perspektif revisi uu 32 - gamawan fauzi - mendagri

advertisement
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PAPARAN
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
PADA
ACARA RAKERNAS PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN & KB 2014
“PERSPEKTIF REVISI UU NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN
DAERAH DALAM MEMPERKUAT IMPLEMENTASI PROGRAM KKB
(DITINJAU DARI KEWENANGAN, PEMBIAYAAN & ORGANISASI)”
Disampaikan Oleh :
GAMAWAN FAUZI
Jakarta, 12 Februari 2014
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DASAR HUKUM
I.
AMANAT UUD’45;
II.
KONSEPSI DAN KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH & REVISI UU NO. 32 TAHUN 2004:
a) UNDANG-UNDANG NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA;
b) UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH;
c) UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2006 DIPERBARUI DENGAN UNDANG-UNDANG
NO. 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 23 TAHUN 2006
TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN;
d) UNDANG-UNDANG NO. 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN
KEPENDUDUKAN & PERKEMBANGAN KELUARGA;
e) PERATURAN PEMERINTAH NO. 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN
PEMERINTAHAN;
f)
PERATURAN PEMERINTAH NO. 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA
PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN
GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI
g) PERATURAN PEMERINTAH NO. 23 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA
PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN
GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI
h) PERATURAN PRESIDEN NO. 59 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA NASIONAL
PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAHAN DAERAH
2
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
TUJUAN BERNEGARA
SESUAI
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK
INDONESIA
TAHUN 1945
PEMBUKAAN
(Preambule)
…membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan
ketertiban
dunia
yang
berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial….
3
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN
menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
UUD 1945
EKSEKUTIF
kpu
BPK
Presiden
bank
sentral
DPR
MPR
YUDIKATIF
DPD
kementerian
negara
dewan
pertimbangan
TNI/POLRI
Perwakilan
BPK
Provinsi
LEGISLATIF
Pemerintahan
Daerah Provinsi
Gubernur DPRD
PUSAT
DAERAH
MA
MK
KY
badan-badan lain
yang fungsinya
berkaitan dengan
kekuasaan
kehakiman
Lingkungan
Peradilan Umum
Lingkungan
Peradilan Agama
Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota
Bupati/
DPRD
Walikota
Lingkungan
Peradilan Militer
Lingkungan
Peradilan TUN
4
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
SISTEM PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA
MPR
DPR
DPD
PRESIDEN
BPK
MA
MENTERI2
DEKONSENTRASI
GUBERNUR &
INSTANSI
VERTIKAL
DESENTRALISASI
DAERAH
OTONOM
TUGAS
PEMBANTUAN
PEMERINTAHAN
DAERAH/
PEMERINTAHAN
DESA
MK
LEMBAGA
NEGARA
LAINNYA
DELEGASI
(DESENTRALISASI
FUNGSIONAL)
BADAN
PENGELOLA
BUMN,
OTORITA,DLL
5
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEKUASAAN PEMERINTAHAN
PUSAT
PRESIDEN
Pemegang kekuasaan
pemerintahan – Psl 4 (1)
UUD 1945
Kementerian/LPNK
Koordinasi
Sebagian
Urusan
Psl 17 UUD 1945
Koordinasi
KEMENDAGRI
Keuangan Negara
Koordinator dlm penyeleng.
urusan pem. di daerah
Psl 222 UU 32/2004
Psl 2 Ayat (6) Revisi UU 32/04
Tanggungjawab
Otonomi Seluas-luasnya
Ps 18 (5) UUD ‘45
DAERAH
Pemerintahan Daerah
Keuangan Daerah
6
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PRINSIP DAN ASAS PEMERINTAHAN DAERAH
 Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan
olehPemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
 Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan
oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah
dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
 Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah
kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi
kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas
tertentu.
7
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Lembaga-lembaga Negara yang memegang kekuasaan menurut UUD
DPR
Pasal 20 (1)*
Memegang
kekuasaan
membentuk UU
Presiden
Pasal 4 (1)
Memegang
kekuasaan
pemerintahan
MA
MK
Pasal 24 (1)***
Kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk
menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan
8
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Kementerian Negara
Presiden
dibantu
menteri-menteri negara
[Pasal 17 (1)]
yang diangkat dan
diberhentikan oleh
Presiden
[Pasal 17 (2)*]
terbentuk UU 39/08
tentang
kementerian negara
membidangi urusan
tertentu dalam
pemerintahan
[Pasal 17 (3)*]
9
UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA
(psl 4)
urusan pemerintahan yang ruang
lingkupnya disebutkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
urusan pemerintahan dalam
rangka penajaman, koordinasi,
dan sinkronisasi program
pemerintah.
dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Ayat (2) huruf a
Ayat (2) huruf b
Ayat (2) huruf c
Urusan pemerintahan meliputi
Urusan pemerintahan meliputi
urusan agama, hukum, keuangan,
keamanan, hak asasi manusia,
pendidikan, kebudayaan,
kesehatan, sosial,
ketenagakerjaan, industri,
perdagangan, pertambangan,
energi, pekerjaan umum,
transmigrasi, transportasi,
informasi, komunikasi, pertanian,
perkebunan, kehutanan,
peternakan, kelautan, dan
perikanan
Urusan pemerintahan meliputi
urusan perencanaan
pembangunan nasional, aparatur
negara, kesekretariatan negara,
badan usaha milik negara,
pertanahan, kependudukan,
lingkungan hidup, ilmu
pengetahuan, teknologi,
investasi, koperasi, usaha kecil
dan menengah, pariwisata,
pemberdayaan perempuan,
pemuda, olahraga, perumahan,
dan pembangunan kawasan atau
daerah tertinggal.
(Ayat (3)
urusan pemerintahan yang
nomenklatur
Kementeriannya
secara tegas disebutkan
URUSAN
(psl 5)
urusan luar
negeri,
dalam negeri, dan
pertahanan
(Ayat (1))
(Ayat (2))
TUGAS
(psl 7)
MENYELENGGARAKAN URUSAN
TERTENTU DALAM
PEMERINTAHAN UNTUK
MEMBANTU PRESIDEN DALAM
MENYELENGGARAKAN
PEMERINTAHAN NEGARA
MENYELENGGARAKAN URUSAN
TERTENTU DALAM PEMERINTAHAN
UNTUK MEMBANTU PRESIDEN
DALAM MENYELENGGARAKAN
PEMERINTAHAN NEGARA
MENYELENGGARAKAN URUSAN
TERTENTU DALAM
PEMERINTAHAN UNTUK
MEMBANTU PRESIDEN DALAM
MENYELENGGARAKAN
PEMERINTAHAN NEGARA
10
UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA
LANJUTAN...
FUNGSI
(psl 8)
SUSUNAN
ORGANISA
SI
(psl 9)
a. perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan di
bidangnya;
b. pengelolaan barang
milik/kekayaan negara yang
menjadi tanggung jawabnya;
c. pengawasan atas pelaksanaan
tugas di bidangnya; dan
d. pelaksanaan
kegiatan teknis dari
pusat sampai ke
daerah
a. perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan di
bidangnya;
b. pengelolaan barang
milik/kekayaan negara yang
menjadi tanggung jawabnya;
c. pengawasan atas pelaksanaan
tugas di bidangnya;
d. pelaksanaan bimbingan teknis
dan supervisi atas pelaksanaan
urusan Kementerian di daerah;
dan
e. pelaksanaan kegiatan teknis
yang berskala nasional.
a. perumusan dan penetapan
kebijakan di bidangnya;
b. koordinasi dan sinkronisasi
pelaksanaan kebijakan di
bidangnya;
c. pengelolaan barang
milik/kekayaan negara yang
menjadi tanggung jawabnya;
dan
d. pengawasan atas pelaksanaan
tugas di bidangnya.
(Ayat (1))
(Ayat(2))
(Ayat (3))
a. pemimpin, yaitu Menteri;
b. pembantu pemimpin, yaitu
sekretariat jenderal;
c. pelaksana tugas pokok, yaitu
direktorat jenderal;
d. pengawas, yaitu inspektorat
jenderal;
e. pendukung, yaitu badan dan/atau
pusat; dan
a. pemimpin, yaitu Menteri;
b. pembantu pemimpin, yaitu
sekretariat jenderal;
c. pelaksana, yaitu direktorat jenderal;
d. pengawas, yaitu inspektorat
jenderal; dan
e. pendukung, yaitu badan dan/atau
pusat.
a. pemimpin, yaitu Menteri;
b. pembantu pemimpin, yaitu
sesmen;
c. pelaksana, yaitu deputi; dan
d. pengawas, yaitu inspektorat.
f. pelaksana tugas
pokok di daerah
Diperkecualikan, Kementerian yang
menangani urusan agama, hukum,
keuangan, dan keamanan
sebagaimana juga memiliki unsur
pelaksana tugas pokok di daerah.
(Ayat (2) dan (3))
dan/atau perwakilan luar negeri
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(Ayat (1))
(Ayat (4))
11
UUD 1945
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
BAB VI. PEMERINTAHAN DAERAH
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi
atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan
daerah, yang diatur dengan undang-undang
[Pasal 18 (1)**]
Gubernur,
Bupati,
Walikota
dipilih secara
demokratis
[Pasal 18 (4)**]
PEMERINTAHAN DAERAH
KEPALA PEMERINTAH
DAERAH
DPRD
mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan [Pasal 18 (2)**]
anggota
DPRD dipilih
melalui
pemilu
[Pasal 18 (3) **]
menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh UU ditentukan
sebagai urusan Pemerintah Pusat [Pasal 18 (5) **]
berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan
otonomi dan
tugas pembantuan [Pasal 18 (6)**]
12
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
BAB VI. PEMERINTAHAN DAERAH (Lanjutan…)
Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota,
diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan
keragaman daerah
[Pasal 18 A (1)**]
Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam
dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang
[Pasal 18 A (2)**]
Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah
yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undangundang
[Pasal 18 B (1)**]
Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang-undang
[Pasal 18 B (2)**]
13
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Pasal 4 UUD 1945
Pasal 18 UUD 1945
UU No. 32/2004
PP No. 38/2007
- 6 urusan Pusat
- 31 urusan ke Daerah + Pusat
Untuk pelaksanaan 31 kewenangan, semua kementerian
sudah menetapkan NSPK
Diatur dengan PP, Keppres dan Permen masing-masing
Gubernur sebagai wakil Pemerintah
(PP No. 19/2010 dan PP No. 23/2011)
punya 4 kewenangan
14
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
ASAS – ASAS PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN INDONESIA
ASAS
DESENTRALISASI
ASAS
DEKONSENTRASI
TUGAS
PEMBANTUAN
KEWENANGAN
PEMERINTAH
PUSAT YG
DILIMPAHKAN
GUBERNUR
SEBAGAI WAKIL
PEMERINTAH
15
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Pem Kab/Kota
dan instansi
vertikal
Sinergitas pemb &
penyelenggaraan
pemerintahan
PEMBINAAN
Pemerintah
Kabupaten/ Kota
Mempercepat
peningkatan
kapasitas
Pemerintahan
Kab/Kota
PENGAWASAN
Pemerintah
Kabupaten/ Kota
KOORDINASI
FUNGSI
GUB SBG
WKL PEM
• Penyelenggaran Pem
sesuai NSPK
• Peningkatan
Akuntabilitas
• Menjaga kehidupan berbangsa dan
bernegara serta keutuhan NKRI
PENYELENGGARA
PEMERINTAHAN
UMUM
• Menjaga & mengamalkan ideologi
Pancasila & memb kehidupan demokrasi
• Memelihara stblts pol yg dinamis
• Menjaga etika dan norma
penyelenggaraan pemerintahan
16
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
(Disain Perubahan UU No. 32 Tahun 2004)
URUSAN PEMERINTAHAN
CONCURRENT
ABSOLUT
(34 Urusan bersama
Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota)
(Mutlak urusan Pusat)
1.
2.
3.
4.
Pertahanan
Keamanan
Moneter
Yustisi
(Peradilan
Kejaksaan)
5. Politik Luar Negeri
6. Agama
1. Dilaksanakan sendiri
2. Dekonsentrasi
3. TP
PILIHAN/OPTIONAL
(Sektor Unggulan)
8 Urusan Pilihan
dan
Contoh: pertanian,
industri, perdagangan,
pariwisata, kelautan dsb
WAJIB/OBLIGATORY
• Wajib (13) Pelayanan Dasar:
Pend; Kes; LH; PU & PR; Han Ngan;
Adminduk Capil; Dal Duk & KB;Sos;Naker;
Pera & Waskim; Trantib Um & Linmas;
Hub & Perlindungan Anak
• Wajib (12) tidak Pelayanan Dasar:
Pertanahan; Kominfo ; Kop & UKM; Pen
Modal; Kempora; PMD; Pem. Perempuan;
Statistik; Persandian;
Kebudayaan; Perpus; & Kearsipan
Desentralisasi
17
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan
dan/atau susunan pemerintahan (Pasal 2 Ayat 4 PP 38/2007):
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Pendidikan;
Kesehatan;
Pekerjaan Uumum;
Perumahan;
Penataan Ruang;
Perencanaan Pembangunan;
Perhubungan;
Lingkungan Hidup;
Pertanahan;
Kependudukan dan Catatan Sipil;
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak;
12. Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera;
13.
14.
15.
16.
Sosial;
Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian;
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
Penanaman Modal;
17. Kebudayaan dan Pariwisata;
18. Kepemudaan dan Olah raga;
19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam
Negeri;
20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,
Administrasi Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan
Persandian;
21. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;
22. Statistik;
23. Kearsipan;
24. Perpustakaan;
25. Komunikasi dan Informatika;
26. Pertanian dan Ketahanan Pangan;
27. Kehutanan;
28. Energi dan Sumber Daya Mineral;
29. Kelautan dan Perikanan;
30. Perdagangan; dan
31. Perindustrian.
18
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
URUSAN PEMERINTAHAN
ABSOLUT
1.
2.
3.
4.
5.
PERTAHANAN
KEAMANAN
AGAMA
YUSTISI
POLITIK LUAR
NEGERI
6. MONETER
URUSAN
PEMERINTAHAN
UMUM
KONKUREN
Dibagi berdasarkan
kriteria Eksternalitas,
Akuntabilitas dan
Efisiensi
WAJIB
Kes, Pendidik,
PU, dll.
YAN DASAR
PILIHAN
Pertambangan,
Perdagangan, dll.
NON YAN DASAR
SPM
19
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
LANDASAN KEBIJAKAN
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
UU 5/74
UU 22/99
Omnibus
Regulation
UU 25/2004
PP 105/00
UU 17/2003
PP
UU 1/2004
UU 15/2004
PP
PP
KMDN 29/02
UU 33/2004
misal: PP 24/05 Ttg SAP, dstnya
UU 32/2004
(Psl 15, 16,
17, 21,22,23
155, 156)
PP 58/2005
(Omnibus
Regulation)
PMDN 32/11
PMDN 39/12
PERMENDAGRI 13/06
PERMENDAGRI 59/07
PP 38/07
PP 41/07
20
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEMERINTAH PUSAT
POLA HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT-DAERAH
Mendanai Kegiatan
(UU 32/2004 dan UU 33/2004)
DBH
Desentralisasi
DAU
Mendanai Kegiatan
Dekon/TP dan
Instansi Vertikal
APBN
DAK
Dana Otsus
Belanja Untuk
Daerah
Dana Penyesuaian
Di luar
6 Urusan
 PELIMPAHAN URUSAN DAN WEWENANG
• Pajak
• Retribusi
• Bag. Laba
BUMD
• Lain-PAD
PAD
DAPER
Belanja Pusat
Di Daerah
Desentralisasi
Melalui K/L
Dekon / TP
Lain-Lain
Pendapatan
yang sah
Pendapatan
Daerah
1
PEMERINTAH DAERAH
6 Urusan
• B. Pegawai
• B. Barang
• B. Lainnya
Dana Vertikal
Pembiayaan Lainnya
Operasional
Pinjaman (termasuk
Obligasi Daerah)
Modal
Penggunaan SILPA
Surplus /
Defisit Daerah
Belanja Daerah
2
APBD
3
Pembiayaan
Daerah
4
21
Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
Perencanaan
RPJMD
RKPD
PEDUM APBD
o/ MDN
KUA
PPAS
Nota
Kesepakatan
Pedoman
Penyusunan
RKA-SKPD o/ KDH
RKA-SKPD
Pelaksanaan
Penatausahaan
Rancangan
DPA-SKPD
DPA-SKPD
Pelaksanaan APBD
Penatausahaan
Belanja
Pendapatan
Belanja
• Penerbitan SPM-UP,
SPM-GU, SPM-TU dan
SPM-LS oleh Kepala
SKPD
• Penerbitan SP2D oleh
PPKD
Pembiayaan
Laporan Realisasi
Semester Pertama
Penatausahaan
Pembiayaan
Evaluasi Raperda
APBD oleh
Gubernur/
Mendagri
Perda APBD
Evaluasi
R P-APBD
Oleh
Gbrnr/MDN
Perda P-APBD
Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
•
•
•
•
LRA
Neraca
Lap. Arus Kas
CaLK
Laporan Keuangan
diperiksa oleh BPK
Raperda PJ Pel
APBD
Persetujuan
Bersama (KDH +
DPRD)
• Dilakukan oleh PPKD
setelah 3 hari
RAPBD
R P-APBD
Pemeriksaan
Disusun dan
disajikan Sesuai
SAP
Penatausahaan
Pendapatan
• Bendahara penerimaan
wajib menyetor
penerimaannya ke
rekening kas umum daerah
selambat-lambatnya 1 hari
kerja
Verifikasi
Pertgjwban
Kekayaan dan
Kewajiban daerah
•
•
•
•
•
•
Kas Umum
Piutang
Investasi
Barang
Dana Cadangan
Utang
Akuntansi
Keuangan Daerah
22
Evaluasi o/
Gubernur/MDN 15
hari
7 hari
penyesuaian o/
Pemda
Perda PJ Pel
APBD
22
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
BAB VIII
KEUANGAN DAERAH
Pasal 155 Pada
UU No. 32 Tahun 2004
1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas
beban anggaran pendapatan dan belanja daerah.
2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Pemerintah di daerah didanai
dari dan atas beban anggaran pendapatan dan
belanja negara.
3) Administrasi pendanaan penyelenggaraan urusan
pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara terpisah dari administrasi
pendanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan
sebagairnana dimaksud pada ayat (2).
23
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
PEMERINTAH
Pembinaan
Pengawasan
Mendagri
K/L
Binwas Umum
Binwas Teknis
PASAL 222
BINWAS Secara
Nas. koordinasikan
Mendagri
Provinsi
Gubernur sbg wakil Pem. Binwas umum &
teknis (PP 19/2010 & PP 23/2011
Kab/Kota
24
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Pasal 29 Pada Revisi UU
N o . 3 2 Ta h u n 2 0 0 4
1)
2)
3)
4)
Penyelenggara
Pemerintahan
Daerah
memprioritaskan
pelaksanaan Urusan Pemerintahan wajib yang berkaitan dengan
Pelayanan Dasar.
Pelaksanaan Urusan Pemerintahan wajib yang berkaitan dengan
Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berpedoman pada standar pelayanan minimal yang ditetapkan
Pemerintah Pusat.
Standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan
kapasitas keuangan daerah, kapasitas pegawai, dan ketersediaan
sarana dan prasarana.
Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan minimal
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
25
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Pasal 32 Pada Revisi UU
N o . 3 2 Ta h u n 2 0 0 4
(1)
(2)
(3)
(4)
Daerah berhak menetapkan kebijakan untuk menyelenggarakan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
Daerah dalam menetapkan kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), wajib mempedomani norma, standar, prosedur dan kriteria yang telah
ditetapkan oleh kementerian dan lembaga pemerintah non kementerian.
Dalam hal kebijakan daerah yang dibuat dalam rangka penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan Daerah tidak mempedomani norma, standar,
prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh kementerian dan lembaga
pemerintah non kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Pemerintah Pusat membatalkan kebijakan daerah dimaksud.
Apabila dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (3), kementerian dan lembaga pemerintah non kementerian
belum menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria, maka
penyelenggara Pemerintahan Daerah melaksanakan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah dengan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan
26
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
POKOK –POKOK PENGATURAN DALAM
PP NOMOR 41 TAHUN 2007
1.
2.
Dasar Pembentukan dengan Perda;
Mempertegas Tupoksi Masing-Masing (Setda, Setwan, Inspektorat,
Dinas, dan LTD, Kecamatan dan Kelurahan);
3. Kriteria dengan Variable Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan
Besaran APBD untuk menentukan jumlah SKPD;
4. Perumpunan Urusan yang diwadahi dalam bentuk Dinas dan LTD
(Badan atau Kantor);
5. Pola dan Susunan Organisasi masing – masing SKPD;
6. Eselon;
7. Staf Ahli;
8. Perangkat Daerah Otonom Baru;
9. Perangkat Daerah yang memiliki istimewa dan khusus;
10. Lembaga Lain yang diamanatkan oleh Per-UU-an;
11. Pembinaan dan Pengendalian serta Evaluasi.
27
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
POKOK – POKOK PERMASALAHAN PENATAAN ORGANISASI
PERANGKAT DAERAH (PP NO. 41 TAHUN 2007)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Dasar Pembentukan dengan Peraturan Daerah (terjadi politisasi dalam
pembentukan SKPD);
Terjadi Pola Organisasi yang sama antar daerah (Provinsi dan
Kab/Kota), tidak sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, potensi, dan
karakteristik daerah;
Perumpunan menyebabkan kesulitan dalam melakukan koordinasi
dengan K/L dan kesulitan dalam menetapkan kompetensi pimpinan
SKPD);
Susunan Organisasi SKPD dibuat tidak berdasarkan hasil analisis beban
kerja (ABK) dalam arti Pemda cenderung mengambil pola maksimal;
Nomenklatur SKPD antar Prov/Kab/Kota sangat variatif;
Eselon terpola secara nasional tanpa memperhatikan beban kerja (eselon
Sekda Provinsi Babel dengan Provinsi Jawa Timur sama yaitu eselon Ib);
Kriteria Variabel hanya menentukan jumlah SKPD yang terdiri dari
jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah APBD;
28
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
POKOK – POKOK PERMASALAHAN PENATAAN ORGANISASI
PERANGKAT DAERAH (PP NO. 41 TAHUN 2007) Lanjutan....
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Lembaga yang dibentuk berdasarkan amanah peraturan perundangundangan (Lembaga Lain) menyebabkan pembebanan APBD;
Tidak mengatur pembentukan lembaga sesuai dengan karakteristik daerah
(misalnya Bakorwil di Provinsi Jatim, Jateng dan Jabar ) serta Provinsi
yang berkarakteristik kepulauan;
Kelembagaan Daerah yang memiliki istimewa dan khusus (Khususnya
Provinsi DKI Jakarta, mengingat Walikota/ Bupati Administrasi
merupakan Jabatan karir struktural);
Staf Ahli Kepala Daerah, tugas dan fungsi serta kewenangan yang tidak
jelas;
Belum ada Kriteria Pembentukan UPTD sehingga jumlahnya tidak
terkendali;
Sebagian kab/kota tidak melaporkan kepada Menteri Dalam Negeri dalam
rangka pembinaan dan evaluasi;
Pemberdayaan Kapasitas SKPD oleh K/L tidak diatur;
Pemanfaatan Jabatan Fungsional belum optimal;
Ketiadaan sanksi terhadap pelanggaran PP Nomor 41 Tahun 2007.
29
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PROBLEMATIK
1. Makin dekat pelayanan dengan
Kewenangan, makin sukses
program KB?
2. Kalau tidak sukses, itu indikasi apa?
3. Komitmen? Kesungguhan yang
rendah setelah diserahkan kepada
daerah?
30
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
SOLUSI
Politicalwill Pemerintah yang kuat dalam program
pengendalian Penduduk & Keluarga Berencana, dengan :
1. memformat kembali disain hubungan kewenangan pusat &
daerahdibidang pengendalian penduduk & keluarga
berencana;
2. menjadikanpengendalian
penduduk
dan
keluarga
berencana menjadi urusan wajib pemerintahan yang
berkaitan
dengan
pelayanan
dasarpemerintahan
(Perubahan PP No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan menjadi lampiran pada Revisi UU Ttg Pemda);
3. berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang
ditetapkan
Pemerintah
Pusat
dimana
SPM
mempertimbangkan : kapasitas keuangan daerah,
kapasitas pegawai dan ketersediaan sarpras.SPM akan
ditetapkan dengan PP;
31
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
SOLUSI
(Lanjutan) :
4.
5.
6.
7.
Daerah dalam menetapkan kebijakan pengendanlian kependudukan
& keluarga berencana wajib mempedomani norma, standar, prosedur
dan kriteria yang telah ditetapkan oleh kementerian dan lembaga
pemerintah non kementerian;
Dalam hal kebijakan daerah yang dibuat dalam rangka
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah tidak mempedomani
norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh
kementerian dan lembaga pemerintah non kementerian Pemerintah
Pusat membatalkan kebijakan daerah dimaksud;
Apabila dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, kementerian dan lembaga
pemerintah non kementerian belum menetapkan norma, standar,
prosedur dan kriteria, maka penyelenggara Pemerintahan Daerah
melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan;
Implikasi perubahan UU No. 32 Tahun 2004 akan berkorelasi dengan
pembiayaan (kapasitas fiskal daerah) & kelembagaan (perubahan PP
No. 41 Tahun 2007);
32
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
SOLUSI
(Lanjutan) :
8. Penataan SKPD Provinsi harus pararel dengan
penataan perangkat Gubernur, sebagai wakil
pemerintah;
9. Revisi PP 41 tahun 2007 memperhatikan Revisi UU
No. 32 Tahun 2004 & UU No. 5 Tahun 2014 Ttg ASN;
10.Pembentukan UPT Kementerian dan Lembaga
dilakukan secara selektif
dan harus mendapat
rekomendasi Menteri Dalam Negeri selaku Ketua
DPOD dan Koordinator Binwas Penyelenggaraan
Pemda;
11.Pengangkatan Kepala UPT K/L harus mendapatkan
rekomendasi dan dilantik oleh Gubernur.
33
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Terima Kasih
BKEMENTERIAN
I O DDALAM
ANEGERI
TA
Nama
Tempat/Tgl. Lahir
Agama
Alamat
Hp
Email
Pgkt/Gol./Ruang
PENDIDIKAN
1987
1993 – 1994
1994
2007
2013
:
:
:
:
REYDONNYZAR MOENEK
Padang, 14 Nopember 1962
Islam
Kementerian Dalam Negeri
Jl. Medan Merdeka Utara Nomor 7 Jakarta Pusat
Tel/Fax: 021-3811101
: 0818710342
: [email protected]
: Pembina Utama Madya (IV/d)
: S1 Tugas Belajar pada UNIVERSITAS GADJAH MADA Yogyakarta Jurusan Ilmu Administrasi Negara.
: S2 (Pasca Sarjana) pada ASIAN INSTITUTE Of MANAGEMENT (AIM) – Makati, Metro Manila, Phillippines. Master in Development
Management (M. Devt. M) – Analyst Investasi, Keuangan, Desentralisasi Fiskal dan Public-Private Partnership Specialist.
: “Exchange Program” between Asian Institute Of Management (AIM) Phillippines with Australian Universities, Australia.
: Post Graduated (Candidate Ph.D) pada Local Autonomy College University of Tokyo Jepang, spesialis “Local Government &
Regional Finance“. Disertasi: “Searching for the Equilibrium : Reformatting the National Integrity, Fiscal Decentralization
Indonesia’s Cases “.
: Kandidat Doktor Ilmu Pemerintahan pada Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
PENGALAMAN/PEKERJAAN
 Pengajar/Pengajar Tamu, Konsultan Lepas pd berbagai institusi bid. Ekonomi, Keu, Manajemen, & Desentralisasi Fiskal dalam dan luar negeri.
 Penyusun Modul berbagai Pelatihan / Pendidikan Ekonomi, Keuangan, dan Manajemen.
 Pembicara / Keynote Speakers / Organizer Seminar dalam dan luar negeri bidang Ekonomi, Politik, Keuangan, Manajemen & Desentralisasi Fiskal.
 Saksi Ahli Bidang Pemerintahan Daerah dan Keuangan Daerah.
PENGHARGAAN
 Satyalancana Karya Satya 30 Tahun
 Penghargaan dalam bidang Environment Diplomacy Relation pada “the 10th Republic of Korea Environmental Culture Award”, di Seoul, Korea
Selatan. Tahun 2012
 “Elshinta Award Tahun 2012” sebagai the Most Favourite Jubir/Kapuspen berdasarkan Poling
JABATAN
1. Direktur Administrasi Pendapatan dan Investasi Daerah, Direktorat Jenderal Bina Administrasi Keuangan Daerah (BAKD), Depdagri (2008 – 2010);
2. Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri/Kepala Pusat Penerangan (2010 – Juni 2013);
3. Staf Ahli Menteri Bidang Hukum, Politik, Dan Hubungan Antar Lembaga (Feb 2013 – Sekarang)
Download