47 pengaruh progressive muscle relaxation (pmr) dan terapi musik

advertisement
47
PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION (PMR) DAN
TERAPI MUSIK TERHADAP MUAL MUNTAH PADA PASIEN KANKER PAYUDARA
YANG DILAKUKAN KEMOTERAPI
Effect of Progressive Muscle Relaxation and Music Therapy on Nausea and Vomiting in Breast
Cancer Patient Undergoing Chemotherapy
Dian Anggraini1* ; F. Sri Susilaningsih2 ; Anastasia Anna3
1
2,3
Program Studi Keperawatan, STIKep PPNI Jawa Barat, Indonesia
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia
Alamat korespondensi :[email protected]
ABSTRAK
Progressive muscle relaxation dan terapi musik merupakan terapi komplementer yang dapat
mengurangi mual muntah akibat kemoterap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
pengaruh progressive muscle relaxation dan terapi musik terhadap mual muntah pada pasien kanker
payudara yang dilakukan kemoterapi di Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Universitas Padjajaran
(Unpad) Bandung. Design penelitian adalah quasi experiment pre-post test with control group.
Teknik pengambilan sampel dengan consecutive sampling yang terdiri dari 15 responden baik
kelompok intervensi maupun kontrol. Mual, muntah dan retching pada kedua kelompok diukur
selama 7 hari setelah pemberian agen kemoterapi. Untuk menguji perbedaan rata-rata skor postest
mual dan retching pada kelompok kontrol dan intervensi menggunakan uji T tidak berpasangan
sedangkan perbedaan rata-rata skor postest muntah menggunakan uji Mann Whitney. Hasil
penelitian membuktikan bahwa kombinasi PMR dan terapi musik dapat diberikan oleh perawat
untuk mengurangi mual muntah pada pasien kanker payudara yang mendapatkan kemoterapi(p
value< 0,05).
Kata Kunci :Antiemetik, Kanker payudara, Kemoterapi, Progressive Muscle Relaxation, Terapi
Musik.
ABSTRACT
Progressive muscle relaxation with music therapy consider as an alternatif to decrease
nausea and vomiting due to chemoterapy. This study aimed to identify the effect of progressive
muscle relaxation and music therapy on nausea vomiting in breast cancer patients undergoing
chemoterapy at University Padjadjaran Teaching Hospital in Bandung. Design research used a
quasi-experiment pre-post test with control group. The sampling technique was concequetive
sampling recruited 15 respondents for each intervention and control group. Nausea, vomiting and
retching in both groups were measured in 7 days after administration of a chemotherapeutic
agent..Differences in mean posttest scores of nausea and retching in the control and intervention
groups were tested by unpaired t-test while the average difference of vomiting posttest scores tested
by the Mann Whitney test. This study showed that combination of PMR and music therapy can be
given by nurse to reduce nausea and vomiting of breast cancer patients who undergoing
chemoterapy(p value < 0,05).
Keywords: Antiemetics, Breast Cancer, Chemotherapy, Music Therapy, Progressive Muscle
Relaxation
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014
47
48
dehidrasi, kurang nafsu makan, dan gangguan
PENDAHULUAN
Salah satu jenis kanker yang umum terjadi
keseimbangan cairan elektrolit.
pada wanita yaitu kanker payudara. Kanker
payudara
yang
memberikan
dialami
pengalaman
seorang
stres
wanita
baik
fisik
Pengkajian perawat sebelum pelaksanaan
kemoterapi merupakan kunci utama penanganan
mual
muntah.Pengetahuan
perawat
tentang
maupun psikologis. Hal tersebut dikarenakan
pengelolaan mual muntah dan penggunaan
payudara
dan
terapi farmakologi dapat menurunkan frekuensi
ada
mual
merupakan
kebanggaan
dari
organ
setiap
vital
wanita,
jika
muntah
(Corner
dan
Bailey,
gangguan yang terjadi pada payudaranya maka
2008).Pemberian antiemetik masih merupakan
kebanggan tersebut akan hilang.
terapi
Modalitas
farmakologi
yang
efektif
untuk
terapi
dalam
penanganan
mengontrol mual muntah setelah kemoterapi.
lain
operasi,
radioterapi,
Walaupun pemberian antiemetik ini tidak
kemoterapi, dan terapi biologis, serta terapi
menjamin keluhan mual muntah sama sekali
lainnya.Terdapat beberapa efek samping dari
tidak dirasakan oleh pasien.
kanker
antara
kemoterapi, baik efek samping jangka pendek,
Mundy, Du Hamel, Montgomery (2003)
immediate, dan panjang sehingga perawatan
mengemukakan
pasien dan efek samping dari pengobatan
farmakologi, terdapat intervensi nonfarmakologi
kanker menjadi masalah yang lebih dipikirkan
yang sangat menjanjikan untuk mengurangi efek
pasien daripada proses penyakit kanker itu
kemoterapi.
sendiri (Corner dan Bailey, 2008).
mengemukakan ada beberapa terapi adjuvant
bahwa
selain
intervensi
Pieszak (2011)
Efek samping seperti mual muntah hampir
(pendamping) yang disarankan sebagai terapi
dialami lebih dari 30% pasien kemoterapi dan
pendamping terapi medis meliputi, akupuntur,
hal ini lebih jauh menyebabkan kecemasan,
akupresur,
depresi dan ketidakefektifan terapi yang sering
behavioralyang meliputi progressive muscular
menimbulkan ketegangan secara fisik dan psikis
relaxation, imagery guideance dan terapi musik.
pada pasien (Mustian, Jeane Piere, 2008).
Tindakan nonfarmakologi sangat bermanfaat
Disamping
apabila dikombinasikan dengan antiemetik.
itu,
kemoterapi
gangguan/kerusakan
pada
menyebabkan
mukosa
psikoeducational,
dan
terapi
usus
Diantara beberapa teknik relaksasi yang
sehingga akan mengeluarkan serotonin (5-HT3)
tersedia, progressive muscle relaxation (PMR)
sehingga VC terstimulasi (Corner dan Bailey,
merupakan salah satu teknik relaksasi yang
2008). Jika efek samping dari mual muntah
mudah dan sederhana serta sudah digunakan
tidak tertangani maka akan menyebabkan
secara luas. Hasil kerja PMR mengakibatkn
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014
48
49
perubahan pada sistem saraf simpatis meliputi
lainnya.Pada penelitian ini terapi PMR akan
perubahan fungsi neuroendokrin, penurunan
dikombinasikan dengan terapi musik dengan
nadi dan tekanan darah dan tonus otot tetapi
maksud mecapai dasar terapi body and mind.
berdasarkan penelitian Choi (2010), tindakan
Terapi PMR difokuskan pada relaksasi body
PMR
(otot-otot tubuh) dan terapi musik dimaksudkan
saja
tanpa
dikombinasikan
dengan
mind
theraphy
tindakan lain dipersepsikan pasien sebagai
sebagai
tindakan
memfokuskan pada tujuan dilakukanya relaksasi
yang
menghabiskan
tenaga
dan
tubuh
terapi pendamping lain untuk dikombinasikan
umum.Penggunaan PMR akan lebih efektif jika
dengan PMR, salah satunya adalah terapi musik.
didukung posisi pasien yang nyaman, pikiran
merupakan
tehnik
relaksasi
lebih
membutuhkan kalori. Maka dari itu dipelukan
Musik
dan
untuk
pikiran
secara
intervensi
yang fokus, dan lingkungan yang kondusif.
nonfarmakologi yang aman, noninvasif, dan
Terapi musik dapat digunakan sebagai sarana
tidak memiliki efek samping. Musik dapat juga
untuk mendukung terapi PMR dikarenakan
memberikan rangsangan kepada saraf simpatis
musik
dan parasimpatis yang dapat memberikan
pendengarnya
respon relaksasi.Musik dapat menjadi pengalih
stressor, menghasilkan efek fisiologis berupa
perhatian yang efektif dalam manajemen mual
penurunan denyut nadi, dan peningkatan beta
muntah (Ezzone, 1998). Efektifitas musik
endorfin. Hal tersebut mengakibatkan pasien
sebagai alat terapi akan terjadi jika terapis
dapat mengalami kondisi relaksasi lebih dalam
memiliki ketrampilan yang memadai dalam
sehingga keluhan mual muntah menurun.
memilih jenis musik yang paling tepat sebagai
memiliki
keuntungan
teralihkan
Rumah
Sakit
dari
dimana
experimental
Pendidikan
Unpad
pilihan.Pada beberapa penelitian dianjurkan
merupakan rumah sakit rujukan Jawa Barat
memilih musik untuk relaksasi dengan tempo
untuk
sekitar 60-80 ketukan/menit, menggunakan
wawancarayang
irama yang tenang,dan sebaiknya tidak ada lirik,
didapatkan data bahwa jumlah pasien kanker
hal
payudara
ini
mengacu
musik
yang
diberikan
tindakan
yang
kemoterapi.
dilakukan
Pada
pada
melaksanakan
saat
perawat
kemoterapi
hendaknya mengikuti kecepatan rerata detak
berkisar 200 orang setiap bulan dimana 90%
jantung manusia (Schou, 2007).
diantaranya mengalami mual muntah setelah
Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat
kemoterapi.Antiemetik
diberikan
pada
saat
disimpulkan bahwa terapi non farmakologi
premedikasi, postmedikasi, dan saat pasien
dapat
pulang.
diberikan
secara
tunggal
atau
dikombinasikan dengan terapi non farmakologis
Walaupun
obat
antiemetik
sudah
diberikan, pasien tetap merasakan mual mutah
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014
49
50
dan tindakan mandiri perawat di ruangan hanya
menguji hubungan sebab akibat (Polit & Beck,
menganjurkan pasien untuk minum air teh
2006).
manis hangat.
tergantung dari luasnya efek/akibat nyata dari
Beberapa
kemoterapi
pasien
yang
memutuskan
menjalani
untuk
tidak
Kekuatan
untuk
mencapai
tujuan
treatment eksperimen (variabel independen)
yang
dapat
dideteksi
dengan
pengukuran
melanjutkan siklus kemoterapinya, dikarenakan
variable dependen, dimana quasi experiment
mual
setelah
melakukan perlakuan pada variabel independen.
pelaksanaan kemoterapi sebelumnya. Terdapat
Perlakuan terhadap subjek dilakukan oleh
30%
muntah
yang
dialaminya
dari
total
pasien
yang
melakukan
peneliti
kemoterapi
per
tiap
kemoterapi
yang
mengalami
dengan
sengaja
dan
siklus
pemberian
kemudian dinilai pengaruhnya.
terencana,
kemunduran
Adapun rancangan penelitian yang akan
jadwal kemoterapi yang diakibatkan oleh efek
digunakan pada penelitian ini yaitu quasi
mual muntal kemoterapi sebelumnya. Oleh
experiment pre and post test with control group
karena hal tersebut, menyebabkan kondisi fisik
yaitu suatu rancangan yang melibatkan satu
pasien
pasien
kelompok subyek serta melakukan pengkaijan
mendapatkan perawatan di rumah sakit untuk
sebelum dilakukan pemberian intervensi yang
perbaikan
kondisi
memungkinkan
membaik
baru
menurun
dan
akhirnya
umum,
setelah
dilanjutkan
kondisi
kemoterapi
berikutnya.
Maka
menguji
perubahan- perubahan yang terjadi setelah
dari
itu,
diperlukan
tindakan
Populasi
kanker payudara yang mendapatkan
kemoterapi
dapat
adanya intervensi (Polit and Beck, 2004).
penunjang berupa terapi komplementer pada
pasien
peneliti
seperti
kombinasi
progressive
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh
pasien
yang
di
diagnosa kanker
muscle relaxation dan terapi musik yang dapat
payudara yang menjalani kemoterapi di Rumah
membantu menurunkan mual dan muntah akibat
Sakit Pendidikan Unpad Bandung.
kemoterapi.
Sampel Penelitian
Teknik
METODE
Rancangan
penelitian
yang
akan
penelitian
pengambilan
ini
sampel
menggunakan
dalam
consecutive
digunakan dalam penelitian ini adalah desain
sampling yaitu pengambilan sampel dengan
quasi eksperiment. Disain quasi experiment
mengambil
semua
subjek
merupakan disain penelitian yang bertujuan
memenuhi
kriteria
yang
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014
yang
sesuai
ada
dan
dengan
50
51
penelitian dalam kurun waktu tertentu hingga
terhadap mual muntah akut akibat kemoterapi
jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.
pada pasien kanker, dengan standar deviasi 8,68
Penelitian ini akan diakhiri setelah jumlah
dan perbedaan rata-rata 62
n = (8,68)2 (1,96 + 0,84)2
sampel yang diinginkan tercapai. Perhitungan
hasil
(6,2)2
perhitungan menggunakan uji hipotesis beda
= 15,36 → 15
besar
sampel
rata-rata
minimal
berdasarkan
berpasangan
dengan
derajat
Dengan menggunakan
rumus koreksi
kemaknaan 5%, kekuatan uji 95% dan uji
besar sampel, didapatkan hasil besar sampel
hipotesis dua sisi (Ariawan,1998) :
sebanyak 15,36 dan dibulatkan menjadi 15
=
2
Keterangan rumus :
Z1-
(
−
+
orang
: Standar normal deviasi  (1,96)
: Standar normal deviasi untuk (0,842)
1
: Nilai mean kelompok control yang
didapat dari literature
: Nilai mean kelompok intervensi
1-2 :Beda mean yang bermakna secarfa
klinik antara kedua kelompok
: Estimasi standar deviasi dari beda
mean kedua kelompok
30 orang dengan 15
: Estimasi varian kedua kelompok
berdasarkan literature dihitung
+
kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan
Sugiyono (2009) yang menyebutkan bahwa
minimal penelitian quasi eksperimental minimal
10 untuk masing-masing kelompok. Pada saat
pengumpulan data, peneliti memperoleh jumlan
masing kelompok. Responden yang terlibat
dalam penelitian ini tidak ada yang mengalami
drop out pada saat pengumpulan data, sehingga
responden pada penelitian ini berjumlah 15
orang
untuk
masing-masing
kelompok
(kelompok kontrol dan intervensi).
berdasarkan literature,,l,
dengan rumus ½ (
yang
responden sebanyak 15 orang untuk masing-
Dengan standar deviasi
2
sampel
orang kelompok intervensi dan 15 orang
Z1-

sehingga
digunakan adalah total
)
/2
2
responden
)
Berdasarkan rumus diatas, dan merujuk
pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Syarif
Adapun yang menjadi kriteria inklusi
sampel dalam penelitian ini adalah :
1.
pasien kanker payudara yang melakukan
kemoterapi di Rumah Sakit Pendidikan
Unpad Bandung;
2.
(2009) tentang pengaruh terapi akupresure
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014
mendapat obat – obat untuk kemoterapi
berupa FAC (5-Fluorourasil, Doxorubicin,
Cyclophosphamide)
51
52
3.
mendapat
obat
antiemetik
sebelum
(ranitidin, ondansetron, dexamethason) dan
variable terikatnya adalah mual muntah pada
pasien pasca kemoterapi.
setelah (metoclorpramide dan ranitidin)
kemoterapi
4.
5.
Alat Pengumpulan Data
memiliki pendengaran yang baik pasien
Alat pengumpulan data yang digunakan
menyukai musik
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
berada dalam rentang tidak cemas, cemas
1. Kuesioner, digunakan untuk mengumpulkan
ringan, dan sedang
data terkait karakteristik responden yaitu usia
6.
dapat menulis dan membaca
dan siklus kemoterapi.
7.
pasien
8.
dalam
kondisi
sadar,
dapat
2.
Anxiety,sebelum
memiliki support sistem yang baik, yaitu :
data responden pada kelompok kontrol dan
dukungan
intervesi,
keluarga/orang
terdekat,
4.
dilakukan
terlebih
pengumpulan
dahulu
dilakukan
lingkungan yang mendukung (memiliki
pemeriksaan tingkat kecemasan. Pengukuran
ruangan/kamar sendiri) untuk melakukan
tingkat
terapi.
menggunakan Hamilton rating scale for
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah
anxiety (HAM-A).
kecemasan
pada
penelitian
ini
3. Instrumen Rhodes Index Nausea Vomiting &
mengalami penyakit lain yang berkaitan
Retching (INVR) digunakan untuk mengukur
dengan gangguan pencernaan;
variabel mual, retching dan muntah yang
mendapatkan
terapi
kanker
selain
farmakoterapi yang diberikan;
3.
Hamilton Rating Scale for
berorientasi pada orang, tempat dan waktu
:
1.
2. Instrumen
terdiri dari delapan pertanyaan.
4. Gelas ukur berukuran 500 cc, digunakan
responden dalam keadaan cemas berat atau
untuk
panik;
dimana gelas ukur ini diberikan keapada
telah metastase ke organ-organ vital seperti
responden
jantung, paru-paru, dan otak.
Variabel
mengukur
banyaknya
muntahan,
5. MP3 palyer dengan merk M-Tech, digunakan
untuk
memberikan
terapi,
didalamnya
Penelitian ini menggunakan satu variable
berisikan instruksi PMR bersamaan dengan
bebas dan satu variable terikat.Variabel bebas
musik. Terdapat empat musik sehingga
dalam penelitian ini adalah terapi progressive
responden
mucle relaxation dan terapi musik, sedangkan
disukainya
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014
dapat
memilih
musik
yang
52
53
6. Headphone
dengan
tipe
YC-218
MV,
digunakan di telinga responden.
HASIL
Penelitian dilakukan di lantai 3 ruang
kemoterapi RSP Unpad Bandung. Pengambilan
data dilakukan pada tanggal 30 April – 17 Juni
2. Analisa Bivariat
a. Perbedaan rata-rataskor pretest dan postest
mual, retching, dan muntah pada kelompok
kontrol
Tabel 1.2
Perbedaan rata-rata skor pretest dan
postestmual, retching, dan muntah
pada kelompok kontrol
2014 dengan total sampel 15 responden sebagai
No
Variabel
kelompok kontrol dan 15 responden sebagai
1
Skor Mual
kelompok intervensi. Hasil penelitian disajikan
2
dalam bentuk tabel dan narasi sebagai berikut:
3
Skor
Retching
Skor
Muntah
yang
didasarkan
pada
hasil
analisis
univariat dan bivariat.
Pengukuran
Pretest
Postest
Pretest
Postest
Pretest
Postest
Berdasarkan
Ratarata
3,807
4,096
1,949
2,019
3,210
3,430
SD
Pvalue
0,785
0,925
0,421
0,497
0,733
0,996
0,027
0,622
0,136
tabel 1.2, pada kelompok
kontrol, tidak terdapat perbedaan rata-rata skor
Analisa Univariat
a. Karakteristik responden
retching dan muntah,
Tabel 1.1 Karakteristik Responden
Terdapat perbedaan rata-rata mual, hal tersebut
Karakteristik
Umur
Siklus
Kemoterapi
Pendidikan
Riwayat
Pekerjaan
Status
Pernikahan
Rerata
Min-Max
Ke-2
Ke-3
Ke-4
Tidak Sekolah
SD/Sederajat
SMP/Sedejrajat
SLTA/Sederajat
S1
S2
Tidak Bekerja
IRT
Guru
Dosen
Menikah
Belum Menikah
Kelompok
Kontrol
(n=15)
Jumlah %
44,27
32-59
6
40
4
26,7
5
33,3
0
0
6
40
5
33,3
4
26,7
0
0
0
0
0
0
15
100
0
0
0
0
15
100
0
0
value memiliki nilai lebih besar dari
Kelompok
intervensi
(n=15)
Jumlah %
42,47
28-54
10
66,7
4
26,7
1
6,7
0
0
5
33,3
4
26,7
4
26,7
1
6,7
1
6,7
0
0
13
86,7
1
6,7
1
6,7
15
100
0
0
Nilai
p
0,543
0,160
0,699
0,343
1,00
dari
menunjukkan
bahwa
Uji
homogentis pada semua karakteristik responden
(0,05).
(0,05).
b. Perbedaan rata-rata skor pretest dan postest
mual, retching, dan muntah pada kelompok
intervensi
Tabel 1.3
Perbedaan rata-rata skorpretest dan postest
mual, retching, dan muntah
pada kelompok intervensi
1
1.1
p
dibuktikan p value memiliki nilai lebih kecil
No
Tabel
hal ini dibuktikan
2
3
setara antara kelompok kontrol dan intervensi.
Variabel
Pengukuran
Skor
Mual
Skor
retching
Skor
muntah
Pretest
Postest
Pretest
Postest
Pretest
Postest
Ratarata
3,603
3,107
2,020
1,489
2,997
2,570
SD
Pvalue
0,817
0,947
0,643
0,569
0,918
0,825
0,003
0,001
0,020
Berdasarkan tabel 1.3, pada kelompok
intervensi, terdapat perbedaan rata-rata skor
pretest dan postest mual, retching dan muntah,
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014
53
54
hal ini dibuktikan p value pada semua variabel
lebih kecil dari
(0,05).
c. Perbedaan Rata-rata Skor Pretest Mual,
Retching, Muntah Antara Kelompok Kontrol
dan Intervensi
Tabel 1.4: Perbedaan Rata-rata Skor Pretest
Mual, Retching, Muntah Antara Kelompok
Kontrol dan Intervensi
No
Variabel
1
Skor Mual
2
Skor
Retching
Skor
muntah
3
Kelompok
Intervensi
Kontrol
Intervensi
Kontrol
Intervensi
Kontrol
Ratarata
3,603
3,807
2,020
1,949
2,997
3,210
SD
Pvalue
0,817
0,785
0,643
0,421
0,918
0,733
0,491
0,290
terdapat perbedaan rata-rata skor pretest mual,
retching, dan muntah pada kelompok kontrol
dan intervensi, hal ini dibuktikan pvalue pada
semua variabel lebih besar dari (0,05).
d. Perbedaan rata-rata skor postest mual,
retching, dan muntah antara kelompok
kontrol dan intervensi
Tabel 1.5: Perbedaan rata-rata skor postest
mual, retching, dan muntah antara kelompok
kontrol dan intervensi
Variabel
1
Skor Mual
2
Skor
Retching
Skor
muntah
3
Kelompok
Intervensi
Kontrol
Intervensi
Kontrol
Intervensi
Kontrol
Ratarata
3,603
4,096
1,489
2,018
2,570
3,430
Tabel 1.6: Perbedaan selisih rata-rata skor
mual, retching, dan muntah pada kelompok
kontrol dan intervensi.
No
Variabel
1
Skor Mual
2
Skor
Retching
Skor
muntah
3
SD
Pvalue
0,817
0,925
0,569
0,497
0,825
0,996
0,007
0,011
0,018
Pada tabel 1.5 didapatkan perbedaan rata-
Kelompok
Ratarata
0,496
-0,289
0,531
-0.069
0,427
-0,220
Intervensi
Kontrol
Intervensi
Kontrol
Intervensi
Kontrol
SD
Pvalue
0,530
0,453
0,475
0,532
0,582
0,517
0,000
0,004
0,003
Pada tabel 1.6 menunjukkan adanya
0,722
Pada tabel 1.4 didapatkan bahwa tidak
No
e. Perbedaan selisih rata-rata
skor mual,
retching, dan muntah pada kelompok kontrol
dan intervensi
perbedaan yang bermakna selisih
rata-rata
mual, retching, dan muntah pada kelompok
kontrol dan intervensi, hal ini dibuktikan
pvalue pada
semua variabel
lebihkecil dari
memiliki nilai
(0,05).
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh PMR dan terapi musik
terhadap mual muntah pada pasien kanker
payudara yang dilakukan kemoterapi. Hal ini
diperkuat di dalam tabel 4.6 dengan adanya
perbedaan rata-rata mual (p=0,003), retching
(p=0,001), muntah (p=0,020) sebelum dan
setelah PMR dan terapi musik pada kelompok
intervensi.
Hasil
uji
statistik
yang
memperlihatkan adanya perbedaan selisih ratarata mual, retching, dan muntah pada kelompok
rata skor postest mual, retching, dan muntah
intervensi
pada kelompok kontrol dan intervensi, hal ini
memberikan
dibuktikan
semua variabel
pengaruh PMR dan terapi musik terhadap mual
(0,05).
muntah pada pasien kanker payudara yang
pvalue pada
memiliki nilai lebih kecil dari
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014
dan
kontrol
gambaran
pada
semakin
tabel
4.7
kuatnya
54
55
dilakukan kemoterapi. Pada penelitian ini juga,
menurunkan
kondisi relaksasi dilaporkan oleh responden
Temuan
setelah diberikan PMR dan terapi musik.
penurunan nadi, dan frekuensi pernafasan. Lee
Keadaan ini berbanding lurus dengan laporan
et all (2012) melakukan penelitian pengaruh
responden tentang penurunan keluhan mual
PMR dan terapi musik terhadap kecemasan dan
muntah. Cooke (2013) menyatakan bahwa
relaksasi
kondisi
penurunan
elektroensefalogram (EEG). Hasil penelitian
aktivitas physiological arousal yang dapat
menyatakan bahwa PMR dan terapi musik
secara langsung mengurangi kecemasan dan
berhubungan
aktivasi tonus otot yang memberikan efek
kecemasan dan kondisi relaksasi. Data EEG
terhadap penurunan mual muntah.
menunjukkan
relaksasi
menyebabkan
lain
kecemasan
dan
meliputi
sesak
penurunan
menggunakan
signifikan
bahwa
nafas.
sistolik,
pengukuran
dengan
adanya
penurunan
peningkatan
Robb (2000) melakukan penelitian untuk
gelombang posterior theta (3,5-7,5 Hz) dan
membandingkan efek dari empat jenis intervensi
penurunan gelombang mid frontal beta 2 (20 –
yaitu musik yang dikombinasikan dengan PMR,
29, 5 Hz). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi
PMR saja, mendengarkan musik saja, dan
relaksasi dicapai oleh pasien.
keadaan diam terhadap kecemasan dan kondisi
Kondisi relaksasi yang dilaporkan dari
relaks. Hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata
beberapa
penurunan kecemasan dan relaksasi yang paling
diakibatkan oleh aktivitas syaraf parasimpatis.
tinggi
yang
Kerja syaraf ini mempengaruhi berbagai macam
ini
kerja sistem dalam tubuh yang meliputi sistem
dikombinasikan
gastrointestinal, endokrin, integumen, sirkulasi,
pada
kelompok
dikombinasikan
menunjukkan
dengan
musik
musik
PMR.
yang
Hal
penelitian
diatas
satunya
dengan PMR efektif untuk menurunkan tingkat
reproduktif,
kecemasan dan mencapai kondisi relaksasi
Fungsi
maksimal.
mengurangi kerja dari berbagai sistem tubuh
disampaikan
Hasil
oleh
penelitian
Pelletierr
yang
(2004)
senada
yang
seperti
perkemihan
salah
syaraf
penurunan
dan
penglihatan.
parasimpatis
cenderung
nadi,
pernafasan,
dan
menyatakan terapi musik yang dikombinasikan
motilitas saluran pencernaan (Ellis & Thayer,
dengan
2010). Hesketh (2008) menjelaskan bahwa
relaksasi
secara
signifikan
dapat
menurunkan aktivitas physical arousal.
Singh et all (2009) melakukan penelitian
untuk mengevaluasi efek
penurunan pada syaraf vagal abdominal oleh
aktivasi
parasimpatis
dapat
menghambat
musik dan PMR
rangsang pada syaraf aferen untuk memberikan
terhadap kondisi relaksasi. Hasil penelitian
sinyal pada batang otak bagian belakang untuk
didapatkan bahwa musik dan PMR efektif untuk
terjadinya mual dan muntah. Hal tersebut
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014
55
56
menghambat ikatan berbagai macam reseptor
walaupun sudah diberikan terapi antiemetik.
yang dapat mengakibatkan mual muntah yang
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang
meliputi
dilakukan oleh Roscoe, Morrow, Hickok, Sterm
5hydroxytryptamine3
neurokinin-1,
cholecystokinin-1
yang
(2000) untuk melihat keefektifan antiemetik
terletak pada ujung terminal syaraf vagal aferen.
5HT3 antagonis terhadap mual muntah akibat
PMR
dan
(5-HT3),
diberikan
untuk
memperoleh
kemoterapi, hasilnya didapatkan bahwa dengan
relaksasi sedangkan musik sangat berguna untuk
menggunakan
kepentingan distraksi dan membuat responden
penurunan episode muntah setelah kemoterapi,
lebih terlibat dan merasakan aktivitas yang
tetapi tidak untuk frekuensi dan rata-rata skor
diberikan kepadanya yaitu PMR. Distraksi dan
durasi
relaksasi adalah proses yang berbeda tetapi
merupakan antiemetik yang secara signifikan
mempunyai efek kognitif yang sama. PMR dan
menurunkan muntah setelah kemoterapi tetapi
terapi musik merupakan intervensi behavioural
durasi dari mual masih mengalami peningkatan.
yang dapat
mencapai
membantu responden untuk
relaks.
Walaupun
terdapat
5HT3
antagonis
Warr, Hesketh, dan Gralla et al (2005)
melakukan penelitian untuk membandingkan
menurunkan mual muntah dikarenakan adanya
efektifitas pemberian aprepitant pada protokol
respon tension dan relaks. Kontraksi isometrik
penanganan
mengaktivasi golgi tendon organ sehingga
kemoterapi. Agen antiemetik tersebut diberikan
relaksasi dapat dicapai (reverse innervation) dan
sesuai dengan dosis dan waktu yang telah
ketegangan otot menurun. Hal itu terjadi karena
ditetapkan. Kelompok intervensi sejumlah 438
adanya pelepasan adhesi yang terdapat dalam
pasien diberikan terapi menggunakan aprepitan,
intermiofibril dan tendon. Kontraksi isometrik
ondansentron dan dexametason, sedangkan pada
yang dilakukan selama 9 detik
mampu
kelompok
karena
diberikan
relaksasi
PMR
mual.
antagonis
dapat
memperoleh
kondisi
5HT3
maksimal
mual
muntah
kontrol
pasien
sejumlah
placebo,
dengan
428
ondansentron
pasien
dan
mekanisme reverse innervation tadi. Proses
dexametason.
relaksasi yang diikuti ekspirasi maksimal akan
bahwa
memudahkan perolehan pelemasan otot dan
muntah pada pasien meskipun masih ada pasien
pelepasan adhesi yang optimal pada jaringan
yang
ikat otot (Silbernagl, 2009).
kemoterapi.
Hasil
penelitian
menunjukan
aprepitan efektif untuk mengurangi
mengalami
periode
Pada
muntah
kelompok
setelah
intervensi
Pada penelitian ini juga menunjukkan
didapatkan hasil tidak ada periode muntah
rata-rata skor mual, retching, dan muntah pada
selama 120 hari 50.8% dan sisanya masih
kelompok
terdapat periode muntah sebesar 49,2%. Pada
kontrol
mengalami
peningkatan
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014
56
57
kelompok
kontrol
didapatkan
hasil
tidak
disebabkan oleh stimulasi CTZ oleh agen
adriamycin,
terdapat periode muntah selama 120 hari
kemoterapi.FAC
sebesar 42.5% dan sisanya melaporkan adanya
doxorubicyn,
periode muntah sebesar 57.5%. Hasil penelitian
merupakan
juga menyebutkan bahwa pada kelompok
Grunberg dan Ireland (2005) mengungkapkan
intervensi melaporkan tidak ada atau minimal
bahwa agen kemoterapi yang diberikan secara
dampak mual muntah terhadap kehidupan sehari
kombinasi mempunyai potensi meningkatkan
sehari sebesar 63.5% dan sisanya melaporkan
mual muntah akibat kemoterapi. Pertimbangan
adanya
terhadap
potensi muntah pada agen kemoterapi harus
sehari – hari sebesar 36.5%.
dipertimbangkan pada pasien yang diberikan
dampak
kehidupan
mual
muntah
Meskipun temuan agen antiemetik tersebut telah
(florouracil,
chyclosphosphamid)
agen
kemoterapi
juga
kombinasi.
agen kemoterapi kombinasi.
berkembang dengan pesat, namun muntah yang
Pada peneliti ini juga didapatkan bahwa
tidak terkontrol dan pengontrolan mual yang
responden baik pada kelompok kontrol dan
tidak adekuat masih menjadi masalah utama
intervensi berada pada siklus kemoterapi yang
pada
ke2,3 dan 4.Grunberg dan Ireland (2005)
pasien
kanker
dengan
kemoterapi
(Hesketh, 2008).
mengungkapkan bahwa mual muntah akibat
Mual dan muntah yang dialami oleh
kemoterapi dipengaruhi oleh siklus kemoterapi,
seluruh responden dalam penelitian ini tidak
semakin tinggi siklus kemoterapi biasanya mual
terlepas dari adanya efek samping yang
muntah semakin hebat.
ditimbulkan oleh 5-Fluorourasil, Doxorubicin,
Cyclophosphamide. Hasil kajian terhadap obat
kemoterapi
menunjukkan
merupakan
obat
cyclophosphamide
muntah
adalah
karakteristik
pasien.
Karakteristik pasien terdiri dari pengalaman
mual muntah sebelumnya, jenis kelamin, usia
menimbulkan efek mual dan muntah pada
dibawah 65 tahun, dan riwayat penggunaan
penggunanya yaitu sekitar 60-90%, sedangkan
alkohol (Grunberg dan Ireland, 2005).
5-Fluorourasil dan Doxorubicin mempunyai
penelitian
potensi yang sedang dalam menimbulkan efek
pengalaman
mual
mual
Grunberg
(2009)
muntah
yaitu
yang
mual
sering
dan
kemoterapi
Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya
sekitar
30-60%
ini,
100%
responden
muntah,
Pada
memiliki
Hawkins
menyatakan
dan
bahwa
(Abulmuthalib 2006). Obat-obat tersebut dapat
pengalaman mual muntah akibat kemoterapi
mempengaruhi Chemoreceptor Trigger Zone
sebelumnya memiliki resiko terjadinya CINV.
(CTZ).Muntah yang terjadi pada pasien yang
mendapat
kemoterapi
diduga
terutama
Bergkvist
melakukan
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014
dan
penelitian
Wengstorm
untuk
(2006)
mendapatkan
57
58
pengertian yang lebih mendalam pada gejala
Molassiotis, Yung, Yam, Chan, dan Mok
mual dan muntah pasien dengan kemoterapi
(2001) melakukan penelitian dengan responden
serta konsekuensinya pada kehidupan sehari –
pasien yang didiagnosa kanker payudara. Rata-
hari pasien. Hasil penelitian ini menegaskan
rata usia adalah 45,03 tahun dengan rentang usia
bahwa
pasien
30-59 tahun. McPherson, Steel, dan Dixon
mempengaruhi selama perawatan kemoterapi
(2000) melakukan riset pada pasien kanker
dan dapat menentukan pengambilan keputusan
payudara yang meliputi epidemiologi, faktor
mengenai perawatan mual muntah pasien pada
resiko, dan genetik. Riset ini menyatakan bahwa
perawatan yang akan dilalui kedepan. Hal
terjadi satu juta kasus baru kanker payudara di
tersebut senada dengan pernyataan Molassiotis,
dunia setiap tahunnya. Untuk setiap 1000 wanita
Yam, Yung, Chan dan Mok (2002) yang
dengan usia 50 tahun, dua diantaranya akan
menyatakan bahawa peran penanganan awal
didiagnosa kanker payudara dan 15 orang
perawatan mual muntah dapat menyebabkan
lainnya telah didiagnosa kanker payudara
pengelolaan mual muntah akibat kemoterapi
sebelum usia 50 tahun. Insiden kanker payudara
lebih efektif.
meningkat dengan bertambahnya usia, dan
pengalaman
Pada
mual
penelitian
usia
meningkat dua kali lipat setiap 10 tahun setelah
responden 28-59 tahun, dengan pengkategorian
menapause. Rentang usia insidensi kanker
usia yaitu dewasa awal
(18-40tahun) dan
payudara yang ditemukan pada penelitian ini
(41-60 tahun). Rhodes
adalah 25 - 85 tahun dengan puncak kejadian
dewasa madya
ini,
muntah
rentang
dan McDaniel (2007) mengungkapkan bahwa
kanker payudara pada usia 35 - 45 tahun.
pasien yang lebih tua cenderung lebih bisa
Beberapa dekade terakhir kejadian kanker
mentoleransi agen kemoterapi daripada yang
semakin meningkat dari berbagai kalangan usia.
lebih muda. Perbandingan dua grup pasien
Insidensi kanker payudara secara umum terjadi
(lebih muda dari 65 tahun dan lebih tua dari 65
pada usia dewasa madya. LeMone & Burke
tahun)
(2008) menjelaskan bahwa kanker pada usia
dengan
kanker
payudara
yang
mendapatkan agen kemoterapi yang sama,
yang
didapatkan hasil bahwa pasien yang lebih muda
dipengaruhi oleh berbagai hal yang diantaranya
dari 65 tahun melaporkan tingginya mual,
berkaitan dengan proses menua, perubahan
retching, muntah dan tidak jarang pasien yang
status imunologi, durasi paparan dari zat-zat
berusia 50 tahun
yangmengandung
atau yang lebih muda
mengalami mual, retching, muntah antisipatori.
lebih
tua
dapat
juga
karsinogen,
terjadi
dan
perubahan
hormonal. Yancik, et all (2001) menyatakan
bahwa wanita postmenapause dengan usia 55
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014
58
59
tahun atau lebih mempunyai insidensi terkena
lebih di toleransi oleh pasien. Rasa makanan
kanker payudara sebesar 66% dan mempunyai
yang pedas, sangat asin dan berlemak juga harus
angka kematian akibat kanker payudara sebesar
dihindari
77%.
menghindari mual dan muntah.
Seluruh responden pada penelitian ini
bagi
Hawkins
pasien
dan
kemoterapi
Grunberg
untuk
(2009)
adalah perempuan. Rhodes dan McDaniels
menjelaskan bahwa perawat di bangsal onkologi
(2007)
kelamin
mempunyai peran penting dalam menangani
perempuan lebih mudah untuk terjadinya mual
efek kemoterapi yang tidak menguntungkan
dan muntah akibat kemoterapi daripada pada
bagi pasien. Pengkajian yang lebih akurat
jenis kelamin laki – laki karena adanya riwayat
sebelum
kehamilan. Wanita yang mengalami mual
mendukung pemberian agen antiemetik yang
muntah saat hamil lebih berdampak terhadap
tepat. Komunikasi yang lebih efektif dengan
agen kemoterapi dan lebih mudah untuk
pasien
mengalami mual muntah.
penatalaksanaan pada penanganan efek – efek
menyatakan
bahwa
jenis
Hal tersebut senada dengan pernyataan
Grunberg
dan
Ireland
dapat
merugikan
antiemetik
meningkatkan
akibat
dapat
hasil
kemoterapi.
yang
Menyempatkan waktu untuk mengkaji tentang
mengungkapkan bahwa sedikit sekali wanita
tingkat pendidikan, kemampuan bahasa, usia,
yang dapat mengontrol mual muntah daripada
latar belakang budaya dan harapan – harapan
laki-laki, dengan perbedaan tingkat keparahan
pasien dapat memperbaiki komunikasi serta
antara 20%-30%. Alasan lain yaitu, wanita
tujuan dari perawatan. Standar operasional
seringkali mendapatkan terapi kombinasi yang
penanganan mual muntah akibat kemoterapi
beresiko terhadap tingginya kejadian mual
sangat penting dimiliki oleh institusi pelayanan
muntah
laki-laki
kesehatan. Apabila hal tersebut belum tersedia,
sebaiknya dipersiapkan
maka perawat onkologi harus merencanakan
sebelum memberikan antiemetik. Lingkungan
pembuatan standar operasional penanganan
yang dapat memberikan rangsangan mual dan
mual muntah dan efek – efek merugikan akibat
muntah terhadap pasien harus dikurangi atau
kemoterapi. Pendidikan dan pelatihan bagi
dihilangkan.
meliputi
perawat baru di bangsal onkologi merupakan
cahaya yang berlebihan, suara berlebihan atau
hal penting untuk menurunkan mual muntah
bau yang dapat memicu mual muntah bagi
akibat kemoterapi.
dibandingkan
Lingkungan
pasien
Lingkungan
(2005)
yang
pemberian
dengan
tersebut
pasien. Sayuran dan makanan yang dihaluskan
dan dihidangkan dengan suhu ruangan dapat
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014
59
60
4. Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
terdapat
pengaruh
progressive
muscle
relaxation dan terapi musik terhadap penurunan
mual muntah pada pasien kanker payudara yang
dilakukan
kemoterapi
di
Rumah
Sakit
Pendidikan Unpad Bandung.
1. Rata-rata umur responden adalah 44,27 pada
kelompok kontrol dan 42,47 pada kelompok
intervensi
dengan
tingkat
pendidikan
terbanyak adalah sekolah dasar baik pada
pretest mual, retching, dan muntah pada
kelompok kontrol dan intervensi.
5. Terdapat perbedaan rata-rata skor postest
mual, retching, dan muntah pada kelompok
kontrol dan intervensi.
6. PMR dan terapi musik secara bermakna
berpengaruh terhadap mual, retching, muntah
pada kelompok intervensi.
UCAPAN TERIMAKASIH
kelompok kontrol dan intervensi. Responden
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada
terbanyak berada pada siklus kemoterapi
pihak Rumah Sakit Pendidikan Universitas
kedua baik kelompok kontrol dan intervensi.
Padjadjaran
Unpad
Pekerjaan responden sebagian besar adalah
memberikan
izin
ibu rumah tangga dengan status perkawinan
terimakasih
semua menikah baik pada kelompok kontrol
STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap dan
dan intervensi.
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) yang telah
2. Pada kelompok kontrol, rata-rata skor postest
mual, retching muntah lebih tinggi dibanding
pretest. Tidak terdapat perbedaan rata-rata
skor pretest dan postest retching dan muntah
sedangkan rata-rata skor pretest dan postest
mual terdapat perbedaan.
3. Pada kelompok intervensi, rata-rata skor
postest mual, retching, muntah lebih rendah
dibandingkan pretest. Terdapat perbedaan
rata-rata skor pretest dan postest mual,
retching muntah.
Bandung
penelitian
juga kami
yang
ini.
sampaikan
telah
Ucapan
kepada
bersedia memuat hasil penelitian ini.
RUJUKAN PUSTAKA
Ariawan, I. (1998). Besar dan metode sampel
pada penelitian kesehatan. Jakarta.
Bailey, C. Dougherty, L. (2008). Cancer
nursing : Care in context. 2nd ed.
Blackwell Publishing Limited. Australia.
Bergkvist, K. Wengstorm, Y (2006) Symptom
experiences
during
chemotherapy
treatment—with focus on nausea and
vomiting. Europan journal of oncology
nursing, Volume 10, issue , P: 21–29.
Choi, Y.K. (2010). The Effect of Music and
Progressive Muscle Relaxation on
Anxiety, Fatigue, and Quality of Life in
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014
60
61
Family Caregivers of Hospice Patients.
Journal of Music Therapy.
Cooke, H. (2013). Progressive muscle
relaxation. CAM-Cancer Consortium.
Ellis, J.R. Thayer, J.F. (2010). Music and
autonomic nervous system (ANS) function.
Music Percept ; 27 (4); 317-326.
Molassiotis, A., Yung, H. P., Yam, B.M.C.,
Chan, F.Y.S., & Mok, T.S.K. (2001).
Theeffectiveness of progressive muscle
relaxation training in managing nausea and
vomiting in Chinese breast cancer
patients. Suportive Care in Cancer Volume
10, Issue 2.
Ezzone S, Baker C, Rosselet R, Terepka E.
(1998) Music as an adjunct to antiemetic
therapy. Oncol ners forum 25(9). 1551-6.
Mundy, Du Hamel, Montgomery. (2003). The
efficacy of behavioral interventions for
cancer
treatment-related
side
effects.Seminclin
neuro
psychiaytry.
2003.Oct.8(4).253-75.
Grunberg, S.M. & Ireland A (2005).
Epidemiology of chemotherapy induced
nausea and vomiting. Advanced studies in
nursing. 3(1), 9 – 15.
Mustian
K,
Jean
Piere
P.
(2008).
Chemotherapy-induced
nausea
and
vomiting. Suportive Oncology. US
Oncology.
Hawkins, R., Grunberg , S. (2009).
Chemotherapy induced
nausea and
vomiting : challenges and opportunities for
improved patient outcomes. Clinical
Journal of Oncology Nursing. Volume 13.
Number 1.
Pieszak,
S.
(2011).
Evidence-based
interventions for chemotherapy-induced
nausea and vomiting. The Oncology
Nursing Society. Vol. 6 No. 10.
Hesketh, P.J. (2008) Chemotherapy-induced
nausea and vomiting. N Engl J Med 2008;
358:2482-2494.
Lee, E,J. Bhattacharya, J. Christof, S. Verres, R.
(2012). Monochord sound and progresive
muscle relaxation reduce anxiety and
improve relaxation during chemoterapy : A
pilot EEG Study. Complementary therapies
in medicine, vol 20 issue 6. P : 409-416.
LeMone, P., & Burke, K. (2008). Medical
surgical nursing: critical thinking in client
care (4th ed). New Jersey: Pearson Prentice
Hall.
McPherson, K, Steel, G.M,
Dixon, J.M.
(2000). ABC of breast disease breast
cancer-epideiology, risk factors, and
genetics. BMJ Volume 321.
Polit, D.F & Beck, C.T. (2006). Essenstials of
Nursing Research. Methods, Appraisal and
Utilization.
Philadelphia.
Lippincott
Williams & Wilkins.
Rhodes, V.A., Daniel, R.W. (2007). Nausea,
vomiting, and retching: complex problems
in palliative care.CA Cancer J Clin
2001;51;232-248.
Robb, S.L (2000). Music assisted progressive
muscle relaxation, music listening and
silence ; a comparison of relaxation
technique. J Music ther. 37 (1). P:2-2.
Roscoe, J.A, Morrow, G.R, Hickok, J.T. Stern,
R.M. (2000). Nausea and vomiting remain a
significant clinical problem: trends over
time in controlling chemotherapy-induced
nausea and vomiting in 1413 patients
treated in community clinical practices.
Journal
of
pain
and
symptom
management.Vol 20 issue 2. P: 113–121.
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014
61
62
Schou, K. (2008). Music therapy for post
operative cardiac patients, a randomized
controlled
trial
evaluating
guided
relaxation with music and music listening
on anxiety, pain, and mood. Dissertation
Thesis. Department of Communication:
Aalborg University.
Silbernagl, Stefan, Agamemnon Despopoulos
(2009). Color Atlas Physiology. 6th Ed.
Germany. Offizin Anderson Nexo.
Cipto
Mangunkusoma
Jakarta.
Thesis.Jakarta : Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
Warr, D.G, Hesketh, P.J, Gralla, R.J. et al.
(2005). Efficacy and tolerability of
aprepitant for
the prevention of
chemotherapy-induced nausea and vomiting
in patients with breast cancer after
moderately emetogenic chemotherapy.
J Clin Oncol 23:2822-2830.
Singh, V.P. Rao, V. Prem, V. Sahoo, R.C.
Keshav, P.K. (2009). Comparison of the
effectiveness of music and progresive
muscle relaxation for anxiety in COPD.
Chronic respiratory disease. Vol 6 No 4. p
209-216.
Syarif, H. (2009). Pengaruh Terapi Akupressure
Terhadap Mual Muntah Akut Akibat
Kemoterapi Pada Pasien Kanker di RSUP
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014
62
Download