BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa ”Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”. Usaha persiapan ini tentunya harus dimulai sejak dini. Dalam tingkat satuan pendidikan, sekolah dasar dianggap sebagai dasar pendidikan. Sekolah dasar merupakan institusi pendidikan yang memberikan pendidikan dasar yang menjadi pijakan untuk pendidikan selanjutnya. Ibarat rumah, sekolah dasar merupakan pondasinya. Bisa dibayangkan jika pondasi yang dibangun tidak kokoh maka yang akan terjadi adalah runtuhnya bangunan di atas pondasi itu sendiri. Pemberian pengajaran, bimbingan dan latihan di sekolah dasar tidak terlepas dari peran guru. Guru mempunyai peran penting dalam mengemas pembelajaran untuk siswa agar pembelajaran yang dilaksanakan menjadi bermakna bagi siswa sehingga apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu disiplin ilmu yang secara umum dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-lagkah obsrvasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan serta penemuan teori dan konsep (Trianto, 2012:141). Jadi dalam hal ini pembelajaran IPA lebih menekankan kepada proses penemuan dan penerapan ide-ide bukan sekedar menghafalkan teori, fakta dan prinsip saja. Dalam pembelajaran IPA guru diharapkan hanya sebagai fasilitator yang menuntun siswa menemukan sendiri konsep, fakta dan prinsip-prinsip. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan, tidak jarang kita menjumpai guru yang mengajarkan IPA dengan menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah dan tanya jawab. Pembelajaran dengan metode semacam ini berpusat 1 2 pada guru (teacher centered). Hal ini tentunya menjadi sesuatu yang sangat membosankan bagi siswa terutama bagi siswa SD yang masih dalam tahap perkembangan operasional konkrit. Dalam tahap perkembangan tersebut, guru dituntut untuk dapat menyajikan materi pelajaran secara lebih konkrit dan menarik perhatian siswa. Selain itu penggunaan metode tanya jawab terkadang hanya didominasi oleh siswa yang memang ’doyan’ berbicara. Padahal mungkin ada siswa yang sebenarnya mampu menjawab namun tidak mempunyai kepercayaan diri untuk mengangkat tangan guna menjawab pertanyaan dari guru. Hal tersebut juga terjadi di SD Sidorejo Lor 07 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Dalam penyampaian materi pembelajaran, guru cenderung menggunakan metode ceramah yang menyebabkan siswa menjadi bosan dan tidak tertarik dalam menerima pelajaran sehingga hasil belajar IPA yang dicapai siswa juga rendah. Hal tersebut diperkuat dengan adanya bukti data yang diperoleh dari guru. Ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 43,75%. Terdapat 21 siswa tuntas belajar dan 27 siswa yang belum tuntas belajar. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa lebih dari separuh siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Dalam setiap pembelajaran tentunya terkandung tujuan yang akan dicapai dari pembelajaran yang telah dilakukan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan langkah-langkah yang sistematis. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat yang dapat membelajarkan siswa agar dapat berpikir logis dan sistematis serta meningkatkan daya pikir dan nalar. Selain itu model pembelajaran juga harus mampu menarik perhatian siswa agar terpusat pada materi yang disampaikan. Salah satu model pembelajaran tesebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran dengan menggunakan gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Model pembelajaran Picture and Picture menggunakan gambar sebagai medianya. Menurut Arif Sadiman (2011:29) penggunaan media gambar dapat menunjang pemahaman siswa karena media gambar bersifat lebih konkrit. Selain itu penggunaan media gambar juga mempermudah guru menghadirkan objekobjek yang tidak mungkin dibawa ke dalam kelas. Penggunaan gambar juga 3 mencegah terjadinya kesalahpahaman bagi siswa sehingga dapat mengurangi terjadinya miskonsepsi. Media gambar juga lebih menarik bagi siswa jika dibandingkan dengan media verbal. Itulah yang menjadi nilai tambah bagi model pembelajaran Picture and Picture untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPA. Selain itu juga diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sulastri (2011) yang mendapatkan hasil bahwa penggunaan metode pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada model pembelajaran Picture and Picture siswa tidak hanya diminta untuk mengurutkan gambar sesuai pemikiran mereka tetapi juga diminta menjelaskan alasan mereka dalam menyusun gambar-gambar yang telah disediakan. Dalam hal ini siswa mendapat kesempatan untuk mengungkapkan perasaan dan idenya. Cara ini merupakan salah satu tahap dalam menumbuhkan kepercayaan diri pada siswa (Anita Lie, 2004:37). Pelatihan/pembiasaan semacam ini sangat penting terutama bagi siswa yang kadang malu atau tidak mau menjawab meskipun sebenarnya mereka mengetahui jawabannya. Guru bisa memulainya dari siswa yang memang sudah terbiasa atau senang menjawab pertanyaan dari guru dengan harapan supaya siswa yang masih malu-malu menjadi lebih termotivasi untuk ikut ambil bagian dalam pembelajaran. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran Picture and Picture ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul ”Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kepercayaan Diri Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas 5 SD Negeri Sidorejo Lor 07 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun 2012/2013.” 4 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1) Guru tidak mengetahui model-model pembelajaran inovatif yang telah berkembang sehingga model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran cenderung monoton, yaitu sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. 2) Pembelajaran IPA hanya sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa dan tidak melalui proses penemuan sendiri sehingga hasil belajar siswa menjadi rendah. 3) Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju dan menyampaikan pendapatnya dalam pembelajaran karena pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centered) sehingga pembelajaran masih didominasi siswa-siswa tertentu, masih banyak siswa yang kurang percaya diri untuk tampil di depan kelas dan ikut aktif dalam pembelajaran. Jika masalah-masalah di atas tidak segera mendapatkan tindakan perbaikan, maka dapat berdampak: 1) Tidak terpenuhinya standar kompetensi yang wajib dimiliki oleh guru, dalam hal ini kompetensi pedagogik. Jika guru tidak menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik maka siswa tidak akan dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 2) Siswa tidak tertarik dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga dikhawatirkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa tidak dapat terlaksana dan apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran tidak akan dapat dicapai. 3) Tidak tergalinya potensi yang dimiliki siswa. Siswa yang tidak ’tampil’ belum tentu tidak bisa menjawab atau tidak mampu mengerjakan tugas dari guru. Mereka hanya kurang memiliki kepercayaan diri. Jika hal tersebut berlangsung terus menerus tanpa mendapatkan perhatian dan tindakan dari guru, siswa akan selamanya terkungkung dalam rasa ketidakpercayaan diri yang dapat menghambat kesuksesan yang mungkin 5 dapat diraihnya karena potensi-potensi yang dimilikinya tidak dapat tergali secara maksimal. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam mencegah permasalahan yang ada antara lain: 1) Membudayakan gerakan gemar membaca sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang model pembelajaran inovatif sehingga dapat menerapkannya dalam pembelajaran di kelas. Senantiasa belajar dan meng-update kemampuan atau kompetensinya sebagai guru untuk kemajuan dirinya dan siswanya. 2) Menggunakan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik siswa, salah satunya model pembelajaran Picture and Picture. Model ini menyajikan gambar-gambar dalam pembelajaran sehingga siswa dapat mengamati sendiri, memasangkan atau mengurutkannya sehingga dapat melatih siswa untuk berpikir kritis dan analitis. 3) Guru lebih memberikan kesempatan dan motivasi kepada siswa-siswa yang dirasa kurang memiliki keberanian dan kepercayaan diri. Guru juga dapat memberikan pendekatan yang lebih intensif dan perhatian yang lebih agar kemampuan dan potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang. 1.3 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang, maka dapat disusun rumusan masalah yang diajukan menjadi pertanyaan sebagai berikut: 1) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar dan kepercayaan diri siswa pada mata pelajaran IPA kelas 5 SD Negeri Sidorejo Lor 07 Kecamatan Sidorejo Salatiga? 2) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture yang terbukti dapat meningkatkan hasil belajar dan kepercayaan diri siswa pada mata pelajaran IPA kelas 5 SD Negeri Sidorejo Lor 07 Kecamatan Sidorejo Salatiga? 6 1.4 TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut. a) Meningkatkan hasil belajar dan kepercayaan diri siswa pada mata pelajaran IPA melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture. b) Memperoleh gambaran mengenai proses pembelajaran IPA yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture yang terbukti dapat meningkatkan hasil belajar dan kepercayaan diri siswa. 1.5 MANFAAT PENELITIAN 1) Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture dalam mata pelajaran IPA. 2) Manfaat Praktis Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kepala sekolah, guru dan siswa. Manfaat tersebut antara lain: a. Bagi Kepala Sekolah Dengan adanya penelitian tindakan kelas ini, kepala sekolah dapat mengetahui interaksi dan hubungan antara guru dan siswa dalam pembelajaran serta mengetahui keefektifan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hal-hal tersebut dapat digunakan sebagai acuan bagi kepala sekolah dalam melakukan supervisi guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan mutu sekolah yang dipimpinnya. Selain itu kepala sekolah dapat mengetahui sejauh mana kompetensi yang dimiliki para guru sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan ketika hendak memberikan tugas untuk mengikuti seminar atau workshop yang berguna untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki guru. 7 b. Bagi Guru Melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture, diharapkan dapat memberikan arah bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga tidak hanya menggunakan metode ceramah. Setelah menerapkan model pembelajaran Picture and Picture secara langsung, guru memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu guru juga menjadi lebih berkompeten dalam mendesain model pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan khususnya dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture dalam pembelajaran IPA. c. Bagi Siswa Dengan penggunaan model pembelajaran Picture and Picture pada pembelajaran IPA diharapkan dapat menumbuhkan semangat dan minat belajar serta meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, siswa menjadi lebih terlatih dalam hal pemecahan masalah yang memerlukan pemikiran logis dan sistematis. Siswa juga mendapatkan kesempatan mengungkapkan gagasan dan pendapatnya baik dalam lingkup kelompok maupun di depan kelas sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa.