47 PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION (PMR) DAN TERAPI MUSIK TERHADAP MUAL MUNTAH PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG DILAKUKAN KEMOTERAPI Effect of Progressive Muscle Relaxation and Music Therapy on Nausea and Vomiting in Breast Cancer Patient Undergoing Chemotherapy Dian Anggraini1* ; F. Sri Susilaningsih2 ; Anastasia Anna3 1 2,3 Program Studi Keperawatan, STIKep PPNI Jawa Barat, Indonesia Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia Alamat korespondensi :[email protected] ABSTRAK Progressive muscle relaxation dan terapi musik merupakan terapi komplementer yang dapat mengurangi mual muntah akibat kemoterap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh progressive muscle relaxation dan terapi musik terhadap mual muntah pada pasien kanker payudara yang dilakukan kemoterapi di Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Design penelitian adalah quasi experiment pre-post test with control group. Teknik pengambilan sampel dengan consecutive sampling yang terdiri dari 15 responden baik kelompok intervensi maupun kontrol. Mual, muntah dan retching pada kedua kelompok diukur selama 7 hari setelah pemberian agen kemoterapi. Untuk menguji perbedaan rata-rata skor postest mual dan retching pada kelompok kontrol dan intervensi menggunakan uji T tidak berpasangan sedangkan perbedaan rata-rata skor postest muntah menggunakan uji Mann Whitney. Hasil penelitian membuktikan bahwa kombinasi PMR dan terapi musik dapat diberikan oleh perawat untuk mengurangi mual muntah pada pasien kanker payudara yang mendapatkan kemoterapi(p value< 0,05). Kata Kunci :Antiemetik, Kanker payudara, Kemoterapi, Progressive Muscle Relaxation, Terapi Musik. ABSTRACT Progressive muscle relaxation with music therapy consider as an alternatif to decrease nausea and vomiting due to chemoterapy. This study aimed to identify the effect of progressive muscle relaxation and music therapy on nausea vomiting in breast cancer patients undergoing chemoterapy at University Padjadjaran Teaching Hospital in Bandung. Design research used a quasi-experiment pre-post test with control group. The sampling technique was concequetive sampling recruited 15 respondents for each intervention and control group. Nausea, vomiting and retching in both groups were measured in 7 days after administration of a chemotherapeutic agent..Differences in mean posttest scores of nausea and retching in the control and intervention groups were tested by unpaired t-test while the average difference of vomiting posttest scores tested by the Mann Whitney test. This study showed that combination of PMR and music therapy can be given by nurse to reduce nausea and vomiting of breast cancer patients who undergoing chemoterapy(p value < 0,05). Keywords: Antiemetics, Breast Cancer, Chemotherapy, Music Therapy, Progressive Muscle Relaxation Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 47 48 dehidrasi, kurang nafsu makan, dan gangguan PENDAHULUAN Salah satu jenis kanker yang umum terjadi keseimbangan cairan elektrolit. pada wanita yaitu kanker payudara. Kanker payudara yang memberikan dialami pengalaman seorang stres wanita baik fisik Pengkajian perawat sebelum pelaksanaan kemoterapi merupakan kunci utama penanganan mual muntah.Pengetahuan perawat tentang maupun psikologis. Hal tersebut dikarenakan pengelolaan mual muntah dan penggunaan payudara dan terapi farmakologi dapat menurunkan frekuensi ada mual merupakan kebanggaan dari organ setiap vital wanita, jika muntah (Corner dan Bailey, gangguan yang terjadi pada payudaranya maka 2008).Pemberian antiemetik masih merupakan kebanggan tersebut akan hilang. terapi Modalitas farmakologi yang efektif untuk terapi dalam penanganan mengontrol mual muntah setelah kemoterapi. lain operasi, radioterapi, Walaupun pemberian antiemetik ini tidak kemoterapi, dan terapi biologis, serta terapi menjamin keluhan mual muntah sama sekali lainnya.Terdapat beberapa efek samping dari tidak dirasakan oleh pasien. kanker antara kemoterapi, baik efek samping jangka pendek, Mundy, Du Hamel, Montgomery (2003) immediate, dan panjang sehingga perawatan mengemukakan pasien dan efek samping dari pengobatan farmakologi, terdapat intervensi nonfarmakologi kanker menjadi masalah yang lebih dipikirkan yang sangat menjanjikan untuk mengurangi efek pasien daripada proses penyakit kanker itu kemoterapi. sendiri (Corner dan Bailey, 2008). mengemukakan ada beberapa terapi adjuvant bahwa selain intervensi Pieszak (2011) Efek samping seperti mual muntah hampir (pendamping) yang disarankan sebagai terapi dialami lebih dari 30% pasien kemoterapi dan pendamping terapi medis meliputi, akupuntur, hal ini lebih jauh menyebabkan kecemasan, akupresur, depresi dan ketidakefektifan terapi yang sering behavioralyang meliputi progressive muscular menimbulkan ketegangan secara fisik dan psikis relaxation, imagery guideance dan terapi musik. pada pasien (Mustian, Jeane Piere, 2008). Tindakan nonfarmakologi sangat bermanfaat Disamping apabila dikombinasikan dengan antiemetik. itu, kemoterapi gangguan/kerusakan pada menyebabkan mukosa psikoeducational, dan terapi usus Diantara beberapa teknik relaksasi yang sehingga akan mengeluarkan serotonin (5-HT3) tersedia, progressive muscle relaxation (PMR) sehingga VC terstimulasi (Corner dan Bailey, merupakan salah satu teknik relaksasi yang 2008). Jika efek samping dari mual muntah mudah dan sederhana serta sudah digunakan tidak tertangani maka akan menyebabkan secara luas. Hasil kerja PMR mengakibatkn Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 48 49 perubahan pada sistem saraf simpatis meliputi lainnya.Pada penelitian ini terapi PMR akan perubahan fungsi neuroendokrin, penurunan dikombinasikan dengan terapi musik dengan nadi dan tekanan darah dan tonus otot tetapi maksud mecapai dasar terapi body and mind. berdasarkan penelitian Choi (2010), tindakan Terapi PMR difokuskan pada relaksasi body PMR (otot-otot tubuh) dan terapi musik dimaksudkan saja tanpa dikombinasikan dengan mind theraphy tindakan lain dipersepsikan pasien sebagai sebagai tindakan memfokuskan pada tujuan dilakukanya relaksasi yang menghabiskan tenaga dan tubuh terapi pendamping lain untuk dikombinasikan umum.Penggunaan PMR akan lebih efektif jika dengan PMR, salah satunya adalah terapi musik. didukung posisi pasien yang nyaman, pikiran merupakan tehnik relaksasi lebih membutuhkan kalori. Maka dari itu dipelukan Musik dan untuk pikiran secara intervensi yang fokus, dan lingkungan yang kondusif. nonfarmakologi yang aman, noninvasif, dan Terapi musik dapat digunakan sebagai sarana tidak memiliki efek samping. Musik dapat juga untuk mendukung terapi PMR dikarenakan memberikan rangsangan kepada saraf simpatis musik dan parasimpatis yang dapat memberikan pendengarnya respon relaksasi.Musik dapat menjadi pengalih stressor, menghasilkan efek fisiologis berupa perhatian yang efektif dalam manajemen mual penurunan denyut nadi, dan peningkatan beta muntah (Ezzone, 1998). Efektifitas musik endorfin. Hal tersebut mengakibatkan pasien sebagai alat terapi akan terjadi jika terapis dapat mengalami kondisi relaksasi lebih dalam memiliki ketrampilan yang memadai dalam sehingga keluhan mual muntah menurun. memilih jenis musik yang paling tepat sebagai memiliki keuntungan teralihkan Rumah Sakit dari dimana experimental Pendidikan Unpad pilihan.Pada beberapa penelitian dianjurkan merupakan rumah sakit rujukan Jawa Barat memilih musik untuk relaksasi dengan tempo untuk sekitar 60-80 ketukan/menit, menggunakan wawancarayang irama yang tenang,dan sebaiknya tidak ada lirik, didapatkan data bahwa jumlah pasien kanker hal payudara ini mengacu musik yang diberikan tindakan yang kemoterapi. dilakukan Pada pada melaksanakan saat perawat kemoterapi hendaknya mengikuti kecepatan rerata detak berkisar 200 orang setiap bulan dimana 90% jantung manusia (Schou, 2007). diantaranya mengalami mual muntah setelah Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat kemoterapi.Antiemetik diberikan pada saat disimpulkan bahwa terapi non farmakologi premedikasi, postmedikasi, dan saat pasien dapat pulang. diberikan secara tunggal atau dikombinasikan dengan terapi non farmakologis Walaupun obat antiemetik sudah diberikan, pasien tetap merasakan mual mutah Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 49 50 dan tindakan mandiri perawat di ruangan hanya menguji hubungan sebab akibat (Polit & Beck, menganjurkan pasien untuk minum air teh 2006). manis hangat. tergantung dari luasnya efek/akibat nyata dari Beberapa kemoterapi pasien yang memutuskan menjalani untuk tidak Kekuatan untuk mencapai tujuan treatment eksperimen (variabel independen) yang dapat dideteksi dengan pengukuran melanjutkan siklus kemoterapinya, dikarenakan variable dependen, dimana quasi experiment mual setelah melakukan perlakuan pada variabel independen. pelaksanaan kemoterapi sebelumnya. Terdapat Perlakuan terhadap subjek dilakukan oleh 30% muntah yang dialaminya dari total pasien yang melakukan peneliti kemoterapi per tiap kemoterapi yang mengalami dengan sengaja dan siklus pemberian kemudian dinilai pengaruhnya. terencana, kemunduran Adapun rancangan penelitian yang akan jadwal kemoterapi yang diakibatkan oleh efek digunakan pada penelitian ini yaitu quasi mual muntal kemoterapi sebelumnya. Oleh experiment pre and post test with control group karena hal tersebut, menyebabkan kondisi fisik yaitu suatu rancangan yang melibatkan satu pasien pasien kelompok subyek serta melakukan pengkaijan mendapatkan perawatan di rumah sakit untuk sebelum dilakukan pemberian intervensi yang perbaikan kondisi memungkinkan membaik baru menurun dan akhirnya umum, setelah dilanjutkan kondisi kemoterapi berikutnya. Maka menguji perubahan- perubahan yang terjadi setelah dari itu, diperlukan tindakan Populasi kanker payudara yang mendapatkan kemoterapi dapat adanya intervensi (Polit and Beck, 2004). penunjang berupa terapi komplementer pada pasien peneliti seperti kombinasi progressive Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang di diagnosa kanker muscle relaxation dan terapi musik yang dapat payudara yang menjalani kemoterapi di Rumah membantu menurunkan mual dan muntah akibat Sakit Pendidikan Unpad Bandung. kemoterapi. Sampel Penelitian Teknik METODE Rancangan penelitian yang akan penelitian pengambilan ini sampel menggunakan dalam consecutive digunakan dalam penelitian ini adalah desain sampling yaitu pengambilan sampel dengan quasi eksperiment. Disain quasi experiment mengambil semua subjek merupakan disain penelitian yang bertujuan memenuhi kriteria yang Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 yang sesuai ada dan dengan 50 51 penelitian dalam kurun waktu tertentu hingga terhadap mual muntah akut akibat kemoterapi jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi. pada pasien kanker, dengan standar deviasi 8,68 Penelitian ini akan diakhiri setelah jumlah dan perbedaan rata-rata 62 n = (8,68)2 (1,96 + 0,84)2 sampel yang diinginkan tercapai. Perhitungan hasil (6,2)2 perhitungan menggunakan uji hipotesis beda = 15,36 → 15 besar sampel rata-rata minimal berdasarkan berpasangan dengan derajat Dengan menggunakan rumus koreksi kemaknaan 5%, kekuatan uji 95% dan uji besar sampel, didapatkan hasil besar sampel hipotesis dua sisi (Ariawan,1998) : sebanyak 15,36 dan dibulatkan menjadi 15 = 2 Keterangan rumus : Z1- ( − + orang : Standar normal deviasi (1,96) : Standar normal deviasi untuk (0,842) 1 : Nilai mean kelompok control yang didapat dari literature : Nilai mean kelompok intervensi 1-2 :Beda mean yang bermakna secarfa klinik antara kedua kelompok : Estimasi standar deviasi dari beda mean kedua kelompok 30 orang dengan 15 : Estimasi varian kedua kelompok berdasarkan literature dihitung + kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan Sugiyono (2009) yang menyebutkan bahwa minimal penelitian quasi eksperimental minimal 10 untuk masing-masing kelompok. Pada saat pengumpulan data, peneliti memperoleh jumlan masing kelompok. Responden yang terlibat dalam penelitian ini tidak ada yang mengalami drop out pada saat pengumpulan data, sehingga responden pada penelitian ini berjumlah 15 orang untuk masing-masing kelompok (kelompok kontrol dan intervensi). berdasarkan literature,,l, dengan rumus ½ ( yang responden sebanyak 15 orang untuk masing- Dengan standar deviasi 2 sampel orang kelompok intervensi dan 15 orang Z1- sehingga digunakan adalah total ) /2 2 responden ) Berdasarkan rumus diatas, dan merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Syarif Adapun yang menjadi kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah : 1. pasien kanker payudara yang melakukan kemoterapi di Rumah Sakit Pendidikan Unpad Bandung; 2. (2009) tentang pengaruh terapi akupresure Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 mendapat obat – obat untuk kemoterapi berupa FAC (5-Fluorourasil, Doxorubicin, Cyclophosphamide) 51 52 3. mendapat obat antiemetik sebelum (ranitidin, ondansetron, dexamethason) dan variable terikatnya adalah mual muntah pada pasien pasca kemoterapi. setelah (metoclorpramide dan ranitidin) kemoterapi 4. 5. Alat Pengumpulan Data memiliki pendengaran yang baik pasien Alat pengumpulan data yang digunakan menyukai musik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : berada dalam rentang tidak cemas, cemas 1. Kuesioner, digunakan untuk mengumpulkan ringan, dan sedang data terkait karakteristik responden yaitu usia 6. dapat menulis dan membaca dan siklus kemoterapi. 7. pasien 8. dalam kondisi sadar, dapat 2. Anxiety,sebelum memiliki support sistem yang baik, yaitu : data responden pada kelompok kontrol dan dukungan intervesi, keluarga/orang terdekat, 4. dilakukan terlebih pengumpulan dahulu dilakukan lingkungan yang mendukung (memiliki pemeriksaan tingkat kecemasan. Pengukuran ruangan/kamar sendiri) untuk melakukan tingkat terapi. menggunakan Hamilton rating scale for Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah anxiety (HAM-A). kecemasan pada penelitian ini 3. Instrumen Rhodes Index Nausea Vomiting & mengalami penyakit lain yang berkaitan Retching (INVR) digunakan untuk mengukur dengan gangguan pencernaan; variabel mual, retching dan muntah yang mendapatkan terapi kanker selain farmakoterapi yang diberikan; 3. Hamilton Rating Scale for berorientasi pada orang, tempat dan waktu : 1. 2. Instrumen terdiri dari delapan pertanyaan. 4. Gelas ukur berukuran 500 cc, digunakan responden dalam keadaan cemas berat atau untuk panik; dimana gelas ukur ini diberikan keapada telah metastase ke organ-organ vital seperti responden jantung, paru-paru, dan otak. Variabel mengukur banyaknya muntahan, 5. MP3 palyer dengan merk M-Tech, digunakan untuk memberikan terapi, didalamnya Penelitian ini menggunakan satu variable berisikan instruksi PMR bersamaan dengan bebas dan satu variable terikat.Variabel bebas musik. Terdapat empat musik sehingga dalam penelitian ini adalah terapi progressive responden mucle relaxation dan terapi musik, sedangkan disukainya Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 dapat memilih musik yang 52 53 6. Headphone dengan tipe YC-218 MV, digunakan di telinga responden. HASIL Penelitian dilakukan di lantai 3 ruang kemoterapi RSP Unpad Bandung. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 30 April – 17 Juni 2. Analisa Bivariat a. Perbedaan rata-rataskor pretest dan postest mual, retching, dan muntah pada kelompok kontrol Tabel 1.2 Perbedaan rata-rata skor pretest dan postestmual, retching, dan muntah pada kelompok kontrol 2014 dengan total sampel 15 responden sebagai No Variabel kelompok kontrol dan 15 responden sebagai 1 Skor Mual kelompok intervensi. Hasil penelitian disajikan 2 dalam bentuk tabel dan narasi sebagai berikut: 3 Skor Retching Skor Muntah yang didasarkan pada hasil analisis univariat dan bivariat. Pengukuran Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest Berdasarkan Ratarata 3,807 4,096 1,949 2,019 3,210 3,430 SD Pvalue 0,785 0,925 0,421 0,497 0,733 0,996 0,027 0,622 0,136 tabel 1.2, pada kelompok kontrol, tidak terdapat perbedaan rata-rata skor Analisa Univariat a. Karakteristik responden retching dan muntah, Tabel 1.1 Karakteristik Responden Terdapat perbedaan rata-rata mual, hal tersebut Karakteristik Umur Siklus Kemoterapi Pendidikan Riwayat Pekerjaan Status Pernikahan Rerata Min-Max Ke-2 Ke-3 Ke-4 Tidak Sekolah SD/Sederajat SMP/Sedejrajat SLTA/Sederajat S1 S2 Tidak Bekerja IRT Guru Dosen Menikah Belum Menikah Kelompok Kontrol (n=15) Jumlah % 44,27 32-59 6 40 4 26,7 5 33,3 0 0 6 40 5 33,3 4 26,7 0 0 0 0 0 0 15 100 0 0 0 0 15 100 0 0 value memiliki nilai lebih besar dari Kelompok intervensi (n=15) Jumlah % 42,47 28-54 10 66,7 4 26,7 1 6,7 0 0 5 33,3 4 26,7 4 26,7 1 6,7 1 6,7 0 0 13 86,7 1 6,7 1 6,7 15 100 0 0 Nilai p 0,543 0,160 0,699 0,343 1,00 dari menunjukkan bahwa Uji homogentis pada semua karakteristik responden (0,05). (0,05). b. Perbedaan rata-rata skor pretest dan postest mual, retching, dan muntah pada kelompok intervensi Tabel 1.3 Perbedaan rata-rata skorpretest dan postest mual, retching, dan muntah pada kelompok intervensi 1 1.1 p dibuktikan p value memiliki nilai lebih kecil No Tabel hal ini dibuktikan 2 3 setara antara kelompok kontrol dan intervensi. Variabel Pengukuran Skor Mual Skor retching Skor muntah Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest Ratarata 3,603 3,107 2,020 1,489 2,997 2,570 SD Pvalue 0,817 0,947 0,643 0,569 0,918 0,825 0,003 0,001 0,020 Berdasarkan tabel 1.3, pada kelompok intervensi, terdapat perbedaan rata-rata skor pretest dan postest mual, retching dan muntah, Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 53 54 hal ini dibuktikan p value pada semua variabel lebih kecil dari (0,05). c. Perbedaan Rata-rata Skor Pretest Mual, Retching, Muntah Antara Kelompok Kontrol dan Intervensi Tabel 1.4: Perbedaan Rata-rata Skor Pretest Mual, Retching, Muntah Antara Kelompok Kontrol dan Intervensi No Variabel 1 Skor Mual 2 Skor Retching Skor muntah 3 Kelompok Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol Ratarata 3,603 3,807 2,020 1,949 2,997 3,210 SD Pvalue 0,817 0,785 0,643 0,421 0,918 0,733 0,491 0,290 terdapat perbedaan rata-rata skor pretest mual, retching, dan muntah pada kelompok kontrol dan intervensi, hal ini dibuktikan pvalue pada semua variabel lebih besar dari (0,05). d. Perbedaan rata-rata skor postest mual, retching, dan muntah antara kelompok kontrol dan intervensi Tabel 1.5: Perbedaan rata-rata skor postest mual, retching, dan muntah antara kelompok kontrol dan intervensi Variabel 1 Skor Mual 2 Skor Retching Skor muntah 3 Kelompok Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol Ratarata 3,603 4,096 1,489 2,018 2,570 3,430 Tabel 1.6: Perbedaan selisih rata-rata skor mual, retching, dan muntah pada kelompok kontrol dan intervensi. No Variabel 1 Skor Mual 2 Skor Retching Skor muntah 3 SD Pvalue 0,817 0,925 0,569 0,497 0,825 0,996 0,007 0,011 0,018 Pada tabel 1.5 didapatkan perbedaan rata- Kelompok Ratarata 0,496 -0,289 0,531 -0.069 0,427 -0,220 Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol SD Pvalue 0,530 0,453 0,475 0,532 0,582 0,517 0,000 0,004 0,003 Pada tabel 1.6 menunjukkan adanya 0,722 Pada tabel 1.4 didapatkan bahwa tidak No e. Perbedaan selisih rata-rata skor mual, retching, dan muntah pada kelompok kontrol dan intervensi perbedaan yang bermakna selisih rata-rata mual, retching, dan muntah pada kelompok kontrol dan intervensi, hal ini dibuktikan pvalue pada semua variabel lebihkecil dari memiliki nilai (0,05). PEMBAHASAN Pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh PMR dan terapi musik terhadap mual muntah pada pasien kanker payudara yang dilakukan kemoterapi. Hal ini diperkuat di dalam tabel 4.6 dengan adanya perbedaan rata-rata mual (p=0,003), retching (p=0,001), muntah (p=0,020) sebelum dan setelah PMR dan terapi musik pada kelompok intervensi. Hasil uji statistik yang memperlihatkan adanya perbedaan selisih ratarata mual, retching, dan muntah pada kelompok rata skor postest mual, retching, dan muntah intervensi pada kelompok kontrol dan intervensi, hal ini memberikan dibuktikan semua variabel pengaruh PMR dan terapi musik terhadap mual (0,05). muntah pada pasien kanker payudara yang pvalue pada memiliki nilai lebih kecil dari Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 dan kontrol gambaran pada semakin tabel 4.7 kuatnya 54 55 dilakukan kemoterapi. Pada penelitian ini juga, menurunkan kondisi relaksasi dilaporkan oleh responden Temuan setelah diberikan PMR dan terapi musik. penurunan nadi, dan frekuensi pernafasan. Lee Keadaan ini berbanding lurus dengan laporan et all (2012) melakukan penelitian pengaruh responden tentang penurunan keluhan mual PMR dan terapi musik terhadap kecemasan dan muntah. Cooke (2013) menyatakan bahwa relaksasi kondisi penurunan elektroensefalogram (EEG). Hasil penelitian aktivitas physiological arousal yang dapat menyatakan bahwa PMR dan terapi musik secara langsung mengurangi kecemasan dan berhubungan aktivasi tonus otot yang memberikan efek kecemasan dan kondisi relaksasi. Data EEG terhadap penurunan mual muntah. menunjukkan relaksasi menyebabkan lain kecemasan dan meliputi sesak penurunan menggunakan signifikan bahwa nafas. sistolik, pengukuran dengan adanya penurunan peningkatan Robb (2000) melakukan penelitian untuk gelombang posterior theta (3,5-7,5 Hz) dan membandingkan efek dari empat jenis intervensi penurunan gelombang mid frontal beta 2 (20 – yaitu musik yang dikombinasikan dengan PMR, 29, 5 Hz). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi PMR saja, mendengarkan musik saja, dan relaksasi dicapai oleh pasien. keadaan diam terhadap kecemasan dan kondisi Kondisi relaksasi yang dilaporkan dari relaks. Hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata beberapa penurunan kecemasan dan relaksasi yang paling diakibatkan oleh aktivitas syaraf parasimpatis. tinggi yang Kerja syaraf ini mempengaruhi berbagai macam ini kerja sistem dalam tubuh yang meliputi sistem dikombinasikan gastrointestinal, endokrin, integumen, sirkulasi, pada kelompok dikombinasikan menunjukkan dengan musik musik PMR. yang Hal penelitian diatas satunya dengan PMR efektif untuk menurunkan tingkat reproduktif, kecemasan dan mencapai kondisi relaksasi Fungsi maksimal. mengurangi kerja dari berbagai sistem tubuh disampaikan Hasil oleh penelitian Pelletierr yang (2004) senada yang seperti perkemihan salah syaraf penurunan dan penglihatan. parasimpatis cenderung nadi, pernafasan, dan menyatakan terapi musik yang dikombinasikan motilitas saluran pencernaan (Ellis & Thayer, dengan 2010). Hesketh (2008) menjelaskan bahwa relaksasi secara signifikan dapat menurunkan aktivitas physical arousal. Singh et all (2009) melakukan penelitian untuk mengevaluasi efek penurunan pada syaraf vagal abdominal oleh aktivasi parasimpatis dapat menghambat musik dan PMR rangsang pada syaraf aferen untuk memberikan terhadap kondisi relaksasi. Hasil penelitian sinyal pada batang otak bagian belakang untuk didapatkan bahwa musik dan PMR efektif untuk terjadinya mual dan muntah. Hal tersebut Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 55 56 menghambat ikatan berbagai macam reseptor walaupun sudah diberikan terapi antiemetik. yang dapat mengakibatkan mual muntah yang Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang meliputi dilakukan oleh Roscoe, Morrow, Hickok, Sterm 5hydroxytryptamine3 neurokinin-1, cholecystokinin-1 yang (2000) untuk melihat keefektifan antiemetik terletak pada ujung terminal syaraf vagal aferen. 5HT3 antagonis terhadap mual muntah akibat PMR dan (5-HT3), diberikan untuk memperoleh kemoterapi, hasilnya didapatkan bahwa dengan relaksasi sedangkan musik sangat berguna untuk menggunakan kepentingan distraksi dan membuat responden penurunan episode muntah setelah kemoterapi, lebih terlibat dan merasakan aktivitas yang tetapi tidak untuk frekuensi dan rata-rata skor diberikan kepadanya yaitu PMR. Distraksi dan durasi relaksasi adalah proses yang berbeda tetapi merupakan antiemetik yang secara signifikan mempunyai efek kognitif yang sama. PMR dan menurunkan muntah setelah kemoterapi tetapi terapi musik merupakan intervensi behavioural durasi dari mual masih mengalami peningkatan. yang dapat mencapai membantu responden untuk relaks. Walaupun terdapat 5HT3 antagonis Warr, Hesketh, dan Gralla et al (2005) melakukan penelitian untuk membandingkan menurunkan mual muntah dikarenakan adanya efektifitas pemberian aprepitant pada protokol respon tension dan relaks. Kontraksi isometrik penanganan mengaktivasi golgi tendon organ sehingga kemoterapi. Agen antiemetik tersebut diberikan relaksasi dapat dicapai (reverse innervation) dan sesuai dengan dosis dan waktu yang telah ketegangan otot menurun. Hal itu terjadi karena ditetapkan. Kelompok intervensi sejumlah 438 adanya pelepasan adhesi yang terdapat dalam pasien diberikan terapi menggunakan aprepitan, intermiofibril dan tendon. Kontraksi isometrik ondansentron dan dexametason, sedangkan pada yang dilakukan selama 9 detik mampu kelompok karena diberikan relaksasi PMR mual. antagonis dapat memperoleh kondisi 5HT3 maksimal mual muntah kontrol pasien sejumlah placebo, dengan 428 ondansentron pasien dan mekanisme reverse innervation tadi. Proses dexametason. relaksasi yang diikuti ekspirasi maksimal akan bahwa memudahkan perolehan pelemasan otot dan muntah pada pasien meskipun masih ada pasien pelepasan adhesi yang optimal pada jaringan yang ikat otot (Silbernagl, 2009). kemoterapi. Hasil penelitian menunjukan aprepitan efektif untuk mengurangi mengalami periode Pada muntah kelompok setelah intervensi Pada penelitian ini juga menunjukkan didapatkan hasil tidak ada periode muntah rata-rata skor mual, retching, dan muntah pada selama 120 hari 50.8% dan sisanya masih kelompok terdapat periode muntah sebesar 49,2%. Pada kontrol mengalami peningkatan Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 56 57 kelompok kontrol didapatkan hasil tidak disebabkan oleh stimulasi CTZ oleh agen adriamycin, terdapat periode muntah selama 120 hari kemoterapi.FAC sebesar 42.5% dan sisanya melaporkan adanya doxorubicyn, periode muntah sebesar 57.5%. Hasil penelitian merupakan juga menyebutkan bahwa pada kelompok Grunberg dan Ireland (2005) mengungkapkan intervensi melaporkan tidak ada atau minimal bahwa agen kemoterapi yang diberikan secara dampak mual muntah terhadap kehidupan sehari kombinasi mempunyai potensi meningkatkan sehari sebesar 63.5% dan sisanya melaporkan mual muntah akibat kemoterapi. Pertimbangan adanya terhadap potensi muntah pada agen kemoterapi harus sehari – hari sebesar 36.5%. dipertimbangkan pada pasien yang diberikan dampak kehidupan mual muntah Meskipun temuan agen antiemetik tersebut telah (florouracil, chyclosphosphamid) agen kemoterapi juga kombinasi. agen kemoterapi kombinasi. berkembang dengan pesat, namun muntah yang Pada peneliti ini juga didapatkan bahwa tidak terkontrol dan pengontrolan mual yang responden baik pada kelompok kontrol dan tidak adekuat masih menjadi masalah utama intervensi berada pada siklus kemoterapi yang pada ke2,3 dan 4.Grunberg dan Ireland (2005) pasien kanker dengan kemoterapi (Hesketh, 2008). mengungkapkan bahwa mual muntah akibat Mual dan muntah yang dialami oleh kemoterapi dipengaruhi oleh siklus kemoterapi, seluruh responden dalam penelitian ini tidak semakin tinggi siklus kemoterapi biasanya mual terlepas dari adanya efek samping yang muntah semakin hebat. ditimbulkan oleh 5-Fluorourasil, Doxorubicin, Cyclophosphamide. Hasil kajian terhadap obat kemoterapi menunjukkan merupakan obat cyclophosphamide muntah adalah karakteristik pasien. Karakteristik pasien terdiri dari pengalaman mual muntah sebelumnya, jenis kelamin, usia menimbulkan efek mual dan muntah pada dibawah 65 tahun, dan riwayat penggunaan penggunanya yaitu sekitar 60-90%, sedangkan alkohol (Grunberg dan Ireland, 2005). 5-Fluorourasil dan Doxorubicin mempunyai penelitian potensi yang sedang dalam menimbulkan efek pengalaman mual mual Grunberg (2009) muntah yaitu yang mual sering dan kemoterapi Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya sekitar 30-60% ini, 100% responden muntah, Pada memiliki Hawkins menyatakan dan bahwa (Abulmuthalib 2006). Obat-obat tersebut dapat pengalaman mual muntah akibat kemoterapi mempengaruhi Chemoreceptor Trigger Zone sebelumnya memiliki resiko terjadinya CINV. (CTZ).Muntah yang terjadi pada pasien yang mendapat kemoterapi diduga terutama Bergkvist melakukan Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 dan penelitian Wengstorm untuk (2006) mendapatkan 57 58 pengertian yang lebih mendalam pada gejala Molassiotis, Yung, Yam, Chan, dan Mok mual dan muntah pasien dengan kemoterapi (2001) melakukan penelitian dengan responden serta konsekuensinya pada kehidupan sehari – pasien yang didiagnosa kanker payudara. Rata- hari pasien. Hasil penelitian ini menegaskan rata usia adalah 45,03 tahun dengan rentang usia bahwa pasien 30-59 tahun. McPherson, Steel, dan Dixon mempengaruhi selama perawatan kemoterapi (2000) melakukan riset pada pasien kanker dan dapat menentukan pengambilan keputusan payudara yang meliputi epidemiologi, faktor mengenai perawatan mual muntah pasien pada resiko, dan genetik. Riset ini menyatakan bahwa perawatan yang akan dilalui kedepan. Hal terjadi satu juta kasus baru kanker payudara di tersebut senada dengan pernyataan Molassiotis, dunia setiap tahunnya. Untuk setiap 1000 wanita Yam, Yung, Chan dan Mok (2002) yang dengan usia 50 tahun, dua diantaranya akan menyatakan bahawa peran penanganan awal didiagnosa kanker payudara dan 15 orang perawatan mual muntah dapat menyebabkan lainnya telah didiagnosa kanker payudara pengelolaan mual muntah akibat kemoterapi sebelum usia 50 tahun. Insiden kanker payudara lebih efektif. meningkat dengan bertambahnya usia, dan pengalaman Pada mual penelitian usia meningkat dua kali lipat setiap 10 tahun setelah responden 28-59 tahun, dengan pengkategorian menapause. Rentang usia insidensi kanker usia yaitu dewasa awal (18-40tahun) dan payudara yang ditemukan pada penelitian ini (41-60 tahun). Rhodes adalah 25 - 85 tahun dengan puncak kejadian dewasa madya ini, muntah rentang dan McDaniel (2007) mengungkapkan bahwa kanker payudara pada usia 35 - 45 tahun. pasien yang lebih tua cenderung lebih bisa Beberapa dekade terakhir kejadian kanker mentoleransi agen kemoterapi daripada yang semakin meningkat dari berbagai kalangan usia. lebih muda. Perbandingan dua grup pasien Insidensi kanker payudara secara umum terjadi (lebih muda dari 65 tahun dan lebih tua dari 65 pada usia dewasa madya. LeMone & Burke tahun) (2008) menjelaskan bahwa kanker pada usia dengan kanker payudara yang mendapatkan agen kemoterapi yang sama, yang didapatkan hasil bahwa pasien yang lebih muda dipengaruhi oleh berbagai hal yang diantaranya dari 65 tahun melaporkan tingginya mual, berkaitan dengan proses menua, perubahan retching, muntah dan tidak jarang pasien yang status imunologi, durasi paparan dari zat-zat berusia 50 tahun yangmengandung atau yang lebih muda mengalami mual, retching, muntah antisipatori. lebih tua dapat juga karsinogen, terjadi dan perubahan hormonal. Yancik, et all (2001) menyatakan bahwa wanita postmenapause dengan usia 55 Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 58 59 tahun atau lebih mempunyai insidensi terkena lebih di toleransi oleh pasien. Rasa makanan kanker payudara sebesar 66% dan mempunyai yang pedas, sangat asin dan berlemak juga harus angka kematian akibat kanker payudara sebesar dihindari 77%. menghindari mual dan muntah. Seluruh responden pada penelitian ini bagi Hawkins pasien dan kemoterapi Grunberg untuk (2009) adalah perempuan. Rhodes dan McDaniels menjelaskan bahwa perawat di bangsal onkologi (2007) kelamin mempunyai peran penting dalam menangani perempuan lebih mudah untuk terjadinya mual efek kemoterapi yang tidak menguntungkan dan muntah akibat kemoterapi daripada pada bagi pasien. Pengkajian yang lebih akurat jenis kelamin laki – laki karena adanya riwayat sebelum kehamilan. Wanita yang mengalami mual mendukung pemberian agen antiemetik yang muntah saat hamil lebih berdampak terhadap tepat. Komunikasi yang lebih efektif dengan agen kemoterapi dan lebih mudah untuk pasien mengalami mual muntah. penatalaksanaan pada penanganan efek – efek menyatakan bahwa jenis Hal tersebut senada dengan pernyataan Grunberg dan Ireland dapat merugikan antiemetik meningkatkan akibat dapat hasil kemoterapi. yang Menyempatkan waktu untuk mengkaji tentang mengungkapkan bahwa sedikit sekali wanita tingkat pendidikan, kemampuan bahasa, usia, yang dapat mengontrol mual muntah daripada latar belakang budaya dan harapan – harapan laki-laki, dengan perbedaan tingkat keparahan pasien dapat memperbaiki komunikasi serta antara 20%-30%. Alasan lain yaitu, wanita tujuan dari perawatan. Standar operasional seringkali mendapatkan terapi kombinasi yang penanganan mual muntah akibat kemoterapi beresiko terhadap tingginya kejadian mual sangat penting dimiliki oleh institusi pelayanan muntah laki-laki kesehatan. Apabila hal tersebut belum tersedia, sebaiknya dipersiapkan maka perawat onkologi harus merencanakan sebelum memberikan antiemetik. Lingkungan pembuatan standar operasional penanganan yang dapat memberikan rangsangan mual dan mual muntah dan efek – efek merugikan akibat muntah terhadap pasien harus dikurangi atau kemoterapi. Pendidikan dan pelatihan bagi dihilangkan. meliputi perawat baru di bangsal onkologi merupakan cahaya yang berlebihan, suara berlebihan atau hal penting untuk menurunkan mual muntah bau yang dapat memicu mual muntah bagi akibat kemoterapi. dibandingkan Lingkungan pasien Lingkungan (2005) yang pemberian dengan tersebut pasien. Sayuran dan makanan yang dihaluskan dan dihidangkan dengan suhu ruangan dapat Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 59 60 4. Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor KESIMPULAN Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh progressive muscle relaxation dan terapi musik terhadap penurunan mual muntah pada pasien kanker payudara yang dilakukan kemoterapi di Rumah Sakit Pendidikan Unpad Bandung. 1. Rata-rata umur responden adalah 44,27 pada kelompok kontrol dan 42,47 pada kelompok intervensi dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah sekolah dasar baik pada pretest mual, retching, dan muntah pada kelompok kontrol dan intervensi. 5. Terdapat perbedaan rata-rata skor postest mual, retching, dan muntah pada kelompok kontrol dan intervensi. 6. PMR dan terapi musik secara bermakna berpengaruh terhadap mual, retching, muntah pada kelompok intervensi. UCAPAN TERIMAKASIH kelompok kontrol dan intervensi. Responden Peneliti mengucapkan terimakasih kepada terbanyak berada pada siklus kemoterapi pihak Rumah Sakit Pendidikan Universitas kedua baik kelompok kontrol dan intervensi. Padjadjaran Unpad Pekerjaan responden sebagian besar adalah memberikan izin ibu rumah tangga dengan status perkawinan terimakasih semua menikah baik pada kelompok kontrol STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap dan dan intervensi. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) yang telah 2. Pada kelompok kontrol, rata-rata skor postest mual, retching muntah lebih tinggi dibanding pretest. Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor pretest dan postest retching dan muntah sedangkan rata-rata skor pretest dan postest mual terdapat perbedaan. 3. Pada kelompok intervensi, rata-rata skor postest mual, retching, muntah lebih rendah dibandingkan pretest. Terdapat perbedaan rata-rata skor pretest dan postest mual, retching muntah. Bandung penelitian juga kami yang ini. sampaikan telah Ucapan kepada bersedia memuat hasil penelitian ini. RUJUKAN PUSTAKA Ariawan, I. (1998). Besar dan metode sampel pada penelitian kesehatan. Jakarta. Bailey, C. Dougherty, L. (2008). Cancer nursing : Care in context. 2nd ed. Blackwell Publishing Limited. Australia. Bergkvist, K. Wengstorm, Y (2006) Symptom experiences during chemotherapy treatment—with focus on nausea and vomiting. Europan journal of oncology nursing, Volume 10, issue , P: 21–29. Choi, Y.K. (2010). The Effect of Music and Progressive Muscle Relaxation on Anxiety, Fatigue, and Quality of Life in Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 60 61 Family Caregivers of Hospice Patients. Journal of Music Therapy. Cooke, H. (2013). Progressive muscle relaxation. CAM-Cancer Consortium. Ellis, J.R. Thayer, J.F. (2010). Music and autonomic nervous system (ANS) function. Music Percept ; 27 (4); 317-326. Molassiotis, A., Yung, H. P., Yam, B.M.C., Chan, F.Y.S., & Mok, T.S.K. (2001). Theeffectiveness of progressive muscle relaxation training in managing nausea and vomiting in Chinese breast cancer patients. Suportive Care in Cancer Volume 10, Issue 2. Ezzone S, Baker C, Rosselet R, Terepka E. (1998) Music as an adjunct to antiemetic therapy. Oncol ners forum 25(9). 1551-6. Mundy, Du Hamel, Montgomery. (2003). The efficacy of behavioral interventions for cancer treatment-related side effects.Seminclin neuro psychiaytry. 2003.Oct.8(4).253-75. Grunberg, S.M. & Ireland A (2005). Epidemiology of chemotherapy induced nausea and vomiting. Advanced studies in nursing. 3(1), 9 – 15. Mustian K, Jean Piere P. (2008). Chemotherapy-induced nausea and vomiting. Suportive Oncology. US Oncology. Hawkins, R., Grunberg , S. (2009). Chemotherapy induced nausea and vomiting : challenges and opportunities for improved patient outcomes. Clinical Journal of Oncology Nursing. Volume 13. Number 1. Pieszak, S. (2011). Evidence-based interventions for chemotherapy-induced nausea and vomiting. The Oncology Nursing Society. Vol. 6 No. 10. Hesketh, P.J. (2008) Chemotherapy-induced nausea and vomiting. N Engl J Med 2008; 358:2482-2494. Lee, E,J. Bhattacharya, J. Christof, S. Verres, R. (2012). Monochord sound and progresive muscle relaxation reduce anxiety and improve relaxation during chemoterapy : A pilot EEG Study. Complementary therapies in medicine, vol 20 issue 6. P : 409-416. LeMone, P., & Burke, K. (2008). Medical surgical nursing: critical thinking in client care (4th ed). New Jersey: Pearson Prentice Hall. McPherson, K, Steel, G.M, Dixon, J.M. (2000). ABC of breast disease breast cancer-epideiology, risk factors, and genetics. BMJ Volume 321. Polit, D.F & Beck, C.T. (2006). Essenstials of Nursing Research. Methods, Appraisal and Utilization. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins. Rhodes, V.A., Daniel, R.W. (2007). Nausea, vomiting, and retching: complex problems in palliative care.CA Cancer J Clin 2001;51;232-248. Robb, S.L (2000). Music assisted progressive muscle relaxation, music listening and silence ; a comparison of relaxation technique. J Music ther. 37 (1). P:2-2. Roscoe, J.A, Morrow, G.R, Hickok, J.T. Stern, R.M. (2000). Nausea and vomiting remain a significant clinical problem: trends over time in controlling chemotherapy-induced nausea and vomiting in 1413 patients treated in community clinical practices. Journal of pain and symptom management.Vol 20 issue 2. P: 113–121. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 61 62 Schou, K. (2008). Music therapy for post operative cardiac patients, a randomized controlled trial evaluating guided relaxation with music and music listening on anxiety, pain, and mood. Dissertation Thesis. Department of Communication: Aalborg University. Silbernagl, Stefan, Agamemnon Despopoulos (2009). Color Atlas Physiology. 6th Ed. Germany. Offizin Anderson Nexo. Cipto Mangunkusoma Jakarta. Thesis.Jakarta : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Warr, D.G, Hesketh, P.J, Gralla, R.J. et al. (2005). Efficacy and tolerability of aprepitant for the prevention of chemotherapy-induced nausea and vomiting in patients with breast cancer after moderately emetogenic chemotherapy. J Clin Oncol 23:2822-2830. Singh, V.P. Rao, V. Prem, V. Sahoo, R.C. Keshav, P.K. (2009). Comparison of the effectiveness of music and progresive muscle relaxation for anxiety in COPD. Chronic respiratory disease. Vol 6 No 4. p 209-216. Syarif, H. (2009). Pengaruh Terapi Akupressure Terhadap Mual Muntah Akut Akibat Kemoterapi Pada Pasien Kanker di RSUP Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 62