Theory of Islamic Production 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pengertian dan Ruang Lingkup Produksi Menurut Islam Tujuan Produksi Menurut Islam Motivasi Produsen dalam Berproduksi Formulasi Maslahah bagi Produsen Penurunan Kurva Penawaran Nilai-nilai Islam dalam Produksi ياأيهاالذين آمنواالتأكلوأموالكم بالباطل........... (النساء)29 , يستحق الربح إ ّما بالمال وإ ّما بالعمل وإ ّما بال ّ ضمان ّ والمشروعيّة ألحريّة أألصل فى اإلسترباح ْ ّ ألغايةالتبررالوسيلة ّ مااليت ّم الواجب إالّبه فهوواجب تصرف اإلمام منوط بالمصلحة ّ IKHTISAR • Aktivitas ekonomi yang paling awal bagi manusia adalah produksi, yaitu kegiatan menghasilkan barang dan jasa untuk dikonsumsi. Tanpa kegiatan produksi, maka konsumen tidak akan dapat mengkonsumsi barang dan jasa yang dibutuhkannya. Kegiatan konsumsi dan produksi adalah sebuah mata rantai yg saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Sehingga prinsip yg berlaku pada masing-maing akan berkaitan. • Jika konsumen mengkonsumsi barang dan jasa untuk mendapatkan maslahah, maka produsen akan memproduksi barang dan jasa yang dapat memberikan maslahah. Jadi tujuannya sama mencapai maslahah (pemburu maslahah Vs Laba) Pengertian dan Ruang Lingkup Produksi Menurut Islam • • • • • Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Pada saat kebutuhan manusia masih sedikit dan sederhana, kegiatan produksi dan konsumsi seringkali dilakukan oleh seseorang sendiri. Seseorang memproduksi sendiri barang dan jasa yang dikonsumsinya. Seiring dg kompleksnya kebutuhan dan relatif terbatasnya sumber daya, manusia tidak bisa menjalankannya proudksi sendiri. Tetapi memperoleh dari orang lain yg mampu menghasilkan barang dan jasa. Dan bahkan berikutnya juga muncul spesialisasi dalam produksi. Produksi adalah proses mencari, mengalokasikan dan mengolah sumber daya menjadi output dalam rangka meningkatkan maslahah bagi manusia. Oleh karena itu, produksi juga mencakup aspek tujuan kegiatan menghasilkan output serta karakter-karakter yang melekat pada proses dan hasilnya (wasilah). Kepentingan manusia yang sejalan dengan moral Islam, harus menjadi fokus atau target dari kegiatan produksi. Tujuan Produksi Menurut Islam (1) • • Tujuan kegiataan produksi adalah menyediakan barang dan jasa yang memberikan maslahah maksimum bagi konsumen. Menurut M. Nejatullah Siddiqi (1972:11-34), tujuan kegiatan produksi secara lebih spesifik adalah meningkatkan kemaslahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya: 1. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan moderat. Hal ini setidaknya akan menimbulkan dua implikasi. Pertama, produsen hanya menghasilkan barang/jasa yg menjadi needs meskipun belum tentu merupakan wants konsumen. Barang dan jasa yg dihasilkan hrs memiliki manfaat riil bagi kehidupan yg Islami. Karenanya prinsip costumer satisfaction dan given demand hipotesis yg banyak dijadian pegangan produsen kapitalis tidak dpt diterapkan begitu saja. Kedua, kuantitas produksi tidak akan berlebihan, tetapi hanya sebatas kebutuhan yg wajar. Karena produksi secara berlebihan tidak saja menimbulkan misalokasi sumber daya ekonomi dan kemubaziran (wastage), tetapi juga menyebabkan terkurasnya sumber daya ekonomi secara cepat. 2. Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya. 3. Menyiapkan persediaan barang/jasa di masa depan. 4. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah. Tujuan Produksi Menurut Islam (2) • • Tujuan kegiataan produksi adalah menyediakan barang dan jasa yang memberikan maslahah maksimum bagi konsumen. Menurut M. Nejatullah Siddiqi (1972:11-34), tujuan kegiatan produksi secara lebih spesifik adalah meningkatkan kemaslahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya: 1. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan moderat. 2. Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya. – Meskipun produksi hanya menyediakan sarana kebutuhan manusia tidak berarti bahwa produsen sekadar bersikap reaktif terhadap kebuthan konsumen. Produsen harus proaktif, kreatif da inovatif menemukan berbagai barnag dan jasa yg memang dibutuhkan oleh manusia. Sikap proaktif ini penting, sebab terkadang konsumen juga tidak mengetahui apa yang sesungguhnya dibutuhkannya (asumsi baru: produsen menyadarkan kebutuhan tsb). 3. 4. Menyiapkan persediaan barang/jasa di masa depan. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah. Tujuan Produksi Menurut Islam (3) • Menurut M. Nejatullah Siddiqi (1972:11-34), tujuan kegiatan produksi secaar lebih spesifik adalah meningkatkan kemaslahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya: 1. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan moderat. 2. Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya. 3. Menyiapkan persediaan barang/jasa di masa depan. – Sikap proaktif ini juga harus berorientasi kedepan (future view), yg berarti: (1) menghasilkan barang/jasa yg bermanfaat bagi kehidupan masa mendatang; (2) menyadari bahwa resources ekonomi (baik natural maupun non-natural) juga diperuntukkan bagi generasi mendatang. – Orientasi kedepan ini mendorong produsen untuk terus menerus melakukan R&D guna menemukan berbagai jenis keb, tekno yg diterapkan, serta berbagai standar yg sesuai dg masa depan. Efisiensi senantiasa dikembangkan, sehingga sustainability pembangunan akan terjaga. Green production menjadi konsekuensi logis. Islam memberi peringatan keras kepada yg merusak lingkungan u kepuasan (QS. Al-A’raaf (7):56; Al Baqarah (2): 205) – Implikasi dr aktivitas ini adalah tersediannya secara memadai berbagai keb generasi mendatang. Karena resources diperuntukkan bagi seluruh manusia sampai yaumil qiyamah, shg harus dijaga dan dikelola trade off keb sekarang dan mendatang. – Untuk itu produksi dalam prespektif Islam harus memperhatikan kesinambungan pembangunan (sutainable development). 4. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah. Tujuan Produksi Menurut Islam (4) • Menurut M. Nejatullah Siddiqi (1972:11-34), tujuan kegiatan produksi secaar lebih spesifik adalah meningkatkan kemaslahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya: 1. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan moderat. 2. Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya. 3. Menyiapkan persediaan barang/jasa di masa depan. 4. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah. – Ini merupakan tujuan produksi yg paling orisinil dari ajaran Islam. Dengan kata lain tuj produksi adalah mendapatkan berkah, yg secara fisik belum tentu dirasakan oleh produsen itu sendiri. – Tujuan ini akan membawa implikasi lebih luas, produksi tidak harus selalu menghasilkan keuntungan material. Bahkan terkadang ibadah justru membutuhkan “pengorbanan” material (contoh produksi al-Qur’an oleh Negara). Motivasi Produsen dalam Berproduksi (1) • Apakah motivasi yg menggerakkan produsen dalam kegiatan produksi? Apakah tujuan seorang produsen ketika menghasilkan barnag dan jasa bagi konsumen? Apakah produsen yg Islami sekadar mencari keuntungan maksimum sebagaimana dalam pandangan konvensional, atau sebaliknya sama sekali tidak mencari keuntungan ? • Anggapan bahwa motivasi utama bagi produsen adalah mencari keuntungan material (uang) secara maksimal dalam Ek konv begitu dominan (meki kemungkinan masih ada motivasi yg lain). Produsen adalah profit seeker sekaligus profit maximizer. Strategi, konsep dan teknik berproduksi semuanya diarahkan untuk maksimasi profit, baik dalam short run period atau long run period. • Milton Friedmen, peraih nobel ekonomi, menunjuk bahwa satu-satunya fungsi dunia usaha (business) adalah untuk melakukan aktivitas yg ditujukan utuk meningkatkan keuntungan, sepanjang didasarkan rule of the game. Tugas sosial adalah pemerintah. Hal ini berdampak pada pengabaian etika dan tangungjawab sosial. Contoh: Illegal Logging (dari Brazil dan Indonesia), tidak ada larangan konsumsi atas bahan haram. Illegal logging sesungguhnya menimbulkan misalokasi dari SD yg dipakai dalam ekonomi, sebab input yg dipakai tidak sepenuhnya diperhitungkan dalam biaya produksi. Karena murah permintaan akan naik dan terjadi percepatan merusak hutan dunia global warming. • Gambaran diatas menunjukkan bawhwa motivasi u memaksimumkan profit seringkali merugikan pihak lain. Dalam pandangan ekonomi Islam, motivasi produsen seahrunya sejalan dg tujuan produksi dan tujuan kehidupa produsen itu sendiri. • Jika tujuan produksi adalah menyediakan kebutuhan material dan spiritual untuk menciptakan maslahah, maka motivasi produsen tentu saja juga mencari maslahah, dimana hal ini juga sejalan dg tujuan kehdiupan seorang Muslim. • Dg demikian, produsen dalam padangan EI adalah mashlahah maximizer. Motivasi Produsen dalam Berproduksi (2) • Keuntungan, Kerja dan Tawakal • Keabsahan keuntungan bagi kegiatan produksi dalam EI tidak perlu disangsikan. Ajaran islam bersifat sangat positif dan proaktif terhadap upaya manusia untuk mencari keuntungan, sepanjang caranya tidak melanggar syariat. • Upaya mencari keuntungan merupakan konsekuensi dari aktivitas kerja produktif yg dilakukan seseorang, sementara keuntungan itu sendiri merupakan rezeki yang diberikan Allah kepada hamba-Nya. • Dalam padangan Islam, kerja bukanlah sekedar aktivitas yang bersifat duniawi, tetapi memiliki nilai transendensi. Kerja merupakan sarana untuk mencari penghidupan seraya untuk mensyukuri nikmat Allah yg diberikan (QS. Al Jumu’ah, 62:10; Al-Mulk, 67:15). • Kerja merupakan salah satu cara yang halalan thayiban untuk memperoleh ahrta (maal) dan hal milik (al-milk) yg sangat dibutuhkan u kehiudpan. Dengan kerja orang bisa memperoleh hak milik yg sah sehingga orang lain tidak dapat menganggunya. Kerja juga merupakan aktivitas yg menjadikan manusia bernilai/berguna dimata Allah dan Rasul-Nya, serta dimata masyarakat. • Rasulullah, para Nabi dan para Sahabat adalah para pekerja keras dan selalu menganjurkan agar manusia bekerja keras. Selain menyampaikan risalah, mereka juga memiliki berbagai profesi yg dilakukan secar profesional. Rasulullah bersabda: “Nabi Daud adalah tukang besi dan pembuat senjata, Nabi Adam adalah seorang petani, Nabi Nuh adalah tukang kayu, Nabi Idris seorang tukang jahit, dan Nabi Musa adalah pengembala” (HR Al-Hakim). • Kebalikannya Islam,membenci pengangguran, peminta-minta dan sikap pasif dalam mencari maal. • Ada yang malas dengan alasan tawakal, jatah rizki sudah ditentukan dll. Umar bin Khattab ra. pernah menjumpai suatu kaum yang menganggur, kemudian beliau bertanya, “Apa-apaan kalian ini”. Mereka menjawab, “kami adalah orang2 yg bertawakal”. Umar kemudian menjawab “kalian bohong! Orang yang bertawakal adalah orang yg menebar biji-bijian diladang, kemudian berserah diri kepada Allah”. • QS Ar-Ra’du, 13: 11 “Sedungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali jika kamu itu merubahnya sendiri..”. Motivasi Produsen dalam Berproduksi (3) • Kegiatan Produksi pada Masa Rasulull SAW • Berdasarkan lokasi, hanya Madinah dan Ta’if satu-satunya bagian Hijaz yang pertaniannya subur karena cukup kelembaban dan curah hujan. Karena itulah salah satu mata pencaharian khusus penduduk Madinah adalah agrikultura, hortikultura dan berternak. Di bagian lain dari hijaz, agrikultura dan hortikultura tidak dapat dilakukan karena panas yang tinggi dan curah hujan yang rendah. • Hasil pertanian utama di Madinah terutama adalah kurma, anggur, buah ara, gandum. Petenakan sapi, onta, domba, dan kuda menjadi aktivitas ekonomi ditanah pertanian itu. Berkat kebijakan Rasululullah s.a.w. aktivitas pertanian meningkat dan jumlah industri kerajinan tangan berkembang di madinah. • Pada masa pemerintahan Rasulullah bidang Industri lainnya (seperti penenunan, jasa angkutan, konstruksi bangunan, pandai besi, eksplorasi air) digalakkan. Masyarakat Islam Madinah adalah masyarakat yang produktif. Sebagaimana ditunjukan dalam sejarah industri pada masa Rasulullah, sebagaimana ditulis Abul Hasan bin Mas’ud al-Khuza’i al-Andalusiy, seorang penulis muslim dari Tilmizan, Andalusia abad 14. Terdapat kurang lebih 178 buah usaha industri dan bisnis barang dan jasa yang menggerakkan perekonomian masyarakat pada masa itu. • Diantara berbagai industri tersebut, terdapat 12 macam yang menonjol, yaitu: (1) pembuatan senjata dan segala usaha dari besi; (2) perusahaan tenun menenun; (3) perusahaan kayu dan pembuat rumah/bangunan; (4) perusahaan meriam dari kayu; (5) perusahaan perhiasan; (6) arsitektur perumahan; (7) perusahaan alat timbangan; (8) perusahaan alat berburu; (9) perusahaan perkapalan; (10) pekerjaan kedokteran; (11) usaha penerjemahan buku; dan (12) usaha kesenian dan kebudayaan. • Kegiatan produktif adalah ekspresi ketaatan pada perintah Allah. Tujuan dari syariat islam (maqashid alsyariah) adalah maslahah al ibad dan ‘imarah al ard. Produksi termasuk, karena merupakan kegiatan menciptakan barang dan jasa bagi kemaslahatan umat. Formulasi Maslahah bagi Produsen (1) • Bagaimana konsep mashlahah diaplikasikan dalam prilaku produsen ?. • Mashlahah terdiri dari dua unsur: manfaat (fisik dan non fisik) dan berkah. Dalam konteks produsen manfaat ini dapat berupa keuntungan material (maal). Keuntungan ini bisa diguanakn u mashlahah lainnya seperti mashlahah fisik, intelektual, maupun sosial. Untuk itu rumusan mashlahah : M=Π+B (6.1) • Dimana M menunjukkan mashlahah, Π adlah keuntungan dan B yaitu berkah. Berkah didefiniskan dg adanya pahala pada produk atau aktivitas yg bersangkutan. Adapun keuntungan merupakan selisih antara total revenue (TR) dg total cost (TC), yaitu: Π = TR-TC (6.2) • Pada dasarnya berkah akan diperoleh apabila produsen menerpakan prinsip dan nilai Islam dalam kegiatan produksinya. Penerapan nilai dan prinsip Islam ini seringkali menimbulkan biaya ekstra yg relatif besar dibanding mengabaikannya. Disisi lain, berkah yang diterima merupakan kompensasi yg tidak scr langsung diterima produsen atau berkah revenue (BR) dikurangi biaya untuk mendapatkan berkah tersebut atau berkah cost (BC), yaitu: B = BR-BC = -BC • Dalam persamaan diatas berkah revenue diasumsikan nilainya nol atau secara inderawi tidak dapat diobservasi karena berkah tidak secara langsung selalu berwujud material. Sehingga mashlahah sebagaimana dlm persamaan 6.1 dapat ditulis kembali: M = TR – TC – BC (6.3) • Dalam persamaan diatas ekspresi biaya berkah, BC, menjadi pengurang. Hal ini masuk akal karena berkah tidak bisa datang dg sendirinya, melainkan harus dicari dan diupayakan kehadirannya. Sehingga kemungkinan akan timbul beban ekonomi atau bahkan finansial dalam rangka itu. Formulasi Maslahah bagi Produsen (2) • Contoh: (1) pengusaha muslim yg ingin keberkahan tidak melakukan ekploitasi terhadap pekerja, sehingga upah menjadi lebih tinggi. Upah yg dikeluarkan pengusaha muslim yg berorientasi berkah akan lebih tinggi dari pengusaha yg menjalankan ekploitasi terhadap pekerja. (2) produsen muslim akan rela membeli kayu legal meski lebih mahal untuk memperoleh berkah, dibanding menggunakan kayu hasi illegal loging meski lebih murah. • Produsen seperti ini rela mengeluarkan biaya lebih tinggi dikarenakan yakin bahwa hanya dengan cara demikian berkah dari langit maupun dimuka bumi akan diberikan oleh Allah (QS Al-A’raaf: 96). • Berkah dari langit akan berupa pahala yg kelak diterima diakhirat, sementara berkah dibumi dapat berwujud segala hal yang memberian kebaikan dan manfaat bagi produsen sendiri atau juga manusia secara keseluruhan. • Contoh 1: komitmen pengusaha terhadap hak pekerja meningkatkan etos, loyalitas dan produktivitas tenaga kerja meningkatkan kualitas produk & keuntungan produsen citra positif perusahaan naik apresiasi masyarakt naik diwujudkan diantarnya dg permintaan produk/jasa meningkat. • Jadi upaya mencari berkah dlm jk pendek memang menurunkan keuntungan (krn adanay biaya berkah), tetapi untuk jk panjang kemungkinan justru akan meningkatkan keuntungan (krn permintaan meningkat). • Berkah dibumi jg dapat berwujud kebaikan dan manfaat yg diterima masy scr keseluruhan. Contoh 2: penggunaan kayu hasi illegal loging untuk bahan industri furniture berdampak meluasnya kerusakan hutan krisis sumber daya & berbagai bencana (banjir, longsor dll) kerugian material yg besar keuntungan satu produsen (murahnya kayu illegal) dibayar mahal seluruh masy. • Sebaliknya jika produsen hanya menggunakan kayu yg halalan thoyiban bencana dikurangi biaya lebih yg hrs dikeluarkan oleh satu produsen (kayu legal lebih mahal) tidak ada nilainya jika dibandingkan dengan manfaat yg akan diterima oleh masy scr keseluruhan. Formulasi Maslahah bagi Produsen (3) • Adanya biaya u mencari berkah (BC) tentu saja akan membawa implikasi terhadap harga barnag dan jasa yg dihasilkan oleh produsen. Harga jual produk adalah harga yg telah mengakomodasi pengeluaran berkah tsb, yaitu: BP = P + BC • Dengan demikian rumusan mashlahah yg diekspresikan dlm persamaan 6.3 akan berubah menjadi : M = BTR – TC - BC • Selanjutnya dg pendekatan kalkulus thdp persamaan diatas, maka bisa ditemukan pedoman yg bisa digunakan oleh produsen dalam memaksimumkan mashlahah atau atau optimum mashlahah condition (OMC) yaitu: BP dQ = dTC + dBC (6.4) • Jadi optimum mashlahah condition (OMC) dari persamaan diatas menyatakan bahwasannya mashlahah akan maksimum jika dan hanya jika nilai dari unit terakhir yg diproduksi (BP dQ) sama dengan perubahan (tambahan) yg terjadi pada biaya total (dTC) dan pengeluaran berkah total (dBC) pada unit terakhir yang diproduksi. • Jika nilai dari unit terakhir yg diproduksi (BP dQ) masih lebih besar dari pengeluarannya (perubahan tambahan yg terjadi pada biaya total (dTC) dan pengeluaran berkah total (dBC)), maka produsen akan mempunyai incentive untuk menambah jumlah produksi lagi. • Hanya jika nilai unit terakhir hanya pas untuk membayar kompensasi yg dikeluarkan dalam rangka memproduksi unit tersebut (dTC+dBC), maka tidak akan ada lagi dorongan bagi produsen untuk menambah produksi lagi. Dalam kondisi demikian produsen dikatakan berada pada posisi keseimbangan (equilibrium) atau optimum. Penurunan Kurva Penawaran (1) 1. Kurva penawaran adalah kurva yg menunjukkan hubungan antara tingkat harga dg jumlah produk yg ditawarkan produsen. Ia menunjukkan respon produsen dalam memasok outputnya terhadap perkembangan harga dipasar. Kurva ini diturunkan dari perilaku produsen yg berorientasi u mencapai tingkat mashlahah maksimum. 2. Dg persamaan 6.4 kita lihat ilustrasinya pada tabel 6.1. dan untk mengetahu proses yg ditempuh seorang produen muslim dalam memaksimumkan maslahah kita lihat dua kolom terakhir. Penurunan Kurva Penawaran (2) Jika kita lihat baris ke-2 sampai ke-4 pada kolom2 tersebut, maka kita dapati bhw pendapatan yg diperoleh oleh produsen dari memproduksi unit yg terakhir melebihi biaya produksi dan pengeluaran untuk memperoleh berkah dlm memproduksi barang tersebut. Dlm kondisi spt ini secara intuisi maka produsen mempunyai dorongan (incentive) u menambah juml produksi. Pd jumlah unit produksi lima tambahan pendapatan dari hasil produksi unit terakhir tepat sama dengan total biaya (TC + BC), shg nilai tambahan pendapatan hanya maapu menutup biaya produksi dan pengeluaran u memperoeh berkah. Produsen tidak akan memproduksi melebihi ini ini adalah posisi mashlahah maksimum bagi produsen. Produksi unit ke-6 produsen sudah rugi. • • • • Tabel 6.1. Maksimalisasi Mashlahah Produsen (Diasumsikan harga 171) Q dQ BP TC dTC BC dBC BPdQ dTC+dBC 1 1 171 140 - 18 - 171 - 2 1 171 145 145 20 20 171 165 3 1 171 291 146 41 21 171 167 4 1 171 293 147 43 22 171 169 5 1 171 295 148 45 23 171 171 6 1 171 297 149 47 24 171 173 7 1 171 299 150 49 25 171 175 8 1 171 301 151 51 26 171 177 9 1 171 303 152 53 27 171 179 Mankiw of 10 et al. Principles 1 171 Microeconomics, 2nd Canadian 11 1 171 Edition 305 153 55 Chapter 14: Page 17 154 57 28 171 181 29 171 183 307 Penurunan Kurva Penawaran (3) • Bagaimana dampak kenaikan harga pada titik keseimbangan ? Misal harga naik menjadi 181, ceteris paribus. Dengan menggunakan cara yg sama spt diatas, kita bisa menemukan bhw produsen akan memproduksi sebanyak 10 unit agar memperoleh mashlahah maksimum. Pada jumlah output ini kita dapati bhw pendapatan yg diperoleh oleh produsen (TR) dari memproduksi unit yg terakhir sama dengan biaya produksi dan pengeluaran untuk memperoleh berkah dlm memproduksi barang tersebut (TC + BC). Diatas 10 produsen rugi. Dari ilustrasi hipotesis tampak bahwa titik optimum produksi akan naik sejalan dg tk kenaikan harga dan sebaliknya. Ini membentuk hukum penawaran. • • Tabel 6.2. Maksimalisasi Mashlahah Produsen (Diasumsikan harga 181) Q dQ BP TC dTC BC dBC BPdQ dTC+dBC 1 1 181 140 - 18 - 181 - 2 1 181 145 145 20 20 181 165 3 1 181 291 146 41 21 181 167 4 1 181 293 147 43 22 181 169 5 1 181 295 148 45 23 181 171 6 1 181 297 149 47 24 181 173 7 1 181 299 150 49 25 181 175 8 1 181 301 151 51 26 181 177 9 1 181 303 152 53 27 181 179 Mankiw of 10 et al. Principles 1 181 Microeconomics, 2nd Canadian 11 1 181 Edition 305 153 55 Chapter 14: Page 18 154 57 28 181 181 29 181 183 307 Penurunan Kurva Penawaran (4) 6.2. Kurva Penawaran P (harga output) S 181 171 0 5 10 Q (kuantitas output) HUKUM PEENAWARAN Jika harga naik, ceteris paribus, maka jumlah barang yang akan diproduksi dan ditawarkan ke pasar akan naik, demikian pula sebaliknya. Nilai-nilai Islam dalam Produksi • • Upaya produsen untuk memperoleh mashlahah yg maksimum dapat terwujud apabila produsen mengaplikasikan nilai2 Islam. Dengan kata lain, seluruh kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal yg Islami sebagaimana dlm kegiatan konsumsi. Sejak dari kegiatan mengorganisir faktor produksi (input produksi), proses produksi, output produksi hingga pemasaran dan pelayanan kpd konsumen semuanya harus mengikuti moralitas dan aturan teknis yg dibenarkan oleh Islam. Metwally (1992) mengatakan, “perbedaan dari perusahaan2 non Islami tak hanya pada tujuannya, tetapi juga pada kebijakan2 ekonomi dan strategi pasarnya”. ما ال يتم الواجب اال به فهو واجب “Jika sebuah kewajiban tidak terlaksana kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu wajib pula hukumnya” • Nilai-nilai Islam yg relevan dg produksi dikembangkan dari tiga nilai utama dalam EI, yaitu: khilafah, adil dan takaful. Secara rinci nilai2 itu: (1) berwawasan jk panjang (berorientasi tujuan akhirat); (2) menepati janji dan kontrak (baik internal atau eksternal); (3) memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan dan kebenaran; (4) berpegang teguh pada kedisiplinan & dinamis; (5) memuliakan prestasi/produktivitas; (6) mendorong ukhuwah antarsesama pelaku ekonomi; (7) menghormati hak milik individu; (8) mengikuti syarat sah & rukun akad/transaksi; (9) adil dalam bertransaksi; (10) memiliki wawasan sosial; (11) pembayaran upah tepat waktu dan layak; dan (12) menghindari jenis dan proses produksi yg diharamkan dalam Islam. Nilai-nilai Islam dalam Produksi Penerapan nilai-nilai diatas dlm produksi akan mendatangkan keuntungan dan berkah. Kombinasi keuntungan dan berkah yg diperoleh produsen merupakan satu maslahah yg akan memberi kontribusi bagi tercapainya falah. Dg cara ini, maka produsen akan memperoleh kebahagiaan hakiki, yaitu kemuliaan tidak saja didunia tetapi jg di akhirat. Wallahu’alam bishawab Jazakumullah Khoiron Katsiraa