KEMENTERIAN DALAM NEGERI PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA RAKERNAS PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN & KB 2014 “PERSPEKTIF REVISI UU NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DALAM MEMPERKUAT IMPLEMENTASI PROGRAM KKB (DITINJAU DARI KEWENANGAN, PEMBIAYAAN & ORGANISASI)” Disampaikan Oleh : GAMAWAN FAUZI Jakarta, 12 Februari 2014 KEMENTERIAN DALAM NEGERI DASAR HUKUM I. AMANAT UUD’45; II. KONSEPSI DAN KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH & REVISI UU NO. 32 TAHUN 2004: a) UNDANG-UNDANG NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA; b) UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH; c) UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2006 DIPERBARUI DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN; d) UNDANG-UNDANG NO. 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN & PERKEMBANGAN KELUARGA; e) PERATURAN PEMERINTAH NO. 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN; f) PERATURAN PEMERINTAH NO. 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI g) PERATURAN PEMERINTAH NO. 23 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI h) PERATURAN PRESIDEN NO. 59 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA NASIONAL PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAHAN DAERAH 2 KEMENTERIAN DALAM NEGERI TUJUAN BERNEGARA SESUAI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN (Preambule) …membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…. 3 KEMENTERIAN DALAM NEGERI LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UUD 1945 EKSEKUTIF kpu BPK Presiden bank sentral DPR MPR YUDIKATIF DPD kementerian negara dewan pertimbangan TNI/POLRI Perwakilan BPK Provinsi LEGISLATIF Pemerintahan Daerah Provinsi Gubernur DPRD PUSAT DAERAH MA MK KY badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman Lingkungan Peradilan Umum Lingkungan Peradilan Agama Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Bupati/ DPRD Walikota Lingkungan Peradilan Militer Lingkungan Peradilan TUN 4 KEMENTERIAN DALAM NEGERI SISTEM PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA MPR DPR DPD PRESIDEN BPK MA MENTERI2 DEKONSENTRASI GUBERNUR & INSTANSI VERTIKAL DESENTRALISASI DAERAH OTONOM TUGAS PEMBANTUAN PEMERINTAHAN DAERAH/ PEMERINTAHAN DESA MK LEMBAGA NEGARA LAINNYA DELEGASI (DESENTRALISASI FUNGSIONAL) BADAN PENGELOLA BUMN, OTORITA,DLL 5 KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEKUASAAN PEMERINTAHAN PUSAT PRESIDEN Pemegang kekuasaan pemerintahan – Psl 4 (1) UUD 1945 Kementerian/LPNK Koordinasi Sebagian Urusan Psl 17 UUD 1945 Koordinasi KEMENDAGRI Keuangan Negara Koordinator dlm penyeleng. urusan pem. di daerah Psl 222 UU 32/2004 Psl 2 Ayat (6) Revisi UU 32/04 Tanggungjawab Otonomi Seluas-luasnya Ps 18 (5) UUD ‘45 DAERAH Pemerintahan Daerah Keuangan Daerah 6 KEMENTERIAN DALAM NEGERI PRINSIP DAN ASAS PEMERINTAHAN DAERAH Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan olehPemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. 7 KEMENTERIAN DALAM NEGERI Lembaga-lembaga Negara yang memegang kekuasaan menurut UUD DPR Pasal 20 (1)* Memegang kekuasaan membentuk UU Presiden Pasal 4 (1) Memegang kekuasaan pemerintahan MA MK Pasal 24 (1)*** Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan 8 KEMENTERIAN DALAM NEGERI BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA Kementerian Negara Presiden dibantu menteri-menteri negara [Pasal 17 (1)] yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden [Pasal 17 (2)*] terbentuk UU 39/08 tentang kementerian negara membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan [Pasal 17 (3)*] 9 UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA (psl 4) urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Ayat (2) huruf a Ayat (2) huruf b Ayat (2) huruf c Urusan pemerintahan meliputi Urusan pemerintahan meliputi urusan agama, hukum, keuangan, keamanan, hak asasi manusia, pendidikan, kebudayaan, kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, industri, perdagangan, pertambangan, energi, pekerjaan umum, transmigrasi, transportasi, informasi, komunikasi, pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, kelautan, dan perikanan Urusan pemerintahan meliputi urusan perencanaan pembangunan nasional, aparatur negara, kesekretariatan negara, badan usaha milik negara, pertanahan, kependudukan, lingkungan hidup, ilmu pengetahuan, teknologi, investasi, koperasi, usaha kecil dan menengah, pariwisata, pemberdayaan perempuan, pemuda, olahraga, perumahan, dan pembangunan kawasan atau daerah tertinggal. (Ayat (3) urusan pemerintahan yang nomenklatur Kementeriannya secara tegas disebutkan URUSAN (psl 5) urusan luar negeri, dalam negeri, dan pertahanan (Ayat (1)) (Ayat (2)) TUGAS (psl 7) MENYELENGGARAKAN URUSAN TERTENTU DALAM PEMERINTAHAN UNTUK MEMBANTU PRESIDEN DALAM MENYELENGGARAKAN PEMERINTAHAN NEGARA MENYELENGGARAKAN URUSAN TERTENTU DALAM PEMERINTAHAN UNTUK MEMBANTU PRESIDEN DALAM MENYELENGGARAKAN PEMERINTAHAN NEGARA MENYELENGGARAKAN URUSAN TERTENTU DALAM PEMERINTAHAN UNTUK MEMBANTU PRESIDEN DALAM MENYELENGGARAKAN PEMERINTAHAN NEGARA 10 UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA LANJUTAN... FUNGSI (psl 8) SUSUNAN ORGANISA SI (psl 9) a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya; b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya; dan d. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya; b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya; d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian di daerah; dan e. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional. a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya; b. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya; c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; dan d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya. (Ayat (1)) (Ayat(2)) (Ayat (3)) a. pemimpin, yaitu Menteri; b. pembantu pemimpin, yaitu sekretariat jenderal; c. pelaksana tugas pokok, yaitu direktorat jenderal; d. pengawas, yaitu inspektorat jenderal; e. pendukung, yaitu badan dan/atau pusat; dan a. pemimpin, yaitu Menteri; b. pembantu pemimpin, yaitu sekretariat jenderal; c. pelaksana, yaitu direktorat jenderal; d. pengawas, yaitu inspektorat jenderal; dan e. pendukung, yaitu badan dan/atau pusat. a. pemimpin, yaitu Menteri; b. pembantu pemimpin, yaitu sesmen; c. pelaksana, yaitu deputi; dan d. pengawas, yaitu inspektorat. f. pelaksana tugas pokok di daerah Diperkecualikan, Kementerian yang menangani urusan agama, hukum, keuangan, dan keamanan sebagaimana juga memiliki unsur pelaksana tugas pokok di daerah. (Ayat (2) dan (3)) dan/atau perwakilan luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Ayat (1)) (Ayat (4)) 11 UUD 1945 KEMENTERIAN DALAM NEGERI BAB VI. PEMERINTAHAN DAERAH Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang [Pasal 18 (1)**] Gubernur, Bupati, Walikota dipilih secara demokratis [Pasal 18 (4)**] PEMERINTAHAN DAERAH KEPALA PEMERINTAH DAERAH DPRD mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan [Pasal 18 (2)**] anggota DPRD dipilih melalui pemilu [Pasal 18 (3) **] menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh UU ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat [Pasal 18 (5) **] berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan [Pasal 18 (6)**] 12 KEMENTERIAN DALAM NEGERI BAB VI. PEMERINTAHAN DAERAH (Lanjutan…) Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah [Pasal 18 A (1)**] Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang [Pasal 18 A (2)**] Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undangundang [Pasal 18 B (1)**] Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang [Pasal 18 B (2)**] 13 KEMENTERIAN DALAM NEGERI Pasal 4 UUD 1945 Pasal 18 UUD 1945 UU No. 32/2004 PP No. 38/2007 - 6 urusan Pusat - 31 urusan ke Daerah + Pusat Untuk pelaksanaan 31 kewenangan, semua kementerian sudah menetapkan NSPK Diatur dengan PP, Keppres dan Permen masing-masing Gubernur sebagai wakil Pemerintah (PP No. 19/2010 dan PP No. 23/2011) punya 4 kewenangan 14 KEMENTERIAN DALAM NEGERI ASAS – ASAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN INDONESIA ASAS DESENTRALISASI ASAS DEKONSENTRASI TUGAS PEMBANTUAN KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT YG DILIMPAHKAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH 15 KEMENTERIAN DALAM NEGERI Pem Kab/Kota dan instansi vertikal Sinergitas pemb & penyelenggaraan pemerintahan PEMBINAAN Pemerintah Kabupaten/ Kota Mempercepat peningkatan kapasitas Pemerintahan Kab/Kota PENGAWASAN Pemerintah Kabupaten/ Kota KOORDINASI FUNGSI GUB SBG WKL PEM • Penyelenggaran Pem sesuai NSPK • Peningkatan Akuntabilitas • Menjaga kehidupan berbangsa dan bernegara serta keutuhan NKRI PENYELENGGARA PEMERINTAHAN UMUM • Menjaga & mengamalkan ideologi Pancasila & memb kehidupan demokrasi • Memelihara stblts pol yg dinamis • Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintahan 16 KEMENTERIAN DALAM NEGERI PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (Disain Perubahan UU No. 32 Tahun 2004) URUSAN PEMERINTAHAN CONCURRENT ABSOLUT (34 Urusan bersama Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota) (Mutlak urusan Pusat) 1. 2. 3. 4. Pertahanan Keamanan Moneter Yustisi (Peradilan Kejaksaan) 5. Politik Luar Negeri 6. Agama 1. Dilaksanakan sendiri 2. Dekonsentrasi 3. TP PILIHAN/OPTIONAL (Sektor Unggulan) 8 Urusan Pilihan dan Contoh: pertanian, industri, perdagangan, pariwisata, kelautan dsb WAJIB/OBLIGATORY • Wajib (13) Pelayanan Dasar: Pend; Kes; LH; PU & PR; Han Ngan; Adminduk Capil; Dal Duk & KB;Sos;Naker; Pera & Waskim; Trantib Um & Linmas; Hub & Perlindungan Anak • Wajib (12) tidak Pelayanan Dasar: Pertanahan; Kominfo ; Kop & UKM; Pen Modal; Kempora; PMD; Pem. Perempuan; Statistik; Persandian; Kebudayaan; Perpus; & Kearsipan Desentralisasi 17 KEMENTERIAN DALAM NEGERI Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan (Pasal 2 Ayat 4 PP 38/2007): 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Pendidikan; Kesehatan; Pekerjaan Uumum; Perumahan; Penataan Ruang; Perencanaan Pembangunan; Perhubungan; Lingkungan Hidup; Pertanahan; Kependudukan dan Catatan Sipil; Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; 12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera; 13. 14. 15. 16. Sosial; Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian; Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; Penanaman Modal; 17. Kebudayaan dan Pariwisata; 18. Kepemudaan dan Olah raga; 19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri; 20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian; 21. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa; 22. Statistik; 23. Kearsipan; 24. Perpustakaan; 25. Komunikasi dan Informatika; 26. Pertanian dan Ketahanan Pangan; 27. Kehutanan; 28. Energi dan Sumber Daya Mineral; 29. Kelautan dan Perikanan; 30. Perdagangan; dan 31. Perindustrian. 18 KEMENTERIAN DALAM NEGERI URUSAN PEMERINTAHAN ABSOLUT 1. 2. 3. 4. 5. PERTAHANAN KEAMANAN AGAMA YUSTISI POLITIK LUAR NEGERI 6. MONETER URUSAN PEMERINTAHAN UMUM KONKUREN Dibagi berdasarkan kriteria Eksternalitas, Akuntabilitas dan Efisiensi WAJIB Kes, Pendidik, PU, dll. YAN DASAR PILIHAN Pertambangan, Perdagangan, dll. NON YAN DASAR SPM 19 KEMENTERIAN DALAM NEGERI LANDASAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH UU 5/74 UU 22/99 Omnibus Regulation UU 25/2004 PP 105/00 UU 17/2003 PP UU 1/2004 UU 15/2004 PP PP KMDN 29/02 UU 33/2004 misal: PP 24/05 Ttg SAP, dstnya UU 32/2004 (Psl 15, 16, 17, 21,22,23 155, 156) PP 58/2005 (Omnibus Regulation) PMDN 32/11 PMDN 39/12 PERMENDAGRI 13/06 PERMENDAGRI 59/07 PP 38/07 PP 41/07 20 KEMENTERIAN DALAM NEGERI PEMERINTAH PUSAT POLA HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT-DAERAH Mendanai Kegiatan (UU 32/2004 dan UU 33/2004) DBH Desentralisasi DAU Mendanai Kegiatan Dekon/TP dan Instansi Vertikal APBN DAK Dana Otsus Belanja Untuk Daerah Dana Penyesuaian Di luar 6 Urusan PELIMPAHAN URUSAN DAN WEWENANG • Pajak • Retribusi • Bag. Laba BUMD • Lain-PAD PAD DAPER Belanja Pusat Di Daerah Desentralisasi Melalui K/L Dekon / TP Lain-Lain Pendapatan yang sah Pendapatan Daerah 1 PEMERINTAH DAERAH 6 Urusan • B. Pegawai • B. Barang • B. Lainnya Dana Vertikal Pembiayaan Lainnya Operasional Pinjaman (termasuk Obligasi Daerah) Modal Penggunaan SILPA Surplus / Defisit Daerah Belanja Daerah 2 APBD 3 Pembiayaan Daerah 4 21 Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah Perencanaan RPJMD RKPD PEDUM APBD o/ MDN KUA PPAS Nota Kesepakatan Pedoman Penyusunan RKA-SKPD o/ KDH RKA-SKPD Pelaksanaan Penatausahaan Rancangan DPA-SKPD DPA-SKPD Pelaksanaan APBD Penatausahaan Belanja Pendapatan Belanja • Penerbitan SPM-UP, SPM-GU, SPM-TU dan SPM-LS oleh Kepala SKPD • Penerbitan SP2D oleh PPKD Pembiayaan Laporan Realisasi Semester Pertama Penatausahaan Pembiayaan Evaluasi Raperda APBD oleh Gubernur/ Mendagri Perda APBD Evaluasi R P-APBD Oleh Gbrnr/MDN Perda P-APBD Laporan Keuangan Pemerintah Daerah • • • • LRA Neraca Lap. Arus Kas CaLK Laporan Keuangan diperiksa oleh BPK Raperda PJ Pel APBD Persetujuan Bersama (KDH + DPRD) • Dilakukan oleh PPKD setelah 3 hari RAPBD R P-APBD Pemeriksaan Disusun dan disajikan Sesuai SAP Penatausahaan Pendapatan • Bendahara penerimaan wajib menyetor penerimaannya ke rekening kas umum daerah selambat-lambatnya 1 hari kerja Verifikasi Pertgjwban Kekayaan dan Kewajiban daerah • • • • • • Kas Umum Piutang Investasi Barang Dana Cadangan Utang Akuntansi Keuangan Daerah 22 Evaluasi o/ Gubernur/MDN 15 hari 7 hari penyesuaian o/ Pemda Perda PJ Pel APBD 22 KEMENTERIAN DALAM NEGERI BAB VIII KEUANGAN DAERAH Pasal 155 Pada UU No. 32 Tahun 2004 1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah. 2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah di daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara. 3) Administrasi pendanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpisah dari administrasi pendanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagairnana dimaksud pada ayat (2). 23 KEMENTERIAN DALAM NEGERI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMERINTAH Pembinaan Pengawasan Mendagri K/L Binwas Umum Binwas Teknis PASAL 222 BINWAS Secara Nas. koordinasikan Mendagri Provinsi Gubernur sbg wakil Pem. Binwas umum & teknis (PP 19/2010 & PP 23/2011 Kab/Kota 24 KEMENTERIAN DALAM NEGERI Pasal 29 Pada Revisi UU N o . 3 2 Ta h u n 2 0 0 4 1) 2) 3) 4) Penyelenggara Pemerintahan Daerah memprioritaskan pelaksanaan Urusan Pemerintahan wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Pelaksanaan Urusan Pemerintahan wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada standar pelayanan minimal yang ditetapkan Pemerintah Pusat. Standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kapasitas keuangan daerah, kapasitas pegawai, dan ketersediaan sarana dan prasarana. Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan minimal diatur dengan Peraturan Pemerintah. 25 KEMENTERIAN DALAM NEGERI Pasal 32 Pada Revisi UU N o . 3 2 Ta h u n 2 0 0 4 (1) (2) (3) (4) Daerah berhak menetapkan kebijakan untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Daerah dalam menetapkan kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib mempedomani norma, standar, prosedur dan kriteria yang telah ditetapkan oleh kementerian dan lembaga pemerintah non kementerian. Dalam hal kebijakan daerah yang dibuat dalam rangka penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah tidak mempedomani norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh kementerian dan lembaga pemerintah non kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Pusat membatalkan kebijakan daerah dimaksud. Apabila dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3), kementerian dan lembaga pemerintah non kementerian belum menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria, maka penyelenggara Pemerintahan Daerah melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan 26 KEMENTERIAN DALAM NEGERI POKOK –POKOK PENGATURAN DALAM PP NOMOR 41 TAHUN 2007 1. 2. Dasar Pembentukan dengan Perda; Mempertegas Tupoksi Masing-Masing (Setda, Setwan, Inspektorat, Dinas, dan LTD, Kecamatan dan Kelurahan); 3. Kriteria dengan Variable Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Besaran APBD untuk menentukan jumlah SKPD; 4. Perumpunan Urusan yang diwadahi dalam bentuk Dinas dan LTD (Badan atau Kantor); 5. Pola dan Susunan Organisasi masing – masing SKPD; 6. Eselon; 7. Staf Ahli; 8. Perangkat Daerah Otonom Baru; 9. Perangkat Daerah yang memiliki istimewa dan khusus; 10. Lembaga Lain yang diamanatkan oleh Per-UU-an; 11. Pembinaan dan Pengendalian serta Evaluasi. 27 KEMENTERIAN DALAM NEGERI POKOK – POKOK PERMASALAHAN PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (PP NO. 41 TAHUN 2007) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Dasar Pembentukan dengan Peraturan Daerah (terjadi politisasi dalam pembentukan SKPD); Terjadi Pola Organisasi yang sama antar daerah (Provinsi dan Kab/Kota), tidak sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, potensi, dan karakteristik daerah; Perumpunan menyebabkan kesulitan dalam melakukan koordinasi dengan K/L dan kesulitan dalam menetapkan kompetensi pimpinan SKPD); Susunan Organisasi SKPD dibuat tidak berdasarkan hasil analisis beban kerja (ABK) dalam arti Pemda cenderung mengambil pola maksimal; Nomenklatur SKPD antar Prov/Kab/Kota sangat variatif; Eselon terpola secara nasional tanpa memperhatikan beban kerja (eselon Sekda Provinsi Babel dengan Provinsi Jawa Timur sama yaitu eselon Ib); Kriteria Variabel hanya menentukan jumlah SKPD yang terdiri dari jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah APBD; 28 KEMENTERIAN DALAM NEGERI POKOK – POKOK PERMASALAHAN PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (PP NO. 41 TAHUN 2007) Lanjutan.... 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Lembaga yang dibentuk berdasarkan amanah peraturan perundangundangan (Lembaga Lain) menyebabkan pembebanan APBD; Tidak mengatur pembentukan lembaga sesuai dengan karakteristik daerah (misalnya Bakorwil di Provinsi Jatim, Jateng dan Jabar ) serta Provinsi yang berkarakteristik kepulauan; Kelembagaan Daerah yang memiliki istimewa dan khusus (Khususnya Provinsi DKI Jakarta, mengingat Walikota/ Bupati Administrasi merupakan Jabatan karir struktural); Staf Ahli Kepala Daerah, tugas dan fungsi serta kewenangan yang tidak jelas; Belum ada Kriteria Pembentukan UPTD sehingga jumlahnya tidak terkendali; Sebagian kab/kota tidak melaporkan kepada Menteri Dalam Negeri dalam rangka pembinaan dan evaluasi; Pemberdayaan Kapasitas SKPD oleh K/L tidak diatur; Pemanfaatan Jabatan Fungsional belum optimal; Ketiadaan sanksi terhadap pelanggaran PP Nomor 41 Tahun 2007. 29 KEMENTERIAN DALAM NEGERI PROBLEMATIK 1. Makin dekat pelayanan dengan Kewenangan, makin sukses program KB? 2. Kalau tidak sukses, itu indikasi apa? 3. Komitmen? Kesungguhan yang rendah setelah diserahkan kepada daerah? 30 KEMENTERIAN DALAM NEGERI SOLUSI Politicalwill Pemerintah yang kuat dalam program pengendalian Penduduk & Keluarga Berencana, dengan : 1. memformat kembali disain hubungan kewenangan pusat & daerahdibidang pengendalian penduduk & keluarga berencana; 2. menjadikanpengendalian penduduk dan keluarga berencana menjadi urusan wajib pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasarpemerintahan (Perubahan PP No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan menjadi lampiran pada Revisi UU Ttg Pemda); 3. berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan Pemerintah Pusat dimana SPM mempertimbangkan : kapasitas keuangan daerah, kapasitas pegawai dan ketersediaan sarpras.SPM akan ditetapkan dengan PP; 31 KEMENTERIAN DALAM NEGERI SOLUSI (Lanjutan) : 4. 5. 6. 7. Daerah dalam menetapkan kebijakan pengendanlian kependudukan & keluarga berencana wajib mempedomani norma, standar, prosedur dan kriteria yang telah ditetapkan oleh kementerian dan lembaga pemerintah non kementerian; Dalam hal kebijakan daerah yang dibuat dalam rangka penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah tidak mempedomani norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh kementerian dan lembaga pemerintah non kementerian Pemerintah Pusat membatalkan kebijakan daerah dimaksud; Apabila dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, kementerian dan lembaga pemerintah non kementerian belum menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria, maka penyelenggara Pemerintahan Daerah melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan; Implikasi perubahan UU No. 32 Tahun 2004 akan berkorelasi dengan pembiayaan (kapasitas fiskal daerah) & kelembagaan (perubahan PP No. 41 Tahun 2007); 32 KEMENTERIAN DALAM NEGERI SOLUSI (Lanjutan) : 8. Penataan SKPD Provinsi harus pararel dengan penataan perangkat Gubernur, sebagai wakil pemerintah; 9. Revisi PP 41 tahun 2007 memperhatikan Revisi UU No. 32 Tahun 2004 & UU No. 5 Tahun 2014 Ttg ASN; 10.Pembentukan UPT Kementerian dan Lembaga dilakukan secara selektif dan harus mendapat rekomendasi Menteri Dalam Negeri selaku Ketua DPOD dan Koordinator Binwas Penyelenggaraan Pemda; 11.Pengangkatan Kepala UPT K/L harus mendapatkan rekomendasi dan dilantik oleh Gubernur. 33 KEMENTERIAN DALAM NEGERI Terima Kasih BKEMENTERIAN I O DDALAM ANEGERI TA Nama Tempat/Tgl. Lahir Agama Alamat Hp Email Pgkt/Gol./Ruang PENDIDIKAN 1987 1993 – 1994 1994 2007 2013 : : : : REYDONNYZAR MOENEK Padang, 14 Nopember 1962 Islam Kementerian Dalam Negeri Jl. Medan Merdeka Utara Nomor 7 Jakarta Pusat Tel/Fax: 021-3811101 : 0818710342 : [email protected] : Pembina Utama Madya (IV/d) : S1 Tugas Belajar pada UNIVERSITAS GADJAH MADA Yogyakarta Jurusan Ilmu Administrasi Negara. : S2 (Pasca Sarjana) pada ASIAN INSTITUTE Of MANAGEMENT (AIM) – Makati, Metro Manila, Phillippines. Master in Development Management (M. Devt. M) – Analyst Investasi, Keuangan, Desentralisasi Fiskal dan Public-Private Partnership Specialist. : “Exchange Program” between Asian Institute Of Management (AIM) Phillippines with Australian Universities, Australia. : Post Graduated (Candidate Ph.D) pada Local Autonomy College University of Tokyo Jepang, spesialis “Local Government & Regional Finance“. Disertasi: “Searching for the Equilibrium : Reformatting the National Integrity, Fiscal Decentralization Indonesia’s Cases “. : Kandidat Doktor Ilmu Pemerintahan pada Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung PENGALAMAN/PEKERJAAN Pengajar/Pengajar Tamu, Konsultan Lepas pd berbagai institusi bid. Ekonomi, Keu, Manajemen, & Desentralisasi Fiskal dalam dan luar negeri. Penyusun Modul berbagai Pelatihan / Pendidikan Ekonomi, Keuangan, dan Manajemen. Pembicara / Keynote Speakers / Organizer Seminar dalam dan luar negeri bidang Ekonomi, Politik, Keuangan, Manajemen & Desentralisasi Fiskal. Saksi Ahli Bidang Pemerintahan Daerah dan Keuangan Daerah. PENGHARGAAN Satyalancana Karya Satya 30 Tahun Penghargaan dalam bidang Environment Diplomacy Relation pada “the 10th Republic of Korea Environmental Culture Award”, di Seoul, Korea Selatan. Tahun 2012 “Elshinta Award Tahun 2012” sebagai the Most Favourite Jubir/Kapuspen berdasarkan Poling JABATAN 1. Direktur Administrasi Pendapatan dan Investasi Daerah, Direktorat Jenderal Bina Administrasi Keuangan Daerah (BAKD), Depdagri (2008 – 2010); 2. Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri/Kepala Pusat Penerangan (2010 – Juni 2013); 3. Staf Ahli Menteri Bidang Hukum, Politik, Dan Hubungan Antar Lembaga (Feb 2013 – Sekarang)