Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam melalui

advertisement
Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam melalui Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) pada Siswa Kelas X SMAN I
Kwadungan Tahun Pelajaran 2014/2015
Oleh :
Rubiati,S.Ag.
SMA Negeri I Kwadungan - Ngawi
[email protected]
ABSTRAK
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mengkondisikan
siswa untuk dapat belajar di lingkungan pembelajaran yang diciptakan secara
alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang
dipelajarinya. Pembelajaran yang hanya berorientasi pada target penguasaan
materi maka akan menghasilkan kompetensi mengingat materi dalam jangka
pendek, akan tetapi gagal dalam membekali anak untuk mampu memecahkan
persoalan-persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah
penerapan model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning
untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam?”. Sedangkan tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Pendidikan
Agama Islam setelah diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah atau
problem based learning.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak
tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan kegiatan,
pelaksanaan kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi. Sasaran penelitian ini
adalah siswa kelas X SMAN I Kwadungan Semester Ganjil Tahun Pelajaran
2014-2015. Data yang diperoleh berupa hasil tes tulis dan lembar observasi
kegiatan pembelajaran.
Dari hasil analisis hasil tes tulis siswa didapatkan bahwa hasil belajar siswa
mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (72,72%),
siklus II (81,81%), siklus III (86,36%). Sedangkan partisipasi peserta didik dalam
pembelajaran mendasar pada lembar observasi kegiatan peserta didik didapat data
yang memuaskan yaitu pada siklus I peserta didik mencapai 81,25 % , pada sklus
II meningkat menjadi 89,58 % , dan pada sklus III mencapai 95,83 %.
Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama
Islam pada Siswa kelas X Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014-2015, serta
model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative model
pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Kata Kunci: Hasil belajar, PAI, pembelajaran berbasis masalah (Probelm
Based Learning)
Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979 - 9225
91
(Tim Redaksi Pustaka Yustisia, 2013).
PENDAHULUAN
Pembelajaran yang baik dan
efektif
adalah
pembelajaran
yang
Diperlukan daya konsentrasi dan daya
serap yang baik dari siswa dalam
memenuhi beberapa kriteria tertentu.
proses
Diantaranya
tersebut dapat tercapai.
tersebut
adalah
pembelajaran
mampu
membangkitkan
pembelajaran
Berdasarkan
agar
hasil
tujuan
observasi
perhatian, partisipasi dan konsentrasi
dalam
pembelajaran
siswa yang baik dalam mengikuti
Agama
Islam
proses
dihadapi diantaranya adalah rendahnya
pembelajaran.
Berikutnya
Pendidikan
permasalahan
yang
bahwa siswa mencapai tingkat daya
daya
serap siswa yang baik terhadap materi
mengikuti proses pembelajaran. Tidak
pembelajaran. Disamping kedua hal
semua
tersebut pembelajaran yang baik dan
konsentrasi yang baik dalam waktu
efektif
yang relatif lama. Daya serap siswa
adalah
pembelajaran
yang
konsentrasi
siswa
siswa
memiliki
dalam
daya
mampu mengantarkan siswa untuk
pun
mencapai tujuan yang ditetapkan.
cepat, ada yang sedang, dan ada pula
Pendidikan Agama Islam adalah
mata
pelajaran
membekali
memiliki
bertujuan
peserta
persoalan-persoalan
ada
yang
yang lambat. Kedua hal tersebut dapat
untuk
mempengaruhi proses pembelajaran.
untuk
Proses pembelajaran kurang baik akan
memecahkan
berdampak pada rendahnya prestasi
didik
kecakapan
bermacam-macam,
kehidupan
dan
belajar siswa. Prestasi belajar adalah
mengambil keputusan serta menyikapi
tolak
ukur penentu tercapai atau
persoalan-persoalan tersebut berdasar
tidaknya tujuan pembelajaran yang
pada ketentuan-ketentuan dalam ajaran
ditetapkan. Oleh karena itu guru wajib
agama islam. Hal ini sebagaimana
menyikapi
tujuan yang ditetapkan dalam mata
tersebut dengan baik.
kedua
permasalahan
Pelajaran PAI pada jenjang sekolah
Untuk menyikapi hal tersebut,
menengah atas, yaitu untuk berperilaku
maka guru perlu menentukan strategi
sesuai dengan agama yang dianut
pembelajaran yang baik. Diantaranya
sesuai dengan perkembangan remaja.
adalah penentuan model pembelajaran
Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979 - 9225
92
yang tepat. Model pembelajaran yang
berorientasi target penguasaan materi
dipilih guru hendaknya adalah model
terbukti
pembelajaran yang diharapkan dapat
kompetensi mengingat jangka pendek,
mengatasi permasalahan- permasalah
tetapi gagal dalam membekali siswa
an
dalam
dalam hal kemampuan memecahkan
pembelajaran PAI. Model yang dipilih
persoalan-persoalan dalam kehidupan
hendaknya dapat meningkatkan daya
jangka
konsentrasi siswa dengan baik dan
pengamatan
dalam jangka waktu lama yakni selama
lajaran
proses pembelajaran. Model tersebut
khususnya pada aspek materi al Qur’an
juga diharapkan dapat meningkatkan
dan akhlak seringkali guru dihadapkan
daya serap siswa terhadap materi
permasalahan tentang daya konsentrasi
pembelajaran. Yang terakhir bahwa
siswa yang hanya jangka pendek dan
model
dapat
mudah bosan, serta daya serap siswa
melatih dan memberikan kecakapan
yang kurang maksimal karena mereka
siswa
dan
kesulitan mengaitkan konsep-konsep
mengatasi permasalahan-permasalahan
ajaran agama islam dengan kehidupan
sehari-hari.
sehari-hari.
yang
dihadapi
tersebut
dalam
hendaknya
menganalisa
Roestiyah,
berpendapat
guru
N.K.
bahwa
(1989:
guru
1),
hanya
berhasil
panjang.
penulis
Pendidikan
Model
dalam
Sebagaimana
dalam
pembe
Agama
Islam
pembelajaran
berbasis
harus
masalah atau problem based learning
memiliki strategi agar anak didik dapat
(PBL) adalah model pembelajaran
belajar secara efektif dan efisien,
yang karakteristiknya dapat memenuhi
mengena pada tujuan yang diharapkan.
harapan
Salah satu langkah untuk memiliki
berbasis masalah atau problem based
strategi itu adalah harus menguasai
learning (PBL) adalah suatu model
teknik-teknik penyajian atau biasanya
pembelajaran
disebut metode mengajar.
masalah autentik dan bermakna serta
tersebut.
yang
Pembelajaran
menyajikan
Belajar akan lebih bermakna
dicari pemecahannya. Problem based
jika siswa mengalami sendiri apa yang
learning menyajikan kepada siswa
dipelajarinya.
situasi masalah yang autentik dan
Pembelajaran
yang
Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979 - 9225
93
bermakna yang dapat memberikan
secara
kemudahan
kepada
pembelajaran,
melakukan
penyelidikan.
mereka
untuk
(Dhofir,
2009).
jelas
tentang
tujuan
materi,
model
pembelajaran, alat peraga dan teknik
evaluasi yang digunakan. Guru harus
Mengajar
semata
memahami
Belajar
pembelajaran, kemudian memilih dan
bukanlah konsekuensi otomatis dari
menentukan model pembelajaran yang
perenungan informasi ke dalam benak
sesuai dengan tujuan yang hendak
siswa.
dicapai, memilih, menentukan dan
persoalan
bukan
menceritakan.
Belajar
memerlukan
keterlibatan mental dan kerja siswa
menggunakan
sendiri. Penjelasan dan pemeragaan
evaluasi.
semata tidak akan membuahkan hasil
benar
alat
tentang
tujuan
peraga,
dan
Berdasarkan pemaparan di atas,
belajar yang langgeng. Yang bisa
maka
membuahkan
yang
penting untuk mengadakan penelitian
langgeng hanyalah kegiatan belajar
dan mengambil judul “Peningkatan
aktif. Belajar
aktif adalah kegiatan
Prestasi Belajar Pendidikan Agama
belajar yang menuntut peserta didik
Islam melalui Pembelajaran Berbasis
berbuat dan mengalami sendiri proses
Masalah atau Problem Based Learning
belajar karena peserta didiklah yang
(PBL) pada Siswa Kelas X Semester
menjadi subyek belajar. Mereka harus
Ganjil Tahun Pelajaran 2014-2015”.
menggunakan otak, mengkaji gagasan,
Dari
memecahkan
penelitian ini adalah: “Bagaimanakah
hasil
belajar
masalah,
dan
menurut
judul
peneliti
tersebut
fokus
dalam
menerapkan apa yang mereka pelajari.
penerapan
Belajar
gesit,
berbasis masalah atau problem based
dan
learning dapat meningkatkan prestasi
aktif
menyenangkan,
harus
bersemangat
penuh gairah.
menyusun
pembelajaran
pembelajaran
belajar Pendidikan Agama Islam pada
Guna mencapai hal tersebut guru
harus
model
sangatlah
yang
persiapan
baik.
siswa Kelas X SMAN I Kwadungan
Tahun Pelajaran 2014/2015”?
Dalam
persiapan tersebut perlu dirumuskan
KAJIAN TEORI
Pembelajaran Berbasis Masalah
Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979 - 9225
94
Pembelajaran berbasis masalah
sekitarnya, pembelajaran ini cocok
atau problem based learning (PBL)
untuk mengembangkan pengetahuan
adalah suatu model pembelajaran yang
dasar maupun kompleks (Holil, 2008).
menyajikan
dan
Pembelajaran problem based learning
bermakna serta dicari pemecahannya
dapat ditelusuri menjadi tiga aliran
melalui
yang
pemikiran pendidikan yaitu Dewey dan
tahap
kelas
masalah
suatu
autentik
penyelidikan
menggunakan
lima
demokratis,
konstruktivisme
pembelajaran, yaitu:
Piaget dan Vygotsky, serta belajar
1. orientasi masalah
penemuan Bruner (Ibrahim dan Nur,
2. mengorganisasi siswa belajar
2004).
3. membimbing
1. Dewey
penyelidikan
individual maupun kelompok
Dewey menyampaikan pandang
an
5. menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah.
Pembelajaran
Demokratis
4. mengembangkan dan menyajikan
hasil karya
dan
bahwa
sekolah
mencerminkan
lebih
seharusnya
masyarakat
yang
besar dan kelas merupakan
Problem based learning terdiri
laboratorium untuk memecahkan
dari menyajikan kepada siswa situasi
masalah kehidupan nyata. Ilmu
masalah yang autentik dan bermakna
mendidik
yang dapat memberikan kemudahan
guru
kepada
terlibat dalam proyek atau tugas
mereka
untuk
melakukan
penyelidikan (Dhofir, 2009).
Problem
based
Dewey
untuk
menganjurkan
mendorong
siswa
berorientasi masalah dan membantu
learning
merupakan pendekatan pembelajaran
yang efektif untuk pengajaran proses
berpikir tingkat tinggi, pembelajaran
ini membantu siswa untuk memproses
mereka
menyelidiki
masalah
–
masalah intelektual dan sosial.
2. Konstruktivisme
Piaget
dan
berpendapat
bahwa
Vygotsky
Piaget
informasi yang sudah jadi dalam
berdasarkan pandangan konstruk
benaknya dan menyusun pengetahuan
tivis kognitif, pengetahuan adalah
mereka sendiri tentang dunia sosial dan
konstruksi
dari
Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979 - 9225
kegiatan
atau
95
tindakan seseorang. Pengetahuan
budaya individu. Sementara itu,
tumbuh dan berkembang pada saat
Vygotsky memberi tempat lebih
siswa
pada jenjang sosial pembelajaran. Ia
menghadapi
pengalaman
baru. Pengalaman baru tersebut
percaya
bahwa
akan
dengan
orang
memaksa
membangun
siswa
dan
untuk
memodifikasi
terbentuknya
interaksi
lain
sosial
mendorong
ide
baru
dan
pengetahuan awal yang dimiliki.
memperkaya perkembangan intelek
Setiap pengetahuan mengandalkan
tual pembelajaran. Implikasi dari
suatu interaksi dengan pengalaman.
pandangan
Vygotsky
dalam
Tanpa
pendidikan
adalah
bahwa
terjadi
melalui
interaksi
dengan
obyek,
siswa tidak dapat menkonstruksi
pembelajaran
pengetahuannya (Dahar, 1988).
interaksi sosial dengan guru dan
Seperti
Vygotsky
halnya
percaya
Piaget,
teman sejawat (Ibrahim dan Nur,
bahwa
2004).
perkembangan intelektual terjadi
pada
saat
dengan
individu
pengalaman
berhadapan
baru
yang
3. Bruner dan Belajar Penemuan
Jerome
Bruner
merupakan
ahli psikologi yang menganjurkan
menantang. Pengalaman tersebut
pembelajaran
dengan
penemuan.
akan
berusaha
Pembelajaran
dengan
penemuan
masalah,
merupakan suatu komponen penting
membuat
untuk
siswa
memecahkan
sehingga merangsang keterampilan
dalam
berpikir (Ibrahim dan Nur, 2000).
yang telah memiliki sejarah panjang
Untuk
pemahaman,
dalam inovasi pendidikan (Nur dan
individu mengaitkan pengetahuan
Wikandari, 1998:7). Pembelajaran
baru dengan pengetahuan awal yang
penemuan
dimiliki.
pembelajaran
yang
pentingnya
membantu
memperoleh
Piaget
berpendapat
bahwa
pendekatan
konstruktivis
merupakan
suatu
menekankan
siswa
tahap-tahap perkembangan intelek
memahami struktur atau ide kunci
tual
tanpa
dari suatu disiplin ilmu. Dalam
memandang latar konteks sosial dan
pembelajaran tersebut siswa perlu
individu
dilalui
Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979 - 9225
96
aktif
terlibat
dalam
proses
pertanyaan
atau
masalah.
pembelajaran dan suatu keyakinan
pembelajaran
bahwa
yang
berpusat pada pertanyaan atau masalah
melalui
yang secara pribadi bermakna bagi
pembelajaran
sebenarnya
terjadi
penemuan.
(Ibrahim
2000:20-21).
penemuan
dan
Nur,
Belajar
dengan
mempunyai
beberapa
siswa.
berbasis
Model
siswa
kehidupan
mengajukan
nyata
autentik
masalah
situasi
untuk
menghindari jawaban sederhana dan
keuntungan antara lain: memacu
memungkinkan
keingintahuan dan motivasi siswa
macam solusi.
sehingga
b. Berfokus pada keterkaitan antar
mereka
menemukan
jawaban, dan belajar memecahkan
masalah
secara
berbagai
disiplin ilmu
serta
Berpusat pada mata pelajaran
melatih ketrampilan berpikir kritis.
tertentu. Masalah yang dipilih benar –
Hal tersebut terjadi, karena mereka
benar nyata agar dalam pemecahannya,
harus
siswa meninjau masalah dari banyak
selalu
mandiri
adanya
menganalisis
dan
memanipulasi informasi.
mata pelajaran.
Kaitan antara pembelajaran
c. Penyelidikan autentik
penemuan adalah pada kedua model
Menghendaki siswa melakukan
ini guru melibatkan siswa secara
penyelidikan autentik untuk mencari
aktif,
lebih
penyelesaian nyata terhadap masalah
ditekankan daripada deduktif, dan
nyata. Siswa harus menganalisis dan
siswa
atau
mendefinisikan masalah, mengembang
pengetahuan
kan hipotesis dan membuat ramalan,
orientasi
induktif
menemukan
mengkonstruksi
mereka sendiri.
mengumpulkan
dan
menganalisis
Pembelajaran problem based learning
informasi, melakukan eksperimen dan
memiliki karakteristik sebagai berikut
merumuskan kesimpulan.
(Nurhadi. 2004).
d. Menghasilkan produk/karya dan
a. Pengajuan
pertanyaan
atau
masalah
Dimulai
memamerkannya
Menuntut siswa menghasilkan
dengan
pengajuan
produk tertentu dalam bentuk karya
Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979 - 9225
97
nyata yang menjelaskan atau mewakili
dapat menggugah minat siswa dan
penyelesaian masalah yang ditemukan.
menimbulkan
Karya nyata dapat berupa transkrip
memecahkan masalah tersebut.
debat, laporan, model fisik, video atau
b. Mengorganisasikan siswa belajar
program
komputer
yang
disajikan
Guru
keinginan
membagi
untuk
siswa
dalam
dalam diskusi kelas.
kelompok-kelompok,
bagaimana
e. Kerjasama dalam kelompok
kelompok terbentuk tergantung tujuan
yang
yang ditetapkan guru untuk masalah
bekerjasama satu sama lain secara
tertentu. Setelah siswa diorientasikan
berpasangan atau dalam kelompok
kepada situasi masalah dan telah
kecil
membentuk kelompok, maka tugas
Dicirikan
oleh
siswa
bekerjasama
memberikan
motivasi untuk terlibat dalam tugas –
pertama
tugas
mengajukan
kompleks,
memperbanyak
bagi
kelompok
adalah
hipotesis
dari
peluang berbagi inkuiri dan dialog
permasalahan yang terjadi. Dalam
serta mengembangkan keterampilan
tahap ini guru membantu siswa dalam
sosial dan keterampilan berpikir.
merencanakan dan mengatur waktu
model
untuk melakukan penyelidikan, diskusi
pembelajaran problem based learning
serta mengembangkan dan menyajikan
adalah, (Tegeh, 2009):
hasil karya.
Langkah-langkah
a. Mengorientasikan
siswa
pada
c. Membimbing
penyelidikan
individual dan kelompok.
masalah
Guru menyajikan masalah secara
Penyelidikan
yang
dilakukan
hati-hati dengan prosedur yang jelas,
secara mandiri atau kelompok banyak
situasi
disampaikan
melibatkan
biasanya
melakukan
masalah
semenarik
baru
mungkin,
pengumpulan
percobaan,
data,
pengajuan
memberikan kesempatan siswa untuk
hipotesis,
menjelaskan
melihat, merasakan dan menyentuh
memberikan
pemecahan
sesuatu sehingga dapat memunculkan
Selama
keterkaitan dan memotivasi inkuiri.
menyediakan bantuan yang dibutuhkan
Sajian masalah tersebut diharapkan
tanpa menunggu dan mengingatkan
tahap
dan
masalah.
penyelidikan,
Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979 - 9225
guru
98
tugas-tugas
yang
harus
mereka
Beberapa
prinsip
yang
selesaikan. Bantuan guru dapat berupa
berkaitan dengan model pembelajaran
memberikan bimbingan apabila siswa
berbasis
menemukan kesulitan, menyediakan
berikut:
bahan ajar, dan menyediakan alat dan
a. Belajar adalah proses konstruktiv
bahan percobaan.
masalah
adalah
sebagai
dan bukan penerimaan
d. Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya.
Pakar
meyakini
konstruktivisme
bahwa
siswa
harus
Pada tahap ini, guru membantu
mengkonstruksi makna untuk dirinya
siswa dalam manyiapkan karya yang
sendiri. Hal ini kan membuat belajar
sesuai, seperti poster, video, laporan
yang terjadi adalah sesuatu yang
dan model. Setelah pengembangan
dihubungkan
hasil karya selesai, guru memberikan
pengalaman atau konseptualisasi yang
kesempatan masing-masing kelompok
telah ada pada diri individu. Sesuatu
untuk menyajikan hasil karya yang
yang dipelajari siswa bukanlah tiruan
digarapkan
dari yang diamati di sekitarnya, tetapi
penyelesaian
dapat
dan
mewakili
penjelasan
dari
dengan
pengetahuan,
hasil dari pemikiran dan pemrosesan
masalah yang sedang dipelajari.
mereka sendiri (Handayanto, 2003).
e. Menganalisis dan mengevaluasi
b. Faktor – faktor kontekstual dan
proses pemecahan masalah.
sosial dalam pembelajaran
Tahap ini dimaksudkan untuk
Tentang penggunaan pengeta
membantu siswa menganalisis dan
huan. Jika tujuan pembelajaran adalah
mengevaluasi proses berpikir mereka
mengajarkan
siswa
untuk
sendiri serta keterampilan penyelidikan
menggunakan
pengetahuan
dalam
dan
intelektual yang
memecahkan masalah dunia nyata
mereka gunakan. Selama tahap ini,
Gruber (1993) dalam Supat (2003)
guru meminta siswa untuk melakukan
menyarankan
rekonstruksi pemikiran dan aktivitas
harus diletakkan dalam konteks situasi
mereka selama tahap-tahap pelajaran
pemecahan masalah kompleks dan
yang telah dilewatinya.
bermakna
keterampilan
bahwa
serta
Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979 - 9225
pembelajaran
belajar
harus
99
berlangsung dalam situasi kerjasama.
Faktor sosial juga mempengaruhi
belajar
individu.
Dalam
penyelidikan masalah yang telah ia
lakukan
model
Kekurangan model pembelajarn
pembelajaran berbasis masalah, siswa
tersebut adalah kurang terbiasanya
bekerjasama
lain
peserta didik dan pengajar dengan
(berpasangan atau dalam kelompok
metode ini, peserta didik dan pengajar
kecil) sehingga dapat memberikan
masih
motivasi untuk terlibat dalam tugas-
konvensional, pemberian materi terjadi
tugas, berbagi inkuiri, dialog dan
secara satu arah, kurangnya waktu
mengembangkan keterampilan sosial
pembelajaran.
PBL
serta keterampilan berpikir (Nurhadi,
membutuhkan
waktu
2004). Dalam kelompok kecil, siswa
banyak,
akan
metode
memerlukan waktu untuk menghadapi
pemecahan masalah dan pengetahuan
persoalan yang diberikan. sementara,
konseptual merekan. Mereka menyatu
waktu pelaksanaan proses pembelajar
kan ide-ide dan membagi tanggung
an harus disesuaikan dengan beban
jawab dalam menyelasaikan situasi
kurikulum. menurut Fincham et al.
masalah.
(1997), "PBL tidak menghadirkan
satu
sama
membangkitkan
Kelebihan model pembelajaran
Problem Based
terbawa
kebiasaan
peserta
metode
terkadang
yang
didik
lebih
terkadang
kurikulum baru tetapi lebih pada
Learning adalah :
kurikulum yang sama melalui metode
mengembangkan pemikiran kritis dan
pengajaran yang berbeda, siswa tidak
keterampilan
dapat benar-benar tahu apa yang
kemampuan
kreatif,
meningkatkan
memecahkan
masalah,
mungkin penting
bagi mereka untuk
meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar, terutama di daerah yang
belajar, membantu siswa belajar untuk
mereka tidak memiliki
mentransfer
dengan
sebelumnya, seorang guru mengadopsi
siswa
pendekatan PBL mungkin tidak dapat
situasi
baru,
mempunyai
secara
pengetahuan
mendorong
inisiatif
mandiri,
untuk
dan
belajar
mendorong
kreativitas siswa dalam pengungkapan
untuk
sebanyak
menutup
kursus
konvensional.
sebagai
kuliah
PBL
Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979 - 9225
pengalaman
bisa
bahan
berbasis
sangat
100
menantang
karena
untuk
melaksanakan,
membutuhkan
menyampaikan kepada sesamanya.
banyak
Materi Pendidikan Agama Islam
perencanaan dan kerja keras bagi guru.
pada tema semangat menuntut ilmu
Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru
dan menyampaikan kepada sesamanya,
untuk
merupakan materi PAI pada aspek
"melepaskan
kontrol"
dan
menjadi fasilitator, mendorong siswa
akhlak
untuk mengajukan pertanyaan yang
terdapat aspek al Qur’an sebagai
tepat daripada menyerahkan mereka
sumber dasarnya. Pada materi ini jika
solusi
ditarik kepada lingkungan kontekstual
Pengajaran
berbasis
masalah
sekalipun
didalammnya
kehidupan peserta didik maka akan
digunakan untuk merangsang berpikir
dijumpai
tingkat
situasi
aktual yang terkait dengan penurunan
berorientasi masalah, termasuk belajar
semangat menuntut ilmu dikalangan
bagaimana belajar. Pengajaran berbasis
remaja dan masyarakat karena banyak
masalah tidak dapat dilaksanakan jika
faktor
guru
keengganan masyarakat untuk bertekad
tinggi
tidak
dalam
mengembangkan
banyaknya
penyebabnya,
lingkungan kelas yang memungkinkan
menyebarkan
terjadinya
kepada
pertukaran
ide
secara
permasalahan
ilmu
khalayak
termasuk
yang
dimiliki
umum
dengan
terbuka. Intinya, siswa dihadapkan
berbagai alasan dan kendala. Belum
situasi masalah yang autentik dan
lagi adanya pergeseran nilai yang
bermakna yang dapat menantang siswa
mendasari manusia dalam menuntut
untuk
(Nurhadi,
ilmu sehingga ini berpengaruh pada
2004: 109). Model Problem Based
etika menuntut ilmu. Maka dalam
Learning (PBL) adalah suatu model
penelitian ini kita mencoba untuk
pembelajaran yang berorientasi pada
melaksanakan
penggunaan masalah nyata sebagai
pada tema tersebut dengan model
cara untuk melibatkan siswa dalam
pembelajaran berbasis masalah atau
proses belajarnya. Materi pokok yang
yang sering dikenal dengan PBL yakni
dipilih dalam pembelajaran PAI adalah
problem based learning.
memecahkannya
model
pembelajaran
materi Semangat menuntut ilmu dan
Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979 - 9225
101
siklus berikutnya adalah perencanaan
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
merupakan
yang
sudah
direvisi,
tindakan,
penelitian tindakan (action research),
pengamatan, dan refleksi. Sebelum
karena
untuk
masuk pada siklus I dilakukan tindakan
memecahkan masalah pembelajaran di
pendahuluan yang berupa identifikasi
kelas. Penelitian ini juga termasuk
permasalahan.
penelitian deskriptif, sebab menggam
Masalah
penelitian
barkan
dilakukan
bagaimana
suatu
teknik
pembelajaran
diidentiifikasi
Pendidikan
ketika
Agama
pembelajaran diterapkan dan bagai
Islam, yang mana guru PAI menjumpai
mana hasil yang diinginkan dapat
permasalahan tentang rendahnya daya
dicapai. Penelitian ini dilaksanakan di
konsentrasi dan daya
SMA Negeri 1 Kwadungan yang
kemampuan siswa dalam menghubung
terletak di Jl. Raya Ngawi Kwadungan
kan konsep –konsep ajaran islam
Km. 15 Tirak. Subyek penelitian
dengan
adalah kelas X semester ganjil tahun
Kemudian guru menentukan model
pelajaran 2014-2015, yang berjumlah
pembelajaran
22 orang pada kompetensi dasar 3.7
Adapun
Memahami Q.S. At-Taubah (9) : 122
sebagai berikut:
dan hadits terkait tentang semangat
1. Tahap perencanaan ( planning )
menuntut
ilmu,
menerapkan
dan
menyampaikannya kepada sesama.
kehidupan
serap serta
sehari-hari.
berbasis
tahap
tahapanya
masalah.
adalah
Pada tahap ini peneliti membuat
perencanaan pembelajaran Pendidik
Penelitian tindakan, ini menggu
an Agama Islam dengan mengguna
nakan model penelitian tindakan dari
kan model pembelajaran berbasis
Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto,
masalah dengan kompetensi dasar 3.7
Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk
Memahami Q.S. At-Taubah (9) : 122
spiral dari siklus yang satu ke siklus
dan hadits terkait tentang semangat
yang berikutnya. Setiap siklus meliputi
menuntut
planning (rencana), action (tindakan),
menyampaikannya kepada sesama.
observation
(pengamatan),
dan
reflection (refleksi). Langkah pada
ilmu,
menerapkan
dan
2. Tahap pelaksanaan (acting)
Pada tahap ini guru melaksanakan
Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979 - 9225
102
pembelajaran sebagaimana rencana
mengadakan
yang telah ditetapkan. Pelaksanaan
tindakan yang telah dilakukan untuk
pembelajaran terdiri dari 3 siklus,
menganalisis
yaitu siklus 1, 2, dan 3, dimana
pemberian tindakan maupun untuk
masing – masing siklus dikenai
menganalisis faktor penyebab tidak
perlakuan yang sama (alur kegiatan
tercapainya tindakan. Adapun hasil
yang sama) dan membahas satu sub
siklus pertama kurang memuaskan
pokok bahasan yang diakhiri dengan
dan harus diperbaiki pada siklus
tes tulis di akhir masing-masing
kedua.
putaran.
refleksi
tindakan-
ketercapaian
proses
Alat pengumpul data dalam
3. Tahap pengamatan (Observing)
Pengamatan
tindakan
penelitian ini adalah tes buatan guru
(Observing)
yang fungsinya adalah: (1) untuk
pengamatan tindakan yang digunakan
menentukan seberapa baik siswa telah
dalam penelitian ini adalah observasi
menguasai
yang dilakukan oleh teman sejawat
diberikan dalam waktu tertentu, (2)
yang
untuk menentukan apakah suatu tujuan
bertindak
sebagai
observer
bahan
pelajaran
yang
dalam pembelajaran PAI. Observasi
telah
dilakukan oleh kolaborator terhadap
memperoleh suatu nilai (Arikunto,
proses
Suharsimi,
kegiatan
yang
dilakukan
tercapai,
dan
2002:149).
(3)
untuk
Sedangkan
selama kegiatan PAI dengan model
tujuan tes adalah untuk mengetahui
pembelajaran berbasis masalah. Hal
tingkat ketuntasan belajar siswa secara
ini dilakukan agar data yang didapat
individual maupun secara klasikal.
bersifat
obyektif.
Kolaborator
mengamati jalannya kegiatan untuk
melihat apakah tindakan tersebut
sesuai dengan yang direncanakan.
4. Tahap tindakan (reflecting)
Pada
tahap
ini
HASIL PENELITIAN
Temuan penelitian dari siklus I,
II dan III dalam penelitian ini dapat
diperhatikan sebagai berikut :
adalah
Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979 - 9225
103
Prestasi belajar PAI dengan PBL
Series 1
Series 2
Series 3
84.95
86.36
80.09
81.81
76.81
72.72
19
18
16
Nilai rata-rata tes
Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar
Berdasar data di atas maka dapat adanya peningkatan daya serap siswa
dipahami
dalam
diperoleh
data
penelitian
bahwa
ini terhadap materi pembelajaran.
melalui
Peningkatan juga terjadi pada
pembelajaran berbasis masalah prestasi hasil belajar dari aspek ketuntasan
belajar siswa mengalami peningkatan siswa
dalam
belajar.
Pada
siklus
dari siklus 1 ke siklus berikutnya. pertama sebesar siswa yang tuntas
Peningkatan terjadi baik pada aspek adalah sebesar 16 orang dari 22 siswa,
rata-rata nilai kelas, jumlah siswa yang kemudian meningkat pada siklus kedua
tuntas maupun prosentase ketuntasan naik menjadi sebesar 18 orang dan pada
belajar.
siklus ketiga meningkat pula yakni
Rata-rata nilai kelas mengalami sebesar 19 orang. Peningkatan dari
peningkatan
yaitu
pada
siklus
I aspek jumlah siswa yang mencapai
diperoleh rata-rata nilai sebesar 76,81, nilai ketuntasan belajar adalah sesuatu
kemudian meningkat pada siklus kedua yang sangat diharapkan karena dalam
yakni sebesar 80,09 dan pada siklus pembelajaran seorang guru hendaknya
ketiga sebesar 84,95. Peningkatan hasil mampu mengantarkan siswa tuntas
belajar dari aspek rata-rata nilai kelas secara klasikal. Prosentase ketuntasan
ini merupakan sesuatu yang
bagus siswa juga mengalami peningkatan
karena pencapaian ini menunjukkan yakni pada siklus I sebesar 72,72 %,
Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979 - 9225
104
meningkat pada silklus kedua sebesar secara
baik
dengan
menambahkan
81,81 persen dan pada siklus ketiga informasi-informasi yang dirasa perlu
sebesar 86,86.
dan
Pencapaian
peningkatan
memberi
hasil terampil
catatan
dan
serta
bersemangat
lebih
dalam
belajar siswa sebagaimana di atas, memotivasi siswa sehingga siswa bisa
dikarenakan adanya tindak lanjut atau lebih antusias.
perbaikan
langkah-langkah
dalam
Pada
siklus
kedua
diperoleh
penerapan model pembelajaran berbasis peningkatan prestasi baik pada aspek
masalah dari siklus I sampai siklus III. rata-rata nilai kelas, jumlah siswa yang
Pada siklus pertama terdapat hambatan tuntas, maupun prosentase ketuntasan
bahwa siswa masih merasa baru dan sebagaimana
dipaparkan
di
atas.
belum memahami betul bagaimana Adanya peningkatan hasil belajar siswa
model pembelajaran berbasis masalah ini
diantaranya
dipengaruhi
oleh
berlangsung dalam pembelajaran PAI kesiapan peserta didik yang lebih baik
di kelas. Hal tersebut berdampak pada karena guru telah menginformasikan
tingkat motivasi belajar beberapa siswa bahwa setiap akhir pelajaran akan
kurang
bagus,
maksimalnya
kemudian
pengelolaan
kurang selalu diadakan tes sehingga pada
waktu pertemuan
berikutnya
siswa
lebih
pembelajaran, beberapa siswa kurang termotivasi untuk belajar. Selain itu
aktif cenderung pasif dan terdapat dua siswa juga sudah mulai mengerti apa
kelompok dari 5 kelompok yang kurang yang dimaksudkan dan diinginkan guru
dinamis dalam proses diskusi dan dengan
presentasi,
dikarenakan
menerapkan
pembelajaran
kurang berbasis masalah. Untuk mendapat
maksimalnya peran ketua kelompok peningkatan yang lebih baik, perbaikan
dalam memfungsikan peran anggota. yang dilakukan pada siklus III adalah
Dan untuk memperbaiki hal tersebut di membuat
siswa
siklus II yang dilakukan guru adalah selama
lebih
proses
termotivasi
pembelajaran
memotivasi
siswa,
memperjelas berlangsung, lebih dekat dengan siswa
penyampaian
tujuan
pembelajaran, sehingga tidak ada perasaan takut
mendistribusikan waktu pembelajaran dalam
diri
siswa
Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979 - 9225
baik
untuk
105
mengemukakan pendapat atau bertanya,
1. pembelajaran
berbasis masalah
lebih sabar dalam membimbing siswa
atau problem based learning dapat
merumuskan
meningkatkan
kesimpulan/menemukan
kualitas
konsep, mendistribusikan waktu secara
pembelajaran PAI, khususnya pada
baik sehingga kegiatan pembelajaran
bahasan semangat menuntut ilmu
dapat berjalan sesuai dengan yang
dan
diharapkan, menambah lebih banyak
sesamanya;
contoh soal dan memberi soal-soal
menyampaikan
2. Pembelajaran
kepada
berbasis masalah
latihan pada siswa untuk dikerjakan
atau
pada setiap kegiatan belajar mengajar.
memiliki dampak positif dalam
Pada
III
based
learning
terdapat
meningkatkan hasil belajar siswa
peningkatan prestasi belajar yang lebih
yang ditandai dengan peningkatan
baik
ketuntasan belajar siswa dalam
lagi
siklus
problem
sebagaimana
sebelumnya.
Peningkatan
dipaparkan
tersebut
setiap
siklus,
yaitu
dipengaruhi oleh kemampuan guru
(72,72%),
yang lebih baik dalam menerapkan
siklus III (86,36%);
pembelajaran
berbasis
masalah
siklus
3. pembelajaran
II
berbasis
siklus
I
(81,81%),
masalah
sehingga siswa menjadi lebih terbiasa
atau problem based learning dapat
dengan pembelajaran berbasis masalah
menjadikan peserta didik merasa
sehingga siswa lebih berpartisipasi aktif
dirinya mendapat perhatian dan
selama
kesempatan untuk menyampaikan
mudah
proses
pembelajaran,
memahami
lebih
materi
pembelajaran, sehingga hasil belajar
tercapai lebih baik.
pendapat,
gagasan,
ide
dan
pertanyaan;
4. Peserta didik dapat bekerja secara
mandiri maupun kelompok, serta
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dipaparkan selama tiga siklus,
hasil seluruh pembahasan serta analisis
yang telah dilakukan dapat disimpulkan
mampu mempertanggungjawabkan
segala
tugas
kelompok;
individu
kelima,
pembelajaran
mempunyai
maupun
penerapan
berbasis
masalah
pengaruh
positif,
bahwa:
Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979 - 9225
106
terhadap
peningkatan
belajar
siswa.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih
lanjut, karena hasil penelitian ini
hanya dilakukan di SMAN I
SARAN
Kwadungan tahun pelajaran 2014-
Saran yang penulis sampaikan
mendasar hasil penelitian ini agar
pembelajaran dapat memberikan hasil
yang optimal bagi siswa, adalah:
1. Untuk
melaksanakan
pembelajaran
atau
problem
memerlukan
berbasis
masalah
based
learning
yang
matang. Guru harus menentukan
atau memilih topik yang benarbenar
bisa
pembelajaran
diterapkan
dengan
berbasis masalah
dalam proses belajar mengajar
sehingga
diperoleh
hasil
4. Untuk
penelitian
yang
serupa
hendaknya dilakukan perbaikanperbaikan agar diperoleh hasil yang
model
persiapan
2015
yang
optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan hasil
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi.
Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta:
Rineksa
Cipta. 2002.
Dahar,
R.W. Teori-teori Belajar.
Jakarta: Departemen P dan K
Direktorat Jendral Tinggi
Proyek
Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.1998.
belajar siswa, guru hendaknya M. Ibrahim dan M. Nur . Pembelajaran
Berdasarkan
Masalah.
lebih sering melatih siswa dengan
Surabaya:
Universitas
Negeri Surabaya. 2000.
berbagai metode pembelajaran,
walau dalam taraf yang sederhana, M. Nur dan Wikandari P.R. Pengajaran
Berpusat pada Siswa dan
dimana peserta didik nantinya
Pendekatan
Konstruktivis
dalam
Pengajaran.
dapat menemukan pengetahuan
Surabaya: Universitas Negeri
baru, memperoleh konsep dan
Surabaya.1998
keterampilan, sehingga mereka
Nurhadi. Pembelajaran Kontekstual
berhasil dan mampu memecahkan
dan Penerapannya dalam
KBK. Malang: UM Press.
masalah-masalah
yang
2004
dihadapinya.
Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979 - 9225
107
Rustiyah, N.K. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.1991
Sukidin, dkk. Manajemen Penelitian
Tindakan Kelas. Surabaya:
Insan Cendekia.2002.
Tegeh, I.M. Perbandingan Prestasi
Belajar Mahasiswa yang
Diajar dengan Menggunakan
Problem Based-Learning dan
Ekspositori yang Memiliki
Gaya Kognitif Berbeda.
Disertasi tidak diterbitkan.
Malang: Program
Pascasarjana Universitas
Negeri Malang 2009
Tim Redaksi Pustaka Yustisia,
Perundangan tentang
Kurikulum Sistem
Pendidikan Nasional
2013.Yogyakarta: Pustaka
Yustisia, 2013.
Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979 - 9225
108
Download