BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Tubuh Terdapat beberapa pengertian gambaran tubuh yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Setiap ahli memiliki pendapat yang berbeda dalam mendefinisikan gambaran tubuh. Untuk lebih jelasnya, berikut ini terdapat beberapa pengertian gambaran tubuh yang dikemukakan oleh beberapa orang ahli. 1. Definisi Gambaran Tubuh Hughes & Noppe (1985) berpendapat bahwa gambaran tubuh adalah pandangan seseorang mengenai tubuhnya. Cash & Deagle (dalam Jones, 2002) mendefinisikan gambaran tubuh sebagai derajat kepuasan individu terhadap dirinya secara fisik yang mencakup ukuran, bentuk, dan penampilan umum. Menurut Salkin (dalam Frey & Carlock, 1984) gambaran tubuh adalah gambaran atau representasi individu mengenai tubuhnya sendiri baik dalam keadaan diam maupun bergerak. Hal ini diperoleh dari sensasi internal, perubahan postural, hubungan dengan objek luar dan orang lain, pengalaman dan fantasi emosional. Pengertian gambaran tubuh menurut Dacey & Kenny (2001) adalah bagaimana keyakinan individu mengenai bagaimana mereka dilihat oleh orang lain. Pendapat ini didukung dengan definisi dari Chaplin (2002) yang menjelaskan bahwa gambaran tubuh adalah ide seseorang mengenai betapa penampilan badannya di hadapan orang atau bagi orang lain. Pengertian gambaran tubuh lainnya dikemukakan oleh Grogan (dalam Bergstrom & Neighbors, 2006) yang 10 Universitas Sumatera Utara 11 mendefinisikan gambaran tubuh sebagai persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai tubuhnya. Menurut Cash & Pruzinsky (2002) gambaran tubuh merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif dan negatif. Cash dkk., (dalam Seawell & Danoff-Burg, 2005) juga menjelaskan bahwa gambaran tubuh adalah konstruk yang multidimensional yang terdiri dari persepsi, kognisi, emosi, dan perilaku yang berkaitan dengan atribut fisik. Berdasarkan pemaparan dari definisi di atas, terdapat perbedaan pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli dalam mendefinisikan gambaran tubuh. Terdapat ahli yang menitikberatkan gambaran tubuh pada derajat kepuasan pada tubuh, ada juga ahli yang menyatakan gambaran tubuh sebagai gambaran individu mengenai tubuh karena adanya pengaruh dari luar. Tokoh lainnya, menyatakan bahwa gambaran tubuh adalah persepsi, pikiran, perasaan mengenai tubuh yang dapat dinilai positif atau negatif. Melalui defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gambaran tubuh adalah gambaran mental, pandangan, sikap dan evaluasi yang dimiliki seseorang mengenai tubuhnya meliputi ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan berat tubuh yang mengarah kepada penampilan fisik yang dapat bersifat positif maupun negatif atau puas atau tidak puas. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Gambaran Tubuh Beberapa ahli seperti Cash & Pruzinsky (2002) menyatakan bahwa gambaran tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan gambaran tubuh antara lain adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 12 a. Media Massa Tiggemann (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa media yang muncul dimana-dimana memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang. Tiggemann (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) juga menyatakan telah ditemukan bahwa media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam budaya sosial. Anak-anak dan remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi. Konsumsi media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen. Isi tayangan media sering menggambarkan bahwa standar kecantikan perempuan adalah tubuh yang kurus dan hal ini berarti dengan level kekurusan yang dimiliki, kebanyakan perempuan percaya bahwa mereka adalah orang-orang yang sehat. Media juga memberikan gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan memiliki tubuh yang berotot. b. Keluarga Menurut teori social learning, orangtua merupakan model yang penting dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi gambaran tubuh anak-anaknya melalui modeling, feedback dan instruksi. Fisher, Fisher dan Stark (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) menyatakan bahwa gambaran tubuh melibatkan bagaimana orangtua menerima keadaan bayinya baik terhadap jenis kelamin bayinya dan bagaimana wajah bayinya kelak. Ketika bayinya lahir, orangtua menyambut bayi tersebut dengan pengharapan akan adanya bayi ideal dan membandingkannya dengan penampilan bayi sebenarnya. Kebutuhan emosional bayi adalah disayangi lingkungan yang dapat mempengaruhi harga diri seseorang. Harapan fisik bayi Universitas Sumatera Utara 13 oleh orangtua juga sama seperti harapan anggota keluarga lain yaitu tidak cacat tubuh. Ikeda and Narworski (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) menyatakan bahwa komentar yang dibuat orangtua dan anggota keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam gambaran tubuh anak-anak. Orangtua yang secara konstan melakukan diet dan berbicara tentang berat mereka dari sisi negatif akan memberikan pesan kepada anak bahwa mengkhawatrirkan berat badan adalah sesuatu yang normal. c. Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat seseorang merasa cemas mengenai penampilannya dan gugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. Rosen dan koleganya (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) menyatakan bahwa feedback terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan mengenai tubuh. Menurut Dunn & Gokee (dalam Cash & Pruzinsky, 2002), menerima feedback mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana oranglain memandang dirinya. Keadaan tersebut dapat membuat mereka melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi oranglain. Dalam konteks perkembangan, gambaran tubuh berasal dari hubungan Universitas Sumatera Utara 14 interpersonal. Perkembangan emosional dan pikiran individu juga berkontribusi pada bagaimana seseorang melihat dirinya. Maka, bagaimana seseorang berpikir dan merasa mengenai tubuhnya dapat mempengaruhi hubungan dan karakteristik psikologis (Chase, 2001). 3. Pengukuran Gambaran Tubuh Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran tubuh pada umumnya menggunakan Multidimensional Body Self-Relation QuestionnaireAppearance Scales (MBSRQ-AS) yang dikemukakan oleh Cash. Pengukuran gambaran tubuh dalam penelitian ini menggunakan dimensi-dimensi pada alat ukur yang dikemukakan oleh Cash dkk, (dalam Seawell & Danoff-Burg, 2005). Dimensi-dimensi tersebut terdiri dari: a. Evaluasi penampilan Mengukur evaluasi dari penampilan secara keseluruhan dan perasaan menarik atau tidak menarik. b. Orientasi penampilan Mengukur derajat kepentingan dan memberi perhatian terhadap penampilan yang berkaitan dengan perilaku untuk berusaha menjaga dan memperbaiki penampilan. c. Kepuasan area tubuh Mengukur kepuasan individu terhadap aspek-aspek tertentu dari penampilannya. Adapun aspek-aspek tersebut adalah wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, paha, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, Universitas Sumatera Utara 15 perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan), tampilan otot, berat, tinggi, penampilan secara keseluruhan. d. Kecemasan menjadi gemuk Mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan akan berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan. e. Pengkategorian ukuran tubuh Mengukur bagaimana individu mempersepsi dan menilai berat badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk. B. Depresi Depresi dapat dialami oleh setiap orang yang dapat dilihat melalui emosi, fungsi tubuh, perilaku, dan pikiran (dalam Nolen-Hoeksema, 2001). Oleh sebab itu, untuk lebih jelasnya berikut terdapat beberapa definisi depresi yang dikemukakan oleh beberapa orang ahli. 1. Definisi Depresi APA (Association Psychologist American) (dalam Aditomo & Retnowati, 2004) mendefinisikan depresi sebagai gangguan yang terutama ditandai oleh kondisi emosi sedih dan muram serta terkait dengan gejala-gejala kognitif, fisik, dan interpersonal. Davison, dkk, (2005), menyatakan bahwa depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah, kehilangan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan. Universitas Sumatera Utara 16 Pengertian lainnya mengenai depresi dikemukakan oleh Rubenstein, Shaver, & Peplau (Brehm, 2002) yang mengatakan bahwa depresi merupakan perasaan emosional yang tertekan secara terus-menerus yang ditandai dengan perasaan bersalah, menarik diri dari orang lain. Chaplin (2002) mendefinisikan depresi pada dua keadaan, yaitu pada orang normal dan pada kasus patologis. Pada orang normal, depresi merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan, dan pesimisme menghadapi masa yang akan datang. Pada kasus patologis, depresi merupakan ketidakmauan ekstrim untuk mereaksi terhadap perangsang, disertai menurunnya nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak mampu dan putus asa. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan emosional yang ditandai dengan perasaan tertekan, perasaan bersalah, kesedihan, kehilangan minat, dan menarik diri dari orang lain yang dapat berpengaruh pada hubungan interpersonal. 2. Pengukuran Depresi Pengukuran depresi dilakukan dengan mengadaptasi The Center for Epidemiological Studies-Depression Scale (CES-D) yang dikembangkan oleh Radloff melalui National Institute of Mental Health. Skala ini terdiri dari 20 aitem yang disusun berdasar empat faktor, yaitu : - Depressed affect/negative affect (blues, depressed, lonely, cry sad). - Somatic symptoms (bothered, appetite, effort, sleep, get going). - Positive affect (good, hopeful, happy, enjoy). Universitas Sumatera Utara 17 - Interpersonal relations (unfriendly, dislike). Faktor-faktor di atas diperoleh melalui analisis faktor (Radloff,1977). Aitem-aitem CES-D dipilih dari sekelompok aitem dari skala depresi sebelumnya. Komponen utama gejala depresi ditemukan dari literatur klinis dan penelitian analisis faktor. Komponen-komponen ini termasuk depressed mood, perasaan bersalah dan tidak berharga (feelings of guilt and worthlessness), perasaan tidak tertolong dan tidak memiliki harapan (feelings of helplessness and hopelessness), retardasi psikomotor (psychomotor retardation), kehilangan nafsu makan (loss of appetite), dan gangguan tidur (sleep disturbance). 3. Gejala Depresi Dalam DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders fourth edition Text Revision) dituliskan kriteria depresi mayor yang ditetapkan apabila sedikitnya 5 dari gejala di bawah ini telah ditemukan dalam jangka waktu 2 minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya, paling tidak satu gejalanya ialah salah satu dari mood tertekan atau hilangnya minat atau kesenangan (tidak termasuk gejala-gejala yang jelas yang disebabkan kondisi medis umum, atau mood delusi atau halusinasi yang tidak kongruen). a. mood tertekan hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, sebagaimana ditunjukkan oleh laporan subjektif atau pengamatan dari orang lain. b. ditandai dengan berkurangnya minat dan kesenangan dalam semua, atau hampir semua aktivitas hampir sepanjang hari, hampir setiap hari Universitas Sumatera Utara 18 (ditunjukkan baik oleh perimbangan subjektif atau pengamatan dari orang lain). c. berkurangnya berat badan secara signifikan tanpa diet atau bertambahnya berat badan (seperti perubahan lebih dari 5% berat badan dalam sebulan), atau berkurang atau bertambahnya nafsu makan hampir setiap hari (pada kanak-kanak, pertimbangkan juga kegagalan untuk mendapatkan tambahan berat badan). d. insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari. e. agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, tidak hanya perasaan subjektif tentang kegelisahan atau terasa terhambat). f. lelah atau kehilangan tenaga hampir setiap hari. g. perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai (yang mencapai taraf delusional) hampir setiap hari (tidak hanya menyalahkan diri sendiri atau rasa bersalah karena sakitnya). h. menurunnya kemampuan berpikir atau konsentrasi, atau ragu-ragu, hampir setiap hari (baik atas pertimbangan subjektif atau hasil pengamatan orang lain). i. pikiran tentang kematian yang berulang (tidak hanya takut akan kematian), gagasan ingin bunuh diri yang berulang tanpa rencana yang spesifik, atau usaha bunuh diri atau adanya suatu rencana spesifik untuk bunuh diri. Universitas Sumatera Utara 19 4. Penyebab Depresi Terdapat tiga kategori penyebab dari gejala depresi menurut NolenHoeksema dan Girgus (dalam Krenke & Stemmler, 2002). Tiga kategori penyebab dari gejala depresi tersebut adalah: a. Faktor kepribadian, seperti orang yang dependent, memiliki harga diri yang rendah, tidak asertif, dan menggunakan ruminative coping. Nolen-Hoeksema dan Girgus juga mengatakan bahwa ketika seseorang merasa tertekan akan cenderung fokus pada tekanan yang mereka rasa dan secara pasif merenung daripada mengalihkannya atau melakukan aktivitas untuk merubah situasi. b. Faktor biologis, seperti perubahan hormonal dan hal-hal yang berkaitan dengan kensekuensi psikologis, seperti ketidakpuasan pada bentuk tubuh. c. Faktor sosial, seperti negative life event dan adanya pengharapan dari orangtua dan teman sebaya. C. Remaja Masa remaja biasanya dirasakan sebagai masa sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga atau lingkungannya (Ali & Asrori, 2004). Untuk mengetahui bagaimana masa remaja, maka terlebih dahulu diketahui definisi dari remaja. Berikut terdapat definisi remaja yang dikemukakan oleh beberapa ahli. 1. Definisi Remaja Masa remaja sering disebut adolesensi yang berasal dari bahasa Latin yaitu adolescere dan adultus yang berarti menjadi dewasa atau dalam Universitas Sumatera Utara 20 perkembangan menjadi dewasa (Monks, 2001). Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum (Hurlock, 1999). Remaja menurut Santrock (1998) adalah suatu periode dalam perkembangan individu yang merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, meliputi perubahanperubahan biologis, kognitif dan psikososial. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan masa remaja merupakan masa dimana individu mulai berada dalam perkembangan menjadi dewasa, ditandai dengan kematangan secara seksual dan matang secara hukum yang diikuti dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan psikososial. 2. Pembagian Masa Remaja Menurut Monks (2001) batasan usia remaja adalah antara 12 tahun sampai 21 tahun. Monks membagi batasan usia ini dalam tiga fase, yaitu : 1. Fase remaja awal : usia 12 tahun sampai 15 tahun 2. Fase remaja pertengahan : usia 15 tahun sampai 18 tahun 3. Fase remaja akhir : usia 18 tahun sampai 21 tahun Batasan usia remaja untuk masyarakat Indonesia adalah antara usia 11 tahun sampai 24 tahun. Pertimbangan bahwa usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak dan batasan usia 24 tahun merupakan batas maksimal untuk individu yang belum dapat memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologis. Individu yang sudah menikah dianggap dan diperlakukan sebagai individu dewasa penuh sehingga Universitas Sumatera Utara 21 tidak lagi digolongkan sebagai remaja (Sarwono, 2006). Santrock (1998) berpendapat bahwa masa remaja diawali pada usia berkisar antara 10-13 tahun dan berakhir usia 18-22 tahun. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata batasan usia remaja berkisar antara 12 hingga 24 tahun, dengan pembagian fase remaja awal berkisar antara 12 -15 tahun, fase remaja tengah berkisar antara 15 – 18 tahun dan fase remaja akhir bekisar antara 18 – 21 tahun. Batasan maksimum usia 24 tahun, untuk individu yang belum dapat memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologis. 3. Tanda Masa Remaja Awal Masa remaja awal menurut Sulaeman (1995) ditandai oleh beberapa hal, yaitu: a. Pertumbuhan fisik berjalan secara cepat dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya, terutama pertumbuhan tinggi dan berat badan serta perubahanperubahan secara umum dalam proporsi dari berbagai bagian tubuh. b. Remaja mulai mengadakan penyesuaian sosial dan senang hidup berkelompok. c. Mulai mempertimbangkan nilai-nilai. Kepalsuan serta kebohongan akan cepat diketahui remaja. Dalam setiap tindakan yang dilakukan menginginkan dibenarkan oleh orangtua. d. Banyak melakukan penyelidikan dalam dunia musik, kesenian, kerajinan tangan, seni drama, dan lain-lain dalam kegiatan sekolah. Universitas Sumatera Utara 22 4. Perkembangan Fisik Remaja Awal Masa remaja dimulai dengan terjadinya pubertas, yaitu masa atau periode yang singkat dalam pematangan fisik yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh yang dimulai sejak awal masa remaja. Perubahan hormonal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan fisik pada tubuh (Santrock, 1998). Perubahan fisik yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh yaitu badan menjadi semakin panjang dan tinggi. Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi yang ditandai dengan haid pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki. Perubahan-perubahan fisik itu menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi pada dirinya (Sarwono, 2006). D. Pengaruh Gambaran Tubuh terhadap Depresi pada Remaja Awal Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Keadaan ini diawali dengan terjadinya pubertas. Pubertas menurut Santrock (1998) adalah masa atau periode yang singkat dalam pematangan fisik yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh yang dimulai sejak awal masa remaja. Pada masa remaja, khususnya remaja awal terjadi perubahan fisik yang pesat sehingga menimbulkan respon tersendiri bagi remaja yang berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya (Hurlock, 1999). Pertumbuhan anggota-anggota badan pada masa ini lebih cepat daripada badan, Universitas Sumatera Utara 23 hal ini membuat remaja memiliki proporsi tubuh yang tidak seimbang. Tangan dan kakinya lebih panjang dalam perbandingan dengan badannya (Monks, 2001). Menurut Monks (2001), seringkali penyimpangan dari bentuk badan khas perempuan atau khas laki-laki menimbulkan kegusaran batin yang cukup mendalam karena pada masa ini perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya. Dacey & Kenny (Davison & McCabe, 2006) menjelaskan bahwa karakter fisik menjadi pusat dari sense of self bagi remaja. Bagaimana mereka memandang diri mereka sangat berperan dalam fungsi sehari-hari mereka. Mereka memiliki pandangan sendiri mengenai tubuh mereka. Pandangan inilah yang disebut dengan gambaran tubuh oleh Hughes & Noppe (1985). Menurut Cash & Deagle (dalam Jones, 2002) gambaran tubuh dapat juga didefinisikan sebagai derajat kepuasan seseorang terhadap dirinya secara fisik meliputi bentuk, ukuran, dan penampilan umum. Pada masa ini, hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya (Hurlock, 1999). Simons, Rosenberg, & Rosenberg (Davison & McCabe, 2006) juga mengatakan bahwa remaja awal dikarakteristikkan dengan adanya kesadaran dan kepedulian yang tinggi mengenai bagaimana evaluasi teman sebaya mengenai mereka. Pendapat ini didukung oleh Hili dan Monks (dalam Monks, 2001) yang menyatakan bahwa remaja sendiri merupakan salah satu penilai yang penting terhadap badannya sendiri sebagai rangsang sosial. Kejadian-kejadian yang terjadi dengan teman sebaya memiliki pengaruh bagi remaja, termasuk yang berkaitan dengan keadaan fisik mereka. Davison (2002) mengatakan bahwa remaja mendapati penampilan fisik mereka menjadi Universitas Sumatera Utara 24 fokus percakapan yang tidak menyenangkan dari teman-teman sebaya. Hal ini membuat remaja sangat sensitif terhadap penampilan fisik dan juga terhadap persepsi dari teman-teman mereka, sehingga mereka sangat memperhatikan daya tarik mereka dan secara kritis menilai tubuh mereka. Evaluasi negatif mengenai penampilan dapat membuat mereka mengalami kesulitan dalam hubungan interpersonal karena yang dinilai menariklah yang akan mendapat penerimaan dalam interaksi sosial (Davison & McCabe, 2006). Mereka menyadari bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial dan bahwa mereka yang menarik biasanya diperlakukan dengan lebih baik daripada mereka yang kurang menarik (Hurlock, 1999). Mereka akan sangat menderita manakala suatu saat tidak diterima atau bahkan diasingkan oleh kelompok teman sebayanya (Ali & Asrori, 2004). Teman sebaya lebih besar pengaruhnya dalam lingkungan sekolah. Hal ini disebabkan karena para remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah (Yusuf, 2004). Dalam pergaulan di sekolah, terdapat kelompok tertentu yang dipandang populer dan terdapat banyak kegiatan seperti dalam organisasi dan olahraga. Respon negatif dari orang lain juga dapat merusak pembentukan diri, tidak kompeten, dan perasaan inferior (Breakey, 1997). Keadaan ini mengarah pada terjadinya depresi. Penolakan dari teman-teman sebaya juga dapat memicu skema negatif yang menurut teori Beck berperan penting dalam depresi (Davison, 2002). Pendapat ini didukung oleh Nolen-Hoeksema dan Girgus (dalam Krenke & Stemmler, 2002) yang mengatakan bahwa perubahan hormonal dan hal-hal yang Universitas Sumatera Utara 25 berkaitan dengan kensekuensi psikologis seperti ketidakpuasan pada bentuk tubuh dan faktor sosial pada remaja awal, seperti negative life event dapat menyebabkan depresi. Ali dan Asrori (2004) juga menyatakan bahwa tidak setiap remaja dapat menerima perubahan kondisi tubuhnya, sehingga tidak jarang menyebabkan remaja cenderung menyendiri, merasa terasing, kurang perhatian dari orang lain, atau bahkan merasa tidak ada yang mau mempedulikannya. Hal ini terlihat sebagai munculnya gejala depresi, yaitu depressed/negative affect atau perasaanperasaan negatif. Beberapa penelitian seperti penelitian yang dilakukan oleh Konstanski & Gullone pada tahun 1998 (dalam Davison & McCabe, 2006) juga mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara gambaran tubuh dengan depresi pada remaja. Menurut Monks (2001), pada remaja yang mengerti bahwa badannya memenuhi persyaratan, maka hal ini berakibat positif terhadap penilaian dirinya. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Hurlock (1999) bahwa bagi remaja yg menerima perubahan fisik yg terjadi pada dirinya, menganggap hal tersebut merupakan suatu hal yang wajar karena memang akan dialami oleh semua orang yang melalui masa pubertas Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa gambaran tubuh memiliki pengaruh terhadap depresi pada remaja awal. Gambaran tubuh yang negatif akan berdampak terjadinya depresi pada remaja awal. E. Hipotesa Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh gambaran tubuh terhadap depresi pada remaja awal. Universitas Sumatera Utara