BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Manajemen
Manajemen bukan merupakan istilah asing pada masa sekarang. Istilah
manajemen berasal dari Bahasa Inggris yaitu “To Manage” yang berarti
memimpin atau mengelola suatu aktivitas sekelompok manusia untuk mencapai
sasaran yang sebenarnya sudah ditetapkan secara menyeluruh. Oleh karena itu bila
dilihat dari sehi perusahaan, sukses atau tidaknya suatu perusahaan dalam
mencapai tujuannya, sangat tergantung kepada pelaksanaan dan pengelolaan
manajemen perusahaan tersebut.
Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan,
karyawan, dan masyarakat. Dengan manajemen diharapkan unsur-unsur
manajemen akan dapat ditingkatkan.
Terdapat banyak pengertian mengenai manajemen seperti yang ditulis oleh
beberapa ahli manajemen, dimana didalamnya memberikan rincian yang berbeda,
tetapi pada dasarnya memiliki kesimpulan yang serupa.
Menurut Terry yang dikutip oleh Anoraga (2009:109), definisi manajemen
sebagai berikut:
”Manajemen adalah proses yang khas yang terdiri dari tindakantindakan
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan
dan
pengendalian yang masing-masing bidang tersebut digunakan baik
ilmu pengetahuan maupun keahlian dan yang diikuti secara berurutan
dalam rangka usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan semula.”
Pengertian manajemen lainnya dikutip menurut Wirjana (2007:11), sebagai
berikut :
“Manajemen
adalah
suatu
proses
dimana
orang-orang
yang
bertanggung jawab dalam suatu organisasi, menyelesaikan tugas-tugas
melalui upaya-upaya orang lain dalam kegiatan kelompok.”
Maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses yang
aktivitasnya saling berkaitan dan sistematis yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengendalian dan diselesaikan melalui orang lain dalam kegiatan
kelompok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.2
Pengertian dan Fungsi – Fungsi Manajemen SDM
2.2.1 Pengertian Manajemen SDM
Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan hal yang sangat penting bagi
setiap perusahaan. Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari
manajemen
yang
menitikberatkan
perhatiannya
pada
masalah-masalah
kepegawaian. Dalam suatu organisasi, manajemen sumber daya manusia harus
dapat mengerahkan aktivitas tenaga kerja agar dapat membantu perusahaan dalam
usaha mencapai tujuan.
Ada sejumlah alasan mengapa dewasa ini perhatian terhadap sumber daya
manusia meningkat di tingkat manajemen perusahaan. Meningkatnya persaingan
di lingkungan kerja merupakan salah satu alasan terpenting meluasnya peranan
dan pentingnya fungsi manajemen sumber daya manusia dalam organisasi. Alasan
lainnya adalah meningkatnya peraturan dan hukum, perkembangan hukum
sehubungan dengan sumber daya manusia, perubahan karakteristik angka kerja
dan ketidaksesuaian antara pengetahuan, keterampilan dan kemampuan angkatan
kerja dengan persyaratan kerja yang ditetapkan.
Untuk memahami mengenai manajemen sumber daya manusia, perlu
diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan hal itu. Di waktu yang lalu
manajemen sumber daya manusia seringkali disebut dengan istilah manajemen
personalia, namun istilah manajemen personalia ini mempunyai konotasi bahwa
sifatnya hanyalah mengerjakan hal-hal yang bersifat administratif saja. Sedangkan
manajemen sumber daya manusia ruang lingkupnya lebih luas dari pada hanya
sekedar hal-hal yang bersifat administratif.
Pengertian
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia
menurut
Samsudin(2006:22) bahwa:
“Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu pengelolaan
yang meliputi pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian
balas jasa bagi manusia sebagai individu anggota organisasi atau
perusahaan bisnis.”
Manajemen sumber daya manusia juga menyangkut cara-cara mendesain
sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengelolaan karir, evaluasi kerja,
kompensasi karyawan, dan hubungan ketenagakerjaan. Terdiri dari serangkaian
kebijakan
yang
terintegritas
tentang
hubungan
ketenagakerjaan
yang
mempengaruhi orang-orang dan organisasi.
Manajemen sumber daya manusia merupakan aktivitas-aktivitas yang
dilaksanakan agar sumber daya manusia dalam organisasi dapat didayagunakan
secara efektif dan efisien guna mencapai berbagai tujuan. Konsekuensinya,
manajer di semua lapisan organisasi harus menaruh perhatian yang besar terhadap
pentingnya pengelolaan sumber daya manusia.
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) menurut Anoraga
(2009:154) sebagai berikut :
“Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan bagian yang
berhubungan dengan keputusan organisasi yang berdampak pada
angkatan kerja atau angkatan kerja potensial perusahaan.”
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa menjadi pihak
manajemen, khususnya manajemen sumber daya manusia untuk mempelajari dan
mengembangkan berbagai jalan agar manusia bisa diintegrasikan secara efektif
ke dalam berbagai keputusan organisasi yang diperlakukan oleh perusahaan.
2.2.2 Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Fokus kajian manajemen sumber daya manusia adalah tenaga kerja yang
diatur menurut urutan fungsi-fungsinya, agar efektif dan efisien dalam
mewujudkan tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Fungsi manajemen sumber daya manusia menurut Hasibuan (2003:21)
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan
pemberhentian.
1.
Perencanaan
Perencanaan (Human resource planning) adalah merencanakan tenaga kerja
seperti efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam
membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan
program kepegawaian. Program kepegawaian meliputi: pengorganisasian,
pengadaan,
pengarahan,
pengendalian,
pengembangan,
kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan.
Program kepegawaian yang baik akan membantu tercapainya tujuan perusahaan,
karyawan dan masyarakat.
2.
Pengorganisasian
Pengorganisasian (organizing) adalah kegiatan untuk mengorganisasikan
semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi
wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisasi. Organisasi hanya
merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi yang baik akan
membantu terwujudnya tujuan secara efektif.
3.
Pengarahan
Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar
mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya
tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan ini dilakukan oleh
pemimpin dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua tugasnya
dengan baik.
4.
Pengendalian
Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan
agar menanti peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana.
Apabila terdapat penyimpanan atau kesalahan, diadakan tindakan perbaikan dan
penyempurnaan
rencana.
Pengendalian
karyawan
meliputi
kehadiran,
kedisiplinan, perilaku, kerjasama, pelaksanaan karyawan, dan menjaga situasi
lingkungan pekerjaan.
5.
Pengadaan
Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, perjanjian kerja,
penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai
dengan
kebutuhan
perusahaan.
Pengadaan
yang
baik
akan
membantu
terwujudnya tujuan perusahaan.
6.
Pengembangan
Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan
teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.
Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan masa kini maupun masa depan.
7.
Kompensasi
Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct)
dan tidak langsung (indirect), uang dan barang kepada karyawan sebagai imbalan
jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak.
Adil diartikan sesuai dengan prestsi kerjanya, sedangkan layak diartikan dapat
memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas upah minimum
pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal konsistensi.
8.
Pengintegrasian
Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan
kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar terciptanya kerja sama
yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba, karyawan
dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya. Pengintegrasian merupakan
hal yang penting dan sulit dalam MSDM, karena mempersatukan dua kepentingan
yang bertolak belakang.
9.
Pemeliharaan
Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau
meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka tetep
mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan
program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan
serta berpedoman kepada internal dan eksternal perusahaan.
10.
Kedisiplinan
Kedisiplinan (discipline) merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan
kunci terwujudnya tujuan karena disiplin yang baik sulit terwujud tujuan yang
maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturanperaturan perusahaan dan norma-norma sosial.
11.
Pemberhentian
Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari
suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan,
keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebab-sebab lainnya.
(pemberhentian ini diatur oleh undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Hukum
Ketenagakerjaan)
2.3
Tinjauan Tentang Motivasi
2.3.1 Pengertian Motivasi
Untuk dapat memotivasi seseorang diperlukan adanya pemahaman
mengenai bagaimana proses terbentuknya motivasi pada karyawan. Pada dasarnya
manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun
non-fisik. Kebutuhan yang tidak terpuaskan dari seseorang akan mengakibatkan
suatu situasi yang tidak menyenangkan. Situasi tersebut mendorong manusia
untuk memenuhinya, yang kemudian akan menimbulkan suatu tujuan, dimana
untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tindakan. Selanjutnya, proses motivasi
itu sendiri tidak dapat terlihat secara langsung, yang terlihat adalah perilakunya
terhadap sesuatu sehingga untuk melihat motivasi, dapat dilihat dari tingkat usaha
yang dilakukan seseorang. Semakin tinggi tingkat usaha yang diberikan seseorang
terhadap suatu kegiatan, dapat dikatakan semakin termotivasi orang tersebut.
Selanjutnya, usaha untuk memotivasi berarti memunculkan faktor-faktor
(motif) yang mendorong berperilaku tertentu. Motif dapat diartikan sebagai daya
pendorong (driving force) yang menggerakan manusia untuk bertingkah laku dan
bertindak untuk mencapai tujuan tertentu, di mana daya pendorong tersebut dapat
berupa kebutuhan maupun keinginan. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan
definisi mengenai motivasi tersebut.
Menurut Simamora (2004:510), mengemukakan bahwa definisi dari
motivasi adalah :
“Sebuah fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya tertentu akan
menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya akan membuahkan
imbalan atau hasil yang dikehendaki”
Sedangkan menurut Mangkunegara (2007:93) berpendapat bahwa :
“Motivasi merupakan proses yang berperan pada intensitas, arah, dan
lamanya berlangsung upaya individu ke arah pencapaian sasaran”
Pengertian Motivasi lainnya dikemukakan oleh Bernardin (2007:82)
bahwa:
“Motivasi ialah cara bagaimana dorongan, keinginan, rangsangan,
aspirasi, semangat atau kebutuhan mengendalikan atau menerangkan
perilaku manusia”.
Jika dilihat dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya kebutuhan dan keinginan pribadi seseorang dapat melandasi atau
berpengaruh kepada perilaku individu tersebut, dimana perilaku individu tersebut
tercipta karena adanya interaksi dengan lingkungannya, yang memberikan
dampak kebutuhan tersebut semakin bervariasi. Dengan demikian kita dapat
mengetahui bahwa setiap perilaku individu dipengaruhi faktor-faktor motivasi,
yaitu keinginan, tujuan, kebutuhan, atau dorongan-dorongan tertentu yang
diwujudkan melalui tindakan-tindakan individu tersebut.
Menurut Siagian (2006: 294) motivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yang bersifat internal maupun eksternal. Yang termasuk faktor internal adalah:
1) Persepsi seseorang mengenai diri sendiri
2) Harga diri
3) Harapan pribadi
4) Kebutuhan
5) Keinginan
6) Kepuasan kerja
7) Prestasi kerja yang dihasilkan
Sedangkan fakor eksternal yang mempemgaruhi motivasi antara lain:
1) Jenis dan sifat pekerjaan
2) Kelompok kerja dimana seseorang bergabung
3) Organisasi tempat orang bekerja
4) Situasi lingkungan kerja
5) Gaji
2.3.2 Teori Motivasi
Untuk menjelaskan tentang beberapa teori motivasi, berikut ini akan
dikemukakan teori motivasi yang dikutip oleh Anoraga (2009:39), yaitu :
2.3.2.1 Teori Kepuasan
Teori ini menitik beratkan pada faktor-faktor dalam diri orang yang
menggerakan, mengarahkan, mendukung, dan menghentikan perilaku. Yang
termasuk dalam kelompok teori ini adalah :
A.
Teori Hierarki Kebutuhan – Maslow
Abraham Maslow, penyusun teori ini, menghipotesiskan bahwa dalam
diri setiap manusia terdapat lima tingkatan kebutuhan, yaitu:
1. Kebutuhan fisiologis, termasuk lapar, haus, tempat berteduh, seks, dan
kebutuhan badaniah lainnya.
2. Kebutuhan akan rasa aman, termasuk keamanan dan perlindungan
terhadap gangguan fisik serta emosional.
3. Kebutuhan sosial, termasuk kasih saying, penerimaan oleh masyarakat,
keanggotaan kelompok, dan kesetiakawanan.
4. Kebutuhan
penghargaan,
termasuk
harga
diri,
kemandirian,
keberhasilan, status, pengakuan, dan perhatian.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri, termasuk kemampuan berkembang,
kemampuan mencapai sesuatu, kemampuan mencukupi diri sendiri.
B.
Teori Dua Faktor – Herzberg
Menurut Herzberg ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.
yaitu faktor pemeliharaan dan faktor yang memotivasi orang.
Faktor pemelihraraan merupakan kondisi ekstrinsik dari karyawan yang
akan menimbulkan ketidakpuasan dan motivator merupakan faktor yang
menggerakan tingkat motivasi.
Adapun faktor instrinsik terdiri dari upah, keamanan kerja, kondisi kerja,
status prosedur perusahaan, dan lain-lain. Faktor ekstrinsik terdiri dari prestasi,
pengakuan, tanggung jawab, kemajuan pekerjaan itu sendiri, dan kemungkinan
untuk berkembang.
C.
Teori ERG – Alderfer
Menurut teori yang dikemukakan oleh Alderfer, ada 3 (tiga) bekutuhan
pokok manusia yaitu:
a) Existance Needs
Kebutuhan ini berhubungan dengan fisik dari eksisteni pegawai seperti
makan, minum, pakaian, bernafas, gaji, keselamatan, dan perlindungan
terhadap fisik dan emosi pegawai.
b) Relatedness Needs
Kebutuhan interpersonal mencakup hasrat untuk memelihara hubungan
antarpribadi dan hasrat social untuk berinteraksi dengan orang lain agar
dipuaskan.
c) Growth Needs
Kebutuhan untuk perkembangan pribadi, mencakup harga diri, prestasi,
pertumbuhan dan pemenuhan diri.
Teori kebutuhan ERG mempunyai asumsi sebagai berikut :
1. Apabila kebutuhan keberadaan kurrang terpenuhi, individu terdorong
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Apabila kebutuhan berhubungan dengan orang lain kurang terpenuhi maka
individu terdorong untuk memenuhi kebutuhan keberadaan.
3. Apabila kebutuhan akan pertumbuhan kurang terpenuhi maka makin besar
hasrat untuk memenuhi kebutuhan akan pertumbuhan tersebut.
D.
Teori Kebutuhan – Mc Clelland
Menurut teori ini kebutuhan manusia ada tiga, yaitu kebutuhan akan
kekuasaan, kebutuhan akan berafiliasi, dan kebutuhan akan berprestasi. Apabila
orang kebutuhannya akan kekuasaan mendesak maka orang tersebut akan
termotivasi untuk memenuhinya.
Jika kebutuhan kekuasaan makin tinggi maka orang akan berusaha untuk
bersikap senang member perhatian untuk mempengaruhi dan mengendalikan
orang lain, mencari posisi pimpinan, dan berusaha tampil berbicara di muka
umum.
Jika kebutuhan akan afiliasi mendesak, orang akan bersikap dan bertindak
untuk membentuk orang lain yang membutuhkan, berusaha membina hubungan
yang menyenangkan dan saling perhatian. Jika kebutuhan untuk berprestasi makin
tinggi maka orang akan berusaha menetapkan suatu tujuan yang penuh tantangan
namun masih mungkin dicapai, melakukan pendekatan yang realistis terhadap
resiko, dan bertanggung jawab atas penyelesaiannya.
2.3.2.2 Teori Proses
Teori ini menitil beratkan pada bagaimana perilaku itu digerakan,
diarahkan, didukung, dan dihentikan. Yang termasuk dalam kelompok teori ini
adalah :
1.
Teori Ekspektasi (Teori Pengharapan)
Teori ini merupakan pengungkapan dari hasil pengamatan Martin Luther
bahwa segala sesuatu yang dilakukan di dunia dilandasi oleh harapan.
Menurut Victor Vroom, perilaku kerja individu ditentukan dengan
memperkirakan hasil alternative yang akan diperoleh melalui perilaku tersebut.
Menurutnya orang dapat dimotivasi untuk berperilaku kerja tertentu bila:
a. Ada harapan bahwa bila usaha ditingkatkan akan mendapatkan balas jasa.
b. Adanya prestasi dari orang yang bersangkutan bahwa ada kemungkinan
tujuan akan tercapai dan ia akan menerima jasa.
Motivasi merupakan fungsi dari valensi dan ekspektasi. Valensi
merupakan penilaian atas balas jasa yang diterima sebagai hasil usahanya.
Ekspektasi merupakan harapan individu bahwa pengingkatan usahanya akan
mengarah pada peningkatan balas jasa.
Menurut Porter dan Lawer, teori ekspetasi menekankan pada orientasi
masa datang serta antisipasi individu terhadap hasil yang akan diterima. Proses
berlakunya teori ini adalah saat pertama kalinya individu mempunyai harapan atas
nilai balas jasa yang akan diterima, serta adanya kemungkinan besarnya energi
yang harus dicurahkan untuk melaksanakan pekerjaan yang akan menimbulkan
suatu usaha. Usaha ini dipadukan dengan kemampuan yang dimiliki serta prestasi
atas tugas yang dijalankan sehingga menghasilkan prestasi yang merupakan syarat
untuk menerima ganjaran, baik intrinsik maupun ekstrinsik, dan persepsi atas
layak tidaknya imbalan yang diterima. Pada akhirnya individu akan memperoleh
kepuasan yang pada gilirannya akan mengarah pada tugas-tugas dan kepuasan
dimasa yang akan datang.
2.
Teori Pembentukan Perilaku – Skinner
Teorinya didasarkan pada hukum pengaruh, bahwa perilaku individu
yang mempunyai konsekuensi negatif cenderung tidak diulang dan yang
mempunyai konsekuensi positif cenderung diulang.
3.
Teori Keadilan (Equity Theory)
Menurut teori ini perilaku individu dipengaruhi oleh rasa keadilan dan
ketidakadilan. Dalam menilai keadilan tersebut, individu akan memperhatikan
faktor:
1. Input, yaitu sesuatu yang diserahkan individu dalam menyelenggarakan
tugas pekerjaannya, misalnya pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, dan
pengalaman.
2. Outcome, yaitu sesuatu yang diterima dari perusahaan sebagai imbalan
atas tugas, misalnya yang diterima sebagai perusahaan, kesehatan, dan
kondisi kerja.
3. Comparison Person, yaitu individu lain kepada siapa karyawan
membandingkan antara input dan outcome. Individu tersebut karyawan
dapat ditempat kerjanya atau di luar kerja.
2.3.3 Metode – Metode Motivasi
Terdapat dua metode motivasi yang biasa digunakan oleh perusahaan atau
manajer Menurut Hasibuan (2003: 149), yaitu:
1. Metode Langsung (Direct Motivation), adalah motivasi baik materil dan
non-materil yang diberikan secara langsung kepada setiap individu
karyawan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Jadi sifatnya
khusus seperti memberikan pujian, penghargaan, bonus, tunjangan hari
raya, dan sebagainya.
2. Metode Tidak Langdung (Indirect Motivation), adalah motivasi yang
diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta
menunjang gairah kerja atau kelancaran tugas, sehingga para karyawan
betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya. Misalnya, mesin-mesin
yang baik, ruang kerja yang nyaman, kursi yang empuk, dan sebagainya.
2.3.4 Jenis-Jenis Motivasi
Jenis-jenis motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis menurut
Hasibuan (2003: 150), yaitu:
1. Motivasi Positif (insentif positif), manajer memotivasi bawahan dengan
memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan
motivasi positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat karena
manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja.
2. Motivasi Negatif (insentif negatif), manajer memotivasi bawahannya
dengan memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kirang
baik (prestasi rendah). Dalam memotivasi negative ini semangat kerja
dalam jangka waktu pendek akan meningkat, karena mereka takut
dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjangn akan berakibat kurang baik.
Dalam prakterknya kedua jenis motivasi ini sering digunakan oleh manajer
suatu perusahaan. Penggunaan kedua motivasi tersebut haruslah diterapkan
kepada siapa dan kapan agar dapat berjalan efektif merangsang gairah bawahan
dalam bekerja.
2.3.5 Indikator – Indikator Motivasi
Menurut
Robbins
(2007:183),
bahwa
motivasi
kerja
karyawan
dipengaruhi oleh kebutuhan fisik, kebutuhan akan keamanan dan keselamatan,
kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan diri, kebutuhan aktualisasi diri.
Kemudian dari faktor kebutuhan tersebut diturunkan menjadi indikator-indikator
untuk mengetahui tingkat motivasi kerja karyawan, yaitu:
1. Fisiologis atau kebutuhan fisik, ditunjukan dengan: Pemberian gaji yang
layak kepada pegawai, pemberian bonus, uang makan, uang transportasi,
fasilitas perumahan dan lain sebagainya.
2. Keamanan, ditunjukan dengan: Keamanan dan keselamatan kerja yang
diantaranya seperti adanya jaminan sosial tenanga kerja, dana pensiun,
tunjangan kesehatan, asuransi kecelakaaan, dan perlengkapan keselamatan
kerja.
3. Sosial, ditunjukan dengan: Melakukan interaksi dengan orang lain yang
diantaranya dengan menjalin hubungan kerja yang harmonis, kebutuhan
untuk diterima dalam kelompok dan kebutuhan untuk mencintai dan
dicintai.
4. Penghargaan,
ditunjukan
dengan:
Pengakuan
dan
penghargaan
berdasarkan kemampuannya, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan
dihargai oleh karyawan lain dan pimpinan terhadap prestasi kerjanya.
5. Aktualisasi diri, ditunjukan dengan: Sifat pekerjaan yang menarik dan
menantang, dimana karyawan tersebut akan mengerahkan kecakapan,
kemampuan,
keterampilan,
dan
potensinya.
Misalnya
perusahaan
menyelenggarakan program pendidikan atau pelatihan.
2.4
Tinjauan Tentang Prestasi Kerja
2.4.1 Pengertian Prestasi Kerja
Yang dimaksud dengan prestasi disisni adalah hasil kerja, yaitu
kemampuan pekerjaan pekerja untuk melakukan suatu
pekerjaan yang
dibebankan atau ditugaskan kepadanya dengan pengetahuan dan keahlian yang
dimiliki oleh pekerja tersebut. Prestasi kerja merupakan sesuatu yang diharapkan
oleh perusahaan dari karyawannya dalam mengembangkan dan melancarkan
setiap pekerjaan perusahaan, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Menurut Samsudin (2006:162) mengungkapkan bahwa:
“Prestasi kerja adalah penampilan hasil kerja sumber daya manusia
dalam suatu organisasi, prestasi kerja dapat merupakan penampilan
individu maupun kelompok kerja sumber daya manusia. Penampilan
hasil kerja tidak terbatas pada pegawai yang memangku jabatan
fungsional, maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan
jajaran sumber daya manusia dalam suatu organisasi atau
perusahaan.”
Sedangkan menurut Hasibuan (2003:93) adalah:
“Prestasi Kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu.”
Pengertian prestasi kerja lainnya dikemukakan oleh Mangkunegara (2002:67)
adalah:
“Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secqara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”
Dari beberapa pengertian di atas tentang prestasi kerja, dapat ditarik
kesimpulan bahwa prestasi kerja adalah penampilan hasil kerja yang dicapai oleh
seorang karyawan berdasarkan kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu
yang diperlukan.
2.4.2 Faktor-faktor Prestasi Kerja
Faktor-faktor prestasi kerja menurut Ranupandojo (1990:126), yaitu:
a. Kuantitas Kerja
Kuantitas kerja adalah banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja
yang ada. Yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin, tetapi seberapa cepat
pekerjaan dapat diselesaikan.
b. Kualitas kerja
Kualitas kerja adalah mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang
ditetapkan. Biasanya diukur melalui ketepatan, ketelitian, keterampilan, dan
keberhasilan kerja.
c. Keandalan
Dapat tidaknya karyawan diandalkan adalah memenuhi atau mengikuti
instruksi, inisiatif, hati-hati, kerajinan, dan kerjasama.
d. Inisiatif
Inisiatif adalah kemampuan mengenali masalah dan mengambil tindakan
korektif, memberikan saran-saran untuk pengingkatan dan menerima
tanggung jawab menyelesaikan tugas-tugas yang belum diberikan.
e. Kerajinan
Kerajinan adalah kesediaan melakukan tugas tanpa adanya paksaan dan
bersifat rutin.
f. Sikap
Sikap adalah perilaku karyawan terhadap perusahaan atau pihak atasan dan
teman sekerja.
g. Kehadiran
Kehadiran adalah keberadaan karyawan di tempat kerja untuk bekerja sesuai
waktu kerja yang telah ditentukan.
2.5
Pengaruh Motivasi Terhadap Prestasi Kerja
Motivasi merupakan hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung
perilaku manusia supaya giat dan antusias berkenginan untuk berhasil mencapai
dan mewujudkan tujuan orang-orang yang telah ditetapkan sebelumnya serta
tercapainya keinginan para karyawan.
Lalu prestasi kerja dapat diartikan sebagai hasil kerja yang dicapai seorang
karyawan dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Prestasi
kerja merupakan sesuatu hal yang diharapkan oleh perusahaan dari para
karyawannya dalam rangka mengembangkan dan melancarkan setiap aktivitas
perusahaan sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Menurut Manullang (2004:173), mengemukakan penggolongan kebutuhan
menurut Maslow, kebutuhan manusia membentuk suatu hierarki mulai dari yang
terendah sampai kebutuhan yang tertinggi. Bila kebutuhan yang pertama atau
yang lebih rendah telah terpenuhi, maka orang tersebut akan berusaha mencapai
kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi atau tingkat selanjutnya.
Jadi apabila kebutuhan yang pertama telah terpenuhi, maka dia akan
berusaha pada pemenuhan yang kedua dan seterusnya. Jadi perusahaan harus
berusaha untuk memenuhi kebutuhan karyawan sehingga akan menimbulkan
motivasi dalam diri mereka.
Selain itu, menurut Hasibuan (2003:97), motivasi memiliki beberapa
tujuan, yaitu:
1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan.
2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja.
3. Meningkatkan produktivitas karyawan.
4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan.
5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan.
6. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
8. Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan.
9. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.
10. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
11. Meningkatkan efisien dalam penggunaan alat-alat dan bahan baku.
Berdasarkan pada poin ketiga yaitu meningkatkan produktivitas karyawan,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa apabila karyawan termotivasi untuk
bekerja dengan baik sehingga produktivitas kerja akan meningkat. Jika
produktivitas meningkat berarti prestasi kerja karyawan juga meningkat. Dan jika
prestasi kerja meningkat, berarti tujuan perusahaan memotivasi karyawannya telah
berhasil.
Hal di atas didukung pula oleh pernyataan As’ad (2001:45) yang
menyatakan bahwa:
“Kuat lemahnya motivasi seseorang karyawan ikut menentukan besar
kecilnya prestasi kerjanya”.
Karyawan yang telah termotivasi akan memiliki keinginan besar dan
menunjukan kesanggupan untuk mengerjakan pekerjaan dengan baik agar
mencapai prestasi kerja yang opdtimal. Hal ini pun akan terlihat dari bagaimana
karyawan tersebut bersemangat dalam setiap pekerjaan yang dijalaninya.
Pentingnya motivasi dalam upaya meningkatkan prestasi kerja pun telah
diungkapkan oleh Chung dan Megginson seperti yang dikutip oleh Gomes
(2001:177) yang menyatakan bahwa:
“Motivation is defined as goal directed behavior. It concerns the level of
effort one exerts in pursuing a goal . . . it is closely related to employee
satisfaction and job performance.”
(Motivasi dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukan pada sasaran. Motivasi
berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan seseorang dalam mengejar suatu
tujuan . . . motivasi berkaitan dengan kepuasan kerja dan performansi pekerjaan).
Bahkan menurut Mc. Clelland yang dikutip oleh Hasibuan (2003:112),
dikemukakan bahwa motivasi untuk berprestasi akan mampu mendorong
seseorang
untuk
mengembangkan
kreativitas
dan
mengarahkan
semua
kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang
optimal. Karyawan akan antusias untuk berprestasi tinggi, asalkan kemungkinan
untuk hal itu diberikan kesempatan.
Seseorang menyadari bahwa hanya dengan mencapai prestasi kerja yang
tinggi akan dapat memperoleh pendapatan yang besar. Dengan pendapatan yang
besar akhirnya ia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Dari penjelasan ini Nampak jelas bahwa antara variabel motivasi dengan
variabel prestasi kerja terdapat suatu hubungan yang positif.
2.6
Hipotesis
Berdasarkan pemaparan mengenai pengertian motivasi, prestasi kerja serta
hubungannya berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka pada penelitian ini
disusun hipotesis sebagai berikut:
Gambar 2.1
Hipotesis
Hipotesis
Motivasi
Prestasi
Kerja
Berdasarkan gambar tersebut maka penulis dapat merumuskan hipotesis
yaitu “Terdapat pengaruh positif jika motivasi kerja karyawan tinggi, maka
prestasi kerja karyawan akan tinggi”.
Download