kebijakan publik

advertisement
AFFECTIVE FALLACY KONSEP
OTONOMI DAERAH
BERDASAR KONSTITUSI
Suatu Tinjauan Aksiologi
GATUT WIJAYA, SH.,M.Hum.
BAGIAN HUKUM SETDAKAB JOMBANG
BAB VI UUD NRI Tahun 1945

Pasal 18 ayat (1) “Negara
Kesatuan Republik Indonesia
dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan
Kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten, dan kota itu
mempunyai pemerintahan
daerah, yang diatur dengan
undang-undang.”
Pasal 18 ayat (2)
“Pemerintah daerah provinsi,
daerah Kabupaten, dan Kota
mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas
pembantuan.”
Dalam Pasal 18 ayat (3)
“Pemerintahan daerah provinsi,
daerah kabupaten, dan kota
memiliki Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang anggotaanggotanya dipilih melalui
pemilihan umum.”
Pasal 18 ayat (4)
”Gubernur, Bupati, dan Walikota
masing-masing sebagai
kepala pemerintah daerah
provinsi, kabupaten dan kota
dipilih secara demokratis.”
Pasal 18 ayat (5)
“Pemerintahan daerah
menjalankan otonomi seluasluasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh
undang-undang ditentukan
sebagai urusan Pemerintahan
Pusat.”
Pasal 18 ayat (6)
“Pemerintahan daerah berhak
menetapkan peraturan daerah
dan peraturan-peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi
dan tugas pembantuan.”
Pasal 18 ayat (7)
“Susunan dan tata cara
penyelenggaraan pemerintahan
daerah diatur dalam undangundang.”
Pasal 18A ayat (1)
“Hubungan wewenang antara
pemerintah pusat dan pemerintahan
daerah provinsi, kabupaten, dan
kota, atau provinsi dan kabupaten
dan kota, diatur dengan undangundang dengan memperhatikan
kekhususan dan keragaman
daerah.”
Pasal 18A ayat (2)
“Hubungan keuangan, pelayanan
umum, pemanfaatan sumber daya
alam dan sumber daya lainnya
antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan undangundang.”
Pasal 18B ayat (1) “Negara mengakui
dan menghormati satuan-satuan
pemerintahan daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang
diatur dengan undang-undang.”
18B ayat (2)
“Negara mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih
hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam
undang-undang.”
7 jenis undang-undang
1. Undang-undang pembentukan provinsi,
kabupaten dan kota;
2. Undang-undang urusan pemerintah pusat;
3. Undang-undang susunan dan tata cara
penyelenggaraan pemerintahan daerah;
4. Undang-undang hubungan wewenang
antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah provinsi, kabupaten,
dan kota, atau provinsi dan kabupaten dan
kota;
5. Undang-undang hubungan keuangan,
pelayanan umum, pemanfaatan sumber
daya alam dan sumber daya lainnya
antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah;
6. Undang-undang kekhususan dan
keistimewaan suatu pemerintahan daerah;
7. Undang-undang kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya.
PERBANDINGAN
UUD NRI TH 1945




Undang-undang urusan
pemerintah pusat (Psl 18
ayat (5)).
Undang-undang susunan
dan tata cara
penyelenggaraan
pemerintahan daerah (Psl
18 ayat (7)).
Undang-undang
hubungan wewenang
antara pemerintah pusat
dan pemerintahan daerah
(Psl 18A ayat (1)).
Undang-undang
hubungan keuangan,
pelayanan umum,
pemanfaatan sumber
daya alam dan sumber
daya lainnya antara
pemerintah pusat dan
pemerintah daerah (Psl
18A ayat (2)).
UUD NRI TH 1945
UU 32 TH 2004
Memuat seluruh materi yang
seharusnya dengan
undang-undang terpisah
PP No. 38 Tahun 2007
tentang tentang
Pembagian Urusan
Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota
(berdasar Pasal 14 ayat (3)
UU 32 2004)
PROBLEMATIKA
URUSAN
1.
2.
3.
4.
Oleh karena diatur dengan PP,
bukan UU, maka:
Kendali utama pada Pemerintah
Pusat;
DPR tidak dapat mengawasi
secara optimal;
Konflik Pusat dan Daerah
diselesaikan dengan kewenangan
Pusat yang bersifat mutlak;
Otonomi Daerah sulit terlaksana
sesuai anamat Konstitusi
SIMPULAN
1.
2.
bahwa Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, dalam praktek telah
menjadi bagian dari problematika
otonomi daerah, bukan suatu
rujukan untuk menyelesaiakan
masalah;
bahwa Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah telah menyedehanakan
masalah, dengan mengatur
seluruh jenis amanat konstitusi
dalam satu undang-undang.
Seharusnya ada banyak undangundang yang mengatur materi
yang berbeda menurut sifat
amanat delegatif dari konstitusi:
3.
4.
5.
bahwa kesatuan masyarakat hukum adat
(desa, kuwu, nagari atau nama lain) bukan
merupakan bagian dari daerah otonom.
Keberadaan secara geneologi tidak dapat
diubah seketika secara seragam menjadi
bagian dari pemerintah daerah.
bahwa politik anggaran pemerintah pusat
tidak berdasar konstitusi, pada satu sisi
beban penyelenggaraan pelayanan umum
ada pada pemerintah daerah, di sisi lain
pemerintah pusat selalu memberikan
arahan dalam porsi Dana Alokasi Khsusu.
Menurut konstitusi, pembagian
kewenangan pudat dan daerah harus jelas
dan tidak dikaikan dengan anggaran.
bahwa anamat pada BAB VI Pasal 18,
Pasal 18A dan Pasal 18B, perlu dilakukan
kajian lebih dalam. Amanat untuk
membentuk 7 jenis undang-undang dalam
pelaksanaan otonomi daerah segera
dilaksanakan. Artinya Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah perlu ditinjau lagi.
Download