BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru adalah salah satu unsur terpenting pada komponen pendidikan.
Sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa.
Keberhasilan pendidikan terletak pada kemampuan guru mengajar di dalam kelas..
Keberhasilan suatu pembelajaran di kelas ditentukan oleh kompetensi guru yang
terdiri dari:
kompetensi professional, kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian
dan kompetensi sosial. Seorang guru diharapkan mampu
mengimplementasikan kompetensi yang dimilikinya untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
UU Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 39 ayat
(2), menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan
dan
melaksanakan
proses
pembelajaran,
menilai
hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang
profesional secara akademis adalah guru (1) memiliki keahlian atau kecakapan
akademis dalam bidang ilmu tertentu; (2) cakap mempersiapkan penyajian materi
(pembuatan silabus, program tahunan, program semester) yang akan menjadi
acuan penyajian; (3) cakap melaksanakan penyajian materi, melaksanakan
evaluasi atas pelaksanaan yang dilakukan; (4) kecakapan sosial, spiritual,sehingga
bisa membawa murid kearah perkembangan yang benar; dan (5) mampu
memperlakukan siswa secara adil dan secara manusiawi. Selanjutnya Sagala
1
2
(2013:181) mengatakan salah satu tugas profesional guru adalah menyusun sendiri
perangkat pembelajaran, yaitu silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP). UU N0. 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen
menyatakan bahwa standar prestasi kerja guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya, guru berkewajiban merencanakan, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran
hasil pembelajaran. Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan seorang guru
profesional harus mampu merencanakan pembelajaran yaitu menyusun sendiri
silabus program tahunan, program semester dan RPP.
Selanjutnya Ambarita (2010:10) mengatakan merencanakan adalah proses
penataan tujuan-tujuan dan menetapkan sejak awal secara tepat bagaimana tujuan
itu akan diperoleh.
Pendapat di atas dapat diambil kesimpulan
didalam
perencanaan tercantum tujuan yang akan dicapai dan bagaimana cara untuk
mencapai tujuan tersebut.
Sanjaya (2011:3) mengatakan bahwa bagaimanapun bagus dan idealnya
kurikulum pendidikan, bagaimana lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan,
tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam menerapkannya, maka semuanya
kurang bermakna. Artinya kemampuan guru merencanakan pembelajaran sangat
dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan pembelajaran.
Menurut Usman (1990: 1), proses belajar mengajar adalah suatu proses
yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Suryobroto (2002: 19) proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang
dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan sampai evaluasi
3
dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran.
Pengajaran yang baik memerlukan perencanaan yang baik, melalui
penyusunan perangkat
pembelajaran yaitu Silabus dan RPP. Permendiknas
Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar proses pembelajaran untuk Pendidikan
Dasar dan Menengah yang menyebutkan bahwa setiap guru wajib menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menggunakannya sebagai
pedoman pelaksanaan pembelajaran. Penyusunan RPP yang baik akan sangat
memengaruhi terhadap perilaku pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Kemampuan
menyusun
perencanaan
pembelajaran
dan
melaksanakan
pembelajaran merupakan bagian dari kompetensi pedagogik guru yang harus
dimiliki oleh guru untuk bisa melakukan pembelajaran yang mendidik sebagai
persyaratan guru profesional.
Perencanaan program sistem
arah pelaksanaan pembelajaran
pengajaran berfungsi untuk memberikan
sehingga
menjadi
terarah
dan
efisien.
Kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan fungsi perencanaan diantaranya meliputi
memperkirakan tuntutan dan kebutuhan, menentukan tujuan, menulis silabus
kegiatan pembelajaran, menentukan topik-topik
yang akan dipelajari,
mengalokasikan waktu, serta menentukan sumber-sumber yang diperlukan.
Salah satu bagian dari perencanaan pembelajaran yang sangat penting
dibuat oleh guru sebagai pengarah pembelajaran adalah Silabus dan RPP. RPP
dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar mengajar peserta
didik untuk mencapai kompetensi dasar. Selain itu silabus juga memuat teknik
penilaian seperti apa untuk menguji sejauh mana keberhasilan pembelajaran.
4
RPP adalah instrumen perencanaan yang lebih spesifik dari silabus. RPP ini
dibuat untuk memandu guru dalam mengajar agar tidak melebar jauh dari
tujuan pembelajaran. RPP disusun untuk setiap kompetensi dasar yang dapat
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. RPP disusun secara lengkap
dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan untuk memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.
Keberhasilan tujuan pendidikan ditentukan bagaimana kurikulum (Silabus
dan RPP) diimplementasikan pada satuan pendidikan, dalam bentuk kegiatan
pembelajaran serta pada desain atau rencana pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pada pelaksanaannya seringkali tidak sesuai dengan desain pembelajaran sehingga
mengakibatkan ketidak tercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini
disebabkan guru tidak mampu menyusun sendiri Silabus dan RPP yang baik,
sebagian besar dari guru langsung mengambil dari internet atau mengcopy paste
dari teman guru yang serumpun. Guru tidak mampu membuat RPPnya sudah
tentu, tidak mampu juga melaksanakan pembelajaran.
Belum baiknya RPP yang disusun oleh para guru tersebut adalah
disebabkan oleh dua hal, yaitu: (1) pemahaman guru terhadap cara penyusunan
RPP yang masih sangat kurang di antaranya adalah belum mampu merumuskan
kesesuaian indikator dengan Kompetensi Dasar, ketidaksesuaian merumuskan
indikator dengan tujuan, ketidaksesuaian indikator dengan materi, ketidaksesuaian
indikator dengan langkah pembelajaran, ketidaksesuaian indikator dengan alokasi
waktu, ketidaksesuaian indikator dengan metode dan media, ketidaksesuaian
indikator dengan instrumen penilaian; dan (2) proses penyusunan perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang masih rendah yang terlihat dari hasil
5
observasi ke sekolah masih banyak ditemukan bahwa guru-guru dalam
merencanakan pembelajaran utamanya dalam menyusun RPP hanya mengadopsi
yang sudah ada tanpa mengadaptasi disesuaikan dengan kondisi peserta didik
sehingga terlihat jelas sekali bahwa dokumen perencanaan pembelajaran
disiapkan hanya untuk memenuhi kepentingan administrasi tanpa diketahui makna
dan manfaatnya.
Kegiatan melaksanakan pembelajaran yang seharusnya merupakan
implementasi dari perencanaan yang sudah disusun juga masih belum
menunjukkan kemampuan melaksanakan yang maksimal dikarenakan guru hanya
mengejar jumlah jam mengajar tanpa memperhatikan ketentuan-ketentuan yang
seharusnya dilaksanakan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, seperti
yang tercantum dalam Standar Proses Pembelajaran untuk Pendidikan Dasar dan
Menengah. Ketidakmampuan guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran
menyebabkan ketidakberhasilan guru dalam memaksimalkan situasi belajar siswa.
Kegiatan pembelajaran akan mengalami kegagalan kalau tidak menghasilkan
kegiatan belajar siswa yang akan berimplikasi lebih lanjut yang dapat berdampak
pada kegagalan pendidikan. Permasalahan ketidakmampuan guru dalam
memaksimalkan aktivitas belajar siswa juga terlihat dari ketidakmampuan guru
dalam pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diampu mengakibatkan kegagalan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Selain itu permasalahan ketidakmampuan guru dalam merencanakan
pembelajaran, guru belum paham berbagai pendekatan, strategi, metode, dan
teknik pembelajaran yang mendidik dalam mata pelajaran yang diampu menjadi
penyebab terjadinya hasil pembelajaran yang belum menunjukkan hasil belajar
6
yang maksimal terlihat dari keberhasilan dalam persentasi ketuntasan belajar tiaptiap sekolah.
Imron, (2000:5) mengatakan bahwa (1) guru sering mengeluh
kurikulum yang berubah-ubah, (2) guru sering mengeluhkan kurikulum yang
syarat dengan beban, (3) seringnya siswa mengeluh dengan cara mengajar guru
yang kurang menarik, (4) masih belum dapat dijaminnya kualitas pendidikan
sebagai mana mestinya.
Mendapatkan hasil belajar yang optimal, banyak dipengaruhi oleh
komponen-komponen belajar mengajar. Sebagai contoh bagaimana cara
mengorganisasi materi, metode yang diterapkan media yang digunakan, dan lainlain.
Guru
memiliki posisi
yang menentukan keberhasilan
dalam
pembelajaran karena fungsi guru memiliki fungsi utama mulai dari merancang,
mengelola dan mengevaluasi pembelajaran dalam suatu sekolah. Keberhasilan
suatu pembelajaran
diawali
dengan perencanaan yang
sangat matang.
Perencanaan pembelajaran yang dilakukan dengan baik, ini merupakan setengah
dari suatu
keberhasilan sudah dapat tercapai, tinggal setengahnya lagi yang
terletak pada pelaksanaan pembelajaran.
Secara umum pada saat ini ada gejala atau fenomena dalam
pembelajaran seringkali tanpa didukung
dengan
proses
rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang baik, pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan tanpa
persiapan dari guru menjadikan proses pembelajaran yang tidak dapat
dan
tidak
diterima
menarik bahkan tidak menyenangkan bagi siswa, kedatangan guru
tidak tepat waktu, meninggalkan kelas sebelum waktunya, kegiatan penilaian
yang tidak terorganisir dengan baik sehingga hasil evaluasi tidak tercapai.
7
Kunci keberhasilan pengajaran sebenarnya terletak pada perencanaan yang
sudah dibuat oleh guru melalui perangkat pembelajaran yang disusunnya.
Hasil telaah RPP dengan menggunakan APKG 1 pada observasi awal yang
dilakukan peneliti terhadap 15 orang guru di SMK Negeri 1 Merdeka pada tanggal
31 Oktober sampai dengan 2 Nopember 2013, ditemukan antara lain: (1) guru
belum membuat bahan belajar/ materi pelajaran ( guru tergantung pada buku
teks); (2) tidak membuat jenis evaluasi; (3) guru tidak membuat media yang
sesuai dengan topik pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik, dan
belum menggunakan model pembelajaran yang dapat menarik perhatian peserta
didik dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat lihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1.1 Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran
Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran
No Indikator
1
Kemampuan guru merumuskan tujuan pembelajaran
2
3
4
Kemampuan menyusun bahan belajar/materi pembelajaran
Kemampuan guru memilih metode/strategi pembelajaran
Kemampuan guru memilih media pembelajaran/sumber
belajar
Kemampuan guru menyusun evaluasi
5
Persentase
Perolehan
%
82,33%
46,67%
46,33%
48,33%
45,00%
Sumber: Hasil telaah instrumen observasi awal terhadap 15 orang guru
di SMK Negeri 1 Merdeka Brastagi tanggal 31 Oktober s/d 2 Nopember 2013.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kemampuan guru dalam
merencanakan pembelajaran masih jauh dari yang diharapkan. Persentase dari 5
aspek yang dinilai hanya satu aspek dalam kategori baik yaitu kemampuan guru
merumuskan tujuan pembelajaran. Pada 4 aspek yang lain persentase perolehan
guru masih dalam kategori kurang baik.
8
Apabila situasi perencanaan pembelajaran yang demikian dibiarkan dalam
waktu yang berlangsung lama dapat menyebabkan penurunan minat belajar siswa
dalam mengikuti pembelajaran sehingga aktivitas belajar siswa menjadi rendah
yang dimungkinkan akan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah pula.
Oleh sebab itu untuk mengatasinya perlu diupayakan tindakan antisipatif untuk
mengatasi permasalahan tersebut dengan cara mengadakan pembinaan oleh
pengawas sekolah. Pembinaan ini dilakukan melalui kegiatan supervisi akademik
sesuai dengan salah satu Standar Kompetensi Pengawas Sekolah dalam
Permendiknas nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Pengawas
Sekolah yaitu kompetensi supervisi akademik. Pembinaan yang dilakukan
menggunakan teknik pelatihan metode on-the-job training, pendekatan dan
metode yang tepat akan berdampak positif terhadap hasil yang diharapkan.
Menurut Lantip dan Sudiyono
(2011:94) Supervisi akademik adalah
serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui kegiatan supervisi,
guru sebagai ujung tombak dalam kegiatan pendidikan diharapkan dapat memiliki
kinerja yang baik dalam mewujudkan pembelajaran berbasis karakter yang
bermutu, sehingga dapat mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia
yang beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
memengaruhi
Dengan supervisi
perilaku
guru
agar
akademik diharapkan, supervisor
semakin
baik
dalam
merencanakan
pembelajaran. Selanjutnya perilaku guru memengaruhi perilaku peserta didik
dalam proses belajarnya. Porses belajar yang semakin baik akan memengaruhi
9
hasil belajar yang dicapainya. Salah satu teknik supervisi akademik kelompok
adalah pelatihan yang dapat dilakukan kepada guru-guru yang mempunyai
permasalahan yang sama.
Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan di atas dalam rangka meningkatkan
kompetensi guru merencanakan pembelajaran dengan bantuan pengawas
(supervisor) melalui supervisi akademik dengan teknik pelatihan OJT (On-TheJob Training).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas diidentifikasi guru kurang
merencanakan pembelajaran. Hal ini disebabkan
mampu
pelaksanaan supervisi akademik
kurang maksimal oleh pengawas sekolah. Selama ini kehadiran pengawas di sekolah
hanya sekedar bertamu dan sesekali bertanya dan melihat-lihat administrasi sekolah
kemudian pulang setelah mengisi daftar kunjungan, kehadirannya sangat tidak
diharapkan.
Faktor yang memengaruhi kemampuan guru
sekaligus solusi terhadap
permasalahan adalah motivasi internal, watak, konsep diri, pendidikan, pengalaman
mengajar, lama mengajar lingkungan, workshop, magang , kepemimpinan, bakat,
latihan dan supervisi akademik. Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru
mengembangkan kemampuan professionalnya dalam melaksanakan tugas pokok dan
tanggung jawabnya yakni melaksanakan pembelajaran yang mendidik. Jenis bantuan
yang diberikan adalah aspek-aspek yang terkait dengan pembelajaran antara lain
penyusunan kurikulum, silabus dan RPP strategi pembelajaran, penggunaan media,
dan penilaian hasil belajar. Melaksanakan supervisi akademik dalam rangka
10
perbaikan pembelajaran dapat dilakukan dengan teknik individual dan kelompok.
Teknik individual yang terdiri dari kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan
pribadi, intervisitasi, penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar, dan
menilai diri sendiri. Sedangkan teknik bersifat kelompok terdiri dari pertemuan
orientasi bagi guru baru, panitia penyelenggara, rapat guru, studi kelompok antar
guru, diskusi, tukar menukar pengalaman, lokakarya, pelatihan, diskusi panel,
seminar, simposium, demonstrasi mengajar, perpustakaan jabatan, buletin
supervisi, membaca langsung, organisasi jabatan, laboratorium kurikulum,
perjalanan sekolah untuk anggota staf.
Supervisi akademik teknik pelatihan on-the-job training merupakan salah
satu teknik yang digunakan pengawas untuk membina guru untuk meningkatkan
kemampuannya merencanakan pembelajaran sehingga tercapai pembelajaran yang
berkualitas di dalam kelas. Pembinaan dapat dilakukan pada saat guru
melaksanakan tugasnya sehingga tidak perlu meninggalkan pekerjaannya. Melalui
supervisi akademik teknik pelatihan diharapkan guru lebih terampil merencanakan
pembelajaran yang diampunya
C. Pembatasan Masalah
Terdapat beberapa masalah yang dihadapi guru pada saat melaksanakan
tugasnya salah satunya pada saat merencanakan pembelajaran. Perencanaan
pembelajaran mencakup penyusunan silabus dan RPP yang merupakan salah satu
aspek yang terkait dengan pembelajaran. Supervisor memberikan bantuan kepada
guru yang mempunyai masalah yang sama yakni dalam menyusun silabus dan RPP.
Penelitian ini dibatasi hanya meneliti supervisi akademik melalui on-the-job training
11
untuk meningkatkan kemampuan
guru
bahasa Indonesia merencanakan
pembelajaran di SMK Kabupaten Karo.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalah
penelitian adalah apakah dengan supervisi akademik dengan teknik pelatihan onthe-job training dapat meningkatkan kemampuan
guru
bahasa Indonesia
merencanakan pembelajaran di SMK Kabupaten Karo?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah supervisi akademik dengan teknik pelatihan On-The-Job
Training dapat meningkatkan kemampuan guru bahasa Indonesia merencanakan
pembelajaran di SMK Kabupaten Karo.
F. Manfaat Penelitian Tindakan
Hasil penelitian peningkatan kompetensi guru merencanakan pembelajaran
melalui supervisi akademik melalui On-The-Job Training diharapkan memberikan
manfaat, antara lain:
1. Manfaat teoretis
Manfaat teoretis berguna berguna untuk pengembangan teori kompetensi
guru dan teori supervisi. Teknik supervisi yang dikembangkan dalam
penelitian ini dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan
kompetensi guru.
2. Manfaat praktis,
12
Hasil penelitian ini dapat digunakan berbagai pihak, untuk pengawas
sekolah, kiranya hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membimbing
guru baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan
kompetensinya, untuk kepala sekolah pelatihan on-the-job training dapat
digunakan membimbing guru baik individual maupun kelompok, untuk
guru sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kemampuannya dalam
menyusun perangkat pembelajaran, untuk peneliti lain sebagai bahan
rujukan dalam penelitian selanjutnya untuk meningkatkan kompetensi
guru dalam melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi pembelajaran.
Download