2 Fungsi Linier

advertisement
Darpublic
Nopember 2013
www.darpublic.com
2. Fungsi Linier
2.1. Fungsi Tetapan
Fungsi tetapan bernilai tetap untuk rentang nilai x dari −∞ sampai +∞. Kita tuliskan
y=k
[2.1]
dengan k bilangan-nyata. Kurva fungsi ini terlihat pada Gb.2.1. berupa garis lurus mendatar
sejajar sumbu-x, dalam rentang nilai x dari −∞ sampai +∞.
y 5
y=4
0
-5
x 5
0
y = −3,5
-4
Gb.2.1. Fungsi tetapan (konstan):
y = 4 dan y = −3,5 .
2.2. Fungsi Linier - Persamaan Garis Lurus
Persamaan (2.1) adalah satu contoh persamaan garis lurus yang merupakan garis
mendatar sejajar sumbu-x, dengan kurva seperti terlihat pada Gb.2.1. Kurva yang juga
merupakan garis lurus tetapi tidak sejajar sumbu-x adalah kurva yang memiliki kemiringan
tertentu. Kemiringan garis ini adalah perbandingan antara perubahan y terhadap perubahan
x, atau kita tuliskan
kemiringan = m =
∆y
,
∆x
" delta y" 

 dibaca :

" delta x" 

(2.2)
Dalam hal garis lurus, rasio ∆y memberikan hasil yang sama di titik manapun kita
∆x
menghitungnya. Artinya suatu garis lurus hanya mempunyai satu nilai kemiringan, yaitu
yang diberikan oleh m pada fungsi y = mx . Gb.2.2. berikut ini memperlihatkan empat
contoh kurva garis lurus yang semuanya melewati titik-asal [0,0] akan tetapi dengan
kemiringan yang berbeda-beda. Garis y = x lebih miring dari y = 0,5 x , garis y = 2 x lebih
miring dari y = x dan jauh lebih miring dari y = 0,5 x , dan ketiganya miring ke atas. Makin
besar nilai m, garis akan semakin miring. Garis yang ke-empat memiliki m negatif −1,5 dan
ia miring ke bawah (menurun).
1/8
Darpublic
Nopember 2013
y
www.darpublic.com
8
y = 2x
6
y=x
y = 0,5x
4
2
0
-1
-2
0
1
2
3
x
4
-4
y = -1,5 x
-6
Gb.2.2. Empat contoh kurva garis lurus y = mx .
Secara umum, persamaan garis lurus yang melalui titik-asal [0,0] adalah
y = mx
(2.3)
dengan m menunjukkan kemiringan garis; makin besar nilai m garis akan semakin miring.
Jika m bernilai positif, garis miring ke atas (naik). Jika m bernilai negatif, garis akan miring ke
bawah (menurun).
2.3. Pergeseran Kurva dan Persamaan Garis
Bagaimanakah persamaan garis lurus jika ia tidak melalui titik-asal [0,0] melainkan
memotong sumbu-y misalnya di titik [0,2]? Misalkan garis ini memiliki kemiringan 2. Setiap
nilai y pada garis ini untuk suatu nilai x, sama dengan nilai y pada garis yang melalui [0,0],
yaitu y = 2x, ditambah 2. Oleh karena itu kita dapat menuliskan persamaa garis ini sebagai
y = 2 x + 2 . Perhatikan Gb.2.3.
10
8
y = 2x + 2
6
y = 2x
4
2
0
-1
-2
0
1
2
3
x
4
-4
Gb.2.3. Garis lurus melalui titik [0,2], kemiringan 2.
Secara umum, persamaan garis dengan kemiringan m dan memotong sumbu-y di [0,b]
adalah
( y − b) = mx
(2.4)
b bisa positif ataupun negatif. Jika b positif, maka garis tergeser ke arah sumbu-y positif (ke
atas) yang berarti garis memotong sumbu-y di atas titik [0,0]. Jika b negatif, garis tergeser
kearah sumbu-y negatif (ke bawah); ia memotong sumbu-y di bawah titik [0,0]. Secara
singkat, b pada (2.4) menunjukkan pergeseran kurva y sepanjang sumbu-y.
Kita lihat sekarang garis yang memiliki kemiringan 2 dan memotong sumbu-x di titik
[a,0], misalnya di titik [1,0]. Lihat Gb.2.4. Dibandingkan dengan garis yang melalui titik [0,0]
yaitu garis y = 2 x , setiap nilai y pada garis ini terjadi pada (x−1) pada garis y = 2 x ; atau
dengan kata lain nilai y pada garis ini diperoleh dengan menggantikan nilai x pada garis
y = 2 x dengan (x−1). Contoh: y = 2,8 pada garis ini terjadi pada x = x1 dan hal ini terjadi
pada x = ( x1 − 1) pada kurva y = 2 x .
2/8 Sudaryatno Sudirham, Fungsi Linier
Darpublic
Nopember 2013
y
www.darpublic.com
8
6
y = 2x
4
y =2(x–1)
2
0
0
-1
1
2
x1−1
x1
-2
3
x
4
-4
Gb.2.4. Garis lurus melalui titik [1,0].
Secara umum persamaan garis yang melalui titik [a,0] dengan kemiringan m kita peroleh
dengan menggantikan x pada persamaan y = mx dengan (x−a). Persamaan garis ini adalah
y = m( x − a )
(2.5)
Pada persamaan (2.5), jika a positif garis y = mx tergeser ke arah sumbu-x positif (ke kanan);
dan jika a negatif garis itu tergeser ke arah sumbu-x negatif (ke kiri). Secara singkat a pada
(2.5) menunjukkan pergeseran kurva y sejajar sumbu-x.
Pada contoh di atas, dengan tergesernya kurva ke arah kanan dan memotong sumbu-x di
titik [1,0] ia memotong sumbu-y di titik [0,-2]. Suatu garis yang titik perpotongannya dengan
kedua sumbu diketahui, pastilah kemiringannya diketahui. Dalam contoh di atas,
kemiringannya adalah
m=
∆y 0 − (−2) 2
=
= =2
∆x
1
1
dan persamaan garis adalah
y = 2x − 2
(2.6)
Bandingkanlah persamaan ini dengan persamaan (2.4), dengan memberikan m = 2 dan b =
−2.
Secara umum, persamaan garis yang memotong sumbu-sumbu koordinat di [a,0] dan [0,b]
adalah
y = mx + b
m=−
dengan
b
a
(2.7)
Contoh:
y
garis memotong sumbu x di 2,
dan memotong sumbu y di 4
8
6
Persamaan garis: y = −
4
4
x + 4 = −2 x + 4
2
2
0
0
-1
-2
1
2
3
x
4
-4
Bagaimanakah persamaan garis lurus yang tidak terlihat perpotongannya dengan sumbusumbu koordinat? Persamaan garis demikian ini dapat dicari jika diketahui koordinat dua
titik yang ada pada garis tersebut. Lihat Gb.2.5.
Pada Gb.2.5. kemiringan garis dengan mudah kita peroleh, yaitu
3/8
Darpublic
Nopember 2013
m=
www.darpublic.com
∆y ( y 2 − y1 )
=
∆x ( x 2 − x1 )
(2.8)
8
y
[ x 2, y 2]
6
4
[ x 1, y 1]
2
0
-1
1
0
2
x
3
-2
-4
Gb.2.5. Garis lurus melalui dua titik.
Persamaan (2.8) ini harus berlaku untuk semua garis yang melalui dua titik yang diketahui
koordinatnya. Jadi secara umum harus berlaku
m=
y 2 − y1
x 2 − x1
(2.9)
Dengan demikian maka persamaan garis yang memiliki kemiringan ini adalah
y − y1 = m( x − x1 )
(2.10)
Persamaan (2.10) inilah persamaan garis lurus dengan kemiringan m yang diberikan oleh
(2.9), bergeser searah sumbu-y sebesar y1 dan bergeser searah sumbu-x sebesar x1.
Contoh: Carilah persamaan garis yang melalui dua titik P(5,7) dan Q(1,2).
Kemiringan garis ini adalah m =
y P − yQ
x p − xQ
=
7−2
= 1,25
5 −1
Kemiringan garis ini memberikan persamaan garis yang melalui titik asal y = 1,25 x .
Persamaan garis dengan kemiringan ini dan melalui titik P(5,7) adalah
y − 7 = 1,25( x − 5) → y = 1,25 x − 6,25 + 7
y = 1,25 x + 0,75
Kita bisa melihat secara umum, bahwa kurva suatu fungsi
y = f (x)
akan tergeser sejajar sumbu-x sebesar x1 skala jika x diganti dengan (x − x1), dan tergeser
sejajar sumbu-y sebesar y1 skala jika y diganti dengan (y − y1)
y = f (x)
menjadi
y = f ( x − x1 )
atau
y − y1 = f ( x)
(2.11)
Walaupun (2.11) diperoleh melalui pembahasan fungsi linier, namun ia berlaku pula untuk
fungsi non linier. Fungsi non linier memberikan kurva garis lengkung yang akan kita pelajari
dalam bab-bab selanjutnya.
4/8 Sudaryatno Sudirham, Fungsi Linier
Darpublic
Nopember 2013
www.darpublic.com
Contoh:
kurva semula
y
8
6
y + 2 = 2x (pergeseran –2
searah sumbu-y)
atau
y = 2(x – 1) (pergeseran +1
searah sumbu-x)
y = 2x
4
2
0
-1
0
-2
1
2
3
x
4
-4
Contoh:
Kita kembali pada contoh sebelumnya, yaitu persamaan garis yang melalui titik P(5,7)
dan Q(1,2). Persamaan garis dengan kemiringan 1,25 dan melalui titik asal adalah
y = 1,25 x . Garis ini harus kita geser menjadi ( y − b) = 1,25( x − a) agar melalui titik P dan Q.
Nilai a dan b dapat kita peroleh jika kita masukkan koordinat titik yang diketahui,
P(5,7) dan Q(1,2). Dengan memasukkan koordinat titik ini kita dapatkan persamaan
7 − b = 1,25(5 − a ) dan
2 − b = 1,25(1 − a )
Dari sini kita akan mendapatkan nilai a = −0,6 dan juga b = 0,75 sehingga persamaan
garis yang melalui titik P(5,7) dan Q(1,2) dapat diperoleh, yaitu y − 0,75 = 1,25x atau
y = 1,25( x + 0,6) . Garis ini memotong sumbu-y di +0,75 dan memotong sumbu-x di −0,6.
2.4. Perpotongan Garis
Dua garis lurus
y1 = a1 x + b1 dan
y 2 = a 2 x + b2
berpotongan di titik P sehingga koordinat P memenuhi y1 = y2
a1 x P + b1 = a 2 x p + b2
sehingga
⇒ xP =
b2 − b1
a1 − a 2
(2.12)
⇒ y P = a1 x P + b1
y P = a 2 x P + b2
atau
Contoh:
Titik potong dua garis y1 = 2 x + 3 dan y2 = 4 x − 8
y1 = y 2 → 2 x + 3 = 4 x − 8 → 2 x = 11
yP = 2 x + 3 = 2 × 5,5 + 3 = 14
⇒ xP =
11
= 5,5
2
;
⇒ yP = 4 × 5,5 − 8 = 14
Jadi titik potong adalah P[(5,5), 14] . Perhatikan Gb.2.6. berikut ini.
5/8
Darpublic
Nopember 2013
30
www.darpublic.com
y1
y
y2
20
P ⇒ Koordinat P memenuhi
persamaan y1 maupun y2.
10
0
-10
-5
0
5
x
10
-10
-20
-30
Gb.2.6. Perpotongan dua garis.
Jika kedua garis memiliki kemiringan yang sama sudah barang tentu kita tak akan
memperoleh titik potong karena mereka sejajar; dikatakan juga mereka berpotongan di ∞.
Contoh: Dua garis y1 = 4 x + 3
dan
y 2 = 4 x − 8 adalah sejajar.
2.5. Pembagian Skala Pada Sumbu Koordinat
Pada penggambaran kurva-kurva di atas, panjang per skala kedua sumbu koordinat tidak
sama. Apabila panjang per skala dibuat sama kita akan memiliki kemiringan garis
m = tan θ
(2.13)
dengan θ adalah sudut yang dibentuk oleh garis lurus dengan sumbu-x atau dengan garis
mendatar, seperti pada Gb.2.7.
y −
5
θ
|
5
|
m = tan θ
x
−5 −
Gb.2.7. Panjang per skala sama di sumbu-x dan y.
Sesungguhnya formulasi (2.13) berlaku umum, baik untuk pembagian skala di kedua sumbu
koordinat sama besar ataupun tidak. Namun jika pembagian skala tersebut sama besar,
sudut θ yang terlihat dalam grafik menunjukkan kemiringan garis sebenarnya; jika
pembagian tidak sama besar sudut θ yang terlihat pada grafik bukanlah sudut sebenarnya
sehingga sudut θ sebenarnya harus dihitung dari formula (2.13) dan bukan dilihat dari grafik.
2.6. Domain, Kekontinyuan, Simetri
Pada fungsi linier y = m( x − a ) + b , peubah y akan selalu memiliki nilai, berapapun x. Peubah x
bisa bernilai dari −∞ sampai +∞. Fungsi ini juga kontinyu dalam rentang tersebut.
Kurva fungsi y = mx simetris terhadap titik asal [0,0] karena fungsi ini tak berubah jika y
diganti dengan −y dan x diganti dengan −x.
6/8 Sudaryatno Sudirham, Fungsi Linier
Darpublic
Nopember 2013
www.darpublic.com
2.7. Contoh-Contoh Fungsi Linier
Contoh-contoh fungsi linier berikut ini mamberikan gambaran bahwa fungsi linier dengan
kurva yang kita gambarkan berbentuk garis lurus, merupakan bentuk fungsi yang biasa kita
jumpai dalam praktik rekayasa.
1). Suatu benda dengan massa m yang mendapat gaya F akan memperoleh percepatan.
F = ma
; a adalah percepatan
Jika tidak ada gaya lain yang melawan F, maka dengan percepatan a benda akan
memiliki kecepatan sebagai fungsi waktu sebagai
v(t ) = v0 + at
v kecepatan gerak benda, v0 kecepatan awal, t waktu. Jika kecepatan awal adalah nol
maka kecepatan gerak benda pada waktu t adalah
v(t ) = at
2) Dalam tabung katoda, jika beda tegangan antara anoda dan katoda adalah V , dan jarak
antara anoda dan katoda adalah l maka antara anoda dan katoda terdapat medan listrik
sebesar
E=
V
l
Elektron yang muncul di permukaan katoda
akan mendapat percepatan dari adanya medan
listrik sebesar
anoda ]
katoda
l
a = eE
a adalah percepatan yang dialami elektron, e
muatan elektron, E medan listrik. Jika kecepatan awal elektron adalah nol, dan waktu
tempuh dari anoda ke katoda adalah t, maka kecepatan elektron pada waktu mencapai
katoda adalah
vk = at
3) Suatu pegas, jika ditarik kemudian dilepaskan akan kembali pada posisi semula jika
tarikan yang dilakukan masih dalam batas elastisitas pegas. Gaya yang diperlukan untuk
menarik pegas sepanjang x merupakan fungsi linier dari x.
F = kx
dengan k adalah konstanta pegas.
4) Dalam sebatang logam sepanjang l, akan mengalir arus listrik sebesar i jika antara ujungujung logam diberi perbedaan tegangan sebesar V. Arus yang mengalir merupakan
fungsi linier dari tegangan dengan relasi
i = GV =
V
R
, dengan G =
1
R
G adalah tetapan yang disebut konduktansi listrik dan R disebut resistansi
listrik.Persamaan ini juga bisa dituliskan
V = iR
yang dikenal sebagai relasi hukum Ohm dalam kelistrikan.
7/8
Darpublic
Nopember 2013
www.darpublic.com
Jika penampang logam adalah A dan rata sepanjang logam, maka resistansi dapat
dinyatakan dengan
R=
ρ disebut resistivitas bahan logam.
Kerapatan arus dalam logam adalah j =
i
A
ρl
A
dan dari persamaan di atas kita peroleh
i
V
1V
=
=
= σE
A RA ρ l
j=
dengan E = V / l adalah kuat medan listrik dalam logam, σ = 1 / ρ adalah konduktivitas
bahan logam.
Secara infinitisimal kuat medan listrik adalah gradien potensial atau gradien dari V yang
kita tuliskan E =
dV
dx
. Mengenai pengertian gradien akan kita pelajari di Bab-9.
5). Peristiwa difusi. Secara thermodinamis, faktor pendorong untuk terjadinya difusi, yaitu
penyebaran materi menembus materi lain, adalah adanya perbedaan konsentrasi.
Situasi ini analog dengan peristiwa aliran muatan listrik di mana faktor pendorong untuk
terjadinya aliran muatan adalah perbedaan tegangan.
materi masuk
di xa
Ca
materi keluar
di x
Cx
xa
∆x
x
Analog dengan peristiwa listrik, fluksi materi yang berdifusi dapat kita tuliskan sebagai
J x = −D
dC
dx
D adalah koefisien difusi, dC/dx adalah variasi konsentrasi dalam keadaan mantap di
mana C0 dan Cx bernilai konstan. Relasi ini disebut Hukum Fick Pertama yang secara
formal menyatakan bahwa fluksi dari materi yang berdifusi sebanding dengan gradien
konsentrasi; dengan kata lain fluksi materi yang berdifusi merupakan fungsi linier dari
gradien konsentrasi.
8/8 Sudaryatno Sudirham, Fungsi Linier
Download