persepsi dan pembuatan keputusan individual

advertisement
PERSEPSI DAN PEMBUATAN KEPUTUSAN INDIVIDUAL
A. Persepsi
Menurut Robins presepsi merupakan proses yang di gunakan individu mengelola dan
menafsirkan kesan indra mereka dalam rangka memberikan makana kepada lingkungan
mereka.
Menurut Sopiah persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana individu
memberi arti terhadap suatu fenomena yang terjadi, berdasarkan kesan yang ditangkap oleh
panca inderanya. Dengan perkataan lain. Persepsi adalah suatu bentuk penilaian satu orang
dalam menghadapi rangsangan yang sama, tetapi dalam kondisi lain akan menimbulkan
persepsi yang berbeda.
Pemahaman terhadap pengertian persepsi sangat penting dalam mempelajari perilaku
organisasional. Hal tersebut karena perilaku individu didasarkan pada persepsinya , bukan
pada kenyataan sebenarnya. Missal perusahaan memutuskan untuk membeli mesin baru yang
lebih canggih untuk mengganti mesin lama yang sudah using. Masing-masing karyawan akan
memberikan tanggapan yang berbeda terhadap kebijaksanaan tersebut. Karyawan A merasa
senang karena mesin baru tersebut dianggap akan mampu memperlancar pekerjaannya.
Sebaliknya karyawan B merasa tidak senang karena mesin baru tersebut akan menggantikan
posisinya.
Dari contoh diatas terlihat bahwa masing-masing individu (karyawan) menanggapi
keputusan yang sama secara berlainan. Hal ini terjadi karena mereka memiliki persepsi yang
berbeda, oleh karena itu perusahaan perlu mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi
persepsi individu.
Mengapa presepsi itu penting bagi OB?Karena prilaku manusia yang didasarkan pada
presepsi mereka mengenai apa yang ada bukan mengenai realita itu sendiri. Dalam artian
dunia yang di presepsikan adalah dunia yang penting dari segi prilaku.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Presepsi
Persepsi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:
1. Subjek(perceiver)
Intepretasi terhadap suatu fenomena sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
subyek. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi seseorang antara lain
adalah sikap, motivasi, minat, pengalaman masa lampau dan pengharapan. Persepsi
individu cenderung sesuai dengan karakteristik pribadinya.
2. Objek/target
Persepsi seseorang juga dipengaruhi oleh karakteristik objek. Karakteristik objek
antara lain ditunjukkan oleh gerakan, suara, bentuk, warna, ukuran dan tampilan.
Seseorang yang mendengar suara dengan nada tinggi mungkin memiliki persepsi
bahwa si pemilik suara sedang marah (padahal belum tentu demikian).
3. Konteks/situasi
Suasana dimana proses persepsi berlangsung juga mempengaruhi persepsi seseorang.
Perbedaan suasana antara lain ditunjukkan oleh perbedaan waktu, work-setting dan
social-setting(34)
C. Hubungan Persepsi Dengan Pengambilan Keputusan Individual
Menurut Sopiah hubungan presepsi dengan pengambilan yaitu: persepsi individu akan
mempengaruhi proses pengambilan keputusannya. Persepsi dapat mempengaruhi masalah
yang diidentifikasi, pengumpulan data, analisis data dan pengambilan keputusan. Perumusan
masalah akan tergantung pada persepsi individu tentang apa yang dimaksud dengan masalah.
Suatu penyimpangan terhadap hasil yang diharapkan mungkin merupakan masalah bagi
individu A, tetapi tidak untuk individu B. karena perumusan antar individu berbeda, maka
jenis data yang dikumpulkan jga berbeda. Akhirnya persepsi juga akan mempengaruhi
keputusan yang diambil. Hal ini karena sesuatu yang dianggap baik oleh seorang individu,
belum tentu baik menurut individu yang lain.
Sedangkan menurut Robins Setiap orang dalam organisasi pasti membuat keputusan
artinya mereka membuat keputusan dari dua alternatif atau lebih. Misalnya, manajer puncak
menetukan sasaran organisasi, produk atau jasa apa yang di tawarkan, bagaimana cara terbaik
mengorganisasikan kantor pusat
Semakin banyak organisasi yang akhir-akhir ini memberdayakan karyawan non
manajerialnya dengan memberi kewenangan pengambilan keputusan yang terkait secara
historis hanya di lakukan seorang manajer. Oleh karena itu pengambilan keputusan seorang
individu dalam organisasi mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan terakhir mereka
sebagian besar di pengaruhi oleh presepsi.
Pembuatan keputusan terjadi akibat reaksi seseorang terhadap masalah artinya dapat
menyimpang antara keadaan sekarang dan keadaan yang di inginkan yang menuntut
pemikiran terhdap tindakan alternatif. Jadi ika mobil anda rusak sedangkan anda
mengandalkannya untuk pergi bekerja maka anda menuntuk pemikirandari pihak anda.
Sayangnya sebagian besar dari masalah itu tidak muncul dengan terkemas rapi di sertai
masalah yang di tampilkan dengan jelas pada masalah masalah itu. Manaer mungkin
memandang kemrosotan 2 persen di kuartal awal merupakan hal sangat mendesak dari
pihaknya. Namun, keadaan itu terjadi pada divisi yang sama di perusahaan lain mungkin
penurunan 2 persen penjualan prudung di anggap hal yang wajar dan di anggap bisa di
terima. Sehingga kesadaran akan adanya masalah dan perlunya keputusan di ambil
merupakan suatu isu perseptual.
Lebih dari itu setiap keputusan menuntut penafsiran dari dan evaluasi terhadah informasi.
Data lazimnya di terima dari berbagai sumber kemudian data itu di proses dan di tafsirkan.
Data manakah, misalnya yang relevan dengan keputusan atau data yang tidak relevan dengan
keputusan. Presepsi dari pembuat keputsan akan memnjawab pertanyaan ini. Alternatif
alternatif akan di kembangkan dan juga di evaluasi mana kelemahan dan kekurangan karena
alternatif muncu lsebagai bendera merah yang mengidentifikasi mereka sebagai alternatif
atau dengan kekuatan dan kelemahan yang di tandai dengan jelas proses perseptual pembuat
keputusan individu akan sangat menentukan hasil akahirnya.
D. Keputusan Dalam Organisasi di Buat
1. Definisi
Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan alternatif. Hal ini berkaian dengan
fungsi manajemen. Menurut Herbert A. Simon, ahli teori keputusan dan organisasi
mengonseptualisasikan tiga tahap utama dalam proses, pengambilan keputusan:

Aktivitas
inteligensi. Berasal
dari
pengertian
militer
"intelligence,"
Simon
mendeskripsikan tahap awal ini sebagai penelusuran kondisi lingkungan yang
memerlukan pengambilan keputusan.

Aktivitas desain. Selama tahap kedua, mungkin terjadi tindakan penemuan,
pengembangan, dan analisis masalah.

Aktivitas memilih. Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnyamemilih tindakan tertentu dari yang tersedia.Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan
pilihan sebenarnya-memilih tindakan tertentu dari yang tersedia.
Sedangkan Mintzberg dan koleganya mengemukakan tentang langkah-langkah
pengambilan keputusan, yaitu:

Tahap
identifikasi, di
mana pengenalan masalah
atau kesempatan muncul
dan diagnosis dibuat Diketahui bahwa masalah yang berat mendapatkan diagnosis
yang ekstensif dan sistematis, tep masalah yang sederhana tidak.

Tahap pengembangan, di mana terdapat pencarian prosedur atau solusi standar yang
ada as mendesain solusi yang baru. Diketahui bahwa proses desain merupakan proses
pencarian d percobaan di mana pembuat keputusan hanya mempunyai ide solusi ideal
yang tidak jelas.

Tahap seleksi, di mana pilihan solusi dibuat. Ada tiga cara pembentukan seleksi:
denganpenilainn pembuat keputusan, berdasarkan pengalaman atau intuisi, bukan
analisis logis; dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis; dan dengan tnwarmenawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat keputusan dan semua manuver
politik yang ada. Sekali keputusan diterima secara formal, otorisasi pun kemudian
dibuat.
2. Jenis-jenis pengambilan keputusan
a. Gaya Direktif
Pembuat keputusan gaya direktif mempunyai toleransi rendah pada ambiguitas,
dan berorienytasi pada tugas dan masalah teknis. Pembuat keputusan ini cenderung
lebih efisien, logis, pragmatis dan sistematis dalam memecahkan masalah. Pembuat
keputusan direktif juga berfokus pada fakta dan menyelesaikan segala sesuatu dengan
cepat. Mereka berorientasi pada tindakan, cenderung mempunyai fokus jangka
pendek, suka menggunakan kekuasaan, ingin mengontrol, dan secan menampilkan
gaya kepemimpinan otokratis.
b. Gaya Analitik
Pembuat keputusan gaya analitik mempunyai toleransi yang tinggi untuk
ambiguitas dan tugas yang kuat serta orientasi teknis. Jenis ini suka menganalisis
situasi; pada kenyataannya, mereka cenderung terlalu menganalisis sesuatu. Mereka
mengevaluasi lebih banyak informasi dan alternatif darpada pembuat keputusan
direktif. Mereka juga memerlukan waktu lama untuk mengambil kepuputusan mereka
merespons situasi baru atau tidak menentu dengan baik. Mereka juga cenderung
mempunyai gaya kepemimpinan otokratis.
c. Gaya Konseptual
Pembuat keputusan gaya konseptual mempunyai toleransi tinggi untuk
ambiguitas, orang yang kuat dan peduli pada lingkungan sosial. Mereka berpandangan
luas dalam memecahkan masalah dan suka mempertimbangkan banyak pilihan dan
kemungkinan masa mendatang. Pembuat keputusan ini membahas sesuatu dengan
orang sebanyak mungkin untuk mendapat sejumlah informasi dan kemudian
mengandalkan intuisi dalam mengambil keputusan. Pembuat keputusan konseptual
juga berani mengambil risiko dan cenderung bagus dalam menemukan solusi yang
kreatif atas masalah. Akan tetapi, pada saat bersamaan, mereka dapat membantu
mengembangkan pendekatan idealistis dan ketidakpastian dalam pengambilan
keputusan.
d. Gaya Perilaku
Pembuat keputusan gaya perilaku ditandai dengan toleransi ambiguitas yang
rendah, orang yang kuat dan peduli lingkungan sosial. Pembuat keputusan cenderung
bekerja dengan baik dengan orang lain dan menyukai situasi keterbukaan dalam
pertukaran pendapat. Mereka cenderung menerima saran, sportif dan bersahabat, dan
menyukai informasi verbal daripada tulisan. Mereka cenderung menghindari konflik
dan sepenuhnya peduli dengan kebahagiaan orang lain. Akibatnya, pembuat
keputusan mempunyai kesulitan untuk berkata 'tidak' kepada orang lain, dan mereka
tidak membuat keputusan yang tegas, terutama saat hasil keputusan akan membuat
orang sedih.
3. Faktor-faktor pengambilan keputusan
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan diantaranya :
a. Fisik
b. Emosional
c. Rasional
d. Praktikal
e. Interpersonal dan Struktural
Keputusan dapat diambil dengan cara individual & kelompok, individual contohnya
seperti pengambilan keputusan yang diambil oleh manager saja tanpa adanya rapat kerja atau
diskusi. Sedangkan kelompok merupakan pengambilan keputusan yang prosesnya melalui
hasil dari rapat atau diskusi bersama.
Untuk mendapatkan hasil yang baik Pengambilan keputusan haruslah melalui beberapa
proses, diantaranya :
a. IDENTIFIKASI MASALAH
b. PENGUMPULAN & PENGANALISASI DATA
c. PEMBUATAN ALTERNATIF-ALTERNATIF KEBIJAKAN
d. PEMILIHAN SALAH SATU ALTERNATIF TERBAIK
e. PELAKSANAAN KEPUTUSAN
Dengan cara melakukan proses seperti di atas pengambilan keputusan dalam organisasi
akan berjalan baik dan akan mendapat hasil yang baik pula.
4. Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Proses yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dalam organisasi yaitu:
a. Adanya pengaruh tekanan dari luar
Adanya pengaruh tekanan dari luar merupakan suatu proses yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan, dikarenakan proses cepat atau lambatnya
pembuat keputusan tergantung dari banyaknya tekanan diterima. Kadang pembuat
keputusan ragu-ragu dalam menentukan, namun adanya pengaruh tekanan dari luar dapat
mempercepat keputusan yang diambil. Hal ini dikarenakan tidak adnaya ketegasan dari
pemimpin organisasi dalam penyelesaian masalah.
b. Adanya pengaruh kebiasaan lama atau sifat-sifat pribadi
Faktor sifat yang baik maupun tidak baik yang ada dalam diri seorang pembuat
keputusan, merupakan hal yang dapat mempengaruhi keputusannya tersebut . Dalam hal
ini seorang pembuat keputusan akan terbiasa dengan sifat pribadinya. Hal ini dapat
dilihat dari sisi kepribadian seorang pemimpin, bagaimana dia mengambil sebuah
keputusan dalam mengahadapi masalah. Tentunya seorang oemimpin organisasi harus
bijaksana dalam bersikap ketika ada masalah dan mengambil keputusan.
c. Pengaruh dari kelompok lain
Kelompok lain juga dapat mempengaruhi suatu keputusan dikarenakan kelompok
atau organisasi tersebut mempunyai keputusan yang dapat dipertimbangkan oleh
pemimpin organisasi lain dalam menyikapi masalah dan pengaruh kelompok lain ini juga
dapat menjatuhkan organisasi serta mementingkan kepentingan kelompok tersebut.
d. Faktor pengalaman
Faktor pengalaman seorang pembuat keputusan adalah hal yang sangat penting,
karena banyaknya pengalaman orang tersebut maka ia akan berani dalam menentukan
keputusan. Hal ini juga berkaitan terhadap keahlian yang dimiliki oleh pemimpin atau
anggota karena pengalaman yang pernah dialaminya.
E. Etika Dalam Pengambilan Keputusan
Untuk memahami peran etika di dalam lingkungan bisnis, kita perlu menggunakan etika
dalam proses pengambilan keputusan. Banyak faktor yang diduga mempengaruhi dimensi
etika bisnis. Beberapa faktor bersifat pribadi, bervariasi pada individu pengambil keputusan
dan yang lain berdasarkan organisasi. Seringkali, faktor-faktor dapat berinteraksi untuk
merubah hasil. Dalam bab ini, kita memeriksa faktor-faktor yang dipercaya mempengaruhi
keputusan bisnis. Kita menarik pada literatur empiris yang dibahas dalam bab 5. Meskipun
tidak memasukkan semua faktor yang relevan, penulis telah menyertakan semua faktor sesuai
dengan literatur empiris yang terkait dengan dimensi etika pengambilan keputusan.
Sementara sebagian besar diskusi dalam bab ini dapat diterapkan untuk pengambilan
keputusan secara umum, tujuannya adalah untuk memperjelas peran etika dalam proses
pengambilan keputusan. Kita melihat etika sebagai salah satu dari sejumlah dimensi proses
pengambilan keputusan. Komponen etika tidak akan berperan ketika tidak ada masalah moral
yang terkait dengan keputusan, tetapi akan menjadi relevan ketika ada masalah moral di
dalamnya.
Diskusi ini dapat diterapkan untuk membuat keputusan di berbagai disiplin bisnis.
Masalah etika yang teraktual ditemui oleh pembuat keputusan yang ditentukan oleh jenis
posisinya di dalam manajemen. Contoh, masalah etis yang dihadapi manajer keuangan
kemungkinan berbeda dengan masalah yang dihadapi manajer marketing. Manajer dengan
tingkat yang lebih tinggi akan menghadapi masalah etika strategis, sedangkan manajer tingkat
lebih rendah mungkin akan menghadapi masalah etika taktis. Ada bukti yang menunjukkan
bahwa jenis masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan dapat mempengaruhi kualitas
etis dari keputusan tersebut. Namun, proses keputusan yang mendasari tampaknya menjadi
umum untuk semua masalah.
Diskusi berkembang dari model proses keputusan ditunjukkan pada gambar 4.1. Model
ini menyediakan sebuah struktur untuk mengatur pikiran kita dan menyoroti hubungan yang
telah terbukti secara empiris ada atau diyakini ada. Fitur utama meliputi personal traits,
organizational traits, dan decision process. Organizational traits, dan decision process ada
dalam budaya organisasi. Pertama, kita mulai membahas dengan ciri kepribadian dari
individupembuat keputusan.
1.
Ciri Kepribadian
Keputusan bisnis dibuat oleh individu atau komite-komite, sehingga etika bisnis dalam
realitas adalah etika dari individu-individu yang membentuk bisnis. Faktor-faktor yang
mempengaruhi etika seseorang : nilai pribadi, tahap-tahap perkembangan moral dan
persetujuan moral seperti gambar 4.1. Seperti yang akan kita lihat nanti, perilaku etis juga
dipengaruhi oleh ciri-ciri organisasi dan proses pengambilan keputusan yang terjadi di dalam
budaya organisasi.
2.
Jenis-Jenis Nilai
Pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa pengaruh awal pada pengambilan keputusan
berasal dari nilai-nilai pribadi pembuat keputusan berlaku. Menurut Rokeach, nilai dibagi
menjadi 2 yakni :
1.
Nilai terminal, mengacu pada keyakinan atau konsepsi tentang tujuan akhir atau hasil
akhir yang diinginkan (misalnya kehidupan yang nyaman sejahtera).
2.
Nilai instrumental, mengacu pada keyakinan atau konsepsi keinginan dari mode
perilaku yang instrumental bagi tujuan yang diinginkan. (misalnya, ambisi bekerja keras,
bercita-cita).
Meskipun nilai-nilai pribadi seseorang pembuat keputusan memberikan dasar-dasar
untuk keputusan etis dalam kehidupan pribadi, dalam kehidupan profesional nilai-nilai
pribadi dimediasi oleh kekuatan orang lain di dalam struktur organisasi yang dapat mengubah
peran yang dimainkan oleh nilai-nilai pribadi dalam pengambilan keputusan. Filsuf melihat
perbedaan secara jelas dalam dua peran keputusan yang berbeda sebagai etika pribadi dan
umum.
3.
Nilai Pribadi Moderator
Tiga sifat pribadi timbul untuk bertindak dari nilai-nilai pribadi seseorang sebagai
moderator dalam pengambilan keputusan kegiatan. Ketiga sifat tersebut yakni :
1.
Kekuatan ego.
Kekuatan ego merupakan istilah lain untuk tingkat kepercayaan diri dan dikaitkan
dengan keyakinan pribadi. Seseorang dengan kekuatan ego yang tinggi diharapkan lebih
mengandalkan nilai-nilai pribadinya sendiri, meyakini apa yang benar dan salah serta tidak
dipengaruhi oleh orang lain. Dengan demikian keputusan terkait dimensi etika pada
organisasi, kurang berpengaruh pada individu dengan kekuatan ego yang tinggi daripada
individu dengan kekuatan ego yang lebih rendah.
2.
Field dependence.
Individu dengan dependensi tinggi cenderung menggunakan informasi yang lebih
besar yang diberikan oleh orang lain untuk memperjelas masalah ketika berada dalam
keadaan yang ambigu. Orang-orang dengan field independence cenderung mengandalkan
informasi yang mereka miliki atau informasi yang mereka kembangkan.
Masalah etika seringkali menimbulkan dilema etika. Dalam konteks organisasi, orangorang dengan field dependence kemungkinan akan dipengaruhi untuk tingkat yang lebih
besar oleh orang-orang dalam organisasi karena mereka bergulat dengan masalah etika
sulit. Hal ini disebabkan mereka menerima dan menggunakan informasi yang diberikan
oleh orang lain dalam organisasi dalam proses pengambilan keputusan mereka. Dengan
demikian, keputusan mereka cenderung menyimpang dari keputusan serupa mereka akan
membuat luar organisasi ketika mereka tidak memiliki akses ke informasi yang lain.
Seseorang dengan field independent cenderung untuk membatasi informasi yang
mereka gunakan dalam membuat keputusan dengan informasi yang mereka miliki.
Informasi yang baik telah dikumpulkan sebelumnya atau dikumpulkan okleh individu
untuk membantu menyelesaikan masalah etis yang sulit. Keputusan yang dibuat oleh
bidang independen individu lebih cenderung didasarkan pada nilai-nilai pribadi mereka
dan cenderung kurang menyimpang dari keputusan serupa mereka akan membuat luar
organisasi.
3.
Locus of control
Mencerminkan pemahaman individu dari kontro ia memiliki lebih dari peristiwa
kehidupan. “eksternal” percaya bahwa peristiwa dikendalikan oleh takdir, nasib dan
keberuntungan. Internal lebih cenderung merasa tanggung jawab untuk hasil dan dengan
demikian lebih cenderung mengandalkan nilai-nilai pribadi dan keyakinan perilaku benar
dan salah untuk membimbing. internal” percaya hal kehidupan dikendalikan oleh tindakan
sendiri. Sebuah eksternal cenderung tidak merasa tanggungjawab pribadi atas konsekuensi
dari perilaku dan dengan demikian lebih cenderung dipengaruhi oleh kekuatan di dalam
organisasi.
Singkatnya sejauh mana perilaku pembuat keputusan mencerminkan nilai-nilai
pribadi tergantung sampai batas tertentu pada kekuatan ego, field dependece, dan locus of
control. Perilaku individu A, memiliki kekuatan ego yang tinggi, field dependece, dan
locus of control, kemungkinan mencerminkan nilai-nilai pribadi orang tersebut. Perilaku
individu B, memiliki kekuatan ego yang rendah, field dependece, dan locus of control field
dependece, dan locus of control eksternal, kemungkinan akan tidak berkaitan dengan nilainilai pribadi orang tersebut. Jadi, kekuatan organisasi memiliki efek mediasi jauh lebih
kecil pada nilai-nilai pribadi A daripada nilai-nilai pribadi B dalam proses keputusan.
Download