Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum

advertisement
www.parlemen.net
REFORMASI HUKUM YANG BERPIHAK
KEPADA RAKYAT DAN KEADILAN1
(Beberapa Catatan)
Dr. Arif Gosita, SH2
Mengusahakan dan mendukung reformasi hukum di Indonesia demi pengembangan
kebenaran, keadilan, kerukunan dan kesejahteraan rakyat, adalah tugas panggilan setiap
warga negara Indonesia, sesuai dengan kemampuan pribadi masing-masing. Jadi tidak hanya
mereka yang pernah mengalami pendidikan tinggi hukum saja yang harus bersikap kritis dan
reformatif terhadap hukum yang berlaku. Sebab, penerapan hukum yang tertulis dan tidak
tertulis dapat menimbulkan penderitaan mental, fisik, dan sosial pada orang. Maka lahirlah
mereka yang disebut sebagai korban penerapan hukum dan menderita mental, fisik, sosial
(korban viktimisasi struktural). Oleh karena itu perlu adanya pemenuhan persyaratan minimal
bagi eksistensinya suatu peraturan perundang-undangan yang berpihak pada rakyat (terutama
anak) dan keadilan sebagai perwujudan reformasi hukum yang rasional positif, dapat
dipertanggung- jawabkan dan bermanfaat.
Pengertian Hukum
Sebagai titik tolak pembahasan dan pemahaman lebih baik mengenai reformasi hukum
nasional yang berpihak kepada rakyat dan keadilan yang rumit, maka saya merumuskan hukum
sebagai berikut:
1
Hukum adalah: suatu perwujudan kebijakan penguasa tertentu, pada masa tertentu, di
tempat tertentu demi kepentingan tertentu. Yang dimaksud dengan hukum disiniialah,
hukum dalam arti luas: yaitu yang tertulis dan tidak tertulis; dan hukum dalam arti sempit:
yaitu , peraturan perundang-undangan ( ius constitutum dan ius consti-tuendum). Yang
dimaksud dengan penguasa dalam arti luas: adalah siapa saja yang berfungsi sebagai
penguasa, karena situasi dan kondisi tertentu dan dalam arti sempit: ialah pemerintah.
Jadi, dalam masalah ikut serta mengembangkan supremasi hukum dan penegakan
hukum, maka kita harus waspada dan terlebih dahulu bertanya, hukum siapa, hukum
yang mana dan demi kepentingan siapa.
2
Hukum adalah: suatu hasil interaksi antar pihak-pihak tertentu, akibat adanya suatu
interrelasi antara fenomena yang ada dan saling mempengaruhi. Jadi, hukum itu ada,
akibat adanya pihak-pihak tertentu yang terlibat dalam adanya hukum tersebut sebagai
komponen. hukum itu ada dan dibuat bersama oleh pihak-pihak tertentu yang
berkepentingan dan yang mempunyai kewenangan dan kemampuan untuk ikut serta
dalam pembuatan hukum tertentu;
3
Hukum adalah: keseluruhan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang menjadi
pedoman dan dasar mengatur hak dan kewajiban warga negara dan pemerintah dalam
berbagai bidang kehidupan dan penghidupan. Yaitu, kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, bernegara dan berbangsa dan penghidupan (mencari nafkah);
4
Hukum adalah suatu saran yang dapat menguntungkan atau merugikan orang atau
kelompok tertentu. Oleh sebab itu, perlu adanya peraturan perundang-undangan yang
dapat menjadi dasar dan pedoman orang mencegah dan menyelesaikan penyalahgunaan hukum, yang dapat berwujud penyalahgunaan kedudukan, kewenangan,
kekuasaan dan kekuatan berdasarkan hukum tertentu. Jadi hukum sebagai sarana tidak
dapat melindungi orang. Hukum hanya dapat menjadi dasar dan pedoman orang
bertindak melindungi sesuatu
1
Sumbangan pemikiran untuk "Expert Meeting tentang Perubahan Paket Undang-undang
Politik", yang di selenggarakan oleh CETRO, IPC,PSHK, LSPP, di Jakarta, tanggal 22-23
Desember, 2006.
2
Dosen Hukum Perlindungan Anak, Viktimologi,Kriminologi FH Untar, UL, Unpan, Usakti, UKI ,
UNIA
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan
ditampilkan di www.parlemen.net
www.parlemen.net
5
Hukum yang berkaitan dengan perlindungan rakyat adalah, keseluruhan ketentuan
peraturan perundang-undangan, yang menjadi dasar dan pedoman orang melindungi
pelaksanaan hak dan kewajiban rakyat.
Tindakan Individu
Pada hakikatnya pembuatan suatu PPU adalah suatu tindakan individu yang dipengaruhi
oleh unsur-unsur struktur sosial tertentu masyarakat tertentu. Seperti: kepentingan (yang dapat
menjadi motivasi), lembaga-lembaga sosial (keluarga, lembaga pendidikan, partai politik,
DPR,pemerintah dsb.), nilai-nilai sosial, norma (hukum), status (sebagai warga negara) , peran
(sebagai warga negara) dsb. Jadi unsur-unsur ini juga harus dipahami dan dihayati, karena
mempengaruhi orang mendukung atau menghambat adanya PPU yang dapat dipertanggung
jawabkan, mengembangkan kebenaran, keadilan, kerukunan dan kesejahteraan rakyat.
Reformasi Hukum
Reformasi hukum nasional yang berpihak kepada rakyat dan keadilan meliputi pembangunan hukum yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
1
Usaha-usaha yang terdiri atas kegiatan-kegiatan memperbaiki, mengurangi, menambah
hukum yang berlaku atau mengantikannya dengan yang baru sesuai dengan kebutuhan,
situasi dan kondisi di Indonesia;
2
Memenuhi persyaratan tertentu, yang menunjang pengembangan kebenaran, keadilan
dan kesejahteraan rakyat berdasarkan UUD'45 sebagai pengamalan Pancasila;
Pengembangan landasan filosofis, etis, yuridis tertentu;
3
Pengembangan bahasa yang tepat dalam peraturan perundang-undangan, agar dapat
dipahami dan dihayati oleh banyak orang sebagai obyek dan subyek hukum, sehingga
mendukung penerapannya;
4
Pengadaan dan partisipasi personalia pelaksanaan, yang memahami dan menghayati
makna hukum sebagai sarana dan dasar pembangunan kebenaran, keadilan, kerukunan
dan kesejah-teraan bangsa (rakyat, anak);
5
Pemahaman dan penghayatan reformasi hukum sebagai suatu bentuk perwujudan
pelayanan kesjahteraan manusia. Oleh karena, mendukung pelayanan terhadap sesama
manusia yang mempunyai permasalahan hukum dalam berbagai bidang kehidupan dan
penghidupan.
Langkah-langkah Penerapan Hukum
Reformasi hukum nasional yang berpihak kepada rakyat dan keadilan berkaitan juga
dengan langkah-langkah penerapan hukum. Adapun langkah-langkah yang berkaitan adalah
sebagai berikut:
1
Pengumpulan dan penentuan partisipan pelaksanaan yang profesional yang dapat
memahami dan menghayati pelayanan hukum sebagai pelayanan kesejahteraan
manusia (rakyat, anak);
2
Pembinaan obyek dan subyek hukum yang dapat mendukung pelaksanaan pembangunan hukum dengan usaha-usaha meningkatkan melek hukum dan meningkatkan
kesadaran berhukum pada ybs.;
3
Penelitian hukum yang berlaku untuk mendukung, pemahaman dan penentuan sikap dan
tindakan dalam pelaksanaan usaha-usaha pembangunan hukum;
4
Penentuan prioritas pembuatan PPU sesuai dengan situasi dan kondisi dalam berbagai
bidang kehidupan dan penghidupan;
5
Berkomunikasi dengan dan memanfaatkan para ahli dan instansi yang bergerak dibidang
pembangunan hukum;
6
Meningkatkan dengan berbagai cara kesediaan setiap warga negara untuk berpartisipasi
menegakan hukum yang benar berdasarkan UUD'45 dan pengamalan Pancasila;
7
Penentuan persyaratan sebagai dasar dan pedoman dalam pembangunan hukum yang
mengembangkan kebenaran, keadilan, kerukuna dan kesejahteraan rakyat sesuai
Firman Allah;
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan
ditampilkan di www.parlemen.net
www.parlemen.net
8
9
10
11
Penyadaran dengan berbagai cara anggota masyarakat akan pentingnya pembangunan
dan penerapan hukum yang benar berdasarkan ajaran dalam Kitab Suci;
Penentuan mekanisme kerja pembangunan hukum yang efektif dan efisien;
Pengadaan dana untuk pelaksanaan usaha-usaha pembangunan hukum;
Menyempurnakan pendidikan hukum pada semua tingkat, sehingga tersedia sumber
daya manusia yang dapat mendukung penegakan hukum dan upaya legislasi nasional
yang rasional, dapat dipertanggungjawabkan dan bermanfaat.
Upaya reformasi hukum nasional yang berpihak kepada rakyat dan keadilan dan
langkah-langkah penerapan yang telah disebutkan diatas memerlukan kearifan yang diperoleh
melalui pendidikan hukum di keluarga dan di semua lapisan masyarakat sedini mungkin.
Sehubungan dengan ini, maka akan dikemukakan untuk dibahas beberapa pemikiran
mengenai alat pengukur baik buruknya suatu peraturan perundang-undangan (PPU). Jadi,
sebaiknya suatu PPU itu dikaji berdasarkan persyaratan yang dikemukakan di catatan ini.
Adapun beberapa persyaratan yang harus dipenuhi tersebut adalah antara lain sebagai berikut.
1
Rasional positif
Substansi suatu PPU harus dapat dilaksanakan secara konseptual, berprogram,
profesional dan tidak emosional. Dengan demikian dapat dicegah penentuan sikap dan
pengambilan tindakan yang dapat menimbulkan penderitaan mental, fisik dan sosial pada
seseorang.
2
Dapat dipertanggungjawabkan
Substansi suatu PPU harus dapat dipertanggung jawabkan. Horisontal, terhadap sesama
manusia (manusia yang sama harkat dan martabat sebagai manusia, dan berada dengan kita)
dan vertikal, terhadap Tuhan Allah (kebebasan beragama, beribadah).
3
Bermanfaat.
PPU tsb harus bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain (masing-masing dapat
melaksanakan hak dan kewajibannya secara bertanggungjawab)
4
Mengembangkan kebersamaan, kerukunan, kesatuan dan persatuan.
Substansi suatu PPU harus merupakan dasar hukum dan pedoman mewujudkan
kebersamaan, kerukunan, kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Penerapannya tidak
boleh diskriminatif, destruktif, monopolistis, menguntungkan golongan tertentu saja (anti sara,
mendukung kebebasan beragama, pendidikan, pelayanan)
5
Mengembangkan kebenaran, keadilan, kerukunan dan kesejahteraan rakyat.
Suatu PPU harus bertujuan mewujudkan kebenaran, keadilan dan kesejahteraan rakyat.
Terutama, rakyat golongan lemah mental, fisik dan sosial (anak, perempuan, penyandang cacat
dsb.).
6
Mengutamakan perspektif kepentingan yang diatur/dilayani, dan bukan perspektif
kepentingan yang mengatur/melayani.
Suatu PPU terutama harus dapat menjadi dasar hukum dan pedoman melindungi
kepentingan (hak dan kewajiban) yang menjadi obyek pengaturan dan pelayanan, dan bukan
kepentingan para penguasa atau para pelaksana tugas yang mengatur dan melayani.
7
Sebagai pengamalan Pancasila
Substansi suatu PPU harus merupakan perwujudan terpadu pengamalan semua sila
Pancasila.
8
Berlandaskan hukum secara integratif
Substansi suatu PPU harus dapat dipahami dan dihayati oleh para obyek dan subyek
hukum, sehingga dapat diterapkan secara terpadu dan harmonis dengan PPU yang lain.
Akibatnya, perlu diusahakan adanya koreksi, penyesuaian, pembaharuan peraturan perundangundangan sesuai sitiuasi dan kondisi terakhir dan terbaik untuk anak..
9
Berlandaskan etika
Suatu PPU harus merupakan perwujudan suatu etika profesi, dan dapat dipertanggung
jawabkan menurut bidang profesi masing-masing.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan
ditampilkan di www.parlemen.net
www.parlemen.net
10
Mengembangkan hak asasi dan kewajiban asasi yang bersangkutan
Suatu PPU tidak hanya dapat menjadi dasar hukum memperjoangkan hak asasi
manusia, tetapi juga untuk mengusahakan pelaksanaan kewajiban asasi manusia sesuai
kemampuan, situasi dan kondisi yang bersangkutan. Sebaiknya dikaitkan dengan Konvensi
Hak-hak Anak PBB, yang telah diratifikasi dengan Kepres 36/1990.
11
Tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum untuk menyalahgunakan kedudukan,
kewenangan, kekuasan dan kekuatan demi kepentingan pribadi atau kelompok
Suatu PPU yang baik tidak dapat dimanfaatkan orang untuk menyalahgunakan
kekuasaan, kekuatan yang diperoleh dari kedudukan dan kewenangannya untuk mencari
keuntungan pribadi atau kelompok.
12
Mengembangkan respons keadilan yang memulihkan
Suatu PPU harus dapat menjadi dasar hukum para obyek dan subyek hukum,
berpartisipasi dalam usaha-usaha yang memulihkan (restoratif) terhadap para korban yang
menderita (kerugian) mental, fisik, dan sosial dengan dengan memberikan asistensi (pelayanan,
pendam-pingan), ganti kerugian (restitusi oleh pelaku, kompensasi oleh pemerintah) dsb..
13
Tidak merupakan faktor viktimogen
Substansi suatu PPU tidak boleh berakibat terjadinya suatu penimbulan korban
(viktimisasi), sehingga yang bersangkutan menderita mental, fisik dan sosial. Baik memuat
sanksi bagi para penimbul korban.
14
Tidak merupakan faktor kriminogen
Substansi suatu PPU tidak boleh berakibat terjadinya suatu kejahatan (kekerasan,
penipuan, penyuapan, korupsi dsb). Baik memuat sanksi bagi yang menimbulkan penderitaan.
15
Mendukung penerapan unsur-unsur menejemen kooperasi, koordinasi, integrasi,
sinkronisasi dan simplifikasi.
Dalam pembuatan dan penerapan PPU diperlukan adanya pelaksanaan unsur-unsur
menejemen. Seperti: kooperasi (antar instansi), koordinasi (antar instansi), integrasi
(interdisipliner, intersektoral, interdepartemental), sinkronisasi (kesinambungan usaha),
simplifikasi (perumusan sederhana , mudah dimengerti oleh hanyak orang untuk dilaksanakan).
Sampai saat ini unsur-unsur ini masih diahaikan. Akibatnya, PPU tidak dapat diterapkan
dengan semestinya dan menimbulkan berhagai macam permasalahan yuridis sehingga
menimbulkan penderitaan mental, fisik, sosial pada yang bersangkutan.
16
Berdasarkan citra yang tepat mengenai obyek dan subyek hukum, sebagai: manusia
sang sama harkat dan martabat sebagai manusia, dan sehagai manusia sesama kita
yang ada dalam satu masyarakat .
Citra yang tepat mengenai manusia ini dapat menjadi landasan mencegah merupikan
rakyat dan mengembangkan respons yang restoratif terhadap rakyat yang menderita mental,
fsik dan sosial penerapan hukiun yang negatif.
17
Mengembangkan 5 rasa : rasa memiliki sesuatu bersama, rasa bertanggungjawah
(horisontal terhadap sesama mannusia dan vertikal: terhadap Tuhan Allah). rasa terikat
pada sesuatu, rasa suka membagi terhadap sesama manusia, dan rasa melavanai
terhadap sesama manusia.
Dalam kenyataan persyaratan-persyaratan ini tidak mudah untuk dipenuhi dalam waktu
dekat. karena situasi dan kondisi kehidupan berhukum pada saat ini, tetapi dapat dipercepat
bersama. Demi kehidupan berhukum yang baik, maka pemenuhan persyaratan ini harus
diperjuangkan bersama-sama sekuat tenaga.
Hambatan
Hambatan yang berkaitan dan perlu diatasi bersama adalah antara lain sebagai berikut:
1
Iklim berhukum dalam berbagai bidang kehidupan (berkeluarga, bermasyarakat,
bernegara, berbangsa) dan penghidupan (mencari nafkah) yang tidak dapat
dibertanggungjawabkan dan menyedihkan.
2
Kurang adanya kemauan potitik pihak pemerintah, anggota masyarakat dan keluarga
untuk berhukum dengan konsisten dan konsekuen; secara bertanggung jawab dalam
berbagai bidang penghidupan dan kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan
ditampilkan di www.parlemen.net
www.parlemen.net
3
4
5
6
Masih kurang baiknya dan meratanya pendidikan hukum di Indonesia pada semua
tingkat pendidikan (dimulai dari keluarga, sekolah dasar sampai perguruan tinggi).
Tidak dianggap pentingya hukum sebagai pedoman dan dasar hukum orang bersikap
dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Masih kuat adanya kecenderungan anggota
masyarakat untuk tidak menghiraukan hukum dalam mencapai suatu tujuan, tetapi
dengan mengunakan kekerasan, kekuasaan.
Tidak adanya citra yang tepat mengenai rakyat sebagai manusia sesama kita yang sama
harkat dan martabat sebagai manusia; dan manusia sesama kita yang ada dalam satu
masyarakat dengan kita.
Citra yang tepat ini dapat mengembangkan rasa tanggungjawab kita terhadap rakyat.
Tidak ada atau kurungnya pendidikan budi perkiti di keluarga , di sekolah, dimasyarakat.
Akibatnya kolusi, korupsi dan nepotisme meningkat di Indonesia.
Kesimpulan
Dari yang telah dikemukan sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
Pertama, pembuatan PPU bukanlah sesuatu yang mudah dan dapat diselesaikan dalam waktu
singkat. Usaha pengumpulan data untuk menguatkan diperlukannya pembuatan PPU
tersebut tidak dapat dihindari;
Kedua, mengadakan studi banding mengenai undang-undang pelindungan anak negara-negara
lain untuk penyempurnaan PPU yang telah dibuat merupakan suatu kemutlakan;
Ketiga, mempelajari bersama PPU Indonesia yang berlaku yang berkaitan dengan bidang
hukum perlindungan rakyat, untuk menguatkan perlu adanya undang-undang yang baru,
sebagai pengganti yang lama yang bertentangan dengan hak dan kewajiban asasi warga
negara Indonesia, termasuk program kerja reformasi PPU di Indonesia
Keempat, mengikutsertakan para ahli dibidang perlindungan rakyat serta hukumnya untuk
mengkaji ulang rancangan undang-undang (RUU) yang ada, merupakan suatu
kemutlakan dalam rangka mencegah penimbulan korban penerapan PPU;
Kelima, mengingat peliknya dan rumitnya pembuatan PPU yang baik, maka harus tersedia
dana dan sarana, sumber daya manusia pengkajian RUU yang berkaitan;
Keenam, mengembangkan pendidikan hukum perlindungan rakyat sebagai pendukung
pelaksanaan pelindungan rakyat dibidang hukum privat dan hukum publik yang
merupakan agenda kerja penting dalam upaya reformasi PPU di Indonesia.
Saran-saran
Saran-saran yang berkaitan dengan reformasi hukum yang berpihak pada rakyat
(terutama anak) dan keadilan adalah sebagai berikut:
1
Pengumpulan data untuk menguatkan diperlukannya pembuatan undang-undang yang
melindungi korban secepatnya. Para korban tidak boleh menderita lebih lama lagi;
2
Mengadakan studi banding mengenai undang-undang pelindungan rakyat negara-negara
lain untuk penyempurnaan PPU yang telah dibuat;
3
Mempelajari PPU Indonesia yang berlaku yang berkaitan dengan bidang hukum
perlindungan anak, untuk membenarkan perlu adanya atau tidaknya undang-undang
yang baru, sebagai pengganti yang lama yang bertentangan dengan hak dan kewajihan
asasi rakyat Indonesia;
4
Mengikutsertakan para ahli dibidang perlindungan rakyat serta hukumnya untuk mengkaji
ulang PPU yang ada;
5
Pengadaan dana dan sarana pengkajian RUU dan PPU yang berkaitan;
6
Mengembangkan pendidikan hukum perlindungan rakyat sebagai pendukung
pelaksanaan pelindungan rakyat dibidang hukum privat dan hukum publik.
7
Mengusahakan bersama citra yang tepat mengenai anak, sebagai sesama manusia kita
yang sama harkat dan martabat dengan kita, dan ada dengan kita dalam satu masyarkat,
dengan berbagai cara sedini mungkin.
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan
ditampilkan di www.parlemen.net
www.parlemen.net
Sebagai dasar dan pedoman pemahaman, penghayatan dan penanggulangan
permasalahan ini, maka baik kita hayati bersama hukum kasih Tuhan yang berbunyi sebagai
berikut: Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, jiwamu, akal budimu dan
kekuatanmu. Kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri.
Demikianlah beberapa sumbangan pemikiran serta permasalahan yang berkaitan, yang
perlu dipahami, dihayati dan diatasi bersama lebih lanjut. Semoga catatan sederhana ini
bermanfaat bagi upaya legislasi nasional yang berpihak kepada rakyat (anak) demi kebenaran,
keadilan, kerukunan dan kesejahteraan rakyat di Indonesia..
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan
ditampilkan di www.parlemen.net
Download