BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh pengusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang, dan mendapatkan laba. Pemasaran merupakan faktor penting dalam suatu perusahaan untuk mempertahankan kegiatan usahanya secara berkesinambungan. Pemasaran adalah hal yang begitu mendasar sehingga tidak dapat dipandang sebagai fungsi yang terpisah. Pemasaran merupakan keseluruhan bisnis yang dilihat dari hasil akhirnya, yaitu sudut pandang pelanggan. Oleh karena itu, keberhasilan usaha tidak ditentukan oleh produsen melainkan oleh pelanggan. Tetapi seringkali masyarakat awam menyamakan pemasaran dengan penjualan, kegiatan pemasaran bukan hanya sekedar penjualan atau periklanan, tetapi berpusat pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia. Karena penjualan hanya merupakan salah satu aspek dari pemasaran. Pemasaran berusaha mengindentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen pasar sasarannya, serta bagaimana cara memuaskan mereka. (Kotler;2005;5 dalam buku Manajemen Pemasaran) Untuk memberikn gambaran yang lebih jelas mengenai pemasaran, maka penulis mengutip beberapa pendapat pakar pemasaran, yaitu: Kotler (2006;124) dalam buku Pengantar Bisnis Edisi pertama mendefinisikan pemasaran adalah : Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Definisi lain dari pemasaran menurut Stanton yang dikutip oleh Swastha (2003;5) dalam buku Manajemen Pemasaran Modern mengungkapkan bahwa : Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari kegiatan kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencakan, menentukan 11 12 harga, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Dari beberapa pendapat diatas pada dasarnya pengertian dari pemasaran tidak jauh berbeda. Dan dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran, di mana dalam pemasaran ini kegiatan bisnis dirancanguntuk mendistribusikan barang-barang kepada konsumen untuk mencapai sasaran serta tujuan organisasi. 2.1.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran dalam perusahaan merupakan hal penting yang memiliki peranan yang kuat dalam mencapai tujuan. Tugas dari manajemen pemasaran adalah melakukan perencanaan mengenai bagaimana mencari peluang pasar untuk melakukan pertukaran barang dan jasa dengan konsumen. Setelah itu, manajemen pemasaran mengimplementasikan rencana tersebut dengan cara melaksanakan strategi-strategi pemasaran untuk menciptakan dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan konsumen demi terciptanya tujuan perusahaan. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi manajemen pemasaran menurut beberapa ahli: Kotler (2006;10) dalam buku Manajemen Pemasaran mengungkapkan bahwa: Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Definisi lain dari manajemen pemasaran menurut Swastha dan Irawan dalam bukunya Manajemen Pemasaran Modern (2003;7) mengungkapkan bahwa : Manajemen Pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program-program yang ditujukan untuk mengadakan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta menentukan harga, mengadakan komunikasi dan distribusi yang efektif untuk memberitahu, mendorong, serta melayani pasar. 13 Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran merupakan proses awal perencanaan sampai dengan evaluasi hasil dari kegiatan atau implementasi dari perencanaan, dengan tujuan agar sasaran yang telah disepakati dapat tercapai melalui perencanaan yang efektif dan terkendali. 2.2 Pengertian Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam pemasaran.Bauran pemasaran mencakup sistem atau alat-alat yang membantu mengaplikasikan konsep pemasaran itu sendiri. Dalam pemasaran terdapat salah satu strategi yang disebut bauran pemasaran. Bauran pemasaran mempunyai peranan yang cukup penting dalam mempengaruhi konsumen untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkannya dan bagi keberhasilan suatu pemasaran baik pemasaran produk maupun pemasaran jasa. Dibawah ini dikemukakan beberapa definisi bauran pemasaran menurut beberapa ahli: Swastha dan Irawan (2003;78) dalam bukunya Manajemen Pemasaran Modern mengemukakan bahwa: Bauran pemasaran (Marketing Mix) adalah kombinasi dari empat variable atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yakni: produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi. Adapun definisi bauran pemasaran (Marketing Mix) menurut Buchari (2008:205) yaitu: “Marketing mix merupakan strategi mencampur kegiatan-kegiatan marketing, agar dicari kombinasi maksimal sehingga mendatangkan hasil paling memuaskan”. Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat-alat pemasaran untuk mempengaruhi konsumen terhadap keputusan pembelian di pasar. Dan dapat mempengaruhi permintaan terhadap produknya dan perangkat tersebut akan menentukan tingkat keberhasilan pemasaran bagi perusahaan, dan ditujukan untuk dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. 14 Menurut Kotler dan Amstrong (2008:62-63) bauran pemasaran terdiri dari semua hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Berbagai kemungkinan ini dapat dikelompokan menjadi empat kelompok variabel yang disebut “4P” dalam kegiatan bauran pemasaran sebagai berikut : 1. Produk (product) Produk adalah kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran. 2. Harga (price) Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh pelanggan untuk memperoleh produk. 3. Tempat (place) Tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi pelanggan sasaran. 4. Promosi (promotion) Promosi adalah aktifitas yangmenyampaikan manfaat produk dan membujuk pelanggan membelinya. Dalam marketing mix terdapat kombinasi antara perusahaan barang dan jasa Untuk perusahaan yang bergerak dibidang barang, marketing mix dikenal dengan istilah 4P (product, price, place, promotion) seperti yang telah dijelaskan diatas. Sedangkan untuk perusahaan yang bergerak dibidang jasa, Menurut Morisson dalam Dewi (2010:209) menyatakan bahwa konsep marketing mix dikombinasikan menjadi 8Pyaitu dengan tambahan unsur 4P tersebut adalah: 5. People Menurut Dewi (2010:79) menyatakan bahwa people merupakan penyedia barang dan jasa yang melayani konsumen. People sedikitnya memiliki tiga hal yaitu service personnel, the product themselves, dan local resident. Dalam hal ini pelatihan, pengendalian kualitas, standardisasi kualifikasi dan sertifikasi kompetensi menjadi bagian yang penting dalammenentukan keberhasilan suatu pemasaran. 15 6. Packaging Menurut Morrison (2010) menyatakan bahwa Packaging berarti pengelompokan dua elemen atau lebih dari product experience ke dalam suatu produk. Packaging adalah kombinasi dari jasa dan daya tarik produk yang saling berkaitan dalam satu paket penawaran harga. Serangkaian produk yang dikemas dan dijual dengan menarik akan membentuk pengalaman yang menarik pula. 7. Programming Menurut Morrison (2010) menyatakan bahwa Programming adalah suatu teknik yangberkaitan dengan packaging, yaitu pengembangan aktivitas tertentu, acara, atau program untuk menarik dan meningkatkan pembelanjaan, atau memberikan nilai tambah pada paket atauproduk. Packaging memiliki kaitan dengan packaging yang melibatkan event special aktivitas atau program suatu produk untuk membuatnya lebih beraneka ragam dan menarik. 8. Partnership Suatu hubungan yang dijalin dengan usaha yang sejenis maupun usaha tidak sejenis yang menciptakan benefit dari pihak-pihak tersebut. 2.3 Jasa 2.3.1 Pengertian Jasa Ruang lingkup pemasaran tidak hanya mencakup pada hasil produk yang berwujud saja tetapi juga produk yang tidak berwujud yaitu jasa. Untuk mengetahui definisi jasa secara jelas, berikut akan dijelaskan definisi jasa yaitu sebagai berikut: Kotler (2005:111) menyatakan bahwa: Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menyebabkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik atau tidak. Definisi lain dari jasa menurut Valarie A. Zeithaml dan Mary Jo. Bitner yang dikutip oleh Alma(2007;243) dalam buku Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, menyatakan bahwa: 16 Jasa adalah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk dikonsumsi secara bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambahan (seperti kenikmatan, hiburan, santai, sehat) bersifat tidak berwujud. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya jasa merupakan suatu kegiatan tidak berwujud, tidak menghasilkan kepemilikan, dapat memberikan kepuasan, dan untuk menghasilkan jasa mungkin berkaitan atau mungkin berkaitan dengan produk fisik. 2.3.2 Karakteristik Jasa Dalam buku Kotler dan Armstrong (2008;292-293), jasa memiliki karakteristik-karakteristik khusus yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan ketika merancang program pemasaran. Karakteristik-karakteristik khusus jasa yaitu: 1. Tidak berwujud (Intangibility) Jasa tidak berwujud berarti bahwa jasa tidak dapat dilihat, dirasakan, diraba, didengar, atau dibaui sebelum jasa itu dibeli. 2. Tidak terpisahkan (Inseparability) Jasa tidak terpisahkan berarti bahwa jasa tidak dapat dipisahkan dari penyedianya, tanpa memperdulikan apakah penyedia jasa itu orang atau mesin. 3. Bervariasi (Variability) Jasa bervariasi berarti bahwa kualitas jasa bisa sangat beragam, tergantung pada siapa yang menyediakan jasa itu dan kapan, dimana, dan bagaimana jasa itu disediakan. 4. Tidak tahan lama (Perishability) Jasa tidak tahan lama berarti bahwa jasa tidak disimpan untuk dijual atau digunakan beberapa saat kemudian. 2.3.3 Klasifikasi Jasa Adanya berbagai macam variasi bauran antara barang dan jasa, maka diperlukan suatu pengklasifikasian untuk menggeneralisir jasa. Menurut Lovelock 17 (1987), dalam Evans dan Berman (1990), sebagaimana yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2005:95), menyatakan bahwa klasifikasi jasa dapat dilakukan berdasarkan tujuh kriteria yaitu : 1. Segmentasi pasar Berdasarkan segmentasi pasar, jasa dapat dibedakan kepada konsumen akhir (misalnya taksi, asuransi jiwa, pendidikan) dan jasa kepada konsumen organisasi (misalnya jasa akuntansi dan perpajakan, jasa konsultasi manajemen, jasa konsultasi manajemen, jasa konsultasi hukum). Perbedaan utama antara kedua segmen tersebut adalah alasan dalam memilih jasa, kuantitas jasa yang dibutuhkan, dan kompleksitas pengerjaan jasa tersebut. 2. Tingkat ketidak berwujudan Kriteria ini didasarkan pada tingkat keterlibatan produksi fisik dengan konsumen dimana jasa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu Rented goods service (konsumen menyewa dan menggunakan produk-produk tertentu berdasarakan tarif selama jangka waktu tertentu pula, contohnya penyewaan mobil, kaset VCD, dan lain-lain), Owned goods service (produk-produk yang dimliki konsumen direparasi, dikembangkan atau ditinggalkan untuk kerjanya oleh perusahaan jasa, contohnya reparasi mobil, perawatan taman, dan lain-lain) dan Non goods service (jasa personal bersifat intangibel yang ditawarkan kepada konsumen, contohnya jasa sopir, ahli kesehatan, baby-sitter, dan lain-lain). 3. Keterampilan penyedia jasa Berdasakan tingkat keterampilan penyedia jasa, jasa terdiri atas profesional service (miaslnya konsultan manajemen, dokter, perawat, dan arsitek) dan non profesional service (misalnya penjaga malam dan cleaning service). Pada jasa yang memerlukan keterampilan tinggi dalam proses operasinya, pelanggan cenderung sangat selektif dalam memilih penyedia jasa. Sebaliknya, jika tidak memerlukan keterampilan tinggi seringkali loyalitas pelanggan rendah karena penawarannya sangat banyak. 4. Tujuan organisasi jasa 18 Berdasarkan tujuan organisasi, jasa dapat dibagi menjadi commercial service atau profit service (misalnya jasa penerbangan, bank, dan asuransi) dan jasa non profit service (misalnya yayasan sekolah, perpustakaan, dan museum). 5. Regulasi Dari aspek regulasi, jasa dapat dibagi menjadi regulated service (misalnya pialang, angkutan umum, dan perbankan) dan nonregulated service (misalnya makelar, ketering, dan pengecatan rumah). 6. Tingkat intensitas karyawan Berdasarkan tingkat intensitas karyawan, jasa dapat dikelompokan menjadi dua macam, yaitu equipment-based service (seperti cuci mobil otomatis, ATM, dan jasa sambungan telepon jarak jauh) dan people-based service (seperti pelatih sepak bola, satpam, konsultan manajemen dan jasa akuntansi). 7. Tingkat kontak penyedia jasa Berdasarkan tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan, jasa dapat dibedakan menjadi high-contact service (seperti rumah sakit, dokter, perbankan, universitas) dan low-contact service (seperti bioskop dan jasa reparasi mobil). 2.3.4 Strategi Pemasaran Perusahaan Jasa Perusahaan jasa sangar bervariasi dan kompleks, karena banyak elemen yang mempengaruhinya seperti system internal organisasi, lingkungan fisik, iklan dan komentar dari mulut ke mulut, dan sebagainya. Oleh karena itu Groonos yang dikutip oleh Kotler menegaskan bahwa pemasaran jasa tidak hanya membutuhkan pemasaran eksternal tetapi juga pemasaran internal dan interaktif. Ada beberapa strategi pemasaran yang dapat diterapkan perusahaan jasa seperti yang dikemukakan oleh Groonos yang dikutip Kotler (2005;117) yaitu: 1. Pemasaran Eksternal Menggambarkan pekerjaan biasa untuk menyiapkan, menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa tersebut kepada konsumen. 19 2. Pemasaran Internal Menggambarkan pekerjaan untuk melatih dan memotivasi karyawannya untuk melayani pelanggan dengan baik. 3. Pemasaran Interaktif Menggambarkan kemampuan karyawan dalam melayani klien.Karena klien tersebut menilai jasa bukan hanya berdasarkan mutu teknisinya tetapi juga berdasarkan mutu fungsionalnya. 2.4 Kualitas Jasa 2.4.1 Pengertian Kualitas Jasa Kualitas pelayanan dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan para pelanggan atas layanan yang mereka terima. Kualitas pelayanan dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para pelanggan atas layanan yang benar-benar mereka terima. Seperti yang dikatakan oleh Zeithaml dan Berry (1985) dalam Nadya wijaya (2009;33) banyak service atau jasa dikemas secara multi dimensional atau kompleks, yang terdiri dari banyak elemen - elemen yang berbeda dan dijelaskan adalah perbuatan, proses dan penampilan, Definisi ini menjelaskan jasa secara murni adalah tidak berwujud. Oleh karena itu jasa tidak dapat dilihat, diraba, dipegang ataupun disimpan.Dalam hal ini penilaian kualitas sebuah jasa terkait dengan bagaimana kualitas sebuah pelayanan yang dirasanya nyaman oleh konsumen. Definisi kualitas jasa menurut Parasuraman, et al. (dalam Purnama2006;19) yaitu: Kualitas jasa adalah merupakan perbandingan antara layanan yang dirasakan (persepsi) konsumen dengan kualitas layanan yang diharapkan konsumen. Definisi lain dari kualitas jasa menurut Lovelock-Wright (2007;96) dalam buku Manajemen Pemasaran Jasa yaitu sebagai berikut: Kualitas jasa adalah evaluasi kognitif jangka panjang pelanggan terhadap penyerahan jasa suatu perusahaan. 20 Kualitas jasa yang baik akan menciptakan kepuasan konsumen. Kualitas jasa yang baik biasanya menampakkan hasil yang berupa semakin banyak pelangga yang tetap bertahan serta kenaikan penjualan. Ada dua factor utama yang mempengaruhi jasa, yaitu yang diharapkan dan yang dirasakan (expected service dan perceiver service). Apabila jasa yang diterima atau dirasakan sesuai yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya, jika jasa yang diterima lebih rendah dari pada yang diharapkan, konsumen akan meninggalkan perusahaan karena merasa tidak puas. Dengan demikian kualitas jasa tergantung ada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten. 2.4.2 Prinsip-prinsip Kualitas Jasa Menciptakan suatu gaya manajemen dan lingkungan yang kondusif bagi perusahaan jasa untuk memperbaiki kualitas, perusahaan harus mampu memenuhi enam prinsip utama yang berlaku baik bagi perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa. Keenam prinsip tersebut sangat bermanfaat dalam membentuk dan mempertahankan lingkungan yang tepat untuk melaksanakan penyempurnaan kualitas secara berkesinambungan dengan didukung oleh pemasok, karyawan, dan pelanggan. Enam prinsip pokok tersebut menurut Wolkins yang dikutip oleh Tjiptono 2006;75): 1. Kepemimpinan Strategi kualitas jasa harus merupakan inisiatif dan komitmen dari manajemen puncak. Manajemen puncak harus memimpin perusahaan untuk meningkatkan kinerja kualitasnya. Tanpa adanya kepemimpinan dari manajemen puncak, maka usaha untuk meningkatkan kualitas hanya berdampak kecil terhadap perusahaan. 2. Pendidikan Semua personil perusahaan dari manajer puncak sampai karyawan operasional harus memperoleh pendidikan mengenai kualitas. Aspekaspek yang perlu mendapatkan penekanan dalam pendidikan tersebut 21 meliputi konsep kualitas sebagai strategi bisnis, alat dan teknik implementasi strategi kualitas, dan peranan eksekutif dalam impelemntasi strategi kualitas. 3. Perencanaan Proses perencanaan harus mencakup pengukuran dan tujuan kualitas yang diperguanakan dalam mengarahkan perusahaan untuk mencapai visinya. 4. Perencanaan Proses perencanaan harus mencakp pengukuran dan tujuan kualitas yang dipergunakan dalam mengarahkan perusahaan untuk mencapai visinya. 5. Komunikasi Implementasi strategi kualitas dalam organisasi diperngaruhi oleh proses komunikasi dalam perusahaan. Komunikasi harus dilakukan dengan karyawan, pelanggan, dan stakeholder perusahaan lainnya, seperti pemasok, pemegang saham, pemerintah, masyarakat umum, dan lain-lain. 6. Penghargaan dan pengakuan (Total Human Reward) Penghargaan dan pengakuan merupakan aspek yang penting dalam implementasi strategi kualitas. Setiap karyawan yang berprestasi baik perlu diberi penghargaan dan prestasinya tersebut diakui. Dengan demikian dapat mengingkatkan motivasi, moral kerja, rasa bangga, dan kepemilikan setiap orang dalam organisasi, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi besar bagi perusahaan dan bagi pelanggan yang dilayani. 2.4.3 Faktor-Faktor Menentukan Kualitas Pelayanan Langkah pertama dalam program penilaian kualitas adalah menentukan apa yang diukur. Suatu pengukuran memang hanya akan efisien bila dipahami apa yang akan diukur sebelum bertanya bagaimana mengukurnya. Dalam hal ini tentu saja setiap perusahaan jasa memiliki pandangan sendiri-sendiri. Salah satu 22 carautama membedakan sebuah perusahaan jasa adalah memberikan jasa berkualitas tinggi dari pesaing secara konsisten. Dan kuncinya adalah memnuhi atau melebihi harapan kualitas jasa pelanggan. Lima penentu mutu jasa menurut Parasuraman, et al. (dalam Purnama2006;19), kelimanya disajikan secara berurutan berdasarkan tingkat kepentingannya: 1. Tangibles (Berwujud) yaitu penampilan fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan dan bahan komunikasi. 2. Reliability (Keandalan) yaitu kemampuan melaksanakan layanan yang dijanjikan secara meyakinkan dan akurat. 3. Responsiveness (Daya tanggap) yaitu kesediaan membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat. 4. Assurance (Jaminan) yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan mereka menyampaikan kepercayaan dan keyakinan. 5. Emphaty (Empati) yaitu kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan khusus pada masing-masing pelanggan. Dimensi kualitas jasa tersebut dipergunakan dalam menilai seberapa jauh antara harapan konsumen dan kenyataan yang dirasakan olehnya terhadap pelayanan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan. Tjiptono (2006;80) ada lima Gap yang menyebabkan kegagalan perusahaan dalam menyampaikan jasanya, kelima gap tersebut adalah : 1. Gap antara harapan konsumen dan persepsi manajemen Pada kenyataannya pihak manajemen suatu perusahaan tidak selalu dapat merasakan atau memahami apa yang diinginkan para pelanggan secara tepat. 2. Gap antara persepsi manajemen terhadap konsumen dan spesifikasi kualitas jasa Kadangkala manjemen mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan, tetapi mereka tidak menyusun suatu standar kinerja tertentu yang jelas. Hal ini bisa dikarenakan tiga faktor, yaitu : Tidak adanya komitmen total manajemen terhadap kualitas jasa. 23 Kekurangan sumber daya. Atau karena adanya kelebihan permintaan. 3. Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa Ada beberapa penyebab terjadinya gap ini, misalnya : Karyawan kurang terlatih (belum menguasai tugasnya). Beban kerja melampaui batas. Tidak dapat memenuhi standar kinerja. 4. Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal Sering kali harapan pelanggan dipengaruhi olleh iklan dan pernyataan atau janji yang berlebihan yang dibuat oleh perusahaan. 5. Gap antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan Gap ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja/prestasi perusahaan dengan cara yang berlainan, atau nisa juga keliru mempersepsikan kualitas jasa tersebut. Gambar 2.1 Analisis Lima Kesenjangan KONSUMEN Komunikasi Dari Mulut ke Mulut Kebutuhan Personal Pengalaman Yang Lalu Jasa Yang Diharapkan GAP 5 Jasa Yang Dirasakan PEMASAR Penyampaian Jasa GAP 3 Penjabaran Spesifikasi GAP 1 GAP 2 Perepsi Manajemen GAP 4 Komunikasi Eksternal 24 Sumber :Tjiptono (2006),manajemen Pemasaran Jasa,82 2.4.4 Strategi Meningkatkan Kualitas Jasa Meningkatkan kualitas jasa tidaklah semudah membalikan telapak tangan atau menekan saklar lampu, banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Upaya tersebut juga berdampak luas, yaitu terhadap budaya organisasi secara keseluruhan. Menurut Tjiptono (2008;99) ada beberapa cara yang harus diakukan untuk mewujudkan layanan yang prima,yaitu : 1. Mengidentifikasi Determinan Utama Kualitas Jasa Setiap layanan wajib berupaya meyampaikan layanan berkualitas terbaik kepada para pelanggan sasarannya. 2. Mengelola Ekspektasi Pelanggan Akhir-akhir ini banyak sekali perusahaan yang berusaha melakukan segala cara untuk memikat sebanyak mungkin pelanggan, termasuk diantaranya mendramatisir atau melebih-lebihkan pesan komunikasinya dengan janji yang terlalu berlebihan. Untuk itu ada satu pepatah bijak yang bisa dijadikan pegangan : “ Jangan janjikan apa yang tidak bisa diberikan, tetapi berikan lebih dari apa yang dijanjikan”. 2.5 Citra Perusahaan 2.5.1 Pengertian Citra Perusahaan Mengembangkan citra yang kuat membutuhkan kreatifitas dan kerja keras. Citra tidak dapat ditanamkan dalam pikiran manusia dalam semalam atau disebarkan melalui media masa. Sebaliknya, citra itu harus disampaikan melalui tiap sarana komunikasi yang tersedia dan disebarkan secara terusmenerus. Untuk berhasil memperoleh dan mempertahankan konsumennya maka perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin untuk menampilkan produk dengan memiliki citra merek yang positif di mata konsumen. Dengan menampilkan produk yang memiliki citra merek yang positif dapat mempertinggi kepercayaan konsumen 25 terhadap produknya danmendorong konsumen untuk menentukan keputusan pembelian. Definisi citra perusahaan menurut Kotler dan Keller (2012:274), yaitu: Citra merupakan seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek. Sedangkan menurut Gregory (2011:63) dalam bukunya Marketing Corporate Image adalah sebagai berikut: Citra perusahaan merupakan kombinasi dampak terhadap observer dari semua komponen-komponen verbal maupun visual perusahaan baik yang direncanakan ataupun tidak atau dari pengaruh eksternal lainnya. Terdapat tiga hal penting dalam citra, yaitu: kesan objek, proses terbentuknya citra, dan sumber terpercaya. Obyek meliputi individu maupun perusahaan yang terdiri dari sekelompok orang didalamnya. Citra dapat terbentuk dengan memproses informasi yang tidak menutup kemungkinan terjadinya perubahan citra pada obyek dari adanya penerimaaan informasi setiap waktu. Besarnya kepercayaan obyek terhadap sumber informasi memberikan dasar penerimaan atau penolakan informasi. Sumber informasi dapat berasal dari perusahaan secara langsung dan atau pihak-pihak lain secara tidak langsung. Citra perusahaan menunjukan kesan obyek terhadap perusahaan yang terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari berbagai sumber informasi terpercaya. Citra perusahaan merupakan suatu konsep yang sangat intuitif dan sangat subyektif. Dari awal penelitian terhadap konsep ini sampai dengan sekarang sangat sedikit sekali persetujuan atau konsensus mengenai citra perusahaan dan bagaimana konsep ini harus dioperasionalisasikan. Menurut Keller yang dikutip oleh Arslan (2010:7) menjelaskan bahwa ada tiga aspek penting dari citra yaitu keberuntungan, kekuatan, dan keunikan asosiasi merek. Citra akan efektif apabila melakukan tiga hal yaitu : 1. Memantapkan karakter produk dan usulan nilai. 2. Menyampaikan karakter itu dengan cara yang berbeda sehingga tidak dikacaukan oleh karakter pesaing. 3. Memberikan kekuatan emosional yang lebih dari sekedar citra mental. 26 Citra perusahaan yang baik sangatlah penting bagi kelangsungan suatu perusahaan, karena akan berpengaruh terhadap seluruh elemen yang ada di dalam perusahaan tersebut. Citra perusahaan merupakan kesan objek terhadap perusahaan yang terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari berbagai sumber informasi yang terpercaya. Pentingnya citra perusahaan dikemukakan Gronroos (Sutisna; 2008:332) sebagai berikut : 1. Menceritakan harapan bersama kampanye pemasaran eksternal. Citra positif memberikan kemudahan perusahaan untuk berkomunikasi dan mencapai tujuan secara efektif sedangkan citra negatif sebaliknya. 2. Sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi pada kegiatan perusahaan. Citra positif menjadi pelindung terhadap kesalahan kecil, kualitas teknis atau fungsional sedangkan citra negatif dapat memperbesar kesalahan tersebut. 3. Sebagai fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen atas kualitas pelayanan perusahaan. 4. Mempunyai pengaruh penting terhadap manajemen atau dampak internal. Proses terbentuknya citra perusahaan menurut Hawkins et all diperlihatkan pada gambar sebagai berikut : Gambar 2.2 Proses Terbentuknya Citra Perusahaan Exposure Attention Image Behavior Comprehensive Sumber : Hawkins et all (2007) Consumer Behavior: Building Market Strategy Berdasarkan gambar proses terbentuknya citra perusahaan berlangsung pada beberapa tahapan berikut ini : Pertama exposure, yaitu obyek mengetahui (melihat atau mendengar) upaya yang dilakukan perusahaan dalam membentuk citra perusahaan. 27 Kedua attention, yaitu memperhatikan upaya perusahaan tersebut. Ketiga comprehensive, yaitu setelah adanya perhatian obyek mencoba memahami semua yang ada pada upaya perusahaan. Keempat image, yaitu terbentuknya citra perusahaan pada obyek. Kelima behavior, yaitu citra perusahaan yang terbentuk akan menentukan perilaku obyek sasaran dalam hubungannya dengan perusahaan. Upaya perusahaan sebagai sumber informasi terbentuknya citra perusahaan memerlukan keberadaan secara lengkap. Informasi yang lengkap dimaksudkan sebagai informasi yang dapat menjawab kebutuhan dan keinginan objek sasaran. Rhenald Kasali mengemukakan, “Pemahaman yang berasal sari suatu informasi yang tidak lengkap menghasilkan citra yang tidak sempurna” (2003:28). Menurut Kotler dan Keller (2012:274), informasi yang lengkap mengenai citra perusahaan meliputi empat elemen sebagai berikut : 1. Kepribadian Keseluruhan karakteristrik yang dipahami publik sasaran seperti perusahaan yang dapat dipercaya, perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial. 2. Reputasi Hak yang telah dilakukan perusahaan dan diyakini publik sasaran berdasarkan pengalaman sendiri maupun pihak lain seperti kinerja keamanan transaksi sebuah bank. 3. Nilai Nilai-nilai yang dimiliki suatu perusahaan dengan kata lain budaya perusahaan seperti sikap manajemen yang peduli terhadap pelanggan, karyawan yang cepat tanggap terhadap permintaan maupun keluhan pelanggan. 4. Identitas Perusahaan Komponen-komponen yang mempermudah pengenalan publik sasaran terhadap perusahaan seperti logo, warna, dan slogan. 28 2.5.2 Jenis-Jenis Citra Perusahaan Frank Jefkins menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut adalah lima jenis citra yang dikemukakan, yakni : a. Citra Bayangan (Mirror Image) Citra jenis ini adalah citra yang diyakini oleh perusahaan bersangkutan terutama pihak manajemen yang tidak percaya “apa dan bagaimana” kesan pihak luar terhadap institusi yang dipimpinnya, tidak selamanya dalam posisi yang baik. b. Citra Kini (Current Image) Citra yang sekarang dimiliki oleh pihak luar dalam memandangi institusi tersebut. Ada kemungkinan “citra kini” yang dimiliki oleh sebuah institusi adalah citra yang buruk atau negatif. c. Citra Harapan (Wish Image) Citra yang menjadi harapan dan cita-cita dari suatu insitusi yang hendak ditampilkan kepada publiknya.Idealnya citra sebuah insitusi adalah positif. d. Citra Perusahaan (Corporate Image) Citra adalah citra yang berkaitan dengan sosok insititusi sebagai tujuan utamanya, bagaimana citra institusi yang positif lebih dikenal serta diterima oleh publiknya. e. Citra Serbaneka (Multiple Image) Citra ini adalah komplimen (pelengkap) dari corporate image sebagai contoh pihak PR dapat menampilkan citra dari atribut logo, nama produk, tampilan gedung dan lain sebagainya; f. Citra Penampilan (Performance Image) Citra ini lebih ditujukan kepada subyek yang ada pada institusi, bagaimana kinerja atau penampilan diri dari para profesional pada institusi yang bersangkutan sebagai contoh citra yang ditampilkan karyawan dalam menangani keluhan para pelanggan. 29 2.5.3 Atribut Citra Perusahaan Membangun citra perusahaan dibutuhkan atribut-atribut tertentu baik yang tangible maupun intangible. Kedua karakteristik tersebut saling mendukung dalam pembentukan citra perusahaan. Banyak ahli yang berpendapat mengenai atribut-atribut apa saja yang membentuk citra perusahaan. Martineau, yang dikutip dari Pina (2011:7), menyebutkan bahwa citra terdiri atas kualitas fungsional dan atribut psikologis. Sementara itu, Padgett dan Allen (Pina;2011:7) juga menyebutkan bahwa citra dari perusahaan jasa termasuk di dalamnya adalah atribut, konsekuensi fungsional, dan arti simbolis dari lambang perusahaan. Pembentukan citra itu sendiri juga sangat tergantung dari komunikasi (Pina;2011:8). Atribut-atribut dari citra perusahaan pun apabila tidak dikomunikasikan dengan baik maka konsumen pada khususnya dan masyarakat pada umumya tidak bisa mengetahui hal tersebut. Jadi, komunikasi yang baik akan sangat mendukung pada keberhasilan pembentukan citra perusahaan yang baik. Banyak sekali atribut-atribut yang bisa membentuk citra perusahaan baik yang tangible maupun yang intangible. Abratt dan Mofokeng, yang dikutip dari Pina (2011:8), mengemukakan bahwa atribut-atribut yang mengarahkan proses pembentukan citra perusahaan adalah kualitas produk, filosofi perusahaan, karyawan, logo perusahaan, seragam karyawan, iklan, nama perusahaan, dan kualitas pelayanan dari karyawan. Namun dalam penelitian ini, tidak semua dari atribut-atribut tersebut akan diaplikasikan dikarenakan kurang begitu signifikan bagi konsumen atau bisa disatukan dengan atribut lainnya. Dari atribut-atribut diatas, maka atribut yang akan digunakan pada penelitian ini adalah : kualitas produk, kualitas pelayanan dari karyawan, dan identitas perusahaan. 2.6 Kepuasan Konsumen 2.6.1 Pengertian Kepuasan Konsumen Sebenarnya konsep konsumen masih bersifat abstrak. Pencapaian kepuasan dapat merupakan proses yang sederhana maupun kompleks. Dalam hal 30 ini peranan setiap individu dalam suatu pelayanan jasa sangatlah penting dan berpengaruh terhadap kepuasan yang dibentuk. Banyak pakar yang memberikan definisi mengenai kepuasan konsumen. Kepuasan menurut Lovelock-Wright yang dialih bahasakan oleh Widyantoro (2007;102): Kepuasan adalah keadaan emosional, reaksi pasca pembelian mereka dapat berupa kemarahan, ketidakpuasan, kejengkelan, netralitas, kegembiraan, atau kesenangan. Definisi lain dari pakar pemasaran Kotler-Keller yang dialih bahasakan oleh Molan (2007;177) menyatakan bahwa: Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirka terhadap kinerja (hasil) yang diharapkan. Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pegnertian kepuasan konsumen mencakup perbedaan antara harapan konsumen dengan kinerja yang dirasakan. Harapan konsumen merupakan perkiraan atau keyakinan konsumen tentang apa yang diterimanya bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu produk (barang atau jasa). Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi konsumen terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli. 2.6.2 Strategi Kepuasan Konsumen Upaya mewujudkan kepuasan konsumen bukanlah hal yang mudah.Namun upaya perbaikan atau penyempurnaan kepuasan dapat dilakukan dengan berbagai strategi. Pada prisnsipnya strategi kepuasan konsumen akan menyebabkan para pesaing harus bekerja keras dan memerlukan biaya tinggi dalam usahanya merebut konsumen suatu perusahaan. Tjiptono (2006;160) ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk dapat meningkatkan kepuasan konsumen, diantara: a) Relationship marketing 31 Dalam strategi ini, hubungan transaksi antara penyedia jasa dan pelanggan berkelanjutan, tidak berakhir setelah penjualan selesai. Dengan kata lain, dijalin suatu kemitraan jangka panjang dengan pelanggan secara terusmenerus sehingga diharapkan dapat terjadi bisnis ulangan (repeat business). b) Strategi superior customer service Perusahaan yang menerapkan strategi ini berusaha menawarkan pelayanan yang lebih unggul dari pada pesaingnya. Untuk mewujudkan dibuthkan dana yang besar, kemampuan sumber daya manusia, dan usaha gigih. Meskipun demikian, melalui pelayanan yang lebih unggul, perusahaan yang bersangkutan dapat membebankan harga yang lebih tinggi pada jasan ya.Akan ada kelompok konsumen yang tidak berkeberatan dengan harga mahal tersebut. Selain itu perusahaan dengan pelayanan superior akan meraih laba dan tingkat pertumbuhan yang lebih besar dari pada pesaingnya yang memberikan pelayanan interior. 2.6.3 Pengukuran Kepuasan Konsumen Menurut Kotler dan Keller yang dikutip oleh Tjiptono (2010;148) ada beberapa metode yang dapat dipergunakan setiap perusahaan untuk mengukur dan memantau kepuasan untuk mengukur kepuasan yaitu : a) Sistem keluhan dan saran (suggestion and recommended) Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggannya untuk menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang dapat digunakan berupa kotak saran yang diletakan ditempat-tempat strategis (yang mudah dijangkau atau sering dilewati pelanggan), menyediakan kartu komentar (yang bisa diisi langsung atau dikirim via pos kepada perusahaan), menyediakan saluran telepon khusus (customer hot lines), dan lain-lain. b) Survei Periodik (Periodik surve) Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan dengan menggunakan metode survey, baik melalui pos, telepon, maupun wawancara pribadi. Melalui survey, perusahaan akan memperoleh 32 tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelannggan dan sekaligus juga memberikan tanda (signal) positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggan. c) Pembeli Misterius (myatery shoppers) Metode ini dilaksanakan dengan cara mempekerjakan beberapa orang (ghost shopper) untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan/pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing. d) Analisa Konsumen yang Hilang (costumer loss rate) Metode ini sedikit unik. Perusahaan berusaha menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih pemasok. 2.6.4 Menentukan Tingkat Kepuasan Konsumen Manurut Kotler (2007;177), terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam menentukan tingkat kepuasan pelanggan, yaitu: 1. Kualitas Produk Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. Konsumen rasional selalu menuntut produk yang berkualitas untuk setiap pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh produk tersebut. Dalam hal ini, kualitas produk yang baik akan memberikan nilai tambah di benak konsumen. 2. Kualitas pelayanan Kualitas pelayanan terutama dibidang jasa, pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan. Pelanggan yang puas akan menunjukkan kemungkinan untuk kembali membeli produk yang sama. Pelanggan yang puas cenderung akan memberikan persepsi terhadap produk perusahaan. 3. Emosional Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. 33 Kepuasan yang diperoleh. Bukan karena kualitas dariproduk tetapi nilai sosial atau self esteem yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merk tertentu. 4. Harga Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggannya. 5. Biaya Pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa itu. 2.7 Penelitian Terdahulu Penelitian ini juga mengambil beberapa jurnal yang terkait dengan Pengaruh Kualitas Pelayanan, citra perusahaan, dan kepuasan konsumen yang digunakan sebagai referensi. Hasil penelitian dari beberapa jurnal tersebut diantaranya: 1. Penelitian yang dilakukan Handro Tumpal Ptahun 2012 dengan judul Pengaruh Citra Perusahaan Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen.Berdasarkan hasil penelitian diperoleh persamaan regresi linier berganda Y = 5,195 + 0,334 X1 + 0,206 X2. Uji hipotesis parsial (t) menunjukan bahwa citra perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen (t1=5,702), kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen (t2=4,141). Uji hipotesis simultan (F=56,641) menunujukan bahwa ada pengaruh yang signifikan citra perusahaan dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen. Koefisien determinasi 52,4%, menunjukkan kepuasan konsumen PO. Nusantara dipengaruhi oleh citra perusahaan dan kualitas pelayanan sebesar 52,4%, sedangkan sisanya 47,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang berada di luar variabel yang diteliti dalam penelitian ini. 34 2. Penelitian yang dilakukan Selvy Normasari, Srikandi Kumadji dan Andriani Kusumawatitahun 2013 dengan judul Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan, Citra Perusahaan Dan Loyalitas Pelanggan.Dari hasil penelitian (1) pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan; (2) pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Citra Perusahaan; (3) pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Pelanggan; (4) pengaruh Kepuasan Pelanggan terhadap Citra Perusahaan; (5) pengaruh Kepuasan Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan; (6) pengaruh Citra Perusahaan terhadap Loyalitas Pelanggan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian penjelasan (eksplanatory reseach) dengan pendekatan kuantitatif. Sampel sebanyak 112 orang responden yang menginap di Hotel Pelangi Malang minimal dua kali. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling dan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan analisis deskriptif, dan analisis jalur (path analysis). Hasil analisis jalur (path analysis) dapat diketahui bahwa: (1) variabel kualitas pelayanan memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel kepuasan pelanggan; (2) variabel Kualitas Pelayanan memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel Citra Perusahaan; (3) variabel Kualitas Pelayanan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel Loyalitas Pelanggan; (4) variabel Kepuasan Pelanggan memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel Citra Perusahaan; (5) variabel Kepuasan Pelanggan memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel Loyalitas Pelanggan; (6) variabel Citra Perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel Loyalitas Pelanggan. 2.8. Kerangka Pemikiran 2.8.1. Hubungan Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Konsumen Seperti yang telah kita ketahui bahwa jasa merupakan sebuah tindakan atau perbuatan yang bersifat intangible atau tidak berwujud yang ditawarkan 35 untuk dijual kepada pihak lain yaitu pengguna jasa. Sifat jasa tersebut tidak dapat dilihat, diraba, didengar dan dicium sebelum dibeli. Maka untuk mengurangi ketidakpastian itu pembeli mencari tanda dari mutu jasa. Mereka mencari mutu dari tanda berupa tempat, orang, harga, peralatan dan materi komunikasi yang dapat mereka lihat. Oleh karena itu penyedia jasa diharuskan untuk memberikan bukti fisik dan citra penawaran abstrak mereka untuk dapat meyakini pelanggan atas jasa yang penyedia berikan sehingga konsumen dapat memahami dan merasakan jasa – jasa yang di berikan untuk kemuadian di evaluasi oleh konsumen. Apakah jasa tersebut sesuai dengan yang diharapkan, melampaui harapan atau lebih rendah dari yang diharapkan pelanggan. Dengan demikian, baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan pada penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggan secara konsisten. Menurut Crosby (2007) menyatakan bahwa Kualitas adalah Conformance to Requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Kebanyakan pelanggan tidak lagi bersedia menerima kinerja yang disesuai dengan standar bahka ingin melebihi dari yang distandarkan. Dengan demikian akan terdapat hubungan yang erat antara kualitas jasa dan kepuasan konsumen. Apabila pelanggan merasa puas, maka pelanggan akan melakukan pembelian ulang atau melakukan pemakaian jasa yang jauh lebih besar sehingga akan menciptakan suatu hubungan jangka panjang dengan konsumen. Sebaliknya apabila pelanggan merasa harapan yang dipersepsikannya tidak terpenuhi maka pelanggan akan meninggalkan perusahaan dan mencoba jasa perusahaan lainnya. Dalam kenyataannya, jika pelanggan tidak memperoleh kepuasan dari jasa yang kita berikan maka akan timbul suatu persepsi negatif di benak pelanggan tersebut dan jika disebarluaskan kepada pelanggan lain atau calon pelanggan maka perusahaan akan memiliki image buruk di mata masyarakat. Oleh karena itu kualitas jasa sangat berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen. Adapun pengertian kualitas menurut Wykcof (2002;59), Kualitas pelayanan adalah: 36 Tingkat yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. 2.8.2. Hubungan Citra Perusahaan terhadap Kepuasan Konsumen Kepuasan/ketidakpuasan pelanggan membutuhkan pengalaman dengan layanan ini, dan dipengaruhi oleh kualitas yang dirasakan dan nilai layanan. Hal itu adalah pendorong utama perilaku konsumen. Berdasarkan transaksi tersebut didorong sifat pengalaman kepuasan, beberapa penulis menyatakan bahwa citra perusahaan adalah fungsi pengaruh kumulatif dari ketidakpuasan/kepuasan pelanggan. Ketika jasa sulit untuk mengevaluasi, citra perusahaan diyakini menjadi penting faktor yang mempengaruhi persepsi kualitas, evaluasi kepuasan pelanggan dengan pelayanan, dan loyalitas pelanggan (Andreassen et al., 1997). (Cohen et al. ;2006) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kepuasan yang diikuti dengan citra perusahaan merupakan hal yang penting dalam sebuah konstruk. (Sutanto;2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa citra perusahaan mempunyai pengaruh yang positif terhadap kepuasan pelanggan. Adapun pengertian citra perusahaan menurut Kotler (2006;338), yaitu: Citra perusahaan adalah persepsi seseorang mengenai suatu citra organisasi dan persepsi-persepsi ini diciptakan melalui seluruh indera: penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, citra rasa dan perasaan yang dialami melalui penggunaan produk, pelayanan konsumen, lingkungan komersial dan komunikasi perusahaan, itu merupakan hasil dari setiap perusahaan yang dilakukan atau tidak dilakukan. 2.8.3. Hubungan Kualitas Pelayanan dan Citra Perusahaan terhadap Kepuasan Konsumen Kualitas pelayanan dan citra perusahaan yang diuraikan diatas sebagai suatu rangkaian menjadi satu kesatuan dan didesain sedemikian rupa agar dapat menarik minat khalayak, serta memiliki karakteristik tertentu dan persuasif sehingga para konsumen atau khalayak merasa puas dengan pelayanan dan sesuai dengan disampaikan. Konsumen bisa mengambil kesimpulan apakah dirinya puas atau tidak menerima pelayanan yang diberikan perusahaan. 37 Kepuasan menurut Tse dan Wilson (dalam Nasution,20044;104) menyatakan bahwa: Kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi keridaksesuaian atau diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan konerja actual produk yang dirasakan setelah pemakaian. Sedangkan menurut Kotler-Keller yang dialih bahasakan oleh Molan (2007;177) menyatakan bahwa : Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang diharapkan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan timbul karena kualitas yang diberikan sudah sesuai dengan harapan dan serta melakukan evaluasi. Apabila pelanggan merasa puas dengan kualitas pelayanan dan citra perusahaan yang baik, maka mereka akan melakukan konsumsi yang sama dengan yang sebelumnya atau melakukan konsumsi yang baru atau pemakaian jasa yang lebih besar lagi, sehingga hubungan dengan pelanggan untuk jangka panjang dan tahan lama akan tercapai. Apabila pelanggan merasa tidak puas terhadap kualitas jasa dan citra perusahaan yang buruk, maka pelanggan tersebut akan meninggalkan perusahaan untuk mencari dan mencoba jasa dari perusahaan lain dan kemudian membandingkannya atau mereka benar-benar pergi meninggalkan perusahaan dan tidak ingin kembali lagi. 38 Gambar 2.3 Paradigma Penelitian (X1) Kualitas Pelayanan Tangible (Berwujud) Reability (Keandalan) Responsiveness (Daya Tanggap) Assurance (Jaminan) Empahty (Empati) (Y) Kepuasan Konsumen (X2) Citra Perusahaan 2.9. Kualitas Pelayanan Emosional Harga Biaya Personality (Kepribadian) Reputation (Reputasi) Value (Nilai) Corporate Identity (Identitas Perusahaan) Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Kualitas pelayan PT. Garuda Indonesia cabang Bandung sudah sesuai harapan konsumen, citra perusahaan yang dilakukan PT. Garuda Indonesia cabang Bandung sudah sesuai konsep, kepuasan konsumen sesuai yang diharapkan. 2. Ho: kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen Ha: 3. Ho: kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen citra perusahaan tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen Ha: 4. Ho: citra perusahaan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen kualitas pelayanan dan citra perusahaan secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen Ha: kualitas pelayanan dan citra perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen.