bab ii landasan teori - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Gambaran Tubuh
Terdapat beberapa pengertian gambaran tubuh yang dikemukakan oleh
beberapa ahli. Setiap ahli memiliki pendapat yang berbeda dalam mendefinisikan
gambaran tubuh. Untuk lebih jelasnya, berikut ini terdapat beberapa pengertian
gambaran tubuh yang dikemukakan oleh beberapa orang ahli.
1. Definisi Gambaran Tubuh
Hughes & Noppe (1985) berpendapat bahwa gambaran tubuh adalah
pandangan seseorang mengenai tubuhnya. Cash & Deagle (dalam Jones, 2002)
mendefinisikan gambaran tubuh sebagai derajat kepuasan individu terhadap
dirinya secara fisik yang mencakup ukuran, bentuk, dan penampilan umum.
Menurut Salkin (dalam Frey & Carlock, 1984) gambaran tubuh adalah gambaran
atau representasi individu mengenai tubuhnya sendiri baik dalam keadaan diam
maupun bergerak. Hal ini diperoleh dari sensasi internal, perubahan postural,
hubungan dengan objek luar dan orang lain, pengalaman dan fantasi emosional.
Pengertian gambaran tubuh menurut Dacey & Kenny (2001) adalah bagaimana
keyakinan individu mengenai bagaimana mereka dilihat oleh orang lain. Pendapat
ini didukung dengan definisi dari Chaplin (2002) yang menjelaskan bahwa
gambaran tubuh adalah ide seseorang mengenai betapa penampilan badannya di
hadapan orang atau bagi orang lain. Pengertian gambaran tubuh lainnya
dikemukakan oleh Grogan (dalam Bergstrom & Neighbors, 2006) yang
10
Universitas Sumatera Utara
11
mendefinisikan gambaran tubuh sebagai persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang
mengenai tubuhnya. Menurut Cash & Pruzinsky (2002) gambaran tubuh
merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa
penilaian positif dan negatif. Cash dkk., (dalam Seawell & Danoff-Burg, 2005)
juga menjelaskan bahwa gambaran tubuh adalah konstruk yang multidimensional
yang terdiri dari persepsi, kognisi, emosi, dan perilaku yang berkaitan dengan
atribut fisik.
Berdasarkan pemaparan dari definisi di atas, terdapat perbedaan pendapat
yang dikemukakan oleh beberapa ahli dalam mendefinisikan gambaran tubuh.
Terdapat ahli yang menitikberatkan gambaran tubuh pada derajat kepuasan pada
tubuh, ada juga ahli yang menyatakan gambaran tubuh sebagai gambaran individu
mengenai tubuh karena adanya pengaruh dari luar. Tokoh lainnya, menyatakan
bahwa gambaran tubuh adalah persepsi, pikiran, perasaan mengenai tubuh yang
dapat dinilai positif atau negatif.
Melalui defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gambaran tubuh adalah
gambaran mental, pandangan, sikap dan evaluasi yang dimiliki seseorang
mengenai tubuhnya meliputi ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan berat tubuh yang
mengarah kepada penampilan fisik yang dapat bersifat positif maupun negatif atau
puas atau tidak puas.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Gambaran Tubuh
Beberapa ahli seperti Cash & Pruzinsky (2002) menyatakan bahwa
gambaran tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan gambaran tubuh antara lain adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
12
a. Media Massa
Tiggemann (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa media
yang muncul dimana-dimana memberikan gambaran ideal mengenai figur
perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang.
Tiggemann (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) juga menyatakan telah ditemukan
bahwa media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam budaya sosial.
Anak-anak dan remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan
menonton televisi. Konsumsi media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen.
Isi tayangan media sering menggambarkan bahwa standar kecantikan perempuan
adalah tubuh yang kurus dan hal ini berarti dengan level kekurusan yang dimiliki,
kebanyakan perempuan percaya bahwa mereka adalah orang-orang yang sehat.
Media juga memberikan gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan memiliki
tubuh yang berotot.
b. Keluarga
Menurut teori social learning, orangtua merupakan model yang penting
dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi gambaran tubuh anak-anaknya
melalui modeling, feedback dan instruksi. Fisher, Fisher dan Stark (dalam Cash &
Pruzinsky, 2002) menyatakan bahwa gambaran tubuh melibatkan bagaimana
orangtua menerima keadaan bayinya baik terhadap jenis kelamin bayinya dan
bagaimana wajah bayinya kelak. Ketika bayinya lahir, orangtua menyambut bayi
tersebut dengan pengharapan akan adanya bayi ideal dan membandingkannya
dengan penampilan bayi sebenarnya. Kebutuhan emosional bayi adalah disayangi
lingkungan yang dapat mempengaruhi harga diri seseorang. Harapan fisik bayi
Universitas Sumatera Utara
13
oleh orangtua juga sama seperti harapan anggota keluarga lain yaitu tidak cacat
tubuh. Ikeda and Narworski (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) menyatakan bahwa
komentar yang dibuat orangtua dan anggota keluarga mempunyai pengaruh yang
besar dalam gambaran tubuh anak-anak. Orangtua yang secara konstan melakukan
diet dan berbicara tentang berat mereka dari sisi negatif akan memberikan pesan
kepada anak bahwa mengkhawatrirkan berat badan adalah sesuatu yang normal.
c. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan
diri dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri
termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal
inilah yang sering membuat seseorang merasa cemas mengenai penampilannya
dan gugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. Rosen dan
koleganya (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) menyatakan bahwa feedback terhadap
penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan
interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan mengenai
tubuh.
Menurut Dunn & Gokee (dalam Cash & Pruzinsky, 2002), menerima
feedback mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi
tentang bagaimana oranglain memandang dirinya. Keadaan tersebut dapat
membuat mereka melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu
proses pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik.
Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi
oranglain. Dalam konteks perkembangan, gambaran tubuh berasal dari hubungan
Universitas Sumatera Utara
14
interpersonal. Perkembangan emosional dan pikiran individu juga berkontribusi
pada bagaimana seseorang melihat dirinya. Maka, bagaimana seseorang berpikir
dan merasa mengenai tubuhnya dapat mempengaruhi hubungan dan karakteristik
psikologis (Chase, 2001).
3. Pengukuran Gambaran Tubuh
Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran tubuh pada
umumnya menggunakan Multidimensional Body Self-Relation QuestionnaireAppearance Scales (MBSRQ-AS) yang dikemukakan oleh Cash. Pengukuran
gambaran tubuh dalam penelitian ini menggunakan dimensi-dimensi pada alat
ukur yang dikemukakan oleh Cash dkk, (dalam Seawell & Danoff-Burg, 2005).
Dimensi-dimensi tersebut terdiri dari:
a. Evaluasi penampilan
Mengukur evaluasi dari penampilan secara keseluruhan dan perasaan menarik
atau tidak menarik.
b. Orientasi penampilan
Mengukur derajat kepentingan dan memberi perhatian terhadap penampilan
yang berkaitan dengan perilaku untuk berusaha menjaga dan memperbaiki
penampilan.
c. Kepuasan area tubuh
Mengukur
kepuasan
individu
terhadap
aspek-aspek
tertentu
dari
penampilannya. Adapun aspek-aspek tersebut adalah wajah, rambut, tubuh
bagian bawah (pantat, paha, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang,
Universitas Sumatera Utara
15
perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan), tampilan otot, berat, tinggi,
penampilan secara keseluruhan.
d. Kecemasan menjadi gemuk
Mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan akan berat badan,
kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi
pola makan.
e. Pengkategorian ukuran tubuh
Mengukur bagaimana individu mempersepsi dan menilai berat badannya, dari
sangat kurus sampai sangat gemuk.
B. Depresi
Depresi dapat dialami oleh setiap orang yang dapat dilihat melalui emosi,
fungsi tubuh, perilaku, dan pikiran (dalam Nolen-Hoeksema, 2001). Oleh sebab
itu, untuk lebih jelasnya berikut terdapat beberapa definisi depresi yang
dikemukakan oleh beberapa orang ahli.
1. Definisi Depresi
APA (Association Psychologist American) (dalam Aditomo & Retnowati,
2004) mendefinisikan depresi sebagai gangguan yang terutama ditandai oleh
kondisi emosi sedih dan muram serta terkait dengan gejala-gejala kognitif, fisik,
dan interpersonal. Davison, dkk, (2005), menyatakan bahwa depresi merupakan
kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat,
perasaan tidak berarti dan bersalah, kehilangan minat serta kesenangan dalam
aktivitas yang biasa dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
16
Pengertian lainnya mengenai depresi dikemukakan oleh Rubenstein,
Shaver, & Peplau (Brehm, 2002) yang mengatakan bahwa depresi merupakan
perasaan emosional yang tertekan secara terus-menerus yang ditandai dengan
perasaan bersalah, menarik diri dari orang lain. Chaplin (2002) mendefinisikan
depresi pada dua keadaan, yaitu pada orang normal dan pada kasus patologis.
Pada orang normal, depresi merupakan keadaan kemurungan (kesedihan,
kepatahan semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya
kegiatan, dan pesimisme menghadapi masa yang akan datang. Pada kasus
patologis, depresi merupakan ketidakmauan ekstrim untuk mereaksi terhadap
perangsang, disertai menurunnya nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak mampu dan
putus asa.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa depresi
adalah gangguan emosional yang ditandai dengan perasaan tertekan, perasaan
bersalah, kesedihan, kehilangan minat, dan menarik diri dari orang lain yang dapat
berpengaruh pada hubungan interpersonal.
2. Pengukuran Depresi
Pengukuran depresi dilakukan dengan mengadaptasi The Center for
Epidemiological Studies-Depression Scale (CES-D) yang dikembangkan oleh
Radloff melalui National Institute of Mental Health. Skala ini terdiri dari 20 aitem
yang disusun berdasar empat faktor, yaitu :
-
Depressed affect/negative affect (blues, depressed, lonely, cry sad).
-
Somatic symptoms (bothered, appetite, effort, sleep, get going).
-
Positive affect (good, hopeful, happy, enjoy).
Universitas Sumatera Utara
17
-
Interpersonal relations (unfriendly, dislike).
Faktor-faktor di atas diperoleh melalui analisis faktor (Radloff,1977).
Aitem-aitem CES-D dipilih dari sekelompok aitem dari skala depresi sebelumnya.
Komponen utama gejala depresi ditemukan dari literatur klinis dan penelitian
analisis faktor. Komponen-komponen ini termasuk depressed mood, perasaan
bersalah dan tidak berharga (feelings of guilt and worthlessness), perasaan tidak
tertolong dan tidak memiliki harapan (feelings of helplessness and hopelessness),
retardasi psikomotor (psychomotor retardation), kehilangan nafsu makan (loss of
appetite), dan gangguan tidur (sleep disturbance).
3. Gejala Depresi
Dalam DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders fourth edition Text Revision) dituliskan kriteria depresi mayor yang
ditetapkan apabila sedikitnya 5 dari gejala di bawah ini telah ditemukan dalam
jangka waktu 2 minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi
dari sebelumnya, paling tidak satu gejalanya ialah salah satu dari mood tertekan
atau hilangnya minat atau kesenangan (tidak termasuk gejala-gejala yang jelas
yang disebabkan kondisi medis umum, atau mood delusi atau halusinasi yang
tidak kongruen).
a. mood tertekan hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, sebagaimana
ditunjukkan oleh laporan subjektif atau pengamatan dari orang lain.
b. ditandai dengan berkurangnya minat dan kesenangan dalam semua, atau
hampir semua aktivitas hampir sepanjang hari, hampir setiap hari
Universitas Sumatera Utara
18
(ditunjukkan baik oleh perimbangan subjektif atau pengamatan dari orang
lain).
c. berkurangnya berat badan secara signifikan tanpa diet atau bertambahnya
berat badan (seperti perubahan lebih dari 5% berat badan dalam sebulan),
atau berkurang atau bertambahnya nafsu makan hampir setiap hari (pada
kanak-kanak,
pertimbangkan
juga
kegagalan
untuk
mendapatkan
tambahan berat badan).
d. insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
e. agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh
orang lain, tidak hanya perasaan subjektif tentang kegelisahan atau terasa
terhambat).
f. lelah atau kehilangan tenaga hampir setiap hari.
g. perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak
sesuai (yang mencapai taraf delusional) hampir setiap hari (tidak hanya
menyalahkan diri sendiri atau rasa bersalah karena sakitnya).
h. menurunnya kemampuan berpikir atau konsentrasi, atau ragu-ragu, hampir
setiap hari (baik atas pertimbangan subjektif atau hasil pengamatan orang
lain).
i. pikiran tentang kematian yang berulang (tidak hanya takut akan kematian),
gagasan ingin bunuh diri yang berulang tanpa rencana yang spesifik, atau
usaha bunuh diri atau adanya suatu rencana spesifik untuk bunuh diri.
Universitas Sumatera Utara
19
4. Penyebab Depresi
Terdapat tiga kategori penyebab dari gejala depresi menurut NolenHoeksema dan Girgus (dalam Krenke & Stemmler, 2002). Tiga kategori penyebab
dari gejala depresi tersebut adalah:
a. Faktor kepribadian, seperti orang yang dependent, memiliki harga diri yang
rendah, tidak asertif, dan menggunakan ruminative coping.
Nolen-Hoeksema dan Girgus juga mengatakan bahwa ketika seseorang merasa
tertekan akan cenderung fokus pada tekanan yang mereka rasa dan secara
pasif merenung daripada mengalihkannya atau melakukan aktivitas untuk
merubah situasi.
b. Faktor biologis, seperti perubahan hormonal dan hal-hal yang berkaitan
dengan kensekuensi psikologis, seperti ketidakpuasan pada bentuk tubuh.
c. Faktor sosial, seperti negative life event dan adanya pengharapan dari orangtua
dan teman sebaya.
C. Remaja
Masa remaja biasanya dirasakan sebagai masa sulit, baik bagi remaja
sendiri maupun bagi keluarga atau lingkungannya (Ali & Asrori, 2004). Untuk
mengetahui bagaimana masa remaja, maka terlebih dahulu diketahui definisi dari
remaja. Berikut terdapat definisi remaja yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
1. Definisi Remaja
Masa remaja sering disebut adolesensi yang berasal dari bahasa Latin
yaitu adolescere dan adultus yang berarti menjadi dewasa atau dalam
Universitas Sumatera Utara
20
perkembangan menjadi dewasa (Monks, 2001). Lazimnya masa remaja dianggap
mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia
mencapai usia matang secara hukum (Hurlock, 1999). Remaja menurut Santrock
(1998) adalah suatu periode dalam perkembangan individu yang merupakan masa
transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, meliputi perubahanperubahan biologis, kognitif dan psikososial.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan masa remaja merupakan
masa dimana individu mulai berada dalam perkembangan menjadi dewasa,
ditandai dengan kematangan secara seksual dan matang secara hukum yang
diikuti dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan psikososial.
2. Pembagian Masa Remaja
Menurut Monks (2001) batasan usia remaja adalah antara 12 tahun sampai
21 tahun. Monks membagi batasan usia ini dalam tiga fase, yaitu :
1. Fase remaja awal
: usia 12 tahun sampai 15 tahun
2. Fase remaja pertengahan
: usia 15 tahun sampai 18 tahun
3. Fase remaja akhir
: usia 18 tahun sampai 21 tahun
Batasan usia remaja untuk masyarakat Indonesia adalah antara usia 11
tahun sampai 24 tahun. Pertimbangan bahwa usia 11 tahun adalah usia dimana
pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak dan batasan usia 24
tahun merupakan batas maksimal untuk individu yang belum dapat memenuhi
persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologis. Individu yang sudah
menikah dianggap dan diperlakukan sebagai individu dewasa penuh sehingga
Universitas Sumatera Utara
21
tidak lagi digolongkan sebagai remaja (Sarwono, 2006). Santrock (1998)
berpendapat bahwa masa remaja diawali pada usia berkisar antara 10-13 tahun
dan berakhir usia 18-22 tahun.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
rata-rata batasan usia remaja berkisar antara 12 hingga 24 tahun, dengan
pembagian fase remaja awal berkisar antara 12 -15 tahun, fase remaja tengah
berkisar antara 15 – 18 tahun dan fase remaja akhir bekisar antara 18 – 21 tahun.
Batasan maksimum usia 24 tahun, untuk individu yang belum dapat memenuhi
persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologis.
3. Tanda Masa Remaja Awal
Masa remaja awal menurut Sulaeman (1995) ditandai oleh beberapa hal, yaitu:
a. Pertumbuhan fisik berjalan secara cepat dibandingkan dengan masa-masa
sebelumnya, terutama pertumbuhan tinggi dan berat badan serta perubahanperubahan secara umum dalam proporsi dari berbagai bagian tubuh.
b. Remaja
mulai
mengadakan
penyesuaian
sosial
dan
senang
hidup
berkelompok.
c. Mulai mempertimbangkan nilai-nilai. Kepalsuan serta kebohongan akan cepat
diketahui remaja. Dalam setiap tindakan yang dilakukan menginginkan
dibenarkan oleh orangtua.
d. Banyak melakukan penyelidikan dalam dunia musik, kesenian, kerajinan
tangan, seni drama, dan lain-lain dalam kegiatan sekolah.
Universitas Sumatera Utara
22
4. Perkembangan Fisik Remaja Awal
Masa remaja dimulai dengan terjadinya pubertas, yaitu masa atau periode
yang singkat dalam pematangan fisik yang melibatkan perubahan hormonal dan
tubuh yang dimulai sejak awal masa remaja. Perubahan hormonal tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan fisik pada tubuh (Santrock, 1998).
Perubahan fisik yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa
remaja adalah pertumbuhan tubuh yaitu badan menjadi semakin panjang dan
tinggi. Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi yang ditandai dengan
haid pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki. Perubahan-perubahan fisik
itu menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri
dengan perubahan yang terjadi pada dirinya (Sarwono, 2006).
D. Pengaruh Gambaran Tubuh terhadap Depresi pada Remaja Awal
Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa. Keadaan ini diawali dengan terjadinya pubertas. Pubertas menurut
Santrock (1998) adalah masa atau periode yang singkat dalam pematangan fisik
yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh yang dimulai sejak awal masa
remaja.
Pada masa remaja, khususnya remaja awal terjadi perubahan fisik yang
pesat sehingga menimbulkan respon tersendiri bagi remaja yang berupa tingkah
laku yang sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya (Hurlock, 1999).
Pertumbuhan anggota-anggota badan pada masa ini lebih cepat daripada badan,
Universitas Sumatera Utara
23
hal ini membuat remaja memiliki proporsi tubuh yang tidak seimbang. Tangan
dan kakinya lebih panjang dalam perbandingan dengan badannya (Monks, 2001).
Menurut Monks (2001), seringkali penyimpangan dari bentuk badan khas
perempuan atau khas laki-laki menimbulkan kegusaran batin yang cukup
mendalam karena pada masa ini perhatian remaja sangat besar terhadap
penampilan dirinya. Dacey & Kenny (Davison & McCabe, 2006) menjelaskan
bahwa karakter fisik menjadi pusat dari sense of self bagi remaja. Bagaimana
mereka memandang diri mereka sangat berperan dalam fungsi sehari-hari mereka.
Mereka memiliki pandangan sendiri mengenai tubuh mereka. Pandangan inilah
yang disebut dengan gambaran tubuh oleh Hughes & Noppe (1985). Menurut
Cash & Deagle (dalam Jones, 2002) gambaran tubuh dapat juga didefinisikan
sebagai derajat kepuasan seseorang terhadap dirinya secara fisik meliputi bentuk,
ukuran, dan penampilan umum. Pada masa ini, hanya sedikit remaja yang merasa
puas dengan tubuhnya (Hurlock, 1999).
Simons, Rosenberg, & Rosenberg (Davison & McCabe, 2006) juga
mengatakan bahwa remaja awal dikarakteristikkan dengan adanya kesadaran dan
kepedulian yang tinggi mengenai bagaimana evaluasi teman sebaya mengenai
mereka. Pendapat ini didukung oleh Hili dan Monks (dalam Monks, 2001) yang
menyatakan bahwa remaja sendiri merupakan salah satu penilai yang penting
terhadap badannya sendiri sebagai rangsang sosial.
Kejadian-kejadian yang terjadi dengan teman sebaya memiliki pengaruh
bagi remaja, termasuk yang berkaitan dengan keadaan fisik mereka. Davison
(2002) mengatakan bahwa remaja mendapati penampilan fisik mereka menjadi
Universitas Sumatera Utara
24
fokus percakapan yang tidak menyenangkan dari teman-teman sebaya. Hal ini
membuat remaja sangat sensitif terhadap penampilan fisik dan juga terhadap
persepsi dari teman-teman mereka, sehingga mereka sangat memperhatikan daya
tarik mereka dan secara kritis menilai tubuh mereka.
Evaluasi negatif mengenai penampilan dapat membuat mereka mengalami
kesulitan dalam hubungan interpersonal karena yang dinilai menariklah yang akan
mendapat penerimaan dalam interaksi sosial (Davison & McCabe, 2006). Mereka
menyadari bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial dan
bahwa mereka yang menarik biasanya diperlakukan dengan lebih baik daripada
mereka yang kurang menarik (Hurlock, 1999). Mereka akan sangat menderita
manakala suatu saat tidak diterima atau bahkan diasingkan oleh kelompok teman
sebayanya (Ali & Asrori, 2004). Teman sebaya lebih besar pengaruhnya dalam
lingkungan sekolah. Hal ini disebabkan karena para remaja lebih banyak
menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah (Yusuf,
2004). Dalam pergaulan di sekolah, terdapat kelompok tertentu yang dipandang
populer dan terdapat banyak kegiatan seperti dalam organisasi dan olahraga.
Respon negatif dari orang lain juga dapat merusak pembentukan diri, tidak
kompeten, dan perasaan inferior (Breakey, 1997). Keadaan ini mengarah pada
terjadinya depresi.
Penolakan dari teman-teman sebaya juga dapat memicu skema negatif
yang menurut teori Beck berperan penting dalam depresi (Davison, 2002).
Pendapat ini didukung oleh Nolen-Hoeksema dan Girgus (dalam Krenke &
Stemmler, 2002) yang mengatakan bahwa perubahan hormonal dan hal-hal yang
Universitas Sumatera Utara
25
berkaitan dengan kensekuensi psikologis seperti ketidakpuasan pada bentuk tubuh
dan faktor sosial pada remaja awal, seperti negative life event dapat menyebabkan
depresi. Ali dan Asrori (2004) juga menyatakan bahwa tidak setiap remaja dapat
menerima perubahan kondisi tubuhnya, sehingga tidak jarang menyebabkan
remaja cenderung menyendiri, merasa terasing, kurang perhatian dari orang lain,
atau bahkan merasa tidak ada yang mau mempedulikannya. Hal ini terlihat
sebagai munculnya gejala depresi, yaitu depressed/negative affect atau perasaanperasaan negatif. Beberapa penelitian seperti penelitian yang dilakukan oleh
Konstanski & Gullone pada tahun 1998 (dalam Davison & McCabe, 2006) juga
mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara gambaran tubuh dengan
depresi pada remaja. Menurut Monks (2001), pada remaja yang mengerti bahwa
badannya memenuhi persyaratan, maka hal ini berakibat positif terhadap penilaian
dirinya. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Hurlock (1999) bahwa bagi remaja
yg menerima perubahan fisik yg terjadi pada dirinya, menganggap hal tersebut
merupakan suatu hal yang wajar karena memang akan dialami oleh semua orang
yang melalui masa pubertas
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa gambaran tubuh
memiliki pengaruh terhadap depresi pada remaja awal. Gambaran tubuh yang
negatif akan berdampak terjadinya depresi pada remaja awal.
E. Hipotesa
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian
ini adalah terdapat pengaruh gambaran tubuh terhadap depresi pada remaja awal.
Universitas Sumatera Utara
Download