilever Indonesia Tbk melakukan inovasi terhadap es krim Wall’s Magnum. Dan pada bulan November 2010 mulai memperkenalkannya kepada publik dengan 3 pilihan rasa, yaitu Magnum Classic, Magnum Chocolate Truffle, dan Magnum Almond. Magnum pada awalnya ditujukan untuk segmen muda dan dewasa, tetapi anakanak tertarik terhadap produk Magnum tersebut. (www.swa.co.id, 7 Februari 2011) Kehadiran media cetak dan elektronik telah menimbulkan sikap keseriusan bagi para pengusaha, dimana mereka dipaksa untuk selalu memperbaiki kualitas produk; barang dan jasa yang mereka tawarkan. Para pengusaha tidak hanya melakukan strategi positioning sebuah produk di pasar melalui penetapan standarisasi mutu dan kualitas pelayanan, namun juga mereka berusaha mempertahankan brand positioning di benak konsumen melalui strategi promosi. Persaingan produk juga telah menyebabkan peningkatan biaya belanja iklan dan sejumlah kegiatan promosi lainnya sebagai upaya untuk merebut perhatian konsumen. Strategi komunikasi pemasaran (marketing communication) yang tepat dapat menghindarkan perusahaan dari kerugian yang disebabkan oleh kegiatan promosi yang tidak efektif dan efisien. Rd. Soermanagara (2006 : 1) Periklanan yang dilakukan oleh pihak Magnum tersebut yaitu melalui iklan ditelevisi, media cetak, billboard dijalan raya, outlet khusus Magnum, dan melalui internet yaitu www.mymagnum.co.id dan jejaring sosial. Sekarang iklan yang gencar ditayangkan oleh pihak Magnum yaitu iklan Magnum Cafe yang memasang Marissa Nasution sebagai celebrity endorser. Pihak Magnum membuka Magnum Cafe untuk lebih memuaskan para konsumennya. (www.swa.co.id, 28 Februari 2011) Menurut Schiffman dan Kanuk (2007:231) menyebutkan bahwa iklan mempengaruhi sikap konsumen. Yaitu terdapat 3 sikap konsumen terhadap iklan 4 yaitu kognitif (pertimbangan terhadap iklan), afektif (perasaan terhadap iklan) perasaan tersebut bisa berupa perasaan senang, tidak senang, sedih karena adanya ketertarikan emosi atau perasaan mengenai produk atau merek tertentu, dan konasi yaitu kemungkinan atau kecendungan bahwa individu akan melakukan tindakan khusus atau berperilaku dengan cara tertentu. Dengan persaingan yang terjadi antar produsen es krim sangat ketat, maka para produsen es krim di Indonesia bersaing untuk mendapatkan loyalitas konsumennya. Untuk mendapatkan loyalitas konsumen perusahaan perlu meneliti perilaku konsumen. Salah satu perilaku konsumen yaitu sikap, salah satu sikap diantaranya adalah niat. Penelitian ini mengacu pada teori Schiffman dan Kanuk yaitu mengenai konsepsi berbagai unsur pada model sikap terhadap iklan. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan kebenaran teori tersebut bahwa periklanan mempengaruhi sikap konsumen yang diantaranya adalah niat beli konsumen Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Periklanan Terhadap Niat Beli Konsumen pada Es Krim Magnum di Kalangan Mahasiswa Universitas Widyatama. “ 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas maka penulis perlu mengidentifikasi masalah yang timbul. Hal ini digunakan untuk menyederhanakan permasalahan dan memperjelas arah penelitian sesuai dengan judul yang dikemukakan di atas. Permasalahan yang akan di identifikasi adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah tanggapan konsumen mengenai periklanan Es Krim Wall’s Magnum yang dilakukan oleh PT. Unilever Indonesia Tbk. ? 5 2. Bagaimana niat beli konsumen terhadap Es Krim Wall’s Magnum? 3. Seberapa besar pengaruh periklanan Es Krim Wall’s Magnum mempengaruhi niat beli konsumen? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh periklanan Es Krim Wall’s Magnum terhadap niat beli konsumen di kalangan mahasiswa Universitas Widyatama, disamping itu sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Program Studi Manajemen, Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung. Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis tanggapan konsumen tentang periklanan Es Krim Wall’s Magnum yang dilakukan oleh PT. Unilever Indonesia Tbk. 2. Menganalisis niat beli konsumen terhadap Es Krim Wall’s Magnum. 3. Menganalisis dan memahami seberapa besar periklanan Es Krim Wall’s Magnum mempengaruhi niat beli konsumen. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun maksud penulis melaksanakan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi mengenai periklanan Es krim Wall’s Magnum dan pengaruhnya terhadap niat beli konsumen yang nantinya akan digunakan sebagai bahan untuk menyusun skripsi. 1. Kegunaan akademis Bagi perguruan tinggi dan lingkungan akademis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan aplikasinya 6 dibidang Manajemen Pemasaran khususnya mengenai periklanan dan teori perilaku konsumen. 2. Kegunaan praktis a. Bagi pihak perusahaan, penelitian ini memberikan informasi periklanan yang dilakukan oleh perusahaan, apakah mampu membuat konsumen berniat membeli Es Krim Wall’s Magnum. b. Bagi pihak peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang penerapan pelaksanaan teori yang selama ini penulis peroleh di bangku kuliah serta pelaksanaannya secara langsung di lapangan khususnya yang berkaitan dengan periklanan terhadap niat beli konsumen. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Perusahaan melakukan promosi pada umumnya untuk memperkenalkan suatu produk atau jasa, menjelaskan produk atau jasa yang ditawarkan, sehingga membuat konsumen tertarik dengan produk atau jasa yang ditawarkan dengan demikian dapat meningkatkan penjualan dan labanya semakin tinggi. Dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin canggih, banyak perusahaan memilih melakukan promosi dengan berbagai cara salah satunya adalah melalui periklanan. Periklanan tersebut dapat berupa iklan di media cetak, media luar ruang, media elektronik, atau melalui internet. Menurut Kotler dan Keller (2009:202), menyatakan : Periklanan adalah semua bentuk terbayar atas persentasi nonpribadi dan promosi ide, barang, atau jasa oleh sponsor yang jelas. 7 Sedangkan menurut Menurut Tjiptono (2008:226) : Periklanan adalah bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian. Dalam membuat program periklanan, manager pemasaran harus memulai dengan mengidentifikasi sasaran dan motif pembelian. Kemudian membuat lima keputusan utama dalam pembuatan program periklanan yang disebut 5M, yaitu : Mission (Misi), Money (Uang), Message (Pesan), Media (Media), Measurement (Pengukuran). Kotler dan Keller (2009 : 202) Periklanan harus mampu mengarahkan konsumen membeli produk-produk yang oleh departemen pemasaran telah dirancang sedemikian rupa, sehingga diyakini dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pembeli dalam menilai sikap, singkatnya periklanan harus dapat mempengaruhi pemilihan dan niat beli konsumen. Digambarkan sebagai berikut : 8 Gambar 1.1 Konsepsi Hubungan Berbagai Unsur Pada Model Sikap Terhadap Iklan Sumber : Schiffman dan Kanuk (2007:231) Adapun pembentukan sikap melalui model tiga komponen yang mempengruhi niat beli konsumen menurut Schiffman and Kanuk (2007:225) sebagai berikut : Kognitif Kognitif adalah pengetahuan dan persepsi yang diperoleh berdasarkan kombinasi pengalaman langsung dengan objek, sikap, dan informasi yang berkaitan dengan sumber Afektif Afektif adalah merupakan pernyataan ketertarikan emosi atau perasaan mengenai produk atau merek tertentu. hal ini dapat berupa perasaan senang, tidak senang, bagus, jelek, ataupun pengalaman yang 9 mengharuskan juga dimanisvestasi sebagai keadaan yang diliputi emosi (seperti rasa bahagia, kesedihan, rasa malu, kemarahan dan keheranan) yang dapat meningkatkan dan memperkuat pengalaman tersebut dapat mempengaruhi apa yang timbul dipikiran dan bagaimana individu bertindak. Konasi Konasi adalah komponen yang berhubungan dengan kemungkinan atau kecendungan bahwa individu akan melakukan tindakan khusus atau berperilaku dengan cara tertentu. Dalam perilaku pembelian sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis. Pemasar harus mengembangkan suatu pengertian tentang bagaimana konsumen dalam kenyataannya berniat untuk membeli pada waktu pembelian. Definisi niat beli menurut McCarthy (2002:298) adalah : Niat beli merupakan dorongan yang timbul untuk membeli barang atau jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan. Adapun pengertian niat beli menurut Schiffman dan Kanuk (2007:298) yaitu : Suatu model sikap terhadap objek barang yang sangat cocok untuk mengukur sikap terhadap golongan produk, jasa atau merek tertentu. Dengan demikian, periklanan merupakan suatu hal yang cukup penting dilakukan oleh perusahaan. Dalam melakukan periklanan haruslah terencana dengan baik dan juga penyajiannya menarik agar terciptanya niat beli konsumen terhadap produk atau jasa tersebut. Melihat hal-hal yang di amati dan dikemukakan diatas maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut : “Terdapat pengaruh yang positif 10 antara periklanan dengan niat beli konsumen”. Berdasarkan hipotesis diatas, penelitian ini mempelajari pengaruh dua variabel. Variabel pertama adalah periklanan sebagai variabel bebas yang diberi simbol X. Variabel kedua adalah niat beli konsumen, sebagai variabel terikat dengan simbol Y. 1.6 Metode Penelitian Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik dan alat-alat tertentu. Cara tersebut dipergunakan selama penelitian memperhitungkan kewajaran ditinjau dari penelitian serta situasi penelitian. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif. Muhammad Nazir (2003:54) mendefinisikan sebagai berikut : Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselediki. Disini penulisan menggunakan metode survei dalam melakukan penelitian tentang periklanan Es Krim Wall’s Magnum terhadap niat beli konsumen. Menurut Muhammad Nazir (2003:56) metode survei adalah “Penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta, gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik suatu kelompok ataupun daerah. Disamping penentuan suatu metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data pun diperlukan untuk keperluan penelitian. Hal ini sangat penting karena pengujian hipotesis dilakukan berdasarkan data yang tersedia. Sesuai dengan metode penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka penulis menggunakan penelitian lapangan sebagai teknik untuk mengumpulkan 11 data. Penelitian lapangan (field research) yaitu mengadakan penelitian secara langsung kepada konsumen dengan menyebarkan kuisioner. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dijadikan sebagai objek penelitian dalam skripsi ini adalah Universitas Widyatama, yang berlokasi di Jalan Cikutra 204 Bandung. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Maret 2011.